Content uploaded by Yusron Abda'u Ansya
Author content
All content in this area was uploaded by Yusron Abda'u Ansya on Dec 22, 2024
Content may be subject to copyright.
Vol. 9 No. 1 Desember 2024, hlm 12-21
p-ISSN : 2548-883X ||e-ISSN : 2549-1288
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jgkp/article/view/64239
: https://doi.org/10.24114/jgk.v9i1.64239
12
Diterima pada : 19 November 2024 Disetujui pada : 09 Desember 2024 Dipublikasi pada : 11 November 2024
ANALISIS NILAI KEDISIPLINAN SISWA DI UPT SD NEGERI 060796 MEDAN
Tania Salsabilla1, Yusron Abda’u Ansya2, Yulisa Dewi Siregar3, Sri Agustina4,
Andre Christian Munthe5, Angelita Ronauli6, Anggi Piramida Ginting7
1,2,3,4,5,6,7Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Medan
Surel: taniatsalsa.1213111029@mhs.unimed.ac.id
Abstract
This research aims to analyze the level of student discipline at UPT SD Negeri 060796
Medan and identify the factors that influence this discipline. The method used is descriptive
qualitative research with data collection through observation, interviews and
documentation. The research results show that the student's discipline score is at 7, which
is still quite low for elementary school level. Internal factors that influence discipline
include laziness, boredom, and lack of motivation, while external factors include
environmental influences, teacher approaches, and lack of attention from parents. Teachers
have a central role in forming student discipline through providing examples, motivation,
and applying rewards and sanctions that are firm but not physical. Challenges faced by
teachers include students' low interest in learning, peer influence, and inconsistencies in
student behavior. To improve discipline, psychological approaches such as effective
communication between teachers and students are very necessary. The conclusion of this
research is that student discipline can be improved through collaboration between teachers,
parents and the school environment in creating a consistent culture of discipline.
Keyword: Discipline Values, Character Education, Elementary School
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kedisiplinan siswa di UPT SD Negeri
060796 Medan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kedisiplinan
tersebut. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai kedisiplinan siswa berada pada angka 7, yang masih tergolong
cukup rendah untuk tingkat sekolah dasar. Faktor internal yang memengaruhi kedisiplinan
meliputi rasa malas, kebosanan, dan kurangnya motivasi, sementara faktor eksternal
meliputi pengaruh lingkungan, pendekatan guru, serta kurangnya perhatian dari orang tua.
Guru memiliki peran sentral dalam membentuk kedisiplinan siswa melalui pemberian
teladan, motivasi, serta penerapan reward dan sanksi yang tegas namun tidak bersifat fisik.
Tantangan yang dihadapi guru meliputi rendahnya minat belajar siswa, pengaruh teman
sebaya, dan inkonsistensi perilaku siswa. Untuk meningkatkan kedisiplinan, pendekatan
psikologis seperti komunikasi efektif antara guru dan siswa sangat diperlukan. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah bahwa kedisiplinan siswa dapat ditingkatkan melalui kolaborasi
antara guru, orang tua, dan lingkungan sekolah dalam menciptakan budaya disiplin yang
konsisten.
Kata Kunci: Nilai Disiplin, Pendidikan Karakter, Sekolah Dasar
Vol. 9 No. 1 Desember 2024, hlm 12-21
p-ISSN : 2548-883X ||e-ISSN : 2549-1288
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jgkp/article/view/64239
: https://doi.org/10.24114/jgk.v9i1.64239
13
Diterima pada : 19 November 2024 Disetujui pada : 09 Desember 2024 Dipublikasi pada : 11 November 2024
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan elemen
fundamental yang harus dimiliki oleh
setiap individu karena menjadi dasar
dalam pembentukan karakter dan
kemampuan manusia. Sebagai kewajiban
universal, pendidikan melibatkan
aktivitas mendidik, melatih, dan
mengajar, sebagaimana diungkapkan
oleh Dewi dan Roberto (2018). Proses
melatih bertujuan untuk
mengembangkan sikap serta
keterampilan individu, sehingga mereka
mampu menghadapi tantangan
kehidupan dengan lebih baik. Sementara
itu, proses mengajar lebih berfokus pada
pengembangan pengetahuan dan
kognitif, mencakup kemampuan
intelektual yang sangat diperlukan dalam
era globalisasi. Namun, perhatian
terhadap pendidikan karakter masih
sering terabaikan dalam sistem
pendidikan modern, yang cenderung
hanya menekankan pengembangan aspek
intelektual saja (Ansya et al., 2021).
