Kholid Saifulloh’s scientific contributions

What is this page?


This page lists works of an author who doesn't have a ResearchGate profile or hasn't added the works to their profile yet. It is automatically generated from public (personal) data to further our legitimate goal of comprehensive and accurate scientific recordkeeping. If you are this author and want this page removed, please let us know.

Publications (8)


APLIKASI KAIDAH "AL-'ADAH MUHAKKAMAH" DALAM KASUS PENETAPAN JUMLAH DAN JENIS MAHAR
  • Article

November 2020

·

816 Reads

·

1 Citation

Al-MAJAALIS

Kholid Saifulloh

Al-'a>dah muhakkamah adalah salah satu dari 5 kaidah fiqh yang memiliki cakupan furu' yang luas yang disepakati oleh para ulama. Kaidah ini dibangun atas landasan adat dan kearifan lokal yang ada pada setiap komunitas masyarakat, dimana adat ini secara kontinu dilakukan oleh masyarakat tanpa adanya pengingkaran dari mereka, justru individu-individu yang menyelisihi adat tersebut akan dianggap sebagai "orang aneh". Oleh sebab itu, Islam menjadikan adat sebuah komunitas masyarakat sebagai landasan hukum selama memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh syariat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah tentang: (1) definisi kaidah al-'a>dah muhakkamah, (2) syarat-syarat mengaplikasikannya, dan (3) aplikasinya dalam menentukan jumlah dan jenis mahar.Tulisan ini mencoba mengkaji sebuah kaidah fiqih dan mengaplikasikannya dalam sebuah permasalahan fiqih sehingga terbentuk sebuah pemahaman yang utuh tentang kaidah sekaligus cara aplikasinya di dalam furu' fiqih. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) bahwa 'a>dahmerupakan sesuatu yang terjadi secara berulang-ulang yang diterima oleh akal sehat dan fitrah manusia, (2) sebuah 'a>dah bisa menjadi landasan hukum apabila tidak bertentangan dengan dalil-dalil syar'i, lebih sering dilakukan daripada ditinggalkan, tidak adanya lafadz dari pelaku 'a>dah yang menyelisihi, dan 'a>dah tersebut harus ada pada saat terjadinya akad, (3) kaidah al-'a>dah muhakkamah dapat diaplikasikan untuk menentukan jumlah dan jenis mahar mis^l, begitu juga mahar musamma yang disebutkan secara mutlaq.


APLIKASI KAIDAH "AL-'ADAH MUHAKKAMAH" DALAM KASUS PENETAPAN JUMLAH MAHAR

November 2020

·

38 Reads

·

2 Citations

Al-MAJAALIS

Al-'adah muhakkamah, literally ‘customary usage is the determining factor’,is one of the five universal maxims of Islamic jurisprudencewhich have a wide branch coverage agreed upon by the scholars.This maxim is built on the basis of custom and local wisdom that exists in every community, where this custom is continuously carried out by the community without any denial from them; it is precisely individuals who violate these customs will be considered "freaks". Therefore, Islam makes the customs of a community a legal basis as long as they fulfill the requirements stipulated by Sharia.The formulation of the problem in this study is about: (1) the definition of the al-'adah muhakkamah maxim, (2) the conditions for applying it, and (3) its application in determining the amount and type of dowry. This paper tries to study a jurisprudence principle and apply it to a jurisprudence problem so as to form a complete understanding of the rules as well as how to apply them in the branch of jurisprudence. The conclusions of this study are: (1) that 'adah is something that happens repeatedly which is accepted by common sense and human nature, (2) an 'adah can become a legal basis if it does not contradict the arguments of the Sharia, it is more often done than abandoned, there is no words of the' adah doer who excludes, and the 'adah must exist at the time the covenant occurs,(3) the rule of al-'adah muhakkamah can be applied to determine the number and types ofmis^ldowries, as well as musamma dowries which are absolutely stated.


MENGQADHA SHALAT DALAM PERSPEKTIF FIQH ISLAM

May 2020

·

3 Reads

Al-MAJAALIS

Prayer is the second pillar of Islam after two sentences of shahada. Prayer has a very important position for Islam, so the Prophet sallallaahu'alaihiWasallam likened it like a pillar to a building, so that a building will not be able to stand firmly without a supporting pillar. Likewise a person's Islam cannot be established without establishing prayer. However, sometimes intentionally or not, a Muslim leaves the prayer until out of time. By remembering the importance of prayer, can the missed prayer be replaced (qada’)? In this paper, the author presents a discussion of three things related to qada’ prayer: the arguments about qada’ prayer, the law of qada’ prayer and various types of prayers that can be replaced (qada’), as well as the requirements that must be fulfilled in qada’ prayer.


