ArticlePDF Available

Ragam Bahasa Dalam Komentar Netizen Terhadap Publik Figur Laura Meizani Mawardi (Lolly) di Platform Media Sosial Instagram: Language Variety in Netizen Comments on Public Figure Laura Meizani Mawardi (Lolly) on the Instagram Social Media Platform

Authors:

Abstract

This study aims to analyze the language varieties used in netizen comments on public figure Laura Meizani Mawardi (Lolly) on the Instagram social media platform. The research focuses on identifying the language variety, characteristics, and sociolinguistic context behind the comments. The research method used is a descriptive qualitative approach with data collection techniques through documentation and observation of Lolly’s Instagram account comments. Data analysis was conducted by examining linguistic aspects, including informal language varieties, the use of prokemic language, code mixing, and other linguistic variations. The results show that netizen comments show the complexity of language use influenced by social factors, age, cultural background, and the context of interaction on social media. The dominant language variety is slang, characterised by abbreviations, emoticons, and expressions that tend to be free and limitless. This research contributes to understanding the dynamics of communication on social media and the language phenomenon that develops among internet users.
KIRANA : Social Science Journal
Volume 2, Number 2, 2025 pp. 64-72
E-ISSN : 3062-780X
DOI https://doi.org/10.61579/kirana.v2i2.304
Open Access: https://ejournal.sagita.or.id/index.php/kirana
* Corresponding Author: Desiana Ayu Yulianti: desiana_ayu@gmail.com 64
Ragam Bahasa Dalam Komentar Netizen Terhadap Publik Figur
Laura Meizani Mawardi (Lolly) di Platform Media Sosial Instagram
Desiana Ayu Yulianti*
1
, Nesya Sekar Nugrahaningtyas
2
, Nur Wahid
3
, M. Zhafran
Ramadhan
4
, Nuke Ladyna
5
1,2,3,4
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Indonesia
5
Universitas Islam Internasional Darullughah Wadda'wah, Jawa Timur, Indonesia
Corresponding Email: desiana_ayu@gmail.com
A B S T R A K
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ragam bahasa yang digunakan dalam
komentar netizen terhadap figur publik Laura Meizani Mawardi (Lolly) di
platform media sosial Instagram. Penelitian difokuskan pada identifikasi ragam
bahasa, karakteristik, dan konteks sosiolinguistik yang melatarbelakangi komentar
tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif
deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui dokumentasi dan observasi
terhadap komentar akun Instagram Lolly. Analisis data dilakukan dengan
mengkaji aspek kebahasaan, meliputi ragam bahasa informal, penggunaan bahasa
prokemik, campur kode, dan ragam bahasa lainnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa komentar netizen menunjukkan kompleksitas penggunaan bahasa yang
dipengaruhi oleh faktor sosial, usia, latar belakang budaya, dan konteks interaksi
di media sosial. Ragam bahasa yang dominan adalah bahasa gaul, ditandai dengan
singkatan, emotikon, dan ungkapan yang cenderung bebas dan tidak terbatas.
Penelitian ini memberikan kontribusi untuk memahami dinamika komunikasi di
media sosial dan fenomena bahasa yang berkembang di kalangan pengguna
internet.
A B S T R A C T
This study aims to analyze the language varieties used in netizen comments on public figure Laura Meizani Mawardi (Lolly)
on the Instagram social media platform. The research focuses on identifying the language variety, characteristics, and
sociolinguistic context behind the comments. The research method used is a descriptive qualitative approach with data
collection techniques through documentation and observation of Lolly’s Instagram account comments. Data analysis was
conducted by examining linguistic aspects, including informal language varieties, the use of prokemic language, code
mixing, and other linguistic variations. The results show that netizen comments show the complexity of language use
influenced by social factors, age, cultural background, and the context of interaction on social media. The dominant language
variety is slang, characterised by abbreviations, emoticons, and expressions that tend to be free and limitless. This research
contributes to understanding the dynamics of communication on social media and the language phenomenon that develops
among internet users.
This is an open access article under the CC BY-SA license.
