Available via license: CC BY-NC-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
eISSN 2716-4063 1
Jurnal Rekayasa Elektro Sriwijaya, Vol. 6, No. 1, November 2024
Rancang Bangun Piezoelektrik Pada Insole
Sepatu Sebagai Generator Listrik Untuk
Pengisian Baterai Peralatan Elektronik
Hermawati1, Caroline1, Ike Bayusari1, Rahmawati1, Diah Fitriani1
1Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
Indralaya, Indonesia
Penulis Korespodensi : herma08@gmail.com
Abstrak— Energi yang sebelumnya terbuang tanpa disadari dapat dimanfaatkan untuk menciptakan bentuk tenaga
listrik yang ramah lingkungan. Sumber daya listrik dapat diperoleh dengan konversi yang dihasilkan dari tekanan kaki
manusia saat berjalan atau berlari dengan konsep penuaian energi piezoelektrik. Penelitian ini melibatkan analisis
teoritis dan eksperimental untuk mengevaluasi efisiensi serta nilai keluaran dari konfigurasi rangkaian seri dan
paralel dengan variasi langkah kaki. Prototipe piezoelektrik menghasilkan keluaran berupa tegangan dan arus AC
yang kemudian dikonversikan menjadi tegangan dan arus DC dengan memanfaatkan rangkaian penyearah dioda
bridge. Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan 2 konfigurasi
rangkaian dan 10 variasi langkah kaki didapatkan nilai keluaran terbesar pada konfigurasi rangkaian paralel dengan
langkah kaki sebanyak 250 langkah dengan tegangan sebesar 5,11 V dan arus sebesar 1,54 mA, dengan daya yang
dihasilkan sebesar 78,694 x Watt. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa rangkaian
paralel menghasilkan nilai tegangan dan arus keluaran yang lebih baik dibandingkan dengan rangkaian seri, serta
nilai tegangan dan arus keluaran yang dihasilkan masing-masing konfigurasi rangkaian berbanding lurus dengan
banyaknya langkah kaki.
Kata Kunci— Piezoelektrik, Tekanan, Insole Sepatu, Daya Listrik.
Abstract— Energy that was previously wasted unnoticed can be harnessed to create an environmentally friendly
form of electrical power. The source of electrical power can be obtained by conversion generated from the pressure
of human feet while walking or running with the concept of piezoelectric energy harvesting. This research involves
theoretical and experimental analysis to evaluate the efficiency as well as the output value of the series and parallel
circuit configurations with footstep variations. The piezoelectric prototype produces output in the form of AC voltage
and current which is then converted into DC voltage and current by utilizing a diode bridge rectifier circuit. Based on
the results of measurements and calculations that have been carried out using 2 circuit configurations and 10
footstep variations, the largest output value is obtained in the parallel circuit configuration with 250 footsteps with a
voltage of 5.11 V and a current of 1.54 mA, with the resulting power of 78,694 x Watt. From the research that has
been done, it can be concluded that the parallel circuit produces better output voltage and current values compared
to the series circuit, and the output voltage and current values produced by each circuit configuration are directly
proportional to the number of footsteps.
Keywords— Piezoelectric, Pressure, Shoes Insole, Electrical Power.
