ArticlePDF Available

ANALISIS KEPERCAYAAN PUBLIK TERHADAP PENYEBARAN BERITA PALSU DI PLATFORM MEDIA SOSIAL

Authors:

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepercayaan publik terhadap penyebaran berita palsu di media sosial. Permasalahan yang diangkat adalah semakin maraknya berita palsu di media sosial, yang memengaruhi kemampuan pengguna dalam membedakan informasi yang valid dan tidak valid. Hal ini tidak hanya menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap informasi yang tersedia, tetapi juga berpotensi memicu konflik sosial akibat disinformasi yang menyebar secara luas. Selain itu, penyebaran berita palsu dapat menghambat pengambilan keputusan yang tepat, baik di tingkat individu maupun komunitas. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan survei online pada pengguna media sosial melalui teknik pengambilan data purposive sampling. Survei melibatkan 60 responden yang merupakan mahasiswa aktif pengguna media sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebaran berita palsu secara signifikan menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap informasi di media sosial. Selain itu, hasil juga menegaskan bahwa peningkatan literasi digital merupakan langkah efektif untuk mengurangi dampak negatif penyebaran berita palsu. Kata Kunci : Kepercayaan Publik, Berita Palsu, Media Sosial, Informasi This study aims to analyze public trust in the spread of fake news on social media. The issue raised is the proliferation of fake news on social media, which affects users' ability to distinguish between valid and invalid information. This not only lowers the level of public trust in the information available, but also has the potential to trigger social conflict due to widespread disinformation. In addition, the spread of fake news can hinder informed decision-making, both at the individual and community levels. This research uses a quantitative method with an online survey on social media users through purposive sampling technique. The survey involved 60 respondents who are active students who use social media. The results showed that the spread of fake news significantly reduced the level of public trust in information on social media. In addition, the results also confirmed that increasing digital literacy is an effective step to reduce the negative impact of spreading fake news. Keyword : Public Trust, Fake News, Social Media, Information
Etika Teknologi Informasi Vol 1 no 1 2024
Semester Gasal 2024/2025
ANALISIS KEPERCAYAAN PUBLIK TERHADAP PENYEBARAN BERITA PALSU DI
PLATFORM MEDIA SOSIAL
KAYLA NATHANIA AZZAHRA
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia, 5026231151@student.its.ac.id
KHALILA SHAFARAYHANI ATLETIKO
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia, 5026231167@student.its.ac.id
ARJUNA VEETARAQ
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia, 5026231227@student.its.ac.id
NUR AINI RAKHMAWATI
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia, nur.aini@is.its.ac.id
ABSTRACT
This study aims to analyze public trust in the spread of fake news on social media. The issue raised is
the proliferation of fake news on social media, which affects users' ability to distinguish between valid and
invalid information. This not only lowers the level of public trust in the information available, but also has the
potential to trigger social conflict due to widespread disinformation. In addition, the spread of fake news can
hinder informed decision-making, both at the individual and community levels. This research uses a
quantitative method with an online survey on social media users through purposive sampling technique. The
survey involved 60 respondents who are active students who use social media. The results showed that the
spread of fake news significantly reduced the level of public trust in information on social media. In addition,
the results also confirmed that increasing digital literacy is an effective step to reduce the negative impact of
spreading fake news.
Keyword : Public Trust, Fake News, Social Media, Information
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepercayaan publik terhadap penyebaran berita palsu di
media sosial. Permasalahan yang diangkat adalah semakin maraknya berita palsu di media sosial, yang
memengaruhi kemampuan pengguna dalam membedakan informasi yang valid dan tidak valid. Hal ini tidak
hanya menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap informasi yang tersedia, tetapi juga berpotensi
memicu konflik sosial akibat disinformasi yang menyebar secara luas. Selain itu, penyebaran berita palsu
dapat menghambat pengambilan keputusan yang tepat, baik di tingkat individu maupun komunitas. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif dengan survei online pada pengguna media sosial melalui teknik
pengambilan data purposive sampling. Survei melibatkan 60 responden yang merupakan mahasiswa aktif
pengguna media sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebaran berita palsu secara signifikan
menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap informasi di media sosial. Selain itu, hasil juga menegaskan
bahwa peningkatan literasi digital merupakan langkah efektif untuk mengurangi dampak negatif penyebaran
berita palsu.
