This page lists works of an author who doesn't have a ResearchGate profile or hasn't added the works to their profile yet. It is automatically generated from public (personal) data to further our legitimate goal of comprehensive and accurate scientific recordkeeping. If you are this author and want this page removed, please let us know.
The purpose of this study is to analyze the implementation of zakat in three ASEAN countries (Indonesia, Malaysia, and Singapore) during 2021–2023, focusing on the policies and practices applied in each country. A comparative approach is used to identify differences and similarities in legal frameworks, governance mechanisms, and their impact on society. Research data were obtained through the analysis of policy documents, zakat institution reports, and a review of relevant literature. The findings of this study reveal that the regulatory systems for zakat in Indonesia, Malaysia, and Singapore reflect differing approaches tailored to the characteristics of their societies and governmental structures. Indonesia has a robust legal framework through Law No. 23 of 2011, which provides a foundation for BAZNAS and LAZ to collaborate in managing zakat. Malaysia employs a decentralized system, with each state having full authority over zakat management. While this approach allows responsiveness to local needs, the absence of national regulation leads to weak coordination and disparities in transparency and efficiency among states. Singapore demonstrates the most centralized and professional zakat management system through the Islamic Religious Council of Singapore (MUIS), regulated by the Administration of Muslim Law Act (AMLA). Supported by modern technologies such as online zakat payment systems, Singapore achieves a high level of efficiency despite its Muslim community comprising only 15% of the total population. This study provides recommendations to enhance the effectiveness of zakat implementation in the ASEAN region through policy harmonization and strengthened inter-country collaboration.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi aspek keprilakuan dalam penyusunan anggaran alokasi dana desa di Desa Lekopa’dis Kabupaten Polewali Mandar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi aspek keprilakuan dalam penyusunan anggaran alokasi dana desa, di Desa Lekopa’dis Kabupaten Polewali Mandar telah diterapkan dan dilaksanakan dengan baik tetapi masih perlu adanya penerapan secara sempurna sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kendala pada proses produksi dan menggunakan pendekatan theory of constraint untuk mengetahui bagaimana mengatasi kendala dari biaya produksi untuk memaksimumkan keuntungan pada bulan November dan Desember 2019 di PT. Sumber Graha Sejahtera (SGS) Luwu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Kendala yang terjadi pada perusahaan PT. Sumber Graha Sejahtera Luwu untuk bulan November dan Desember 2019 yaitu terletak pada sumber daya manusia, masalah kualitas bahan baku dan masalah hasil produksi. Penyelesaian masalah yang terjadi pada proses produksi di perusahaan PT. Sumber Graha Sejahtera Luwu bulan November dan Desember tahun 2019 sudah sesuai dengan kajian teori yaitu dengan identifikasi kendala proses manufaktur, eksploitasi masalah proses manufaktur, sub ordinasi pada semua hal yang berkaitan dengan kendala, evaluasi kendala dan mengulangi proses keseluruhan. Hal ini menunjukkan perusahaan mampu menekan atau meminimalkan jumlah biaya produksi bulan November dan Desember tahun 2019, terbukti dengan jumlah biaya yang terealisasi masih dibawah dari jumlah yang dianggarkan oleh perusahaan. Untuk meningkatkan laba, ada dua hal penting yang diperhatikan perusahaan yaitu, meningkatkan jumlah penjualan dan menekan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan, dalam hal ini adalah biaya produksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kendala pada proses produksi dan menggunakan pendekatan theory of constraint untuk mengetahui bagaimana mengatasi kendala dari biaya produksi untuk memaksimumkan keuntungan pada bulan November dan Desember 2019 di PT. Sumber Graha Sejahtera (SGS) Luwu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Kendala yang terjadi pada perusahaan PT. Sumber Graha Sejahtera Luwu untuk bulan November dan Desember 2019 yaitu terletak pada sumber daya manusia, masalah kualitas bahan baku dan masalah hasil produksi. Penyelesaian masalah yang terjadi pada proses produksi di perusahaan PT. Sumber Graha Sejahtera Luwu bulan November dan Desember tahun 2019 sudah sesuai dengan kajian teori yaitu dengan identifikasi kendala proses manufaktur, eksploitasi masalah proses manufaktur, sub ordinasi pada semua hal yang berkaitan dengan kendala, evaluasi kendala dan mengulangi proses keseluruhan. Hal ini menunjukkan perusahaan mampu menekan atau meminimalkan jumlah biaya produksi bulan November dan Desember tahun 2019, terbukti dengan jumlah biaya yang terealisasi masih dibawah dari jumlah yang dianggarkan oleh perusahaan. Untuk meningkatkan laba, ada dua hal penting yang diperhatikan perusahaan yaitu, meningkatkan jumlah penjualan dan menekan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan, dalam hal ini adalah biaya produksi.