A R T I C L E I N F O
Article history:
26 February 2025
Received in
revised form
10 March 2025
Accepted
08 April 2025
Available online
27 April
2025
Kata Kunci:
Bahasa, netizen, aplikasi
Instagram
Keywords:
Language, Netizen,
Instagram
KIRANA : Social Science Journal, Vol. 2, No. 2 Juli 2025, pp. 64-72 eISSN 3062-780X
65
1. INTRODUCTION
Dalam era digital yang semakin terhubung, media sosial telah menjadi ruang utama untuk
interaksi antara public figure dan masyarakat. Salah satu platform yang sering digunakan
untuk menjalin hubungan tersebut adalah Instagram, di mana netizen dapat dengan mudah
memberikan respons melalui kolom komentar. Laura Meizani Mawardi, atau Lolly, putri dari
Nikita Mirzani, menjadi salah satu sosok yang kerap menjadi perhatian di Instagram. Setiap
unggahan atau pernyataan yang ia bagikan sering kali memicu ragam respons dari netizen
yang mencerminkan berbagai sikap dan gaya komunikasi.
Interaksi antara netizen dan Laura (dikenal sebagai Lolly) dalam media sosial
Instagram telah dipenuhi dengan diskusi dan reaksi yang luas terkait dengan perilakunya
yang marah-marrah di media sosial. Isu ini tidak hanya menyebabkan kejadian online tetapi
juga menyebutkan topik penting tentang pola pengasuhan dan bagaimana anak-anak
mereplikasi perilaku orang dewasa mereka. Lolly dikenal karena tabiat marah-marahnnya di
media sosial, hal ini membuat para netizen menghubungkannya dengan seorang artis bernama
Nikita Mirzani yang memiliki reputasi serupa. Video-lawas Nikita Mirzani marah-marah di
acara televisi kemudian dibandingkan dengan perilaku Lolly di media sosial, menunjukkan
bahwa Lolly mungkin telah mengcopy perilaku ibunya secara subliminal.
Para netizen sangat aktif dalam memberikan respon terhadap perilaku Lolly. Mereka
mengkritik pola asuh yang diduga kurang efektif dan potensi kesalahan yang dimiliki oleh
orang tua Lolly dalam mengajarkan nilai-nilai moral kepada anaknya. Contohnya, satu
komentar mengatakan bahwa "marahnya ortu ke si anak waktu kecil bakalan terus diingat
dan akan di-copy paste sama si anak," menunjukkan bahwa perilaku orang tua sering
direplikasi oleh anak-anak tanpa sadar.
Ragam bahasa dalam komentar netizen terhadap Lolly sangat bervariasi, tergantung
pada isu atau konten yang dibahas. Ketika Lolly memutuskan mengenakan hijab, misalnya,
banyak komentar yang menggunakan bahasa positif dan mendukung, seperti doa dan pujian,
yang memperlihatkan empati dan apresiasi netizen terhadap perubahan dirinya. Sebaliknya,
saat ia berbicara tentang konflik dengan ibunya, Nikita Mirzani, komentar yang muncul
sering kali berisi kritik atau bahkan cibiran, menggunakan bahasa yang sarkastik, tajam, atau
penuh emosi. Hal ini menunjukkan bahwa netizen sering menggunakan bahasa sebagai alat
untuk menyampaikan sikap atau opini mereka terhadap isu tertentu.
Selain itu, gaya bahasa dalam komentar juga mencerminkan keberagaman latar
belakang netizen. Beberapa komentar menggunakan bahasa santai dengan penggunaan istilah
gaul atau slang yang lazim di kalangan anak muda, sementara komentar lain ditulis dengan
nada formal, terutama jika berisi nasihat atau pandangan yang lebih serius. Ragam ini
menggambarkan kompleksitas interaksi digital, di mana setiap pengguna media sosial
membawa identitas linguistiknya masing-masing ke ruang publik maya.
Menariknya, pola komunikasi ini juga menunjukkan bagaimana netizen memanfaatkan
media sosial sebagai medium untuk mengekspresikan diri dan membangun narasi bersama.