1
Kata Kunci :Kepercayaan Publik, Berita Palsu, Media Sosial, Informasi
1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan besar dalam cara masyarakat
mengakses dan berbagi informasi. Media sosial menjadi salah satu platform utama bagi publik untuk
mendapatkan berita secara cepat dan mudah. Namun, kemudahan ini juga diiringi dengan meningkatnya
penyebaran berita palsu (hoax), yang dapat memberikan dampak negatif terhadap kepercayaan publik,
stabilitas sosial, hingga pengambilan keputusan individu. Hoax dapat didefinisikan sebagai informasi yang
sengaja disebarkan untuk menyesatkan atau menipu pembaca dengan tujuan tertentu, seperti politik, ekonomi,
atau hanya untuk mencari perhatian menurut Yopita (2023). Nur A (2024) mengatakan, sebagai generasi
muda, mahasiswa sangat rentan terhadap pengaruh media sosial, termasuk dalam menyerap informasi yang
tidak diverifikasi kebenarannya. Berita palsu sering kali disamarkan sebagai informasi kredibel, membuat
masyarakat sulit membedakan antara fakta dan opini yang salah. Kecepatan penyebarannya diperkuat oleh
fitur algoritma media sosial yang memprioritaskan popularitas konten dibandingkan akurasi, sehingga
informasi yang tidak benar dapat menyebar lebih luas dan lebih cepat dibandingkan berita valid.
Kepercayaan publik terhadap informasi di media sosial menjadi tantangan utama dalam era digital.
Ketika kepercayaan terhadap sumber informasi menurun, dampaknya tidak hanya terbatas pada
kesalahpahaman di tingkat individu, tetapi juga dapat mengganggu proses demokrasi, memecah belah
masyarakat, serta menciptakan keresahan yang meluas. Dalam konteks Indonesia, kasus penyebaran berita
palsu sering kali dikaitkan dengan isu politik, agama, dan kesehatan, yang berdampak pada opini publik secara
signifikan. Oleh karena itu, diperlukan analisis yang mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kepercayaan publik terhadap berita yang tersebar di media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memahami
pola kepercayaan masyarakat, mengidentifikasi peran media sosial dalam memperbesar atau mengurangi
dampak berita palsu. serta memberikan rekomendasi untuk meningkatkan literasi digital guna melawan
penyebaran informasi yang tidak akurat.
2. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, digunakan metode penelitian secara kuantitatif dengan pendekatan survei online
untuk mengumpulkan data. Survey adalah salah satu metode pengumpulan data dengan pengambilan
suatu populasi sebagai sampel menggunakan kuesioner dan mengambil tanggapan dari responden sehingga
didapatkan suatu fakta berupa data primer yang digunakan untuk menyelesaikan masalah pada penelitian yang
sedang dilakukan, oleh Yahya M, Warsino dan Fahlevi U (2023)
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner online yang disebarkan menggunakan platform
Google Form. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauh mana penyebaran berita
palsu di berbagai platform media sosial dapat memengaruhi tingkat kepercayaan publik terhadap informasi
yang beredar. Target responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang dengan kriteria
khusus, yaitu mahasiswa yang aktif menggunakan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Responden ini
dipilih untuk mendapatkan pemahaman yang lebih spesifik tentang bagaimana paparan berita palsu
memengaruhi pandangan mereka terhadap kredibilitas informasi di media sosial.
.