ABSTRAKProgram Pengembangan Desa Mitra (PPDM) di Desa Alu, Polewali Mandar, Sulawesi Barat telah memasuki tahun yang ketiga. Tujuan dari program ini adalah untuk mewujudkan Desa Bambu Alu sebagai sentra ekowisata berkelanjutan berbasis kerajinan bambu, dimana Desa Alu dikenal memiliki hutan bambu yang luas yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pariwisata di wilayah ini. Pada tahun ke ketiga ini, tim PPDM melakukan observasi pemetaan isu terkait potensi atau kelebihan dan permasalahan atau kelemahan sekaligus analisis kesediaan membayar (willingness to pay) di Hutan Bambu Alu berdasarkan aspirasi pengunjung dan calon pengunjung. Observasi dilakukan dengan penyusunan dan penyebaran kuesioner kepada 43 responden yang berpartisipasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil hipotesis pasar, dapat disimpulkan bahwa para pengunjung dan calon pengunjung cukup setuju bahwa Hutan Bambu Alu memiliki potensi yang besar dengan produk bambu sebagai daya tarik tersendiri, serta peran pemerintah daerah setempat sangat signifikan dalam pencapaian Hutan Bambu Alu sebagai sentra ekowisata. Namun di sisi lain, kondisi alam dapat mengancam keberlangsungan dari ekowisata Hutan Bambu Alu, serta Hutan Bambu Alu belum memiliki pemetaan rencana atau master plan yang jelas dalam pembangunan visi ekowisata ke depannya. Dari aspek nilai lelang atau penawaran, didapati bahwa harga tiket masuk di kisaran Rp. 2.000 dan Rp. 3.000 adalah nilai yang paling sesuai bagi para pengunjung dan calon pengunjung di Hutan Bambu Alu.. Selain itu, nilai paket wisata di harga Rp. 150.000 adalah yang paling pas untuk ditawarkan kepada para pengunjung dan calon pengunjung. Dari aspek fasilitas penunjang, mayoritas pengunjung dan calon pengunjung cukup puas dengan ketersediaan fasilitas di Hutan Bambu Alu, terkecuali untuk kualitas jalanan yang masih kurang baik serta aksibilitas menuju area Hutan Bambu Alu yang masih meragukan.Kata kunci: PPDM; Ekowisata; Hutan Bambu Alu; Pemetaan Isu; Willingness to Pay ABSTRACTThe Partner Village Development Program (PPDM) in Alu Village, Polewali Mandar, West Sulawesi has entered its third year. The aim of this program is to realize Alu Bambu Village as a center for sustainable ecotourism based on bamboo crafts, since Alu Village is commonly known for its large bamboo forest which has the potential to be developed as a tourism center in this region. In this third year, the PPDM team maps the issues related to potential or strengths and problems or weaknesses as well as an analysis of willingness to pay in Alu Bamboo Forest based on the aspirations of visitors and potential visitors. Observations were made by compiling and distributing questionnaires to the 43 participating respondents. The results show that from the market hypothesis, it can be concluded that visitors and potential visitors quite agree that the Alu Bamboo Forest has great potential with bamboo products as its main attraction, and the role of the local government is very significant in achieving the Alu Bamboo Forest as an ecotourism center. But on the other hand, natural conditions can threaten the sustainability