BookPDF Available

Strategi Pendidikan Karakter untuk Siswa Sekolah Dasar dalam Mewujudkan Tujuan SDG 4: Pendidikan Berkualitas

Authors:

Abstract

Di era globalisasi, pembentukan karakter yang kuat sejak dini menjadi kunci untuk menghadapi tantangan dunia yang terus berkembang. Buku ini mengajak pembaca, khususnya pendidik, untuk memahami pentingnya pendidikan karakter sebagai landasan tercapainya pendidikan berkualitas, sesuai dengan target Sustainable Development Goals (SDG) ke-4 yang diusung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Melalui pembahasan yang mendalam, buku ini menggali berbagai konsep pendidikan karakter yang relevan bagi siswa Sekolah Dasar, mulai dari pendekatan, model pembelajaran, hingga peran lingkungan sekolah dan guru dalam proses pembentukan karakter. Setiap babnya disusun secara sistematis untuk memberikan panduan praktis bagi para pendidik dalam mengembangkan dan mengimplementasikan nilai-nilai karakter yang esensial, seperti kejujuran, kedisiplinan, dan rasa tanggung jawab. Di dalamnya, terdapat pula contoh penerapan nilai karakter melalui aktivitas sehari-hari, serta teknik asesmen untuk menilai perkembangan karakter siswa. Buku ini juga membahas tantangan-tantangan yang sering ditemui dalam penerapan pendidikan karakter di Sekolah Dasar, serta memberikan solusi dan rekomendasi agar pendidikan karakter dapat diterapkan secara efektif dan berkelanjutan. Dengan pendekatan yang holistik, buku ini hadir sebagai sumber inspirasi dan panduan bagi pendidik yang ingin membentuk siswa tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki karakter yang kuat, demi masa depan pendidikan yang lebih baik dan berkelanjutan.
i
ii
STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK
SISWA SEKOLAH DASAR DALAM
MEWUJUDKAN TUJUAN SDG 4: PENDIDIKAN
BERKUALITAS
Fahrur Rozi, S.Pd., M.Pd
Yusron Abda’u Ansya
Tania Salsabilla
iii
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan
Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1
(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah),
atau pidana paling lama 7 (tahun) dan/atau denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta
atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
iv
STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK
SISWA SEKOLAH DASAR DALAM
MEWUJUDKAN TUJUAN SDG 4: PENDIDIKAN
BERKUALITAS
Fahrur Rozi, S.Pd., M.Pd
Yusron Abda’u Ansya
Tania Salsabilla
PT PENERBIT NAGA PUSTAKA
v
STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR
DALAM MEWUJUDKAN TUJUAN SDG 4: PENDIDIKAN BERKUALITAS
Penulis :
Fahrur Rozi, S.Pd., M.Pd
Yusron Abda’u Ansya
Tania Salsabilla
ISBN :
978-623-10-5246-9
Editor :
Jannata Utswatun
Penyunting :
PT Penerbit Naga Pustaka
Desain Cover dan Layout :
PT Penerbit Naga Pustaka
Penerbit :
PT Penerbit Naga Pustaka
Redaksi :
Office Center: Bekasi Utara
Office Cabang: Yogyakarta
Office : 0889-8889-7779
Marketing : 0856-9234-2380
Instagram: @nagapustaka_penerbit
Website: https://nagapustaka.store/
E-mail: nagapustaka8@gmail.com
Cetakan Pertama Desember 2024
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang memperbanyak seluruh atau sebagian isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penulisan buku yang
berjudul " STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK SISWA SEKOLAH
DASAR DALAM MEWUJUDKAN TUJUAN SDG 4: PENDIDIKAN BERKUALITAS
". Buku ini lahir dari keyakinan bahwa pendidikan karakter adalah fondasi penting dalam
menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga
memiliki karakter kuat, yang mampu berkontribusi bagi pembangunan bangsa. Di tengah
pesatnya perubahan zaman, pendidikan karakter di tingkat dasar menjadi pilar utama
dalam upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas, sejalan dengan tujuan keempat
Sustainable Development Goals (SDG 4) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa.
Penulisan buku ini dilatarbelakangi oleh berbagai tantangan yang dihadapi dalam proses
pengembangan karakter siswa Sekolah Dasar. Banyak siswa yang belum sepenuhnya
memahami atau mengaplikasikan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
mendorong kami untuk mengkaji secara komprehensif bagaimana karakter siswa dapat
dikembangkan melalui pendidikan yang terpadu, dengan melibatkan peran guru, sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Dengan demikian, diharapkan buku ini dapat memberikan
wawasan serta panduan bagi para pendidik dan pemerhati pendidikan dalam
mengembangkan karakter siswa secara berkelanjutan.
Buku ini disusun secara sistematis, dimulai dengan pembahasan mengenai konsep dasar
karakter, pentingnya pendidikan karakter, hingga metode dan teknik yang dapat
diterapkan di lingkungan sekolah. Kami juga menyertakan studi kasus dan contoh praktis
yang diharapkan dapat memudahkan para pendidik dalam menerapkan nilai-nilai karakter
dalam pembelajaran sehari-hari. Selain itu, buku ini mengupas berbagai hambatan yang
mungkin dihadapi dalam penerapan pendidikan karakter serta memberikan solusi-solusi
praktis untuk mengatasinya.
Akhir kata, kami berharap buku ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi guru,
orang tua, dan semua pihak yang berperan dalam pendidikan karakter anak-anak di
Sekolah Dasar. Kami menyadari bahwa buku ini masih memiliki keterbatasan dan oleh
karena itu terbuka terhadap masukan yang membangun. Semoga buku ini dapat
membantu mewujudkan cita-cita pendidikan berkualitas yang tidak hanya berfokus pada
kecerdasan intelektual, tetapi juga pada kekuatan karakter siswa, sehingga mereka siap
menghadapi tantangan global di masa depan.
Medan, 14 November 2024
Yusron Abda’u Ansya
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................. vii
BAB 1 KONSEP DASAR KARAKTER ...................................................................... 1
A. Defenisi Karakter ................................................................................................ 1
B. Komponen-Komponen Karakter ....................................................................... 3
C. Tujuan Pembentukan Karakter ......................................................................... 5
D. Faktor Pembentukan Karakter .......................................................................... 8
E. Urgensi Pembentukan Karakter ...................................................................... 11
BAB 2 KETERKAITAN PEMBENTUKAN KARAKTER DENGAN
PENDIDIKAN BERKUALITAS ................................................................................ 14
A. Tujuan Pendidikan Berkualitas ....................................................................... 14
B. Peran Pendidikan Karakter dalam Pencapaian Pendidikan Berkualitas .... 16
C. Dampak Pendidikan Karakter terhadap Kualitas Pendidikan .................... 18
BAB 3 MODEL DAN PENDEKATAN PEMBANGUNAN KARAKTER DI
SEKOLAH DASAR ...................................................................................................... 21
A. Model Pendidikan Karakter ............................................................................. 21
B. Pendekatan dalam Pendidikan Karakter ........................................................ 23
C. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar ........... 26
BAB 4 PERAN GURU DAN SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
SISWA ........................................................................................................................... 29
A. Kompetensi Guru dalam Pembentukan Karakter ......................................... 29
B. Lingkungan Sekolah sebagai Pendukung Pendidikan Karakter .................. 31
C. Kolaborasi Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat ......................................... 34
BAB 5 METODE DAN TEKNIK IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
........................................................................................................................................ 37
A. Metode Pengajaran Pendidikan Karakter ...................................................... 37
B. Penerapan Nilai-Nilai Karakter dalam Aktivitas Harian ............................. 40
C. Contoh Praktik Terbaik dan Studi Kasus ....................................................... 42
BAB 6 EVALUASI DAN ASESMEN PENDIDIKAN KARAKTER ..................... 46
A. Teknik Asesmen Pendidikan Karakter ........................................................... 46
viii
B. Monitor Perkembangan Karakter Siswa ........................................................ 49
C. Alat Bantu dan Instrumen Evaluasi ................................................................ 52
BAB 7 TANTANGAN DAN SOLUSI DALAM MEMBANGUN KARAKTER
SISWA DI SEKOLAH DASAR .................................................................................. 56
A. Hambatan dalam Pendidikan Karakter .......................................................... 56
B. Solusi dan Strategi Mengatasi Tantangan ...................................................... 59
C. Peran Teknologi dalam Mendukung Pendidikan Karakter .......................... 63
BAB 8 REKOMENDASI UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER
BERKELANJUTAN .................................................................................................... 67
A. Strategi Jangka Panjang dalam Pendidikan Karakter .................................. 67
B. Rekomendasi Kebijakan untuk Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar .... 70
C. Masa Depan Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Berkualitas ............. 74
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 79
BIODATA PENULIS ................................................................................................... 82
1
BAB 1
KONSEP DASAR KARAKTER
A. Defenisi Karakter
Karakter secara umum dapat dipahami sebagai keseluruhan ciri khas, sifat, dan
nilai yang tercermin dalam sikap, perilaku, serta cara seseorang menjalani kehidupan
sehari-hari (Bakari et al., 2024). Karakter bukan hanya tentang baik atau buruknya sikap
seseorang, tetapi juga mencakup konsistensi dalam pola pikir, kepribadian, serta norma
yang diterapkan. Karakter mencerminkan diri individu, bagaimana ia berinteraksi dengan
orang lain, menyelesaikan masalah, dan menghadapi berbagai situasi. Pada tingkat yang
lebih dalam, karakter dapat dilihat sebagai inti dari kepribadian seseorang, yang terbentuk
melalui kombinasi faktor bawaan dan lingkungan. Inilah yang menyebabkan karakter
bersifat unik pada tiap individu dan membutuhkan pembentukan yang terus-menerus agar
dapat berkembang secara optimal (Ansya et al., 2021).
Pembentukan karakter adalah proses panjang yang tidak terjadi begitu saja,
melainkan melalui serangkaian pengalaman hidup dan pembelajaran. Pendidikan
berperan penting dalam membentuk karakter seseorang sejak dini, termasuk melalui pola
asuh di lingkungan keluarga, sekolah, serta masyarakat. Di sini, peran sekolah menjadi
sangat vital sebagai tempat pembelajaran formal yang terstruktur dan berorientasi pada
pengembangan siswa, baik dari segi akademis maupun aspek non-akademis, seperti moral
dan etika. Pendidikan karakter yang baik harus memperhatikan aspek-aspek psikologis
dan sosiologis dari setiap siswa, termasuk perbedaan dalam budaya, latar belakang sosial,
dan kondisi psikologis mereka. Dengan cara ini, proses pembentukan karakter dapat
dijalankan secara holistik dan seimbang.
Pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan
nilai-nilai moral, etika, serta sikap-sikap positif pada siswa. Dalam konteks sekolah dasar,
pendidikan karakter mencakup upaya untuk menanamkan nilai-nilai seperti disiplin,
tanggung jawab, kejujuran, kerja keras, serta rasa hormat terhadap orang lain. Pendidikan
karakter tidak hanya fokus pada aspek kognitif, tetapi juga melibatkan pengembangan
emosi dan sosial, yang semuanya membentuk kepribadian anak. Pendidikan karakter di
sekolah dasar menjadi dasar penting bagi pembentukan pribadi anak, mengingat masa ini
2
adalah tahap awal mereka mengenal dunia luar selain keluarga. Nilai-nilai yang diajarkan
pada tahap ini akan menjadi landasan bagi perilaku mereka di kemudian hari.
Tujuan dari pendidikan karakter adalah membentuk individu yang tidak hanya
cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral dan etika yang tinggi.
Pendidikan karakter bertujuan untuk menghasilkan siswa yang mampu berpikir kritis,
berempati, serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan masyarakat.
Di sekolah dasar, tujuan ini diterapkan dengan menanamkan nilai-nilai dasar yang kelak
akan menjadi pedoman hidup mereka. Pendidikan karakter juga membantu siswa untuk
memahami peran mereka sebagai bagian dari masyarakat yang lebih besar, mendorong
mereka untuk tidak hanya berfokus pada kepentingan pribadi, tetapi juga peduli terhadap
lingkungan dan kesejahteraan orang lain.
Pentingnya pendidikan karakter tidak hanya terletak pada pengembangan diri
siswa secara pribadi, tetapi juga untuk mencapai tujuan pendidikan berkualitas.
Pendidikan berkualitas melibatkan proses pembelajaran yang mengutamakan
keberhasilan siswa dalam aspek-aspek akademis dan moral. Di sini, pendidikan karakter
menjadi bagian penting untuk menghasilkan siswa yang siap menghadapi tantangan hidup
dengan kemampuan dan sikap yang positif. Dengan kata lain, pendidikan karakter
membantu siswa untuk mempersiapkan diri menghadapi tuntutan kehidupan yang
semakin kompleks di masa mendatang, termasuk dalam lingkungan sosial dan dunia kerja
yang kompetitif.
Pendidikan karakter dalam konteks sekolah dasar juga berfungsi sebagai pondasi
bagi pembentukan kebiasaan positif yang akan mereka bawa hingga dewasa. Di usia ini,
anak-anak masih dalam tahap pembentukan pola pikir dan kebiasaan, sehingga sangat
mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Pendidikan karakter dapat membantu siswa
membentuk kebiasaan-kebiasaan positif yang dilakukan secara konsisten, seperti
menghargai waktu, berdisiplin, serta bersikap adil terhadap teman sebaya. Ketika
kebiasaan-kebiasaan ini tertanam dengan baik, siswa akan cenderung memiliki pola pikir
dan sikap yang lebih terarah dalam kehidupannya, yang pada akhirnya juga akan
berpengaruh positif terhadap lingkungan sekitarnya.
Implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar dapat dilakukan melalui
berbagai pendekatan, seperti pembelajaran langsung di kelas, kegiatan ekstrakurikuler,
serta bimbingan dari guru dan tenaga pendidik. Guru memiliki peran strategis dalam
3
mengajarkan nilai-nilai karakter melalui pengajaran yang bermakna dan menjadi teladan
bagi siswa. Kegiatan ekstrakurikuler, seperti kerja bakti, diskusi kelompok, dan kegiatan
sosial lainnya, juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan nilai-nilai
karakter dalam situasi nyata. Dalam hal ini, sekolah menjadi tempat yang kondusif bagi
siswa untuk belajar, berinteraksi, serta mengalami nilai-nilai moral dalam kehidupan
sehari-hari.
Pendidikan karakter bukan sekadar pelengkap dalam kurikulum pendidikan,
melainkan bagian integral yang sangat penting bagi pembentukan manusia yang utuh.
Melalui pendidikan karakter, siswa tidak hanya dibekali ilmu pengetahuan, tetapi juga
nilai-nilai moral dan etika yang akan menjadi bekal hidup mereka. Karakter yang kuat
memungkinkan siswa untuk tumbuh menjadi individu yang berdaya saing, memiliki
integritas, dan mampu berkontribusi positif dalam masyarakat.
B. Komponen-Komponen Karakter
Komponen karakter adalah unsur-unsur atau nilai dasar yang membentuk
kepribadian seseorang dan mencerminkan moral serta etika yang melekat dalam dirinya.
Komponen-komponen ini penting untuk dipahami, terutama dalam konteks pendidikan
karakter, agar dapat diterapkan secara efektif dalam pembelajaran. Komponen karakter
mencakup beberapa elemen utama seperti kejujuran, tanggung jawab, rasa hormat,
empati, kedisiplinan, dan kerja sama (L. Sari & Firman, 2019). Setiap komponen ini
saling berkaitan dan berkontribusi dalam membentuk individu yang berkarakter kuat dan
memiliki prinsip hidup yang baik. Di lingkungan sekolah, khususnya di tingkat sekolah
dasar, penting untuk mengajarkan dan menanamkan setiap komponen karakter secara
seimbang agar anak-anak tumbuh dengan nilai-nilai yang solid dan terpandu.
Komponen pertama yang penting dalam karakter adalah kejujuran. Kejujuran
adalah sikap untuk selalu berkata dan berbuat berdasarkan kebenaran, tanpa
menyembunyikan fakta yang sebenarnya. Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan untuk
mengutamakan kejujuran dalam segala hal, baik dalam berbicara kepada guru maupun
dalam menyelesaikan tugas. Kejujuran menjadi pondasi penting dalam pembentukan
kepribadian, karena nilai ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku siswa ketika mereka
berhadapan dengan situasi yang membutuhkan integritas. Dengan menjadi jujur, siswa
belajar untuk menghargai kebenaran dan membangun kepercayaan dengan orang lain,
baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.
4
Tanggung jawab adalah komponen karakter berikutnya yang esensial. Tanggung
jawab berarti mampu mempertanggungjawabkan tindakan dan keputusan yang diambil,
serta bersedia menerima konsekuensi dari tindakan tersebut. Mengajarkan tanggung
jawab kepada siswa sekolah dasar melibatkan berbagai cara, misalnya dengan
memberikan tugas harian yang harus diselesaikan dengan baik atau meminta mereka
merawat lingkungan kelas. Dengan memiliki rasa tanggung jawab, siswa belajar untuk
mandiri dan menyadari bahwa setiap tindakan yang mereka lakukan memiliki dampak,
baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Tanggung jawab ini juga membantu siswa
untuk mengembangkan kedewasaan dalam berpikir dan bertindak.
Komponen karakter yang tidak kalah penting adalah rasa hormat. Rasa hormat
mengajarkan siswa untuk menghargai perbedaan, menghormati pendapat orang lain, serta
memperlakukan orang lain dengan sopan. Di lingkungan sekolah dasar, rasa hormat dapat
diajarkan melalui interaksi dengan guru, teman, dan seluruh staf sekolah. Menghormati
orang lain bukan hanya tentang kesopanan, tetapi juga tentang memahami bahwa setiap
individu memiliki nilai dan hak yang setara. Dengan menanamkan rasa hormat, siswa
akan terbiasa untuk melihat dan memperlakukan orang lain dengan empati dan perhatian,
yang merupakan dasar dari hubungan sosial yang sehat dan harmonis.
Empati adalah komponen karakter yang memungkinkan siswa untuk merasakan
dan memahami perasaan orang lain. Empati membantu siswa untuk belajar memahami
situasi dari sudut pandang orang lain, yang penting dalam membangun hubungan yang
saling menghargai. Di tingkat sekolah dasar, empati bisa diajarkan melalui cerita-cerita
yang menggambarkan berbagai situasi hidup atau dengan memberikan kesempatan pada
siswa untuk membantu teman yang membutuhkan. Empati adalah dasar dari sikap peduli,
dan dengan mengembangkannya sejak dini, siswa akan lebih mudah beradaptasi dan
bersikap baik terhadap orang lain, bahkan dalam lingkungan yang berbeda.
Kedisiplinan adalah elemen penting dalam pembentukan karakter, yang
membantu siswa untuk berpegang pada aturan dan mengatur dirinya sendiri dengan baik.
Kedisiplinan di sekolah dasar dapat dilatih melalui rutinitas harian, seperti datang tepat
waktu, mengerjakan tugas dengan teliti, dan menaati peraturan kelas. Kedisiplinan ini
berfungsi sebagai panduan yang membantu siswa untuk memahami pentingnya
menghormati waktu, keteraturan, dan usaha dalam mencapai tujuan mereka. Selain itu,
5
dengan bersikap disiplin, siswa akan tumbuh menjadi individu yang berkomitmen dan
konsisten, yang merupakan kunci dalam mencapai kesuksesan di masa depan.
Kerja sama juga merupakan komponen penting dalam pendidikan karakter. Kerja
sama mengajarkan siswa untuk berkolaborasi dengan orang lain dalam mencapai tujuan
bersama. Dalam proses belajar di sekolah dasar, kerja sama dapat dipraktikkan melalui
kegiatan kelompok atau proyek bersama yang melibatkan seluruh siswa. Dengan melatih
kerja sama, siswa belajar untuk menghargai pendapat orang lain, berbagi peran, dan
bekerja dengan harmonis. Kerja sama juga membantu siswa memahami bahwa
keberhasilan tidak selalu harus dicapai secara individu, tetapi bisa diraih melalui
kontribusi kolektif. Nilai ini sangat penting dalam membangun kemampuan sosial dan
keterampilan komunikasi yang baik.
Selain komponen-komponen tersebut, ada juga sikap peduli yang menjadi bagian
dari pendidikan karakter. Sikap peduli mengajarkan siswa untuk memperhatikan keadaan
di sekitarnya, termasuk terhadap lingkungan dan kesejahteraan orang lain. Siswa di
sekolah dasar dapat belajar tentang kepedulian dengan cara menjaga kebersihan
lingkungan sekolah, membantu teman yang kesulitan, atau mengikuti kegiatan sosial
yang diadakan sekolah. Dengan memiliki sikap peduli, siswa akan tumbuh menjadi
individu yang peka terhadap kebutuhan orang lain dan memiliki kesadaran untuk
berkontribusi positif bagi masyarakat.
Komponen-komponen karakter ini adalah nilai-nilai yang saling mendukung
dalam membentuk kepribadian siswa yang utuh dan seimbang. Pendidikan karakter yang
menekankan pada komponen-komponen seperti kejujuran, tanggung jawab, rasa hormat,
empati, kedisiplinan, kerja sama, dan sikap peduli akan membantu siswa sekolah dasar
untuk tumbuh menjadi individu yang berintegritas dan siap menghadapi tantangan
kehidupan. Dengan menerapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, siswa tidak
hanya memperoleh pendidikan yang berkualitas, tetapi juga nilai-nilai moral yang akan
mereka bawa sepanjang hidup mereka.
C. Tujuan Pembentukan Karakter
Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk individu yang memiliki kualitas
moral dan etika yang baik, sehingga mampu menjalani kehidupan dengan penuh
integritas. Dalam konteks pendidikan dasar, tujuan ini diwujudkan melalui berbagai
upaya untuk menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati.
6
Pendidikan karakter bertujuan untuk memastikan bahwa siswa tidak hanya tumbuh
sebagai individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki landasan moral yang
kuat (Ansya, 2023). Dengan karakter yang baik, siswa diharapkan mampu membuat
keputusan yang tepat dan bertanggung jawab dalam kehidupannya di masa depan.
Salah satu tujuan utama pendidikan karakter adalah membangun kesadaran moral
pada siswa. Kesadaran moral berarti siswa mampu membedakan mana yang benar dan
salah berdasarkan nilai-nilai yang telah mereka pelajari. Pendidikan karakter membantu
siswa memahami pentingnya moralitas dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah. Dengan memiliki kesadaran moral, siswa akan lebih
mudah memahami dampak dari setiap tindakan yang mereka lakukan, serta memiliki
batasan yang jelas dalam bertindak. Ini adalah fondasi penting bagi mereka untuk
berkembang menjadi individu yang memiliki prinsip yang kokoh dan berpegang pada
nilai-nilai etika (Ansya, Alfianita, & Syahkira, 2024).
Tujuan lain dari pendidikan karakter adalah untuk membentuk siswa yang mandiri
dan bertanggung jawab. Kemandirian adalah kemampuan untuk mengelola diri sendiri,
mulai dari menyelesaikan tugas hingga membuat keputusan tanpa harus selalu bergantung
pada orang lain. Di sekolah dasar, pendidikan karakter yang mendorong kemandirian
membantu siswa belajar menghadapi tantangan secara langsung dan menemukan solusi
atas masalah yang dihadapi. Dengan sikap tanggung jawab, siswa juga belajar memahami
konsekuensi dari setiap tindakan yang diambil, sehingga mereka dapat berpikir lebih
matang sebelum bertindak. Tanggung jawab dan kemandirian adalah komponen penting
dalam mempersiapkan siswa untuk menjadi individu dewasa yang dapat berkontribusi
dalam masyarakat.
Pendidikan karakter juga bertujuan untuk mengembangkan empati dan kepedulian
sosial pada siswa. Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang
dirasakan orang lain, sementara kepedulian sosial mencakup kepekaan terhadap
lingkungan dan kondisi masyarakat di sekitar. Melalui pendidikan karakter, siswa
didorong untuk memiliki kepekaan terhadap orang lain dan lingkungan sekitar mereka,
sehingga mereka mampu menjadi individu yang peduli dan penuh perhatian. Sikap empati
dan kepedulian sosial sangat penting dalam membangun masyarakat yang harmonis, dan
pendidikan karakter berperan dalam menanamkan sikap ini sejak dini, yang kelak akan
menjadi kebiasaan dalam hidup mereka.
7
Tujuan pendidikan karakter berikutnya adalah membentuk siswa yang disiplin dan
memiliki etos kerja yang kuat. Disiplin adalah kemampuan untuk mematuhi aturan dan
mengelola diri secara konsisten dalam menjalani rutinitas, sedangkan etos kerja
mencakup sikap gigih dan semangat dalam menyelesaikan setiap tugas. Pendidikan
karakter mengajarkan nilai kedisiplinan dan etos kerja melalui rutinitas harian serta tugas-
tugas yang diberikan di sekolah. Dengan memiliki sikap disiplin dan etos kerja, siswa
akan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan, baik dalam kehidupan pribadi
maupun profesional. Hal ini juga akan membantu mereka untuk tetap fokus dan
bertanggung jawab atas tugas-tugas yang mereka emban.
Selain itu, pendidikan karakter bertujuan untuk menumbuhkan rasa hormat dan
toleransi terhadap perbedaan. Di lingkungan sekolah dasar, siswa berinteraksi dengan
teman-teman dari latar belakang, budaya, dan keyakinan yang berbeda. Pendidikan
karakter yang menekankan rasa hormat dan toleransi membantu siswa untuk menerima
perbedaan dan menjunjung tinggi keragaman yang ada di sekitar mereka. Dengan
memiliki rasa hormat dan toleransi, siswa akan lebih mudah bergaul dan bekerja sama
dengan siapa pun tanpa memandang latar belakang. Sikap ini sangat penting untuk
membangun hubungan sosial yang sehat dan untuk menciptakan lingkungan yang inklusif
di masyarakat.
Pendidikan karakter juga memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan bertindak bijaksana. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk
menganalisis informasi secara objektif dan membuat keputusan berdasarkan
pertimbangan yang matang. Dalam pendidikan karakter, siswa didorong untuk
mempertanyakan, memahami, dan mengevaluasi berbagai situasi dengan sikap yang
bijaksana. Kemampuan ini penting agar siswa tidak mudah terbawa arus atau terpengaruh
oleh tekanan negatif. Dengan mengajarkan berpikir kritis, pendidikan karakter membantu
siswa untuk menjadi individu yang mampu mengambil keputusan yang tepat dan
bertindak secara bijaksana dalam menghadapi berbagai situasi.