2.1 Tahapan Penelitian
2
Gambar 1. Tahapan penelitian
2.1.1 Studi Literatur
Langkah awal dalam penelitian ini adalah mengumpulkan dan menganalisis berbagai literatur yang
relevan dengan topik hoaks, pola penyebaran informasi di platform media sosial, serta dampak yang
ditimbulkan terhadap masyarakat. Kajian literatur ini mencakup penelitian sebelumnya, artikel ilmiah,
laporan, dan sumber terpercaya lainnya yang membahas berbagai aspek terkait fenomena hoaks.
2.1.2 Membuat Kuisioner
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diidentifikasi dengan mempertimbangkan tujuan penelitian ini.
Berikut pertanyaan identifikasi yang terbagi dari 3 indikator yaitu: pengalaman responden, persepsi dan
kepercayaan, dan solusi dan tindakan. Pertanyaan - pertanyaan tersebut diikuti dengan pilihan jawaban
menggunakan skala Likert, 1 sampai 5 (1 = sangat tidak setuju, 5 = sangat setuju). Pada tahun 2021, skala
likert telah terbukti sebagai metode sederhana yang dapat mengukur berbagai variabel, andal dan valid untuk
data.
Indikator pertama berisi pertanyaan seputar pengalaman responden dengan pertanyaan “Seberapa
sering anda menemukan berita palsu di media sosial?” [1] “Apakah anda pernah mempercayai berita palsu
yang anda temukan di media sosial? [2] “Bagaimana cara anda memutuskan bahwa suatu berita adalah
palsu?” [3] “Apakah anda pernah membagikan berita palsu secara tidak sengaja di media sosial?” [4]
Indikator kedua terkait dengan persepsi dan kepercayaan para responden mengenai berita palsu yang
ada di sosial media dengan pertanyaan “Seberapa percaya anda pada informasi yang dibagikan oleh akun
media sosial resmi (seperti portal berita) ?” [5] “Seberapa percaya anda pada informasi yang dibagikan oleh
teman atau keluarga di media sosial?” [6] “Apakah penyebaran berita palsu mempengaruhi kepercayaan anda
terhadap media sosial secara umum?” [7] “Seberapa besar anda merasa penyebaran berita palsu di media
sosial dapat merugikan masyarakat? [8]
Indikator ketiga terkait dengan solusi dan tindakan para responden mengenai berita palsu di media
sosial dengan pertanyaan “Menurut Anda, siapa yang paling bertanggung jawab untuk mengurangi
penyebaran berita palsu di media sosial? [9] “Apakah Anda merasa fitur cek fakta yang disediakan oleh
platform media sosial sudah cukup membantu?” [10] “Seberapa efektif menurut Anda edukasi literasi digital
untuk mengurangi penyebaran berita palsu?” [11] “Apakah Anda mendukung penerapan sanksi bagi pengguna
yang sengaja menyebarkan berita palsu di media sosial?” [12]
Sampel yang kita ambil untuk penelitian ini didapatkan berdasarkan kriteria yaitu mahasiswa yang
aktif menggunakan beberapa sosial media yang pernah menemukan atau membaca berita palsu. Metode yang
digunakan adalah purposive sampling untuk mendapatkan responden yang sesuai dengan kriteria dan tujuan
yang telah dibuat sebelumnya.
Data yang didapatkan dari hasil kuesioner online akan dianalisis dengan variabel independen berupa
mahasiswa pengguna media sosial dan variabel dependen berupa kepercayaan publik terhadap platform media
sosial yang mengacu pada tingkat kepercayaan mahasiswa terhadap informasi di media sosial dan dipengaruhi
oleh berbagai faktor terkait penyebaran berita palsu.Tujuan dari analisis ini adalah untuk memahami seberapa
besar masyarakat percaya pada informasi yang beredar, melihat bagaimana berita palsu menyebar, dan
mempelajari dampaknya terhadap pandangan masyarakat serta kehidupan sosial. Hasil dari analisis ini bisa
3
digunakan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat mengenali berita palsu, mendukung aturan untuk
melawan hoaks, dan membantu media sosial membuat cara agar berita palsu bisa lebih mudah terdeteksi.
