ArticlePDF Available

EFEKTIVITAS PEMBERIAN AIR SEDUHAN TEH HIJAU (Camellia Sinensis) DAN AIR REBUSAN JAHE PUTIH TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI

Authors:

Abstract

Penatalaksanaan hipertensi pada lansia secara prinsip tidak berbeda dengan hipertensi pada umumnya. Terapi nonfarmakologi menjadi alternatif menurunkan tekanan darah dengan mengonsusi seduhan jahe hijau dan rebusan jahe putih. Tujuan penelitian untuk mengetahui Efektivitas Pemberian Air Seduhan Teh Hijau Dan Air Rebusan Jahe Putih Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi. Penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif dengan rancangan. Quasy experiment (Two Group Pre Test-Post Test Design) Jumlah sampel 36 dengan tehnik sampling yang di gunakan adalah Purposive Sampling, Dibagi menjadi kelompok seduhan teh hijau dan rebusan jahe putih. Analisis data menggunakan Uji Wilcoxon dan Uji Mann-Whitney. Hasil uji Wilcoxon pada seduhan teh hijau diperoleh ρ-value 0,000 untuk tekanan sistolik dan tekanan diastolik 0,000 (< 0,05), sedangkan pada rebusan jahe putih diperoleh ρ-value 0,000 dan tekanan diastolik 0,001 (< 0,05), berarti ada pengaruh pemberian air seduhan teh hijau dan air rebusan jahe putih terhadap perubahan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Hasil uji Mann-Whitey diperoleh ρ-value tekanan sistolik sebesar 0,095 dan tekanan darah diastolik di peroleh ρ-value 0,106, berarti tidak ada perbedaan efektifitas seduhan teh hijau dan rebusan jahe putih dalam menurunkan tekanan darah sisitolik dan diastolik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pemberian teh hijau dan jahe putih berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah, namun tidak terdapat perbedaan tekanan darah antara kedua kelompok
Halaman | 274
JURNAL PENGEMBANGAN ILMU DAN PRAKTIK KESEHATAN
Volume 3, Nomor 5, Oktober 2024
P-ISSN Jurnal : 2830-5116, E-ISSN Jurnal : 2830-4594
Available Online at : http://e-journal.lppmdianhusada.ac.id/index.php/PIPK
EFEKTIVITAS PEMBERIAN AIR SEDUHAN TEH HIJAU (Camellia Sinensis) DAN
AIR REBUSAN JAHE PUTIH TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI
1. Anis Sulistyani, Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti
Husada Mulia, Email : anissulistyani051@gmail.com
2. Dian Anisia Widyaningrum, Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bhakti Husada Mulia, Email : dianwijaya2710@gmail.com
Korespondensi : anissulistyani051@gmail.com
ABSTRAK
Penatalaksanaan hipertensi pada lansia secara prinsip tidak berbeda dengan hipertensi
pada umumnya. Terapi nonfarmakologi menjadi alternatif menurunkan tekanan darah dengan
mengonsusi seduhan jahe hijau dan rebusan jahe putih. Tujuan penelitian untuk mengetahui
Efektivitas Pemberian Air Seduhan Teh Hijau Dan Air Rebusan Jahe Putih Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi. Penelitian ini menggunakan
jenis kuantitatif dengan rancangan. Quasy experiment (Two Group Pre Test-Post Test Design)
Jumlah sampel 36 dengan tehnik sampling yang di gunakan adalah Purposive Sampling,
Dibagi menjadi kelompok seduhan teh hijau dan rebusan jahe putih. Analisis data
menggunakan Uji Wilcoxon dan Uji Mann-Whitney. Hasil uji Wilcoxon pada seduhan teh
hijau diperoleh ρ-value 0,000 untuk tekanan sistolik dan tekanan diastolik 0,000 (< 0,05),
sedangkan pada rebusan jahe putih diperoleh ρ-value 0,000 dan tekanan diastolik 0,001 (<
0,05), berarti ada pengaruh pemberian air seduhan teh hijau dan air rebusan jahe putih
terhadap perubahan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Hasil uji Mann-Whitey
diperoleh ρ-value tekanan sistolik sebesar 0,095 dan tekanan darah diastolik di peroleh ρ-
value 0,106, berarti tidak ada perbedaan efektifitas seduhan teh hijau dan rebusan jahe putih
dalam menurunkan tekanan darah sisitolik dan diastolik. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan pemberian teh hijau dan jahe putih berpengaruh terhadap penurunan tekanan
darah, namun tidak terdapat perbedaan tekanan darah antara kedua kelompok
Kata Kunci : Hipertensi, Teh Hijau, Jahe Putih
Halaman | 275
1. PENDAHULUAN
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan peristen dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Martha, 2012;
Lukitaningtyas & Cahyono, 2023). batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah ≤ 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah ≥140/90 mmHg dinyatakan hipertensi
(batasan tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun). Penyakit ini disebut sebagai the
silent killer karena penyakit mematikan ini sering sekali tidak menunjukkan gejala atau
tersembunyi (Kemenkes, 2018; Vera & Yanti, 2020). Saat ini hipertensi sudah menjadi
masalah utama dalam kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di beberapa Negara di
dunia. Hipertensi akan menjadi masalah kesehatan yang serius apabila tidak
dikendalikan. Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan
dalam praktik kedokteran primer. Komplikasi hipertensi dapat mengakibatkan berbagai
penyakit seperti jantung dan stroke. Terjadinya penyakit tergantung pada tingginya
tekanan darah pasien dan berapa lama tekanan darah tinggi tidak terkontrol dan tidak
diobati. Pengelolaan hipertensi secara farmakologi dapat dilakukan dengan menggunakan
obat-obatan modern yang bersifat kimiawi. Efek obat yang dikonsumsi sekecil apapun
akan menimbulkan efek samping. Obat dikonsumsi agar memberikan efek spesifik pada
organ atau fungsi tertentu dalam tubuh. (Palmer & Wiliams, 2007; Yanita, 2022).
Sampai saat ini hipertensi masih menjadi suatu masalah yang cukup besar.
