Efri Efri’s scientific contributions

What is this page?


This page lists works of an author who doesn't have a ResearchGate profile or hasn't added the works to their profile yet. It is automatically generated from public (personal) data to further our legitimate goal of comprehensive and accurate scientific recordkeeping. If you are this author and want this page removed, please let us know.

Publications (31)


Figure 1. Measurement of average diameter of fungus colonies. AA', BB', CC', DD' = The colony diameter was measured at four different positions: horizontal, vertical, and two diagonal directions.
Figure 4. Phylogenetic tree generated using the Neighbor-Joining method for the ITS sequence of the LA UKN isolate.
Figure 5. Comparison of the whip smut fungus colony diameter growth at 7 days after incubation. A. control; B. Puyangan (Z. zerumbet); C. Jamuan (C. zedoaria); D. Carbendazim; E. Prochloraz-manganese-chloride complex; F. Mancozeb.
Figure 6. Comparison of whip smut pathogen spore germination at 24 hours after incubation. A. Control; B. Puyangan (Z. zerumbet); C. Jamuan (C. zedoaria); D. Carbendazim; E. Prochloraz-manganese-chloride complex; F. Mancozeb.
Identification and sensitivity testing of whip smut pathogen on sugarcane to fungicides and plant extracts
  • Article
  • Full-text available

March 2025

·

3 Reads

JURNAL HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN TROPIKA

Efri Efri

·

Ummu Khairun Nisa

·

·

[...]

·

Heru Pranata

Whip smut symptoms have emerged in sugarcane plantations in Central Lampung Regency, Lampung Province. However, the identity of the pathogen and its sensitivity to various fungicidal active ingredients remain unclear. This study aims to identify the whip smut pathogen in sugarcane plantations in Central Lampung Regency and evaluate its sensitivity to different fungicidal active ingredients.The research involved morphological and molecular identification of the pathogen, along with sensitivity testing against fungicides containing carbendazim, prochloraz, and mancozeb, as well as plant-based fungicides derived from puyangan (Zingiber zerumbet) and jamuan (Curcuma zedoaria) extracts. Morphological analysis revealed that the whip smut pathogen has septate hyphae, cylindrical sporidia measuring 7.45–18.31 µm in length and 1.63–3.89 µm in width, and round, yellowish-brown teliospores with an average size of 6.39 × 6.66 µm. Molecular identification confirmed that the LA UKN isolate from Central Lampung Regency belongs to Sporisorium scitamineum, with a bootstrap value of 93%. Sensitivity testing indicated that the pathogen is highly susceptible to carbendazim and prochloraz but less sensitive to mancozeb, puyangan extract, and jamuan extract.

Download

PENGARUH JENIS MEDIA PEMBAWA DAN Trichoderma sp. TERHADAP PENYAKIT BULAI DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

February 2024

·

83 Reads

Jurnal Agrotek Tropika

Jagung (Zea mays L.) adalah makanan pokok kedua setelah padi di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu kendala peningkatan produksi jagung yaitu tanaman jagung tersebut banyak mengalami serangan patogen. Peronosclerospora sp. yang menyebabkan penyakit bulai atau downy mildew. Salah satu alternatif dalam menekan serangan bulai yaitu menggunakan biofungisida yang mengandung Trichoderma sp.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi media pembawa, dosis Trichoderma sp. dan interaksi keduanya dalam mengendalikan penyakit bulai dan pertumbuhan tanaman jagung. Rancangan yang digunakan dalam percobaan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah dosis Trichoderma sp. yaitu 20 g Trichoderma sp (T1), 30 g Trichoderma sp. (T2), 40 g Trichoderma sp. (T3). Faktor kedua adalah jenis media pembawa yaitu Tepung beras (F1), Tepung ketan (F2), dan Tepung jagung (F3). Hasil penelitian menunjukan bahwa media pembawa mampu menekan keparahan penyakit bulai, meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman jagung. Dosis Trichoderma sp. mampu meningkatkan tinggi dan jumlah daun tanaman jagung, namun tidak mampu menekan penyakit bulai. Perlakuan dosis Trichoderma sp. dan media pembawa tepung beras mampu meningkatkan tinggi, jumlah daun dan bobot kering berangkasan tanaman jagung, namun tidak mampu menekan penyakit bulai.