Fenomena ini tampak nyata
dalam kehidupan sosial saat ini, di mana
kekerasan di kalangan remaja meningkat,
penggunaan bahasa kasar menjadi hal
yang umum, dan rasa hormat terhadap
guru serta orang tua semakin memudar.
Tidak hanya itu, rendahnya tanggung
jawab individu maupun kelompok,
meningkatnya kebiasaan berbohong,
serta munculnya rasa curiga dan
kebencian antarsesama menjadi bukti
nyata kurangnya penanaman nilai-nilai
karakter dalam pendidikan (Ansya,
Ardhita, et al., 2024; Yandri A, 2022).
Situasi ini mencerminkan bahwa
pendidikan yang terlalu berorientasi pada
intelektual semata tidak cukup untuk
membentuk individu yang baik. Bahkan,
intelektual tinggi tanpa karakter yang
kokoh dapat menjadi ancaman bagi
masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan
karakter harus menjadi prioritas dalam
sistem pendidikan nasional guna
menciptakan generasi yang tidak hanya
cerdas tetapi juga bermoral (Primasari et
al., 2019).
Pentingnya pendidikan karakter
ditekankan oleh Sudrajat (2011), yang
mendefinisikannya sebagai upaya
memengaruhi siswa untuk berpikir kritis
terhadap masalah-masalah etika dan
moral, menanamkan kesetiaan pada
prinsip-prinsip etika, serta memberikan
kesempatan untuk mempraktikkan
perilaku tersebut. Salah satu nilai utama
yang perlu ditanamkan sejak dini adalah
sikap sopan santun, yang mencakup
penghormatan terhadap orang lain, baik
kepada teman sebaya, tetangga, guru,
maupun orang tua. Dengan nilai-nilai ini,
siswa diharapkan mampu membangun
hubungan sosial yang harmonis di
berbagai situasi (Ansya, 2023).
Penelitian terdahulu juga
menegaskan pentingnya pendidikan
karakter dalam membentuk generasi
yang bermoral. (Ansya, Alfianita,
Syahkira, et al., 2024; Sofiasyari et al.,
2019) menyatakan bahwa pendidikan
karakter yang diterapkan secara
konsisten dapat menanamkan kebiasaan
positif pada siswa, sehingga mereka
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
karakter yang baik. Hal ini juga didukung
oleh Omeri (2015), yang menyebutkan
bahwa pendidikan karakter mampu
membentuk kebiasaan baik siswa yang
sesuai dengan tradisi budaya bangsa serta
norma-norma universal. Temuan-temuan
ini memperkuat argumen bahwa
pendidikan karakter harus menjadi
bagian integral dari sistem pendidikan
untuk menciptakan siswa yang tidak
hanya cerdas secara akademik tetapi juga
memiliki moralitas yang tinggi.
Vol. 9 No. 1 Desember 2024, hlm 12-21
p-ISSN : 2548-883X ||e-ISSN : 2549-1288
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jgkp/article/view/64239
: https://doi.org/10.24114/jgk.v9i1.64239
14
Diterima pada : 19 November 2024 Disetujui pada : 09 Desember 2024 Dipublikasi pada : 11 November 2024
Hasil observasi di UPT SD
Negeri 060796 Medan menunjukkan
adanya perilaku siswa yang
mencerminkan rendahnya tingkat
kesopanan. Penggunaan bahasa kasar
antarsiswa menjadi indikator utama
lemahnya interaksi sosial di lingkungan
sekolah. Bahasa kasar ini tidak hanya
mencerminkan kurangnya penghargaan
terhadap orang lain, tetapi juga
menunjukkan minimnya pemahaman
siswa tentang etika serta norma-norma
sosial. Lingkungan belajar yang
seharusnya mendukung pengembangan
karakter justru menjadi tempat di mana
nilai-nilai dasar tersebut diabaikan.
Masalah tidak berhenti pada
komunikasi verbal saja. Beberapa siswa
bahkan terlibat dalam konflik fisik di
hadapan guru. Hal ini menunjukkan
adanya kegagalan dalam mengajarkan
penyelesaian konflik secara damai.
Kehadiran guru seharusnya menciptakan
suasana kondusif untuk belajar dan
menyelesaikan konflik dengan cara yang
positif. Namun, kenyataan di lapangan
justru menunjukkan bahwa siswa tidak
menghargai otoritas guru dan memilih
kekerasan sebagai solusi. Situasi ini
memperlihatkan krisis moral yang serius
dan mendesak untuk ditangani melalui
pendekatan yang lebih holistik.