Dukungan terhadap Lolly, misalnya, sering kali menggunakan bahasa persuasif yang
bertujuan memberikan semangat atau memotivasi dirinya. Sebaliknya, kritik terhadap
tindakan atau pernyataan tertentu sering kali mengandung elemen sindiran, yang tidak hanya
berfungsi sebagai komentar tetapi juga sebagai bentuk performa sosial di hadapan audiens
yang lebih luas.
KIRANA : Social Science Journal, Vol. 2, No. 2 Juli 2025, pp. 64-72 eISSN 3062-780X
66
Media sosial seperti Instagram juga memfasilitasi munculnya fenomena “perbincangan
kolektif” dalam kolom komentar. Setiap komentar tidak hanya ditujukan kepada Lolly, tetapi
juga kepada netizen lainnya yang membaca. Hal ini menciptakan ruang dialog yang dinamis,
di mana pengguna dapat saling mendukung, berdebat, atau memperluas diskusi yang
dimulai oleh unggahan Lolly. Dalam konteks ini, ragam bahasa tidak hanya mencerminkan
individu, tetapi juga dinamika sosial yang terjadi dalam komunitas digital.
Namun, tidak semua interaksi bersifat konstruktif. Sebagian netizen menggunakan
bahasa kasar atau ujaran kebencian untuk menyerang Lolly, terutama dalam isu yang
kontroversial. Fenomena ini menunjukkan sisi lain dari media sosial, di mana anonimitas
sering kali digunakan untuk menyampaikan komentar negatif tanpa konsekuensi langsung.
Meskipun demikian, keberadaan komentar-komentar positif yang mendukung tetap menjadi
penyeimbang yang penting dalam ruang interaksi tersebut.
2. METHOD
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif, fokus pada
analisis konten, interaksi, dan dampak audiens. Pengumpulan data dilakukan melalui
observasi langsung terhadap postingan dan cerita selama periode tertentu, dengan pencatatan
jenis konten, frekuensi postingan, serta gaya visual dan caption. Selain itu, alat analisis media
sosial akan digunakan untuk mengukur statistik keterlibatan, seperti jumlah like dan
komentar.
Metode penelitian kualitatif adalah pendekatan yang berfokus pada pemahaman
mendalam terhadap fenomena sosial, menggunakan data deskriptif seperti narasi dan
wawancara (Sugiyono, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan makna dan
pengalaman subjek dalam konteks alami mereka, berbeda dengan pendekatan kuantitatif
yang lebih berorientasi pada angka. Metode ini mencakup teknik pengumpulan data seperti
observasi dan wawancara mendalam, serta analisis yang bersifat induktif.
3. RESULT AND DISCUSSION
Writing Instagram juga memiliki berbagai fitur yang memudahkan pengguna untuk
mengeksplorasi konten baru dan menarik. Fitur "Explore" memungkinkan pengguna
menemukan postingan yang sesuai dengan minat mereka, berdasarkan aktivitas dan akun
yang diikuti. Instagram juga mendukung fitur live streaming, di mana pengguna bisa
melakukan siaran langsung untuk berinteraksi secara real-time dengan pengikut
merekabahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang mencerminkan identitas sosial
penuturnya.
Discussion
Interaksi antara netizen dan figur publik seperti Laura di media sosial Instagram biasanya
bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh konten yang diunggah serta kepribadian Laura di
platform tersebut.
Lolly, anak sulung Nikita Mirzani, dikenal aktif berinteraksi dengan pengikutnya di
Instagram. Ia sering menggunakan platform tersebut untuk berbagi cerita hidupnya, baik
melalui unggahan maupun sesi Q&A di Instagram Story. Salah satu momen yang mendapat
perhatian besar adalah keputusannya mengenakan hijab, yang menuai banyak dukungan dan
pujian dari pengikutnya. Banyak netizen yang mendoakan agar Lolly tetap istiqomah dan
KIRANA : Social Science Journal, Vol. 2, No. 2 Juli 2025, pp. 64-72 eISSN 3062-780X
67
merasa penampilannya kini lebih elegan dan memesona. Selain membagikan perubahan
dalam hidupnya, Lolly juga membahas hal-hal personal, seperti hubungannya dengan
keluarga dan pengalaman hidup. Dalam sesi tanya jawab, ia kerap menjawab pertanyaan
dengan jujur, yang membuat pengikutnya merasa lebih dekat dengannya. Kejujuran dan
keterbukaannya ini menjadikan interaksinya terasa autentik, meskipun beberapa topik yang
dibahas sering kali menjadi perhatian media dan publik.