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk menyiapkan siswa agar menjadi warga
negara yang bertanggung jawab dan berkontribusi positif pada masyarakat. Sebagai
bagian dari generasi penerus, siswa diharapkan memiliki kesadaran akan perannya dalam
membangun bangsa. Pendidikan karakter yang baik membantu siswa memahami nilai-
nilai kebangsaan, seperti cinta tanah air, kepedulian sosial, dan gotong royong. Dengan
8
menanamkan nilai-nilai ini, siswa dapat tumbuh menjadi individu yang bukan hanya
berfokus pada kepentingan pribadi, tetapi juga peduli pada kepentingan bersama. Sikap
ini penting untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan berkontribusi dalam
memajukan negara.
Dengan demikian, tujuan pendidikan karakter adalah untuk menghasilkan
individu yang tidak hanya cerdas dan berpengetahuan, tetapi juga memiliki kepribadian
yang baik dan kemampuan untuk berinteraksi secara positif dalam masyarakat. Setiap
komponen dalam pendidikan karakter membantu siswa mengembangkan keterampilan
sosial, nilai moral, dan sikap positif yang akan membimbing mereka sepanjang hidup.
Melalui pendidikan karakter yang diterapkan dengan konsisten dan komprehensif, siswa
dapat tumbuh menjadi individu yang siap menghadapi tantangan kehidupan dan
berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih baik.
D. Faktor Pembentukan Karakter
Pembentukan karakter seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
berkaitan dan berperan besar dalam membentuk pola pikir, sikap, serta perilaku individu.
Karakter bukanlah sesuatu yang muncul secara instan, melainkan hasil dari interaksi yang
berlangsung terus-menerus antara individu dengan lingkungan sekitarnya, baik
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun pengalaman hidup sehari-hari
(Marampa, 2021). Proses pembentukan karakter sangat penting dilakukan sejak dini agar
nilai-nilai positif dapat terinternalisasi dengan baik dan menjadi dasar kuat dalam
menjalani kehidupan.
Pada dasarnya, karakter seseorang dapat dibentuk melalui berbagai faktor yang
memainkan peran berbeda dalam proses perkembangannya. Faktor-faktor ini tidak hanya
berfungsi secara individual tetapi juga saling mendukung dalam membentuk karakter
yang baik (Santika Virdi et al., 2023). Berikut ini adalah beberapa faktor utama yang
memengaruhi pembentukan karakter anak, yang dapat kita temui dalam lingkungan
terdekatnya maupun dari pengaruh eksternal yang mereka alami setiap hari.
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah faktor utama dan pertama dalam pembentukan karakter
seseorang. Dalam keluarga, anak-anak belajar tentang nilai-nilai dasar, seperti
kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab, melalui teladan yang diberikan oleh orang
tua dan anggota keluarga lainnya. Lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang,
9
dukungan, dan disiplin akan membentuk karakter anak yang baik dan seimbang.
Sebaliknya, keluarga yang kurang memberikan perhatian atau menunjukkan perilaku
yang kurang baik bisa mempengaruhi pembentukan karakter anak secara negatif. Oleh
karena itu, pola asuh dan interaksi dalam keluarga memainkan peran yang sangat
penting dalam perkembangan karakter anak.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah tempat anak-anak menghabiskan banyak waktu dan menjadi
lingkungan sosial yang berpengaruh besar dalam pembentukan karakter. Guru, teman
sebaya, dan aturan sekolah memberikan berbagai nilai yang melengkapi pendidikan
karakter dari rumah. Melalui pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler, siswa belajar
berbagai nilai seperti kerjasama, kedisiplinan, dan rasa hormat terhadap orang lain. Guru
sebagai teladan dan panutan juga memiliki peran besar dalam memperkuat karakter
siswa, dengan memberikan contoh perilaku yang positif serta mendukung
pengembangan sikap baik melalui interaksi sehari-hari.
3. Lingkungan Sosial dan Masyarakat
Lingkungan sosial dan masyarakat tempat anak tinggal turut berkontribusi dalam
membentuk karakter anak. Di masyarakat, anak berinteraksi dengan orang-orang dari
berbagai latar belakang dan belajar beradaptasi dengan norma-norma sosial yang
berlaku. Nilai-nilai seperti kepedulian sosial, gotong royong, dan toleransi biasanya lebih
banyak dipelajari dari interaksi dalam komunitas atau kelompok sosial di sekitar tempat
tinggal. Semakin kuat nilai positif yang ditanamkan dalam masyarakat, semakin besar
kemungkinan anak tumbuh dengan karakter yang positif. Sebaliknya, lingkungan sosial
yang kurang mendukung atau memiliki perilaku yang negatif bisa memberikan pengaruh
buruk pada perkembangan karakter anak.
4. Budaya
Budaya yang dianut dalam keluarga dan lingkungan sosial juga berperan besar
dalam membentuk karakter individu. Setiap budaya memiliki nilai dan norma tertentu
yang diajarkan sejak dini kepada anak-anak. Misalnya, budaya menghormati orang tua,
menghargai waktu, atau menjaga kehormatan diri dan keluarga. Budaya mengarahkan
cara berpikir, berperilaku, dan merespons situasi tertentu. Anak-anak yang tumbuh
dalam budaya tertentu cenderung membawa nilai-nilai tersebut sepanjang hidup mereka.
Di sekolah atau lingkungan sosial lainnya, mereka juga akan menunjukkan sikap yang
10
sesuai dengan norma-norma budaya yang dianut, sehingga budaya menjadi faktor
penting dalam pembentukan karakter.
5. Agama atau Kepercayaan
Agama atau kepercayaan yang dianut oleh keluarga dan individu merupakan salah
satu faktor fundamental dalam pembentukan karakter. Agama mengajarkan prinsip-
prinsip moral, etika, dan spiritual yang menjadi panduan dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui agama, anak-anak diajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, kasih sayang, toleransi,
dan rasa syukur. Pelajaran agama yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari memberi
dasar yang kuat dalam pembentukan karakter positif pada anak-anak. Dengan memahami
nilai-nilai keagamaan, individu akan lebih mudah menanamkan sikap baik dan
berperilaku sesuai dengan norma moral yang tinggi.
6. Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi, termasuk kegagalan, kesuksesan, dan tantangan hidup, juga
memiliki dampak yang signifikan terhadap pembentukan karakter seseorang. Setiap
pengalaman yang dialami anak, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sosial
lainnya, membentuk cara pandang dan sikap mereka dalam menghadapi kehidupan.
Pengalaman yang positif akan membangun rasa percaya diri, kemandirian, dan
optimisme. Sebaliknya, pengalaman negatif atau menghadapi kesulitan hidup
mengajarkan mereka tentang kesabaran, ketangguhan, dan kemampuan untuk bangkit
kembali. Pengalaman-pengalaman ini membentuk kepribadian anak secara bertahap dan
membuat mereka lebih tangguh dalam menghadapi berbagai situasi di masa depan.
7. Media dan Teknologi
Di era digital ini, media dan teknologi berperan besar dalam memengaruhi
karakter anak. Anak-anak yang terpapar berbagai jenis informasi dari media, seperti
televisi, internet, atau media sosial, akan mudah terpengaruh oleh konten yang mereka
konsumsi. Konten yang positif dapat membentuk sikap yang baik, seperti empati dan
kepedulian, sementara konten negatif dapat menimbulkan pengaruh yang kurang baik.
Oleh karena itu, peran orang tua dan sekolah sangat penting dalam mengarahkan anak-
anak untuk menggunakan media secara bijak dan selektif agar mereka dapat memperoleh
manfaat positif dari teknologi tanpa mengorbankan nilai-nilai karakter yang baik.
8. Pengaruh Teman Sebaya
11
Teman sebaya adalah faktor penting lainnya dalam pembentukan karakter,
terutama di usia sekolah. Anak-anak cenderung meniru perilaku teman-temannya, karena
mereka ingin merasa diterima dan diakui dalam kelompok. Jika anak berada dalam
kelompok teman sebaya yang berperilaku positif, maka ia akan cenderung mengikuti
perilaku baik tersebut. Namun, jika berada dalam lingkungan yang negatif, pengaruh
tersebut bisa mengarah pada perilaku yang kurang baik. Oleh karena itu, penting bagi
anak untuk memiliki teman-teman yang mendukung dan memiliki karakter positif.
Lingkungan teman sebaya yang sehat akan mendorong anak untuk bertindak baik dan
memperkuat nilai-nilai karakter yang sudah diajarkan oleh keluarga dan sekolah.
E. Urgensi Pembentukan Karakter
Pembentukan karakter sejak dini menjadi hal yang sangat penting dalam upaya
membangun masyarakat yang berkualitas. Karakter yang baik bukan hanya
mencerminkan kepribadian individu, tetapi juga menentukan sikap dan perilaku mereka
dalam kehidupan sehari-hari (Wulandari et al., 2015). Karakter yang kokoh dapat menjadi
dasar bagi anak-anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara positif dan
konstruktif. Mengingat pesatnya perkembangan zaman dan tantangan global yang
semakin kompleks, pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini agar individu
tumbuh dengan nilai-nilai moral yang kuat. Karakter yang baik akan membantu mereka
dalam membuat keputusan yang bijaksana, menjalani hidup dengan integritas, serta
berkontribusi bagi masyarakat.
Urgensi pembentukan karakter juga terkait dengan kemampuan individu untuk
menghadapi berbagai tantangan hidup. Dengan karakter yang baik, individu akan lebih
tahan terhadap tekanan, mampu mengelola emosi, serta memiliki ketangguhan mental
yang kuat (Y. Sari et al., 2023). Di era modern ini, banyak anak-anak dan remaja
dihadapkan pada situasi yang menuntut mereka untuk bersikap bijaksana dan mandiri.
Karakter yang kuat membantu mereka untuk tidak mudah terbawa arus negatif, seperti
pergaulan yang tidak sehat atau perilaku yang merugikan. Dengan demikian,
pembentukan karakter merupakan bekal yang sangat penting bagi individu agar mampu
menghadapi berbagai tantangan hidup dengan lebih matang dan bertanggung jawab.
Pembentukan karakter juga memainkan peran penting dalam pendidikan.
Pendidikan bukan hanya tentang aspek kognitif atau akademik, tetapi juga meliputi
pengembangan aspek afektif dan moral. Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan
12
utama memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa.
Pendidikan karakter di sekolah mendukung siswa untuk berkembang secara menyeluruh,
baik dalam hal pengetahuan maupun sikap dan perilaku. Dengan memperkuat pendidikan
karakter, siswa tidak hanya belajar untuk menjadi individu yang pintar, tetapi juga
individu yang peduli, jujur, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan karakter
yang baik akan menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas tetapi juga memiliki moral
dan etika yang kuat.
Di dalam keluarga, pembentukan karakter juga memiliki urgensi yang sangat
tinggi. Keluarga adalah tempat pertama anak-anak belajar tentang nilai-nilai kehidupan.
Orang tua sebagai teladan utama dalam keluarga harus memberikan contoh sikap dan
perilaku yang baik kepada anak-anak mereka. Lingkungan keluarga yang positif dan
penuh kasih sayang akan mendorong anak untuk mengembangkan karakter yang positif
pula. Sebaliknya, jika pembentukan karakter tidak dilakukan dengan baik di lingkungan
keluarga, anak mungkin akan kesulitan mengembangkan nilai-nilai moral yang kuat. Oleh
sebab itu, orang tua perlu terlibat aktif dalam pembentukan karakter anak, terutama pada
usia-usia awal ketika karakter anak mulai terbentuk.
Pembentukan karakter juga memiliki urgensi dalam membentuk generasi penerus
yang berkualitas dan berkontribusi pada pembangunan bangsa. Setiap negara
membutuhkan generasi muda yang tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga
memiliki integritas, kedisiplinan, dan kepedulian sosial yang tinggi. Karakter yang kuat
dan positif memungkinkan generasi muda untuk bekerja sama, menghargai perbedaan,
serta berpikir kritis dan solutif dalam menghadapi masalah. Tanpa pembentukan karakter
yang baik, sulit bagi bangsa untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan beradab.
Oleh karena itu, pembentukan karakter perlu dianggap sebagai investasi jangka panjang
dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas.
Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat menambah urgensi
pembentukan karakter. Di era digital, individu, terutama anak-anak dan remaja, memiliki
akses yang sangat luas terhadap berbagai jenis informasi. Sementara teknologi dapat
memberikan dampak positif, informasi yang kurang sesuai atau pergaulan di media sosial
bisa mempengaruhi karakter mereka. Pembentukan karakter yang kuat akan membantu
anak-anak memilah informasi yang positif dan menghindari pengaruh buruk dari konten
13
negatif di media digital. Karakter yang baik akan berperan sebagai tameng yang menjaga
mereka agar tetap memiliki sikap bijaksana dalam memanfaatkan teknologi.
Pembentukan karakter juga berperan penting dalam hubungan sosial dan interaksi
dengan orang lain. Dengan karakter yang baik, individu akan lebih mudah menjalin
hubungan sosial yang harmonis dan sehat. Nilai-nilai seperti empati, kepedulian, dan
kejujuran akan membantu individu untuk dapat berinteraksi dengan penuh pengertian dan
saling menghormati. Hubungan sosial yang baik sangat penting bagi kehidupan
bermasyarakat, karena setiap orang akan saling mendukung dan berkontribusi untuk
kesejahteraan bersama. Dengan menanamkan karakter yang baik sejak dini, individu akan
memiliki kemampuan untuk membangun hubungan sosial yang positif dan menjadi
anggota masyarakat yang konstruktif.
Pembentukan karakter adalah pondasi utama bagi individu untuk mencapai
kehidupan yang bermakna dan sukses. Karakter yang baik bukan hanya penting untuk
kesejahteraan pribadi, tetapi juga bagi kebaikan masyarakat secara luas. Individu yang
memiliki karakter kuat akan lebih mudah meraih kesuksesan dan kebahagiaan karena
mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan, memiliki sikap positif dalam menghadapi
tantangan, serta berkontribusi positif di tengah masyarakat. Dengan begitu, pembentukan
karakter sejak usia dini harus menjadi prioritas bagi setiap keluarga, sekolah, dan
masyarakat agar tercipta generasi yang tangguh, berintegritas, dan siap menghadapi masa
depan.
14
BAB 2
KETERKAITAN PEMBENTUKAN
KARAKTER DENGAN PENDIDIKAN BERKUALITAS
A. Tujuan Pendidikan Berkualitas
Tujuan SDG 4 atau Sustainable Development Goal 4 (Pendidikan Berkualitas)
merupakan salah satu dari 17 tujuan global yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) dalam upaya mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan. SDG 4 bertujuan
untuk memastikan pendidikan yang inklusif, merata, dan berkualitas bagi semua, serta
mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat (Safitri et al., 2022). Pendidikan
yang berkualitas diyakini sebagai fondasi bagi pembangunan sosial, ekonomi, dan
lingkungan yang berkelanjutan. Melalui pendidikan yang baik, individu dapat
mengembangkan potensi mereka sepenuhnya, serta berkontribusi pada kesejahteraan
masyarakat dan pengembangan negara. SDG 4 ingin memastikan bahwa setiap anak,
tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi, memiliki akses terhadap
pendidikan yang layak.
Salah satu tujuan penting dari SDG 4 adalah memastikan bahwa semua anak
menerima pendidikan dasar dan menengah yang gratis, inklusif, dan berkualitas. Ini
berarti, setiap anak berhak mendapatkan akses ke sekolah dasar dan menengah tanpa
terbatas pada kondisi ekonomi atau tempat tinggal mereka (David Wijaya, 2019).
Pendidikan dasar dan menengah merupakan fondasi awal untuk membentuk keterampilan
dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung, serta kemampuan berpikir kritis. Tujuan
ini penting untuk memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak, sehingga mereka
memiliki bekal yang memadai untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
atau memasuki dunia kerja.
Selain pendidikan dasar dan menengah, SDG 4 juga menargetkan adanya akses
yang setara terhadap pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi meliputi perguruan tinggi,
pendidikan vokasi, dan pelatihan teknis, yang membantu individu mengembangkan
keterampilan khusus yang relevan dengan kebutuhan industri. Pendidikan tinggi yang
berkualitas memberikan kesempatan bagi individu untuk meningkatkan kemampuan
mereka, sehingga lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja dan mampu berinovasi.
Dengan akses pendidikan tinggi yang inklusif, SDG 4 berupaya memutus siklus
15
kemiskinan, meningkatkan mobilitas sosial, serta membuka peluang lebih besar bagi
individu untuk mencapai potensi optimalnya.
SDG 4 juga menekankan pentingnya pendidikan keterampilan dan pelatihan
vokasional untuk pemuda dan orang dewasa. Dalam dunia yang terus berkembang,
dibutuhkan keterampilan khusus yang dapat membantu seseorang dalam beradaptasi
dengan perubahan teknologi dan tuntutan pekerjaan. Pendidikan keterampilan ini tidak
hanya berfokus pada pengembangan kemampuan teknis, tetapi juga pada keterampilan
sosial, seperti komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Pelatihan vokasional
menjadi salah satu solusi untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan daya saing
angkatan kerja. Melalui keterampilan ini, SDG 4 bertujuan untuk meningkatkan
kesempatan kerja yang layak dan mendukung perkembangan ekonomi yang inklusif.
Inklusi adalah nilai utama dalam SDG 4, yang menekankan bahwa pendidikan
harus dapat diakses oleh semua orang, termasuk kelompok rentan seperti penyandang
disabilitas, anak-anak dari keluarga kurang mampu, dan anak-anak di daerah terpencil.
Pendidikan inklusif bertujuan untuk menghilangkan hambatan dalam memperoleh
pendidikan yang berkualitas, sehingga setiap anak dapat belajar bersama tanpa
diskriminasi. Dengan mengutamakan inklusi, SDG 4 mengharapkan semua individu,
terlepas dari kondisi fisik, sosial, atau ekonomi mereka, memiliki kesempatan yang sama
dalam mengakses pendidikan yang berkualitas.
SDG 4 juga mendorong peningkatan kualitas tenaga pendidik, termasuk guru,
dosen, dan pelatih. Tenaga pendidik yang berkualitas memainkan peran penting dalam
menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menarik, dan relevan. SDG 4 mengakui
bahwa kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa dukungan dari pendidik yang
kompeten dan berdedikasi. Untuk itu, peningkatan pelatihan, fasilitas, dan kesejahteraan
guru menjadi salah satu prioritas dalam mencapai SDG 4. Guru yang terlatih dan memiliki
pemahaman mendalam tentang kurikulum akan lebih mampu menginspirasi siswa,
membantu mereka mengembangkan keterampilan kritis, dan memotivasi mereka untuk
mencapai hasil belajar yang optimal.
Tujuan lainnya adalah menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif.
SDG 4 menyadari bahwa anak-anak membutuhkan tempat belajar yang aman dari
kekerasan, pelecehan, dan diskriminasi. Dengan lingkungan belajar yang aman, siswa
dapat belajar dengan tenang dan fokus. Selain itu, fasilitas yang memadai seperti sanitasi,
16
akses air bersih, dan ruang kelas yang layak juga menjadi perhatian penting dalam
menciptakan pengalaman belajar yang positif. SDG 4 ingin memastikan bahwa setiap
anak dapat belajar di lingkungan yang mendukung perkembangan mental, emosional, dan
fisik mereka secara sehat.
SDG 4 bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pendidikan
yang berkelanjutan. Pendidikan berkualitas bukan hanya sekadar menyiapkan individu
untuk dunia kerja, tetapi juga membentuk mereka menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, berpikiran kritis, dan berkomitmen pada kemajuan bersama. Dengan
memastikan pendidikan yang berkualitas, dunia dapat menciptakan masyarakat yang
lebih adil, mengurangi kemiskinan, memperbaiki kesehatan, serta mendukung tujuan-
tujuan lain dalam SDGs. SDG 4 mengakui bahwa pendidikan berkualitas adalah kunci
utama dalam mencapai dunia yang lebih baik dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
B. Peran Pendidikan Karakter dalam Pencapaian Pendidikan Berkualitas
Pendidikan karakter memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian Tujuan
SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), yang berfokus pada memastikan pendidikan yang
inklusif, merata, dan berkualitas bagi semua. Pendidikan berkualitas tidak hanya mengacu
pada aspek akademik atau pengetahuan kognitif, tetapi juga mencakup pembentukan
karakter dan moral siswa (Alinata et al., 2024). Karakter yang baik memberikan dasar
yang kuat bagi siswa untuk mengembangkan sikap positif dalam belajar, membangun
hubungan yang sehat dengan orang lain, serta menjaga sikap bertanggung jawab dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan karakter menjadi komponen penting
dalam upaya mencapai SDG 4.
Salah satu peran utama pendidikan karakter dalam pencapaian SDG 4 adalah
mendorong terciptanya lingkungan belajar yang inklusif dan kondusif. Pendidikan
karakter menanamkan nilai-nilai seperti toleransi, empati, dan rasa hormat terhadap
perbedaan, yang sangat penting dalam menciptakan suasana belajar yang menerima
semua orang. Ketika siswa diajarkan untuk saling menghargai, mereka lebih mampu
berinteraksi secara positif dan mengatasi konflik yang mungkin muncul di lingkungan
sekolah. Hal ini mendukung terciptanya iklim belajar yang aman dan terbuka bagi siswa
dari berbagai latar belakang, tanpa adanya diskriminasi atau perilaku yang merugikan.
Pendidikan karakter juga mendorong sikap kedisiplinan dan tanggung jawab, yang
merupakan kualitas penting dalam menjalani proses belajar. Dalam mencapai pendidikan
17
berkualitas, siswa perlu memiliki komitmen untuk belajar secara teratur, mengikuti
aturan, dan bertanggung jawab atas perkembangan diri mereka. Pendidikan karakter
membantu menanamkan sikap disiplin dan kemandirian, sehingga siswa memiliki
dorongan untuk terus berkembang dan berprestasi. Dengan adanya sikap disiplin dan
tanggung jawab yang tinggi, siswa akan mampu memanfaatkan kesempatan belajar yang
diberikan dengan sebaik-baiknya, sehingga mendukung tujuan SDG 4 untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
Karakter yang kuat juga membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan kreatif, yang penting untuk menghadapi tantangan global. SDG 4 tidak
hanya menargetkan peningkatan akses terhadap pendidikan, tetapi juga peningkatan
kualitas pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan masa depan.
Pendidikan karakter mendukung pengembangan pola pikir terbuka, kritis, dan inovatif
yang mendorong siswa untuk berpikir lebih luas. Sikap seperti rasa ingin tahu,
kemampuan untuk menganalisis masalah, dan keterampilan dalam mencari solusi adalah
bagian dari karakter yang dibangun sejak dini, sehingga membantu siswa untuk siap
menghadapi dunia yang dinamis dan terus berubah.
Selain itu, pendidikan karakter juga mendukung terbentuknya sikap peduli dan
tanggung jawab sosial di kalangan siswa. Salah satu tujuan dari SDG 4 adalah
mempersiapkan generasi yang tidak hanya terampil dan cerdas, tetapi juga peduli
terhadap masyarakat dan lingkungannya. Dengan menanamkan nilai-nilai kepedulian
sosial, siswa akan belajar tentang pentingnya berbagi, membantu sesama, dan
berkontribusi positif dalam kehidupan sosial. Pendidikan karakter membangun kesadaran
akan tanggung jawab sosial, sehingga siswa mampu berperan aktif dalam komunitas
mereka dan berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang lebih baik.
Pendidikan karakter juga memperkuat pemahaman siswa tentang pentingnya etika
dan integritas dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan berkualitas harus mencakup nilai-
nilai moral yang membantu siswa membedakan antara hal yang benar dan salah, serta
bertindak berdasarkan prinsip-prinsip etika. Dengan memahami etika dan pentingnya
kejujuran, siswa lebih siap untuk menjadi individu yang dapat diandalkan di masa depan.
Pendidikan karakter memberikan panduan moral bagi siswa, sehingga mereka mampu
menghadapi situasi-situasi yang kompleks dengan sikap yang jujur dan bertanggung
jawab, mendukung terciptanya masyarakat yang berintegritas.
18
Dalam mendukung SDG 4, pendidikan karakter juga menyiapkan siswa untuk
memiliki daya tahan emosional dan mental yang baik. Pendidikan berkualitas bukan
hanya tentang kecerdasan akademik, tetapi juga kesiapan mental untuk menghadapi
tantangan dan perubahan. Pendidikan karakter menanamkan nilai-nilai seperti kesabaran,
ketangguhan, dan kemampuan untuk bangkit setelah kegagalan, yang penting dalam
kehidupan dan karier. Dengan daya tahan mental yang baik, siswa lebih siap menghadapi
dinamika kehidupan dan tidak mudah menyerah, sehingga lebih mampu mencapai potensi
penuh mereka.
Pendidikan karakter memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung
pencapaian SDG 4 dengan membentuk individu yang berkarakter baik, disiplin, dan
bertanggung jawab. Karakter yang kuat memperkaya pendidikan dengan nilai-nilai moral
yang membantu siswa menjadi individu yang utuh dan siap untuk berkontribusi dalam
pembangunan masyarakat. Dengan pendidikan karakter yang efektif, SDG 4 tidak hanya
akan memastikan akses pendidikan berkualitas, tetapi juga mencetak generasi yang
bermoral, etis, dan peduli terhadap kesejahteraan global. Peran pendidikan karakter dalam
pencapaian SDG 4 ini menjadi bagian esensial dalam membangun masyarakat yang lebih
adil, inklusif, dan berkelanjutan.
C. Dampak Pendidikan Karakter terhadap Kualitas Pendidikan
Pendidikan karakter memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas
pendidikan, karena tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan, tetapi juga
membentuk sikap, nilai, dan etika yang mereka perlukan untuk menjadi individu yang
utuh. Pendidikan yang hanya menitikberatkan pada aspek akademik tidak cukup untuk
menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan kehidupan (Pare & Sihotang,
2023). Dengan memasukkan pendidikan karakter, siswa dibekali dengan nilai-nilai moral
dan sosial yang membentuk kepribadian dan perilaku mereka. Dampak dari pendidikan
karakter ini secara langsung berkontribusi pada terciptanya lingkungan pendidikan yang
berkualitas dan kondusif bagi perkembangan pribadi siswa.
Salah satu dampak nyata dari pendidikan karakter adalah terciptanya iklim belajar
yang lebih positif dan kondusif di sekolah. Ketika siswa diajarkan untuk saling
menghargai, memiliki rasa empati, dan menjaga sikap disiplin, mereka akan lebih mampu
bekerja sama, menghormati aturan, dan menunjukkan perilaku yang mendukung proses
pembelajaran. Lingkungan belajar yang baik memungkinkan setiap siswa untuk merasa
19
nyaman dan aman, sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar dan berkembang.