Pendidikan karakter menjadi
jawaban atas tantangan ini. Melalui
pendidikan karakter, siswa tidak hanya
diajarkan untuk memahami nilai-nilai
moral, tetapi juga didorong untuk
menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan pendekatan ini, siswa dapat
belajar untuk menghormati orang lain,
bertanggung jawab atas tindakan mereka,
dan menyelesaikan konflik dengan cara
yang damai. Pendidikan karakter yang
konsisten juga dapat membangun budaya
sekolah yang mendukung pengembangan
moral dan etika siswa. Penelitian yang
dilakukan Ananda et al (2022); Kezia
(2021); Sunandari et al (2023)
menyatakan bahwa pendidikan karakter
perlu diterapkan di lingkungan sekolah
dasar untuk membentuk generasi yang
berkualitas dan mampu menyikapi
perkembangan zaman.
Berdasarkan permasalahan yang
ditemukan, peneliti berupaya
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
rendahnya kedisiplinan siswa di UPT SD
Negeri 060796 Medan. Pendekatan yang
terstruktur diperlukan untuk memahami
akar masalah serta merancang strategi
yang tepat guna meningkatkan
kedisiplinan dan sopan santun siswa.
Dengan melibatkan semua pihak,
termasuk guru, orang tua, dan komunitas
sekolah, diharapkan pendidikan karakter
dapat diintegrasikan secara menyeluruh
dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian, siswa tidak hanya menjadi
cerdas secara akademik, tetapi juga
memiliki kepribadian yang
mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa
dan mampu memberikan kontribusi
positif bagi masyarakat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif deskriptif. Menurut
Moleong (2018), penelitian kualitatif
bertujuan untuk memperoleh informasi
dengan memperhatikan berbagai
fenomena yang muncul di lingkungan
objek penelitian. Pendekatan ini dipilih
untuk menggali, mengidentifikasi, dan
memahami penyebab rendahnya nilai
kesopanan siswa di UPT SD Negeri
060796 Medan. Penelitian dilaksanakan
pada semester genap Tahun Ajaran
2023/2024 dengan fokus pada
pengumpulan data terkait sikap dan
perilaku siswa dalam konteks lingkungan
sekolah.
Vol. 9 No. 1 Desember 2024, hlm 12-21
p-ISSN : 2548-883X ||e-ISSN : 2549-1288
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jgkp/article/view/64239
: https://doi.org/10.24114/jgk.v9i1.64239
15
Diterima pada : 19 November 2024 Disetujui pada : 09 Desember 2024 Dipublikasi pada : 11 November 2024
Teknik pengumpulan data yang
digunakan meliputi observasi,
wawancara, dan dokumentasi (Sugiyono,
2013). Observasi dilakukan secara
langsung di sekolah untuk mengamati
perilaku siswa dalam situasi nyata.
Peneliti menggunakan lembar observasi
yang telah dirancang sebelumnya sebagai
panduan untuk mencatat berbagai aspek
sikap siswa yang relevan dengan
penelitian. Proses ini memungkinkan
peneliti mendapatkan data empiris yang
mendalam mengenai interaksi sosial dan
perilaku siswa.
Selain observasi, wawancara
dilakukan dengan kepala sekolah dan
sepuluh guru di UPT SD Negeri 060796
Medan. Pertanyaan dalam wawancara
dirancang secara khusus untuk
mengeksplorasi berbagai perspektif
tentang sikap siswa, termasuk faktor-
faktor yang memengaruhi rendahnya
nilai kesopanan mereka. Dokumentasi
juga menjadi bagian penting dalam
penelitian ini, di mana berbagai dokumen
terkait, seperti laporan kegiatan sekolah
atau catatan perilaku siswa, dikumpulkan
dan dianalisis untuk memperkuat
validitas dan keabsahan data.
Data yang terkumpul dianalisis
menggunakan teknik analisis kualitatif.