Dengan begitu, analisis ini penting untuk menjaga media sosial tetap aman, melindungi demokrasi, dan
memastikan masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan dapat dipercaya.
2.1.3 Mencari Responden
Pertanyaan-pertanyaan yang telah dirancang , kemudian dimasukkan ke dalam Google Form.
Selanjutnya, tautan Google Form tersebut dibagikan kepada responden yang sesuai dengan kriteria penelitian ,
yaitu mahasiswa yang aktif menggunakan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.4 Melakukan Analisis Data dan Menarik Kesimpulan
Data dan informasi yang diperoleh dari berbagai metode penelitian diintegrasikan untuk memberikan
gambaran yang utuh mengenai fenomena penyebaran hoaks di media sosial. Proses ini diikuti dengan analisis
menyeluruh untuk mengidentifikasi pola, tren, serta dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat.
Berdasarkan hasil analisis, kesimpulan dirumuskan untuk memahami akar masalah, sekaligus merancang
rekomendasi yang efektif dalam menghadapi penyebaran hoaks dan meminimalkan dampak negatifnya pada
kehidupan sosial. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan solusi yang berbasis data dalam menangani
tantangan hoaks di era digital.
3.HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebanyak 60 responden telah berpartisipasi dalam pengisian kuesioner yang dilakukan untuk
penelitian ini. Seluruh responden merupakan pengguna aktif platform media sosial, sehingga data yang
diperoleh relevan dengan fokus penelitian. Selain itu, setiap kuesioner yang dikumpulkan telah terisi secara
lengkap tanpa ada bagian yang kosong atau tidak terjawab. Validitas data ini memastikan bahwa seluruh
informasi yang diperoleh dapat diandalkan dan digunakan secara optimal untuk analisis lebih lanjut dan dapat
mendukung tujuan dari penelitian ini.
Gambar 2. Hasil kuisioner pengalaman responden
Berdasarkan gambar [1] Sebanyak 60% responden sering menemukan berita palsu di media sosial,
dan 26,7% bahkan sangat sering mengalaminya, ini menunjukkan bahwa berita palsu merupakan fenomena
yang sangat sering terjadi di platform media sosial. Selain itu, menurut gambar [2] sebanyak 26,7% responden
kadang-kadang mempercayai berita palsu, dengan persentase yang sama untuk responden yang sering atau
jarang mempercayainya. Temuan ini menegaskan pentingnya meningkatkan literasi media, khususnya di
kalangan mahasiswa, untuk membantu mereka mengenali dan mencegah dampak negatif dari berita palsu.
4
Sesuai dengan gambar [3], mayoritas 60% responden memeriksa fakta berita palsu secara mandiri,
sementara 20% mengandalkan pendapat di kolom komentar. Ini menunjukkan kesadaran akan pentingnya
verifikasi mandiri, meskipun masih ada yang bergantung pada sumber eksternal, yang meningkatkan risiko
kesalahan informasi.Berdasarkan gambar [4] Sebanyak 55% responden pernah secara tidak sengaja
membagikan berita palsu di media sosial. Hal ini menunjukkan pentingnya meningkatkan pemahaman tentang
etika dalam bermedia, terutama dengan mengajarkan cara memeriksa kebenaran berita dan membiasakan
sikap lebih berhati - hati terhadap informasi yang terima.
