Iqbal Iqbal’s scientific contributions

What is this page?


This page lists works of an author who doesn't have a ResearchGate profile or hasn't added the works to their profile yet. It is automatically generated from public (personal) data to further our legitimate goal of comprehensive and accurate scientific recordkeeping. If you are this author and want this page removed, please let us know.

Publications (3)


Fig. 1. ARC of UKM Bunga Resky Based on the ARC results, the next stage is to input the attachment value obtained. The attachment map obtained can be seen in Figure 2.
Fig. 2. Attachment map.
Fig. 3. Layout Plan BLOCKPLAN.
Fig. 4. Output Layout of BLOCKPLAN.
The development of honey pineapple jam production facilities in Bantaeng Regency
  • Article
  • Full-text available

March 2024

·

44 Reads

BIO Web of Conferences

A. Andini Asriani

·

·

Iqbal Iqbal

Bunga Resky pineapple jam processing industry is located in Bantaeng Regency, which processes pineapples obtained from its own managed land. This industry has the potential with abundant fruit production during the harvest season. However, there are limitations related to the layout of the production facilities. The purpose of this research is to determine the pattern of development design in the pineapple jam processing industry at UKM Bunga Resky in Bantaeng Regency using Activity Relationship Chart (ARC) and BLOCPLAN. There are 20 altenative layout options generated by the BLOCPLAN method, with the layout selected based on the R-Score values approaching 1 and the lowost rail-dist score while considering the existing conditions in the industry. The selected layout is the layout 8, chosen because it has the best production flow suitability.

Download

Gambar 1. Perontokkan padi dengan gebot di kec. Tompobulu Luas areal persawahan di kecamatan Tompobulu mencapai 1142 ha sebagaian besar adalah sawah tadah hujan yang memiliki petakan rata-rata kurang dari 0.15 ha dan berupa sawah terasering di perbukitan dengan produktivitas mencapai 4.1 ton/ha (BPS, 2015). Produktivitas ini bisa ditingkatkan jika proses perontokan tidak lagi menggunakan gebot tetapi menggunakan mesin prontok atau power thresher. Mesin ini dapat menekan kehilangan hasil sampai 1.2 % (Rachmat et al. 1993). Penyebab utama kehilangan pada perontokan padi adalah : (1) perilaku petani yang bekerja kurang hati-hati , (2) cara penggebotan dan frekuensi pembalikan padi, (3) kecepatan putaran silinder perontok, dan (4) luasan alas plastik/terpal yang digunakan pada saat merontok. Oleh karena itu selama perontokan hendaknya digunakan alas terpal dengan spesifikasi yang sesuai. Terpal juga sekaligus dapat digunakan sebagai alas untuk penjemuran dan untuk menutupi/melindungi dari guyuran air hujan. Penggunaan alas terpal selama perontokan bertujuan agar gabah yang sudah dirontokkan mudah untuk dikumpulkan kembali. Kelompok tani yang dibentuk oleh beberapa pemuda tani umumnya membudidayakan tanaman padi di sawah tadah hujan. Masalah utama yang dihadapi kelompok tani di kecamatan Tompobulu kabupaten Bantaeng dalam penanganan pascapanen padi adalah tingginya susut (losses) baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Selain itu, anggota kelompok tani kurang memahami atau memiliki kemampuan dalam penanganan panen dan pascapanen tanaman padi sehingga kehilangan hasil padi (losses) tinggi. Hal ini disebabkan kurang memadainya teknologi atau alat perontok padi (Power Thresher) yang dimiliki oleh mereka. Teknologi penekanan kehilangan hasil yang dipilih untuk diterapkan harus teknologi yang sesuai dengan spesifik lokasi. Teknologi tersebut tidak
PKM Kelompok Tani Sawah Tadah Hujan di Kelurahan Banyorang Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng

January 2021

·

4 Reads

Padi adalah komoditas utama yang berperan sebagai pemenuh kebutuhan pokok karbohidrat bagi penduduk Indonesia. Usaha untuk meningkatkan produksi padi telah berhasil dilakukan oleh pemerintah, namun belum diikuti dengan penanganan pascapanen yang baik. Perontokan padi saat panen secara manual (gebot) menyebab tingkat kehilangan mendekati 5%. Sekitar 1000 ha persawahan yang ada di kecamatan Tompobulu berada pada ketinggian 500 meter dari permukaan laut (mdpl) dengan petakan-petakan kecil (<0,15 ha) dan berpola sawah terassering. Masalah utama yang dihadapi petani di kecamatan Tompobulu kabupaten Bantaeng dalam penanganan pascapanen padi adalah tingginya susut (losses) baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Permasalahan tersebut berakibat adanya kecenderungan tidak memberikan insentif kepada petani untuk memperbaiki tingkat pendapatannya. Padi atau gabah yang kadar airnya tinggi mempunyai sifat mudah rusak dan akan mengalami susut pada saat penanganan pascapanen. Menurut BPS (2016) angka produksi gabah sebesar 75 juta ton GKG (Gabah Kering Giling) sesungguhnya dapat lebih tinggi lagi apabila dilakukan penanganan yang baik pada saat panen. Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS, 2016) menunjukkan bahwa susut hasil panen padi di Indonesia saat ini masih cukup tinggi, yaitu 9,5% yang terjadi pada saat panen dan 4,8% saat perontokan. Penanganan pascapanen yang baik dan tepat dapat menekan susut dan menghasilkan kualitas gabah/beras yang tinggi sehingga dapat meningkatkan harga jual gabah/beras petani. Teknologi penekanan kehilangan hasil yang dipilih untuk diterapkan harus teknologi yang sesuai dengan spesifik lokasi. Teknologi tersebut tidak bertentangan dengan masyarakat pengguna, baik secara teknis, ekonomis maupun sosial budaya masyarakat setempat. Secara umum metode atau teknologi untuk menekan kehilangan hasil panen dapat ditempuh dengan sistem panen beregu, yang dilengkapi dengan unit alat perontok dengan penerapan proses yang baik. Pada daerah dengan pemilikan lahan sempit, penerapan teknologi yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pengembangan sistem panen yang dilengkapi dengan mesin perontok padi atau Power Thresher. Permasalahan di atas mengindikasikan bahwa teknologi tepat guna berupa perontok gabah (power thresher) sangat dibutuhkan oleh petani di kelurahan Banyorang kecamatan Tompobulu, mengingat topografi persawahan yang terletak di daerah perbukitan (ketinggian ± 500 mdpl) dengan persawahan berbentuk terasering sehingga tidak memungkinkan alat dan mesin panen modern (combine rice harvester) beroperasi di daerah tersebut.


Design and Development of Information System for Tractor Distribution in Maros Regency

October 2020

·

27 Reads

Jurnal Agritechno

One of the major issues in agricultural machinery aids program from the central government is the difficulty to access information regarding distribution of the machines. Therefore, it is important to design and develop an application that provides the information about location of the four wheels and two wheels tractors distributed by the local, provincial, and central government in Maros Regency. The aim of this study was to develop a Geographical Information System that can be used to locate and map the agricultural machinery distribution. So far the data collection process is still done manually. This system need to be replaced with a system that makes it easier and efficient to map the distribution of hand tractors and four-wheel tractors. The tools used in developing the GIS application were Android Studio software and Google Maps API. The system developed can be easily maintained and data can be updated in real-time by an administrator and accessed by anyone through a login procedure.