ArticlePDF Available

Implementasi P5 melalui Kolaborasi Musik Angklung dan Tari Tor-tor di Kelas IV Sekolah Dasar

Authors:

Abstract and Figures

This study aims to analyze and implement the Pancasila Student Profile Improvement Project (P5) through traditional arts collaboration for 4th grade students of Muhammadiyah Elementary School 29 Sunggal. This study uses a qualitative method with a classroom action research (CAR) design by integrating the West Javanese angklung game and the North Sumatran Tor-Tor dance into learning. The location of the study was Muhammadiyah Elementary School 29 Sunggal, where the study was conducted on 4th grade students of the 2023/2024 academic year from January 2024 to June 2024. The subjects of this study were 25 4th grade students of Muhammadiyah Elementary School 29 Sunggal. The results of the study showed that the P5 project improved students' understanding of Pancasila values, especially mutual cooperation and tolerance through active involvement in collaborative activities and the positive impact on students' cultural understanding and character was very visible. The evaluation highlighted the importance of adding training sessions, improving technical guidance, and integrating cultural activities into the regular curriculum. In conclusion, this P5 project has improved students' skills and understanding of Indonesian culture and strengthened Pancasila values, which have the potential to be applied to other classes in the future.
Content may be subject to copyright.
F O N D A T I A
Jurnal Pendidikan Dasar
Volume 8, Nomor 4, Desember 2024; 790-806
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/fondatia
Jurnal Fondatia is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
p-ISSN : 2656-5390
e-ISSN : 2579-6194
Terindeks : SINTA 4, DOAJ,
Dimensions, Scilit, Lens, Garuda,
Semantic, Google, Base, etc
https://doi.org/10.36088/fondatia.v8i4.5456
IMPLEMENTASI P5 MELALUI KOLABORASI MUSIK
ANGKLUNG DAN TARI TOR-TOR DI KELAS IV
SEKOLAH DASAR
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
Universitas Negeri Medan
yusronabda@mhs.unimed.ac.id
Abstract
This study aims to analyze and implement the Pancasila Student Profile Improvement Project (P5)
through traditional arts collaboration for 4th grade students of Muhammadiyah Elementary School
29 Sunggal. This study uses a qualitative method with a classroom action research (CAR) design by
integrating the West Javanese angklung game and the North Sumatran Tor-Tor dance into learning.
The location of the study was Muhammadiyah Elementary School 29 Sunggal, where the study was
conducted on 4th grade students of the 2023/2024 academic year from January 2024 to June 2024.
The subjects of this study were 25 4th grade students of Muhammadiyah Elementary School 29
Sunggal. The results of the study showed that the P5 project improved students' understanding of
Pancasila values, especially mutual cooperation and tolerance through active involvement in
collaborative activities and the positive impact on students' cultural understanding and character was
very visible. The evaluation highlighted the importance of adding training sessions, improving technical
guidance, and integrating cultural activities into the regular curriculum. In conclusion, this P5 project
has improved students' skills and understanding of Indonesian culture and strengthened Pancasila
values, which have the potential to be applied to other classes in the future.
Keywords
: Project P5 ; Pancasila ; Art ; Music ; Dance
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan melaksanakan Proyek Peningkatan Profil
Siswa Pancasila (P5) melalui kolaborasi seni tradisional pada siswa kelas 4 SD Muhammadiyah 29
Sunggal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain penelitian tindakan kelas
(PTK) dengan mengintegrasikan permainan angklung khas Jawa Barat dan tari Tor-Tor jenis
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
Volume 8, Nomor 4, Desember 2024
791
Sumatera Utara ke dalam pembelajaran. Lokasi penelitian adalah SD Muhammadiyah 29 Sunggal,
dimana penelitian dilakukan pada siswa kelas IV tahun ajaran 2023/2024 terhitung bulan Januari
2024 sampai dengan bulan Juni 2024. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD
yang berjumlah 25 orang. SD Muhammadiyah 29 Sunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proyek P5 meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai Pancasila khususnya gotong royong
dan toleransi melalui keterlibatan aktif dalam kegiatan kolaboratif serta dampak positif terhadap
pemahaman budaya dan karakter siswa sangat terlihat. Evaluasi tersebut menyoroti pentingnya
menambahkan sesi pelatihan, meningkatkan panduan teknis, dan mengintegrasikan kegiatan budaya
ke dalam kurikulum reguler. Kesimpulannya, proyek P5 ini telah meningkatkan keterampilan dan
pemahaman siswa terhadap budaya Indonesia serta memperkuat nilai-nilai Pancasila, yang
berpotensi untuk diterapkan pada kelas lain di masa mendatang.