Peneliti mengolah data tersebut dengan
menganalisis berbagai isu yang berkaitan
dengan rendahnya nilai kesopanan siswa,
termasuk pola perilaku, penyebab, dan
dampaknya. Proses analisis ini mencakup
interpretasi mendalam terhadap
pandangan partisipan serta makna yang
terkandung dalam data. Dengan
pendekatan ini, penelitian diharapkan
mampu memberikan pemahaman yang
komprehensif tentang fenomena
rendahnya nilai kesopanan siswa di
sekolah tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Hasil observasi yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa nilai
kedisiplinan siswa di UPT SD Negeri
060796 Medan berada pada skor rata-rata
7. Kedisiplinan siswa dinilai dari
berbagai aspek, salah satunya adalah
kehadiran tepat waktu. Jam masuk
sekolah ditetapkan pukul 07.15 WIB, dan
siswa yang terlambat akan dikumpulkan
di barisan terpisah bersama teman-
temannya yang juga terlambat. Di dalam
kelas, kedisiplinan siswa diamati melalui
pelaksanaan tugas-tugas seperti
mengerjakan pekerjaan rumah,
menyelesaikan tugas yang diberikan
guru, dan melaksanakan jadwal piket
kelas. Guru menggunakan panduan ini
untuk mengevaluasi tingkat kedisiplinan
siswa dalam kegiatan sehari-hari.
Guru memiliki peran sentral
dalam membentuk perilaku disiplin
siswa. Salah satu strategi yang diterapkan
adalah melalui keteladanan. Guru
berupaya untuk terlebih dahulu
menunjukkan perilaku disiplin, karena
mereka percaya bahwa siswa cenderung
meniru apa yang dilakukan gurunya.
Selain itu, guru memberikan motivasi
dan mengingatkan siswa secara berkala
tentang pentingnya disiplin. Pemberian
penghargaan (reward) juga menjadi
bagian penting dari strategi ini. Siswa
yang menunjukkan perilaku disiplin akan
diberikan penghargaan sebagai bentuk
apresiasi, yang diharapkan dapat
memotivasi siswa lain untuk berperilaku
serupa. Guru juga berusaha menciptakan
lingkungan kelas yang nyaman dengan
menyusun kesepakatan bersama siswa.
Salah satu kesepakatan tersebut adalah
penyisipan sesi ice breaking dalam setiap
20 menit pelajaran untuk menjaga
Vol. 9 No. 1 Desember 2024, hlm 12-21
p-ISSN : 2548-883X ||e-ISSN : 2549-1288
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jgkp/article/view/64239
: https://doi.org/10.24114/jgk.v9i1.64239
16
Diterima pada : 19 November 2024 Disetujui pada : 09 Desember 2024 Dipublikasi pada : 11 November 2024
suasana kelas tetap dinamis dan
mencegah kebosanan.
Tantangan terbesar yang
dihadapi guru dalam menjaga
kedisiplinan siswa adalah kurangnya
kesadaran beberapa siswa terhadap
pentingnya disiplin. Masih banyak siswa
yang menunjukkan minat rendah
terhadap pembelajaran, cenderung
bermain-main di dalam kelas, dan
terpengaruh oleh teman-temannya yang
kurang disiplin. Situasi ini menuntut guru
untuk bekerja lebih keras dalam
menanamkan pemahaman tentang
pentingnya disiplin sebagai bagian
integral dari proses belajar. Guru sering
kali harus mengingatkan siswa tentang
manfaat belajar dan konsekuensi dari
perilaku yang tidak disiplin.
Cara efektif yang dilakukan guru
untuk menumbuhkan kedisiplinan siswa
adalah dengan memberikan penghargaan
sebagai bentuk motivasi. Guru meyakini
bahwa dengan memberikan hadiah, siswa
akan terdorong untuk bersaing secara
positif dalam menunjukkan perilaku
disiplin. Seiring waktu, kebiasaan
disiplin ini akan tertanam dalam diri
siswa tanpa perlu dorongan hadiah lagi.
Selain itu, guru menegakkan aturan dan
memberikan sanksi sebagai upaya
menjaga ketertiban. Penerapan sanksi
bertujuan memberikan efek jera bagi
siswa agar lebih menghargai
kedisiplinan, waktu, dan tanggung jawab
dalam menyelesaikan tugas (Ansya,
Alfianita, & Syahkira, 2024).
Pendekatan psikologis juga
digunakan guru untuk menangani
perilaku siswa yang kurang disiplin.
Guru berupaya membangun komunikasi
yang baik dengan siswa untuk
memahami akar permasalahan yang
mereka hadapi. Proses ini melibatkan
diskusi terbuka di mana guru
mendengarkan keluhan siswa. Guru
menemukan bahwa beberapa siswa
cenderung kurang perhatian dari orang
tua, yang dapat memengaruhi perilaku
mereka di sekolah. Sebagai contoh,
ketika seorang siswa tidak mengerjakan
tugas, guru akan terlebih dahulu
menasihati siswa tersebut. Jika tugas
tetap tidak diselesaikan, guru
memberikan sanksi berupa larangan
istirahat selama sehari penuh untuk
memberikan efek jera.