Gambar 3. Hasil kuisioner persepsi dan kepercayaan
Berdasarkan gambar[4] mayoritas responden (60%) sering percaya pada informasi yang dibagikan
oleh akun media sosial resmi seperti portal berita, sementara 23,3% kadang-kadang percaya.Hal ini
menunjukkan tingkat kepercayaan yang relatif tinggi terhadap akun media sosial resmi, meskipun sebagian
responden masih memiliki keraguan dalam menerima informasi dari sumber tersebut.Gambar[5]menunjukkan
46,7% responden kadang-kadang percaya pada informasi yang dibagikan oleh teman atau keluarga di media
sosial, sementara 35% sering percaya. Data ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan terhadap informasi
dari teman atau keluarga di media sosial cenderung moderat, dengan sebagian besar responden bersikap
selektif dalam mempercayai sumber tersebut.
Gambar[6] menyatakan 35% responden merasa bahwa penyebaran berita palsu memengaruhi
kepercayaan mereka terhadap media sosial, sementara 31,7% menyatakan pengaruhnya sangat besar. Hal ini
menegaskan perlunya langkah nyata, seperti meningkatkan transparansi platform media sosial, memperketat
regulasi terhadap penyebaran berita palsu, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih kritis
terhadap informasi yang mereka temui secara online. Gambar[7] menunjukkan 76,7% sangat merasa bahwa
penyebaran berita palsu di media sosial dapat merugikan masyarakat. Hal ini menunjukkan kesadaran yang
tinggi di kalangan masyarakat akan dampak negatif dari penyebaran berita palsu terhadap kehidupan sosial.
5
Gambar 4. Hasil kuisioner solusi dan tindakan
Berdasarkan gambar [9] data menampilkan ini menunjukkan mayoritas responden (38.3%) menilai
pengguna media sosial sebagai pihak yang paling bertanggung jawab, Hal ini menunjukkan bahwa pengguna
media sosial dianggap sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab terbesar dalam mengurangi penyebaran
berita palsu. Gambar [10] menunjukkan sebanyak 40% responden merasa fitur cek fakta yang disediakan oleh
platform media sosial sering membantu mereka untuk membedakan mana berita non-fakta dan mana berita
fakta. Gambar [11] menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa edukasi literasi digital sangat
efektif (41.7%) dan efektif (40%) yang menunjukkan menyebarnya berita palsu dapat dibasmi dengan
peningkatan literasi digital. Gambar [12] menunjukkan bahwa mayoritas responden sangat setuju (61.7%) dan
setuju (35%) dengan penerapan sanksi, yang ditunjukkan bagi pengguna yang sengaja menyebarkan berita
palsu di media sosial.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyebaran berita palsu di media sosial
merupakan fenomena yang sangat umum terjadi dan memengaruhi banyak pengguna, termasuk mahasiswa.
Tingkat kepercayaan terhadap informasi di media sosial bervariasi, di mana informasi dari akun resmi lebih
dipercayai dibandingkan informasi yang dibagikan oleh teman atau keluarga. Namun, maraknya berita palsu
secara signifikan menurunkan kepercayaan publik terhadap platform media sosial secara keseluruhan. Selain
itu, dampak negatif dari penyebaran berita palsu sangat dirasakan oleh masyarakat, sehingga diperlukan
langkah-langkah nyata untuk mengatasinya.
Peningkatan literasi digital terbukti menjadi solusi yang efektif untuk mengurangi penyebaran berita
palsu. Hal ini juga diiringi dengan pentingnya tanggung jawab individu sebagai pengguna media sosial untuk
lebih kritis dalam mengelola informasi yang mereka terima. Fitur cek fakta pada platform media sosial dan
penerapan sanksi terhadap pelaku penyebaran berita palsu dinilai sebagai upaya yang dapat mendukung
pengurangan dampak buruk dari fenomena ini. Penelitian ini menegaskan perlunya kolaborasi antara
pengguna, platform media sosial, dan pemerintah untuk membangun ekosistem informasi yang lebih sehat dan
terpercaya.