PENGARUH TINGKAT KONSENTRASI DAN KEMATANGAN DAUN MANGGA TERHADAP PERTUMBUHAN Colletotrichum gloeosporioides PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PEPAYA

February 2023

·

43 Reads

Jurnal Agrotek Tropika

Antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides merupakan penyakit utama pada budidaya pepaya. Daun mangga berpotensi sebagai biopestisida karena mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, polifenol, dan tanin yang bersifat antifungi. Penelitian bertujuan mengetahui konsentrasi ekstrak dan kematangan daun mangga yang paling efektif mengendalikan pertumbuhan C. gloeosporioides baik in vitro maupun in vivo. Rancangan percobaan pada uji in vitro yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap tersarang, 15 perlakuan dan 3 ulangan. Ekstrak daun mangga muda, tua, dan sangat tua diuji pada kosentrasi 0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%. Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan in vivo adalah Rancangan Acak Kelompok, 4 perlakukan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri atas kontrol, ekstrak daun mangga muda 60%, ekstrak daun mangga tua 60% dan ekstrak daun mangga sangat tua 60%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun mangga sangat tua paling efektif dalam menghambat pertumbuhan C. gloeosporioides. Peningkatan konsentrasi ektrak daun meningkatkan keefektivan menekan C. gloeosporioides.


PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAN TINGKAT KEMATANGAN DAUN KERSEN TERHADAP PERTUMBUHAN Colletotrichum gloeosporioides DAN INTENSITAS PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH PEPAYA

January 2022

·

24 Reads

Jurnal Agrotek Tropika

Penyakit antraknosa merupakan penyakit utama dalam budidaya pepaya yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides. Daun kersen dapat menghambat pertumbuhan jamur C. gloeosporioides karena mengandung kelompok senyawa flavonoid, tanin, saponin, dan alkoloid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak dan kematangan daun kersen yang paling efektif dalam menekan pertumbuhan C. gloeosporioides baik in vitro maupun in vivo. Rancangan percobaan pada uji in vitro disusun dalam Rancangan Acak Lengkap tersarang dengan 15 perlakuan dan 3 ulangan. Ekstrak daun kersen yang digunakan yaitu ekstrak daun muda, tua, dan sangat tua dengan konsentrasi masing-masing yaitu 0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%. Data yang diperoleh diuji lanjut menggunakan uji BNJ dan ortogonal polinomial pada taraf 5%. Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan in vivo adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perlakukan dan 5 ulangan. Perlakuan tersebut terdiri dari kontrol, ekstrak daun kersen muda 60%, ekstrak daun kersen setengah tua 60%, dan ekstrak daun kersent tua 60%. Data yang diperoleh diuji lanjut menggunakan BNJ pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kersen pada tingkat kematangan yang berbeda memiliki pengaruh yang sama dalam menghambat pertumbuhan C. gloeosporioides dan semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur uji.


EFEKTIVITAS KOMPOSISI BEBERAPA EKSTRAK TUMBUHAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum gloeosporioides PENYEBAB ANTRAKNOSA PADA CABAI (Capsicum annuum L.)

January 2021

·

246 Reads

·

2 Citations

Jurnal Agrotek Tropika

Pengendalian penyakit antraknosa umumnya dilakukan petani di Indonesia dengan menggunakan fungisida sintetis dengan bahan aktif kimiawi. Namun, penggunaan fungisida sintetis selalu diikuti dengan pertimbangan ekonomi dan dampak negatif terhadap lingkungan sehingga perlu alternatif lain. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keefektifan ekstrak daun tanaman mimba, sirih, jarak tintir dan saliara secara tunggal maupun kombinasi untuk mengendalikan antraknosa pada tanaman cabai (Capsicum annuum L). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium Bioteknologi, Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan: Kontrol, Ekstrak daun mimba, Ekstrak daun sirih, Ekstrak daun jarak tintir, Ekstrak daun saliara, Ekstrak daun saliara+sirih, Ekstrak daun saliara+j.tintir, Ekstrak daun saliara+mimba, Ekstrak daun sirih+j.tintir, Ekstrak daun sirih+mimba, Ekstrak daun j.tintir+mimba, Ekstrak daun saliara+sirih+j.tintir+mimba, Ekstrak daun saliara+sirih+j.tintir, Ekstrak daun saliara+sirih+mimba dan Ekstrak daun sirih+j.tintir+mimba. Jadi total 15 perlakuan dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak daun tanaman jarak tintir, ekstrak daun tanaman sirih+mimba dan ekstrak daun tanaman saliara+sirih+mimba berpengaruh lebih unggul dan konsisten dalam menghambat pertumbuhan C. gloeosporioides namun tidak berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan spora C. gloeosporioides.