Selain pendekatan psikologis,
guru juga menerapkan strategi lain untuk
meningkatkan kedisiplinan. Guru
melakukan pemantauan harian terhadap
perilaku siswa di kelas dan memberikan
umpan balik secara langsung.
Pendekatan ini memungkinkan guru
untuk menangani masalah disiplin secara
lebih cepat dan efektif. Guru juga sering
kali berdiskusi dengan siswa untuk
membantu mereka memahami
pentingnya kedisiplinan, baik dalam
konteks sekolah maupun kehidupan
sehari-hari.
Guru juga berkolaborasi dengan
orang tua untuk memastikan nilai-nilai
kedisiplinan yang diajarkan di sekolah
dapat diterapkan di rumah. Salah satu
cara yang dilakukan adalah melalui
pembagian rapor, di mana orang tua
diundang secara khusus untuk datang ke
sekolah. Dalam kesempatan ini, guru
memberikan laporan tentang perilaku
siswa selama di sekolah, termasuk aspek
kedisiplinan. Guru menjelaskan kepada
orang tua tentang pentingnya mendukung
dan memperkuat nilai-nilai positif yang
telah diajarkan di sekolah.
Dengan pendekatan yang
komprehensif ini, guru berharap dapat
menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif dan mendukung perkembangan
karakter siswa. Peran guru sebagai
teladan, motivator, dan fasilitator dalam
menanamkan nilai-nilai kedisiplinan
Vol. 9 No. 1 Desember 2024, hlm 12-21
p-ISSN : 2548-883X ||e-ISSN : 2549-1288
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jgkp/article/view/64239
: https://doi.org/10.24114/jgk.v9i1.64239
17
Diterima pada : 19 November 2024 Disetujui pada : 09 Desember 2024 Dipublikasi pada : 11 November 2024
menjadi faktor penting dalam
membentuk siswa yang tidak hanya
cerdas secara intelektual tetapi juga
berkarakter kuat. Hal ini sejalan dengan
tujuan pendidikan untuk menghasilkan
generasi yang berkualitas dan
bertanggung jawab.
Pembahasan
Penelitian yang dilakukan di
UPT SD Negeri 060796 menunjukkan
bahwa tingkat kedisiplinan peserta didik
masih berada pada angka 7, yang dinilai
cukup rendah untuk tingkat sekolah
dasar. Padahal, masa sekolah dasar
merupakan fase penting dalam
pembentukan karakter anak, termasuk
dalam hal kedisiplinan. Sikap disiplin
seharusnya menjadi prioritas karena usia
ini adalah waktu yang tepat untuk
membangun kebiasaan positif. Disiplin
tidak hanya membantu menciptakan
suasana belajar yang tertib tetapi juga
mendukung tercapainya prestasi
akademik siswa.
Kedisiplinan merupakan elemen
penting yang dapat mendorong siswa
melakukan aktivitas positif selama proses
pembelajaran. Dengan sikap disiplin,
siswa akan lebih siap menerima
pelajaran, melaksanakan tugas-tugas
yang diberikan, dan menunjukkan
perilaku sopan di sekolah. Selain itu,
disiplin juga berkontribusi terhadap
pengembangan kebiasaan belajar yang
terstruktur dan bertanggung jawab, yang
secara tidak langsung dapat
meningkatkan prestasi belajar mereka.
Oleh karena itu, siswa dengan tingkat
kedisiplinan tinggi cenderung memiliki
kinerja akademik yang lebih baik
dibandingkan siswa yang kurang disiplin.
Pernyataan tersebut didukung oleh
Kasingku dan Lotulung (2024) bahwa
dengan melatih dan menerapkan disiplin
secara konsisten, sikap disiplin akan
menjadi bagian penting dari karakter
siswa, membantu mereka meraih
kesuksesan di masa depan dan
memberikan kontribusi positif bagi
masyarakat.
Dalam konteks sekolah,
kedisiplinan belajar diartikan sebagai
bentuk kepatuhan siswa terhadap aturan-
aturan yang ditetapkan oleh sekolah dan
guru selama proses pembelajaran.
Kepatuhan ini dapat terlihat dari
kebiasaan hadir tepat waktu,
menyelesaikan tugas-tugas sekolah,
hingga melaksanakan tanggung jawab
seperti piket kebersihan. Hal tersebut
didukung oleh Nianti et al (2024) bahwa
kebiasaan ini perlu dilatih sejak dini
melalui hal-hal kecil sehingga siswa
terbiasa menerapkan disiplin dalam
berbagai aspek kehidupan, baik di
sekolah maupun di rumah.