6
DAFTAR PUSTAKA
Shafarayhani Atletiko, K., Nathania Azzahra, K., Veetaraq, A., & Rakhmawati, N. A. (2024). Final
Repository. Zenodo. https://zenodo.org/records/14272751
Zannettou,S., Sirivianous, M., Blackburn, J., & Kourtellis, N. (2019). The web of false information:
Rumors, fake news, hoaxes, clickbait, and various other shenanigans. Journal of Data and
Information Quality (JDIQ), 11(3), 1-37.
Vosoughi, S., Roy, D., & Aral, S. (2018). The spread of true and false news online. Science, 359(6380),
1146-1151.
Pennycook, G., & Rand , D. G. (2019). Fightig misinformation on social media using crowdsourced
judgments of news source quality. Proceedings of the National Academy of Science, 116(7),
2521-2526.
Rakhmawati, N. A., Jati, B. N., Solichin, I. M., & Ghalib, F. (2022). Analisis Kewaspadaan dan Respon
Orang Dewasa terhadap Hoax. Bridge: Jurnal Teknologi Informasi, 2(1), 30.
https://journal.aptii.or.id/index.php/Bridge/article/view/63.
Marbella, H. N., Nur’aini, N. H., Agung, S., & Rakhmawati, N. A. (2021). Analisis Pengaruh Berita
Bohong di Sosial Media Terhadap Keputusan Masyarakat Indonesia Melakukan Vaksinasi
Covid-19. Bridge: Jurnal Teknologi Informasi, 1(2), 21.
https://journal.aptii.or.id/index.php/Bridge/article/view/63
Rahmadani, A. N., & Dewanti, P. (2020). Perancangan program survey online (Surveyasia) berbasis
web pada PT. Citiasia Inc Jakarta Selatan. Amata: Jurnal Aplikasi Teknologi dan Pengabdian
Masyarakat, 1(1), 86–72. https://ojs.pat.ac.id/index.php/Amata_amamapare/article/view/86
Bessi, A., & Ferrara, E. (2016). Social bots distort the 2016 US Presidential election online discussion.
First Monday, 21(11). Guess, A., Nagler , J., & Tucker , J. (2019). Less than you think: Prevalence
and predictors of take news dissemination on Facebook. Science Advances, 5(1), eaau4586. Lazer ,
D. M., Baum, M. A., Benkler , Y., Berinsky, A. J., Greenhill, K. M., Menczer , F ., ... & Schudson, M.
(2018). The science of fake news. Science, 359(6380), 1094-1096.
Allcott, H., & Gentzkow , M. (2017). Social media and fake news in the 2016 election. Journal of
Economic Perspective, 31(2), 211-236.
7
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Teknologi pada hakikatnya memang ditujukan untuk mempermudah manusia dalam menjalani setiap sendi kehidupan. Namun ironisnya, segala kemudahan yang ditawarkan diikuti dengan resiko yang sama besarnya. Resiko inilah yang sering disebut dengan kejahatan siber atau cybercrime. Dikutip dari Kepolisian Republik Indonesia, pihak kepolisian telah melakukan perhitungan kasus-kasus kejahatan siber yang terjadi di Indonesia. Dengan presentasenya masing-masing didapatlah bahwa kasus kejahatan siber yang paling banyak terjadi di Indonesia pada tahun 2017 adalah kejahatan penyebaran berita bohong atau biasa disebut berita hoax. Berdasarkan fakta tersebut, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana respon orang dewasa ketika menerima berita yang banyak tersebar di media sosial secara daring dan mengetahui bagaimana kewaspadaan orang dewasa terhadap hoax. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa lebih sering mengakses media sosial daripada berita. Dalam aspek kewaspadaan, sebagian besar orang dewasa sudah memahami tentang hoax, namun masih cukup banyak yang belum bisa mengenali berita hoax saat membacanya. Selain itu, sebagian besar orang dewasa merespon dengan melakukan pencarian melalui Google ketika mendapat berita yang mencurigakan sementara sebagian besar lainnya hanya mengabaikannya. Berdasarkan respon yang ditunjukkan, orang dewasa sudah cukup waspada terhadap penyebaran hoax dengan tidak sembarangan menyebarkannya.
