December 2019
·
6,604 Reads
·
3 Citations
Dalam tiga dekade terakhir banyak peneliti di dunia yang mulai secara konsisten mengembangkan berbagai penelitiannya pada isu lingkungan. Fenomena ini bukanlah suatu hal yang bersifat insidental. Akan tetapi, di tengah berbagai krisis ekologi yang terjadi di Bumi dan kerusakan yang disebabkan oleh keserahakan manusia memberikan kecemasan di kalangan peneliti terhadap masa depan Bumi kita ini. Setiap hari, berbagai media massa lokal, nasional, hingga internasional tidak pernah absen untuk memberitakan berbagai kerusakan ekologi yang terjadi, mulai isu penebangan hutan, penambangan liar, efek rumah kaca, hingga semakin menipisnya lapisan ozon Bumi. Setidaknya terdapat dua momen yang berkaitan erat dengan semakin meningkatnya pamor studi lingkungan saat ini. Pertama, perkembangan espitemologi keilmuan yang mengarahkan kesadaran manusia untuk lebih terlibat dalam usaha penyelamatan ekologi Bumi. Hal ini ditandai oleh sebuah gerakan pemikiran yang dikenal dengan “ecology turn” pada 1990-an. Pergeseran paradigma ini utamanya terjadi dalam bidang sastra yang kemudian dikenal dengan istilah ekokritik. Selain munculnya pertanyaan-pertanyaan baru dalam bidang sastra, ekokritik juga membangun kembali metodologinya. Dalam kerangka ini, banyak para peneliti yang memanfaatkan berbagai bidang humaniora lain ataupun ilmu sosial untuk memahami permasalahan lingkungan melalui sastra. Kedua, di tengah berbagah kesadaran akan pentingnya peran berbagai keilmuan untuk turut andil dalam permasalahan ekologi yang terjadi, berdiri The Association fot the Study of Literature and Envornment (ASLE) di Amerika Serikat. Asosiasi ini merupakan sebuah gerakan global yang terdiri dari ilmuwan dan penulis yang tertarik untuk mengeksplorasi hubungan antara manusia dengan alam, serta dampak yang dihasilkannya. Asosiasi ini bukanlah sebuah gerakan intelektual monodisiplin, tetapi bersifat interdisipliner, seperti ekologi pendidikan, sastra, dan lain-lain. Berbagai peneliti tersebut mencoba memahami berbagai dinamika yang terjadi antara hubungan yang dihasilkan oleh manusia dengan alam selama ini. Saat ini organisasi ini juga telah berkembang pesat di berbagai wilayah dunia. Sebagai sebuah gerakan global, kegiatan yang berfokus pada permasalahan lingkungan ini banyak mendapat minat dari berbagai ahli di seluruh penjuru dunia, seperti Amerika, Eropa, Asia, Afrika, hingga Australia. Buku ini merupakan salah satu respon penulis terhadap isu ekologi yang berkembang saat ini. Sebagai bidang keilmuan dalam rumpun humaniora, peran ilmu sastra dalam mengemban tanggung jawab ekologis perlu menempatkan posisinya secara nyata dalam perdebatan yang terjadi. Dalam tulisannya, Andalas (2018), memaparkan mengenai pentingnya sebuah tanggung jawab kultural dalam pengembangan sebuah espitemologi sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Melalui kesadaran baru terhadap dimensi analisis yang merespon isu “nyata” di sekitar kehidupan, peneliti dapat membongkar dimensi ideologis dan merumuskan ide pencegahan dan penanggulan yang berguna bagi kehidupan manusia. Melalui kerangka ini, ilmu sastra haruslah memperluas cara pandangnya dengan mendekati bidang ilmu lain sebagai kerangka kajian yang dapat menopang pemahaman sastra terhadap isu ekologi yang terjadi, salah satunya yaitu bidang budaya. Ekologi budaya merupakan salah satu dari sub pembagian bidang ekologi manusia, di samping ekologi biologis. Sebagai bidang yang relatif baru, utamanya dalam sastra Indonesia, kami merasa diperlukan adanya suatu buku yang dapat menjadi pengantar pemahaman menuju dimensi ekologi-budaya dalam kajian sastra. Sebagai sebuah buku pengantar, tentu tidak semua hal yang berkaitan dengan persoalan ekologi-budaya dapat ditemukan di buku ini. Kami berangkat dari asumsi bahwa pembaca pemula yang nantinya memanfaatkan buku ini belumlah memiliki pengetahuan mengenai bidang ekologi maupun antropologi budaya, sehingga kami mencoba membangun pemahaman dari bawah. Dalam kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada beberapa pihak yang turut mendukung terbitnya buku ini, yaitu Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Dekan dan Wakil Dekan FKIP UMM, serta kolega dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang yang senantiasa menjadi teman diskusi yang menyenangkan. Terlepas dari berbagai kekurangan yang ada, semoga dengan kehadiran buku ini dapat membuka dimensi kajian sastra interdisipliner yang lebih luas, utamanya terkait dengan isu ekologi-budaya dalam kajian-kajian sastra Indonesia. Kami juga sangat berharap adanya kritik dan saran dari pembaca untuk mengembangkan konsep ekologi budaya sebagai sebuah kajian interdisipliner sastra dengan lebih baik lagi.