Dengan demikian, pendidikan karakter turut berperan dalam menciptakan suasana yang
kondusif bagi pembelajaran, di mana siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Pendidikan karakter juga membantu meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa
yang memiliki karakter kuat, seperti disiplin, tanggung jawab, dan sikap kerja keras,
cenderung memiliki motivasi internal yang tinggi untuk mencapai prestasi. Mereka
memahami pentingnya belajar bukan hanya untuk nilai, tetapi juga untuk pengembangan
diri dan masa depan mereka. Dengan pendidikan karakter, siswa didorong untuk
menetapkan tujuan yang jelas dan berusaha mencapainya dengan usaha maksimal.
Motivasi belajar yang tinggi ini sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan, karena
siswa yang termotivasi akan lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mencari
cara untuk terus meningkatkan pemahaman mereka.
Pendidikan karakter juga membekali siswa dengan keterampilan sosial dan
emosional yang penting untuk sukses dalam pendidikan dan kehidupan. Keterampilan ini
meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, mengelola emosi, dan berpikir kritis.
Siswa yang memiliki keterampilan sosial dan emosional yang baik akan lebih mudah
beradaptasi dalam lingkungan belajar yang beragam dan mampu mengatasi konflik
dengan cara yang konstruktif. Pendidikan karakter menanamkan keterampilan ini,
sehingga siswa dapat membangun hubungan positif dengan teman sebaya dan guru, serta
lebih mampu mengelola tantangan emosional yang mereka hadapi selama proses belajar.
Selain itu, pendidikan karakter juga meningkatkan daya tahan mental dan
ketangguhan siswa. Ketika siswa diajarkan untuk memiliki sikap pantang menyerah,
kesabaran, dan kepercayaan diri, mereka akan lebih kuat dalam menghadapi tantangan
akademik maupun sosial. Daya tahan mental ini sangat penting bagi siswa, terutama
ketika mereka dihadapkan pada tugas-tugas yang sulit atau hasil belajar yang mungkin
tidak sesuai harapan. Dengan ketangguhan yang baik, siswa tidak mudah menyerah dan
lebih siap untuk bangkit setelah menghadapi kegagalan. Hal ini tidak hanya
meningkatkan kualitas pendidikan mereka, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk
menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan.
Pendidikan karakter juga membantu siswa untuk menjadi individu yang lebih
bertanggung jawab, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan sekitar. Siswa
yang bertanggung jawab akan lebih disiplin dalam mengerjakan tugas, menjaga
20
kebersihan kelas, dan menghormati peraturan sekolah. Tanggung jawab ini menciptakan
suasana belajar yang lebih tertib dan teratur, yang berkontribusi pada peningkatan kualitas
pendidikan di sekolah. Ketika siswa belajar untuk bertanggung jawab, mereka akan lebih
siap untuk mengambil inisiatif dalam pembelajaran dan menjadi pribadi yang mandiri.
Tanggung jawab yang ditanamkan sejak dini ini juga akan membawa dampak positif di
masa depan mereka.
Pendidikan karakter juga berperan dalam membentuk pola pikir positif dan
semangat belajar sepanjang hayat. Karakter yang baik memungkinkan siswa untuk terus
belajar dengan sikap terbuka, menerima masukan, dan siap memperbaiki diri. Pendidikan
karakter mendorong siswa untuk tidak hanya berfokus pada pencapaian nilai akademik,
tetapi juga pada pengembangan diri secara menyeluruh. Dengan pola pikir yang positif
dan sikap pembelajaran berkelanjutan, siswa akan terus belajar dan berkembang
meskipun di luar lingkungan formal sekolah, yang merupakan bagian penting dari
pendidikan berkualitas dan berkelanjutan.
Dampak pendidikan karakter terhadap kualitas pendidikan sangat besar dan tidak
terbatas pada aspek akademik semata. Pendidikan karakter menciptakan siswa yang
berperilaku baik, disiplin, termotivasi, dan tangguh dalam menghadapi berbagai
tantangan. Siswa yang memiliki karakter kuat tidak hanya siap untuk berprestasi secara
akademik tetapi juga mampu berkontribusi positif dalam masyarakat. Dengan pendidikan
karakter yang efektif, kualitas pendidikan akan meningkat secara menyeluruh, karena
siswa didorong untuk menjadi individu yang baik, bertanggung jawab, dan berperan aktif
dalam membangun masa depan yang lebih baik.
21
BAB 3
MODEL DAN PENDEKATAN
PEMBANGUNAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR
A. Model Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menjadi elemen penting dalam sistem pendidikan modern
karena tidak hanya memfokuskan pada peningkatan kecerdasan intelektual, tetapi juga
pembentukan sikap dan perilaku yang positif. Dalam praktiknya, pendidikan karakter
tidak dapat diterapkan dengan metode yang sama di semua sekolah, melainkan harus
disesuaikan dengan kondisi siswa, lingkungan sekolah, dan nilai-nilai lokal yang ingin
ditanamkan (Talino, 2020). Oleh karena itu, diperlukan model pendidikan karakter yang
efektif untuk memastikan nilai-nilai karakter dapat tersampaikan secara optimal kepada
siswa. Model pendidikan karakter yang efektif harus mencakup pendekatan yang holistik,
keterlibatan aktif dari berbagai pihak, serta strategi yang terukur untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
1. Pendekatan Holistik
Pendidikan karakter yang efektif memerlukan pendekatan holistik, yang berarti
membentuk karakter siswa dari berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk aspek sosial,
emosional, dan moral. Pendidikan karakter tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga
mencakup kegiatan ekstrakurikuler dan interaksi sosial sehari-hari. Dengan pendekatan
holistik, pendidikan karakter menyentuh seluruh aspek kehidupan siswa, menjadikannya
lebih mudah diterapkan dan diinternalisasi dalam diri siswa.
2. Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter
Kurikulum yang mencakup pembelajaran karakter di setiap mata pelajaran akan
memberikan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai yang diinginkan. Dalam model
ini, nilai-nilai karakter, seperti disiplin, kerja keras, dan empati, dimasukkan dalam setiap
pelajaran. Dengan cara ini, siswa dapat mempelajari dan memahami pentingnya karakter
dalam berbagai konteks, dan mereka dapat melihat aplikasi nyata dari nilai-nilai ini dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Pembelajaran Berbasis Pengalaman
Pendidikan karakter yang efektif memanfaatkan pembelajaran berbasis
pengalaman, di mana siswa dapat langsung menerapkan nilai-nilai karakter dalam
kehidupan nyata. Misalnya, melalui kegiatan gotong royong, siswa belajar tentang
22
pentingnya kerja sama dan tanggung jawab sosial. Dengan pengalaman langsung, siswa
dapat lebih memahami dampak positif dari penerapan nilai-nilai karakter, sehingga
mereka lebih terdorong untuk mengamalkannya.
4. Peran Guru Sebagai Model Teladan
Guru memiliki peran penting dalam pendidikan karakter, bukan hanya sebagai
pengajar, tetapi juga sebagai contoh nyata dalam menerapkan nilai-nilai karakter. Model
yang efektif menekankan bahwa guru harus menunjukkan perilaku yang sesuai dengan
nilai karakter yang diajarkan. Ketika siswa melihat perilaku positif guru, seperti
kejujuran, kesabaran, dan tanggung jawab, mereka lebih cenderung meniru perilaku
tersebut dan menjadikannya sebagai bagian dari sikap mereka.
5. Penerapan Program Penghargaan dan Penguatan Positif
Model pendidikan karakter yang efektif juga melibatkan program penghargaan
untuk memperkuat perilaku positif. Ketika siswa menunjukkan sikap yang baik, seperti
disiplin atau saling menghargai, mereka diberi apresiasi yang sesuai. Penghargaan ini bisa
berupa pujian atau penghargaan simbolis, yang akan memotivasi siswa untuk terus
mempertahankan sikap positif. Penguatan positif membantu membangun kebiasaan baik
secara konsisten dan mendorong siswa untuk mengulangi perilaku yang diinginkan.
6. Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas
Pendidikan karakter tidak dapat dilakukan oleh sekolah saja, tetapi memerlukan
keterlibatan orang tua dan komunitas. Model yang efektif mengajak orang tua untuk
berperan aktif dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak-anak mereka. Selain
itu, komunitas sekitar juga berperan dalam memberikan contoh nyata dalam menerapkan
karakter positif di masyarakat. Dengan adanya sinergi antara sekolah, orang tua, dan
komunitas, pendidikan karakter akan lebih efektif dalam mempengaruhi perilaku siswa.
7. Pembiasaan Harian di Sekolah
Model pendidikan karakter yang efektif menekankan pentingnya pembiasaan dalam
kehidupan sehari-hari di sekolah. Aktivitas seperti membuang sampah pada tempatnya,
antre dengan tertib, dan menghormati sesama menjadi bagian dari rutinitas yang
dilakukan setiap hari. Dengan pembiasaan ini, siswa secara tidak langsung belajar
menerapkan nilai-nilai karakter dan membentuk perilaku positif yang konsisten dalam
keseharian mereka.
23
8. Penggunaan Media dan Teknologi Edukatif
Dalam model pendidikan karakter yang efektif, media dan teknologi edukatif
dimanfaatkan untuk menyampaikan nilai-nilai karakter dengan cara yang menarik dan
relevan bagi siswa. Media seperti video inspiratif, permainan edukatif, dan aplikasi
berbasis karakter dapat membantu siswa memahami nilai-nilai karakter dalam bentuk
visual yang mudah dipahami. Teknologi juga dapat digunakan untuk memberikan umpan
balik langsung kepada siswa mengenai kemajuan karakter mereka.
9. Evaluasi dan Refleksi Berkala
Evaluasi dan refleksi merupakan komponen penting dalam model pendidikan
karakter yang efektif. Dengan evaluasi berkala, sekolah dapat menilai perkembangan
karakter siswa dan menentukan apakah pendekatan yang digunakan efektif. Siswa juga
diberi kesempatan untuk melakukan refleksi atas perilaku mereka, sehingga mereka dapat
menyadari perubahan positif dalam diri mereka. Refleksi ini membantu siswa memahami
pentingnya nilai-nilai karakter dan menguatkan komitmen mereka untuk terus
mengembangkan karakter yang baik.
10. Pembentukan Komunitas Karakter di Sekolah
Model pendidikan karakter yang efektif menciptakan komunitas karakter di
sekolah, di mana siswa, guru, dan staf saling mendukung dalam penerapan nilai-nilai
positif. Sekolah menjadi tempat di mana nilai-nilai karakter dihormati, dihargai, dan
dijunjung tinggi oleh seluruh warga sekolah. Dengan adanya komunitas yang
mendukung, siswa merasa lebih termotivasi untuk mengembangkan karakter yang positif
dan menjadikannya bagian dari identitas mereka.
B. Pendekatan dalam Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan bagian penting dalam membentuk individu yang
tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga baik dalam sikap dan perilaku. Dalam
mengembangkan karakter siswa, diperlukan pendekatan yang tepat agar nilai-nilai moral
dan etika dapat diterapkan dengan baik dalam kehidupan mereka. Berbagai pendekatan
dapat digunakan untuk pendidikan karakter di sekolah, yang bertujuan untuk
mengintegrasikan pembelajaran nilai-nilai karakter dalam kegiatan belajar sehari-hari
(BUKOTING, 2023). Pendekatan yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan
perkembangan siswa dan lingkungan sekolah, serta memberikan kesempatan bagi siswa
untuk menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka. Beberapa
24
pendekatan yang sering diterapkan dalam pendidikan karakter termasuk pendekatan
holistik, tematik, afektif, kognitif, humanistik, sosial-emosional, serta pengalaman
langsung melalui experiential learning. Setiap pendekatan ini memberikan kontribusi
penting dalam pembentukan karakter siswa, memastikan bahwa mereka tidak hanya
memahami nilai-nilai karakter, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan
nyata.
1. Pendekatan Holistik
Pendekatan holistik dalam pendidikan karakter menekankan bahwa karakter siswa
harus dikembangkan secara menyeluruh, mencakup aspek kognitif, afektif, dan konatif.
Dalam pendekatan ini, tidak hanya pengetahuan yang diajarkan, tetapi juga
pengembangan sikap, perilaku, dan kebiasaan. Pendekatan ini bertujuan untuk membantu
siswa menjadi individu yang seimbang dan berkembang baik secara intelektual maupun
emosional, serta memiliki nilai-nilai moral yang kuat.
2. Pendekatan Tematik
Dalam pendekatan tematik, pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam semua
mata pelajaran. Nilai-nilai karakter seperti kejujuran, kerjasama, dan tanggung jawab
diajarkan dalam konteks setiap topik pembelajaran. Misalnya, dalam pelajaran
matematika siswa dapat diajarkan tentang ketelitian dan disiplin, sementara dalam
pelajaran bahasa, mereka bisa belajar tentang kejujuran dan tanggung jawab dalam
komunikasi. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk melihat hubungan antara
pembelajaran akademik dan kehidupan nyata mereka.
3. Pendekatan Afektif
Pendekatan afektif berfokus pada perasaan dan emosi siswa. Dalam pendidikan
karakter, ini berarti mengutamakan pengembangan perasaan empati, kepedulian, dan rasa
hormat terhadap orang lain. Dengan pendekatan ini, siswa diajak untuk lebih menyadari
perasaan mereka dan perasaan orang lain, sehingga dapat membentuk hubungan
interpersonal yang lebih baik. Pendekatan afektif juga penting dalam membantu siswa
mengelola emosi mereka dengan cara yang sehat.
4. Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif dalam pendidikan karakter lebih menekankan pada
pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai nilai-nilai moral dan etika. Pendekatan ini
mengajak siswa untuk memahami alasan mengapa nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan,
25
dan tanggung jawab itu penting. Dengan pemahaman yang mendalam, siswa diharapkan
mampu mengambil keputusan yang lebih baik dalam situasi yang menguji nilai-nilai
tersebut.
5. Pendekatan Experiential Learning
Pendekatan experiential learning berfokus pada pembelajaran melalui pengalaman
langsung. Dalam konteks pendidikan karakter, ini berarti memberi siswa kesempatan
untuk berinteraksi dan menghadapi situasi yang memungkinkan mereka mempraktikkan
nilai-nilai karakter. Misalnya, melalui kegiatan sosial, proyek kelompok, atau program
layanan masyarakat, siswa dapat belajar untuk bekerja sama, berempati, dan bertanggung
jawab melalui pengalaman langsung.
6. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik dalam pendidikan karakter berfokus pada pengembangan
potensi individu secara penuh, menghargai setiap siswa sebagai pribadi yang unik.
Pendekatan ini mendorong siswa untuk mengembangkan diri mereka dengan rasa percaya
diri, harga diri yang tinggi, dan motivasi intrinsik untuk bertindak sesuai dengan nilai-
nilai karakter. Dalam pendekatan ini, guru berperan sebagai pembimbing yang
mendukung pertumbuhan emosional dan sosial siswa, bukan hanya sebagai pemberi
informasi.
7. Pendekatan Sosial-Emosional
Pendidikan karakter dengan pendekatan sosial-emosional berfokus pada
pengembangan keterampilan sosial dan emosional yang membantu siswa berinteraksi
dengan baik di lingkungan sosial mereka. Pendekatan ini melibatkan pengajaran tentang
pengelolaan emosi, empati, komunikasi yang efektif, dan penyelesaian konflik. Dengan
memiliki keterampilan sosial dan emosional yang baik, siswa akan lebih mudah
beradaptasi dan berkolaborasi dengan teman sebaya, menciptakan suasana belajar yang
positif.
8. Pendekatan Penguatan Positif
Dalam pendekatan penguatan positif, siswa diberi penghargaan atau penguatan
ketika mereka menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai karakter yang
diinginkan. Ini bisa berupa pujian, penghargaan simbolis, atau pengakuan di depan kelas.
Penguatan positif bertujuan untuk memperkuat kebiasaan baik siswa dan memberikan
26
motivasi untuk terus berperilaku baik. Dengan penguatan yang konsisten, siswa lebih
cenderung untuk mempertahankan perilaku positif dalam jangka panjang.
9. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa untuk mengembangkan nilai-
nilai karakter melalui pengalaman langsung dalam menyelesaikan proyek bersama.
Misalnya, dalam proyek kelompok, siswa belajar untuk bekerja sama, berbagi tugas, dan
bertanggung jawab. Selain itu, melalui proyek sosial atau lingkungan, siswa dapat
merasakan dampak positif dari tindakan mereka terhadap masyarakat atau lingkungan
sekitar. Pendekatan ini menggabungkan pembelajaran akademik dan pengembangan
karakter dengan cara yang menyeluruh.
10. Pendekatan Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok atau
tim, dengan tujuan mengembangkan keterampilan sosial, komunikasi, dan kerjasama.
Dalam konteks pendidikan karakter, pendekatan ini berfokus pada bagaimana siswa
belajar menghargai kontribusi orang lain, mendengarkan pandangan yang berbeda, dan
menyelesaikan masalah bersama-sama. Kolaborasi juga mengajarkan siswa tentang
pentingnya berbagi tanggung jawab dan memberi penghargaan terhadap peran setiap
individu dalam kelompok.
C. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Pengembangan kurikulum karakter di Sekolah Dasar memiliki peran penting dalam
membentuk kepribadian anak sejak dini. Pada usia ini, siswa sedang berada dalam fase
kritis pembentukan nilai-nilai dan sikap yang akan mereka bawa hingga dewasa. Oleh
karena itu, kurikulum karakter di Sekolah Dasar perlu dirancang secara komprehensif dan
mendalam untuk memastikan bahwa nilai-nilai yang diajarkan tidak hanya dipahami,
tetapi juga diinternalisasi oleh siswa (Hartinah et al., 2024). Dalam konteks ini, ada
beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kurikulum karakter
di tingkat Sekolah Dasar.
Pertama, kurikulum karakter di Sekolah Dasar harus mencakup nilai-nilai dasar
yang universal dan sesuai dengan usia siswa. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung
jawab, disiplin, empati, kerjasama, dan rasa hormat adalah dasar dari pendidikan karakter
yang perlu diperkenalkan pada tahap ini. Mengingat anak-anak di usia SD mulai belajar
mengenali dunia sekitar, pembelajaran nilai-nilai ini harus dilakukan dengan cara yang
27
sederhana namun mendalam, misalnya melalui cerita, permainan, dan simulasi kehidupan
sehari-hari. Nilai-nilai ini akan membentuk sikap dan perilaku positif siswa di masa
depan.
Kedua, kurikulum karakter di Sekolah Dasar perlu disesuaikan dengan pendekatan
tematik atau integratif. Pendidikan karakter tidak seharusnya diajarkan sebagai mata
pelajaran terpisah, tetapi harus diintegrasikan ke dalam seluruh mata pelajaran. Misalnya,
dalam pembelajaran matematika, siswa diajarkan tentang kejujuran dalam berhitung dan
ketelitian dalam pekerjaan. Dalam pembelajaran seni, mereka dapat diajarkan tentang
kerjasama dan penghargaan terhadap perbedaan. Pendekatan tematik ini memungkinkan
siswa untuk memahami bahwa nilai-nilai karakter berlaku di semua aspek kehidupan
mereka, tidak terbatas hanya pada situasi tertentu.
Ketiga, pengembangan kurikulum karakter di Sekolah Dasar harus melibatkan
berbagai metode yang aktif dan partisipatif. Pembelajaran yang efektif dalam pendidikan
karakter melibatkan siswa secara langsung, seperti melalui diskusi kelompok, role-
playing, dan kegiatan kolaboratif lainnya. Dengan demikian, siswa dapat berinteraksi,
berempati, dan mempraktikkan nilai-nilai karakter dalam situasi nyata. Metode-metode
ini tidak hanya membuat pembelajaran karakter lebih menyenangkan, tetapi juga
membantu siswa untuk lebih mudah menginternalisasi nilai-nilai yang diajarkan.
Keempat, kurikulum karakter juga harus memberi ruang bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mereka. Pengembangan karakter di
Sekolah Dasar tidak hanya tentang pemahaman nilai-nilai moral, tetapi juga tentang
kemampuan siswa dalam mengelola emosi mereka, seperti rasa marah, kecewa, atau
cemas. Program-program yang mengajarkan keterampilan sosial, seperti cara
berkomunikasi dengan baik, cara menyelesaikan konflik, dan cara bekerja dalam tim,
sangat penting untuk membentuk siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Hal ini akan mendukung siswa untuk menjadi pribadi yang lebih matang dan siap
menghadapi tantangan sosial di luar sekolah.
Kelima, pengembangan kurikulum karakter di Sekolah Dasar juga harus melibatkan
peran serta orang tua. Kurikulum karakter yang efektif memerlukan keterlibatan aktif dari
orang tua dalam mendukung pembelajaran di rumah. Melalui komunikasi yang baik
antara sekolah dan orang tua, nilai-nilai karakter yang diajarkan di sekolah dapat
diperkuat di lingkungan rumah. Sekolah dapat memberikan panduan kepada orang tua
28
tentang bagaimana menerapkan pendidikan karakter di rumah, misalnya dengan
memberikan contoh perilaku positif dan mendorong anak untuk bertanggung jawab atas
tugas-tugas mereka.
Keenam, dalam pengembangan kurikulum karakter di Sekolah Dasar, penting untuk
melakukan evaluasi dan refleksi secara berkala. Evaluasi ini berguna untuk mengetahui
sejauh mana nilai-nilai karakter yang diajarkan dapat diterima dan diterapkan oleh siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Refleksi juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menilai dan mengevaluasi perkembangan karakter mereka sendiri. Dengan demikian,
guru dapat memberikan umpan balik yang konstruktif dan memperbaiki pendekatan
pembelajaran yang digunakan, agar pendidikan karakter lebih efektif.
Ketujuh, kurikulum karakter di Sekolah Dasar juga harus memperhatikan
keberagaman budaya dan latar belakang siswa. Karena setiap siswa datang dari latar
belakang yang berbeda, pengajaran karakter harus disesuaikan dengan konteks budaya
yang ada di lingkungan sekolah. Mengajarkan rasa hormat terhadap perbedaan, baik itu
budaya, agama, maupun suku bangsa, adalah bagian penting dari pendidikan karakter.
Sekolah dapat mengadakan kegiatan yang memperkenalkan keragaman budaya di antara
siswa, yang pada gilirannya akan membantu mereka mengembangkan sikap toleransi dan
pengertian terhadap orang lain.
Kedelapan, pengembangan kurikulum karakter di Sekolah Dasar harus berorientasi
pada pembentukan kebiasaan yang berkelanjutan. Pendidikan karakter yang baik tidak
hanya mengandalkan pembelajaran satu kali atau ceramah saja, tetapi harus menjadi
bagian dari rutinitas sehari-hari siswa. Sekolah dapat menciptakan budaya positif di
lingkungan sekolah, seperti mengadakan kegiatan rutin yang melibatkan seluruh siswa
untuk berperilaku positif, seperti bersih-bersih, memberi salam, atau menyapa dengan
ramah. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam kebiasaan sehari-hari, siswa
akan lebih mudah menginternalisasi dan menjadikannya sebagai bagian dari kepribadian
mereka.
29
BAB 4
PERAN GURU DAN SEKOLAH
DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA
A. Kompetensi Guru dalam Pembentukan Karakter
Pendidikan karakter merupakan aspek penting dalam membentuk generasi muda
yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki sikap, perilaku, dan moral
yang baik. Guru sebagai pendidik memegang peran utama dalam proses ini, karena
mereka bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga membimbing siswa
dalam pengembangan nilai-nilai positif yang akan membentuk karakter mereka (Judrah
et al., 2024). Untuk itu, kompetensi guru dalam pembentukan karakter sangat diperlukan.
Seorang guru yang kompeten tidak hanya harus memiliki kemampuan dalam mengelola
pembelajaran akademik, tetapi juga harus mampu membimbing, memberi contoh, dan
mendukung siswa dalam mengembangkan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai yang
ingin ditanamkan. Kompetensi-kompetensi tersebut meliputi berbagai aspek, mulai dari
kompetensi pedagogik, sosial, hingga kepribadian, yang semuanya berperan penting
dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung pembentukan karakter
siswa secara menyeluruh.
1. Peran Guru dalam Pembentukan Karakter
Guru memegang peranan penting dalam pembentukan karakter siswa, karena
mereka tidak hanya bertugas mengajar mata pelajaran akademik, tetapi juga menjadi
teladan dan pengarah dalam kehidupan sehari-hari siswa. Guru harus dapat
mempengaruhi siswa untuk mengembangkan nilai-nilai positif, seperti kejujuran,
disiplin, empati, dan tanggung jawab. Dengan kata lain, kompetensi guru dalam
pendidikan karakter bukan hanya terbatas pada kemampuan mengajarkan materi, tetapi
juga pada kemampuannya membentuk pribadi siswa yang baik melalui tindakan, kata-
kata, dan bimbingan.
2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran yang efektif. Dalam pembentukan karakter, guru harus
memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran
sehari-hari. Ini berarti, selain mengajarkan konten akademik, guru juga harus
menciptakan suasana yang mendukung pengembangan karakter siswa. Misalnya, melalui
30
pembelajaran berbasis masalah atau kolaboratif, guru dapat mengajarkan nilai-nilai
seperti kerjasama, kejujuran, dan tanggung jawab dalam konteks yang nyata dan relevan.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial mengacu pada kemampuan guru untuk berinteraksi dengan
siswa, orang tua, dan masyarakat sekitar. Guru yang memiliki kompetensi sosial yang
baik dapat menciptakan hubungan yang harmonis dan saling menghormati dengan siswa.
Dalam konteks pembentukan karakter, kemampuan guru untuk berkomunikasi secara
efektif dan membangun hubungan yang positif sangat penting. Guru perlu mendengarkan
kebutuhan siswa, memberikan dorongan positif, serta mengarahkan siswa untuk
berperilaku baik melalui interaksi sehari-hari yang penuh empati dan pengertian.
4. Kompetensi Kepribadian
Guru yang memiliki kompetensi kepribadian yang baik akan menjadi contoh
teladan bagi siswa. Kepribadian yang kuat, seperti jujur, disiplin, sabar, dan adil, akan
memberikan pengaruh besar dalam pembentukan karakter siswa. Siswa cenderung
meniru sikap dan perilaku guru yang mereka anggap sebagai panutan. Oleh karena itu,
guru perlu memiliki integritas yang tinggi dan menunjukkan sikap yang konsisten dengan
nilai-nilai yang diajarkan. Dengan demikian, kompetensi kepribadian guru sangat penting
dalam menanamkan nilai-nilai karakter yang diinginkan pada siswa.
5. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional mengacu pada pengetahuan dan keterampilan guru dalam
bidang yang diajarkan, serta kemampuan mereka untuk terus berkembang secara
profesional. Dalam konteks pendidikan karakter, guru yang kompeten dalam bidang
akademik juga perlu memiliki pengetahuan tentang bagaimana nilai-nilai karakter dapat
diintegrasikan dalam setiap pelajaran. Guru yang memahami pentingnya karakter akan
dapat mendesain pembelajaran yang tidak hanya fokus pada penguasaan materi, tetapi
juga pada pembentukan sikap dan perilaku positif pada siswa.
6. Kemampuan Mengelola Kelas
Mengelola kelas yang baik merupakan salah satu kompetensi penting yang harus
dimiliki guru dalam pembentukan karakter. Suasana kelas yang kondusif akan
mendukung pengembangan karakter siswa. Guru harus bisa menciptakan lingkungan
yang aman, nyaman, dan penuh dengan nilai-nilai positif. Kemampuan untuk mengelola
kelas juga mencakup kemampuan dalam menangani perilaku siswa, baik yang positif
31
maupun negatif. Ketika ada perilaku yang tidak sesuai, guru harus mampu memberikan
bimbingan dengan cara yang konstruktif dan mendidik, serta memberikan contoh
bagaimana menyelesaikan masalah dengan cara yang baik dan adil.
7. Kemampuan Menggunakan Metode yang Variatif
Kompetensi guru dalam memilih dan menggunakan metode yang tepat sangat
mempengaruhi efektivitas pembelajaran karakter. Guru harus mampu memilih metode
yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga mendalam dan relevan dengan karakter yang
ingin ditanamkan. Misalnya, penggunaan pembelajaran berbasis proyek dapat membantu
siswa mengembangkan nilai-nilai seperti kerjasama, kepemimpinan, dan tanggung jawab.
Guru juga perlu menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa, seperti
penggunaan metode yang lebih afektif untuk mengajarkan empati atau disiplin.
8. Kemampuan Refleksi dan Pengembangan Diri
Kompetensi guru dalam pembentukan karakter juga mencakup kemampuan untuk
melakukan refleksi diri. Guru perlu secara berkala mengevaluasi diri untuk melihat sejauh
mana mereka berhasil mengembangkan karakter siswa. Proses refleksi ini akan
membantu guru untuk terus memperbaiki pendekatan dan strategi dalam mengajarkan
karakter. Selain itu, guru juga harus berkomitmen untuk terus mengembangkan diri secara
profesional, mengikuti pelatihan atau seminar tentang pendidikan karakter, serta
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mendidik karakter siswa
agar lebih efektif.
B. Lingkungan Sekolah sebagai Pendukung Pendidikan Karakter
Lingkungan sekolah memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan
karakter siswa. Sebagai tempat di mana siswa menghabiskan sebagian besar waktu
mereka, sekolah menjadi ruang yang memiliki potensi besar untuk memengaruhi
perkembangan pribadi dan moral mereka (Ibda, 2022). Lingkungan sekolah yang positif,
penuh dengan nilai-nilai baik, akan mendukung siswa dalam belajar dan
menginternalisasi karakter yang diinginkan, sementara lingkungan yang negatif justru
dapat menghambat proses tersebut. Oleh karena itu, penting bagi pihak sekolah untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung pendidikan karakter, baik secara fisik, sosial,
maupun psikologis.
Lingkungan fisik sekolah, seperti fasilitas yang ada, ruang kelas, dan kebersihan,
juga dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan karakter siswa.
32
Sebuah sekolah yang tertata rapi, bersih, dan nyaman akan menciptakan rasa hormat dan
tanggung jawab di kalangan siswa. Kebersihan sekolah misalnya, tidak hanya
mencerminkan lingkungan yang sehat, tetapi juga mengajarkan siswa untuk bertanggung
jawab atas kebersihan dan menjaga lingkungan sekitar. Dengan adanya fasilitas yang
memadai dan lingkungan yang teratur, siswa akan merasa dihargai dan termotivasi untuk
menjaga lingkungan tersebut, yang pada gilirannya dapat meningkatkan sikap disiplin
dan rasa tanggung jawab mereka.
Lingkungan sosial di sekolah, yang mencakup interaksi antara siswa, guru, dan staf
lainnya, juga sangat berperan dalam pembentukan karakter siswa. Hubungan yang
harmonis antara siswa dengan guru dan teman sebayanya akan menciptakan suasana yang
mendukung pengembangan karakter seperti kerjasama, empati, dan rasa hormat.
Sebaliknya, ketegangan atau konflik yang tidak tertangani dengan baik dapat
menumbuhkan sikap negatif seperti permusuhan atau ketidakpercayaan. Oleh karena itu,
menciptakan iklim sosial yang positif sangat penting untuk memastikan bahwa siswa
dapat tumbuh dan berkembang dalam suasana yang mendukung nilai-nilai karakter yang
diinginkan.
Peran guru dalam lingkungan sosial sekolah sangat menentukan dalam membentuk
karakter siswa. Guru yang menjadi teladan dalam sikap dan tindakan mereka akan
memberikan pengaruh besar terhadap siswa. Misalnya, guru yang menunjukkan sikap
empati, kesabaran, dan kejujuran akan mengajarkan siswa untuk menerapkan nilai-nilai
yang sama. Selain itu, guru juga harus mampu membimbing siswa dalam menghadapi
konflik atau masalah yang muncul, mengajarkan mereka untuk menyelesaikan perbedaan
dengan cara yang konstruktif dan penuh hormat. Dengan begitu, guru menjadi pusat dari
lingkungan sosial yang mendukung pembentukan karakter siswa.
Lingkungan sekolah juga mencakup nilai-nilai budaya yang diajarkan di dalamnya.
Budaya sekolah yang kuat dan positif akan memperkuat pendidikan karakter. Misalnya,
jika sekolah menerapkan budaya saling menghargai, menumbuhkan kebiasaan disiplin,
dan mempraktikkan keadilan dalam setiap tindakan, siswa akan lebih mudah
menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sekolah juga
bisa menanamkan nilai-nilai karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus
pada pengembangan karakter, seperti kegiatan sosial, olahraga, dan seni. Kegiatan ini
33
tidak hanya membantu siswa mengembangkan keterampilan fisik dan mental, tetapi juga
mengajarkan kerja sama, kedisiplinan, dan rasa tanggung jawab.
Selain itu, lingkungan sekolah yang inklusif dan menghargai perbedaan budaya,
ras, dan agama dapat memperkaya pembelajaran karakter siswa. Sekolah yang
memberikan ruang bagi keberagaman akan mengajarkan siswa untuk menghargai
perbedaan dan membangun sikap toleransi. Dalam lingkungan seperti ini, siswa belajar
untuk hidup berdampingan dengan orang lain yang memiliki latar belakang yang berbeda,
serta mengembangkan empati dan sikap saling menghormati. Pendidikan karakter dalam
konteks ini akan memperkuat nilai-nilai inklusi dan kesetaraan, yang penting untuk
menciptakan masyarakat yang lebih harmonis di masa depan.
Lingkungan sekolah yang mendukung pendidikan karakter juga mencakup
kebijakan dan aturan yang diterapkan di sekolah. Aturan yang jelas, adil, dan konsisten
akan membantu siswa memahami batasan-batasan yang perlu mereka patuhi dan
konsekuensi dari setiap tindakan yang mereka lakukan. Kebijakan sekolah yang
mendukung pembentukan karakter, seperti program anti-bullying atau kebijakan untuk
mendorong kejujuran dan integritas, akan memberikan landasan yang kuat bagi siswa
dalam mengembangkan sikap dan perilaku yang baik. Dengan adanya kebijakan yang
mendukung nilai-nilai karakter, siswa akan lebih mudah untuk memahami dan
menghargai pentingnya berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Dengan demikian, lingkungan sekolah yang mendukung pendidikan karakter harus
dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi semua siswa. Keamanan di sekolah, baik
dari segi fisik maupun psikologis, adalah faktor yang sangat penting dalam mendukung
perkembangan karakter siswa. Jika siswa merasa aman dan diterima di sekolah, mereka
akan lebih terbuka dalam belajar dan mengembangkan diri. Mereka akan lebih mampu
mengatasi tantangan dan menghadapi kesulitan dengan sikap yang positif. Dengan
lingkungan yang aman dan mendukung, siswa dapat fokus pada pembelajaran karakter
tanpa adanya ketakutan atau rasa terpinggirkan. Sebuah sekolah yang menciptakan
lingkungan yang inklusif, aman, dan mendukung akan memberikan kesempatan bagi
siswa untuk berkembang menjadi individu yang memiliki karakter yang baik dan siap
menghadapi tantangan kehidupan.
34
C. Kolaborasi Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat
Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat merupakan kunci penting
dalam menciptakan pendidikan yang holistik dan efektif, terutama dalam hal
pembentukan karakter siswa. Pendidikan karakter tidak hanya bisa dicapai melalui
pembelajaran di sekolah, tetapi juga memerlukan dukungan yang konsisten dari
lingkungan rumah dan masyarakat sekitar (Darmayanti & Wibowo, 2014). Oleh karena
itu, penting bagi ketiga pihak ini untuk bekerja sama secara sinergis, agar karakter yang
dibangun di sekolah dapat terus dipertegas dan diperkuat dalam kehidupan sehari-hari
siswa.
Sekolah, sebagai lembaga pendidikan utama, memiliki peran sentral dalam
menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Namun, peran ini tidak bisa maksimal
tanpa adanya dukungan yang kuat dari orang tua dan masyarakat. Sekolah berfungsi
sebagai tempat untuk menanamkan pengetahuan akademik dan karakter dasar yang
diperlukan, namun untuk penguatan nilai-nilai ini, orang tua harus menjadi mitra yang
aktif dalam mendidik anak. Orang tua memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk
perilaku dan karakter anak di rumah, sehingga kolaborasi antara sekolah dan orang tua
sangat penting untuk memastikan bahwa pesan tentang pentingnya nilai-nilai karakter
disampaikan secara konsisten dalam berbagai aspek kehidupan anak.
Orang tua memiliki peran sebagai contoh pertama bagi anak-anak mereka. Dalam
banyak kasus, perilaku orang tua dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi model yang
diikuti oleh anak-anak mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk
menunjukkan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai positif seperti kejujuran, tanggung
jawab, kerja keras, dan empati. Jika orang tua mampu menjadi teladan yang baik, anak-
anak mereka akan lebih mudah untuk memahami dan meniru nilai-nilai tersebut. Dalam
hal ini, komunikasi yang baik antara sekolah dan orang tua menjadi sangat penting, agar
orang tua dapat mendukung dan melengkapi pendidikan karakter yang diterima anak-
anak mereka di sekolah.
Selain orang tua, masyarakat juga memegang peranan yang tak kalah penting dalam
mendukung pendidikan karakter. Masyarakat yang peduli dan responsif terhadap
pendidikan akan menciptakan lingkungan yang positif bagi perkembangan karakter
siswa. Sekolah dan masyarakat bisa bekerja sama melalui berbagai program atau kegiatan
sosial yang melibatkan siswa, seperti kegiatan gotong royong, pengabdian masyarakat,
35
atau kegiatan kebersihan lingkungan. Melalui keterlibatan dalam kegiatan masyarakat,
siswa dapat belajar tentang pentingnya tanggung jawab sosial, solidaritas, dan kepedulian
terhadap lingkungan sekitar.
Salah satu bentuk kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat adalah
dengan mengadakan pertemuan rutin antara sekolah dan orang tua, seperti rapat orang tua
siswa, seminar, atau workshop tentang pendidikan karakter. Dalam pertemuan ini, pihak
sekolah dapat memberikan informasi tentang perkembangan siswa, serta berdiskusi
mengenai bagaimana orang tua dan masyarakat bisa mendukung pembelajaran karakter
di luar lingkungan sekolah. Selain itu, masyarakat juga dapat berpartisipasi dengan
memberikan wawasan atau keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi perkembangan
karakter siswa, misalnya melalui program mentoring, pembinaan keterampilan hidup,
atau bimbingan karir.
Kolaborasi ini juga dapat berbentuk kerjasama dalam merancang kegiatan yang
menggabungkan nilai-nilai karakter, seperti program-program yang mendukung
kepedulian sosial atau keberagaman. Melalui kegiatan bersama ini, siswa tidak hanya
belajar tentang nilai-nilai karakter secara teori, tetapi juga mengalaminya dalam konteks
nyata. Kegiatan seperti itu akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan nilai-nilai karakter seperti empati, kerja sama, dan kepedulian terhadap
sesama, yang pada akhirnya akan memperkaya pengalaman mereka dalam membangun
karakter yang lebih baik.
Penting juga untuk mencatat bahwa kolaborasi ini harus bersifat berkelanjutan dan
konsisten. Pendidikan karakter yang hanya dilakukan secara sporadis atau tidak
terkoordinasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat mungkin tidak akan memberikan
dampak yang signifikan. Oleh karena itu, penting bagi ketiga pihak ini untuk memiliki
komitmen jangka panjang dalam mendukung perkembangan karakter siswa. Misalnya,
dengan memastikan bahwa nilai-nilai karakter selalu diingatkan dalam setiap
kesempatan, baik di sekolah, di rumah, maupun dalam kegiatan masyarakat.
Selain itu, kolaborasi ini dapat memperkuat hubungan antara sekolah, orang tua,
dan masyarakat, yang pada gilirannya akan menciptakan lingkungan yang lebih
mendukung bagi perkembangan siswa secara keseluruhan. Dalam kolaborasi ini,
komunikasi yang terbuka dan jujur antar pihak sangat penting. Sekolah harus transparan
dalam menyampaikan tujuan dan pencapaian pendidikan karakter, sementara orang tua
36
dan masyarakat perlu memberikan masukan serta dukungan yang konstruktif agar
kolaborasi ini semakin efektif.
Dengan kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat adalah fondasi yang
sangat penting dalam menciptakan pendidikan karakter yang kuat dan berkelanjutan.
Dengan bekerja sama, ketiga pihak ini dapat memastikan bahwa karakter yang baik tidak
hanya diajarkan di sekolah, tetapi juga diperkuat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari siswa, baik di rumah maupun di masyarakat. Hasilnya, siswa tidak hanya akan
menjadi individu yang cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat
dan siap menghadapi tantangan kehidupan.
37
BAB 5
METODE DAN TEKNIK
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
A. Metode Pengajaran Pendidikan Karakter
Metode pengajaran yang mendukung pembentukan karakter memiliki peran yang
sangat penting dalam pendidikan di sekolah. Tidak hanya berfokus pada pengajaran
materi akademik, namun metode-metode tersebut juga dirancang untuk membantu siswa
mengembangkan nilai-nilai moral, sosial, dan emosional yang akan membentuk
kepribadian mereka (Ramdhani & Utama, 2024). Di antaranya adalah metode yang aktif
dan partisipatif, seperti permainan peran dan diskusi moral, yang dapat menjadi sarana
efektif dalam menanamkan karakter yang baik pada siswa (Ansya & Salsabilla, 2024).
Metode-metode ini mendorong siswa untuk berpikir kritis, bertanggung jawab, dan
berempati, yang semuanya sangat penting untuk membentuk individu yang berkualitas.
1. Bermain Peran
Permainan peran merupakan salah satu metode yang dapat membantu siswa
mengembangkan karakter mereka secara efektif. Dalam permainan peran, siswa diminta
untuk memainkan peran tertentu yang tidak hanya berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari, tetapi juga mencakup nilai-nilai moral. Misalnya, siswa dapat diminta untuk
memerankan situasi yang melibatkan konflik dan mencari solusi yang adil dan bijaksana.
Dengan memainkan peran orang lain, siswa belajar untuk memahami sudut pandang
orang lain, mengembangkan empati, dan mengambil keputusan yang baik berdasarkan
nilai-nilai moral.
2. Diskusi Moral
Diskusi moral adalah metode pengajaran yang melibatkan siswa dalam percakapan
mengenai situasi yang memerlukan penilaian moral. Diskusi ini memberi kesempatan
kepada siswa untuk berbicara tentang nilai-nilai yang mereka anggap penting, seperti
kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab. Melalui diskusi ini, siswa dapat belajar untuk
berpikir lebih mendalam tentang konsekuensi dari tindakan mereka dan melihat
bagaimana pilihan mereka dapat memengaruhi orang lain. Diskusi moral juga dapat
membantu siswa belajar untuk menghargai perbedaan pendapat dan menyusun argumen
dengan cara yang sopan dan konstruktif.
3. Simulasi Konflik
38
Metode simulasi konflik dapat digunakan untuk membantu siswa mempraktikkan
keterampilan penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan dalam situasi yang
melibatkan nilai-nilai karakter. Dalam simulasi ini, siswa dihadapkan pada situasi yang
membutuhkan pemecahan masalah secara kolaboratif dan adil, seperti bagaimana
menyelesaikan perselisihan antara teman atau bagaimana merespons ketidakadilan.
Melalui simulasi ini, siswa belajar untuk bekerja sama, mendengarkan pendapat orang
lain, dan membuat keputusan yang bijaksana dengan mempertimbangkan dampaknya
terhadap orang lain.
4. Debat
Debat merupakan metode yang efektif untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kritis pada siswa, yang juga dapat memperkuat karakter mereka. Dalam debat,
siswa diberikan topik tertentu dan diminta untuk menyusun argumen yang mendukung
atau menentang suatu isu. Proses ini mendorong siswa untuk mengevaluasi berbagai
perspektif, mengembangkan keterampilan berbicara di depan umum, dan belajar
berargumen secara logis dan berbasis pada prinsip moral. Selain itu, debat juga
mengajarkan siswa pentingnya mendengarkan dengan hormat dan menghargai pandangan
orang lain meskipun berbeda.
5. Ceramah dan Pengisahan Kisah
Ceramah atau pengisahan kisah yang mengandung nilai-nilai moral juga merupakan
metode yang sangat efektif dalam mendukung pembentukan karakter. Guru dapat
menggunakan cerita, baik dari kehidupan nyata maupun cerita fiksi, yang
menggambarkan perilaku positif seperti keberanian, kejujuran, atau kerjasama. Cerita-
cerita ini tidak hanya menarik minat siswa, tetapi juga memungkinkan mereka untuk
merenungkan perilaku yang baik dan buruk, serta konsekuensi dari tindakan-tindakan
tersebut. Melalui cerita, siswa dapat belajar tentang nilai-nilai moral dengan cara yang
lebih menarik dan mudah diingat.
6. Proyek Kolaboratif
Metode pengajaran berbasis proyek kolaboratif sangat efektif untuk membangun
karakter siswa, terutama dalam hal kerja sama dan kepemimpinan. Dalam proyek
kolaboratif, siswa bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Mereka
belajar untuk berkolaborasi, berbagi tanggung jawab, dan menghargai kontribusi masing-
masing anggota kelompok. Melalui proyek ini, siswa dapat belajar nilai-nilai seperti
39
kerjasama, komunikasi, dan rasa tanggung jawab. Selain itu, mereka juga belajar untuk
memimpin kelompok dengan bijak dan menghargai pandangan orang lain dalam proses
pengambilan keputusan.
7. Refleksi Diri
Refleksi diri adalah metode yang memungkinkan siswa untuk merenungkan
tindakan dan perasaan mereka, serta mengevaluasi bagaimana mereka dapat memperbaiki
diri dalam hal karakter. Guru dapat meminta siswa untuk menulis jurnal atau melakukan
diskusi kelompok tentang pengalaman mereka dalam belajar dan bagaimana mereka
menerapkan nilai-nilai karakter. Melalui refleksi diri, siswa belajar untuk lebih sadar akan
kekuatan dan kelemahan mereka, serta berkomitmen untuk terus berkembang menjadi
pribadi yang lebih baik. Metode ini juga mendorong siswa untuk berpikir kritis tentang
tindakan mereka dan bagaimana tindakan tersebut memengaruhi orang lain.
8. Penerapan Kasus Nyata
Penerapan kasus nyata dalam pembelajaran dapat menjadi cara yang sangat efektif
untuk mengajarkan siswa tentang nilai-nilai karakter. Guru dapat menggunakan contoh
dari kehidupan sehari-hari, baik dari media maupun pengalaman pribadi, yang melibatkan
situasi yang memerlukan keputusan moral. Dengan mempelajari kasus nyata ini, siswa
dapat lebih mudah menghubungkan nilai-nilai yang diajarkan di kelas dengan dunia luar,
serta memahami relevansi prinsip-prinsip moral dalam kehidupan mereka. Pembelajaran
berbasis kasus nyata juga membantu siswa untuk mengasah kemampuan mereka dalam
berpikir kritis dan membuat keputusan yang tepat.
9. Pembelajaran Berbasis Pengalaman
Pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) merupakan metode yang
mendorong siswa untuk belajar melalui pengalaman langsung. Dalam konteks pendidikan
karakter, metode ini sangat berguna untuk mengembangkan empati dan pemahaman
terhadap orang lain. Misalnya, melalui kegiatan sukarela, kunjungan ke panti asuhan, atau
kegiatan lingkungan, siswa dapat merasakan langsung bagaimana dampak dari tindakan
mereka terhadap orang lain. Pembelajaran berbasis pengalaman memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melihat dunia dari perspektif orang lain dan belajar untuk berperilaku
dengan empati dan kepedulian.
10. Penghargaan dan Pujian
40
Metode terakhir yang mendukung pembentukan karakter adalah penguatan melalui
penghargaan dan pujian. Ketika siswa menunjukkan perilaku positif yang mencerminkan
nilai-nilai karakter, penghargaan atau pujian dapat diberikan sebagai pengakuan atas
usaha mereka. Penghargaan ini tidak hanya memberikan motivasi bagi siswa untuk terus
berperilaku baik, tetapi juga menguatkan nilai-nilai tersebut dalam diri mereka. Dengan
memberikan pujian yang spesifik terhadap perilaku yang diinginkan, guru membantu
siswa untuk memahami apa yang diharapkan dan bagaimana mereka bisa terus
mengembangkan karakter positif tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari.
B. Penerapan Nilai-Nilai Karakter dalam Aktivitas Harian
Penerapan nilai-nilai karakter dalam aktivitas harian di kelas sangat penting untuk
membantu siswa menginternalisasi dan mengembangkan sifat-sifat positif yang mereka
butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas harian di kelas adalah momen yang tepat
untuk memperkenalkan dan memperkuat nilai-nilai karakter, karena selama proses belajar
mengajar, siswa tidak hanya belajar materi akademik, tetapi juga mempraktikkan
keterampilan sosial dan moral (Anwar, 2021). Dalam konteks ini, nilai-nilai seperti
kejujuran, kerja sama, tanggung jawab, empati, dan disiplin dapat diterapkan secara
langsung melalui berbagai kegiatan yang dilakukan di kelas.
Salah satu cara untuk menerapkan nilai karakter adalah melalui pengelolaan kelas
yang baik. Guru bisa menciptakan lingkungan kelas yang mendukung nilai-nilai seperti
disiplin, tanggung jawab, dan rasa hormat. Misalnya, dengan membuat aturan kelas yang
jelas dan diterima bersama, siswa diharapkan untuk mematuhi aturan tersebut. Aturan
kelas ini bukan hanya untuk menciptakan ketertiban, tetapi juga untuk mengajarkan siswa
tentang pentingnya tanggung jawab atas tindakan mereka. Dengan begitu, disiplin tidak
hanya dipahami sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai bagian dari pengembangan
karakter yang lebih besar.
Selain itu, dalam setiap aktivitas pembelajaran, guru dapat menanamkan nilai
kejujuran. Misalnya, dalam tugas atau ujian, siswa diajarkan untuk jujur dengan tidak
mencontek atau memanipulasi jawaban mereka. Guru bisa memberikan contoh konkret
mengenai bagaimana kejujuran membentuk karakter yang baik dan dihargai oleh orang
lain. Kejujuran juga dapat ditekankan dalam interaksi sehari-hari di kelas, misalnya
dengan menghargai karya orang lain dan menghindari perilaku yang merugikan teman
sekelas.
41
Kerja sama merupakan nilai karakter lainnya yang bisa diterapkan dalam berbagai
aktivitas kelompok di kelas. Dalam tugas kelompok, siswa diberi kesempatan untuk
bekerja bersama dalam menyelesaikan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Selama
bekerja dalam kelompok, mereka belajar untuk berbagi tugas, mendengarkan pendapat
teman, serta menyelesaikan konflik yang mungkin muncul dengan cara yang positif dan
konstruktif. Dengan cara ini, nilai kerja sama dapat dikuatkan, dan siswa pun
mengembangkan keterampilan sosial yang sangat penting untuk kehidupan mereka.
Empati juga menjadi nilai karakter yang dapat diterapkan dalam aktivitas kelas.
Misalnya, saat terjadi konflik antara siswa, guru bisa melibatkan siswa dalam diskusi
untuk memahami perasaan masing-masing pihak dan mencari solusi yang adil. Melalui
kegiatan seperti ini, siswa belajar untuk menghargai perasaan orang lain dan berusaha
memahami sudut pandang orang lain. Dalam situasi pembelajaran lainnya, siswa juga
dapat diajak untuk berbagi pengalaman pribadi mereka dan mendengarkan cerita teman
sekelas, yang dapat memperkuat rasa empati di antara mereka.
Disiplin dalam belajar juga dapat diterapkan melalui rutinitas harian yang baik di
kelas. Guru bisa mengajarkan siswa untuk menghargai waktu dengan membuat jadwal
yang jelas untuk berbagai kegiatan di kelas. Siswa diajarkan untuk mematuhi waktu yang
ditetapkan, baik dalam menyelesaikan tugas maupun saat bertransaksi sosial dengan
teman atau guru. Disiplin dalam belajar tidak hanya terbatas pada pengaturan waktu,
tetapi juga mencakup sikap serius dan tanggung jawab terhadap tugas dan pekerjaan
rumah yang diberikan.
Nilai-nilai karakter seperti rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain juga
dapat diterapkan dalam interaksi sosial di kelas. Misalnya, dengan mengajarkan siswa
untuk berbicara dengan sopan, menghargai pendapat teman, serta menjaga kebersihan
dan ketertiban di lingkungan kelas. Siswa juga dapat diajak untuk saling menghormati
perbedaan pendapat atau budaya, serta belajar bekerja sama meskipun memiliki latar
belakang yang berbeda. Guru dapat memberikan contoh perilaku yang menghormati hak
dan pendapat orang lain dalam berbagai kesempatan.