Namun, interaksi Lolly dengan followers tidak selalu berjalan mulus. Hubungannya
yang sedang renggang dengan ibunya, Nikita Mirzani, sering kali menjadi sorotan. Beberapa
pengakuannya, seperti ketegangan dengan sang ibu dan kedekatannya dengan Antonio
Dedola (mantan suami Nikita), memicu beragam komentar dari pengikutnya, baik yang
mendukung maupun mengkritik. Di sisi lain, Lolly tetap berusaha memanfaatkan media
sosialnya sebagai ruang untuk menunjukkan sisi positif dan perjuangannya. Ia sering
mendapatkan dukungan moral dari pengikutnya, yang mengapresiasi bagaimana dirinya
tetap kuat menghadapi berbagai tantangan hidup. Hal ini menciptakan hubungan yang lebih
erat antara dirinya dan komunitas pengikutnya di Instagram.
Keseluruhan interaksi Lolly dengan pengikutnya mencerminkan kepribadian yang
terbuka dan ingin membangun hubungan positif dengan orang-orang yang mendukungnya.
Meskipun ada beberapa kontroversi, ia tetap aktif berbagi, menunjukkan perjalanan
hidupnya, serta menerima berbagai masukan dari penggemarnya. Ini menunjukkan perannya
yang semakin menonjol sebagai figur publik yang menarik perhatian generasi muda.
Contoh-contoh ragam bahasa yang digunakan netizen dalam kolom komentar Lolly, terkait
dengan isu yang sedang dihadapi saat ini.
a. Kasihan hijabnya jadi tameng pasti diserang netizen, outfit doang yg ditutup
attitudenya kureng bgt.
Pembahasannya berdasarkan ragam bahasa:
a) Ragam Bahasa Non formal
Kalimat ini termasuk dalam ragam bahasa informal karena:
Penggunaan bahasa yang santai, seperti kata "kureng" (bentuk slang dari "kurang"),
Tidak ada penggunaan tata bahasa baku atau struktur kalimat formal, Pemilihan
kosakata menunjukkan nada percakapan sehari-hari, seperti "tameng" dan "diserang
netizen".
b) Penggunaan Bahasa Gaul
Frasa "outfit doang yang ditutup attitudenya kureng bgt" menggunakan gaya bahasa
gaul yang sering ditemukan di kalangan anak muda, Singkatan seperti "bgt" (sangat)
dan penggunaan "kureng" menunjukkan tren adaptasi bahasa di media sosial yang
mempermudah penyampaian
c) Ragam Bahasa Sindiran
Kalimat ini bersifat menyindir atau mengkritik seseorang secara tidak langsung.
Contohnya: "Hijabnya jadi tameng" menyiratkan kritik terhadap penggunaan hijab
yang dianggap tidak sejalan dengan sikap atau perilaku, "Outfit doang yang ditutup"
mempertegas kritik terhadap fokus penampilan tanpa mendukungnya dengan
akhlak yang baik.
d) Penggunaan Kata Tidak Baku
KIRANA : Social Science Journal, Vol. 2, No. 2 Juli 2025, pp. 64-72 eISSN 3062-780X
68
Dalam kalimat tersebut, terdapat beberapa kata tidak baku, yaitu: "kasihan", yang
seharusnya ditulis "kasihanlah" sesuai dengan tata bahasa baku. Kata "hijabnya"
lebih tepat jika diganti dengan "jilbabnya" karena "jilbab" adalah istilah baku dalam
bahasa Indonesia. "Tameng" adalah kata tidak baku yang seharusnya diganti dengan
"perisai". Selain itu, "netizen" adalah serapan dari bahasa Inggris yang dalam bahasa
baku seharusnya ditulis sebagai "warganet". Kata "outfit", sebagai istilah asing, lebih
baku jika diganti dengan "pakaian". Selanjutnya, "doang" adalah kata tidak baku
yang seharusnya diganti dengan "saja". Kata "yg", singkatan dari "yang," harus
ditulis lengkap sesuai dengan aturan bahasa baku. "Kureng", yang merupakan
bentuk slang, seharusnya ditulis "kurang". Terakhir, "bgt", singkatan dari "banget,"
harus ditulis secara lengkap dalam bahasa baku.