PENGARUH BEBERAPA EKSTRAK TANAMAN OBAT TERHADAP PERTUMBUHAN KOLONI DAN PRODUKSI SPORA C. gloeosporioides PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA CABAI (Capsicum annuum L)

January 2021

·

101 Reads

·

1 Citation

Jurnal Agrotek Tropika

Fungisida nabati merupakan zat yang berasal dari tanaman yang berpotensi menghambat dan mematikan jamur patogen. Senyawa yang terkandung dalam tanaman obat seperti senyawa fitokimia alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, polifenol, minyak atsiri, dan steroid yang berpotensi sebagai fungisida nabati. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa ekstrak tanaman obat terhadap pertumbuhan dan produksi spora patogen secara In vitro. Perlakuan dalam penelitian ini disusun dalam RancanganAcak Kelompok (RAK) menggunakan 11 perlakuan dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri dari kontrol, fraksi ketepeng, fraksi daun afrika, fraksi beluntas, fraksi teki, fraksi sambiloto, ekstrak segar ketepeng, ekstrak segar daun afrika, ekstrak segar beluntas, ekstrak segar teki, dan ekstrak segar sambiloto. Data yang diperoleh diuji homogenitas ragam dan aditivitas dengan uji Tukey kemudian data dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan perlakuan tidak berpengaruh nyata dalam menekan pertumbuhan dan kecepatan tumbuh C. gloeosporioides. Namun fraksi yang mampu menekan produksi jumlah spora C. Gloeosporioides yaitu perlakuan fraksi ketepeng, fraksi daun afrika, fraksi beluntas, fraksi teki, fraksi sambiloto, ekstrak segar ketepeng, ekstrak segar daun afrika, ekstrak segar beluntas, dan ekstrak segar sambiloto.


INVENTARISASI JAMUR PATOGEN TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus undatus) DI PT. Nusantara Tropical Farm (NTF) LAMPUNG TIMUR

September 2020

·

582 Reads

·

1 Citation

Jurnal Agrotek Tropika

Peningkatan produksi tanaman buah naga selalu diupayakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, namun seperti halnya tanaman budidaya lainnya, permasalahan hama dan penyakit tanaman juga menjadi salah satu faktor pembatas peningkatan produksi buah naga. Penanaman yang dilakukan secara luas dan monokulturakan meningkatkan resiko terjadinya ledakan hama dan penyakit. Tidak adanya informasi yang akurat tentang jenis penyebab penyakit yang menyerang menjadi salah satu faktor penyebab permasalahan penyakit tanaman ini sulit diatasi. Kurangnya informasi ini mengakibatkan langkah pengendalian yang dilakukan menjadi tidak optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan inventarisasi jenis patogen, agar teknik pengendalian yang nantinya digunakan dapat tepat sasaran sehingga hasil pengendaliannya dapat lebih optimal. Dalam penelitian ini, inventarisasi dilakukan kepada penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pengambilan sampel tanaman sakit dilakukan di perkebunan PT. Nusantara Tropical Farm (NTF) Di Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur.Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jamur patogen yang menyerang tanaman buah naga di PT. Nusantara Tropical Farm (NTF). Hasil penelitian menunjukkanbahwa Jamur penyebab penyakit buah naga di PT. Nusantara Tropical Farm (NTF) adalah Jamur Neofusicoccum parvum yang menyebabkan gejala karat pada bagian batang tanaman buah naga dengan tingkat serangan tertinggi 55,06, jamur Colletotricum gloesporioides yang menyebabkan gejala busuk pada buah naga, jamur Neoscytalidium dimidiatum yang menyebabkan gejala antraknosa pada bagian batang tanaman buah naga dengan tingkat serangan tertinggi 11,67 %