Terdapat berbagai faktor yang
memengaruhi rendahnya kedisiplinan
siswa, yang dapat dibedakan menjadi
faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi kurangnya motivasi
belajar, rasa malas, kesulitan mengikuti
pelajaran, dan sikap pasif selama
kegiatan belajar. Beberapa siswa juga
merasa bosan dengan rutinitas sekolah
atau bahkan mencari perhatian dengan
berperilaku negatif. Di sisi lain, faktor
eksternal seperti pengaruh guru, orang
tua, dan lingkungan sekitar juga turut
memengaruhi kedisiplinan siswa
(Yuningsih & Masyithoh, 2023).
Guru memiliki peran penting
dalam membentuk dan menjaga
kedisiplinan siswa. Sebagai figur
panutan, guru diharapkan mampu
menunjukkan kedisiplinan, memberikan
sanksi yang mendidik, serta menjadi
teladan yang baik bagi siswa. Pendekatan
yang digunakan guru haruslah bijaksana,
bahwa konsekuensi yang diberikan
sebaiknya berupa teguran, peringatan,
Vol. 9 No. 1 Desember 2024, hlm 12-21
p-ISSN : 2548-883X ||e-ISSN : 2549-1288
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jgkp/article/view/64239
: https://doi.org/10.24114/jgk.v9i1.64239
18
Diterima pada : 19 November 2024 Disetujui pada : 09 Desember 2024 Dipublikasi pada : 11 November 2024
atau tugas tambahan yang tidak
memberatkan. Dengan cara ini, siswa
dapat belajar memahami pentingnya
disiplin tanpa merasa tertekan atau
trauma (Sari et al., 2023).
Model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru memiliki peran
penting dalam membentuk karakter
siswa. Pendekatan pembelajaran yang
sesuai tidak hanya membantu siswa
memahami materi, tetapi juga
menanamkan nilai-nilai seperti disiplin,
tanggung jawab, kerjasama, dan rasa
hormat. Sebagai contoh, model
pembelajaran kolaboratif mendorong
siswa untuk bekerja sama dan saling
mendukung, sementara pembelajaran
berbasis masalah melatih siswa untuk
berpikir kritis dan bertanggung jawab
dalam mencari solusi. Dengan memilih
dan menerapkan model pembelajaran
yang tepat, guru dapat menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif untuk
pengembangan karakter positif pada
siswa, sehingga mereka tidak hanya
unggul secara akademik tetapi juga
memiliki kepribadian yang baik (Ansya
& Salsabilla, 2024).
Selain guru, peran orang tua juga
sangat penting dalam menanamkan nilai-
nilai disiplin pada anak. Orang tua perlu
memantau perkembangan anak secara
rutin, memberikan penghargaan atas
perilaku positif, dan menerapkan sanksi
yang mendidik untuk perilaku yang tidak
sesuai. Orang tua juga harus menciptakan
lingkungan keluarga yang harmonis
sehingga anak merasa nyaman dan
termotivasi untuk belajar dengan disiplin.
Lingkungan sekitar juga
memiliki pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap disiplin siswa.
Teman sebaya, budaya sekolah, dan
suasana lingkungan turut membentuk
kebiasaan siswa. Dalam penelitian ini,
ditemukan bahwa beberapa siswa di UPT
SD Negeri 060796 cenderung terbawa
arus lingkungan yang kurang
mendukung, sehingga memengaruhi
kedisiplinan mereka dalam belajar. Hal
ini menunjukkan bahwa pengelolaan
lingkungan sekolah yang baik sangat
diperlukan untuk mendukung
pembentukan kebiasaan disiplin siswa.
Namun, guru menghadapi
berbagai tantangan dalam menjaga
kedisiplinan siswa. Beberapa siswa
menunjukkan perilaku yang tidak
konsisten, kurangnya minat belajar, atau
kecenderungan bermain-main selama
jam sekolah. Guru juga harus mengatasi
pengaruh teman sebaya yang dapat
memengaruhi sikap siswa. Untuk
menghadapi tantangan ini, guru perlu
menggunakan pendekatan kreatif dan
efektif, seperti memberikan motivasi
tambahan atau menciptakan lingkungan
belajar yang menarik dan kondusif
(Hanaris, 2023).