b. Tim yang liat video klarifikasi kapan selesainya ini anak ngomong
a) Ragam Bahasa Non Formal
Kalimat ini termasuk ragam bahasa informal karena menggunakan gaya bahasa
santai tanpa memperhatikan struktur kalimat baku. Bentuk percakapan ini lebih
dekat dengan cara orang berbicara sehari-hari dibandingkan dengan cara menulis
formal.
b) Ragam Bahasa Gaul
Kata-kata populer: Penggunaan istilah seperti "tim yang lihat video klarifikasi"
menunjukkan tren bahasa gaul, di mana pengguna sering membagi dirinya ke dalam
"tim" berdasarkan reaksi atau pendapat tentang suatu hal. Nada santai: Kalimat ini
bernada ringan dan terkesan bercanda, meskipun secara implisit ada unsur sindiran.
Tidak ada subjek atau struktur formal yang lengkap, seperti "kapan selesainya ini
anak ngomong", yang lebih bersifat langsung dan tidak terikat aturan tata bahasa.
c) Ragam Bahasa Sindiran
Kalimat ini memiliki nada sindiran yang halus terhadap seseorang yang dianggap
berbicara terlalu panjang atau bertele-tele dalam video klarifikasinya. Ungkapan
"kapan selesainya ini anak ngomong" secara tidak langsung menyampaikan rasa
jenuh atau bosan terhadap isi pembicaraan yang dianggap tidak kunjung selesai.
d) Penggunaan Kata Tidak Baku
Dalam kalimat tersebut, terdapat beberapa kata yang tidak baku. Kata "tim"
merupakan istilah serapan dari bahasa Inggris dan lebih baku jika diganti dengan
"kelompok" atau "tim kerja", tergantung konteks. Kata "liat" merupakan bentuk tidak
baku dari "lihat". Kemudian, "video" sebenarnya sudah menjadi kata serapan resmi,
sehingga tetap dianggap baku. Kata "kapan" dan "selesainya" adalah baku. Namun,
frasa "ngomong" merupakan bahasa informal dan lebih baku jika diganti dengan
"berbicara" atau "berujar".
c. Udah Loly mendingan lu tinggal sama Ema lu lagi nurut ajh sama Ema lu duit Ema
lu banyak kurang apa lagi coba
a) Ragam Bahasa Non Formal
Kosakata santai dan tidak baku: Kata-kata seperti "lu," "ema," dan "ajh" adalah
kosakata yang tidak baku dan lazim digunakan dalam bahasa percakapan. Kalimat
ini langsung mengungkapkan pendapat atau saran tanpa memperhatikan tata
bahasa baku.
b) Penggunaan Bahasa Gaul
KIRANA : Social Science Journal, Vol. 2, No. 2 Juli 2025, pp. 64-72 eISSN 3062-780X
69
Kependekan dan penyederhanaan kata: "ajh" adalah bentuk singkatan atau variasi
dari kata "saja". "ema" adalah kata informal yang dipengaruhi bahasa daerah
(misalnya, Sunda), yang berarti "ibu."
c) Pengaruh Bahasa Daerah
Kata "ema" mencerminkan pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Sunda, di
mana istilah ini digunakan untuk menyebut "ibu." Hal ini menunjukkan bahwa
ragam bahasa nonformal ini dapat bersifat lokal atau regional, tergantung latar
belakang budaya penuturnya.
d) Ragam Bahasa Sindiran
Frasa "duit ema lu banyak, kurang apalagi coba" dapat dianggap sebagai sindiran
untuk menekankan bahwa pendengar memiliki banyak keuntungan yang tidak
dimanfaatkan.
e) Penggunaan Kata Tidak Baku
Dalam kalimat tersebut, terdapat beberapa kata tidak baku yang perlu diperbaiki
agar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kata "udah" adalah bentuk tidak baku
dari "sudah". Kata "lu" merupakan bentuk informal dari "kamu" atau "Anda".