PENGARUH PENAMBAHAN PUPUK MIKRO DAN BEBERAPA GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP INTENSITAS PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp.) DI LAHAN PETANI TANJUNG BINTANG LAMPUNG SELATAN

May 2020

·

45 Reads

Jurnal Agrotek Tropika

One of the diseases that often found in sorghum plants is anthracnose disease caused by Colletotrichum sp. The purposed of this study was to determine the effect of adding micro fertilizer and the use of several sorghum genotypes on the intensity of anthracnose disease. The study was conducted in Sukanegara, Tanjung Bintang, South Lampung in April 2017 - February 2018 and at the Laboratory of Plant Diseases and Pests, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The treatments were arranged using a randomized block design in a split plot design (3 times replications), the main plot was micro nutrients (with micro addition and without micro addition) and 15 subgroups of sorghum genotypes (Numbu, Samurai 1, GH3, UPCA, GH4, P / I WHP, GH6, Super 2, GH13, P / F 51-93-C, Super 1, GH5, Mandau, GH7, and Talaga Bodas). The results showed that the addition of "ZincMicro" micro fertilizers to sorghum plants did not affect the intensity of anthracnose disease, however there were differences in the intensity of anthracnose diseases between sorghum genotypes. Numbu Genotype, GH 3, and GH 13 were relatively more resistant to anthracnose disease than the other genotypes.


Figure 1. The colony diameter of C. gloeosporioides at the various concentration levels of boiled calabur tree leaf extract at 12 days after inoculation.
Figure 2. The spore density of C. gloeosporioides at the various concentration levels of boiled calabur tree leaves extract at 14 days after inoculation.
Table 5 .
THE POTENCY OF CALABUR TREE (Muntingia calabura) LEAF EXTRACT TO CONTROL ANTHRACNOSE OF PAPAYA FRUIT

March 2020

·

140 Reads

·

1 Citation

JURNAL HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN TROPIKA

The potency of calabur tree (Muntingia calabura) leaf extract to control anthracnose of papaya fruit. The papaya anthracnose caused by Colletotrichum gloeosporioides is one of the factors causing a decrease in papaya production. The research aimed to determine the abilty of calabur tree leaf extract in inhibiting growth, sporulation, and viability of C. gloeosporioides as well as incubation period and disease severity on the fruit of papaya. The experiment was arranged in a nested design, the concentrations (0, 10, 20, 30, 40, 50, and 60%) were nested within the calabur tree leaf extract methods (boiling and fractionation). The results showed that boiled calabur leaves extract was more effective than fractionated calabur leaves extract to inhibit growth of C. gloeosporioides. Boiled calabur leaves extract and fractionated leaves extract at various concentration showed capability to inhibit the growth, sporulation and viability of C. gloeosporioides. Boiled calabur leaves extract at different concentration levels were able to suppress disease development of papaya anthracnose disease on papaya fruit. The higher concentration of calabur leaves extract, are more effective to inhibit C. gloeosporioides.


KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L]Moench) TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum graminicola) PADA DUA SISTEM POLA TANAM BERBEDA

May 2019

·

281 Reads

Jurnal Agrotek Tropika

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui ketahanan 15 genotipe sorgum yang ditanam pada dua sistem tanam berbeda yaitu monokultur dan tumpangsari. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2017- Februari 2018 di Desa Sukanegara, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Perlakuan disusunmenggunakan rancangan acak kekompok dalam Split Plot Design dengan faktor utama adalah sistem pola tanam (tumpangsari, monokultur), dan anak petak adalah 15 genotipe sorgum (Numbu, Samurai 1, GH3, UPCA, GH4, P/I WHP, GH6, Super 2, GH13, P/F 51-93-C, Super 1, GH5, Mandau, GH7 dan TalagaBodas). Monokultur sorgum ditanam pada jarak 80 cm x 20 cm. Tumpangsari sorgum ubikayu dilakukan dengan cara menanam sorgum di antara tanaman ubikayusehingga jarak tanam sorgum tetap 80 cm x 20 cm, sedangkan jarak tanam ubikayu 80 cm x 60 cm, baik sorgum maupun ubikayu ditanam secara bersamaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanam tumpangsari lebih efektif untuk menekan intensitas penyakit antraknosa. Pada penelitian ini intensitas penyakit antraknosa terhadap 15 genotipe sorgum yang diamati dikelompokan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Genotipe Numbu, GH3, Talaga Bodas, Super 1, dan Mandau adalah genotipe dengan intensitas penyaki terendah dibandingkan genotipe Samurai 1, UPCA, GH4, P/I WHP, GH13, P/F 5-193-C, GH5, GH6 dan GH7 . Genotipe Samurai 1, UPCA, GH4, P/I WHP, GH13, P/F 5-193-C, GH5, GH6 dan GH7 adalah genotipe yang intensitas penyakitnya lebih rendah dibandingkan genotipe Super 2. Dan genotipe Super 2 adalah genotipe dengan intnsitas penyakit antraknosa tertinggi.


