ArticlePDF Available

Abstract

Mel Rhodes (1961) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan fenomena, dimana seseorang (person) mengkomunikasikan sebuah konsep baru (product) yang diperoleh sebagai hasil dari proses mental (process) dalam menghasilkan ide, yang merupakan upaya untuk memenuhi adanya kebutuhan (press) yang dipengaruhi tekanan ekologis. Dalam pembahasan kreativitas memuat empat hal yakni person, process, press dan product. Guildford (1959, dalam Kim, Roh & Cho, 2016) menyatakan kreativitas sebagai kapasitas individu untuk memunculkan ide berdasarkan cara berpikir divergen daripada cara berpikir konvergen.
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 1
TELAAH
KREATIVITAS
Jati Fatmawiyati
Magister Psikologi Universitas Airlangga
1.1. Pengertian Kreativitas
Mel Rhodes (1961) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan
fenomena, dimana seseorang (person) mengkomunikasikan sebuah konsep baru
(product) yang diperoleh sebagai hasil dari proses mental (process) dalam
menghasilkan ide, yang merupakan upaya untuk memenuhi adanya kebutuhan
(press) yang dipengaruhi tekanan ekologis. Dalam pembahasan kreativitas
memuat empat hal yakni person, process, press dan product.
Guildford (1959, dalam Kim, Roh & Cho, 2016) menyatakan kreativitas
sebagai kapasitas individu untuk memunculkan ide berdasarkan cara berpikir
divergen daripada cara berpikir konvergen.
Stenberg, Kaufman dan Pretz (2002) menyatakan kreativitas sebagai
kemampuan untuk menghasilkan prosuk yang baru, pantas dengan kualitas tinggi,
yang akhirnya digunakan kebanyakan peneliti sebagai definisi umum kreativitas.
Kreativitas juga dapat dilihat dari bagaimana individu mementingkan sebuah
proses dalam melakukan pemecahan masalah dan penelitian terbaru menyatakan
bahwa kreativitas harusdikebangkan dalam pemecahan masalah dalam konteks di
dunia nyata (Basadur, 2014)
Menurut Weisberg (2006), berpikir kreatif adalah cara berpikir yang
membawa sesuatu yang baru (inovasi). Proses berpikir yang mendasari produk
inovasi adalah sama dengan proses berpikir yang mendasari kegiatan sehari-hari
(ordinary thinking). Dan orang kreatif adalah seseorang yang memproduksi
inovasi.
Sedangkan menurut Perkins (Stenberg, 1988) berpikir kreatif adalah ketika
penciptanya melihat kembali ide-ide lama, kemudian meragukan, atau merasa-
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 2
rasakan kemudian mengambil dan menyusun kembali menjadi sebuah cara yang
baru. Hasil kreatif adalah hasil yang original dan appropriate (tepat); pantas.
Orang yang kreatif adalah orang yang secara rutin memproduksi hasi-hasil kreatif.
Menurut Munandar (2009), kreativitas merupakan kemampuan untuk
membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada.
Hasil penciptaan tidak selalu berasal dari sesuatu yang benar-benar baru, tetapi
bisa juga merupakan penggabungan gagasan yang telah ada dari pengalaman dan
pengetahuan yang telah dimiliki individu. Kombinasi dari gagasan tersebut akan
menjadi suatu hal yang baru. Kreativitas dibagi menjadi dua yaitu kreativitas
verbal dan kreativitas figural. Kreativitas verbal adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang
didapati dari kemungkinan jawaban terhadap satu masalah dan diungkap secara
verbal. Sementara kreativitas figural adalah kemampuan untuk memunculkan ide-
ide atau gagasan baru melalui gambar yang dibuat.
Torrence (1974, dalam Lestari, 2017) mendefinisikan kreativitas sebagai:
“Sebuah proses menjadi sensitive pada suatu permasalahan,
kekurangan, kekosongan dalam pengetahuan, elemen yang hilang,
ketidakharmonisan, dan lain-lain, mengidentifikasi kesulitan,
mencari solusi, membuat tebakan, atau membuat hipotesis
mengenai kekurangan: melakukan tes pada hipotesis dan
mengulang tes tersebut dan membuat modifikasi pada tes dan
mengulang tes itu lagi, dan pada akhirnya dapat menjelaskan hasil
yang didapatkan.”
Menurut Torrence, definisi tersebut menggambarkan suatu proses
manusiawi yang alamiah dan merupakan pengoperasian dari battery test
kreativitasnya, baik verbal maupun figural.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
kreatifitas adalah kemampuan intelektual individu dalam menciptakan dan
mengembangkan suatu hal yang baru dari kumpulan pengalaman, pengetahuan
dan konsep yang pernah didapatkan. Individu kreatif adalah orang yang terbuka
secara pemikiran sehingga mampu mengembangkan daya imajinasinya.
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 3
1.2. Kreativitas Ditinjau dari 4P (Person, Process, Press, Product)
Rhodes (1961) mengemukakan ada empat dimensi kreatifitas yang disebut
The Four P’s of Creativity” (4P) yaitu person (orang), process (proses), product
(produk) ,dan press (tekanan). Berikut penjelasan mengenai 4P tersebut :
a. Person (Orang)
Person mengacu kepada informasi tentang kepribadian, kecerdasan,
temperamen, fisik, sifat, kebiasaan, sikap, konsep diri, sistem nilai, mekanisme
pertahanan, dan perilaku yang ada pada diri individu. Menurut Hulbeck (dalam
Munanadar, 2009), tindakan kreatif merupakan hal yang muncul dari keseluruhan
keunikan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi yang lebih
baru dalam kreativitas diberikan dalam three-facet model of creativity oleh
Stenberg (dalam Munandar, 2009), yaitu kreativitas meruakan titik pertemuan
yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya kognitif, dan
kepribadian.
b. Process (Proses)
Definisi proses dikemukakan oleh Torrence (dalam Munandar, 2009) yang
pada dasarnya menyeruai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu proses
merasakan kesulitan, permasalahan, kesenjangan, memberikan dugaan dan
memformulasikan hipotesis, merevisi dan memeriksa kembali hingga
mengkomunikasikan hasil.