I. PENDAHULUAN
Dewasa ini listrik telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Listrik di Indonesia rata-rata berasal
dari pembangkitan listrik dengan tenaga fosil. Meskipun demikian, pembangkit listrik konvensional menempati
peringkat kedua dalam hal pencemaran terhadap polusi udara yaitu menyumbang 31,93% emisi, menjadikannya
salah satu sumber polusi udara terbesar. Perkembangan energi terbarukan di negara-negara maju telah
mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu penelitian yang menarik dalam bidang
ini adalah penelitian tentang bahan piezoelektrik, yang mengacu pada penemuan penting oleh Pierre dan Jacques
Curie pada tahun 1880 terkait efek piezoelektrik. Penemuan ini memiliki potensi besar untuk diintegrasikan ke
dalam konsep manajemen energi atau Energy Harvesting. Energi yang sebelumnya terbuang tanpa disadari
dapat dimanfaatkan untuk menciptakan bentuk tenaga listrik yang ramah lingkungan. Sumber daya listrik dapat
diperoleh dengan konversi yang dihasilkan dari tekanan kaki manusia saat berjalan atau berlari dengan
menggunakan pengaturan mekanik dan konsep penuaian energi piezoelektrik. Pada tahun 2020, Stiawan dan
Taufiq melakukan penelitian mengenai alat penghasil energi listrik dari tekanan mekanik yang berbasis
piezoelektrik. Penelitian dilakukan dengan memberikan variasi pembebanan pada pijakan piezoelektrik, yaitu
dengan menggunakan beban manusia dengan berat 55 kg, 60 kg, 75 kg, dan 85 kg dengan penyusunan
2 Hermawati et al., Rancang Bangun Piezoelektrik Pada Insole Sepatu Sebagai Generator Listrik Untuk Pengisian
Baterai Peralatan Elektronik
Jurnal Rekayasa Elektro Sriwijaya, Vol. 6, No. 1, November 2024
piezoelektrik secara paralel. Pengujian pada penelitian terhadap pijakan manusia menghasilkan tegangan
keluaran berturut-turut sebagai berikut; 2,15 VDC, 2,16 VDC, 2,19 VDC, dan 2,23 VDC, dengan arus keluarannya
masing-masing adalah 0,005 mA, 0,006 mA, 0,010 mA, dan 0,027 mA. Untuk bobot manusia masing-masing 55
kg, 60 kg, 75 kg, dan 85 kg, daya yang diperoleh sebesar 0,02 mW, 0,02 mW, 0,02 mW, dan 0,07 mW [1].
Oleh karena itu atas dasar penelitian di atas, penelitian kali ini dirancanglah sebuah rancang bangun sebuah
prototipe yang menggunakan sensor piezoelektrik dalam sepatu sebagai alat pijaknya. Sehingga memungkinkan
pengisian baterai berdaya rendah yang dapat digunakan dalam situasi darurat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Piezoelektrik
Pada tahun 1880, Jacques dan Currie menemukan fenomena piezoelektrik, yang mengacu pada kategori
material dengan karakteristik unik. Ketika tekanan diterapkan pada kristal piezoelektrik, piezoelektrik akan
menghasilkan listrik melalui polarisasi muatan. Kata piezo, yang berarti memberikan tekanan, dan elektrik, yang
berarti listrik atau elektron, digabungkan menjadi istilah piezoelektrik. Sehingga dapat disimpulkan dari kombinasi
kedua istilah ini bahwa piezoelektrik adalah istilah untuk listrik yang dihasilkan karena adanya tekanan. Muatan
listrik pada bahan piezoelektrik dihasilkan melalui efek piezoelektrik.
B. Prinsip Kerja Piezoelektrik
Pada material piezoelektrik terdapat sebuah efek yaitu efek piezoelektrik yang terjadi ketika bahan tersebut
berada di bawah tekanan dan menghasilkan muatan listrik [2]. Molekul terpolarisasi dalam bahan piezoelektrik
akan sejajar dengan medan listrik ketika melewati medan tersebut, sehingga terjadi pembentukan dipol yang
terinduksi pada kristal atau struktur molekul bahan tersebut. Dimensi material berubah akibat penyesuaian
molekuler ini.
Selain itu, terdapat dua jenis efek yang berbeda pada bahan piezoelektrik yaitu efek piezoelektrik terbalik dan
langsung. Ketika tekanan mekanis diterapkan, efek piezoelektrik langsung menghasilkan potensial listrik.
Sebaliknya, ketika tegangan listrik diterapkan, efek piezoelektrik menghasilkan tekanan mekanis. Muatan positif
dan negatif sering kali dipisahkan dalam kristal piezoelektrik tetapi muatan tersebut dapat tersebar secara
simetris, sehingga menjadikan kristal tersebut menjadi netral [3].
C. Bahan Piezoelektrik
Bahan yang dikenal sebagai piezoelektrik menghasilkan medan listrik sebagai respons terhadap tekanan atau
regangan mekanis. Ketika suatu material dikenai medan listrik, material tersebut akan mengalami tekanan atau
regangan mekanis [3].