Citations (19)


... Di antara ekstrak daun dan rimpang, ekstrak metanol daun kecombrang menunjukkan paling efektif menekan infeksi C. acutatum, namun ekstrak etanol daun, ekstrak metanol dan etanol rimpang tidak seefektif ekstrak metanol daun kecombrang. Ekstrak yang tidak memberikan pengaruh dalam menekan pertumbuhan dan perkembangan cendawan dikarenakan konsentrasi kandungan bahan aktif pada ekstrak tidak efektif (Yendi 2015). Selain itu perlakuan ekstrak dapat memengaruhi jumlah konidium, akan tetapi tidak selalu dapat memengaruhi perkecambahan (Suganda 2019). ...

Reference:

Aktivitas Anticendawan Ekstrak Kecombrang Terhadap Colletotrichum acutatum pada Cabai Rawit: Antifungal Activity of Torch Ginger Extract Against Colletotrichum acutatum on Cayenne Pepper
PENGARUH EKSTRAK BEBERAPA TANAMAN FAMILI ZINGIBERACEAE TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH PISANG
  • Citing Article
  • May 2015

Jurnal Agrotek Tropika

... Pengujian dilakukan dengan 5 taraf konsentrasi ekstrak rimpang dan daun kecombrang, yaitu 0.1%, 0.25%, 0.5%, 1.0%, dan 2.5% [v/v], serta air distilata steril dan Tween 20 tanpa perlakuan ekstrak sebagai kontrol. Cendawan C. acutatum ditumbuhkan pada medium dengan perlakuan ekstrak dan diinkubasi pada suhu ruang selama 7 hari (Anggreini et al. 2016). Tingkat hambatan relatif (THR) yang menunjukkan keefektifan perlakuan ditentukan dari pertumbuhan koloni cendawan dihitung berdasarkan rumus menurut Kumar dan Kaushik (2013): ...

PENGARUH TINGKAT KONSENTRASI FRAKSI EKSTRAK DAUN MENGKUDU DAN MIMBA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SPORULASI Colletotrichum capsici
  • Citing Article
  • January 2016

Jurnal Agrotek Tropika

... The Cavendish banana type is the primadonna of agribusiness because it has high production and high export volume. [4] reported that Indonesia's Cavendish banana production was 5.8 million tons in 2010. Cavendish bananas have a high carbohydrate content. ...

KEEFEKTIFAN BEBERAPA SPESIES Trichoderma DALAM MENGENDALIKAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum musae) PADA BUAH PISANG CAVENDISH
  • Citing Article
  • May 2015

Jurnal Agrotek Tropika

... Cendawan tersebut menginfeksi jaringan dengan membentuk bercak cokelat kehitaman yang kemudian meluas menjadi busuk keseluruhan. Kerugian akibat penyakit ini di lapangan dapat mencapai 65% (Wanda et al. 2014). Pengendalian yang dilakukan oleh petani kebanyakan masih menggunakan bahan kimia. ...