Kata Kunci : Projek P5 ; Pancasila ; Seni ; Musik ; Tari
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memastikan siswa memiliki sikap
dan kepribadian yang menjadi yang lebih baik. Pernyataan tersebut didukung oleh (Ansya,
2023) bahwa pendidikan adalah proses terstruktur yang tidak hanya berfokus pada
penguasaan pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan karakter dan pengembangan nilai-
nilai positif pada peserta didik. Menurutnya, pendidikan harus mengintegrasikan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang agar siswa dapat berkembang menjadi
individu yang berkarakter kuat dan mampu berkontribusi positif dalam masyarakat (Sari et
al., 2023). Sehubungan hal tersebut, dengan berakar pada teori konstruktivisme,
pembelajaran berbasis proyek memandang siswa sebagai subjek aktif dalam proses
pembelajaran, di mana mereka tidak hanya menyerap informasi, tetapi juga membentuk
pengetahuan dan sikap melalui pengalaman langsung. Konstruktivisme menekankan bahwa
siswa membangun pengetahuan melalui pengalaman langsung dan interaksi dengan
lingkungan sekitarnya (Suparlan, 2019).
Dalam pembelajaran ini, siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi juga terlibat dalam
proses pembentukan pemahaman yang mendalam melalui refleksi atas pengalaman yang
dialaminya. Kolaborasi dalam pembelajaran tidak hanya didasarkan pada teori
konstruktivisme, tetapi juga pada teori sosial-kognitif yang menekankan pentingnya
interaksi sosial dalam perkembangan kognitif dan afektif siswa (Warini et al., 2023).
Menurut teori ini, proses belajar tidak hanya terjadi dalam diri individu, tetapi juga
dipengaruhi oleh interaksi dengan orang lain. Melalui kolaborasi, siswa belajar untuk
memahami perspektif lain, mengembangkan keterampilan sosial, dan membangun rasa
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
FONDATIA : Jurnal Pendidikan Dasar
792
saling menghargai dalam kelompok belajar (Ansya, Ardhita, et al., 2024). Sehingga apa yang
menjadi tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mengoptimalkan kemampuan setiap orang,
membangun karakter yang berkualitas tinggi, dan membangun masyarakat yang unggul
dapat tercapai (Ansya et al., 2024)
Kegiatan seni, seperti permainan musik dan tari, merupakan bentuk pembelajaran yang
efektif dalam menanamkan nilai-nilai sosial. Seni menawarkan pengalaman belajar yang
melibatkan emosi dan kreativitas, yang memungkinkan siswa untuk lebih mendalami nilai-
nilai seperti kerja sama, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan. Pernyataan
tersebut didukung oleh Steven et al (2024) bahwa melalui keterlibatan dalam seni, siswa
tidak hanya belajar keterampilan teknis, tetapi juga nilai-nilai moral yang menjadi dasar
kehidupan bermasyarakat. Dalam konteks pembelajaran berbasis proyek, penggunaan
elemen budaya nasional dan lokal menjadi penting untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila.
Musik angklung yang mewakili budaya nasional Indonesia, serta tari tor-tor khas Sumatera
Utara, yang mewakili budaya lokal, menjadi media pembelajaran yang kaya akan nilai
budaya. Dengan mengintegrasikan elemen-elemen budaya ini ke dalam pembelajaran, siswa
tidak hanya memahami seni sebagai bentuk ekspresi, tetapi juga sebagai alat untuk
mempelajari dan menghargai identitas budaya bangsa (Purbawati et al., 2024).