Process meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran, proses berpikir dan
komunikasi. Menurut Wallas, pada dimensi process diketahui ada empat tahapan
yaitu : tahap persiapan, tahap inkubasi, tahap inspirasi dan tahap verifikasi.
Alex Osborn (dalam Rodhes, 1961) menyampaikan bahwa kreativitas
adalah sebuah seni terapan. Kreativitas merupakan seni yang dapat diajarkan
kepada orang lain dan begitupula sebaliknya orang lain dapat mempelajari
kreativitas. Hal ini didukung pula dengan bukti-bukti penelitian yang
menunjukkan bahwa proses kreatif dapat diajarkan dan dipelajari.
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 4
c. Press (Tekanan)
Definisi Simpson (dalam Munandar, 2009) merujuk pada asppek dorongan
internal, yaitu kemampuan kreatif dirumuskan sebagai inisiatif yang dihasilkan
individu dengan kemampuannya untuk mendobrak pemikiran yang biasa.
d. Product (Produk)
Baron (dalam Munandar, 2009) menyatakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula
menurut Haefele (dalam Munandar, 2009), kreativitas adalah kemampuan
membuat kombinasi-kombinasi baru. Rogers (dalam Munandar, 2009)
menekankan produk kreatif harus bersifat mampu di observasi, baru dan
merupakan kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
1.3. Aspek Kreativitas
Weisberg (2006) mengemukakan tiga aspek dalam berpikir kreatif :
a) Input : berupa stimulus-stimulus
b) Process : berupa ordinary thinking. Berpikir kreatif menggunakan ordinary
thinking. Ordinary thinking adalah aktifitas yang kompleks, terdiri atas
komponen-komponen. Karakteristik ordinary thinking antara lain:
1. Pikiran manusia saling berhubungan dan memiliki stuktur.
2. Pikiran manusia menunjukkan continuity kesinambungan dengan masa
lalu. Pikiran melibatkan pengalaman masa lalu
3. Proses berpikir melibatkan proses bottom-up dan top-down. Namun lebih
menekankan pada proses top-down, karena pikiran manusia sangat
dipengaruhi oleh adanya pengetahuan yang dimilikinya.
4. Pikiran manusia sensitive terhadap kejadia-kejadian atau keadaan
lingkungan. Peristiwa di luar diri dapat menyediakan informasi yang dapat
mengubah pola piker dan tindakan.
c) Outcome: berupa produk kreatif. Produk kreatif ini terdapat beberapa aspek
yaitu:
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 5
1. Produk kreatif bersifat baru secara subjektif. Sifat kebaruannya dilihat dari
sesuatu yang belum pernah dibuat atau diketahui oleh seseorang, walaupun
produk tersebtu sudah ada sebelumbya (tanpa sepengetahuan orang
tersebut).
2. Produk kreatif bersifat disengaja. Apabila produk tersebut dibuat melalui
ketidaksengajaan, maka produk tersebut tidak dapat disebut produk kreatif.
Kesengajaan terjadi ketika seseorang secara penuh berpikir untuk
menghasilkan sebuah produk.
3. Produk kreatif memiliki nilai (value).
Guilford (1950) menyatakan bahwa produk kreatif perlu memiliki:
a. Fluency: kelancaran, yaitu kapasitas seseorang untuk dapat memproduksi
banyak ide yang diberikan dalam kurun waktu tertentu yang relevan dengan
situasi yang ada.
b. Flexibility: fleksibel, yaitu seseorang yang memiliki fleksibilitas dalam
berpikir. Misalnya membuat banyak kategori terhadap ide-ide yang sudah
dimunculkan, atau dalam menciptakan ide yang baru seseorang perlu berpikir
fleksibel dalam mencari jalan keluar.
c. Originality: yaitu keaslian dari ide seseorang yang berbeda dengan orang lain.
Munandar (2009) menyatakan produk kreatif memiliki karakteristik,
sebagai berikut:
a. Fluency (kelancaran), kelancaran mengacu pada sejumlah ide, gagasan, atau
alternative dalam memecahkan masalah. Kelancaran menyiratkan pemahaman
seseorang.
b. Flexibility (keluwesan), keluwesan mengacu pada produksi gagasan yang
menunjukkan berbagai kemungkinan. Keluwesan melibatkan kemampuan
untuk melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda serta
menggunakan banyak strategi atau pendekatan yang berbeda.
c. Elaboration (Elaborasi), elaborasi mengacu pada proses peningkatan gagasan
dengan membuatnya lebih detail. Detail tambahan akan meningkatkan minat
dan pemahaman akan topic tersebut.
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 6
d. Originality (Keaslian), keaslian mengacu pada produksi dari gagasan yang
tidak biasa atau unik. Keaslian juga melibatkan penyampaian informasi
dengan cara yang baru.
Berdasarkan beberapa aspek tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
kreaatifitas memiliki 4 aspek yang utama yaitu Fluency (kelancaran), Flexibility
(keluwesan), Elaboration (Elaborasi) dan Originality (keaslian).