MENGQADHA SHALAT DALAM PERSPEKTIF FIQH ISLAM

May 2020

·

15 Reads

·

1 Citation

Al-MAJAALIS

Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah dua kalimat syahadat. Shalat memiliki kedudukan yang sangat penting bagi Islam, sehingga Rasu>lulla>h s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam mengibaratkannya laksana tiang bagi sebuah bangunan, sehingga sebuah bangunan tidak akan bisa berdiri dengan kokoh tanpa adanya tiang yang menyangga. Demikian juga keIslaman seseorang tidak akan bisa kokoh tanpa menegakkan shalat. Namun terkadang -disengaja maupun tidak- seorang muslim meninggalkan shalat sampai keluar dari waktunya. Mengingat begitu pentingnya shalat, apakah shalat yang ditinggalkan sampai keluar dari waktunya bisa diqadha? Di dalam tulisan ini penulis menyajikan pembahasan tentang tiga hal yang berkaitan dengan mengqadha shalat: dalil-dalil tentang disyariatkannya mengqadha shalat, hukum mengqadha shalat dan macam-macam shalat yang bisa diqadha, serta syarat-syarat yang harus terpenuhi dalam mengqadha shalat


STUDI KRITIS HUKUM WASILAH MAKSIAT

November 2019

·

4 Reads

Al-MAJAALIS

Every Muslim is certainly afraid to commit immorality to Allah subhanahu wa ta'ala, because he is aware that all forms of disobedience to Him are sin. However, sometimes the act done by someone is unwittingly has the potential to give birth to immorality. On the one hand, maybe the person is not aware of this potential; because basically there is no intention of him at all to act. But on the other hand, those who witnessed this saw that disobedience was the result of that action, so they were motivated to do the same thing, especially those who indeed wanted the immorality from the beginning. This paper examines thoroughly the laws relating to cases that have the potential to become immoral immorality.


STUDI KRITIS TERHADAP SARANA IBADAH

May 2019

Al-MAJAALIS

Each goal has a means that helps to get to that goal. Likewise worship which is the main purpose of human creation, Allah subhahu wa ta'a he said: "and I did not create jinn and humans except to worship Me"2 . However, something that became a means for worship varied, as did the law of the facility. Therefore, the author tries to divide it based on the four classifications the authors describe in this paper. Furthermore, the authors conclude that the law of worship facilities is inseparable from the four laws: mubah, haram, sunna, and obligatory.


STUDI KRITIS TERHADAP SARANA IBADAH

May 2019

·

1 Citation

Al-MAJAALIS

Setiap tujuan memiliki sarana yang membantu untuk sampai ke tujuan tersebut. Demikian juga ibadah yang merupakan tujuan utama penciptaan manusia, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman yang artinya: "Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku". Namun, sesuatu yang menjadi sarana bagi ibadah bermacam-macam, demikian juga hukum sarana tersebut. Oleh karena itu, penulis mencoba membaginya berdasarkan empat klasifikasi yang penulis jabarkan dalam tulisan ini. Selanjutnya penulis erkesimpulan bahwa hukum sarana ibadah tidak lepas dari empat hukum: mubah, haram, sunah, dan wajib.


PROSIDING Seminar Nasional Ilmu Hadis "Urgensi Studi Hadis di Indonesia pada Era Milenial"
  • Book
  • Full-text available

April 2018

·

513 Reads

·

·

·

[...]

·

Kholid Saifulloh

Seiring berkembangnya zaman yang memunculkan banyak transformasi dari segala sisi, hal tersebut turut berdampak pada minat pengkajian ilmu hadits yang semakin berfluktuasi. Walaupun saat ini kian muncul komunitas-komunitas yang mengkampanyekan pentingnya mempelajari hadits, bahkan di antaranya ada yang memanfaatkan media digital, akan tetapi hal tersebut tidaklah memberikan pengaruh yang signifikan dan hasil yang efektif. Ini terlihat ketika di media sosial sendiri yang pada era milenial kali ini sangat diminati banyak orang, namun kita dapati di dalamnya banyak hadits-hadits yang dipertanyakan keabsahannya. Maka dari muncul inisiatif untuk menyelenggarakan acara ini, yang memiliki tujuan dalam menghasilkan kemashlahatan kedepannya, yakni bagaimana umat tidak hanya sekedar muncul minat dalam mempelajari hadits, namun juga memiliki sikap yang kritis kepada keabsahan riwayat-riwayat hadits yang mereka dapatkan dari berbagai sumber di era milenial ini.

Download

Citations (2)


... Islam recognizes local customary practices as long as they do not conflict with syarī'ah, as emphasized by the principle "al 'ādah muh} akkamah," which means customary practices can serve as a legal basis if they conform to religious rules (Saifulloh, 2020). Traditions such as proposals, the giving of a bridal gift, and customary ceremonies are accepted as long as they meet syarī'ah requirements, such as the approval of a guardian and the bride and groom. ...

Reference:

Compromise of Islam and customary practices in the religious practices of the muslim community in Papua: a study of maqāṣid syarī’ah
APLIKASI KAIDAH "AL-'ADAH MUHAKKAMAH" DALAM KASUS PENETAPAN JUMLAH MAHAR
  • Citing Article
  • November 2020

Al-MAJAALIS

... Pada saat ini dunia sedang memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri global keempat, dan teknologi telah menjadi basis kehidupan manusia. Era digital ini telah mempengaruhi semua aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, budaya, seni bahkan pendidikan [1]. ...

APLIKASI KAIDAH "AL-'ADAH MUHAKKAMAH" DALAM KASUS PENETAPAN JUMLAH DAN JENIS MAHAR
  • Citing Article
  • November 2020

Al-MAJAALIS