Kemudian, "mendingan" adalah bentuk tidak baku yang lebih tepat diganti dengan
"lebih baik". Selanjutnya, "ajh" adalah bentuk singkatan tidak baku dari "saja". Kata
"Ema" tampaknya merupakan istilah keluarga yang informal, yang dapat diganti
dengan istilah formal seperti "ibu" jika konteksnya lebih resmi. Akhirnya, "coba"
dalam kalimat ini lebih sesuai diganti dengan kata "pikirkan" untuk menyesuaikan
struktur formal.
d. Nama baik elu? Lu ga sadar seindonesia keknya udh nyumpahin elu, cuma
ditulisnya msh sopan aja nyuruh elu SADAR DIRI
a) Ragam Bahasa Non Formal
Kata "elu" menggantikan "kamu" dan merupakan bentuk tidak baku yang sering
digunakan dalam bahasa percakapan sehari-hari. Kalimat ini tidak mengikuti aturan
tata bahasa formal, misalnya penggunaan frasa langsung seperti "nama baik elu?"
yang lebih menonjolkan ekspresi emosional dibanding struktur yang lengkap.
b) Penggunaan Nada Kritik dan Sindiran
Kalimat ini memiliki nada kritik yang jelas, terutama pada frasa seperti "lu gak sadar
se-Indonesia kayaknya udah nyumpahin elu." Kritikan ini disampaikan secara
gamblang tanpa basa-basi. Frasa "cuma ditulisnya masih sopan aja nyuruh elu sadar
diri" menyiratkan bahwa meskipun kritik yang diterima bersifat sopan, esensinya
tetap keras.
c) Penggunaan Bahasa Gaul
Kata "nyumpahin" dan "elu" mencerminkan ragam bahasa gaul yang biasa
digunakan dalam percakapan informal atau di media sosial. Bahasa ini lebih
menonjolkan keakraban atau kekesalan secara lugas. Kalimat ini mencerminkan
emosi penutur yang mungkin kesal atau frustrasi, misalnya dengan penggunaan
frasa seperti "lu gak sadar."
d) Penggunaan Kata Tidak Baku
Dalam kalimat tersebut, terdapat beberapa kata tidak baku yang perlu diperbaiki
agar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kata "elu" dan "lu" adalah bentuk tidak
baku dari "kamu" atau "Anda". Kata "keknya" adalah bahasa slang yang tidak baku,
dan seharusnya diganti dengan "sepertinya". Kemudian, "udh" adalah bentuk
KIRANA : Social Science Journal, Vol. 2, No. 2 Juli 2025, pp. 64-72 eISSN 3062-780X
70
singkatan tidak baku dari "sudah". Kata "nyumpahin" merupakan bentuk tidak baku
dari "mengutuk" atau "mendoakan buruk." Selain itu, "msh" adalah singkatan tidak
baku dari "masih." Semua kata ini perlu diubah agar lebih sesuai dengan bahasa
baku.
e. Tinggal ngmng iya gua hamil di luar nikah ribet bgt lu loly segala ngatain mak elu
a) Ragam Bahasa Non Formal
Kalimat ini tidak mematuhi aturan tata bahasa resmi, seperti penggunaan tanda baca
atau struktur subjek-predikat yang lengkap. Kalimat ini disampaikan dalam gaya
santai tanpa formalitas, sesuai dengan konteks nonformal.
b) Penggunaan Bahasa Gaul
Kata seperti "ngmng" dan "bgt" adalah bentuk pemendekan yang sering digunakan
untuk mempercepat komunikasi dalam teks atau pesan singkat.
c) Penggunaan Nada Kritik dan Emosional
Kalimat ini mengandung kritik terhadap seseorang yang dianggap terlalu rumit atau
emosional dalam situasi tertentu. Frasa seperti "ribet bgt lu" menyiratkan frustrasi
terhadap pendengar. Penggunaan frasa seperti "segala ngatain Mak elu"
menunjukkan adanya ketegangan emosional yang sedang terjadi, kemungkinan
dalam konteks konflik.