Penerapan nilai karakter juga dapat dilakukan melalui penghargaan dan pengakuan
terhadap perilaku positif yang ditunjukkan siswa. Misalnya, guru bisa memberikan pujian
kepada siswa yang menunjukkan sikap tanggung jawab, seperti menyelesaikan tugas
tepat waktu atau membantu teman sekelas. Penghargaan ini tidak hanya memberikan
42
motivasi bagi siswa yang bersangkutan, tetapi juga mengingatkan siswa lain tentang
pentingnya menerapkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari. Pujian dan
penghargaan yang diberikan dengan cara yang spesifik dan adil akan lebih efektif dalam
mendorong perilaku positif di kelas.
Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dapat menjadi cara yang efektif untuk
menanamkan nilai-nilai karakter. Siswa yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler
seperti olahraga, seni, atau pramuka, dapat belajar tentang kerja sama tim, disiplin, dan
rasa tanggung jawab yang lebih dalam. Dalam kegiatan ini, mereka juga dapat mengasah
keterampilan sosial mereka dengan berinteraksi dengan siswa lain dari berbagai latar
belakang. Kegiatan ekstrakurikuler memberikan ruang bagi siswa untuk menerapkan
nilai-nilai karakter yang mereka pelajari di kelas dalam konteks yang lebih praktis.
Penerapan nilai karakter dalam aktivitas harian di kelas tidak hanya membantu
siswa menjadi pribadi yang lebih baik, tetapi juga menciptakan suasana kelas yang
kondusif untuk belajar. Ketika nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, kerja sama,
dan empati diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa, mereka tidak hanya belajar
menjadi cerdas secara akademik, tetapi juga berkembang menjadi individu yang
berkarakter kuat. Dengan penerapan yang konsisten, nilai-nilai karakter akan menjadi
bagian dari kebiasaan mereka yang akan terus dibawa hingga mereka tumbuh dewasa,
memberikan dampak positif bagi masyarakat secara keseluruhan.
C. Contoh Praktik Terbaik dan Studi Kasus
Praktik terbaik dalam pendidikan karakter dapat ditemukan di berbagai sekolah
yang berhasil mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam kurikulum dan kegiatan
harian. Implementasi yang sukses dari pendidikan karakter memerlukan pendekatan yang
holistik, melibatkan seluruh komponen sekolah, termasuk guru, siswa, orang tua, dan
masyarakat. Beberapa sekolah telah menunjukkan hasil yang signifikan dalam
membangun karakter siswa, dan studi kasus dari sekolah-sekolah ini bisa menjadi sumber
inspirasi untuk implementasi yang lebih luas. Praktik terbaik ini mencakup berbagai
metode dan strategi yang telah terbukti efektif dalam mendidik siswa dengan karakter
yang kuat dan tangguh.
Salah satu contoh praktik terbaik yang dapat dijadikan model adalah program
pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah Jepang. Di Jepang, pendidikan
karakter dimulai sejak dini dengan mengajarkan nilai-nilai seperti rasa hormat, disiplin,
43
tanggung jawab, dan kerja keras. Sekolah-sekolah di Jepang tidak hanya fokus pada
prestasi akademik, tetapi juga mengajarkan siswa tentang pentingnya kebersihan,
kedisiplinan, dan saling menghormati. Misalnya, siswa di Jepang sering terlibat dalam
kegiatan membersihkan sekolah sebagai bagian dari kegiatan rutin mereka, yang
mengajarkan mereka tentang tanggung jawab dan pentingnya menjaga lingkungan. Hal
ini mencerminkan pendekatan pendidikan karakter yang menyeluruh dan terintegrasi
dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Di Indonesia, beberapa sekolah juga telah mengimplementasikan program
pendidikan karakter yang efektif dengan menggabungkan nilai-nilai lokal dan global.
Salah satu contohnya adalah penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan pembelajaran
di sekolah. Sekolah-sekolah yang menerapkan pendekatan ini menekankan pentingnya
nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan sosial, dan demokrasi, yang sejalan dengan
pendidikan karakter yang ingin dibangun. Misalnya, dalam proyek berbasis komunitas,
siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah sosial di sekitar
mereka, seperti kegiatan bakti sosial atau pemeliharaan lingkungan. Kegiatan ini tidak
hanya membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial, tetapi juga menguatkan
rasa tanggung jawab mereka terhadap masyarakat.
Selain itu, beberapa sekolah internasional di berbagai negara juga menjadi contoh
praktik terbaik dalam pendidikan karakter. Di sekolah-sekolah ini, pendekatan berbasis
nilai sering kali lebih berfokus pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional,
yang meliputi kecerdasan emosional, empati, dan pengelolaan diri. Salah satu contoh
adalah sekolah-sekolah yang menerapkan kurikulum berbasis mindfulness, di mana siswa
diajarkan untuk lebih sadar akan perasaan dan perilaku mereka melalui latihan meditasi
dan refleksi diri. Pendekatan ini tidak hanya membantu siswa menjadi lebih tenang dan
fokus, tetapi juga mengajarkan mereka cara mengelola emosi dan stres, yang merupakan
bagian penting dalam pembentukan karakter.
Dalam konteks studi kasus, salah satu sekolah yang dapat dijadikan contoh adalah
Sekolah Dasar Lab School di Jakarta, yang telah berhasil mengintegrasikan pendidikan
karakter dalam setiap aspek kehidupan sekolah. Program karakter di sekolah ini
mencakup kegiatan harian seperti kelas moral, pengembangan keterampilan sosial
melalui permainan peran, serta kegiatan sosial yang melibatkan masyarakat sekitar. Salah
satu kegiatan yang dilakukan adalah "Satu Hari Tanpa Sampah," di mana siswa bersama-
44
sama membersihkan lingkungan sekitar sekolah dan mengumpulkan sampah sebagai
bagian dari kegiatan yang mengajarkan tanggung jawab sosial. Melalui program-program
ini, siswa tidak hanya belajar tentang nilai-nilai karakter, tetapi juga mengembangkan
rasa empati terhadap lingkungan dan sesama.
Di tingkat global, sekolah-sekolah yang berafiliasi dengan UNESCO juga
memberikan contoh praktik terbaik dalam pendidikan karakter, terutama melalui
pendekatan berbasis nilai-nilai global. Sekolah-sekolah ini menerapkan program-
program yang mengajarkan siswa tentang keberagaman, toleransi, dan hak asasi manusia.
Salah satu contoh adalah program "Global Citizenship Education" yang diterapkan di
beberapa sekolah di Eropa dan Amerika. Program ini berfokus pada pengembangan
pemahaman dan empati terhadap isu-isu global, seperti perubahan iklim, kesetaraan
gender, dan keadilan sosial. Dengan mengajarkan siswa untuk berpikir sebagai warga
dunia, sekolah-sekolah ini berkontribusi dalam membentuk karakter yang memiliki
kesadaran sosial dan global.
Praktik terbaik dalam pendidikan karakter juga melibatkan keterlibatan orang tua
dan masyarakat. Sebagai contoh, di beberapa sekolah di Finlandia, ada kolaborasi yang
erat antara sekolah dan orang tua dalam mendukung pendidikan karakter. Orang tua
diundang untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, baik itu melalui pertemuan rutin,
seminar, atau kegiatan pengabdian masyarakat. Selain itu, orang tua juga diajak untuk
mendiskusikan nilai-nilai yang akan diterapkan di rumah agar selaras dengan yang
diajarkan di sekolah. Kolaborasi yang baik antara sekolah dan orang tua ini sangat penting
dalam menciptakan konsistensi dalam pendidikan karakter, sehingga nilai-nilai yang
diajarkan di sekolah dapat diteruskan dan dipraktikkan di rumah.
Studi kasus lain yang menarik datang dari sebuah sekolah di Brasil yang telah
mengimplementasikan program pendidikan karakter dengan pendekatan berbasis
komunitas. Di sekolah ini, siswa terlibat dalam berbagai proyek sosial yang bertujuan
untuk membantu masyarakat sekitar. Salah satu proyek yang dilaksanakan adalah
pengembangan pusat komunitas untuk anak-anak kurang mampu, di mana siswa
membantu dalam pengorganisasian dan pelaksanaan kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan anak-anak tersebut. Melalui proyek-proyek seperti ini, siswa
tidak hanya belajar nilai-nilai seperti empati, tanggung jawab, dan kerja sama, tetapi juga
memperoleh keterampilan praktis yang dapat digunakan dalam kehidupan nyata.
45
Selain itu, di Singapura, pendidikan karakter juga diterapkan melalui berbagai
program yang melibatkan siswa dalam kegiatan sosial dan kepemimpinan. Di sekolah-
sekolah ini, ada program yang disebut "Character and Citizenship Education" yang
bertujuan untuk mengembangkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab
dan berkarakter. Dalam program ini, siswa diajarkan untuk memahami nilai-nilai moral,
menghargai perbedaan, serta berperan aktif dalam masyarakat. Salah satu kegiatan yang
dilakukan adalah simulasi debat dan diskusi tentang isu-isu sosial yang melibatkan siswa
dalam mengambil keputusan yang mencerminkan karakter yang baik. Program ini tidak
hanya membantu siswa dalam memahami pentingnya nilai-nilai karakter, tetapi juga
memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan.
Contoh praktik terbaik lainnya berasal dari sebuah sekolah di Kanada yang
memiliki program yang berfokus pada pendidikan karakter melalui seni dan budaya. Di
sekolah ini, siswa terlibat dalam pembuatan proyek seni yang menggambarkan nilai-nilai
positif seperti persahabatan, kerjasama, dan kejujuran. Kegiatan seni ini tidak hanya
membantu siswa mengembangkan keterampilan kreatif, tetapi juga memungkinkan
mereka untuk mengekspresikan nilai-nilai moral mereka melalui karya seni. Program ini
memberikan pendekatan yang berbeda dalam pendidikan karakter, tetapi tetap efektif
dalam mengajarkan siswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Secara keseluruhan, contoh praktik terbaik dan studi kasus yang telah dijelaskan
menunjukkan bahwa pendidikan karakter dapat diterapkan dengan berbagai pendekatan
yang kreatif dan kontekstual. Setiap sekolah memiliki cara unik untuk mengintegrasikan
nilai-nilai karakter ke dalam kegiatan sehari-hari, namun semuanya memiliki tujuan yang
sama: membentuk siswa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki
karakter yang kuat dan baik. Dengan adanya berbagai contoh ini, diharapkan sekolah-
sekolah di seluruh dunia dapat mengambil inspirasi dan mengadaptasi praktik terbaik
tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal mereka, demi menciptakan generasi
yang berkarakter dan bertanggung jawab.
46
BAB 6
EVALUASI DAN ASESMEN PENDIDIKAN KARAKTER
A. Teknik Asesmen Pendidikan Karakter
Asesmen pendidikan karakter adalah proses evaluasi yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana siswa mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai karakter
seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kerja sama, empati, dan lainnya dalam
kehidupan sehari-hari. Teknik asesmen ini berbeda dari asesmen akademik, karena lebih
berfokus pada penilaian terhadap sikap, perilaku, dan nilai moral siswa (Ansya, Alfianita,
Syahkira, et al., 2024). Beberapa teknik asesmen yang digunakan dalam pendidikan
karakter melibatkan pengamatan langsung, wawancara, portofolio, dan penilaian berbasis
proyek.
1. Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung adalah teknik asesmen yang melibatkan guru dalam
mengamati perilaku dan interaksi siswa dalam situasi sehari-hari. Guru dapat mengamati
bagaimana siswa berperilaku dalam kegiatan kelas, tugas kelompok, atau kegiatan
ekstrakurikuler. Pengamatan ini memungkinkan guru untuk menilai secara langsung
bagaimana siswa menerapkan nilai-nilai karakter seperti kerjasama, empati, disiplin, dan
kejujuran dalam konteks kehidupan nyata. Kelebihan dari teknik ini adalah bahwa
pengamatan dapat dilakukan dalam berbagai konteks sosial yang alami, memberi
gambaran yang lebih jelas tentang karakter siswa dalam situasi sehari-hari.
2. Wawancara
Teknik wawancara memungkinkan guru untuk mengeksplorasi pemahaman siswa
tentang nilai-nilai karakter serta bagaimana mereka menerapkannya dalam kehidupan
mereka. Dalam wawancara, guru dapat mengajukan pertanyaan yang menggali sikap,
keyakinan, dan pemikiran siswa terkait dengan perilaku moral atau etika. Wawancara ini
dapat dilakukan secara individu atau dalam kelompok kecil. Selain memberikan
pemahaman mendalam tentang pandangan siswa, wawancara juga membuka kesempatan
untuk mendiskusikan berbagai situasi kehidupan nyata di mana siswa dapat menghadapi
dilema moral dan mempraktikkan nilai karakter mereka.
3. Portofolio
Portofolio adalah kumpulan dokumentasi yang menggambarkan perkembangan
karakter siswa selama periode tertentu. Dalam konteks pendidikan karakter, portofolio
47
dapat berisi refleksi siswa tentang pengalaman belajar mereka, proyek yang menunjukkan
penerapan nilai-nilai karakter, serta karya-karya yang mencerminkan pertumbuhan
pribadi. Portofolio memungkinkan siswa untuk menunjukkan pemahaman mereka
tentang karakter dan bagaimana mereka telah berkembang dari waktu ke waktu. Teknik
ini juga memberi ruang bagi siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka dan
mengevaluasi perkembangan pribadi mereka dalam hal sikap dan nilai-nilai moral.
4. Penilaian Diri (Self-Assessment)
Penilaian diri adalah teknik asesmen yang memungkinkan siswa untuk
mengevaluasi perilaku dan sikap mereka sendiri terhadap nilai-nilai karakter. Dalam
penilaian diri, siswa diminta untuk mengisi formulir atau jurnal yang menggambarkan
bagaimana mereka mempersepsikan diri mereka dalam konteks karakter, seperti seberapa
jujur mereka, seberapa besar rasa tanggung jawab yang mereka miliki, dan sebagainya.
Teknik ini membantu siswa untuk mengembangkan kesadaran diri dan refleksi tentang
perilaku mereka, serta memberikan kesempatan bagi mereka untuk merencanakan
langkah-langkah untuk perbaikan.
5. Penilaian Teman Sebaya (Peer Assessment)
Penilaian teman sebaya adalah teknik di mana siswa menilai perilaku atau karakter
siswa lain dalam konteks kerja sama dan interaksi sosial. Dalam teknik ini, siswa diminta
untuk memberikan umpan balik tentang sikap, perilaku, dan kontribusi teman mereka
dalam suatu kegiatan kelompok. Penilaian teman sebaya mendorong siswa untuk lebih
memperhatikan dan menghargai perilaku positif orang lain, serta memberikan
kesempatan untuk berlatih keterampilan komunikasi dan umpan balik yang konstruktif.
Teknik ini juga mengembangkan rasa tanggung jawab sosial dan saling menghormati di
antara siswa.
6. Penilaian Berbasis Proyek
Penilaian berbasis proyek memungkinkan siswa untuk menunjukkan penerapan
nilai-nilai karakter dalam proyek yang melibatkan kerja kelompok atau kegiatan sosial.
Dalam proyek ini, siswa diberi tugas untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah
atau menciptakan solusi yang bermanfaat bagi komunitas atau sekolah. Misalnya, proyek
yang berfokus pada pengembangan masyarakat atau pelestarian lingkungan. Proyek ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan nilai-nilai seperti kerja
48
sama, tanggung jawab, dan empati dalam konteks yang lebih praktis. Penilaian berbasis
proyek juga memberi ruang bagi kreativitas dan inovasi siswa.
7. Rubrik Penilaian Karakter
Rubrik penilaian karakter adalah instrumen yang digunakan untuk menilai
perkembangan karakter siswa berdasarkan kriteria yang jelas dan terstruktur. Rubrik ini
mencakup beberapa dimensi perilaku karakter seperti kejujuran, rasa hormat, tanggung
jawab, disiplin, dan empati. Setiap dimensi perilaku dinilai dengan menggunakan skala
atau level yang menggambarkan tingkat pencapaian siswa dalam perilaku tersebut.
Rubrik penilaian karakter memberikan panduan yang lebih sistematis dan objektif untuk
mengevaluasi karakter siswa, serta memudahkan guru dalam memberikan umpan balik
yang konstruktif.
8. Evaluasi melalui Cerita atau Narasi
Teknik ini melibatkan siswa dalam bercerita atau membuat narasi yang
menggambarkan pengalaman mereka dalam menghadapi situasi yang membutuhkan
penerapan nilai-nilai karakter. Misalnya, siswa bisa diminta untuk menulis cerita tentang
bagaimana mereka menyelesaikan konflik dengan teman, atau bagaimana mereka
membantu orang lain dalam situasi sulit. Cerita atau narasi ini bisa menjadi alat yang
efektif untuk mengevaluasi bagaimana siswa memahami dan menerapkan nilai-nilai
karakter dalam kehidupan mereka sehari-hari.
9. Penggunaan Tes atau Kuis Karakter
Meskipun lebih sering digunakan dalam asesmen akademik, tes atau kuis juga dapat
digunakan untuk menilai pemahaman siswa tentang konsep-konsep nilai karakter. Tes ini
berisi pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai situasi moral yang mungkin dihadapi
siswa, dan bagaimana mereka akan bertindak dalam situasi tersebut. Tes ini dirancang
untuk menggali pemikiran dan keputusan moral siswa, serta mengukur sejauh mana
mereka memahami nilai-nilai karakter tertentu, seperti kejujuran, integritas, atau
tanggung jawab.
10. Pencatatan Perkembangan Karakter
Teknik pencatatan perkembangan karakter melibatkan dokumentasi berkala
mengenai perubahan sikap dan perilaku siswa yang relevan dengan nilai-nilai karakter
yang diajarkan. Pencatatan ini bisa dilakukan melalui catatan harian, jurnal siswa, atau
49
laporan perkembangan karakter yang disusun oleh guru. Melalui pencatatan ini, guru
dapat memantau sejauh mana siswa telah berkembang dalam aspek-aspek karakter
tertentu, serta memberikan umpan balik yang membantu siswa untuk terus berkembang.
Pencatatan perkembangan karakter juga memberikan gambaran yang jelas bagi orang tua
dan pihak sekolah tentang perjalanan pendidikan karakter siswa.
Dengan demikian, teknik asesmen pendidikan karakter yang beragam ini
memberikan gambaran yang komprehensif tentang bagaimana karakter siswa
berkembang seiring waktu. Dengan menggunakan berbagai teknik ini, guru tidak hanya
dapat mengevaluasi aspek kognitif siswa, tetapi juga perilaku dan sikap mereka yang
mencerminkan nilai-nilai karakter. Teknik asesmen yang tepat akan membantu
memastikan bahwa pendidikan karakter di sekolah dapat berjalan efektif, menghasilkan
siswa yang tidak hanya cerdas dalam bidang akademik, tetapi juga berkarakter kuat dan
tangguh dalam kehidupan sosial mereka.
B. Monitor Perkembangan Karakter Siswa
Monitoring perkembangan karakter siswa adalah proses yang penting untuk
memastikan bahwa pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah berjalan dengan
efektif dan dapat memberikan dampak yang nyata bagi pembentukan kepribadian siswa.
Monitoring ini berfungsi untuk menilai sejauh mana nilai-nilai karakter yang diajarkan
dapat diterima dan diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari (Ansya, Alfianita,
& Syahkira, 2024). Beberapa teknik dan pendekatan digunakan dalam proses monitoring
ini, termasuk pengamatan langsung, pencatatan perkembangan, serta umpan balik dari
berbagai pihak seperti guru, siswa, orang tua, dan masyarakat.
1. Pengamatan Keterampilan Sosial
Siswa Pengamatan keterampilan sosial siswa adalah salah satu cara untuk
memonitor perkembangan karakter mereka. Guru atau pengajar dapat mengamati
bagaimana siswa berinteraksi dengan teman-teman sekelas, guru, dan masyarakat di
sekitar mereka. Aspek yang diamati meliputi kerja sama, kemampuan berkomunikasi,
rasa hormat, empati, dan kemampuan menyelesaikan konflik. Pengamatan ini
memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana siswa memperlihatkan
karakter mereka dalam situasi sosial nyata.
2. Pencatatan Perkembangan Karakter
50
Pencatatan perkembangan karakter dilakukan dengan mendokumentasikan sikap,
perilaku, dan tindakan siswa secara berkelanjutan. Guru dapat mencatat perubahan
perilaku positif atau negatif yang muncul, serta menganalisis tren atau pola dalam
perkembangan karakter siswa. Pencatatan ini membantu guru untuk melihat area-area
yang perlu perhatian lebih dan memberikan umpan balik yang relevan untuk mendukung
perkembangan karakter siswa ke arah yang lebih baik.
3. Umpan Balik dari Guru dan Teman Sebaya
Umpan balik dari guru dan teman sebaya merupakan alat penting dalam monitoring
perkembangan karakter siswa. Guru dapat memberikan umpan balik langsung setelah
mengamati perilaku siswa, baik dalam pembelajaran maupun dalam interaksi sosial.
Sementara itu, teman sebaya juga dapat memberikan penilaian terhadap sikap dan
perilaku karakter siswa, misalnya dalam kegiatan kelompok atau permainan. Umpan balik
ini memungkinkan siswa untuk menyadari kekuatan dan area yang perlu diperbaiki dalam
aspek karakter mereka.
4. Jurnal Refleksi Siswa
Jurnal refleksi siswa adalah alat yang dapat digunakan untuk memonitor
perkembangan karakter mereka. Dalam jurnal ini, siswa diminta untuk menuliskan
pengalaman mereka dalam menghadapi situasi yang menguji nilai-nilai karakter, seperti
saat menghadapi konflik, membuat keputusan yang sulit, atau membantu orang lain.
Refleksi ini memungkinkan siswa untuk melihat dan mengevaluasi perilaku mereka, serta
merencanakan langkah-langkah perbaikan untuk mengembangkan karakter mereka lebih
lanjut.
5. Portofolio Karakter
Portofolio karakter adalah kumpulan dokumentasi yang menunjukkan kemajuan
siswa dalam penerapan nilai-nilai karakter. Portofolio ini bisa berisi karya-karya yang
mencerminkan perkembangan karakter, misalnya proyek sosial, catatan harian, surat-
surat atau pesan yang ditulis oleh siswa mengenai pengalaman mereka dengan nilai-nilai
karakter. Dengan memiliki portofolio ini, siswa dapat melihat perjalanan mereka dalam
membangun karakter, sementara guru dapat memantau sejauh mana siswa
mengaplikasikan karakter dalam kegiatan belajar sehari-hari.
6. Penilaian Diri dan Teman Sebaya
51
Penilaian diri dan teman sebaya adalah salah satu cara untuk memonitor
perkembangan karakter siswa. Siswa dapat mengevaluasi diri mereka sendiri mengenai
penerapan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, teman sebaya juga
dapat memberikan penilaian terhadap sikap dan perilaku teman mereka. Hal ini
memberikan siswa kesempatan untuk menerima perspektif lain tentang perilaku mereka,
serta mendorong mereka untuk menjadi lebih sadar akan dampak tindakan mereka
terhadap orang lain.
7. Evaluasi Berbasis Proyek
Evaluasi berbasis proyek adalah salah satu teknik yang efektif untuk memonitor
perkembangan karakter siswa dalam konteks kegiatan nyata. Dalam proyek ini, siswa
bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas atau masalah yang berkaitan dengan
nilai-nilai karakter seperti tanggung jawab, kerja sama, dan integritas. Evaluasi dilakukan
berdasarkan kinerja siswa dalam proyek tersebut, baik dalam hal kualitas hasil, proses
kerja sama, maupun penerapan nilai-nilai karakter dalam menjalani tugas yang diberikan.
8. Observasi dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler memberikan peluang bagi siswa untuk menampilkan
karakter mereka di luar lingkungan kelas. Guru atau pelatih dapat mengamati sikap dan
perilaku siswa dalam kegiatan seperti olahraga, seni, atau organisasi sekolah. Kegiatan
ekstrakurikuler ini tidak hanya mengajarkan keterampilan baru tetapi juga menguji
penerapan nilai-nilai karakter dalam situasi yang lebih santai dan sosial. Observasi dalam
kegiatan ini memberikan gambaran tambahan mengenai bagaimana siswa menunjukkan
karakter mereka dalam berbagai konteks.
9. Keterlibatan Orang Tua dalam Monitoring
Orang tua memegang peran penting dalam monitoring perkembangan karakter
siswa. Komunikasi yang terbuka antara guru dan orang tua dapat memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang perkembangan karakter anak. Guru dapat melibatkan orang
tua dengan meminta mereka untuk melaporkan perubahan atau kemajuan yang mereka
lihat di rumah, baik dalam hal sikap maupun perilaku anak. Selain itu, orang tua juga bisa
mengisi formulir atau melakukan wawancara dengan guru untuk memberikan perspektif
tentang perkembangan karakter anak di rumah.
10. Evaluasi Tahunan atau Periode Tertentu
52
Monitoring perkembangan karakter juga bisa dilakukan melalui evaluasi tahunan
atau dalam periode tertentu, seperti setiap semester. Evaluasi ini melibatkan pengumpulan
data dari berbagai sumber, seperti pengamatan, portofolio, penilaian diri, dan umpan balik
dari teman sebaya. Berdasarkan data tersebut, guru dan pihak sekolah dapat menilai
sejauh mana perkembangan karakter siswa, serta merencanakan langkah-langkah
perbaikan yang diperlukan. Evaluasi periodik ini membantu pihak sekolah untuk
memantau kemajuan secara keseluruhan dan membuat penyesuaian dalam program
pendidikan karakter yang dijalankan.
Monitoring perkembangan karakter siswa adalah bagian penting dari pendidikan
karakter itu sendiri, karena memberikan gambaran yang jelas tentang kemajuan yang
telah dicapai dan area yang perlu ditingkatkan. Dengan menggunakan berbagai teknik
monitoring yang terintegrasi, sekolah dapat memastikan bahwa nilai-nilai karakter benar-
benar tertanam dalam diri siswa, yang pada gilirannya akan membentuk mereka menjadi
individu yang berintegritas, bertanggung jawab, dan peduli terhadap orang lain dan
lingkungan mereka.
C. Alat Bantu dan Instrumen Evaluasi
Alat bantu dan instrumen evaluasi dalam pendidikan karakter adalah perangkat
yang digunakan untuk menilai, mengukur, dan memantau perkembangan karakter siswa
dalam lingkungan pendidikan. Evaluasi karakter tidak hanya berfokus pada penilaian
akademik, tetapi juga menilai sikap, perilaku, dan penerapan nilai-nilai karakter yang
diajarkan di sekolah (Ansya, Alfianita, Syahkira, et al., 2024). Alat bantu dan instrumen
evaluasi ini penting untuk memberikan gambaran yang lebih holistik tentang karakter
siswa dan untuk memastikan bahwa tujuan pendidikan karakter tercapai secara efektif.