Berikut adalah beberapa bahan piezoelektrik [4]:
a. Natural-Occuring Cyrstal
Seperti : Rochelle salt (NaKC4H4O6), Quartz, Tourmaline, Berlinite (AlPO4)
b. Kristal buatan
Seperti : Gallium orthophosphate (GaPO4, GP), Langasite (La3Ga5SiO14, LGS)
c. Keramik
Seperti : Lead Zirconate Titanate atau yang biasa disebut PZT, Lead Lanthanum Zirconate Titanate (PLZT),
Barium Titanate (PT), Lithium Niobate (LiNbO3), dan Tantalate (LiTaO3)
d. Polimer
Seperti : Polyvinylidene Flouride (PVDF)
e. Piezokeramik Lead-Free
Seperti : Sodium potassium niobate, Bismuth ferrite (BiFeO3)
D. Rangkaian Hubung Seri
Rangkaian seri adalah rangkaian yang arusnya mengalir hanya pada satu jalur. Dalam rangkaian seri
piezoelektrik nilai arus yang mengalir akan sama dalam semua bagian rangkaian [5]. Rangkaian seri piezoelektrik
dapat dirangkai dengan menghubungkan bagian positif dari piezoelektrik pertama ke bagian negatif dari
piezoelektrik kedua, dan bagian positif dari piezoelektrik kedua dihubungkan secara seri dengan bagian negatif
piezoelektrik ketiga, dan seterusnya.
Secara sistematis rangkaian seri dapat dilihat pada persamaan berikut.
(1)
(2)
dimana,
= Arus total pada rangkaian (A)
= Tegangan total pada rangkaian (V)
eISSN 2716-4063 3
Jurnal Rekayasa Elektro Sriwijaya, Vol. 6, No. 1, November 2024
E. Rangkaian Hubung Paralel
Rangkaian paralel adalah sebuah susunan rangkaian dimana dua atau lebih komponen dihubungkan
pada sumber tegangan yang sama [5]. Rangkaian paralel piezoelektrik disusun dengan menghubungkan masing-
masing komponen piezoelektrik positif dan negatif ke satu titik melengkapi rangkaian piezoelektrik paralel. Prinsip
dari rangkaian paralel adalah bahwa arus yang mengalir pada setiap cabang akan berbeda-beda, tergantung
pada resistansi di masing-masing cabang dan beda potensial pada setiap cabang. Sementara itu, tegangan pada
setiap cabang akan sama dengan tegangan sumber.
Secara sistematis rangkaian seri dapat dilihat pada persamaan berikut.
(3)
(4)
dimana,
= Arus total pada rangkaian (A)
= Tegangan total pada rangkaian (V)
F. Daya Aktif
Daya aktif adalah daya rata-rata yang sesuai dengan daya nyata yang ditransfer atau dikonsumsi oleh beban.
Energi panas, energi mekanik, dan energi cahaya yang diukur dalam watt adalah beberapa contoh daya aktif.
Besaran daya aktif pada rangkaian listrik bolak-balik yang tegangan dan arusnya berupa gelombang sinusoidal,
dapat berubah-ubah seiring waktu [6].
(5)
dimana,
P = Daya aktif (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
Cos = Faktor daya
G. Rangkaian Penyearah
Keluaran perangkat piezoelektrik yaitu berupa tegangan AC, atau sinyal impuls. Namun, hal ini tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem sirkuit yang dikenal dengan sistem
pengumpulan energi (Harvesting Energy). Rangkaian penyearah gelombang penuh adalah penyearah yang
menghasilkan tegangan DC dari siklus positif dan negatif tegangan AC [7]. Sistem ini terdiri dari komponen-
komponen seperti media penyimpanan energi, pengatur tegangan, dan penyearah. Dalam suatu rangkaian listrik,
penyearah dan pengatur gelombang menggabungkan kemampuan pengatur tegangan dan penyearah jembatan
menjadi satu perangkat. Bentuk gelombang yang dihasilkan dalam rangkaian penyearah gelombang penuh tidak
mengalami perbedaan. Akan tetapi, karena setengah dari fase bentuk gelombang yang berlawanan akan terbalik
sehingga menyebabkan lembah menjadi puncak bentuk gelombang [8]. Empat dioda yang ditempatkan dalam
bentuk jembatan dapat digunakan untuk mewakili penyearah sistem jembatan dasar. Dioda D1 dan D3 mengubah
tegangan positif sinyal sinus, sedangkan Dioda D2 dan D4 mengubah tegangan negatif.