Berdasarkan data dari WHO (World Health Organization), penyakit ini menyerang 22%
penduduk dunia, sedangkan di Asia tenggara, angka kejadian hipertensi mencapai 36%
(WHO, 2023). Dari hasil riskesdas yang terbaru tahun 2018, prevalensi kejadian
hipertensi sebesar 34,1% (Kemenkes RI, 2023). Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2018 di Indonesia menunjukkan hipertensi pada pria 12,2% dan wanita
15,5%. Penyakit sistem sirkulasi dari hasil SKRT tahun 2005, 2010, dan 2015 selalu
menduduki peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat yaitu 16%, 18,9%, dan
26,4%. Menurut NHLBI (National Heart, Lung, and Blood Institute) 1 dari 3 pasien
menderita hipertensi (Chobanian et al., 2000). Hipertensi di Indonesia masuk kedalam 3
penyakit besar tidak menular dengan kejadian terbanyak selain diabetes melitus dan
obesitas. Pada tahun 2017 hipertensi sebanyak 68.357 orang, sedangkan pada tahun 2018
sebanyak 185.857 orang. Di Jawa Timur, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018, pada 2018 terdapat 2.005.393 kasus hipertensi yang dilayani di
Puskesmas. Dari jumlah itu 826.368 di antaranya adalah pria dan sisanya 1.179.025
adalah penderita wanita. Angka tersebut meningkat dibanding tahun 2017 lalu yang
sepanjang Januari Desember terdapat 589.870 kasus dengan rincian 215.781 penderita
pria dan 374.089 penderita wanita (Kemenkes RI, 2023). Menurut data dari Dinkes
Kabupaten Ngawi terdapat 24.1% penderita hipertensi usia lansia (dinkes ngawi, 2017).
Di Tahun 2018 terdapat 66.256 penduduk lansia pertengahan (berumur 45-49) di
Kabupaten Ngawi yang menderita hipertensi sebanyak 37,5%, sedangkan pada tahun
2019 meningkat sebesar 39.7% (Dinkes Ngawi, 2022). Pada wilayah kerja Puskesmas
Karangjati terdapat 17 Desa. Data yang di peroleh di Pusksemas Karangjati pada tahun
2021 dengan kasus hipertensi pada bulan Januari sampai November sebesar 41,89 % atau
781 orang. Sedangkan pada Desa Karangjati terdapat 49,82 % atau 68 orang penderita
Hipertensi. Berdasarkan hasil wawancara yang di peroleh 8 dari 10 lansia, di dapatkan
tidak rutin minum obat dan jarang sekali kontrol ke Puskesmas. Lansia tersebut juga
belum mengetahui pengobatan non farmakologi menggunakan Air Seduhan Teh Hijau
dan Air Rebusan Jahe Putih dapat bermanfaat untuk mengontrol tekanan darah tinggi.
Teh Hijau dan Jahe Putih dapat di temukan dengan mudah di lingkungan Desa. Desa
Karangjati merupakan 3 besar Desa yang mengalami kejadian hipertensi paling tinggi
pada lansia.
Halaman | 276
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan di jantung
secara kronis karena adanya hambatan pada pembuluh darah sehingga menyebabkan
jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
nutrisi ke seluruh tubuh (Martha, 2012; Wade, 2023). Hipertensi pada lansia selain
dikarenakan adanya faktor usia (primer), juga erat kaitannya dengan perilaku dan gaya
hidup (sekunder) (Suhadak, 2010; Khoirunisak et al., 2023). Penatalaksanaan hipertensi
pada lansia secara prinsip tidak berbeda dengan hipertensi pada umumnya, yang terdiri
dari terapi farmakologi dan non farmakologi. Pilihan pertama untuk terapi farmakologi
adalah obat-obatan kimia dan ekstrak herbal. Pengobatan farmakologi dengan
menggunakan ekstrak herbal sangat mudah didapat, tidak membutuhkan biaya yang
banyak dan rendah efek samping. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sriyono dan
Proboningsih (2012; Sibarani et al., 2023) dengan judul Pengaruh Pemberian Teh Hijau
Terhadap Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi yang menyatakan bahwa
terdapat perbedaan tekanan sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah diberi teh hijau.
Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2004; Sibarani et al., 2023) menunjukan hasil
bahwa Tekanan darah setelah mengkonsumsi teh hijau dengan dosis 2,4 gram mengalami
penurunan menjadi 101,75/60,08 mmHg dari 108/65,16 mmHg (Wijaya, 2004; Sibarani
et al., 2023). Sedangkan Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Palupi dkk pada tahun
2015, tentang Manfaat pemberian air rebusan jahe putih kecil (Zingiber Oficinale var
amarum) terhadap perbedaan tekanan darah wanita dewasa penderita hipertensi di Desa
Sukawana. Dalam penelitian ini responden penelitian diberikan 100 cc air jahe yang
dibuat dari 4 gram jahe dipotong kecil-kecil dan direbus dalam panci berisi air mendidih
sebanyak 200 cc selama ± 10 menit sambil sesekali di aduk hingga volume air menjadi
100 cc. Setelah itu dituang dalam gelas takar sebanyak 100 cc sambil disaring, kemudian
diberikan kepada responden selama 5 hari berturut-turut (Palupi et al, 2015; Ariwibowo
et al., 2023).
Salah satu contoh alternatif pengobatan hipertensi adalah dengan Teh hijau
(Camellia sinensis) adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi kedua setelah air
dan dianggap memiliki berbagai manfaat kesehatan. Manfaat kesehatan ini sering
dikaitkan dengan kandungan teh yang kaya akan senyawa polifenol yang disebut
flavonoid. Dalam setiap pucuk camellia sinensisi terkandung 30-40% polifenol.
Kandungan polifenol di dalam teh hijau diketahui dapat melemaskan otot-otot di
pembuluh darah, sehingga mampu menurunkan tekanan darah (Wade, 2023). Selain
menggunakan teh hijau Jahe putih (zingiber officinale var amarum) dapat digunakan juga
sebagai bahan untuk pengobatan tradisional, karena jahe putih memiliki banyak sekali
kandungan gizi dan senyawa kimia yang sangat penting dan bermanfaat terhadap
kesehatan. Disamping itu jahe putih memiliki efek samping yang lebih kecil dan mudah
diolah sehingga cocok untuk digunakan sebagai bahan obat-obatan terutama dalam
mengatasi hipertensi dalam regulasi tekanan darah dan mengatur detak jantung (Gustiri,
2014; Triandini, 2019). Jahe putih dapat memperlancar sirkulasi darah dan menjaga
tekanan darah tetap rendah. Kandungan mineral yang tinggi pada jahe berupa
magnesium, kalsium, fosfor dan potasium sangat bermanfaat untuk spasme otot, nausea,
hipertensi, dan penyakit gastrointestinal. Potasium berperan dalam regulasi tekanan darah
dan mengatur detak jantung. Selain itu, senyawa yang dikandung dalam jahe seperti
flavonoid, fenol dan saponin juga berperan dalam penurunan tekanan darah (Bhuiyan,
2015; Anuhgera et al., 2020).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
memberikan pemberian air seduhan teh hijau dan air rebusan jahe putih terhadap
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Karangjati Kecamatan
Karangjati Ngawi
Halaman | 277
2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan efektivitas pemberian
air seduhan teh hijau dan air rebusan jahe putih terhadap perubahan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi di Desa Karangjati Kecamatan Karangjati Ngawi
3. METODE PENELITIAN
Desain dalam penelitian ini adalah menggunakan. Quasy experiment dan
pendekatan Two Group Pre Test-Post Test Design yaitu terdapat dua kelompok dengan
perlakuan yang berbeda, dimana kelompok pertama diberikan perlakuan seduan teh hijau
dan kelompok kedua di beri air rebusan jahe putih. Pada penelitian ini populasinya adalah
semua pasien hipertensi di Desa Karangjati Kecamatan Karangjati Ngawi sebanyak 68
responden. Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok penelitian adalah 16
responden ditambah drop out 2 menjadi 18 responden, sehingga total sampel sebanyak 36
responden. Pengambilan sampling dalam penelitian menggunakan non probability
sampling dengan pendekatan purpossive sampling. Variabel independen dalam penelitian
ini adalah terapi pemberian air seduhan teh hijau (camellia sinensis) dan air rebusan jahe
putih. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan tekanan darah pada
lansia penderita hipetensi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mengukur variabel tekanan darah adalah Spyhgmomanometer merek Onemed serta
lembar observasi. Analisis data dilakukan menggunakan analisis univariate dan analisis
bivariate
4. HASIL PENELITIAN
a. Karakteristik responden penelitian berdasarkan usia
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di Desa Karangjadi
Kecamatan Karangjati Ngawi
No
Usia
Kelompok A
Kelompok B
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Persentase
(%)
1.