of the Alu Bamboo Forest ecotourism, and the Alu Bamboo Forest does not yet have a clear master plan in the development of an ecotourism vision in the future. From the aspect of the value of the auction or bidding, it is found that the ticket price within the range of Rp. 2,000 and Rp. 3,000 is the most suitable value for visitors and potential visitors to the Alu Bamboo Forest. In addition, the price of the tour package of Rp. 150,000 is the most appropriate to offer to visitors and potential visitors. From the aspect of supporting facilities, the majority of visitors and prospective visitors are quite satisfied with the availability of facilities in the Alu Bamboo Forest, except for the poor quality of the roads and the accessibility to the Alu Bamboo Forest area which is still questionable.Keywords: PPDM; Ecotourism; Alu Bamboo Forest; Mapping of Issue; Willingness to Pay
Pandemic covid 19 menjadi ancaman tersendiri bagi desa Alu yang memiliki potensi wisata Hutan Bambu Alu beserta dengan produk unggulannya yaitu bambu. Sehingga masyarakat Alu di tuntut untuk tetap inovatif dan kreatif. Walaupun Desa Alu tidakmasuk zona merah penyebaran Covid 19, tetapi tetap saja keberlanjutan Ekowisata Hutan Bambu Alu dan Pendapatan pengrajin bambu mengalami penurunan. Olehnya itu melalui program pengembangan desa mitra( PPDM)” Desa Ekowisata Hutan Bambu Alu: Berbasis Budidaya dan kerajinan Bambu “ yang memasuki tahun ke 2 ini, tetap melanjutkan kerja sama dengan Mitra sebelumnya. Adapun metode yang di gunakan adalah melakukan Sosialisasi, Workshop, dan Pembuatan Mural bambu. Tujuan dari beberapa kegiatan yang di laksanakan tersebut adalah menghantarkan masyarakat Alu untuk tetap bisa mempertahankan potensi wilayah mereka dengan tetap memperhatikan protocol Kesehatan. Melalui upaya tersebut, segala aktifitas masyarakat Alu akan dapat di jalankan dengan baik sekaligus tetap bisa melanjutkan Ekowisata hutan bambu Alu sebagi icon dari Desa Alu yang sudah di ketahui oleh masyarakat luas. Begitu pula dengan produk yang di hasilkan oleh para pengrajin tetap bisa di pasarkan dengan baik. Sampai saat ini rangkaian kegiatan yang telah di laksanakan antara lain, Bersama Unsulbar Melawan Covid 19, Sosialisasi PPDM Tahun ke 2 di rangkaikan dengan edukasi New Normal Covid 19, dan persiapan pembuatan Mural bambu yang selanjutnya akan kami gambarkan dalam tulisan ini. Kami juga akan mendeskripsikan semua rencana kegiatan sampai akhir tahun 2020, yang akan dilaksanakan guna menunjang Ekowisata Hutan Bambu Alu dan Produk bambu yang di hasilkan bisa tetap memiliki posisi di hati masyarakat luas
Citations (1)
... Hutan Bambu Alu telah dijadikan sebagai kawasan ekowisata sejak tahun 2019, melalui Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) yang dijalankan oleh tim dosen dari Universitas Sulawesi Barat bekerja sama dengan Pemerintah Desa Alu dan beberapa mitra terkait. Potensi hutan bambu di Desa Alu sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sentra ekowisata berkelanjutan (Prawira et al., 2021). Selain berprofesi sebagai petani, sebagian masyarakat Desa Alu ada pula yang berprofesi sebagai pengrajin bambu. ...