Beberapa alat bantu yang umum digunakan dalam evaluasi karakter meliputi rubrik,
kuesioner, observasi, serta teknologi berbasis digital.
1. Rubrik Penilaian Karakter
Rubrik adalah instrumen evaluasi yang paling umum digunakan untuk menilai
perkembangan karakter siswa. Rubrik ini berisi deskripsi yang jelas mengenai perilaku
atau sikap yang diharapkan dari siswa, serta skala penilaian untuk mengukur sejauh mana
siswa memenuhi kriteria tersebut. Misalnya, rubrik untuk penilaian kerja sama dapat
mencakup indikator-indikator seperti kontribusi terhadap kelompok, kemampuan
mendengarkan teman, dan penghargaan terhadap pendapat orang lain. Penggunaan rubrik
53
membantu membuat penilaian lebih objektif dan terstruktur, sehingga siswa dapat
mengetahui dengan jelas aspek-aspek karakter yang perlu mereka tingkatkan.
2. Kuesioner Penilaian Karakter
Kuesioner adalah alat evaluasi yang digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai pandangan siswa, guru, atau orang tua tentang karakter siswa. Kuesioner ini
biasanya berisi serangkaian pertanyaan tentang sikap dan perilaku siswa dalam berbagai
situasi, seperti di dalam kelas, dalam kegiatan ekstrakurikuler, atau dalam interaksi sosial.
Kuesioner dapat memberikan informasi yang berguna untuk melihat sejauh mana siswa
memahami dan menerapkan nilai-nilai karakter yang diajarkan. Selain itu, kuesioner juga
memberikan kesempatan bagi siswa untuk merefleksikan diri mereka sendiri dalam hal
perilaku dan sikap yang berkaitan dengan karakter.
3. Observasi Langsung oleh Guru
Observasi langsung adalah teknik di mana guru mengamati dan menilai perilaku
siswa dalam konteks kehidupan sehari-hari, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Dalam pendidikan karakter, pengamatan ini berfokus pada sikap dan perilaku siswa yang
mencerminkan nilai-nilai karakter seperti kejujuran, empati, disiplin, dan tanggung
jawab. Guru mencatat interaksi siswa dengan teman, cara mereka menangani konflik, dan
respons mereka terhadap tantangan. Observasi langsung memberi gambaran yang lebih
akurat tentang bagaimana siswa menerapkan karakter dalam situasi sosial dan
pembelajaran.
4. Portofolio Karakter
Portofolio karakter adalah kumpulan karya siswa yang mencerminkan
perkembangan nilai-nilai karakter mereka. Portofolio ini bisa mencakup tugas-tugas yang
menunjukkan penerapan nilai karakter dalam proyek atau kegiatan tertentu, serta refleksi
siswa tentang pengalaman belajar mereka. Dengan portofolio ini, siswa dapat melihat
perkembangan pribadi mereka dalam hal karakter, dan guru dapat memantau seberapa
jauh siswa menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Portofolio karakter juga memungkinkan
guru untuk mengevaluasi tidak hanya hasil kerja, tetapi juga proses dan sikap yang
ditunjukkan siswa selama proses tersebut.
5. Penilaian Diri (Self-Assessment)
Penilaian diri adalah alat bantu yang memungkinkan siswa untuk menilai perilaku
dan sikap mereka sendiri terhadap nilai-nilai karakter. Melalui penilaian diri, siswa
54
diundang untuk merenungkan tindakan mereka dan mengevaluasi bagaimana mereka
telah menerapkan karakter dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian diri ini bisa dilakukan
dengan cara mengisi formulir atau jurnal yang meminta siswa untuk menggambarkan
tindakan atau keputusan yang telah mereka buat dan bagaimana hal tersebut
mencerminkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati. Teknik ini
membantu siswa menjadi lebih sadar akan perkembangan karakter mereka.
6. Penilaian Teman Sebaya (Peer Assessment)
Penilaian teman sebaya melibatkan siswa dalam menilai perilaku karakter siswa
lain, khususnya dalam konteks kerja kelompok atau interaksi sosial. Dalam penilaian
teman sebaya, siswa memberikan umpan balik mengenai sikap dan kontribusi teman
mereka dalam kegiatan kelas atau proyek. Teknik ini memberi kesempatan bagi siswa
untuk melihat bagaimana karakter mereka dipersepsikan oleh teman-teman mereka dan
juga dapat membangun rasa saling menghargai dan menghormati antar siswa. Penilaian
teman sebaya juga berfungsi untuk mengajarkan keterampilan komunikasi dan memberi
umpan balik secara konstruktif.
7. Kuis Karakter
Meskipun lebih umum digunakan dalam penilaian akademik, tes atau kuis juga
dapat digunakan untuk mengukur pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang
berkaitan dengan karakter. Tes ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang menilai keputusan
moral atau perilaku yang berkaitan dengan nilai karakter seperti kejujuran, disiplin, dan
tanggung jawab. Tes atau kuis ini memberi gambaran tentang bagaimana siswa
menginterpretasikan dan memahami nilai-nilai karakter serta bagaimana mereka berpikir
dalam situasi yang memerlukan pilihan moral.
8. Aplikasi Teknologi untuk Penilaian Karakter
Dengan kemajuan teknologi, aplikasi berbasis digital kini dapat digunakan sebagai
alat bantu untuk penilaian karakter. Aplikasi ini memungkinkan guru untuk
mengumpulkan data secara real-time mengenai sikap dan perilaku siswa melalui platform
digital. Misalnya, aplikasi yang memungkinkan guru untuk mengamati dan menilai
perkembangan siswa dalam keterampilan sosial atau aplikasi yang memungkinkan siswa
untuk merefleksikan nilai-nilai karakter melalui jurnal elektronik. Penggunaan teknologi
ini memudahkan proses monitoring dan evaluasi karakter siswa secara lebih efisien dan
dapat diakses kapan saja oleh guru atau orang tua.
55
9. Wawancara
Wawancara dengan siswa adalah metode lain yang bisa digunakan untuk
mengumpulkan informasi mengenai perkembangan karakter mereka. Dalam wawancara
ini, guru atau pengajar mengajukan pertanyaan terbuka yang menggali pemahaman siswa
mengenai nilai-nilai karakter dan bagaimana mereka menerapkannya dalam kehidupan
mereka. Diskusi ini juga memberi ruang bagi siswa untuk berbicara secara terbuka
tentang pengalaman mereka, sehingga memberi gambaran lebih dalam tentang bagaimana
karakter mereka berkembang dan diterapkan dalam situasi nyata.
10. Evaluasi Berbasis Proyek
Evaluasi berbasis proyek merupakan alat bantu yang efektif dalam mengukur
penerapan nilai karakter dalam proyek yang melibatkan kerja sama, kepemimpinan, dan
tanggung jawab. Dalam evaluasi ini, siswa dievaluasi berdasarkan kontribusi mereka
terhadap proyek kelompok, proses kerja sama yang mereka lakukan, serta hasil akhir
proyek yang mencerminkan sikap dan nilai-nilai karakter yang diajarkan. Proyek ini bisa
berfokus pada kegiatan sosial, seni, atau lingkungan, yang memberikan kesempatan bagi
siswa untuk menerapkan nilai-nilai karakter dalam konteks yang lebih praktis dan
aplikatif.
Dengan berbagai alat bantu dan instrumen evaluasi ini, sekolah dapat melakukan
penilaian yang lebih komprehensif terhadap perkembangan karakter siswa. Hal ini
membantu guru, orang tua, dan pihak sekolah lainnya untuk mendapatkan gambaran yang
lebih lengkap tentang bagaimana siswa mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai
karakter dalam kehidupan mereka, serta memberikan umpan balik yang konstruktif untuk
membantu siswa terus berkembang.
56
BAB 7
TANTANGAN DAN SOLUSI DALAM
MEMBANGUN KARAKTER SISWA DI SEKOLAH DASAR
A. Hambatan dalam Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan salah satu aspek penting dalam membentuk
generasi yang memiliki sikap positif, berbudi pekerti luhur, dan mampu menghadapi
tantangan kehidupan dengan bijak. Namun, meskipun tujuannya mulia, ada beberapa
hambatan yang sering kali muncul dalam implementasi pendidikan karakter di sekolah
(Ansya, Ardhita, Rahma, et al., 2024). Hambatan-hambatan ini perlu dikenali dan diatasi
agar pendidikan karakter dapat berjalan dengan efektif. Beberapa hambatan yang umum
terjadi dalam pendidikan karakter mencakup faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi proses pembelajaran dan perkembangan karakter siswa.
1. Kurangnya Pemahaman tentang Pendidikan Karakter
Salah satu hambatan utama dalam pendidikan karakter adalah kurangnya
pemahaman yang mendalam dari berbagai pihak mengenai konsep dan tujuan pendidikan
karakter itu sendiri. Banyak guru dan tenaga pendidik yang masih menganggap
pendidikan karakter sebagai tambahan dari kurikulum yang sudah ada, bukan sebagai
bagian integral dari pendidikan. Tanpa pemahaman yang jelas tentang pentingnya
pendidikan karakter, upaya untuk membentuk karakter siswa tidak akan berjalan
maksimal.
2. Keterbatasan Waktu dalam Kurikulum
Pembelajaran karakter sering kali dianggap sebagai sesuatu yang tidak memiliki
ruang khusus dalam kurikulum yang padat. Di banyak sekolah, kurikulum akademik yang
padat membuat waktu untuk pendidikan karakter menjadi terbatas. Hal ini menyebabkan
pendidikan karakter sering kali dipandang sebagai kegiatan tambahan, bukan sebagai
bagian dari proses pembelajaran yang penting. Akibatnya, karakter siswa sulit
berkembang secara optimal karena pendidikan karakter tidak diberikan cukup waktu dan
perhatian.
3. Kurangnya Dukungan dari Pihak Sekolah
Sekolah memegang peran kunci dalam pelaksanaan pendidikan karakter, namun
sering kali ada kekurangan dukungan dari pihak manajemen sekolah. Tanpa adanya
kebijakan yang jelas dan dukungan penuh dari pimpinan sekolah, program pendidikan
57
karakter tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Kepemimpinan yang kurang tegas dalam
mendukung pendidikan karakter menyebabkan program-program tersebut hanya bersifat
sementara dan tidak memiliki dampak yang langgeng.
4. Pengaruh Lingkungan Sosial dan Budaya
Pendidikan karakter di sekolah sering kali terganggu oleh pengaruh negatif dari
lingkungan sosial dan budaya siswa. Misalnya, pengaruh teman sebaya yang buruk,
kurangnya teladan dari keluarga, atau budaya masyarakat yang tidak mendukung nilai-
nilai karakter positif. Siswa yang terpapar pada lingkungan yang tidak mendukung
pengembangan karakter mereka akan lebih sulit untuk menginternalisasi nilai-nilai yang
diajarkan di sekolah. Pengaruh dari luar sekolah ini sering kali lebih kuat daripada yang
diterima siswa di dalam kelas.
5. Kurangnya Keterlibatan Orang Tua
Orang tua memegang peranan penting dalam membentuk karakter anak. Namun,
banyak orang tua yang tidak terlibat aktif dalam pendidikan karakter anak mereka, baik
di rumah maupun di sekolah. Mereka mungkin tidak memiliki pemahaman yang cukup
tentang pentingnya pendidikan karakter atau tidak meluangkan waktu untuk
mendiskusikan nilai-nilai karakter dengan anak-anak mereka. Tanpa adanya keterlibatan
orang tua, pendidikan karakter yang diberikan di sekolah akan kurang efektif.
6. Pola Pikir yang Berorientasi pada Akademik
Di banyak sistem pendidikan, terdapat kecenderungan untuk lebih menekankan
pada pencapaian akademik daripada pembentukan karakter. Sekolah sering kali terlalu
fokus pada hasil ujian dan penilaian akademis yang mengukur kecerdasan intelektual
siswa, sementara perkembangan karakter sering kali diabaikan. Pola pikir ini
mengabaikan pentingnya pembentukan kepribadian siswa yang seimbang antara aspek
intelektual dan karakter, padahal keduanya harus berjalan seiring untuk menciptakan
individu yang utuh.
7. Kurangnya Pelatihan bagi Guru
Guru memainkan peran utama dalam mendidik karakter siswa. Namun, sering kali
mereka tidak mendapatkan pelatihan atau pengembangan profesional yang cukup dalam
bidang pendidikan karakter. Tanpa pemahaman yang mendalam mengenai strategi dan
metode pendidikan karakter, guru akan kesulitan dalam mengajarkan nilai-nilai karakter
dengan cara yang efektif dan menyenangkan. Pelatihan yang kurang membuat guru
58
merasa kurang percaya diri dan kurang memiliki keterampilan dalam mengelola
pendidikan karakter di kelas.
8. Ketidakseimbangan dalam Pengajaran Karakter dan Akademik
Pendidikan karakter sering kali berbenturan dengan pengajaran akademik yang
lebih dominan. Banyak guru yang merasa bahwa waktu yang terbatas di kelas harus
diprioritaskan untuk pengajaran mata pelajaran inti dan tidak cukup waktu untuk
pendidikan karakter. Hal ini menyebabkan karakter siswa tidak berkembang secara
maksimal, karena aspek afektif dan moral mereka tidak mendapatkan perhatian yang
sebanding dengan aspek kognitif. Ketidakseimbangan ini menjadi salah satu hambatan
besar dalam pendidikan karakter.
9. Keterbatasan Sumber Daya
Hambatan lainnya adalah keterbatasan sumber daya yang dimiliki sekolah, seperti
kurangnya bahan ajar yang relevan untuk mendukung pendidikan karakter. Buku-buku
atau modul yang mengajarkan karakter dengan cara yang menarik dan sesuai dengan
kebutuhan siswa masih terbatas. Selain itu, fasilitas dan sarana yang mendukung kegiatan
pendidikan karakter, seperti kegiatan ekstrakurikuler atau proyek sosial, juga sering kali
tidak memadai. Tanpa dukungan sumber daya yang cukup, pendidikan karakter akan
kesulitan untuk diterapkan secara efektif.
10. Tantangan Teknologi dan Media Sosial
Perkembangan teknologi dan media sosial membawa dampak positif dan negatif
bagi pendidikan karakter. Siswa kini lebih terpapar pada informasi yang tidak selalu
sesuai dengan nilai-nilai karakter yang diajarkan di sekolah. Konten negatif dari media
sosial dapat memengaruhi sikap dan perilaku siswa, memperburuk kualitas pendidikan
karakter yang diberikan di sekolah. Oleh karena itu, tantangan dalam mengelola pengaruh
media sosial dan teknologi menjadi hambatan yang perlu diatasi dalam pendidikan
karakter.
11. Kurangnya Model Teladan
Pembentukan karakter tidak hanya mengandalkan ajaran verbal, tetapi juga melalui
teladan yang ditunjukkan oleh orang dewasa di sekitar siswa. Namun, sering kali siswa
tidak menemukan contoh perilaku yang baik dari guru, orang tua, atau tokoh masyarakat.
Ketika siswa tidak melihat teladan yang positif dalam kehidupan sehari-hari mereka,
mereka akan kesulitan untuk meniru nilai-nilai karakter yang diharapkan. Tanpa contoh
59
yang nyata, nilai-nilai karakter cenderung hanya menjadi teori yang sulit untuk diterapkan
dalam kehidupan nyata.
12. Minimnya Penilaian dan Evaluasi
Karakter Salah satu hambatan besar dalam pendidikan karakter adalah minimnya
sistem penilaian dan evaluasi yang jelas untuk mengukur perkembangan karakter siswa.
Tanpa adanya sistem evaluasi yang terstruktur, sulit untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah menginternalisasi nilai-nilai karakter yang diajarkan. Hal ini juga membuat guru
dan pihak sekolah kesulitan dalam memberikan umpan balik yang konstruktif untuk
membantu siswa dalam memperbaiki aspek karakter mereka yang masih kurang
berkembang.
Mengatasi hambatan-hambatan ini memerlukan komitmen dari semua pihak yang
terlibat dalam pendidikan, baik itu guru, orang tua, masyarakat, maupun pemerintah.
Dengan kerjasama yang baik dan pemahaman yang mendalam mengenai pentingnya
pendidikan karakter, hambatan-hambatan tersebut dapat diminimalisir dan pendidikan
karakter dapat berjalan dengan lebih efektif, menghasilkan generasi yang tidak hanya
cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan baik.
B. Solusi dan Strategi Mengatasi Tantangan
Pendidikan karakter memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk
generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki budi pekerti
yang luhur dan kesiapan untuk menghadapi tantangan kehidupan. Meskipun tantangan
dalam penerapan pendidikan karakter di sekolah sangat beragam, terdapat berbagai solusi
dan strategi yang dapat diambil untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Beberapa
pendekatan yang dapat diimplementasikan untuk mendukung keberhasilan pendidikan
karakter di sekolah antara lain adalah peningkatan pemahaman tentang pendidikan
karakter, kolaborasi dengan berbagai pihak, penggunaan metode yang inovatif, dan
penyesuaian kurikulum yang lebih mendukung.
1. Peningkatan Pemahaman tentang Pendidikan Karakter
Solusi pertama yang perlu diterapkan adalah meningkatkan pemahaman tentang
pendidikan karakter di kalangan guru, siswa, dan orang tua. Melalui pelatihan dan
seminar, para guru dapat diberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai
pentingnya pendidikan karakter dan cara-cara mengimplementasikannya dalam
pembelajaran sehari-hari. Hal ini juga dapat melibatkan orang tua dalam pendidikan
60
karakter anak-anak mereka di rumah. Pendidikan karakter harus dianggap sebagai
komponen integral dalam kurikulum, bukan hanya sebagai kegiatan tambahan.
2. Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Kurikulum
Salah satu strategi utama dalam mengatasi tantangan pendidikan karakter adalah
mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam seluruh mata pelajaran yang ada dalam
kurikulum. Pendidikan karakter tidak harus menjadi mata pelajaran terpisah, tetapi harus
ada dalam setiap kegiatan pembelajaran. Misalnya, dalam mata pelajaran matematika,
siswa dapat diajarkan nilai-nilai ketelitian dan kejujuran, sementara dalam pelajaran seni
mereka dapat belajar mengenai kreativitas dan penghargaan terhadap keindahan.
3. Penguatan Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter
Orang tua memiliki pengaruh besar dalam perkembangan karakter anak. Oleh
karena itu, penting bagi sekolah untuk melibatkan orang tua dalam proses pendidikan
karakter. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan pertemuan
atau workshop yang melibatkan orang tua untuk berbagi pengetahuan dan strategi dalam
membentuk karakter anak. Selain itu, orang tua juga dapat diberi informasi mengenai
cara-cara mendukung pendidikan karakter di rumah, seperti melalui diskusi terbuka
tentang nilai-nilai yang penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menggunakan Metode Pembelajaran yang Inovatif
Menggunakan metode pembelajaran yang inovatif dan menarik dapat menjadi
solusi untuk mengatasi tantangan dalam pendidikan karakter. Metode-metode seperti
permainan peran, diskusi moral, studi kasus, dan pembelajaran berbasis proyek dapat
membantu siswa menginternalisasi nilai-nilai karakter dengan cara yang lebih
menyenangkan dan relevan. Pendekatan ini dapat membuat pembelajaran karakter
menjadi lebih interaktif, sehingga siswa lebih mudah memahami dan menerapkan nilai-
nilai tersebut dalam kehidupan mereka.
5. Menjadi Teladan yang Baik
Salah satu cara yang sangat efektif dalam pendidikan karakter adalah dengan
memberikan contoh yang baik. Guru, orang tua, dan semua pihak yang terlibat dalam
pendidikan harus menunjukkan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang
ingin ditanamkan pada siswa. Misalnya, guru yang selalu jujur, disiplin, dan empatik akan
menjadi contoh yang baik bagi siswa. Dengan menjadi teladan, nilai-nilai karakter akan
61
lebih mudah diterima oleh siswa karena mereka dapat melihat penerapan nyata dari nilai-
nilai tersebut.
6. Membuat Lingkungan Sekolah yang Mendukung
Menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung pendidikan karakter sangat
penting untuk mengatasi tantangan dalam pembentukan karakter siswa. Lingkungan
sekolah yang positif, inklusif, dan penuh rasa saling menghormati akan membantu siswa
merasa aman dan dihargai, sehingga mereka dapat mengembangkan karakter dengan
lebih baik. Hal ini dapat melibatkan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang mendorong
kerja sama, kepemimpinan, dan tanggung jawab, serta menciptakan suasana di mana
nilai-nilai karakter dapat diterapkan dalam interaksi sehari-hari.
7. Menggunakan Teknologi untuk Meningkatkan Pembelajaran Karakter
Teknologi dapat dimanfaatkan untuk mendukung pendidikan karakter dengan cara
yang kreatif dan efektif. Penggunaan aplikasi pembelajaran digital, platform diskusi
online, dan sumber daya digital lainnya dapat membantu siswa lebih memahami dan
menerapkan nilai-nilai karakter. Teknologi juga memungkinkan adanya akses yang lebih
luas terhadap materi ajar yang dapat menginspirasi siswa untuk mengembangkan karakter
mereka melalui berbagai media, seperti video, artikel, dan kuis interaktif.
8. Peningkatan Evaluasi dan Penilaian Karakter
Penilaian karakter yang jelas dan terstruktur sangat penting untuk memantau
perkembangan siswa dalam hal karakter. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah
dengan menggunakan rubrik penilaian yang mencakup berbagai aspek karakter, seperti
kejujuran, tanggung jawab, dan kerja sama. Selain itu, penilaian diri dan penilaian teman
sebaya juga dapat digunakan untuk memberikan umpan balik yang lebih komprehensif
mengenai perkembangan karakter siswa. Evaluasi yang berkelanjutan akan membantu
siswa mengenali kekuatan dan area yang perlu diperbaiki dalam pembentukan karakter
mereka.
9. Kolaborasi dengan Masyarakat
Pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga
masyarakat luas. Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dapat
menciptakan ekosistem yang mendukung pembentukan karakter. Salah satu bentuk
kolaborasi yang efektif adalah melalui program-program sosial, seperti kegiatan bakti
sosial, pengabdian masyarakat, atau program mentoring yang melibatkan masyarakat.
62
Keterlibatan masyarakat dalam pendidikan karakter akan memberikan pengalaman nyata
bagi siswa tentang bagaimana karakter dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di
luar sekolah.
10. Penerapan Program Pendidikan Karakter secara Konsisten
Pendidikan karakter memerlukan konsistensi dalam penerapannya. Salah satu
strategi yang efektif adalah dengan merencanakan dan melaksanakan program pendidikan
karakter secara berkesinambungan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Program-program ini harus mencakup kegiatan yang
melibatkan seluruh elemen sekolah, termasuk guru, siswa, dan staf sekolah, sehingga
nilai-nilai karakter dapat diterapkan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Keberlanjutan program ini akan membantu memastikan bahwa pembentukan karakter
siswa berjalan dengan optimal.
11. Mengatasi Pengaruh Negatif Lingkungan Eksternal
Untuk mengatasi pengaruh negatif dari lingkungan sosial dan budaya yang tidak
mendukung pendidikan karakter, sekolah perlu melakukan pendekatan preventif dan
kuratif. Salah satu solusinya adalah dengan melibatkan siswa dalam kegiatan yang dapat
meningkatkan kesadaran mereka tentang dampak dari perilaku negatif, seperti narkoba,
bullying, atau kekerasan. Melalui pembelajaran yang mengedukasi siswa mengenai
bahaya dari pengaruh negatif tersebut, serta menyediakan dukungan psikologis dan
konseling, siswa dapat diberdayakan untuk membuat pilihan yang lebih baik dalam
kehidupan mereka.
12. Membangun Budaya Sekolah yang Positif
Solusi terakhir adalah dengan membangun budaya sekolah yang positif, di mana
nilai-nilai karakter menjadi bagian dari tradisi dan kebiasaan di sekolah. Ini dapat
dilakukan dengan menetapkan aturan yang jelas mengenai perilaku yang diharapkan,
memberikan penghargaan kepada siswa yang menunjukkan perilaku positif, dan
menciptakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan seluruh warga sekolah. Budaya yang
positif ini akan memperkuat pendidikan karakter dengan menciptakan lingkungan yang
penuh dengan contoh dan pengalaman nyata dalam menerapkan nilai-nilai karakter.
Dengan berbagai solusi dan strategi ini, tantangan dalam pendidikan karakter dapat
diatasi dengan lebih efektif. Pendidikan karakter yang baik akan membentuk siswa yang
tidak hanya memiliki kemampuan akademik yang baik, tetapi juga memiliki sikap dan
63
perilaku yang positif, yang siap untuk berkontribusi kepada masyarakat dan dunia secara
keseluruhan.
C. Peran Teknologi dalam Mendukung Pendidikan Karakter
Teknologi kini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Tidak
hanya mempermudah akses informasi dan memperkaya metode pembelajaran, teknologi
juga dapat memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung pendidikan karakter.
Dengan perkembangan pesat dalam bidang teknologi, berbagai alat digital, aplikasi, dan
platform online dapat digunakan untuk meningkatkan pengajaran dan pembentukan
karakter siswa. Teknologi dapat memperkenalkan berbagai pendekatan baru dalam
pendidikan karakter yang lebih interaktif, menarik, dan relevan dengan kebutuhan
generasi muda saat ini.
1. Memperluas Akses ke Materi Pendidikan Karakter
Salah satu manfaat utama teknologi dalam pendidikan karakter adalah memperluas
akses siswa ke materi yang mendukung pembentukan karakter. Dengan menggunakan
perangkat digital seperti komputer, tablet, atau smartphone, siswa dapat mengakses
berbagai sumber belajar mengenai nilai-nilai karakter secara lebih mudah. Misalnya,
video pembelajaran, artikel, atau cerita yang mengajarkan tentang kejujuran, tanggung
jawab, kerjasama, dan nilai moral lainnya dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Ini
memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar karakter di luar jam sekolah dan di luar
batasan kelas.
2. Pembelajaran Interaktif dan Gamifikasi
Teknologi memungkinkan pengajaran karakter dengan cara yang lebih menarik dan
interaktif, seperti melalui gamifikasi. Konsep gamifikasi mengubah pembelajaran
karakter menjadi sebuah permainan yang menyenangkan, yang memungkinkan siswa
untuk belajar melalui tantangan dan penghargaan. Misalnya, aplikasi atau platform online
dapat digunakan untuk menciptakan simulasi atau permainan peran yang memungkinkan
siswa untuk berlatih dalam situasi yang menguji keputusan moral atau karakter mereka.