45-59 tahun
8
50,0
75,0
2.
60-74 tahun
8
50,0
25,0
Total
16
100
100
Sumber : Data penelitian, 2023
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
berusia 45-59 tahun dengan jumlah 8 respoden (50%) pada kelompok A dan 12
responden (75%) pada kelompok B. Sedangkan sebagian kecil responden dalam
rentang usia 60-74 tahun sebanyak 8 responden (50%) pada kelompok A dan 4
responden (25%) pada kelompok B
b. Karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa
Karangjadi Kecamatan Karangjati Ngawi
No
Jenis kelamin
Kelompok A
Kelompok B
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Persentase
(%)
1.
Laki-laki
2
12,5
6,3
2.
Perempuan
14
87,5
93,8
Total
16
100
100
Sumber : Data penelitian, 2023
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar reponden
adalah perempuan dengan jumlah 14 responden (87,5%) pada kelompok A dan 15
Halaman | 278
responden (93,8%) pada kelompok B, dan sebagian kecil responden adalah laki-laki
sebanyak 2 (12,5%) pada kelompok A dan 1 responden (6,3%) pada kelompok B
c. Karakteristik responden penelitian berdasarkan latar belakang pendidikan
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan latar belakang pendidikan di
Desa Karangjadi Kecamatan Karangjati Ngawi
No
Latar belakang
pendidikan
Kelompok A
Kelompok B
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Persentase
(%)
1.
Pendidikan Dasar
(SD / SMP)
15
93,8
0,0
2.
SMA / SMK
1
6,3
100
Total
16
100
100
Sumber : Data penelitian, 2023
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar pada
kelompok A responden berpendidikan Pendidikan Dasar (SD / SMP) sejumlah 15
responden (93,8), sebagian kecil responden pada kelompok A berpendidikan SMA /
SMK sejumlah 1 responden (6,3%) dan pada kelompok B seluruhnya memiliki latar
belakang pendidikan SMA / SMK sejumlah 16 (100%)
d. Karakteristik responden penelitian berdasarkan pekerjaan
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Desa Karangjadi
Kecamatan Karangjati Ngawi
No
Pekerjaan
Kelompok A
Kelompok B
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Persentase
(%)
1.
Tidak bekerja
8
50,0
12,5
2.
Ibu rumah tangga
5
31,3
81,3
3.
Wiraswasta
0
0,0
0,0
4.
Buruh tani
3
18,7
6,2
Total
16
100
100
Sumber : Data penelitian, 2023
Berdasrkan hasil penelitian diketahui bahwa pada kelompok A sebagian besar
responden tidak bekerja sejumlah 8 responden (50%) dan pada kelompok B sebagai
ibu rumah tangga sejumlah 13 (81,3%). Sebagian kecil responden pada kelompok A
adalah buruh tani 1 (6,3%) dan pada kelompok B adalah wiraswasta 0 (0%)
e. Karakteristik responden penelitian berdasarkan perilaku merokok
Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku merokok di Desa
Karangjadi Kecamatan Karangjati Ngawi
No
Perilaku merokok
Kelompok A
Kelompok B
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
Persentase
(%)
1.
Merokok
0
0,0
0,0
2.
Tidak merokok
16
100
100
Total
16
100
100
Sumber : Data penelitian, 2023
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada responden kelompok A
sejumlah 16 (100%) tidak merokok dan pada responden B sejumlah 16 (100%) tidak
merokok
Halaman | 279
f. Perubahan tekanan darah pada kelompok A dari dua kali pengumpulan data
Tabel 6. Perubahan tekanan darah sistolik pada kelompok A dari dua kali
pengumpulan data di Desa Karangjadi Kecamatan Karangjati Ngawi
Tekanan Darah
Mean
SD
Min
Max
Normalitas
p-Value
Pretest sistolik
159.81
6.431
149
172
0.772
0,000
Posttest sistolik
154.25
6.266
145
166
0,029
Selisih sistolik
5,56
165
4
6
0,008
Sumber : Data penelitian, 2023
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rerata tekanan darah sistolik sebelum
intervensi 159.81 mmHg, standar deviasi 6.431, nilai terendah 149 dan tertinggi 172
mmHg. rerata sistolik setelah pada kelompok A 154.25 mmHg, standar deviasi 6,266.
Nilai terendah 145 dan tertinggi 166 mmHg. Rerata selisih tekanan darah sistolik
pretest dan posstest 5,56 mmHg, standar deviasi 165 nilai terendah 4 dan tertinggi 6
mmHg. Setelah dilakukan uji normalitas Shapiro Wilk nilai p < α (0,05), maka data
tidak berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji Wilcoxon pada data pretest dan
possttest p-value 0,000, dimana p < α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti
ada pengaruh pemberian air seduhan teh hijau terhadap penurunan tekanan darah
sistolik pada lansia penderita hipertensi.