1.4. Ciri dan Karakteristik Individu Kreatif
Karakteristik individu yang kreatif menurut beberapa ahli diantaranya
yaitu memiliki karakteristik sensitif terhadap masalah, kaya akan ide atau
cenderung lancar dalam menghasilkan ide-ide, memiliki fleksibilitas mental,
memiliki pemikiran yang berbeda dibandingkan orang-orang pada umumnya,
mampu untuk mendefinisikan ulang obyek atau konsep yang mungkin telah
dikenal cukup lama, cenderung humoris, memiliki temperamen kompleks serta
memiliki kapasitas menerima konflik dan ketegangan (Rhodes, 1961).
Munandar ( 2009) menyatakan bahwa ciri individu yang kreatif menurut
para ahli psikologi antara lain adalah bebas dalam berpikir, mempunyai daya
imajinasi, bersifat ingin tahu, ingin mencari pengalaman baru, mempunyai
inisiatif, bebas berpendapat, mempunyai minat luas, percaya pada diri sendiri,
tidak mau menerima pendapat begitu saja, cukup mandiri dan tidak pernah bosan.
Lebih lanjut Munandar ( 2009) menjelaskan ciri-ciri pribadi kreatif meliputi ciri-
ciri aptitude dan non-aptitude. Ciri-ciri aptitude yaitu ciri yang berhubungan
dengan kognisi atau proses berpikir, antara lain :
a. Keterampilan berpikir lancar (fluency), yaitu seseorang yang kreatif dicirikan
sebagai pribadi yang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban,
penyelesaian masalah atau pertanyaan; mampu memberikan banyak cara atau
saran untuk melakukan berbagai hal dan selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban.
b. Keterampilan berpikir luwes (fleksibel), yaitu seseorang yang kreatif mampu
menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi; mampu
melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; mampu mencari
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 7
banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda; dan mampu mengubah cara
pendekatan atau cara pemikirannya.
c. Keterampilan berpikir rasional, yakni individu yang mampu melahirkan
ungkapan yang baru dan unik; mampu memikirkan cara yang tidak lazim
untuk mengungkapkan diri; dan mampu membuat kombinasi-kombinasi yang
tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
d. Keterampilan memperinci atau mengelaborasi, yakni individu yang kreatif
memiliki karakteristik mampu memperkaya dan mengembangkan suatu
gagasan atau produk; serta menambahkan atau memperinci detil-detil dari
suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.
e. Keterampilan menilai (mengevaluasi), yaitu seseorang yang kreatif dicirikan
sebagai pribadi yang mampu menentukan patokan penilaian sendiri dan
menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu
tindakan bijaksana; mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang
terbuka; serta tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.
Sedangkan ciri-ciri non-aptitude yaitu ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan
sikap atau perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu :
a. Rasa ingin tahu, peka dalam pengamatan dan rasa ingin meneliti sangat tinggi,
sehingga mereka selalu memiliki dorongan yang besar untuk mengajukan
banyak pertanyaan, memiliki pengamatan yang cukup mendalam.
b. Bersifat imajinatif, kemampuan dalam hal-hal yang belum pernah maupun
tidak pernah terjadi sebelumnya dengan menggunakan daya imajinasinya.
Namun mereka dapat membedakan antara imajinasi dan kenyataan.
c. Merasa tertantang oleh kemajemukan, memiliki dorongan untuk mengatasi
masalah yang sulit dan lebih menantang
d. Berani mengambil risiko, berani mengambil keputusan dengan beberapa
resiko kemungkinan terburuk, tidak takut gagal atau mendapatkan kritikan,
serta bersedia mengakui kekurangan dan kesalahannya.
e. Sifat menghargai, mengerti hal yang lebih penting di dalam kehidupan,
memiliki rasapenghargaan diri yang tinggi sehingga dapat menghargai
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 8
pengarahan serta bimbingan dalam hidup. Rasa penghargaan yang tinggipada
diri juga dapat memberikan penghargaan yang bagus terhadap orang lain.
Beberapa karakteristik atau ciri-ciri utama kreativitas menurut Boden,
2004; & Craft, 2001 (dalam Nastity, 2016) adalah:
1. Orisinalitas
Orisinalitas merupakan suatu pemikiran secara intrinsic yang pemikirannya
tidak tetap, memiliki perspektif pemikiran baru dalam sudut pandang untuk
mengamati suatu persoalan
2. Kelengkapan (comprehensiveness)
Kelengakapan merupakan cara berpikir yang mampu memberikan analisis
pelengka dalan suatu masalah dengan sudut pandang yang berbeda, tingkat
yang berbeda, serta mampu membentuk teori-teori yang baru untuk
diintegrasikan ke dalam sejumlah elemen pemikiran sebagai proses berfikir
untuk mencapai kesimpulan
3. Perbedaan (divergence)
Perbedaan merupakan cara menyelesaikan masalah dengan lebih dari satu pola
pikir penyelesaian dengan kemampuan dalam menyimpulkan beberapa
informas dari arah yang berbeda.
Selanjutnya Tuska (dalam Rodhes, 1961) dalam bukunya Inventors and
Inventions, mengemukakan bahwa kebiasaan mengamati dan berpikir kritis
dengan mempertanyakan apapun yang ditemui akan membuka peluang seseorang
untuk menjadi seorang yang kreatif. Namun, fakta menunjukkan adanya
ketidakmampuan atau keengganan masyarakat untuk dapat menerima ide-ide
baru, khususnya konsep yang tidak dikenal atau tidak familiar, mempersulit
identifikasi para pemikir kreatif.