Gambar 1. Rangkaian Penyearah Jembatan [8]
H. Baterai Lithium-Ion 18650
Proses pengisian baterai melibatkan serangkaian tahap, terdapat tahapan utama terkait, yaitu arus konstan
dan tegangan konstan. Arus konstan terjadi ketika charger memberikan arus pengisian yang stabil selama periode
tertentu hingga mencapai tegangan baterai yang telah ditetapkan. Sebaliknya, tegangan konstan terjadi setelah
4 Hermawati et al., Rancang Bangun Piezoelektrik Pada Insole Sepatu Sebagai Generator Listrik Untuk Pengisian
Baterai Peralatan Elektronik
Jurnal Rekayasa Elektro Sriwijaya, Vol. 6, No. 1, November 2024
baterai mencapai tegangan tertentu selama fase arus konstan, di mana tegangan tersebut dipertahankan hingga
tahap pengisian mendekati nol. Ketika sel baterai dihubungkan dengan sumber daya listrik, elektroda positif akan
menjadi anoda dan elektroda negatif akan menjadi katoda [3]. Baterai lithium ion termasuk dalam kategori baterai
sumber arus sekunder yang dapat diisi ulang. Pada tahun 1980, Rachid Yazami menggantikan logam lithium di
anoda dengan grafit, perubahan ini signifikan meningkatkan performa Lithium-Ion Battery sehingga membuatnya
menjadi baterai yang dapat diisi ulang (rechargeable) [9].
III. METODELOGI PENELITIAN
Lokasi yang digunakan untuk perancangan, pembuatan, pengujian, dan pengambilan daya pada alat dilakukan
di perkarangan rumah. Penelitian dimulai dengan melakukan perencanaan dan konsep penelitian, lalu melakukan
studi literatur pada buku serta jurnal, melakukan penulisan proposal, merangkai alat, melakukan pengambilan
data, dan menganalisis serta menarik kesimpulan.
A. Diagram Alir Penelitian
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
B. Rangkaian Alat Penelitian
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3. Alat Penelitian
eISSN 2716-4063 5
Jurnal Rekayasa Elektro Sriwijaya, Vol. 6, No. 1, November 2024
Gambar 3. (a) merupakan tampak bagian luar sepatu yang ditelakkan baterai dilengkapi dengan powerbank
charging module pada bagian samping sepatu. Gambar 3. (b) merupakan tampak dalam sepatu dimana prototipe
penelitian diletakkan yang kemudian akan diletakkan alas sepatu dengan ketebalan 6mm pada bagian atas
prototipe agar sepatu nyaman digunakan. Gambar 3 (c) merupakan rangkaian paralel piezoelektrik, gambar (d)
merupakan rangkaian seri piezoelektrik. Kedua rangkaian disusun dengan 8 keping keramik piezoelektrik jenis
PZT dengan ukuran 35mm, yang disambungkan dengan rangkaian penyearah atau dioda bridge sebagai
pengubah tegangan dan arus AC (Alternating Current) menjadi DC (Direct Current) serta disambungkan dengan
kapasitor sebagai penstabil serta penyimpan energi sementara dan LED sebagai beban.
C. Rangkaian Pengujian Alat
(a) (b)
Gambar 4. Rangkaian Pengujian Keluaran
Gambar 4 (a) merupakan skema rangkaian pengujian arus keluaran. Pada penelitian ini akan dilakukan
pengujian arus keluaran dengan konfigurasi rangkaian seri dan konfigurasi rangkaian paralel. Gambar 4 (b)
merupakan skema rangkaian pengujian tegangan keluaran, pada penelitian ini akan dilakukan pengujian
tegangan keluaran dengan konfigurasi rangkaian seri dan konfigurasi rangkaian paralel.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam implementasinya, uji coba difokuskan pada beban seberat 65 kg dengan jumlah langkah kaki manusia.