Strategi yang dapat diterapkan
oleh guru untuk menumbuhkan
kedisiplinan meliputi memberikan
penghargaan atas perilaku positif,
menetapkan aturan yang jelas, dan
menggunakan pendekatan psikologis
untuk memahami kesulitan siswa. Guru
juga diharapkan membangun komunikasi
yang baik dengan siswa, sehingga dapat
menciptakan suasana kelas yang nyaman
dan mendukung. Dengan strategi ini,
siswa akan merasa dihargai dan lebih
termotivasi untuk menjaga kedisiplinan
mereka.
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat kedisiplinan siswa di UPT
SD Negeri 060796 masih berada pada
kategori rendah, dengan skor rata-rata 7.
Rendahnya kedisiplinan ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik internal
Vol. 9 No. 1 Desember 2024, hlm 12-21
p-ISSN : 2548-883X ||e-ISSN : 2549-1288
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jgkp/article/view/64239
: https://doi.org/10.24114/jgk.v9i1.64239
19
Diterima pada : 19 November 2024 Disetujui pada : 09 Desember 2024 Dipublikasi pada : 11 November 2024
maupun eksternal. Faktor internal
mencakup kurangnya motivasi belajar,
rasa malas, hingga kebosanan terhadap
kegiatan sekolah, sementara faktor
eksternal meliputi kurangnya perhatian
dan teladan dari guru, pola asuh orang tua
yang kurang mendukung, serta pengaruh
lingkungan yang tidak kondusif. Disiplin
yang rendah ini berdampak langsung
pada prestasi belajar siswa, sehingga
diperlukan upaya kolaboratif antara
sekolah, guru, orang tua, dan lingkungan
untuk meningkatkan kedisiplinan siswa.
Guru memiliki peran kunci
dalam menanamkan nilai-nilai disiplin
melalui pendekatan yang bijaksana dan
mendidik, seperti memberikan teguran,
peringatan, atau tugas tambahan yang
tidak membebani siswa. Selain itu, orang
tua juga harus menanamkan kedisiplinan
sejak dini melalui pembiasaan di rumah
dan memberikan dukungan yang
konsisten. Lingkungan sekolah yang
positif dan aturan yang jelas juga menjadi
faktor pendukung utama. Dengan sinergi
yang baik antara semua pihak,
diharapkan siswa tidak hanya memiliki
sikap disiplin yang lebih baik tetapi juga
mampu meningkatkan prestasi belajar
secara signifikan.
DAFTAR RUJUKAN
Ananda, R. A., Inas, M., & Setyawan, A.
(2022). Pentingnya Pendidikan
Karakter pada anak Sekolah Dasar
di Era Digital. Jurnal Pendidikan,
Bahasa Dan Budaya, 1(4), 83–88.
Ansya, Y. A. (2023). Upaya
Meningkatkan Minat dan Prestasi
Belajar Siswa Kelas IV Sekolah
Dasar pada Pembelajaran IPA
Menggunakan Strategi PjBL
(Project-Based Learning). Jurnal
Ilmu Manajemen Dan Pendidikan
(JIMPIAN), 3(1), 43–52.
https://doi.org/10.30872/jimpian.v
3i1.2225
Ansya, Y. A., Alfianita, A., & Syahkira,
H. P. (2024). OPTIMIZING
MATHEMATICS LEARNING IN
FIFTH GRADES: THE CRITICAL
ROLE OF EVALUATION IN
IMPROVING STUDENT
ACHIEVEMENT AND
CHARACTER. PROGRES
PENDIDIKAN, 5(3), 302–311.
https://prospek.unram.ac.id/index.p
hp/PROSPEK/article/view/1120
Ansya, Y. A., Alfianita, A., Syahkira, H.
P., & Syahrial, S. (2024). Peran
Evaluasi Pembelajaran pada Mata
Pelajaran Matematika Kelas V
Sekolah Dasar. Indiktika : Jurnal
Inovasi Pendidikan Matematika,
6(2), 173–184.
https://doi.org/10.31851/indiktika.
v6i2.15030
Ansya, Y. A., Ardhita, A. A., Rahma, F.
M., Sari, K., & Khairunnisa, K.
(2024). ANALISIS FAKTOR
PENYEBAB RENDAHNYA
KEMAMPUAN LITERASI BACA
TULIS SISWA SEKOLAH
DASAR. JGK (Jurnal Guru Kita),
8(3), 598–606.
https://doi.org/10.24114/jgk.v8i3.6
0183
Ansya, Y. A., Ardhita, A. A., Sari, K.,
Nainggolan, M. G., Ayunda, R.,
Hasibuan, W. A., & Antika, W.