Parnes (dalam Munandar, 2009) menyatakan individu menerima begitu
banyak cekokan dalam arti instruksi bagaimana melakukan sesuatu sehingga
kebayakan dari individu kehilangan hampir setiap kesempatan untuk kreatif.
Kemampuan kreatif seseorang sering begitu ditekan oleh lingkungan sehingga ia
tidak dapat mengenali potensi sepenuhnya, apalagi mewujudkannya. Jika
seseorang dapat dibantu dalam hal ini, ia dapat mencapai apa yang oleh Maslow
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 9
disebut „aktualisasi diri‟. Pendidikan dapat melakukan banyak untuk membantu
seseorang mencapai perwujudan sepenuhnya, apapun tingkat kapasitas
pembawaannya. Banyak orang memiliki benih-benih kreatif, tetapi lingkungan
gagal untuk memberikan pupuk yang tepat untuk pertumbuhannya.
1.5. Tahapan atau Proses Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif terbagi menjadi 4 tahapan (Wallas, dalam Solso, Maclin &
Maclin, 2008), yaitu:
1. Preparasi
Kebanyakan orang percaya bahwa kreativitas berawal dari sebuah ide, namun
sesungguhnya ide tidak akan muncul apabila kemampuan intelektualnya tidak
memadai. Jika individu menginginkan mampu menghasilkan ide-ide yang
cemerlang, maka otak harus diisi dengan materi-materi yang mampu
menunjang kemunculan ide-ide cemerlang. Tahapan preparasi ini sangatlah
penting dan melibatkan usaha yang besar untuk belajar. Pada titik ini, otak
menggunakan atensi, pertimbangan dan perencanaan untuk mengumpulkan
informasi daripada mencari sebuah momen untuk menemukan ide cemerlang.
2. Inkubasi
Pada tahap ini, ide-ide yang mendasari munculnya solusi akan cenderung
meredup. Pemikiran maupun aktivitas secara jelas berhubungan dengan
permasalahan yang sedang dihadapi akan cenderung menghilang, namun
proses pemikiran alam bawah sadar yang terlibat kreatif justru sedang bekerja
3. Ilumninasi
Tahapan inkubasi yaitu menindaklanjuti proses yang terjadi pada tahap
inkubasi, ide kreatif akan muncul secara tiba-tiba. Alhasil, hal-hal yang
awalnya terlihat samar-samar menjadi jelas. Kemunculan ide secara tiba-tiba
ini biasanya dikenal sebagai “aha moment”.
4. Verifikasi
Meskipun solusi yang dicari telah diketemukan pada tahap iluminasi,
verifikasi juga dibutuhkan untuk mengetahui apakah solusi tersebut sesuai
atau tidak. Apabila solusinya tidak memuaskan maka individu tersebut akan
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 10
kembali lagi ke tahap awal proses berpikir kreatif, sedangkan ketika solusinya
telah sesuai, maka solusi itu akan diterima oleh individu sebagaimana adanya
atau memodifikasi solusi dasar yang ada sehingga benar-benar memenuhi
kriteria yang diperlukan
1.6. Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Setiap orang memiliki tingkat dan bentuk bakat kreatif yang berbeda, hal
ini tergantung dari bagaimana setiap orang membentuk dan mengembangkan
bakat kreatif yang dimiliki. Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009)
menjelaskan dua hal terkait yang dapat mempengaruhi perkembangan kreativitas,
sebagai berikut:
a. Faktor internal, hal ini berasal dari individu yang terkait. Faktor internal
membentuk susunan atau ide baru yang didasarkan pada hal-hal yang sudah
sebelumnya, hal ini hasil dari seseorang dalam mengembangkan maupun
mengeksplorasi beberapa bagian, bentuk maupun konsep. Menurut Rogers
(dalam Munandar, 2009) dikatakan bahwa setiap individu memiliki dorongan
dari dalam dirinya untuk dapat berkreativitas, menggapai potensi yang
dimiliki, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang
dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi utama bagi individu dalam
mengembangkan kreativitas ketika individu membentuk hubungan baru
dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (rogers,
dalam Munandar, 2009). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Munandar yang
menyatakan bahwa seseorang akan dapat mewujudkan keinginan harus
memiliki motivasi intrinsik , selain didukung oleh dorongan, perhatian atau
dukungan, serta pelatihan dari lingkungan.
b. Faktor eksternal, merupakan faktor yang berasal dari luar individu yang terkait
dengan aspek-aspek keamanan serta kebebasan psikologis, selain itu
pandangan serta minat dari setiap individu pun memiliki cara pandang yang
berbeda. Faktor eksternal ini juga terkait dengan adanya dorongan untuk
melakukan suatu hal baru seperti eksperimen dan kegiatan positif lainnya,
guna mengembangkan aspek koginitif seseorang dan menumbuhkembangkan
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 11
inisiatif, selain hal ini juga terkait dengan penerimaan dan penghargaan pada
setiap individu. Munandar ( 2009) menyatakan bahwa lingkungan yang dapat
mempengaruhi kreativitas individu diantaranya lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan sumber utama
pengembangan kreativitas individu. Selain itu, dalam meningkatkan dan
menumbuhkan kreativitas individu dimulai dari jenjang pra sekolah hingga ke
perguruan tinggi. Kemudian peran lingkungan masyarakat bagi lingkungan
individu ialah kebuadayaan-kebudayaan yang terdapat didalamnya, karena hal
ini juga ikut serta dalam perkembangan kreativitas seseorang.
Hurlock (2005) mengatakan bahwa secara umum terdapat faktor-faktor
penentu yang dapat pula mempengaruhi kreativitas, yaitu:
1. Jenis Kelamin
Hasil penelitin terdahulu menyatakan bahwa laki-laki akan lebih
cenderung kreatif dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini terjadi
karena perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan dan perempuan.