Tabel 7. Perubahan tekanan darah diastolik pada kelompok A dari dua kali
pengumpulan data di Desa Karangjadi Kecamatan Karangjati Ngawi
Tekanan Darah
Mean
SD
Min
Max
Normalitas
p-Value
Pretest diastolik
95.50
4.830
90
100
0.000
0,000
Posttest diastolik
85.94
4.905
80
90
0,000
Selisih diastolik
9.56
75
10
10
0,002
Sumber : Data penelitian, 2023
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rerata tekanan darah diastolik sebelum
intervensi 95.50 mmHg, standar deviasi 4.830, nilai terendah 90 dan tertinggi 100
mmHg. Rerata tekanan darah diastolik setelah intervensi 85.94 mmHg, standar deviasi
4.905, nilai terendah 80 dan tertinggi 90 mmHg. Rerata selisih tekanan darah diastolik
pretest dan posttest 9.56 mmHg, standar deviasi 75 nilai terendah 10 dan tertinggi 10
mmHg. Setelah dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk nilai p < 𝛼 (0,05), maka data
tidak berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji Wilcoxon pada data pretest dan
posttest didapatkan p-value 0,000, dimana p < 𝛼 (0,05), maka H0 ditolak dan H1
diterima, berarti ada pengaruh pemberian air seduhan teh hijau terhadap penurunan
tekanan darah diastolik pada lansia hipertensi
g. Perubahan tekanan darah pada kelompok B dari dua kali pengumpulan data
Tabel 8. Perubahan tekanan darah sistolik pada kelompok B dari dua kali
pengumpulan data di Desa Karangjadi Kecamatan Karangjati Ngawi
Tekanan Darah
Mean
SD
Min
Max
Normalitas
p-Value
Pretest sistolik
159.00
7.755
149
172
0.056
0,000
Posttest sistolik
155.06
7.505
145
169
0.049
Selisih sistolik
3,94
250
4
3
0,036
Sumber : Data penelitian, 2023
Berdasarkan hasil penelitian diketahui rerata tekanan darah sistolik sebelum
intervensi 159.00, standar deviasi 7.755, nilai terendah 149 dan tertinggi 172 mmHg.
rerata sistolik pada kelompok kontrol 155.06 mmHg, standar deviasi 7.505. Nilai
terendah 145 dan tertinggi 169 mmHg. Rerata tekanan darah sistolik pretest dan
posstest 3,94 mmHg, standar devisiasi 2,50 nilai terendah 4 dan tertinggi 3 mmHg.
Setelah dilakukan uji normalitas Shapiro Wilk nilai p < α (0,05), maka data tidak
berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji Wilcoxon pada data pretest dan
Halaman | 280
possttest p-value 0,000, dimana p < α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti
ada pengaruh pemberian air rebusan jahe putih terhadap penurunan tekanan darah
sistolik pada lansia penderita hipertensi.
Tabel 9. Perubahan tekanan darah diastolik pada kelompok B dari dua kali
pengumpulan data di Desa Karangjadi Kecamatan Karangjati Ngawi
Tekanan Darah
Mean
SD
Mix
Max
Normalitas
p-Value
Pretest diastolik
95.50
4.830
90
100
0.000
0,001
Posttest diastolik
85.94
4.905
80
90
0,000
Selisih diastolik
9.56
75
10
10
0,018
Sumber : Data penelitian, 2023
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rerata tekanan darah diastolik sebelum
intervensi 95.50 mmHg, standar deviasi 4.830, nilai terendah 90 dan tertinggi 100
mmHg. Rerata tekanan darah diastolik setelah intervensi 85.94 mmHg, standar deviasi
4.905, nilai terendah 80 dan tertinggi 90 mmHg. Rerata selisih tekanan darah diastolik
pretest dan posttest 9.56 mmHg, standar deviasi 7.5 nilai terendah 10 dan tertinggi 10
mmHg. Setelah dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk nilai p < 𝛼 (0,05), maka data
tidak berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji Wilcoxon pada data pretest dan
posttest didapatkan p-value 0,001, dimana p < 𝛼 (0,05), maka H0 ditolak dan H1
diterima, berarti ada pengaruh pemberian air rebusan jahe putih terhadap penurunan
tekanan darah diastolik pada lansia penderita hipertensi
h. Efektifitas Pemberian Terapi Air Seduhan Teh Hijau Dan Air Rebusan Jahe Putih
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi
Tabel 10. Efektifitas pemberian terapi air seduhan teh hijau dan air rebusan jahe putih
terhadap tekanan darah sistolik pada lansia penderita hipertensi di Desa
Karangjati Kecamatan Karangjati Ngawi
Intervensi
Mean
S.D
Min
Max
Mean
Rank
Sum of
Ranks
p-value
Kelompok A
4.75
2.328
2
13
19.22
307.50
0,095
Kelompok B
13.78
220.50
Sumber : Data penelitian, 2023
Dari hasil uji Mann Whitney didapatkan nilai p-value (asymp. Sig. 2-tailed)
sebesar 0,095 > α (0,05) sehingga dapat disimpulkan H1 ditolak dan H0 diterima yang
berarti tidak ada perbedaan efektifitas terapi air seduhan teh hijau pada kelompok A
dan air rebusan jahe putih pada kelompok B untuk menurunkan tekanan darah sistolik
pada lansia penderita hipertensi dengan rata-rata 475 mmHg, standar deviasi 2.328,
nilai penurunan tekanan darah minimum 2 mmHg maximum 13 mmHg dan mean rank
sistolik kelompok A 19.22 dan sistolik kelompok B 13.78 dengan nilai sum of rank
sistolik kelompok A 307.50 dan nilai sum of rank tekanan darah sistolik kelompok B
220.50.
Tabel 11. Efektifitas pemberian terapi air seduhan teh hijau dan air rebusan jahe putih
terhadap tekanan darah diastolic pada lansia penderita hipertensi di Desa
Karangjati Kecamatan Karangjati Ngawi
Intervensi
Mean
S.D
Min
Max
Mean
Rank
Sum of
Ranks
p-value
Kelompok A
8.34
5.597
0
20
19.06
305.00
0,106
Kelompok B
13.94
223.00
Sumber : Data penelitian, 2023
Dari hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p-value (asymp. Sig. 2-tailed)
sebesar 0,106 < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan H1 ditolak H0 diterima yang
berarti tidak ada pebedaan efektivitas pemberian air seduhan teh hijau pada kelompok
Halaman | 281
A dan air rebusan jahe putih pada kelompok B untuk menurunkan tekanan darah
diastolik pada lansia penderita hipertensi dengan rata-rata 8.34 mmHg, standar deviasi
5.597, nilai penurunan tekanan darah minimum 0 mmHg maximum 20 mmHg dan
mean rank sistolik kelompok A 19,06 dan sistolik kelompok B13.94 dengan nilai sum
of rank Diastolik kelompok A 305.00 dan nilai sum of rank diastolik kelompok B
223.00
5. PEMBAHASAN
a. Perubahan tekanan darah pada kelompok A dari dua kali pengumpulan data
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebanyak 16 responden pada kelompok
A sebelum diberikan terapi air seduhan teh hijau didapatkan rata-rata tekanan darah
sebesar 159.81/95.50 mmHg, apabila diubah dalam klasifikasi tekanan darah tinggi
berada dalam hipertensi stadium 1 dan setelah diberikan terapi air seduhan teh hijau
rata-rata tekanan darah menurun yaitu menjadi 154.25/85.94 mmHg dengan selisih
penurunan sebesar 5.56/9,56 mmHg, apabila diubah dalam klasifikasi tekanan darah
tinngi terdapat penurunan tetapi masih pada klasifikasi tekanan darah tinggi stadium 1.