Parameter utama penelitian ini melibatkan keluaran tegangan, arus, dan daya. Sementara itu proses perhitungan
tetap menjadi perhatian. Prototipe diberi beban dan jumlah langkah tertentu, serta tegangan dan arusnya akan
diukur untuk dilakukan pengumpulan data. Pengukuran tegangan dilakukan dengan menggunakan multimeter
yang dihubungkan secara paralel dengan kapasitor pada rangkaian penyearah. Pengukuran arus dengan
multimeter dihubungkan secara seri dengan kapasitor pada rangkaian penyearah dan beban berupa LED.
Prototipe diuji sebanyak 10 kali dalam konfigurasi rangkaian seri dan 10 kali dalam rangkaian paralel.
A. Data Hasil Pengukuran dan Perhitungan
TABEL 1. DATA HASIL PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN RANGKAIAN SERI
Rangkaian
Langkah Kaki
Pengukuran
Tegangan (V)
Arus (mA)
Daya (Watt)
Seri
25
1,63
0,15
50
2,14
0,28
75
2,56
0,39
100
2,72
0,44
125
2,98
0,52
150
3,30
0,61
175
3,54
0,72
200
3,87
0,80
225
4,13
0,94
250
4,47
1,10
6 Hermawati et al., Rancang Bangun Piezoelektrik Pada Insole Sepatu Sebagai Generator Listrik Untuk Pengisian
Baterai Peralatan Elektronik
Jurnal Rekayasa Elektro Sriwijaya, Vol. 6, No. 1, November 2024
TABEL 2. DATA HASIL PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN RANGKAIAN PARALEL
Rangkaian
Langkah Kaki
Pengukuran
Tegangan (V)
Arus (mA)
Daya (Watt)
Paralel
25
2,16
0,21
50
2,41
0,33
75
2,85
0,46
100
3,30
0,58
125
3,55
0,61
150
3,83
0,72
175
4,13
0,86
200
4,52
0,92
225
4,75
1,34
250
5,11
1,54
Data tegangan dan arus yang telah didapatkan akan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai daya.
Perhitungan nilai daya pada rangkaian seri dan rangkaian paralel terdapat pada lampiran data.
P=V x I x Cos
Cos dianggap bernilai 1 dikarenakan keluaran yang dihasilkan prototipe adalah keluaran DC.
Perhitungan daya pada rangkaian seri
P=1,63 V x 0,15 mA x 1=2,445 x Watt
Perhitungan daya pada rangkaian paralel
P=2,16 V x 0,21 mA x 1=4,536 x Watt
B. Hasil dan Analisis
Gambar 5. Grafik Hubungan Jumlah Langkah Kaki Terhadap Tegangan Keluaran Prototipe
Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa nilai tegangan terbesar dihasilkan dengan jumlah langkah kaki
sebanyak 250 langkah yang menghasilkan tegangan sebesar 5,11 V pada konfigurasi rangkaian paralel.
Sedangkan, nilai tegangan terkecil dihasilkan dengan jumlah langkah kaki sebanyak 25 langkah yang
menghasilkan tegangan sebesar 1,63 V pada konfigurasi rangkaian seri. Dari grafik tersebut terlihat bahwa jumlah
langkah kaki berbanding lurus dengan nilai tegangan yang dihasilkan oleh masing-masing konfigurasi. Semakin
banyak langkah kaki yang diuji pada prototipe akan semakin besar juga tegangan yang dihasilkan. Tegangan
yang dihasilkan oleh rangkaian paralel cenderung lebih besar dibandingkan dengan tegangan yang dihasilkan
akan sama besar pada setiap piezoelektrik. Sedangkan pada rangkaian seri, tegangan merupakan hasil
penjumlahan dari total tegangan yang mengalir melalui setiap komponen. Sehingga, jika salah satu komponen
tidak berfungsi dengan baik akan menyebakan terjadinya penurunan tegangan yang signifikan di seluruh
rangkaian.