(2021). LUNTURNYA NILAI-
NILAI PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT
INDONESIA DI ERA
GLOBALISASI YANG
MENGAKIBATKAN
Vol. 9 No. 1 Desember 2024, hlm 12-21
p-ISSN : 2548-883X ||e-ISSN : 2549-1288
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jgkp/article/view/64239
: https://doi.org/10.24114/jgk.v9i1.64239
20
Diterima pada : 19 November 2024 Disetujui pada : 09 Desember 2024 Dipublikasi pada : 11 November 2024
MUNCULNYA KELOMPOK
TERORISME. Jurnal Handayani,
12(2), 144–153.
https://doi.org/10.24114/jh.v12i2.4
5265
Ansya, Y. A., & Salsabilla, T. (2024).
Model Pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar. Cahya Ghani
Recovery.
Dewi, C., & Roberto, V. (2018).
Manajemen Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Pada Sekolah Dasar
Berbasis Islam Terpadu di Kota
Bengkulu. Pedagogia: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 1(1), 90–98.
Hanaris, F. (2023). PERAN GURU
DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA:
STRATEGI DAN PENDEKATAN
YANG EFEKTIF. Jurnal Kajian
Pendidikan Dan Psikologi, 1(1), 1–
11.
https://doi.org/10.61397/jkpp.v1i1.
9
Kasingku, J., & Lotulung, M. S. D.
(2024). DISIPLIN SEBAGAI
KUNCI SUKSES MERAIH
PRESTASI SISWA. Pendas:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar,
9(2), 4785–4797.
Kezia, P. N. (2021). Pentingnya
pendidikan karakter pada anak
sekolah dasar di era digital. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 5(2), 2941–
2946.
Moleong, L. J. (2018). Metodologi
penelitian kualitatif. PT Remaja
Rosdakarya.
Nianti, N., Hajeni, H., & Nurdin, S.
(2024). Peran Guru dan Orang Tua
dalam Menanamkan Kedisiplinan
Anak Usia Dini. Journal of
Education Research, 5(4), 4689–
4696.
Omeri, N. (2015). Pentingnya
Pendidikan Karakter dalam Dunia
Pendidikan. Manajer Pendidikan:
Jurnal Ilmiah Manajemen
Pendidikan Program
Pascasarjana, 9(3), 464–468.
Primasari, D. A. G., Dencik, D., &
Imansyah, M. (2019). Pendidikan
karakter bagi generasi masa kini.
Prosiding Seminar Nasional
Program Pascasarjana Universitas
PGRI Palembang.
Sari, Y., Ansya, Y. A., Alfianita, A., &
Putri, P. A. (2023). STUDI
LITERATUR : UPAYA DAN
STRATEGI MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA
KELAS V SEKOLAH DASAR
DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA. Jurnal Guru Kita
PGSD, 8(1), 9–26.
https://doi.org/10.24114/jgk.v8i1.5
3931
Sofiasyari, I., Atmaja, H., & Suhandini,
P. (2019). Pentingnya Pendidikan
Karakter pada Siswa Sekolah Dasar
di Era 4.0. Prosiding Seminar
Nasional Pascasarjana, 734–739.
https://proceeding.unnes.ac.id/snpa
sca/article/view/365
Sudrajat, A. (2011). Mengapa pendidikan
karakter? Jurnal Pendidikan
Karakter, 1(1), 47–58.
Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian
pendidikan pendekatan kuantitatif,
Vol. 9 No. 1 Desember 2024, hlm 12-21
p-ISSN : 2548-883X ||e-ISSN : 2549-1288
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jgkp/article/view/64239
: https://doi.org/10.24114/jgk.v9i1.64239
21
Diterima pada : 19 November 2024 Disetujui pada : 09 Desember 2024 Dipublikasi pada : 11 November 2024
kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sunandari, S., Maharani, A. S., Nartika,
N., Yulianti, C., & Esasaputra, A.
(2023). Perkembangan Era Digital
terhadap Pentingnya Pendidikan
Karakter Anak Sekolah Dasar.
Journal on Education, 5(4), 12005–
12009.
Yandri A, S. . M. H. (2022). Pendidikan
Karakter : Peranan Dalam
Menciptakan Peserta Didik yang
Berkualitas. Widyaprada Utama
Direktorat Guru Pendidikan Dasar.
Yuningsih, I., & Masyithoh, S. (2023).
Semangat Belajar Siswa MI/SD dan
Pengaruh Penggunaan Gadget.
Awwaliyah: Jurnal Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah, 6(1),
11–20.