Berdasarkan analisis peneliti responden yang mengalami penurunan tekanan darah
paling sedikit kebiasaan merokok dan aktivitas fisik yang tidak terkendali.
Pengaruh pemberian air seduhan teh hijau pada kelompok A untuk menurunkan
tekanan darah sistolik pada lansia penderita hipertensi telah dilakukan uji statistik
Wilcoxon sebelum dan sesudah diberikan air seduhan teh hijau responden yang
mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 16 0rang (100%) dari 16 responden.
Pada tingkat kemaknaan α (0,05) dengan nilai p-Value yang diperoleh 0,000. Dan
untuk pengaruh air seduhan teh hijau untuk menurunkan tekanan darah diastolik pada
lansia penderita hipertensi dilakukan uji statistik Wilcoxon sebelum dan sesudah
diberikan air seduhan teh hijau responden yang mengalami penurunan tekanan darah
sebanyak 16 orang (100%) dari 16 responden. Pada tingkat kemaknaan α (0,05)
dengan nilai p-Value yang diperoleh 0,000. Karena nilai p-Value lebih kecil dari nilai
(α), maka HO ditolak H1 diterima yang artinya ada perubahan tekanan darah sebelum
dan sesudah pemberian air seduhan teh hijau. Kesimpulan pada uji statistik ini adalah
ada pengaruh pemberian air seduhan teh hijau untuk menurunkan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi kelompok A.
Obat hipertensi selama ini di kenal sebagai ACE inhibitor dimana teh hijau
merupakan inhibator alami. Beberapa penelitian menunjukkan, tekanan darah tinggi
menurun setelah diberi ekstrak teh hijau. Tanaman dalam teh memang tergolong
senyawa yang mudah diabsorbsi di saluran intestinal (usus), yang selanjutnya mengalir
sampai keotak. Disinilah teanin akan berinteraksi dengan neurotransmitter sehingga
memberikan efek yang terhadap emosional atau keadaan mental seseorang.
Konsentrasi neurotrasmitter dopamin meningkat secara signifikan setelah menerima
asupan teanin. Selain teanin, kandungan epigalokatekin dan EGCG pada teh hijau
dapat menghambat aktivitas enzim yang mengatur tekanan darah dan dapat membantu
mengura ngi penyerapan vitamin B, yang mengakibatkan berkurangnya aktivitas
metabolisme gula seingga berat badan bisa turun. Oleh karena itu, dengan
mengonsumsi teh secara teratur, 2-4 gelas setiap hari, dapat menstimulus terjadinya
penurunan tekanan darah dan membantu menormalkan tekanan darah bagi penderita
tekanan darah tinggi (Marifah, 2019).
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Andini dkk (2021) menunjukkan bahwa
konsumsi teh hijau menurunkan tekanan darah sistolik secara signifikan sebesar 2,08
mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 1,71 mmHg. Selain itu, analisis
subkelompok menunjukkan penurunan yang lebih besar pada tekanan darah sistolik
Halaman | 282
dan tekanan darah diastolik pada peserta yang tekanan darah sistoliknya rata-rata
130 mmHg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi teh hijau menurunkan
kadar tekanan darah sistolik secara signifikan sebesar 1,98 mmHg. Dibandingkan
dengan kelompok kontrol, teh hijau juga menunjukkan pengaruh penurunan yang
signifikan terhadap tekanan darah diastolik pada kelompok A (1,92 mmHg). Analisis
subkelompok lebih lanjut menunjukkan bahwa efek positif polifenol teh hijau pada
tekanan darah didapatkan setelah mengonsumsi dosis rendah (< 582,8 mg/hari) dengan
durasi jangka panjang (≥12 minggu).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa terdapat
perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan air seduhan teh hijau. Peneliti
menerapkan dengan cara timbang teh 2,5 gram, masukan air 200 cc kedalam panci
hingga mendidih,masukann teh yang sudah di timbang kedalam gelas, Kemudian
masukkan air 200 cc yang sudah mendidih ke dalam gelas yang sudah terisi teh
hijau.Tunggu selama 1-3 menit sebelum di minum. Setelah itu seduhan teh siap untuk
di minum. Hasil perbedaan tersebut di peroleh dari hasil lembar observasi yang
dilakukan pada responden. Kemudian di analisis dengan menggunakan uji statistik,
sehingga teraat hasil pebedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi air
seduhan teh hjau yaitu dengan nilai tekanan darah pretest 159.81/95.50 mmHg dan
nilai tekanan darah postest 154.25/85.94 mmHg
b. Perubahan tekanan darah pada kelompok B dari dua kali pengumpulan data
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebanyak 16 responden pada kelompok
B sebelum di berikan terapi jahe putih di dapatkan rata-rata tekanan darah sebesar
159.00/93.19 mmHg, apabila di ubah dalam klasifikasi tekanan darah tinggi berada
dalam hipertensi stadium 1 dan setelah diberika terapi air rebusan jahe putih rata-rata
tekanan darah menurun menjadi 155.06/86.06 mmHg dengan selisih penurunan
sebesar 3.94/7.13 mmHg, apabila di ubah dalam klasifikasi tekanan darah tinggi
terdapat penurunan tetapi masih pada klasifikasi tekanan darah tinggi stadium 1.
Berdasarkan analisis peneliti responden yang mengalami penurunan tekanan darah
paling sedikit kebiasaan merokok dan aktivitas fisik yang tidak terkendali.
Pengaruh pemberian air rebusan jahe putih pada kelompok B untuk menurunkan
tekanan darah sistolik pada lansia pederita hipertesi telah dilakukan uji statisik
Wilcoxon sebelum dan sesudah di berikan air rebusan jahe putih responden yang
mengalami penurunan sebanyak 16 orang (100%) pada tingkat kemaknaan α (0,05)
degan nilai p-Value yang di peroleh 0,00 < α = 0,05, dan untuk pengaruh air rebusan
jahe putih untuk menurunkan tekanan darah diastolik pada lansia penderita hipertensi
dilakukan uji statistik Wilcoxon sebelum dan sesudah diberikan air rebusan jahe putih
respoden yang mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 16 orang (100%). Pada
tingkat kemaknaan α (0,05) degan nilai p-Value di peroleh 0,00. Karena nilai p-Value
lebih kecil dari nilai (α), maka HO ditolak H1 diterima yang artinya ada perubahan
tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian air rebusan air jahe putih. Kesimpulan
pada uji statistik ini ada pengaruh pemberian air rebusan jahe putih untuk menurunkan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi kelompok B.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa terdapat
perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan air rebusan jahe putih.