Anak laki-laki cenderung lebih berani mengambil resiko dibandingkan
dengan anak perempuan yang cenderung lebih berfikir dua kali dalam
bertindak. Selain itu, anak laki-laki akan lebih diberikan waktu mandiri
dalam mengeksplorasi kreativitas.
2. Kondisi sosial ekonomi
Anak dengan kondisi sosial ekonomi tinggi akan cenderung lebih kreatif
dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi lemah. Hal ini dikarenakan
anak dengan kondisi sosial ekonomi tinggi cara mendidik terhadap anak
akan lebih demokratis, dibandingkan dengan ekonomi lemah. Kondisi ini
juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang kereativitas pada anak.
3. Ukuran keluarga
Anak yang berasal dari keluarga kecil akan memiliki kecenderungan yang
lebih dalam hal kreatvitasnya, dibandingkan dengan keluarga yang
memiliki anggota keluarga lebih banyak. Keluarga yang berjumlah besar
akan memiliki pola asuh otoriter, sehingga hal ini berpengaruh dalam
perkembangan kreativitas anak.
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 12
4. Lingkungan kota dan desa
Anak yang tinggal di lingkungan desa akan lebih rendah dalam hal
kreativitasya jika dibandingkan dengan anak yang tinggal di kota. Karena
di pedesaan pada umumnya memiliki pola asuh otoriter, hal ini dapat
sedikit menghambat kreativitas pada anak.
5. Intelegnsi
Anak yang memiliki intelegensi tinggi akan cenderung lebih kreatif jika
dibandingkan dengan anak yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata.
Hal ini dikarenakan anak dengan kemampuan intelegensi tinggi lebih akan
mampu membentuk gagasan baru pada berbagai situasi sosial serta
penyelesaian konflik.
1.7. Faktor yang Menghambat Kreativitas
Terdapat beberapa hal uang menghambat kreativitas menurut Munandar (
2009), diantaranya adalah:
a. Evaluasi, merupakan salah satu hal yang penting, namun terkadang yang
terjadi para pendidik kurang memahami waktu yang tepat dan yang tidak
tepat. Ada beberapa pendidik yang memberikan evaluasi pada saat proses
kreativitas berlangsung bahkan ada yang tidak memberikan evaluasi sehingga
anak tidak mengerti letak kekurangannya. Hal ini menjadi penting karena
merupakan salah satu syarat untuk mengembangkan kreativitas konstruktif.
b. Hadiah (reward), hal ini dapat merobohkan kreativitas serta dapat merubah
motivasi intrinsik pada diri anak.
c. Persaingan (competition), terjadi ketika salah satu anak mengikuti suatu
kompetisi dengan siswa lainnya, dimana nantinya yang terbaik mendapat
hadiah
d. Lingkungan yang membatasi, belajar dan kreativitas tidak dapat
dikembangkan dengan suatu paksaan, jika hal ini terjadi maka akan sulit untuk
dapat mengembangkan kreativitasnya.
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 13
Konsep pendidikan dan metode pengajaran yang dibatasi menyebabkan
pelaksanaan kreativitas terhanbat (Chen, 2004, dalam Nastity, 2016). Berikut
beberapa hal yang menghambat kreativitas:
1. Pendekatan yang dilakukan pendidik kurang memadai atau kurang mendalam.
Pendidik hanya lebih fokus kepada ilmu yang disampiakna hanya sebatas
sebagai ilmu engetahuan. Tanpa memberikan pemahaman dengan
memberikan beberapa macam inovasi pengajaran kepada peserta didik
2. Kurang dalam penerapan sistem evaluasi. Peserta didik hanya dapat lulus
dengan orientasi yang sempit dengan hanya menilai apa yang telah dipelajari
sebelumnya di kelas tanpa memperhatikan aspek lain, seperti kegiatan
ekstrakulikuler
3. Pengajaran dan kurikulum tidak sesuai dengan kebutuhan sosial. Referensi
buku yang kurang berkembang dan terkadang sangat membatasi kegiatan
inovatif siswa yang ingin mengembangkan potensi dalam kegiatan
ekstrakurikuler.
Sikap orangtua yang dapat menghambat kreativitas pada anak adalah
(Rachmawati, 2012) :
a. Mengatakan kepada anak bahwa ia akan diberikan apabila anak melakukan
kesalahan
b. Tidak memperbolehkan anak menanyakan keputusan orangtua dan tidak
memberikan kesempatan anak untuk mengemukakan pendapat
c. Tidak memperbolehkan anak untuk bersosialisasi dengan anak yang memiliki
keluarga yang berbeda pandangan
d. Orangtua memberikan secara merinci tentang penyelesaian, kurang
memberikan ruang kepada anak untuk berfikir.
e. Orangtua memberikan evaluasi terhadap anak, sehingga menolak gagasan atau
ide-ide anak
f. Orangtua memberikan tekanan dan memaksa anak dalam menyelesaikan tugas
atau permasalahan yang dihadapi.
1.8. Strategi Mengembangkan Kreativitas
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 14
Menurut Munandar (2009) terdapat stretegi 4P (person, press, process
dan product) yang dapat mengembangkan kreativitas individu. Berikut uraian
strategi 4P tersebut :
1. Pribadi (Person)
Kreativitas adalah ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan
lingkungannya. Ungkapan kreatif mencerminkan orisinalitas dari individu
tersebut. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya
ide-ide baru dan produk yang inovatif. Oleh karena itu pendidik hemdaknya
dapat menghargai keunikan pribadi dari bakat-bakat siswa. Lingkungan
(pendidik,orangtua, masyarakat) tidak mengharapkan semua melakukan atau
menghasilkan hal-hal yang sama, atau mempunyai minat yang sama. Pendidik
atau lingkungan hendaknya membantu peserta didik menemukan bakat-
bakatnya dan menghargainya.