Article
Full-text available
So-called “fake news” has renewed concerns about the prevalence and effects of misinformation in political campaigns. Given the potential for widespread dissemination of this material, we examine the individual-level characteristics associated with sharing false articles during the 2016 U.S. presidential campaign. To do so, we uniquely link an original survey with respondents’ sharing activity as recorded in Facebook profile data. First and foremost, we find that sharing this content was a relatively rare activity. Conservatives were more likely to share articles from fake news domains, which in 2016 were largely pro-Trump in orientation, than liberals or moderates. We also find a strong age effect, which persists after controlling for partisanship and ideology: On average, users over 65 shared nearly seven times as many articles from fake news domains as the youngest age group.
Article
Full-text available
Addressing fake news requires a multidisciplinary effort
Article
Lies spread faster than the truth There is worldwide concern over false news and the possibility that it can influence political, economic, and social well-being. To understand how false news spreads, Vosoughi et al. used a data set of rumor cascades on Twitter from 2006 to 2017. About 126,000 rumors were spread by ∼3 million people. False news reached more people than the truth; the top 1% of false news cascades diffused to between 1000 and 100,000 people, whereas the truth rarely diffused to more than 1000 people. Falsehood also diffused faster than the truth. The degree of novelty and the emotional reactions of recipients may be responsible for the differences observed. Science , this issue p. 1146
Article
Following the 2016 US presidential election, many have expressed concern about the effects of false stories ("fake news"), circulated largely through social media. We discuss the economics of fake news and present new data on its consumption prior to the election. Drawing on web browsing data, archives of fact-checking websites, and results from a new online survey, we find: 1) social media was an important but not dominant source of election news, with 14 percent of Americans calling social media their "most important" source; 2) of the known false news stories that appeared in the three months before the election, those favoring Trump were shared a total of 30 million times on Facebook, while those favoring Clinton were shared 8 million times; 3) the average American adult saw on the order of one or perhaps several fake news stories in the months around the election, with just over half of those who recalled seeing them believing them; and 4) people are much more likely to believe stories that favor their preferred candidate, especially if they have ideologically segregated social media networks.
The web of false information: Rumors, fake news, hoaxes, clickbait, and various other shenanigans
  • S Zannettou
  • M Sirivianous
  • J Blackburn
  • N Kourtellis
Zannettou,S., Sirivianous, M., Blackburn, J., & Kourtellis, N. (2019). The web of false information: Rumors, fake news, hoaxes, clickbait, and various other shenanigans. Journal of Data and Information Quality (JDIQ), 11(3), 1-37.
Fightig misinformation on social media using crowdsourced judgments of news source quality
  • G Pennycook
  • D G Rand
Pennycook, G., & Rand, D. G. (2019). Fightig misinformation on social media using crowdsourced judgments of news source quality. Proceedings of the National Academy of Science, 116(7), 2521-2526.
  • H N Marbella
  • N H Nur'aini
  • S Agung
  • N A Rakhmawati
Marbella, H. N., Nur'aini, N. H., Agung, S., & Rakhmawati, N. A. (2021). Analisis Pengaruh Berita Bohong di Sosial Media Terhadap Keputusan Masyarakat Indonesia Melakukan Vaksinasi Covid-19. Bridge: Jurnal Teknologi Informasi, 1(2), 21. https://journal.aptii.or.id/index.php/Bridge/article/view/63
Perancangan program survey online (Surveyasia) berbasis web pada PT
  • A N Rahmadani
  • P Dewanti
Rahmadani, A. N., & Dewanti, P. (2020). Perancangan program survey online (Surveyasia) berbasis web pada PT. Citiasia Inc Jakarta Selatan. Amata: Jurnal Aplikasi Teknologi dan Pengabdian Masyarakat, 1(1), 86-72. https://ojs.pat.ac.id/index.php/Amata_amamapare/article/view/86