Peneliti menerapkan dengan cara Cuci jahe kemudian Tibang jahe seberat 4 gram
kemudian di potong kecil-kecil kemudian Masukan air dalam panci 200 cc dan masak
hingga mendid,Kemudian masukan jahe yang sudah di potong dan di cuci bersih,jahe
di rebus selama kurang lebih selama 10 menit sambil sesekali di aduk hingga volume
air menjadi 100 cc . Setelah itu di tuang ke dalam gelas takar sebanyak 100 cc sambil
di saring. Setelah itu rebusan air jahe siap untuk di minum, rebusan jahe putih di
Halaman | 283
konsumsi. Hasil perbedaan tersebut di peroleh dari hasil lembar observasi yang
dilakukan pada responden. Kemudian di analisis dengan menggunakan uji statistik,
sehingga teraat hasil pebedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi air
seduhan teh hjau yaitu dengan nilai tekanan darah pretest 159.00/93.19 mmHg dan
nilai tekanan darah postest 155.06/86.06 mmHg.
Jahe putih dapat digunakan sebagai bahan untuk pengobatan tradisional, karena
jahe putihh memiliki banyak sekali kandungan gizi dan senyawa kimia yang sangat
penting dan bermanfaat sebagai kesehatan. Di samping itu jahe putih memiliki efek
samping yang lebih kecil dan mudah di olah sehingga cocok untuk digunakan sebagai
bahan obat-obatan terutama dalam mengatasi hipertensi dalam regulasi tekanan darah
dan mengatur detak jantung (Gustiri, 2016; Ariwibowo et al., 2023). Beberapa
komponen kimia jahe putih (zingiber afficinale var amarum) seperti gingerol,
zingerone, dan shagoal memberi efek farmakologi seperti antioksidan , anti inflamasi,
anti koagulan, analgesik, anti karsinogenetik, non-toksik dan non-mutagenik meskipun
dalam konsentrasi tinggi. Mafaat jahe salah satunya adalah mnurunkan tekanan darah.
Hal ini karena jahe merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar
pembuluh darah, akibatnya darah mengalir lebih cepat dan lancar, serta memperingan
kerja jantung memompa darah (Koswara, 2011; Sibarani et al., 2023).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Badriyah et al pada tahun 2015 di
kabupaten cilacap, hasil uji t-test di peroleh nilai p-value sebesar 0,000 dari nilai α
sebesar 0,05 jika ρ-value < 0,05 maka Ha diterima yang berarti ada pengaruh jahe
putih terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Desa
Padangjaya Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap (Putro et al., 2019). Menurut
peneliti hipertensi di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, jenis kelamin, dan
gaya hidup tekanan darah meningkat seiring berambah usia merupakan pengaruh
fisiologis tubuh, peningkatan tekanan darah disebabkan oleh perubahan fisiologis pada
jantung, pembuluh darah dan hormon. Jenis kelamin hormon sex mempengaruhi renin
anigotensin , hal ini ditunjukkan bahwa pada perempuan setelah masa menopase
beresiko hipertensi sedangkan laki-laki banyak menderita hipertensi dikarenakan gaya
hidupnya. Berdasarkan hasil di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa terapi
rebusan jahe putih juga dapat menurunkan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi
c. Efektifitas Pemberian Terapi Air Seduhan Teh Hijau Dan Air Rebusan Jahe Putih
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi
Dari hasil uji Mann Whitney didapatkan nilai p-value (asymp. Sig. 2-tailed)
sebesar 0,095 > α (0,05) sehingga dapat disimpulkan H1 ditolak dan H0 diterima yang
berarti tidak ada perbedaan efektifitas terapi air seduhan teh hijau pada kelompok A
dan air rebusan jahe putih pada kelompok B untuk menurunkan tekanan darah sistolik
pada lansia penderita hipertensi dengan rata-rata 475 mmHg, standar deviasi 2.328,
nilai penurunan tekanan darah minimum 2 mmHg maximum 13 mmHg dan mean rank
sistolik kelompok A 19.22 dan sistolik kelompok B 13.78 dengan nilai sum of rank
sistolik kelompok A 307.50 dan nilai sum of rank tekanan darah sistolik kelompok B
220.50.
Dari hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p-value (asymp. Sig. 2-tailed)
sebesar 0,106 < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan H1 ditolak H0 diterima yang
berarti tidak ada pebedaan efektivitas pemberian air seduhan teh hijau pada kelompok
A dan air rebusan jahe putih pada kelompok B untuk menurunkan tekanan darah
diastolik pada lansia penderita hipertensi dengan rata-rata 8.34 mmHg, standar deviasi
5.597, nilai penurunan tekanan darah minimum 0 mmHg maximum 20 mmHg dan
mean rank sistolik kelompok A 19,06 dan sistolik kelompok B13.94 dengan nilai sum
Halaman | 284
of rank Diastolik kelompok A 305.00 dan nilai sum of rank diastolik kelompok B
223.00
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Sriyono dan
Robiningsih tahun 2012 dengan judul pengaruh pemberian teh hijau terhadap tekanan
darah dan kadar kolestrol (LDL) pada lansia dengan hipertensi yang menyatakan
bahwa terdapat perbedaan tekanan sistolik dann diastolik sebelum di berikan teh hijau
(Setyawan, 2022). Teh hijau mengandung flavonoid yang memiliki kemampuan dalam
menghambat pembentukan kerja enzim angiotensin transferase. Seperti kita ketahui
ACE tersebut berperan sebagai pembentukan angiotensin II yang akan mempengaruhi
pembuluh darah yaitu dengan vasokontriksi dan menaikan exskresi garam dan air di
ginjal sehingga mengakibatkan tekanan darah naik. Dengan dihambatnya ACE oleh
flavonoid dalam teh hijau maka proses tersebut akan terhambat sehingga pembuluh
darah dapat vasodilatasi mengakibatkan total perypheal reiten (tpr) akan menurunkan
sekresi air dan garam di ginjal juga akan menurunkan cardiak output menurun dan
tekanan darah menurun.