d) Penggunaan Kata Tidak Baku
Dalam kalimat tersebut, terdapat beberapa kata tidak baku yang perlu diperbaiki
agar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kata "elu" dan "lu" adalah bentuk tidak
baku dari "kamu" atau "Anda". Kata "keknya" adalah bahasa slang yang tidak baku,
dan seharusnya diganti dengan "sepertinya". Kemudian, "udh" adalah bentuk
singkatan tidak baku dari "sudah". Kata "nyumpahin" merupakan bentuk tidak baku
dari "mengutuk" atau "mendoakan buruk." Selain itu, "msh" adalah singkatan tidak
baku dari "masih." Semua kata ini perlu diubah agar lebih sesuai dengan bahasa
baku.
f. Gamalu sekarang laura? Klarifikasi nya masih ada nih, tautau semua omongan ini
berbalik dari omongan lu sendiri
a) Ragam Bahasa Non Formal
Kata-kata seperti "gak" (tidak) dan "lu" (kamu) adalah bentuk tidak baku yang lazim
digunakan dalam bahasa percakapan sehari-hari. Kalimat ini cenderung langsung ke
intinya tanpa mengikuti struktur tata bahasa formal, seperti penggunaan tanda baca
yang minimal.
b) Penggunaan Bahasa Gaul
Kata seperti "gak" dan "nih" adalah bagian dari bahasa gaul yang sering digunakan
dalam interaksi santai atau di media sosial. Bahasa ini bertujuan menciptakan
kedekatan atau menyampaikan emosi secara lugas. Kalimat ini memiliki elemen
sindiran halus, terutama pada frasa "gak malu sekarang Laura?" dan "semua
omongan ini berbalik dari omongan lu sendiri."
c) Penggunaan Kata Tidak Baku
Dalam kalimat tersebut, terdapat beberapa kata yang tidak baku dan perlu
diperbaiki agar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kata "ngmng" adalah
singkatan tidak baku dari "ngomong", yang seharusnya diganti dengan "berbicara".
Kata "iya" sebenarnya baku, tetapi dalam konteks formal bisa diganti dengan "ya".
Kata "gua" adalah bentuk tidak baku dari "saya" atau "aku." Kemudian, "bgt" adalah
KIRANA : Social Science Journal, Vol. 2, No. 2 Juli 2025, pp. 64-72 eISSN 3062-780X
71
singkatan dari "banget", yang harus ditulis lengkap. Kata "lu" juga tidak baku dan
lebih sesuai jika diganti dengan "kamu" atau "Anda." Kata "ngatain" merupakan
bahasa informal, yang dapat diganti dengan "menghina" atau "menyebut buruk."
Terakhir, "mak" adalah istilah informal yang sebaiknya diganti dengan "ibu" untuk
penggunaan baku.
Ragam bahasa yang digunakan netizen, termasuk dalam ciri-ciri ragam bahasa formal atau
non formal.
Ragam bahasa yang digunakan netizen termasuk dalam ciri-ciri ragam bahasa non
formal. Ragam bahasa nonformal sering digunakan dalam percakapan sehari-hari atau situasi
yang tidak resmi. Ciri utama dari ragam bahasa nonformal adalah penggunaan kata-kata yang
lebih santai, ekspresif, dan terkadang tidak mengikuti aturan tata bahasa yang baku. Pada
contoh yang diberikan, banyak ditemukan kata-kata yang disingkat atau tidak baku, seperti
"gamalu" (malu), "udah" (sudah), "bgt" (banget), dan "ajh" (aja). Kata-kata ini mencerminkan
gaya berbicara yang lebih santai dan tidak terikat oleh aturan formal. Selain itu, dalam ragam
bahasa nonformal juga sering ditemui ungkapan yang langsung dan emosional. Misalnya,
pada kalimat "tinggal ngomong iya gua hamil di luar nikah ribet bgt," penggunaan kalimat ini
sangat langsung dan informal, menunjukkan kekesalan atau frustrasi, yang tidak lazim
ditemukan dalam bahasa formal. Terdapat juga penggunaan slang atau kata-kata gaul yang
lebih akrab dan dekat dengan pembicaraan sehari-hari. Dengan demikian, bahasa nonformal
lebih fleksibel dan berfokus pada efisiensi komunikasi, tanpa terlalu memedulikan kaidah tata
bahasa yang ketat. Kalimat-kalimat ini lebih mengutamakan ekspresi pribadi, menunjukkan
sikap atau perasaan si pembicara terhadap situasi atau orang lain, yang merupakan salah satu
karakteristik utama dari ragam bahasa nonformal.
