St. Junaeda’s research while affiliated with State University of Makassar and other places

This paper explains how changing Islam, previously the religion of the people of South Sulawesi, became the state religion (Gowa-Tallok Kingdom). Placing the right context in institutionalizing Islam in the Gowa-Tallok Kingdom can explain how Islamization in South Sulawesi took place until 1611. The historical method is used, which focuses on the causal aspects of the events being studied. The causal aspect of events is based on the narrative contained in the sources and references referred to as a marker of library research. This paper explains that the conversion of Islam in South Sulawesi society occurred long before Islam became the state religion. Adaptively, the people of South Sulawesi have been exposed to Islam through a network of Muslim traders and muballigh for 125 years. The people of South Sulawesi had been familiar with the teachings of Islam, subject to external pressures that favored the conversion of local religions to Islam. When Islam was institutionalized as the state religion, it took only 7 (seven) years to convert the people of South Sulawesi to Islam. By 1611, South Sulawesi had been Islamized, except for the mountainous areas in the north.

Kejahatan yang dilakukan oleh anak semakin marak. Begitu juga residivis anak yang menjadi indikator pidana penjara tidak menjadi sarana efektif bagi beberapa anak dalam perubahan karakternya, sehingga penanaman kesadaran hukum kepada anak yang berhadapan dengan hukum dianggap penting. Pengabdian ini diharapkan menjadi upaya perbaikan karakter anak yang berhadapan dengan hukum melalui peningkatan kesadaran hukum. Kegiatan ini terdiri atas beberapa tahapan yakni, observasi, penyuluhan materi, FGD, Evaluasi. Kegiatan ini menunjukkan nilai posiitif dengan hadirnya pemahaman yang baik dan implementasi nilai kesadaran hukum di lingkungan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas IIa Maros sehingga diharapkan kedepannya anak menjadi pribadi yang baik dan dapat menjadi agen of change.

Permasalahan program green school yang dilaksanakan disekolah belum diintegrasikan dalam kurikulum di sekolah. Rendahnya kesadaran peserta didik terhadap pentingnya gaya hidup berkelanjutan menjadi faktor mewujudkan go green di sekolah sangat sulit. Pengabdian ini diharapkan menjadi salah satu upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sosialisasi berbagai kegiatan yang dapat mendukung go green school di SMA Negeri 12 Bone diharapkan dapat membentuk karakter peserta didik sehingga gaya hidup berkelanjutan dapat diwujudkan. Pelatihan ini menggunakan metode ceramah, diskusi, dan Focus Group Discussion (FGD). Hasil pengabdian ini menunjukkan bahwa karakter peserta didik dan guru di SMA Negeri 12 Bone dalam mendukung gaya hidup berkelanjutan sudah nampak pada berbagai kegiatan, baik kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bone maupun kegiatan yang dilaksanakan dengan melibatkan semua unsur di SMA Negeri 12 Bone, orang tua peserta didik maupun masyarakat sekitar

Kajian mengenai transformasi pemikiran Islam di Indonesia sangat penting untuk melihat keterhubungan antara Timur Tengah dengan Indonesia. Wacana pembaharuan Islam berkembang seiring dengan kompleksitasnya kondisi Timur Tengah, serta menguatnya praktik pemurnian Islam dan modernisme barat pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Wacana pembaharuan Islam terus ditransmisikan dan pada prosesnya bertransformasi menjadi sebuah gerakan yang potensial di Indonesia. Praktik pembaharuan Islam terus dimodelkan, sehingga kontektual dengan zamannya. Praktik tersebut muncul secara dinamis, meskipun cenderung saling tumpang tindih antara pemikiran yang sifatnya ideologismaupun simbolis. Pada abad ke-20, praktik ini muncul dalam berbagai perwajahan organisasi Islam yang lebih tegas dalam menjelaskan aspek pembaharuan Islam sebagai dasar pergerakannya. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode sejarah dengan menitikberatkan pada konsep dasar mengenai transformasi. Konsep transformasi menandai sebuah proses kesinambungan dan perubahan dari wacana pemurnian dan pembaharuan Islam. Wacana pemurnian dan pembaharuan Islam di Indonesia muncul untuk menantang praktik wacana sufisme (tarekat), yang telah menggejala dalam masyarakat Indonesia. Wacana pemurnian dan pembaharuan Islam, terus dimodelkan oleh organisasi Islam dan mendapatkan momentumnyan dalam konteks kolonilaisme, sehingga mengalami transformasi menjadi sebuah gerakan praksis untuk menantang praktik kolonialisme Belanda.

This study presents the application of a problem-based learning model at the State Junior High School 2 Majene. This study aims to describe the methods used by teachers in the application of problembased learning models. This study uses a quantitative approach. Data collection techniques used with interviews and documentation. Problem-based learning is a learning approach by developing critical thinking skills and problem-solving skills and is used to stimulate students’ higher-order thinking. Problem-based learning makes real problems as suggestions for the learning process before knowing the formal concepts. In the application of learning in SMP Negeri 2 Majene seen in 3 aspects, namely; characteristic aspects, aspects of the nature of the strategy and aspects of the stages in the strategy. These aspects illustrate that the implementation of problem-based learning strategies in SMP Negeri 2 Majene has been going well.

This study aims to foster the spirit of nationalism and or national insight in students at MTs Miftahul Ulum, Gowa Regency through Indonesian genre films. Film is a medium that is easily understood and digested by students compared to other media that tend to be conventional. The method used is watching Indonesian genre films. Through watching this film, students gain an aspect of consciousness, so that after watching the film, students feel and bring up in their minds the importance of protecting and loving Indonesia, both as a homeland and as a nation. The results showed that after they finished watching several films such as: Denias, Senandung di Atas Awan and Tanah Surga “Katanya”, it showed that they were able to have knowledge and understanding that nationalism and national insight were not only about fighting the colonialists (Dutch and Japanese Colonial). They have an understanding that nationalism can be expressed in different forms according to the context of the era. Students love and are proud of Indonesia.