UJI KEEFEKTIFAN EKSTRAK DAUN JARAK DAN DAUN NIMBA TERHADAP INTENSITAS PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)
  • Citing Article
  • October 2014

Jurnal Agrotek Tropika

... Penyakit ini sulit dikendalikan sekalipun dengan fungisida kimia sintetis. Pengendalian penyakit bulai dengan fungisida nabati atau ekstrak tanaman merupakan salah satu alternatif teknik pengendalian yang cukup aman dan tidak menimbulkan resistensi pada patogen (Giofanny et al., 2014). Dari hasil penelitian Yendi et al. (2015) diketahui bahwa pemberian ektrak rimpang zingiberaceae mampu menekan pertumbuhan koloni dan perkembangan spora dari Cercospora musae secara in vitro. ...

PENGARUH BEBERAPA EKSTRAK TANAMAN TERHADAP PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)
  • Citing Article
  • October 2014

Jurnal Agrotek Tropika

... Kendala yang dihadapi oleh petani dalam budidaya tanaman hortikultura masih banyak ditemukan, salah satunya adalah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), khususnya organisme penyebab penyakit. Serangan OPT yang cukup tinggi menjadi permasalahan utama dalam budidaya tanaman hortikultura (Aeni et al., 2016) dalam (Maesyaroh & Arifah, 2020). ...

PENGARUH EKSTRAK GULMA SIAM, SALIARA, DAN KEMUNING TERHADAP BUSUK LUNAK NANAS (Erwinia chrysanthemi) SECARA IN VITRO
  • Citing Article
  • October 2016

Jurnal Agrotek Tropika

... Trichoderma harzianum dan mankozeb, efektif mencegah kerugian hasil yang lebih banyak pada tanaman jagung. MenurutTurnip et,al (2015), menyatakan bahwa Trichoderma tidak hanya mencegah tumbuhnya jamur di tanah sekitarnya tetapi juga membunuh spora jamur penyebab penyakit. Hal ini didukung olehSuganda et,al (2016), bahwa pengaplikasian fungisida dari ekstrak tanaman maupun sintetik mampu memberikan penekanan pada kehilangan hasil dan bukan peningkatan hasil. ...

PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP KETERJADIAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis) PADA BERBAGAI VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.)
  • Citing Article
  • May 2015

Jurnal Agrotek Tropika

... Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan DM4 dengan dosis 20g/ 100 ml air efektif untuk digunakan dalam budidaya cabai rawit. Hasil penelitian Rani et al. (2013) mengemukakan bahwa fraksi ekstrak daun mengkudu yang terlarut dalam alkohol dengan konsentrasi tertentu berpengaruh terhadap C. capsici. ...

PENGARUH BERBAGAI TINGKAT FRAKSI EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L) TERHADAP PERTUMBUHAN Colletotrichum capsici PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA CABAI (Capsicum annum L) SECARA IN VITRO
  • Citing Article
  • January 2013

Jurnal Agrotek Tropika

... Previous studies discussed giving single-factor neem leaf extracts to aphids or diseases anthracnose, and giving banana hump extract to chili production is not a combination of giving both extracts on growth, production, and attack of pests and diseases. (Ningsih et al., 2013).The result is obtained administration of neem leaf extract with 90% alcohol fraction, castor leaf extract with 10% alcohol fraction, 90%, 10% ethyl acetate fraction and 90% n-hexane fraction has the ability of a vegetable fungicide which can suppress Colletotrichum capsici in terms of colony growth and formation spores (Ningsih et al., 2013). ...

PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN NIMBA (Azadirachta indica A.) DAN DAUN JARAK (Jatropha curcas L.) TERHADAP DIAMETER KOLONI DAN JUMLAH SPORA JAMUR Colletotrichum capsici PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA CABAI (Capsicum annum L.)
  • Citing Article
  • October 2013

Jurnal Agrotek Tropika

... disease, suggesting the secondary metabolite content has bio-fungicide potential. These results were consistent with Arie et al. (2015) where 10% fresh Bandotan extract reduced severity of anthracnose disease in banana plant caused by the fungus Colletotrichum musae. Spraying dry Bandotan ethanol extract (2 mg/ ml in 0.2% DMSO) on rice plant effectively reduced the severity of blight caused by infection with Pyricularia oryzae Cavara and Rhizoctonia solani Kühn fungi (Nguyen et al., 2021). ...

PENGARUH EKSTRAK ALANG-ALANG, BABADOTAN DAN TEKI TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA BUAH PISANG KULTIVAR CAVENDISH
  • Citing Article
  • May 2015

Jurnal Agrotek Tropika