eISSN 2716-4063 7
Jurnal Rekayasa Elektro Sriwijaya, Vol. 6, No. 1, November 2024
Gambar 6. Grafik Hubungan Jumlah Langkah Kaki Terhadap Arus Keluaran Prototipe
Pada grafik tersebut dapat diketahui bahwa nilai arus terbesar yang dihasilkan oleh prototipe adalah pada
konfigurasi rangkaian paralel dengan 250 langkah kaki yaitu sebesar 1,54 mA, sedangkan nilai arus terkecil
dihasilkan oleh rangkaian seri dengan jumlah langkah kaki sebanyak 25 langkah yaitu sebesar 0,15 mA. Pada
piezoelektrik dengan konfigurasi rangkaian seri menghasilkan arus terkecil senilai 0.15 mA dengan jumlah
langkah kaki sebanyak 25 langkah dan arus terbesar dihasilkan pada jumlah langkah kaki sebanyak 250 langkah
yaitu 1,1 mA. Pada grafik juga terlihat bahwa rangkaian dengan jumlah piezoelektrik yang sama menunjukkan
bahwa konfigurasi rangkaian paralel cenderung menghasilkan arus yang lebih besar dibandingkan dengan
rangkaian seri. Hal ini disebabkan karena arus yang dihasilkan piezoelektrik yang dirangkai secara paralel
merupakan penjumlahan dari banyaknya jumlah piezoelektrik yang digunakan, sedangkan arus yang dirangkai
seri akan sama besar pada setiap piezoelektrik [10].
Gambar 7. Grafik Hubungan Jumlah Langkah Kaki Terhadap Daya Keluaran Prototipe
Gambar 7 menunjukkan grafik daya yang dihasilkan oleh masing-masing konfigurasi rangkaian dan masing-
masing langkah kaki yang digunakan. Pada prototipe dengan banyaknya jumlah langkah kaki yang digunakan,
daya yang dihasilkan semakin meningkat, daya memiliki nilai yang semakin meningkat. Pada prototipe
piezoelektrtik dengan konfigurasi rangkaian, terlihat bahwa rangkaian paralel menghasilkan daya yang lebih besar
dibandingkan dengan rangkaian seri. Pada rangkaian seri daya terkecil yang dihasilkan sebesar 2,445 x
Watt dan daya terbesar yang dihasilkan sebesar 49,170 x Watt. Sedangkan pada rangkaian paralel daya
terkecil yang dihasilkan sebear 4,536 x Watt dan daya terbesar yang dihasilkan yaitu 78.694 x Watt.
Pada grafik terlihat bahwa terdapat peningkatan yang cukup pesat pada saat jumlah langkah kaki mencapai 200 -
250 langkah. Hal ini disebabkan karena nilai tegangan dan arus yang dihasilkan juga semakin meningkat
dikarenakan banyaknya tekanan yang masuk semakin banyak. Sehingga, pada saat langkah kaki sebanyak 200-
250 langkah daya yang dihasilkan meningkat dengan cukup pesat. Hasil pengujian prototipe dengan 2 konfigurasi
rangkaian yaitu rangkaian seri dan paralel menunjukkan bahwa konfigurasi rangkaian paralel menghasilkan nilai
8 Hermawati et al., Rancang Bangun Piezoelektrik Pada Insole Sepatu Sebagai Generator Listrik Untuk Pengisian
Baterai Peralatan Elektronik
Jurnal Rekayasa Elektro Sriwijaya, Vol. 6, No. 1, November 2024
daya yang lebih tinggi daripada konfigurasi rangkaian seri. Hal ini disebabkan oleh karena piezoelektrik dalam
rangkaian seri menyerap arus masing-masing piezoelektrik. Sehingga, nilai daya keluaran akan terbagi.
Sementara itu, setiap arus piezoelektrik mengalir langsung ke titik pengukuran keluaran pada rangkaian paralel.