2. Pendorong (Press)
Bakat kreatif individu akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari
lingkunganya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi
internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam
lingkungan yang mendukung tetapi dapat pula terhambat dalam lingkungan
yang tidak menunjang. Di dalam keluarga, sekolah, di dalam lingkungan
pekerjaan maupun di masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan
terhadap sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok.
3. Proses (Process)
Untuk mengembangkan kreativitas, individu perlu diberi kesempatan untuk
bersibuk diri secara kreatif. Lingkungan (pendidik, orangtua, masyarakat)
hendaknya dapat merangsang individu untuk melibatkan dirinya dalam
kegaitan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana dan prasarana yang
diperlukan. Dalam hal ini yang penting adalah memberi kebebasan terhadap
individu untuk mengekespresikan dirinya secara kreatif dengan persyaratan
tidak merugikan orang lain atau lingkungan. Pertama-tama yang perlu ialah
proses bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu menuntut
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 15
dihasilkannya produk-produk kreatif yang bermakna. Hal ini akan datang
sendirinya dalam iklim yang menunjang, menerima dan menghargai.
4. Produk (Product)
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang
bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana
keduanya mendorong (press) seseorangan untuk melibatkan dirinya dalam
proses (kesibukan, kegiatan) kreatif. Dengan dimilikinya bakat dan ciri-ciri
pribadi kreatif, dan dengan dorongan (internal maupun eksternal) untuk
bersibuk diri secara kreatif, maka produk-produk kreatif yang bermakna
dengan sendirinya akan timbul. Hendaknya lingkungan menghargai produk
kreativitas dari individu dan mengkomunikasikannya kepada orang lain,
misalnya dengan memperyunjukkan hasil karya individu. Ini akan menggugah
minat individu untuk berkreasi.
Pengembangan kreativitas dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana
individu tinggal. Oleh karena itu diperlukan suatu lingkungan yang dapat
mengembangkan kreatifitas. Rogers (dalam Munandar, 2009) mengatakan bahwa
kondisi lingkungan dapat dikatakan memiliki kontribusi dalam mengembangkan
kreatifitas ditandai dengan adanya:
1. Keamanan psikologis, terdapat tiga proses yang saling terkait dalam
mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya:
a. Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan
keterbatasannya
b. Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi
eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai
efek mengancam
c. Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati
perasaan,pemikiran, tindakan individu dan mampu melihat dari sudut
pandang mereka dan menerimanya
2. Kebebasan psikologis, merupakan lingkungan yang bebas secara
psikologis serta memberikan kesempatan bagi individu dalam
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 16
mengekspresikan emosional,pikiran maupun perasaan-perasaannya secara
simbolis.
Menurut Rachmawati (2012) dikatakan bahwa terdapat empat faktor
pendukung dalam mengembangkan kreativitas anak, yaitu:
1. Rangsangan mental
Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan mental
yang mendukung. Dengan adanya dukungan mental anakakan merasa dihargai
dan diterima keberadaannya sehingga ia kan berkarya dan memiliki
keberanian untuk memperlihatkan kemampuannya. Sebaliknya, tanpa
dukungan mental yang positif bagi anak maka kreaativitas tidak akan
terbentuk.
2. Iklim dan kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan di sekitar anak sangat berpengaruh besar dalam
menumbuhkembangkan kreativitas, lingkungan yang sempit, pengap dan
menjemukan akan terasa muram dan tidak bersemangat dalam mengumpulkan
ide cemerlang. Kreativitas dengan sendirinya akan mati dan tidak berkembang
dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung
3. Peran Guru
Guru adalah tokoh bermakna dalam kehiupan anak. Guru memgang peranan
lebih dari sekedar mengajar, malinkan mendidik dalam arti yang
sesungguhnya. Guru yang kreatif adalah guru yang secara aktif mampu
menggunakan berbagai macam pendekatan dalam proses kegiatan belajar dan
membimbing siswanya.
4. Perang orangtua
Ada beberapa sikap orangtua yang dapat menunjang tumbuhnya kreativitas
anak adalah sebagai berikut:
a. Menghargai pendapat dan mendorong anak untuk dapat
mengungkapkan pendapatnya.
b. Memberi waktu kepada anak untuk berpikir , merenung dan
memikirkan solusi terbaik
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 17
c. Membolehkan anak mengambil keputusan sendiri dalam
menyelesaikan masalah.
d. Memberi dorongan dan memberikan masukan berupa arahan untuk
anak dalam menentukan langkah apa yang hendak dicapai
e. Menyakinkan anak bahwa orangtua menghargai apa yang ingin
dilakukan oleh anak, dengan menghargai proses
f. Menunjang dan mendorong kegiatan anak
g. Menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak
h. Memberi pujian kepada anak sebagai tanda pemberian reward untuk
anak.
i. Mendorong kemandirianbagi anak dalam menjalankan
tanggungajawab.