Metode ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menarik, tetapi juga lebih efektif
dalam membentuk karakter siswa.
3. Meningkatkan Kesadaran Sosial melalui Media Sosial
Media sosial, yang sering kali dipandang sebagai sumber pengaruh negatif, juga
dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran sosial dan mendukung
64
pendidikan karakter. Platform seperti Instagram, Twitter, atau YouTube memungkinkan
siswa untuk terlibat dalam kampanye sosial, diskusi tentang isu moral dan etika, serta
berbagi cerita yang menginspirasi. Dengan mengikuti akun-akun yang berfokus pada
nilai-nilai positif, siswa dapat belajar bagaimana mengembangkan empati, rasa hormat,
dan tanggung jawab terhadap orang lain. Selain itu, media sosial juga dapat digunakan
untuk mengorganisir kegiatan sosial yang mendukung pendidikan karakter, seperti aksi
amal atau kampanye anti-bullying.
4. Penggunaan Aplikasi Pembelajaran Karakter
Ada banyak aplikasi pembelajaran yang dirancang khusus untuk mendukung
pendidikan karakter. Aplikasi ini sering kali mencakup modul-modul yang membahas
berbagai nilai, seperti kejujuran, disiplin, kepemimpinan, dan kerja sama. Beberapa
aplikasi bahkan memungkinkan siswa untuk melakukan refleksi diri dan memberikan
umpan balik mengenai perkembangan karakter mereka. Dengan menggunakan aplikasi
ini, siswa dapat belajar melalui kuis, tantangan, atau kegiatan lainnya yang tidak hanya
mengajarkan konsep karakter, tetapi juga memberikan pengalaman praktis yang dapat
mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Meningkatkan Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Karakter
Teknologi juga memungkinkan orang tua untuk lebih terlibat dalam pendidikan
karakter anak-anak mereka. Dengan adanya platform komunikasi seperti aplikasi sekolah
atau email, orang tua dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai kegiatan
yang berkaitan dengan pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah. Selain itu,
teknologi memungkinkan orang tua untuk berpartisipasi dalam forum diskusi atau
workshop online yang dapat membantu mereka lebih memahami cara mendukung
perkembangan karakter anak mereka di rumah. Dengan demikian, teknologi dapat
memperkuat kolaborasi antara sekolah dan keluarga dalam pembentukan karakter siswa.
6. Penggunaan Video Pembelajaran dan Film Dokumenter
Video pembelajaran dan film dokumenter yang mengangkat tema-tema pendidikan
karakter dapat memberikan dampak yang besar dalam pembentukan karakter siswa.
Teknologi memungkinkan penyebaran video-video ini melalui berbagai platform, seperti
YouTube atau platform pembelajaran online. Video yang memperlihatkan kisah-kisah
nyata tentang perjuangan hidup, keberanian, pengorbanan, dan nilai-nilai positif lainnya
dapat menginspirasi siswa dan memberi mereka contoh nyata tentang bagaimana nilai-
65
nilai karakter diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Film dokumenter yang
menunjukkan kisah orang-orang yang berhasil mengatasi tantangan hidup dengan
integritas dan kejujuran bisa menjadi sarana efektif untuk mengajarkan karakter.
7. Pembelajaran Jarak Jauh dan Keterbatasan Fisik
Teknologi juga memungkinkan pendidikan karakter tetap berjalan meskipun dalam
kondisi terbatas, seperti saat pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau dalam keadaan darurat.
Dalam situasi seperti pandemi COVID-19, sekolah dapat menggunakan platform
pembelajaran online untuk mengadakan kelas-kelas pendidikan karakter secara virtual.
Ini memberi siswa kesempatan untuk terus belajar tentang nilai-nilai karakter meskipun
tidak dapat bertemu langsung di sekolah. Pembelajaran jarak jauh juga memungkinkan
adanya diskusi online tentang isu-isu moral yang relevan, serta memberikan kesempatan
bagi siswa untuk berbagi pengalaman dan pendapat mereka terkait nilai-nilai karakter.
8. Analisis Data untuk Memantau Perkembangan Karakter
Teknologi memungkinkan pengumpulan data yang dapat digunakan untuk
memantau perkembangan karakter siswa secara lebih efektif. Sistem manajemen
pembelajaran (LMS) atau aplikasi berbasis web dapat digunakan untuk mencatat dan
menganalisis perilaku siswa yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter. Misalnya, melalui
pelaporan perilaku positif dan negatif, guru dapat memberikan umpan balik yang lebih
tepat waktu dan membantu siswa memahami area yang perlu mereka kembangkan lebih
lanjut. Data ini juga dapat digunakan untuk merancang program pendidikan karakter yang
lebih disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
9. Memfasilitasi Refleksi Diri melalui Blog dan Jurnal Digital
Teknologi juga memfasilitasi siswa untuk melakukan refleksi diri melalui platform
seperti blog atau jurnal digital. Siswa dapat diminta untuk menulis tentang pengalaman
mereka dalam menerapkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari atau
merenungkan tindakan mereka yang berkaitan dengan etika dan moral. Proses ini dapat
membantu mereka lebih sadar akan perkembangan karakter mereka dan memungkinkan
mereka untuk mengidentifikasi kekuatan serta area yang perlu perbaikan. Dengan cara
ini, teknologi memberi siswa kesempatan untuk berpikir lebih mendalam tentang nilai-
nilai yang mereka anut dan bagaimana mereka dapat memperbaiki diri.
10. Menghubungkan Siswa dengan Role Model melalui Platform Digital
66
Salah satu cara teknologi dapat mendukung pendidikan karakter adalah dengan
menghubungkan siswa dengan tokoh atau role model yang menginspirasi. Melalui
webinar, podcast, atau sesi tanya jawab online, siswa dapat belajar langsung dari orang-
orang yang menjadi teladan dalam masyarakat, seperti pemimpin, aktivis, atau
profesional yang memiliki integritas tinggi dan berpegang teguh pada nilai-nilai karakter.
Interaksi ini memberikan siswa kesempatan untuk mendapatkan wawasan langsung dan
bertanya tentang bagaimana mereka dapat mengembangkan karakter positif yang mereka
lihat pada role model tersebut.
Dengan berbagai aplikasi dan inovasi teknologi yang semakin berkembang,
pendidikan karakter dapat diperkaya dengan pendekatan yang lebih modern dan relevan
bagi generasi muda. Teknologi, jika digunakan dengan bijak, bukan hanya akan
mendukung proses belajar mengajar, tetapi juga dapat menciptakan pengalaman
pembelajaran yang lebih menarik, interaktif, dan efektif, sehingga mendukung
pembentukan karakter siswa secara maksimal.
67
BAB 8
REKOMENDASI UNTUK
PENDIDIKAN KARAKTER BERKELANJUTAN
A. Strategi Jangka Panjang dalam Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bukanlah suatu proses yang instan, melainkan memerlukan
waktu yang cukup lama dan upaya yang berkesinambungan. Oleh karena itu, diperlukan
strategi jangka panjang yang terencana dan sistematis dalam membentuk karakter siswa.
Strategi-strategi ini harus melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga
pendidikan, hingga orang tua dan masyarakat. Berikut adalah beberapa strategi jangka
panjang dalam pendidikan karakter yang dapat diterapkan untuk mencapai tujuan
tersebut.
1. Pengintegrasian Karakter dalam Kurikulum Nasional
Salah satu strategi utama dalam pendidikan karakter adalah pengintegrasian nilai-
nilai karakter dalam kurikulum pendidikan secara nasional. Hal ini dapat dilakukan
dengan memperkuat komponen-komponen pendidikan karakter dalam setiap mata
pelajaran, sehingga siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan akademik, tetapi juga
belajar tentang nilai-nilai moral dan etika yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Pengintegrasian ini harus dilakukan dengan konsisten di semua jenjang pendidikan
untuk memastikan bahwa pembentukan karakter berlangsung secara berkesinambungan.
2. Pelatihan Berkelanjutan untuk Guru
Agar pendidikan karakter dapat terlaksana dengan baik, guru harus diberikan
pelatihan berkelanjutan mengenai cara-cara mengajar yang mendukung pembentukan
karakter. Pelatihan ini dapat mencakup berbagai topik, seperti cara menjadi teladan yang
baik, penerapan metode yang mendukung pendidikan karakter, dan cara mengevaluasi
perkembangan karakter siswa. Pelatihan berkelanjutan akan memastikan bahwa guru
tetap memiliki pemahaman yang kuat dan keterampilan yang tepat untuk mengajarkan
nilai-nilai karakter kepada siswa secara efektif.
3. Pembangunan Lingkungan Sekolah yang Mendukung
Lingkungan sekolah memainkan peran yang sangat penting dalam pendidikan
karakter. Oleh karena itu, salah satu strategi jangka panjang adalah menciptakan
lingkungan sekolah yang mendukung pembentukan karakter. Ini meliputi membangun
budaya sekolah yang positif, di mana nilai-nilai karakter seperti kejujuran, tanggung
68
jawab, dan kerja sama diterapkan secara konsisten dalam setiap aspek kehidupan sekolah.
Lingkungan sekolah yang kondusif akan mendorong siswa untuk menerapkan nilai-nilai
karakter dalam kehidupan mereka sehari-hari.
4. Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga orang tua.
Oleh karena itu, strategi jangka panjang yang penting adalah memperkuat keterlibatan
orang tua dalam pembentukan karakter anak-anak mereka. Ini dapat dilakukan melalui
komunikasi yang lebih baik antara sekolah dan orang tua, serta memberikan orang tua
pelatihan atau panduan tentang bagaimana mereka dapat mendukung pendidikan karakter
di rumah. Orang tua yang terlibat secara aktif dalam pendidikan karakter akan membantu
menciptakan keselarasan antara nilai yang diajarkan di sekolah dan di rumah.
5. Pembentukan Program Pendidikan Karakter yang Terstruktur
Untuk mencapai pendidikan karakter yang berkelanjutan, diperlukan program-
program pendidikan karakter yang terstruktur dengan jelas. Program ini harus mencakup
kegiatan-kegiatan yang memfokuskan pada pembelajaran nilai-nilai seperti kejujuran,
kedisiplinan, empati, dan kerja sama. Program ini bisa mencakup berbagai jenis kegiatan,
mulai dari kegiatan di dalam kelas hingga kegiatan ekstrakurikuler, serta kegiatan di luar
sekolah yang melibatkan masyarakat. Dengan adanya program yang terstruktur,
pendidikan karakter akan lebih mudah diimplementasikan dan diukur perkembangannya.
6. Pendekatan Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa
Strategi jangka panjang berikutnya adalah menerapkan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa, di mana siswa diberi kesempatan untuk aktif terlibat dalam
proses belajar mengajar. Dalam konteks pendidikan karakter, pendekatan ini bisa
diterapkan dengan memberikan siswa kesempatan untuk mendiskusikan dan merespons
isu-isu moral, membuat keputusan yang berhubungan dengan nilai-nilai karakter, dan
berpartisipasi dalam kegiatan yang mengasah keterampilan sosial dan emosional mereka.
Pendekatan ini akan membantu siswa memahami dan merasakan langsung pentingnya
nilai-nilai karakter dalam kehidupan mereka.
7. Penggunaan Teknologi untuk Mendukung Pendidikan Karakter
Teknologi dapat dimanfaatkan untuk mendukung pendidikan karakter dalam jangka
panjang. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan aplikasi dan platform online
yang dapat digunakan untuk mengajarkan karakter secara interaktif dan menyenangkan.
69
Platform digital ini bisa mencakup berbagai materi pembelajaran karakter, kuis, atau
forum diskusi yang mendorong siswa untuk berinteraksi dan berbagi pengalaman mereka
terkait nilai-nilai karakter. Penggunaan teknologi akan membuat pembelajaran karakter
lebih menarik dan dapat diakses kapan saja, di mana saja.
8. Evaluasi dan Monitoring Berkala terhadap Pendidikan Karakter
Evaluasi dan monitoring yang terus-menerus sangat penting untuk memastikan
bahwa pendidikan karakter berjalan dengan baik. Dalam jangka panjang, sistem evaluasi
harus dirancang untuk menilai tidak hanya kemampuan akademik siswa, tetapi juga
perkembangan karakter mereka. Penilaian ini dapat dilakukan melalui observasi,
penilaian diri, maupun penilaian dari teman sebaya. Melalui evaluasi yang berkelanjutan,
guru dan orang tua dapat mengetahui sejauh mana siswa telah mengembangkan karakter
dan area mana yang masih perlu ditingkatkan.
9. Penguatan Kerja Sama antara Sekolah, Pemerintah, dan Masyarakat
Pendidikan karakter memerlukan dukungan dari berbagai pihak, tidak hanya dari
sekolah, tetapi juga dari pemerintah dan masyarakat. Strategi jangka panjang yang efektif
adalah menguatkan kerja sama antara sekolah, pemerintah, dan masyarakat dalam rangka
mendukung pendidikan karakter. Pemerintah dapat menyediakan kebijakan yang
mendukung implementasi pendidikan karakter, sementara masyarakat dapat memberikan
kontribusi melalui kegiatan sosial yang mengajarkan nilai-nilai karakter kepada siswa.
Dengan adanya kolaborasi yang baik antara ketiga pihak ini, pendidikan karakter akan
lebih mudah dijalankan.
10. Pemberian Penghargaan dan Pengakuan atas Perilaku Positif
Untuk memperkuat pendidikan karakter, strategi jangka panjang yang perlu
diterapkan adalah memberikan penghargaan dan pengakuan kepada siswa yang
menunjukkan perilaku positif yang mencerminkan nilai-nilai karakter. Penghargaan ini
tidak harus berupa hadiah fisik, tetapi bisa juga dalam bentuk pujian, sertifikat, atau
pengakuan publik yang menunjukkan bahwa karakter yang baik dihargai dan diakui.
Pemberian penghargaan ini akan memotivasi siswa untuk terus mengembangkan karakter
positif mereka dan memperlihatkan bahwa perilaku baik memiliki nilai yang tinggi di
mata masyarakat.
11. Pendidikan Karakter yang Berbasis pada Nilai Lokal dan Budaya
70
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, pendidikan karakter juga harus
berbasis pada nilai-nilai lokal dan budaya yang berlaku di masyarakat. Setiap daerah
memiliki budaya dan tradisi yang unik, yang bisa menjadi dasar dalam mengajarkan nilai-
nilai karakter. Misalnya, dalam konteks Indonesia, nilai-nilai seperti gotong royong,
kerukunan, dan saling menghormati merupakan bagian dari budaya lokal yang harus
ditanamkan dalam pendidikan karakter. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai lokal dalam
pendidikan karakter, siswa akan lebih mudah merasa terhubung dan relevan dengan
materi yang diajarkan.
12. Konsistensi dalam Implementasi Pendidikan Karakter
Untuk mencapai pendidikan karakter yang berhasil dalam jangka panjang,
konsistensi dalam implementasi sangat penting. Pendidikan karakter harus diterapkan
secara terus-menerus dan tidak hanya menjadi program yang bersifat musiman atau
sementara. Hal ini mencakup konsistensi dalam mengajarkan nilai-nilai karakter dalam
setiap kesempatan, baik dalam pembelajaran formal di kelas, kegiatan ekstrakurikuler,
maupun dalam interaksi sehari-hari di sekolah. Dengan konsistensi, pendidikan karakter
akan terinternalisasi dalam diri siswa dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan mereka.
Dengan berbagai strategi jangka panjang ini, pendidikan karakter dapat
dilaksanakan secara efektif dan berkelanjutan, memberikan dampak positif bagi
perkembangan moral dan sosial siswa. Pendidikan karakter yang baik akan melahirkan
individu-individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berintegritas dan mampu
berkontribusi positif bagi masyarakat.
B. Rekomendasi Kebijakan untuk Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Pendidikan karakter di sekolah dasar memiliki peranan yang sangat penting dalam
membentuk dasar-dasar kepribadian siswa yang akan mempengaruhi kehidupan mereka
di masa depan. Oleh karena itu, kebijakan yang mendukung pendidikan karakter harus
dirancang dengan baik, melibatkan semua pihak, dan dilaksanakan secara konsisten.
Berikut adalah beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat diterapkan untuk
mengoptimalkan pendidikan karakter di sekolah dasar.
1. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum Nasional
Salah satu kebijakan yang sangat penting adalah integrasi pendidikan karakter
dalam kurikulum nasional. Pendidikan karakter tidak hanya menjadi pelajaran tersendiri,
71
tetapi harus menjadi bagian dari seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar.
Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai karakter seperti kejujuran,
kerjasama, tanggung jawab, dan disiplin dalam konteks pembelajaran setiap mata
pelajaran, sehingga siswa belajar karakter secara berkesinambungan dan tidak terpisah
dari pembelajaran akademik mereka.
2. Pelatihan Guru yang Berkelanjutan tentang Pendidikan Karakter
Guru merupakan kunci dalam implementasi pendidikan karakter di sekolah. Oleh
karena itu, kebijakan yang mendukung pelatihan berkelanjutan untuk guru tentang cara-
cara mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai karakter harus menjadi prioritas. Pelatihan
ini tidak hanya mengajarkan teori pendidikan karakter, tetapi juga keterampilan praktis
dalam mengidentifikasi, membimbing, dan mengatasi tantangan terkait dengan
pengembangan karakter siswa di dalam kelas.
3. Penyediaan Sumber Belajar yang Mendukung Pendidikan Karakter
Pemerintah dan sekolah perlu menyediakan berbagai sumber belajar yang
mendukung pendidikan karakter, seperti buku, modul, video pembelajaran, dan aplikasi
yang dapat membantu siswa memahami nilai-nilai karakter. Sumber belajar ini harus
dirancang secara menarik dan sesuai dengan usia siswa sekolah dasar, sehingga
pembelajaran tentang karakter dapat berlangsung secara efektif dan menyenangkan.
4. Kebijakan Penghargaan untuk Perilaku Positif
Sebagai bagian dari kebijakan pendidikan karakter, pemberian penghargaan kepada
siswa yang menunjukkan perilaku positif yang mencerminkan nilai-nilai karakter harus
diimplementasikan. Penghargaan ini bisa berupa pengakuan, sertifikat, atau kegiatan
yang memotivasi siswa untuk terus berperilaku baik. Penghargaan ini tidak hanya
berfungsi sebagai motivasi, tetapi juga menunjukkan kepada seluruh siswa bahwa
karakter yang baik dihargai dan diutamakan.
5. Penyusunan Program Ekstrakurikuler yang Mendukung Pembentukan
Karakter
Ekstrakurikuler di sekolah dasar harus dirancang untuk mendukung pendidikan
karakter. Program ekstrakurikuler yang berbasis pada pengembangan karakter dapat
berupa kegiatan kepemimpinan, seni, olahraga, atau kegiatan sosial yang mengajarkan
siswa untuk bekerja sama, menghargai perbedaan, dan mengembangkan rasa empati.
Kebijakan untuk memasukkan pendidikan karakter dalam program ekstrakurikuler ini
72
akan memberi siswa kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai karakter di luar jam
pelajaran formal.
6. Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Karakter
Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter
anak. Oleh karena itu, kebijakan yang mendorong keterlibatan orang tua dalam
pendidikan karakter perlu diperkuat. Sekolah dapat menyelenggarakan seminar,
workshop, atau sesi konsultasi untuk orang tua mengenai cara mendidik anak dengan
karakter yang baik di rumah. Ini akan menciptakan sinergi antara pendidikan di sekolah
dan rumah, yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak.
7. Pemantauan dan Evaluasi Pendidikan Karakter
Setiap kebijakan dalam pendidikan karakter harus dilengkapi dengan sistem
pemantauan dan evaluasi yang sistematis. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana pendidikan karakter telah diterapkan dan sejauh mana siswa telah berkembang
dalam aspek karakter. Pemerintah dan sekolah harus melakukan evaluasi berkala yang
mencakup pengamatan perilaku siswa, serta hasil dari program-program pendidikan
karakter yang telah dilaksanakan.
8. Kebijakan Penguatan Kerja Sama antara Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan karakter juga dapat didorong melalui kolaborasi antara sekolah dan
masyarakat. Kebijakan yang mendorong kerja sama ini dapat berupa program-program
pengabdian masyarakat yang melibatkan siswa, seperti kegiatan bakti sosial atau
kampanye untuk menyebarkan nilai-nilai moral. Dengan cara ini, siswa dapat belajar
tidak hanya dari pengalaman di sekolah, tetapi juga dari pengalaman di luar sekolah, yang
lebih langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
9. Pembangunan Infrastruktur yang Mendukung Pendidikan Karakter
Infrastruktur fisik di sekolah juga mempengaruhi proses pembelajaran karakter.
Kebijakan untuk meningkatkan fasilitas sekolah, seperti ruang kelas yang nyaman, area
bermain yang aman, dan lingkungan yang bersih, dapat mendukung pengajaran karakter.
Infrastruktur yang baik akan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa untuk
belajar dan berkembang, sekaligus memberi contoh bagaimana lingkungan yang baik
mendukung pembentukan karakter.
10. Pemberdayaan Teknologi untuk Pendidikan Karakter
73
Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan karakter harus didorong dengan
kebijakan yang memungkinkan pengembangan aplikasi atau platform digital yang dapat
digunakan oleh siswa untuk belajar tentang nilai-nilai karakter. Misalnya, melalui video
pembelajaran, kuis, atau simulasi, siswa dapat diajak untuk memahami dan merefleksikan
tindakan mereka sesuai dengan nilai-nilai karakter yang diajarkan. Dengan demikian,
teknologi akan menjadi alat yang efektif dalam mendukung proses pembelajaran karakter
yang menyenangkan dan lebih mudah diakses.
11. Penyusunan Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah
Agar pendidikan karakter dapat diterapkan secara konsisten, pemerintah perlu
menyusun panduan pendidikan karakter yang jelas dan mudah dipahami oleh semua
pihak. Panduan ini harus mencakup berbagai aspek, mulai dari strategi pengajaran hingga
cara menilai dan mengevaluasi perkembangan karakter siswa. Dengan adanya panduan
ini, guru dan sekolah dapat lebih mudah dalam merancang dan melaksanakan program
pendidikan karakter yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
12. Mengintegrasikan Pendidikan Karakter dalam Kegiatan Sehari-hari di Sekolah
Pendidikan karakter tidak hanya diajarkan dalam bentuk pelajaran atau kegiatan
khusus, tetapi harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di sekolah. Kebijakan
yang mendukung pengintegrasian pendidikan karakter dalam interaksi antar siswa, antara
siswa dan guru, serta dalam aturan sekolah sangat penting. Misalnya, kebijakan sekolah
yang menekankan pentingnya kedisiplinan, saling menghormati, dan menghargai
perbedaan harus diterapkan secara nyata dalam kehidupan sekolah sehari-hari.
13. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Lokal dan Budaya
Kebijakan yang mendukung pendidikan karakter juga harus memperhatikan nilai-
nilai lokal dan budaya yang ada di masyarakat. Pendidikan karakter yang berbasis pada
budaya lokal akan membuat nilai-nilai yang diajarkan lebih relevan dan mudah diterima
oleh siswa. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan karakter harus mempertimbangkan
kearifan lokal dan nilai-nilai budaya yang ada di masing-masing daerah, sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan membangun identitas siswa.
14. Penyuluhan tentang Pentingnya Pendidikan Karakter untuk Semua Pihak
Kebijakan yang efektif harus melibatkan penyuluhan mengenai pentingnya
pendidikan karakter tidak hanya bagi siswa dan guru, tetapi juga bagi seluruh masyarakat.
Kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang pendidikan karakter dapat dilakukan
74
melalui media massa, seminar, atau pertemuan komunitas yang melibatkan orang tua,
masyarakat, dan pemangku kebijakan. Ini akan menciptakan kesadaran bersama tentang
pentingnya karakter dalam kehidupan sehari-hari.
15. Perlunya Evaluasi dan Penyempurnaan Kebijakan Secara Berkala
Kebijakan untuk pendidikan karakter harus selalu dievaluasi dan disempurnakan
secara berkala. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan masih
relevan dan efektif dalam mencapai tujuan pendidikan karakter. Pemerintah dan pihak-
pihak terkait harus membuka ruang untuk umpan balik dari guru, orang tua, dan siswa,
serta melakukan penyesuaian jika diperlukan, agar pendidikan karakter tetap dapat
memberikan dampak positif yang maksimal bagi perkembangan siswa.
Dengan berbagai rekomendasi kebijakan tersebut, pendidikan karakter di sekolah
dasar dapat dilaksanakan secara lebih efektif, terstruktur, dan berkelanjutan. Kebijakan
yang tepat akan membantu menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara
akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, yang dapat berkontribusi positif bagi
kemajuan bangsa.
C. Masa Depan Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Berkualitas
Pendidikan karakter memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan
global, terutama dalam konteks Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals atau SDG), khususnya SDG 4 yang berfokus pada pendidikan
berkualitas. Pendidikan karakter bukan hanya memperkaya pendidikan akademik, tetapi
juga membentuk individu yang memiliki kemampuan sosial, emosional, dan etika yang
baik. Dengan demikian, pendidikan karakter berkontribusi pada pencapaian SDG 4 yang
berorientasi pada menyediakan pendidikan yang inklusif, adil, dan berkualitas untuk
semua. Berikut ini adalah pandangan tentang masa depan pendidikan karakter dalam
konteks SDG 4.
1. Pendidikan Karakter sebagai Pilar Pendidikan Berkualitas
Di masa depan, pendidikan karakter akan menjadi salah satu pilar utama dalam
pembentukan pendidikan berkualitas. SDG 4 tidak hanya menekankan pada kualitas
pengajaran dan keterampilan akademik, tetapi juga pentingnya pengembangan pribadi
siswa yang mencakup nilai-nilai moral dan sosial. Pendidikan karakter akan semakin
menjadi bagian integral dari kurikulum pendidikan di semua jenjang, termasuk di sekolah
75
dasar, untuk memastikan bahwa siswa tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga
keterampilan sosial yang baik, seperti empati, kerja sama, dan rasa tanggung jawab.
2. Penguatan Nilai-nilai Global dalam Pendidikan Karakter
Mengingat adanya interaksi global yang semakin kuat, masa depan pendidikan
karakter akan semakin mengarah pada penguatan nilai-nilai yang bersifat global, seperti
penghormatan terhadap keberagaman, toleransi, dan keadilan sosial. Nilai-nilai ini akan
dipadukan dengan nilai lokal yang relevan untuk membentuk karakter siswa yang tidak
hanya peka terhadap kondisi sosial di lingkungan sekitar, tetapi juga mampu berperan
dalam masyarakat global. Melalui pendidikan karakter, siswa akan dilatih untuk
memahami dan menghargai perbedaan, serta belajar untuk hidup berdampingan dengan
berbagai budaya dan perspektif.