4. CONCLUSION
Ragam bahasa yang digunakan oleh netizen di kolom komentar Instagram Lolly mencerminkan
dominasi ragam bahasa nonformal. Ciri-cirinya meliputi penggunaan kata-kata santai, tidak
baku, dan emosional yang lazim digunakan dalam percakapan sehari-hari atau media sosial.
Contohnya adalah istilah gaul seperti gamalu, bgt, ngomong, dan lu, serta ungkapan langsung
yang mengandung nada sindiran atau kritik. Bahasa ini juga sering kali dipengaruhi oleh tren
populer dan budaya daerah, seperti penggunaan kata "ema" yang dipengaruhi bahasa Sunda.
Ragam bahasa nonformal ini menunjukkan fleksibilitas dan efisiensi dalam
menyampaikan emosi atau pendapat, terutama di media sosial yang bersifat spontan. Namun,
penggunaan ragam bahasa ini sering kali tidak mengikuti aturan tata bahasa formal, seperti
struktur kalimat atau pemilihan kosakata yang baku. Dalam konteks media sosial, ragam
bahasa nonformal menjadi sarana utama untuk mengekspresikan perasaan, kritik, atau
dukungan dengan gaya yang lugas dan terkadang bernada humor, meskipun tetap dapat
memunculkan unsur sindiran atau konflik.
5. REFERENCES
Ali Khamainy, Puteri, Y. E., Almanfaluthi, L., & Robihim. (2014). Jurnal Bahasa. Jurnal Bahasa,
10(4; 2006), 54.
KIRANA : Social Science Journal, Vol. 2, No. 2 Juli 2025, pp. 64-72 eISSN 3062-780X
72
Mahendra, B., Communications, M., & Security, G. P. (2017). Eksistensi Sosial Remaja dalam
Instgram. Jurnal Visi Komunikasi, 16(01), 151–160. www.frans.co.id
Rini, D. (2018). Diksi Dan Gaya Bahasa Dalam Media Sosial Instagram. Jurnal Widyaloka Ikip
Widya Darma, 5(3), 261–278.
Satria Prayudi, & Nasution, W. (2020). Ragam Bahasa Dalam Media Sosial
Sugiyono. (2018). Analisis Data Kualitatif. Research Gate, March, 1–9.
Syahputra, E., Fadlan, F., Salmanda, D., & Purba, K. N. E. (2022). Perbedaan Makna Bahasa
Tulis dan Bahasa Lisan. Jurnal Multidisiplin Dehasen (MUDE), 1(3), 227–230.
https://doi.org/10.37676/mude.v1i3.2534
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Diksi Dan Gaya Bahasa Dalam Media Sosial Instagram
  • D Rini
Rini, D. (2018). Diksi Dan Gaya Bahasa Dalam Media Sosial Instagram. Jurnal Widyaloka Ikip Widya Darma, 5(3), 261-278.
Analisis Data Kualitatif
  • Satria Prayudi
  • W Nasution
Satria Prayudi, & Nasution, W. (2020). Ragam Bahasa Dalam Media Sosial Sugiyono. (2018). Analisis Data Kualitatif. Research Gate, March, 1-9.
Perbedaan Makna Bahasa Tulis dan Bahasa Lisan
  • E Syahputra
  • F Fadlan
  • D Salmanda
  • K N E Purba
Syahputra, E., Fadlan, F., Salmanda, D., & Purba, K. N. E. (2022). Perbedaan Makna Bahasa Tulis dan Bahasa Lisan. Jurnal Multidisiplin Dehasen (MUDE), 1(3), 227-230. https://doi.org/10.37676/mude.v1i3.2534