Penelitian ini juga sejalan dengan Aburto et al (2013; Zakaria et al., 2022),
dimana dari hasil penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwasanya jahe
mengandung mineral salah satunya kalium (potasium) 1,4%. Dalam 100 gr jahe segar,
mengandung potasium sebanyak 415 mg. Potasium merupakan nustrisi yang
diperlukan untuk memelihara volume total tubuh, asid dan keseimbangan elektrolit
serta fungsi sel. Meningkatkan konsumsi potasium dapat menurunkan tekanan darah
pada orang dewasa (Aburto, et al, 2013; Zakaria et al., 2022). Makanan yang
mengandung potasium penting penting untuk menangani menangani tekanan tekanan
darah karena mengurangi mengurangi efek dari sodium. Potasium juga mengurangi
tekanan pada sodium. Potasium juga mengurangi tekanan pada dinding pembuluh
yang ng pembuluh yang selanjutnya menurunkan tekanan darah. Konsumsi potasium
yang disarankan untuk orang dewasa adalah 4.700 m disarankan untuk orang dewasa
adalah 4.700 mg per hg per hari (Pradana & Pramitaningrum, 2020). Berdasarkan
asumsi peneliti, perbedaan tekanan darah sistolk dan dastolik dari kedua kelompok
tersebut sama-sama menurunkan tekanan darah. Pada kelompok A diberikan terapi air
seduhan teh hijau dan kelompok B di berikan air rebusan jahe putih untuk menurunkan
tekanan darah. Dari hasil di atas dapat di ketahui bahwa tidak ada perbedaan
Efektivitas Pemberian Air Seduhan Teh Hijau Dan Air Rebusan Jahe Putih Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Desa Karangjati Kecamatan Karangjati Ngawi
6. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Ada perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi air seduhan teh
hijau pada lansia penderita hipertensi di Desa karangjati Kecamatan Karangjati Ngawi
yaitu mengalami penurunan.
b. Ada perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi air rebusan jahe
putih pada lansia penderita hipertensi di Desa karangjati Kecamatan Karangjati Ngawi
yaitu mengalami penurunan.
c. Tidak ada perbedaan keefektifitasan air rebusan teh hijau dengan air rebusan jahe
putih terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Desa
Karangjati Kecamatan Karangjati Ngawi
Halaman | 285
7. SARAN
a. Bagi Penderita Hipertensi
Diharapkan dapat mengubah perilaku penyebab hiperteni, dan dapat menjadikan
terapi ini tambahan pegetahuan dan dapat di terapkan dalam terapi non farmakologis
penderita hipertensi.
b. Bagi Profesi Keperawatan
Tenaga kesehatan di harapkan dapat memberikan informasi kesehatan tentang
pencegahan serta penata lakasanaan hipertensi, yaitu berupa penatalaksanaan non
farmakologis melalui kegiatan penyuluhan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya di harapkan dapat mengembangkan penelitian serupa
dengan pengembangan penelitian lebih lanjut seperti peningkatan dosis yang di
gunakan sehingga mampu menurunkan tekanan darah dan di harapkan mampu
mengontrol faktor lain penyebab hipertensi
8. DAFTAR PUSTAKA
Anuhgera, D. E., Yolanda, R., Sitorus, R., Ritonga, N. J., & . D. (2020). PENGARUH
PEMBERIAN REBUSAN DAUN SELEDRI (Apium Graveolens L) TERHADAP
TEKANAN DARAH PADA WANITA MENOPAUSE DENGAN HIPERTENSI.
Jurnal Kebidanan Kestra (Jkk), 3(1), 6774. https://doi.org/10.35451/jkk.v3i1.502
Ariwibowo, A. I., Hilmi, I. L., & Salman, S. (2023). Research Article: Efektivitas
Pengobatan Herbal pada Pasien Hipertensi. Jurnal Surya Medika, 9(2), 3440.
https://doi.org/10.33084/jsm.v9i2.5662
Chobanian, A. V., Hill, M., & Roccella, E. J. (2000). National heart, lung, and blood
institute workshop on sodium and blood pressure: A critical review of current
scientific evidence. Hypertension, 35(4), 858863.
https://doi.org/10.1161/01.HYP.35.4.858
Dinkes Ngawi, D. K. K. N. (2022). Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi 2021. Dinas
Kesehatan Kabupaten Ngawi.
https://drive.google.com/file/d/1PhlcTp7Q7F_x8eJ_6Gh6Q4xQzJjyFp90/view
Kemenkes RI, K. K. R. I. (2023). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2022. In
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-2021.pdf
Khoirunisak, N., Susanto, T., & ... (2023). Edukasi dan Peningkatan Pengetahuan
Komunitas tentang Manfaat Sayuran dan Buah Untuk Kelompok Masyarakat
Tanggap Hipertensi di Sumbersalak Kabupaten . Jurnal Pengabdian , 3(1),
2938. https://doi.org/10.33860/jpmsh.v3i1.2562
Lukitaningtyas, D., & Cahyono, E. A. (2023). HIPERTENSI; ARTIKEL REVIEW.
JURNAL PENGEMBANGAN ILMU DAN PRAKTIK KESEHATAN, 2(2). https://e-
journal.lppmdianhusada.ac.id/index.php/PIPK/article/view/272/249
Pradana, A. A., & Pramitaningrum, I. K. (2020). Terapi Herbal Bagi Lansia Dengan
Hipertensi. Jurnal Mitra Kesehatan, 3(1), 2834.
https://doi.org/10.47522/jmk.v3i1.48
Putro, A. P., Julianto, E., Kurniawan, Y. D., Yakpermas, P., Program, B., Keperawatan,
S., Keperawatan, D., Politeknik, D., & Banyumas, Y. (2019). Pemberian Seduhan
Daun Alpukat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Lansia Dengan
Hipertensi Primer. Journal of Nursing and Health, 916.
Setyawan, Y. (2022). Terapi Hipertensi: Ditinjau Dari Segi Non Medikamentosa. KYTA.
Sibarani, A. A. R., Ananda, D., Ramadhani, L., & Siregar, N. A. (2023). Studi Literatur:
Halaman | 286
Herbal Indonesia Berkhasiat Sebagai Anti Hipertensi. Herbal Medicine Journal,
6(2), 121. https://doi.org/10.58996/hmj.v6i1.80
Triandini, I. G. A. A. H. (2019). Utilization of Family Medicinal Plant During Antenatal
Care: a Review. Jurnal Silva Samalas, 2(1), 66.
https://doi.org/10.33394/jss.v2i1.3655
Vera, Y., & Yanti, S. (2020). Penyuluhan pemanfaatan tanaman obat dan obat tradisional
Indonesia untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi di Desa
Salam Bue. Jurnal Education and Development, 8(1), 1114.
Wade, C. (2023). Mengatasi Hipertensi. Nuansa Cendekia.
WHO, W. H. O. (2023). Hypertension. World Health Organization.
https://doi.org/10.1007/978-1-137-00426-0_3
Yanita, N. I. S. (2022). Berdamai Dengan Hipertensi. Bumi Medika.
Zakaria, N., Fauziah, Rinaldi, Mahfiratullah, Bakri, T. K., Mustika, I., & Safrizal. (2022).