1.9. Peranan Kepribadian dalam Kreativitas
3.10.1 Teori Psikoanalisa
Pada umumnya teori-teori Psikoanalisa melihat kreativitas sebagai hasil
mengatasi suatu masalah, yang biasanya dimulai di masa anak. Pribadi kreatif
dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis,
yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan tidak
disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dan trauma. Keadaan kreatif
menstransformasikan keadaan psikis yang tidak sehat menjadi sehat (Munandar,
2009).
a. Teori Freud
Sigmund Freud menganut pandangan kemampuan kreatif merupakan ciri
kepribadian yang menetap pada lima tahun pertama dari kehidupan. Ia
menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya
tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak
menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Karena mekanisme pertahanan
mencegah pengamatan yang cermat dari dunia, dank arena menghabiskan energi
psikis, mekanisme pertahanan biasanya merintangi produktivitas kreatif.
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 18
Freud percaya bahwa dari kebanyakan mekanisme pertahanan diri
menghambat kreativitas, mekanisme sublimasi justru menjadi penyebab utama
kreativitas. Kaitan antara kebutuhan seksual yang tidak disadari dan kreativitas
muncul di tahun-tahun pertama kehidupan. Menurut Freud, orang hanya didorong
untuk menjadi kreatif jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual secara
langsung. Pada umur empat tahun anak mengembangkan hasrat fisik orangtua dari
jenis kelamin yang berbeda. Karena kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka terjadi
sublimsi dan awal dari imajinasi.
b. Teori Jung
Carl Jung juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang
amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari
dibentuk oleh masa lalu pribadi. Di samping itu, ingatan kabur dari pengalaman-
pengalaman seluruh umat manusia tersimpan di sana. Secara tak sadar kita
“mengingat” pengalaman-pengalaman paling berpengaruh dari nenek moyang.
Dari ketidaksadaran kolektif ini timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya
baru lainnya. Proses inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.
3.10.2 Teori Humanistik
Teori humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan
psikologis tingkat tinggi. Kreativitas dapat berkembangan selama hidup, tidak
terbatas pada lima tahun pertama kehidupan (Munandar, 2009).
a. Teori Maslow
Menurut Abraham Maslow, manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang
menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuha ini harus dipenuhi dalam urutan
tertentu. Kebutuhan primitive muncul pada saat lahir dan kebutuhan tingkat tinggi
berkembang sebagai proses pematanagan
Urutan dari hierarki kebutuhan ini jelas, tidak ada yang dapat mewujudkan
dirinya jika menderita karena kelaparan. Keempat kebutuhan pertama disebut
deficiency karena mungkin dapat dipuaskan sampai tidak dirasakan kebutuhannya
lagi. Dua kebutuhan pada tingkat tertinggi disebut sebagai kebutuhan being,
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 19
karena jika dipupuk kebutuhan itu menjadi kuat, memperkaya keberadaan
individu.
Proses perwujudan diri erat dengan kreativitas. Bebas dari neurosis,orang
yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka
dapat mencapai apa yang disebut oleh Maslow sebagai peak experience”, saat
mendapat kilasan ilham yang menyebabkan kegembiraan dan rasa syukur.
b. Teori Rogers
Menurut Carl Rogers, tiga kondisi dari pribadi yang kreatif adalah :
1. Keterbukaan terhadap pengalaman
2. Kemampuan menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal
locus of evaluation)
3. Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “ bermain” dengan konsep-konsep.
Setiap orang yang memiliki ketiga ciri ini kesehatan psikologisnya sangat
baik. Orang ini berfungsi sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif. Ketiga
ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam untuk berkreasi
(internal proses).
Kedua aliran teori tersebut, psikoanalisis dan humanistik amat berbeda
dalam penjelasan kepribadian kreatif. Munandar ( 2009) menjelaskan penekanan
teori psikoanalisis pada alam pikiran tidak sadar dan timbulnya kreativitas sebagai
kompensasi dari masaanak yang sulit. Sedangkan teori humanistik lebih
menekanan pada kesehatan psikologis yang memungkinkan seseorang mengatasi
masalah kehidupan. Aliran humanistik melihat kreativitas sebagai lebih sadar,
kognitif dan intensional daripada teori psikoanalisis. Konsep humanistik ialah
bahwa kreativitas dilahirkan karena dorongan untuk mencapai kemungkinan-
kemungkinan yang tertinggi dalam hidup dan bukan sebagai pertahanan neuoris.
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 20
Daftar Pustaka
Anastasia, A & Urbina S. (1998). Tes Psikologi (edisi Bahasa Indonesia). Jakarta:
PT.Prenhallindo
Azwar, S. 2011. Pengantar Psikologi Inteligensi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Goleman Daniel. 2001. Emosional Intelligence: mengapa EI lebih penting dari
pada IQ, Jakarta: Gramedia. (Terj.)
Guilford, J.P. 1950. Creativity. American Psychologist, Vol. 5
Hurlock, Elizabeth. 2005. Perkembangan Anak. Bandung: Erlangga
Kartini, Kartono. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung :
Mandar Maju.
Khadijah, Nyanyu. 2009. Psikologi Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo
Press.
Kim, M., Roh & Cho. 2016. Creativity of Gifted Student in an Integrated Math-
Science Instruction. Journal of Skill and Creativity Vol.19 pp38-48
Lestari, Ayuliani Rizqi. 2017. Hubungan Antara Intelegensi dan Kreativitas Pada
Siswa Cerdas Istimewa di SMA 1 Gresik. Skripsi: Universitas Airalngga
Mardianto. 2012. Psikologi Pendidikan Landasan Bagi Pengembangan Strategi
Pembelajaran. Medan : Perdana Publishing
Munandar, S.C.U. 1977. A Study of Relationship between Measures of Creative
Thinking and a Number of Educational Variables in Indonesia Primary
and Junior Secondary Schools. Jakarta: Depdikbud.