3. Pendidikan Karakter yang Berbasis pada Keterampilan Sosial dan Emosional
Pendidikan karakter di masa depan akan semakin fokus pada pengembangan
keterampilan sosial dan emosional siswa. Keterampilan ini sangat penting dalam
membentuk karakter yang kuat, terutama dalam menghadapi tantangan kehidupan yang
semakin kompleks. Pendidikan yang menekankan kecerdasan emosional, pengelolaan
konflik, dan kemampuan untuk bekerja dalam tim akan sangat relevan untuk menciptakan
individu yang memiliki kedewasaan dalam berinteraksi dengan orang lain, serta mampu
mengelola perasaan dan reaksi dalam situasi yang penuh tekanan.
4. Pemanfaatan Teknologi untuk Pendidikan Karakter
Teknologi akan memainkan peran yang semakin besar dalam pendidikan karakter
di masa depan. Platform digital, aplikasi, dan media sosial dapat digunakan untuk
menyebarkan nilai-nilai karakter dengan cara yang lebih interaktif dan menarik bagi
siswa. Melalui penggunaan teknologi, pendidikan karakter dapat diakses oleh lebih
banyak siswa, termasuk mereka yang berada di daerah terpencil atau dengan keterbatasan
fisik. Selain itu, teknologi juga dapat digunakan untuk memantau perkembangan karakter
siswa melalui alat asesmen online yang memungkinkan guru untuk memberikan umpan
balik secara lebih real-time dan personal.
5. Kolaborasi Antar Stakeholder dalam Pembentukan Karakter
Di masa depan, kolaborasi yang lebih kuat antara sekolah, orang tua, masyarakat,
dan pemerintah akan sangat penting untuk suksesnya pendidikan karakter. Untuk
mencapai SDG 4, pendidikan karakter harus diperkuat dengan melibatkan berbagai pihak
76
dalam proses pembelajaran. Kolaborasi ini akan menciptakan lingkungan yang lebih
kondusif bagi perkembangan karakter siswa, baik di dalam maupun di luar sekolah. Orang
tua dan masyarakat perlu diberdayakan untuk menjadi mitra aktif dalam mendukung
pendidikan karakter, karena karakter siswa terbentuk tidak hanya di ruang kelas, tetapi
juga dalam kehidupan sehari-hari mereka.
6. Pendidikan Karakter yang Responsif terhadap Tantangan Sosial
Pendidikan karakter di masa depan akan semakin responsif terhadap tantangan
sosial yang berkembang, seperti ketidaksetaraan, diskriminasi, dan perubahan sosial.
Pendidikan karakter akan difokuskan pada pengembangan kesadaran sosial siswa dan
keterampilan untuk mengatasi isu-isu sosial tersebut. Misalnya, nilai-nilai seperti
keadilan, solidaritas, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia akan menjadi fokus
dalam pendidikan karakter untuk membekali siswa dengan kemampuan untuk menjadi
agen perubahan yang positif dalam masyarakat.
7. Pendekatan Pembelajaran yang Menekankan Pengalaman Praktis
Pembelajaran yang berbasis pengalaman akan menjadi semakin populer dalam
pendidikan karakter. Siswa tidak hanya diajarkan teori tentang nilai-nilai karakter, tetapi
mereka akan diajak untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang mengasah karakter
mereka, seperti kerja sukarela, proyek sosial, dan kegiatan kepemimpinan. Dengan
pendekatan ini, siswa tidak hanya memahami nilai-nilai karakter, tetapi juga dapat
merasakannya dan mengimplementasikannya dalam situasi nyata. Hal ini akan membantu
memperkuat internalisasi nilai-nilai karakter dalam kehidupan mereka.
8. Pendidikan Karakter yang Mengutamakan Pengembangan Diri
Di masa depan, pendidikan karakter akan lebih menekankan pada pengembangan
diri siswa, yaitu kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan diri, serta
mengembangkan potensi pribadi mereka. Pendidikan karakter tidak hanya akan berfokus
pada perilaku yang baik di luar diri, tetapi juga pada kesadaran diri dan kemampuan siswa
untuk tumbuh secara pribadi. Dengan fokus pada pengembangan diri, siswa akan
memiliki fondasi yang lebih kuat untuk menghadapi tantangan kehidupan, baik di
sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
9. Penguatan Pengawasan dan Asesmen terhadap Pendidikan Karakter
Untuk memastikan bahwa pendidikan karakter berjalan dengan baik, akan ada
penguatan sistem pengawasan dan asesmen yang lebih terstruktur. Pemerintah dan
77
sekolah akan bekerja sama untuk mengembangkan alat evaluasi yang dapat mengukur
perkembangan karakter siswa secara objektif dan komprehensif. Asesmen ini akan
melibatkan berbagai metode, termasuk pengamatan langsung, penilaian diri, dan umpan
balik dari teman sebaya, untuk memastikan bahwa pendidikan karakter tidak hanya
terfokus pada hasil akademik, tetapi juga pada pengembangan aspek sosial dan emosional
siswa.
10. Pendidikan Karakter yang Berkelanjutan dan Adaptif
Pendidikan karakter harus bersifat berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan
zaman. Dengan semakin cepatnya perubahan sosial dan teknologi, pendidikan karakter
harus mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tantangan yang muncul. Hal ini
termasuk memperkenalkan nilai-nilai yang relevan dengan perubahan zaman, seperti
pentingnya keberlanjutan lingkungan, teknologi yang bertanggung jawab, dan keadilan
sosial. Pendidikan karakter akan menjadi alat yang ampuh dalam membekali siswa untuk
beradaptasi dengan dunia yang terus berkembang.
11. Pendidikan Karakter yang Inklusif
Pendidikan karakter di masa depan akan semakin inklusif, memastikan bahwa
semua siswa, tanpa terkecuali, mendapatkan kesempatan yang sama untuk
mengembangkan karakter mereka. Kebijakan yang mendukung pendidikan karakter
inklusif akan memastikan bahwa siswa dengan berbagai latar belakang budaya, agama,
atau kondisi fisik memiliki akses yang setara untuk belajar nilai-nilai karakter. Pendidikan
karakter yang inklusif akan menciptakan lingkungan yang saling menghormati dan
mengurangi kesenjangan sosial antar individu.
12. Pendekatan Multidisiplin dalam Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter akan semakin mengarah pada pendekatan multidisiplin yang
melibatkan berbagai aspek pembelajaran, baik itu pendidikan akademik, sosial,
emosional, dan moral. Melalui pendekatan ini, pendidikan karakter akan lebih holistik
dan mencakup berbagai dimensi perkembangan siswa. Integrasi antara pendidikan
akademik dan pengembangan karakter akan membantu siswa menjadi individu yang tidak
hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara emosional dan sosial.
13. Peningkatan Kesadaran tentang Pentingnya Pendidikan Karakter
Masa depan pendidikan karakter juga akan bergantung pada peningkatan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pendidikan karakter. Melalui kampanye, seminar, dan
78
program pelatihan, masyarakat akan semakin menyadari bahwa pendidikan karakter
bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat. Dengan
meningkatkan kesadaran ini, pendidikan karakter akan mendapatkan dukungan yang
lebih luas, baik dari pemerintah, orang tua, maupun masyarakat luas.
14. Pendidikan Karakter yang Berorientasi pada Keadilan Sosial dan
Kemanusiaan
Salah satu arah pendidikan karakter di masa depan adalah semakin mengutamakan
nilai-nilai keadilan sosial dan kemanusiaan. Siswa akan diajarkan untuk memahami
pentingnya kesetaraan, keadilan, dan perlindungan hak asasi manusia. Nilai-nilai ini akan
menjadi landasan dalam membentuk karakter yang peduli terhadap sesama, siap
memperjuangkan hak-hak individu, dan menghargai keberagaman yang ada dalam
masyarakat.
15. Kebijakan Pendidikan Karakter yang Kolaboratif dan Berkelanjutan
Pendidikan karakter di masa depan akan semakin berbasis pada kebijakan yang
kolaboratif dan berkelanjutan. Pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat akan
bekerja bersama untuk menciptakan program pendidikan karakter yang efektif dan dapat
diakses oleh semua siswa. Kebijakan yang mendukung pendidikan karakter akan terus
berkembang, mengadaptasi perubahan sosial, dan memastikan bahwa setiap individu
dapat mengembangkan potensi terbaik mereka dalam konteks pendidikan berkualitas
yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan perkembangan ini, pendidikan karakter akan terus memainkan peran yang
penting dalam mencapai tujuan SDG 4, yaitu pendidikan berkualitas. Pendidikan karakter
yang efektif akan membentuk generasi masa depan yang tidak hanya cerdas secara
akademik, tetapi juga berintegritas dan siap menghadapi tantangan global dengan
bijaksana.
79
DAFTAR PUSTAKA
Alinata, R., Sari, W. A., & Putri, Y. K. (2024). Makna Pendidikan Dalam Perspektif Islam
dan Relevansinya Dengan Pendidikan di Indonesia. IHSANIKA : Jurnal Pendidikan
Agama Islam, 2(3), 169182. https://doi.org/10.59841/ihsanika.v2i3.1416
Ansya, Y. A. (2023). Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar pada Pembelajaran IPA Menggunakan Strategi PjBL (Project-Based
Learning). Jurnal Ilmu Manajemen Dan Pendidikan (JIMPIAN), 3(1), 4352.
https://doi.org/10.30872/jimpian.v3i1.2225
Ansya, Y. A., Alfianita, A., & Syahkira, H. P. (2024). OPTIMIZING MATHEMATICS
LEARNING IN FIFTH GRADES: THE CRITICAL ROLE OF EVALUATION IN
IMPROVING STUDENT ACHIEVEMENT AND CHARACTER. PROGRES
PENDIDIKAN, 5(3), 302311.
https://prospek.unram.ac.id/index.php/PROSPEK/article/view/1120
Ansya, Y. A., Alfianita, A., Syahkira, H. P., & Syahrial, S. (2024). Peran Evaluasi
Pembelajaran pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Sekolah Dasar. Indiktika :
Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika, 6(2), 173184.
https://doi.org/10.31851/indiktika.v6i2.15030
Ansya, Y. A., Ardhita, A. A., Rahma, F. M., Sari, K., & Khairunnisa, K. (2024).
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA KEMAMPUAN LITERASI
BACA TULIS SISWA SEKOLAH DASAR. JGK (Jurnal Guru Kita), 8(3), 598
606. https://doi.org/10.24114/jgk.v8i3.60183
Ansya, Y. A., Ardhita, A. A., Sari, K., Nainggolan, M. G., Ayunda, R., Hasibuan, W. A.,
& Antika, W. (2021). LUNTURNYA NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA DI ERA
GLOBALISASI YANG MENGAKIBATKAN MUNCULNYA KELOMPOK
TERORISME. Jurnal Handayani, 12(2), 144153.
https://doi.org/10.24114/jh.v12i2.45265
Ansya, Y. A., & Salsabilla, T. (2024). Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Cahya
Ghani Recovery.
Anwar, K. (2021). Pendidikan Islam Multikultural: Konsep dan Implementasi Praktis di
Sekolah. Academia Publication.
Bakari, A., Amala, R., Datunsolang, R., Mala, A. R., & Hamsah, R. (2024). ANALISIS
MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS PROJEK PENGUATAN PROFIL
PELAJAR PANCASILA DAN RAHMATAN LIL ALAMIN DALAM
MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK. Tadbir: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 12(1), 145158. https://doi.org/10.30603/tjmpi.v12i1.4838
BUKOTING, S. (2023). INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR. EDUCATOR :
Jurnal Inovasi Tenaga Pendidik Dan Kependidikan, 3(2), 7082.
https://doi.org/10.51878/educator.v3i2.2389
80
Darmayanti, S. E., & Wibowo, U. B. (2014). EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN
KARAKTER DI SEKOLAH DASAR KABUPATEN KULON PROGO. Jurnal
Prima Edukasia, 2(2), 223234. https://doi.org/10.21831/jpe.v2i2.2721
David Wijaya, S. E. (2019). Manajemen Pendidikan Inklusif Sekolah Dasar. Prenada
Media.
Hartinah, S., Patimah, L., Faruk, A., Zulkarnain, F., Mardikawati, B., & Prastawa, S.
(2024). Inovasi Pendidikan Berkarakter Menciptakan Generasi Emas 2045. Journal
on Education, 6(2), 1323013237.
https://jonedu.org/index.php/joe/article/view/5177
Ibda, H. (2022). Ekologi Perkembangan Anak, Ekologi Keluarga, Ekologi Sekolah dan
Pembelajaran. ASNA: Jurnal Kependidikan Islam Dan Keagamaan, 4(2), 7593.
https://ejournal.maarifnujateng.or.id/index.php/asna/article/view/98
Judrah, M., Arjum, A., Haeruddin, H., & Mustabsyirah, M. (2024). Peran Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Karakter Peserta Didik Upaya
Penguatan Moral. Journal of Instructional and Development Researches, 4(1), 25
37. https://doi.org/10.53621/jider.v4i1.282
Marampa, E. R. (2021). PERAN ORANGTUA DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN DALAM MEMBENTUK KARAKTER KEROHANIAN PESERTA
DIDIK. SESAWI: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen, 2(2), 239258.
https://doi.org/10.53687/sjtpk.v2i2.46
Pare, A., & Sihotang, H. (2023). Pendidikan Holistik untuk Mengembangkan
Keterampilan Abad 21 dalam Menghadapi Tantangan Era Digital. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 7(3), 2777827787.
https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/11268
Ramdhani, L., & Utama, H. (2024). Mengulik Peran Boarding School: Analisis
Implementasi Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (Kosp) dan Pengaruhnya
Terhadap Pengembangan Karakter Siswa di SMA Daarut Tauhiid Boarding School
Putra. Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran (JRPP), 7(3), 86978706.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jrpp/article/view/30393
Safitri, A. O., Yunianti, V. D., & Rostika, D. (2022). Upaya Peningkatan Pendidikan
Berkualitas di Indonesia: Analisis Pencapaian Sustainable Development Goals
(SDGs). Jurnal Basicedu, 6(4), 70967106.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3296
Santika Virdi, Husnul Khotimah, & Kartika Dewi. (2023). Sosiologi Pendidikan Dalam
Pembentukan Karakter Peserta Didik di Sekolah. Protasis: Jurnal Bahasa, Sastra,
Budaya, Dan Pengajarannya, 2(1), 162177.
https://doi.org/10.55606/protasis.v2i1.86
Sari, L., & Firman, F. (2019). Pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi
Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN,
1(3), 270279. https://doi.org/10.31004/edukatif.v1i3.64
Sari, Y., Ansya, Y. A., Alfianita, A., & Putri, P. A. (2023). STUDI LITERATUR :
UPAYA DAN STRATEGI MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
81
KELAS V SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA. Jurnal Guru Kita PGSD, 8(1), 926.
https://doi.org/10.24114/jgk.v8i1.53931
Talino, S. (2020). PENERAPAN PENDIDIKAN PRAMUKA DALAM PEMBENTUKAN
KARAKTER PADA SISWA KELAS V MIN 2 KOTA BENGKULU. IAIN
BENGKULU.
Wulandari, T., Wijayanti, A. T., & Sudrajat, S. (2015). MUATAN NILAI-NILAI
KARAKTER MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL DI PAUD AMONG
SIWI, PANGGUNGHARJO, SEWON, BANTUL. JIPSINDO, 2(1), 4465.
https://doi.org/10.21831/jipsindo.v0i0.4524
82
BIODATA PENULIS
Yusron Abda’u Ansya, lahir pada tanggal 29 September 2002
di Medan, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak kedua dari
tiga bersaudara. Saat ini, ia merupakan mahasiswa Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Negeri
Medan, dengan konsentrasi pada bidang Ilmu Pengetahuan
Alam dan Sosial (IPAS). Selain aktif di perkuliahan, penulis
turut serta dalam Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka
yang diselenggarakan oleh Kemendikbud Ristek. Penulis
mengikuti Pertukaran Mahasiswa Merdeka Angkatan 3 pada
tahun 2023 di Universitas Pendidikan Indonesia serta Kampus
Mengajar Angkatan 7 pada tahun 2024 di UPT SDN 060809 Medan. Penulis memiliki
ketertarikan yang mendalam pada penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang
pendidikan dasar. Hingga tahun 2024, penulis telah menghasilkan tujuh publikasi ilmiah
yang berfokus pada inovasi pembelajaran dan model pembelajaran.
Fahrur Rozi, lahir pada tanggal 07 Juli 1983, di Medan,
Sumatera Utara. Saat ini, aktif menjadi dosen dan peneliti di
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas
Negeri Medan, dengan kajian pada bidang Ilmu Pengetahuan
Alam di Sekolah Dasar. Lulus S1 Pendidikan Biologi,
Universitas Negeri Medan pada tahun 2003 dan Lulus S2
Pendidikan Dasar Konsentrasi IPA, Universitas Negeri Medan
tahun 2010. Saat ini, aktif melakukan melakukan pengajaran,
penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang Pendidikan
Dasar.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Peran guru pendidikan agama islam dalam pembentukan karakter peserta didik memegang peranan yang penting. Guru PAI tidak hanya menjadi figur sentral dalam membentuk karakter peserta didik, melainkan juga memiliki tanggung jawab utama dalam mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih mereka agar menjadi individu yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, dan bertanggung jawab. Penguatan moral menjadi fokus utama guru PAI, yang memerlukan pemahaman mendalam tentang karakter dan moral. Selain itu, guru PAI harus memanfaatkan strategi dan metode yang sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan karakter, yaitu membentuk peserta didik yang memiliki karakter positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran guru PAI dalam membentuk karakter peserta didik serta menganalisis upaya yang diterapkan guru PAI dalam penguatan moral. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan kepustakaan (library research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PAI berfungsi sebagai teladan dalam membentuk karakter peserta didik dengan mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan memberikan pemahaman tentang moral. Selain itu, guru PAI juga bertanggung jawab dalam membimbing peserta didik untuk memiliki kepedulian sosial, empati, dan kemampuan berakhlak yang baik. Penguatan moral, terutama dalam konteks era saat ini, menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi krisis moral yang sering terjadi, terutama di Indonesia. Dalam usaha penguatan moral, guru diharapkan menjadi teladan, sesuai dengan makna istilah "mu’addib" dalam Bahasa Arab, yang merujuk pada individu beradab yang memiliki peran dalam membangun peradaban berkualitas di masa depan. Guru diharapkan mampu memberikan pendidikan kepada peserta didik, mendorong kreativitas, mengelola hasil kreasinya, dan menjaga keseimbangan untuk kemaslahatan umum tanpa menimbulkan kerusakan bagi diri sendiri, masyarakat, dan alam
Book
Full-text available
Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat terselesaikan. Buku Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ini ditulis untuk memberikan pemahaman tentang model pembelajaran khususnya pada Pembelajaran IPA di sekolah dasar. Buku ini dapat digunakan sebagai referensi dalam merancang model pembelajaran pada pembelajaran IPA di sekolah dasar. Buku membahas mengenai Model Pembelajaran di Sekolah Dasar, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Model Pembelajaran IPA yang Efekti, Implementasi Teknologi dalam Pembelajaran IPA, Evaluasi dan Asesmen dalam Pembelajaran IPA, Strategi Pembelajaran IPA yang Inovatif dan Permasalahan dalam Implementasi Model Pembelajaran IPA.
Article
Full-text available
The first revelation in Q.S. al-'Alaq: 1-5 in rejecting ignorance, injustice, and monopoly, and emphasizing education to form intelligent individuals and Qur'anic characters. The verse inspires the formation of a progressive and civilized society. Ideal education should not only rely on empirical theories but should also integrate essential metaphysical concepts. In Arabic, educational terms such as ta'lim, tadris, and ta'dib have different but complementary meanings, highlighting aspects of teaching, formal instruction, and moral education. Islamic education combines scientific knowledge with spiritual values, forming individuals with morals and integrity. The thoughts of Ki Hajar Dewantara and K.H. Ahmad Dahlan were instrumental in shaping Indonesian national education, emphasizing character, religiosity, and modern knowledge. This integrative effort reflects an education that is inclusive, equitable, and encourages students' creativity and independence to face global challenges.
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi dan memahami faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi baca tulis siswa sekolah dasar di UPT SD Negeri 060809 Medan T.A 2023/2024 2) merumuskan solusi yang efektif guna meningkatkan kemampuan literasi numerasi di sekolah tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif studi kasus. Studi kasus atau case study merupakan penelitian menelusuri suatu fenomena (kasus) tertentu pada suatu waktu dan aktivitas, serta mengumpulkan informasi secara rinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai metode pengumpulan data selama jangka waktu tertentu. Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ditemukan beberapa faktor utama yang menyebabkan rendahnya kemampuan literasi baca tulis siswa sekolah dasar di UPT SD Negeri 060809 Medan pada T.A. 2023/2024. Faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi rendahnya kemampuan literasi baca-tulis siswa termasuk memberikan apresiasi kepada siswa, melakukan kegiatan rutin yang berkaitan dengan literasi, dan memberikan dukungan kepada guru.
Article
Full-text available
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran matematika kelas V sekolah dasar serta instrumen evaluasi pembelajaran yang digunakan dengan tujuan memperkuat pemahaman tentang peran evaluasi pembelajaran itu sendiri. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif. Subjek pada penelitian ini yaitu siswa dan guru kelas V UPT SD Negeri 060809 Medan Kota dan objek pada penelitian ini yaitu hasil wawancara dan hasil observasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara dengan siswa dan guru, melakukan observasi kelas, menganalisis dokumen pendukung serta studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan peran evaluasi pembelajaran yaitu mengukur pencapaian pembelajaran, memberikan umpan balik, mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan, serta mengarahkan perbaikan pembelajaran. Instrumen evaluasi yang digunakan antara lain tes tertulis, penugasan, dan portofolio, memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana proses evaluasi pembelajaran berlangsung serta memperkuat pemahaman tentang peran evaluasi pembelajaran itu sendiri. Informasi yang diberikan oleh guru dan yang diamati selama observasi menegaskan konsistensi dalam penerapan evaluasi pembelajaran.
Article
Full-text available
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui upaya untuk meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar dalam Pembelajaran IPA menggunakan Strategi PjBL (Project-Based Learning). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka. Hasil penelitian yaitu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat dan prestasi siswa kelas IV Sekolah Dasar pada pembelajaran IPA menggunakan strategi PjBL antara lain mengidentifikasi proyek yang relevan, memfasilitasi diskusi kelompok, mendorong penemuan dan eksplorasi, mengintegrasikan mata pelajaran, melibatkan komunitas, memberikan dukungan dan bimbingan, mendorong kreativitas dan inovasi, menyediakan sumber daya, menggunakan teknologi, dan melakukan evaluasi formatif. Dengan mengimplementasikan komponen-komponen tersebut, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang menarik, kolaboratif, dan relevan dengan dunia nyata, sehingga mendorong minat belajar siswa dan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.
Article
Full-text available
Penulisan ini adalah untuk mengetahui serta memaparkan mengenai Strategi Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) Sebagai Upaya Peningkatan Pendidikan Berkualitas di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kajian kualitatif atau menggunakan pendekatan secara deskriptif yang dimana dasar dari pembahasannya yaitu dari hasil studi literature melalui beberapa sumber buku, artikel ilmiah dari sumber jurnal yang relevan dari hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan topik pembahasan. Penulisan pada penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana strategi dari Sustainable Development Goals (SDGs) dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia yang merupakan suatu negara berkembang yang masih memiliki beberapa masalah dalam kondisi dan kualitas pendidikannya yang belum sepenuhnya memadai dan merata. Lalu melihat bagaimana kondisi pendidikan saat ini dan bagaimana pula peran pemerintah dalam mengatasi hambatan-hambatan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Diharapkan dengan adanya program SDGs dapat mengatasi permasalahan pendidikan yang masih belum merata serta dapat meningkatkan kualitasnya demi menjadikan bangsa Indonesia lebih maju.
Article
Full-text available
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama mengembangkan model pendidikan karakter yang terintegrasi dengan pembelajaran IPA di SD. Penelitian difokuskan pada studi analisis kebutuhan dengan melibatkan 40 orang guru SD, untuk menggali informasi tentang pembelajaran IPA dalam kaitannya dengan pendidikan karakter. Data dikumpulkan dengan kuesioner, pedoman observasi dan teknik wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan diberi makna kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pendidikan karakter dapat dikembangkan melalui pemilihan model pembelajaran IPA, pemilihan model asesmen, dan pemilihan materi ajar; 2) Model pembelajaran IPA yang berkontribusi secara signifikan terhadap pengembangan karakter siswa adalah model pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, pemecahan masalah, dan model pembelajaran kontekstual; 3) Respon para guru terhadap pendidikan karakter pada umumnya sangat positif dan berupaya untuk mengembangkan karakter yang baik melalui proses pembelajaran; 4) Sebagian (55,3%) guru mencantumkan indikator nilai-nilai karakter yang dijadikan target pembelajaran dalam silabus maupun RPP, dan sebagian lagi (44,7%) tidak mencantumkan secara eksplisit, namun secara implisit tersirat dalam silabus maupun RPP.
Article
Potensi karakter yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut harus terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini. Mengembangkan dan mengiplementasikan karakter bukan merupakan sebuah proses instan pendidikan karakter membutuhkan waktu, tenaga, dan banyak hal lain yang saling mendukung untuk membentuk dan mengembangkan tatanan karakter yang baik agar tercipta generasi yang memiliki pola pikir dan pandangan yang luas dan bijaksana sehingga melahirkan generasi yang berkarakter unggul. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peranan orangtua dan guru Pendidikan Agama Kristen dalam membentuk karakter kerohanian peserta didik. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekataan kualitatif deskriptif dengan metode penelitian library research. Adapun hasil kajian penelitian ini menunjukkan bahwa: dengan adanya sinergisme yang baik dari orangtua dan guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah akan mempermudah dalam membentuk kepribadian dan karakter kerohanian peserta didik yang mandiri serta dewasa dalam menjalani kehidupannya sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
  • Y A Ansya
  • A Alfianita
  • H P Syahkira
Ansya, Y. A., Alfianita, A., & Syahkira, H. P. (2024). OPTIMIZING MATHEMATICS LEARNING IN FIFTH GRADES: THE CRITICAL ROLE OF EVALUATION IN IMPROVING STUDENT ACHIEVEMENT AND CHARACTER. PROGRES PENDIDIKAN, 5(3), 302-311.