Penyuluhan DAGUSIBU dan Pelatihan Pemanfaatan Tanaman Herbal untuk
Penyakit Degeneratif di Gampong Cot Bagi Aceh Besar. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat Darussalam, 1(2), 17. https://jurnal.akafarma-
aceh.ac.id/index.php/jpmd/article/view/53/37
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Hypertension is a condition in which blood pressure increases above normal limits. Treatment of hypertension can be done pharmacologically and non-pharmacologically. Non- pharmacological treatment through exercise, maintenance of diet and use of herbal ingredients. The purpose of this study was to determine the use of medicinal plants in hypertension sufferers. The research method used is literature study obtained from scientific articles searched through Google Scholar, PubMed, and Research Gate using the keywords Effectiveness, Herbal Medicine, Complementary Therapy and Hypertension. The criteria for the articles used have been published for 8 years, between 2014-2022, the title and contents of the journal are in accordance with the research objectives. The use of herbal medicine as an alternative medicine has become an everyday part of society. There are several herbal plants that are considered effective in lowering blood pressure in people with hypertension
Article
Full-text available
Pendahuluan: Tungau debu rumah (TDR) merupakan sumber alergen yang berpotensi menyebabkan alergi pada manusia. Komponen tubuh TDR yang berpotensi menyebabkan alergi pada manusia antara lain kutikula, organ reproduksi, saluran pencernaan dan feses. Adapun persentase TDR yang berpotensi menyebabkan alergi di Asia sebesar 60 %. Mengingat dampak buruk TDR bagi kesehatan khususnya di Indonesia, maka perlu dilakukan penelitian mengenai identifikasi dan kepadatan populasi TDR pada salah satu pondok pesantren di kota bekasi. Tujuan Penelitian untuk memberikan informasi mengenai kepadatan populasi TDR pada tempat tidur pondok pesantren di Kota Bekasi. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross sectional menggunakan teknik sampling total sampling. Hasil: Identifikasi TDR pada sampel tempat tidur pada pondok pesantren X di Kota Bekasi hanya menunjukkan genus Dermatophagoides sp. dengan rata-rata kepadatan tertinggi sebesar 13,80 tungau/gram debu sedangkan terendah sebesar 4,50 tungau/gram debu. Kesimpulan: Dari semua sampel debu kamar tidur di pondok pesantren X kota Bekasi hanya ditemukan genus Dermatophagoides sp dengan kepadatan tertinggi sebesar 13,80 tungau/gram debu.
Article
Hypertension is a global problem because the prevalence of sufferers continues to increase from year to year. Based on the results of the study, it was found that the health problem data in the Sumbersalak village community was hypertension, as many as 68 people. The aim of this activity is to improve the level of public health through community health education. This service activity is an integration of the Nursing Professional Practice which is packaged in the form of a program that focuses on the Hypertension Response Community Group (KEMASTASI) through counseling, giving pocket books, demonstrations and evaluation of assistance to the community of Sumbersalak village, Kranjingan Village, Sumbersari District, Jember Regency. The results of this KEMASASI found an increase in community knowledge and skills in maintaining health in the Sumbersalak environment from moderate to good levels.
Article
Family medicinal plants is an traditional medication that has been used by Indonesian people for many years. It also has been used as primary medication on family as first aid medication before medical personel handling. Family medicinal plants consist of plants that are commonly being consumed on daily life of Indonesian people especially on village. This also confirm the safety of this medication for pregnant women. Pregnant women during antenatal care have strict medication option for their illness. The could not consume antibiotic and other synthetic chemical medicine for medical treatment. The use of family medicinal plants on antenatal care could give an alternatif solution for treatment of pregnant women. Thus, this article describe beneficial of using family medicinal plant during antenatal. Since all medication should has side effect, this article also describe the limitation of family medicinal plant utilization. However, analysis of beneficial and limitation of family medicinal plants application could give strong consideration for pregnant women as their alternative medication option.
Article
Introduction: High blood pressure (hypertension) is often influenced by several factors including age and obesity It can be characterized by an increase in blood pressure on the walls of the arteries. Objective of the research: The purpose of this literature study is to summarize the various types of Indonesian herbal medicines that have antihypertensive effects. Method: The method used to write this article The electronic database indexed by Google Shoolar uses a literature review approach, the inclusion criteria taken based on journals published between 2016-2023. Result: Based on the research results of this review article, it was found that Indonesian shrubs could be an effective alternative therapy for treating high blood pressure (hypertension). Conclusion: We can find Indonesian herbal plants with their properties as hypertension drugs easily around us, such as red guava, turmeric, carrots, aloe vera, green grass jelly, wood sweet, garlic, noni, soursop leaves, avocado leaves, balimbing wuluh, celery, lemongrass, and ginger which can be an alternative treatment that is no less effective as blood pressure lowering hypertension cure.
Article
The Workshop on Sodium and Blood Pressure was convened by the National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) in Bethesda, Md, on January 28 and 29, 1999, to update earlier reviews of this topic.1 2 3 Other topics covered were sodium intake in relation to other cardiovascular disease (CVD) and non-CVD conditions, research needs, and public policy considerations. More than 55 invited speakers and other attendees from the United States and abroad reviewed and discussed the scientific information. This review synthesizes the presentations and discussions. Epidemiological studies conducted over the past 50 years have shown a clear curvilinear relation of higher adult blood pressure (BP) levels to higher rates of coronary heart disease (CHD), stroke, heart failure, and kidney failure. A continuous relation is apparent from below the 120/80 mm Hg level. Thus, a significant portion of CVD occurs in persons whose BP has not reached the arbitrary 140/90 mm Hg level defining hypertension. Studies show unequivocally that lowering high BP in hypertensive patients can reduce the likelihood of developing or dying from CVD, including CHD and stroke. Dietary factors in individuals and in the population at large have important effects on BP levels, which are generally assumed to translate to CVD risk. For the nonhypertensive subset, a population-wide approach to lowering BP (an approach based on lifestyle modifications that have been shown to prevent or delay increases in BP) could affect the total CVD burden as much as or more than treating only those with established hypertension. There is an abundance of scientific evidence demonstrating a direct relation between salt intake and BP. Studies in laboratory animals show that high BP can be induced by diet.4 Recent evidence comes from a randomized trial involving 26 chimpanzees that were given a low salt/high potassium diet (preintervention period). Subsequently, …
Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi 2021
  • D K K N Dinkes Ngawi
Dinkes Ngawi, D. K. K. N. (2022). Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi 2021. Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi.
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2022
  • R I Kemenkes
Kemenkes RI, K. K. R. I. (2023). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2022. In Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profilkesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-2021.pdf
Pemberian Seduhan Daun Alpukat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Lansia Dengan Hipertensi Primer
  • A P Putro
  • E Julianto
  • Y D Kurniawan
  • P Yakpermas
  • B Program
  • S Keperawatan
  • D Keperawatan
  • D Politeknik
  • Y Banyumas
Putro, A. P., Julianto, E., Kurniawan, Y. D., Yakpermas, P., Program, B., Keperawatan, S., Keperawatan, D., Politeknik, D., & Banyumas, Y. (2019). Pemberian Seduhan Daun Alpukat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Lansia Dengan Hipertensi Primer. Journal of Nursing and Health, 9-16.