Munandar, S.C.U. 2001. Pengalaman 10 Tokoh Kreativitas Indonesia :
Mengembangkan Kreativitas. Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nastity, Sanny Ayu. 2016. Perbedaan Tingkat Kreativitas Ditinjau dari Persepsi
Anak Terhadap Pola Asuh Orangtua Siswa SD Muhammadiyah 4 Surabaya.
Skripsi. Universitas Airlangga.
Rachmawati, Y. 2012. Startegi Pengembangan Kreativitas Pada Anak. Jakarta:
Kencana Perdana Media Group.
Jati Fatmawiyati| Magister Psikologi Universitas Airlangga Page 21
Rhodes, M. 1961. An Analysis Of Creativity. The Phi Delta Kappan, 42(7), 305-
310.
Salim, A. 2012. Studi Deskriptif Orisinalitas Respon Terhadap Stimulus
Lingkaran Tes Kreativitas Figural. (TKF) Usia 12-13 Tahun. Skripsi:
Universitas Airlangga.
Semiawan, Conny dkk, 1994. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah
Menengah, Gramedia, Jakarta.
Stenberg, Robert J, Edward E. Smith. 1988. The Psychology of Human Thought.
USA: Cambridge University Press.
Stenberg, R. J., Kaufman J.C., & Prez J.E. 2002. The Creativity. New York:
Psychology Press
Solso, R.l., Maclin, O.H., & Machlin, M.K. 2008. Psikologi Kognitif. Jakarta :
Erlangga.
Sukardi, Dewa Ketut & Desak P. E. Nila Kusmawati. 2008. Proses Bimbingan
dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : ANDI
Weisberg, Robert W. 2006. Creativity: Understanding Innovation in Problem
Solving, Science, Invention and the Art. USA: John Willey & Sons, Inc.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
This study designed and applied integrated math-science instruction to gifted students to enable expression of creative potential, and examined the creativity and creative productivity in the context of a classroom designed to facilitate improvement. Study participants consisted of 20 mathematically gifted elementary students in a combined 5-6th grade class operated by a university affiliated institute for gifted students in Seoul, South Korea. Gifted students that received 8 sessions of integrated instruction did not think of math and science concepts separately but designed the solution process appropriately and solved problems creatively. Creativity tests showed a high correlation between subcomponents, and assessment scores on productivity using a gear Goldberg machine showed that divergent thinking and originality have a significant effect on the production process.
Book
How cognitive psychology explains human creativity Conventional wisdom holds that creativity is a mysterious quality present in a select few individuals. The rest of us, the common view goes, can only stand in awe of great creative achievements: we could never paint Guernica or devise the structure of the DNA molecule because we lack access to the rarified thoughts and inspirations that bless geniuses like Picasso or Watson and Crick. Presented with this view, today's cognitive psychologists largely differ finding instead that "ordinary" people employ the same creative thought processes as the greats. Though used and developed differently by different people, creativity can and should be studied as a positive psychological feature shared by all humans. Creativity: Understanding Innovation in Problem Solving, Science, Invention, and the Arts presents the major psychological theories of creativity and illustrates important concepts with vibrant and detailed case studies that exemplify how to study creative acts with scientific rigor. Creativity includes: Two in-depth case studies—Watson and Crick's modeling of the DNA structure and Picasso's painting of Guernica— serve as examples throughout the text Methods used by psychologists to study the multiple facets of creativity The "ordinary thinking" or cognitive view of creativity and its challengers How problem–solving and experience relate to creative thinking Genius and madness and the relationship between creativity and psychopathology The possible role of the unconscious in creativity Psychometrics—testing for creativity and how personality factors affect creativity Confluence theories that use cognitive, personality, environmental, and other components to describe creativity Clearly and engagingly written by noted creativity expert Robert Weisberg, Creativity: Understanding Innovation in Problem Solving, Science, Invention, and the Arts takes both students and lay readers on an in-depth journey through contemporary cognitive psychology, showing how the discipline understands one of the most fundamental and fascinating human abilities. "This book will be a hit. It fills a large gap in the literature. It is a well-written, scholarly, balanced, and engaging book that will be enjoyed by students and faculty alike." —David Goldstein, University of Toronto
Tes Psikologi (edisi Bahasa Indonesia)
  • Anastasia
  • S Urbina
Anastasia, A & Urbina S. (1998). Tes Psikologi (edisi Bahasa Indonesia). Jakarta: PT.Prenhallindo
Pengantar Psikologi Inteligensi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar Goleman Daniel
  • S Azwar
Azwar, S. 2011. Pengantar Psikologi Inteligensi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar Goleman Daniel. 2001. Emosional Intelligence: mengapa EI lebih penting dari pada IQ, Jakarta: Gramedia. (Terj.)
  • J P Guilford
Guilford, J.P. 1950. Creativity. American Psychologist, Vol. 5
Perkembangan Anak. Bandung: Erlangga Kartini, Kartono. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan)
  • Elizabeth Hurlock
Hurlock, Elizabeth. 2005. Perkembangan Anak. Bandung: Erlangga Kartini, Kartono. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung : Mandar Maju.
Psikologi Pendidikan
  • Nyanyu Khadijah
Khadijah, Nyanyu. 2009. Psikologi Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.
Hubungan Antara Intelegensi dan Kreativitas Pada Siswa Cerdas Istimewa di
  • Ayuliani Lestari
  • Rizqi
Lestari, Ayuliani Rizqi. 2017. Hubungan Antara Intelegensi dan Kreativitas Pada Siswa Cerdas Istimewa di SMA 1 Gresik. Skripsi: Universitas Airalngga