Sehingga nilai daya, keluaran bernilai lebih besar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Prototipe insole sepatu dengan menggunakan piezoelektrik jenis PZT berjumlah 8 buah yang dirangkai dengan
konfigurasi rangkaian seri dan paralel dapat dijadikan penghasil energi berskala mini karena daya listrik yang
dihasilkan oleh prototipe masih sangat kecil namun bisa digunakan untuk mencharge baterai, powerbank dan
handphone. Rangkaian paralel menghasilkan tegangan dan arus lebih besar dibandingkan dengan rangkaian seri,
hal ini disebabkan pada rangakain paralel tegangan yang dihasilkan lebih tinggi karena rangkaian paralel dapat
mengumpulkan arus secara kontinu. Rangkaian paralel menghasilkan daya yang lebih besar dibandingkan
dengan rangkaian seri dikarenakan tegangan pada rangkaian paralel akan sama besar pada setiap piezoelektrik,
sehingga tegangan yang masuk akan sama besar. Piezoelektrik jenis PZT merupakan jenis piezoelektrik yang
mudah pecah, sehingga menyebabkan beberapa piezoelektrik yang digunakan dalam penelitian menjadi rusak
dikarenakan penempatan piezoelektrik yang kurang tepat.
B. Saran
1. Melakukan penelitian mengenai desain yang lebih optimal pada prototipr insole sepatu agar sepatu dapat
digunakan lebih nyaman serta dapat menghasilkan nilai keluaran yang lebih baik.
2. Melakukan pengujian piezoelektrik dengan material bahan lainnya seperti material bahan polimer seperti
Polyviniylidene Diflouride (PVDF).
3. Melakukan penelitian mengenai material piezoelektrik baru yang memiliki sifat piezoelektrik yang lebih baik
serta memiliki respons atau proteksi yang tinggi terhadap tekanan agar prototipe dapat digunakan dalam
jangka waktu yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA
[1] E. Stiawan and A. J. Taufiq, “Rancang Bangun Alat Pemanen Energi Listrik Dari Tekanan Mekanik Berbasis Piezoelektrik,” J. Ris.
Rekayasa Elektro, vol. 2, no. 2, pp. 79–84, 2020, doi: 10.30595/jrre.v2i2.8280.
[2] Ulil Albab, Rony Darpono, and Fahreza Moch Revikansyah, “Rancang Bangun Sistem Informasi Gempa Menggunakan Raspberry Pi
Berbasis Web,” J. Ilm. Sains Teknol. Dan Inf., vol. 1, no. 1, pp. 11–20, 2023, doi: 10.59024/jiti.v1i1.118.
[3] M. R. A. Islami, “Pemanfaatan Sensor Piezoelektrik Sebagai Generator Listrik Pada Sepatu Untuk Pengisian Baterai Peralatan
Elektronik Berdaya Rendah,” Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2022.
[4] P. S. V. S. R. and B. P. R. B. Chandra Sekhar, B. Dhanalakshmi, B. Srinivasa Rao, S. Ramesh, K. Venkata Prasad, Piezoelectricity
and Its Applications. IntechOpen, 2021.
[5] F. Khoirun Nisa et al., “Analisis Pemahaman Konsep Rangkaian Listrik Seri dan Paralel melalui Praktikum Sederhana,” vol. 6, no. 2,
pp. 107–118, 2024, [Online]. Available: https://belaindika.nusaputra.ac.id/indexbelaindika@nusaputra.ac.id.
[6] A. T. Nugraha and R. P. Eviningsih, Konsep Dasar Elektronika Daya. Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2022.
[7] N. Naibaho and M. Rofiq Hidayat, “Rancang Bangun Sistem Kendali Perlintasan Kereta Api Berbasis Arduino Uno,” p. 6, 2023.
[8] I. Ashari, M and R. Setiawan, “Analisa RT434A sebagai Pemancar untuk Remote Monitoring Level Daya Speaker Berbasis
Mikrokontroller,” J. Din. Dotcom, vol. 10, no. 1, pp. 73–82, 2019.
[9] F. A. Perdana, “Baterai Lithium,” INKUIRI J. Pendidik. IPA, vol. 9, no. 2, p. 113, 2021, doi: 10.20961/inkuiri.v9i2.50082.
[10] Abdul Fajar Kallawa, Agus Fikri, and Mohammad Mujirudin, “Pengaruh Rangkaian Seri Dan Paralel Terhadap Tegangan Pada
Piezoelektrik,” Met. J. Manufaktur, Energi, Mater. Tek., vol. 1, no. 2, pp. 52–57, 2022, doi: 10.22236/metalik.v1i2.11041.