Dalam implementasi P5, alat musik angklung khas Jawa Barat dan tari tor-tor khas
Sumatera Utara digunakan sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam diri
siswa. Melalui kegiatan seni yang kolaboratif, siswa belajar tentang kerja sama, toleransi, dan
menghargai perbedaan, yang semuanya merupakan inti dari Pancasila (Shofia Rohmah et
al., 2023). Dalam hal ini, pembelajaran seni bukan hanya tentang keterampilan teknis, tetapi
juga tentang pembentukan karakter siswa sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi
oleh bangsa Indonesia. Pendidikan di Indonesia memiliki peran penting dalam membentuk
karakter siswa yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yang merupakan dasar ideologi
negara. Pernyataan tersebut didukung oleh Ansya et al (2021) bahwa sekolah dan pendidik
harus mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kurikulum mereka. Ini karena
Pancasila membantu siswa mengembangkan landasan moral, sikap positif, keterampilan
sosial, dan identitas nasional yang kuat. Salah satu program pemerintah yang bertujuan
untuk memperkuat karakter ini adalah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yang
diterapkan di berbagai jenjang pendidikan. Program ini dirancang untuk membentuk siswa
agar memiliki sikap dan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Melalui P5, siswa
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
Volume 8, Nomor 4, Desember 2024
793
diharapkan dapat mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan intelektual yang
sejalan dengan karakter bangsa (Palayukan et al., 2023).
Namun, implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar
sering kali masih bersifat teoritis dan kurang mengakomodasi pendekatan yang menyeluruh
serta kontekstual. Dalam konteks pembelajaran di kelas IV SD Muhammadiyah 29 Sunggal,
diperlukan inovasi yang mampu mengintegrasikan berbagai aspek budaya lokal dan musik
tradisional, sehingga siswa tidak hanya memahami nilai-nilai Pancasila secara teoritis, tetapi
juga dapat mengaplikasikannya melalui kegiatan kolaboratif yang menyenangkan dan
bermakna. Oleh karena itu, kolaborasi antara permainan alat musik angklung khas Jawa
Barat dan tari tor-tor khas Sumatera Utara menjadi salah satu alternatif yang dapat dijadikan
sarana untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila secara holistik dan kontekstual
dalam pembelajaran di sekolah dasar.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fatah dan Zumrotun, 2023; Khairunnisa et al.,
2024; Rahma & Amrullah, 2024; Sutisnawati et al., 2023 menyatakan bahwa Projek
Penguatan Profil Pelajar Pelajar Pancasila (P5) dapat meningkatkan pemahaman siswa
mengenai arti dari Pancasila serta dapat membentuk sikapa peduli, tenggang rasa, gotong
royong, religius yang bermanfaat di lingkungan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengimplementasikan Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila (P5) melalui kegiatan kolaboratif antara permainan alat musik
angklung khas Jawa Barat dan tari tor-tor khas Sumatera Utara pada kelas IV di SD
Muhammadiyah 29 Sunggal. Tujuan khusus dari penelitian ini meliputi: 1) Mengidentifikasi
kebutuhan siswa dalam memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila; 2) Merancang
kegiatan pembelajaran yang inovatif dan kontekstual yang mengintegrasikan budaya lokal
dan nasional; 3) Melaksanakan kegiatan kolaboratif yang melibatkan seluruh siswa dalam
permainan musik dan tari; 4) Menilai efektivitas kegiatan tersebut dalam meningkatkan
pemahaman dan penerapan nilai-nilai Pancasila oleh siswa; 5) Mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan untuk perbaikan di masa mendatang.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian tindakan kelas
(PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian reflektif yang dilakukan secara
siklis (berdaur) oleh guru atau calon guru di dalam kelas. Ini dimulai dengan tindakan,
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
FONDATIA : Jurnal Pendidikan Dasar
794
perencanaan, pengamatan, dan refleksi, dan dilakukan dalam upaya memecahkan masalah
dan mencoba hal baru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Susilo et al., 2022). Pada
penelitian yang dilakukan dalam empat tahapan utama, yaitu analisis kebutuhan siswa,
perancangan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan refleksi hasil kegiatan. Lokasi penelitian
adalah SD Muhammadiyah 29 Sunggal, di mana penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas
IV pada tahun ajaran 2023/2024, yang dimulai dari bulan Januari 2024 hingga Juni 2024.
Subjek penelitian pada penelitian ini yaitu 25 siswa kelas IV SD Muhammadiyah 29
Sunggal. Berikut tahapan yang dilakukan:
1. Menganalisis Kebutuhan Siswa
Tahap pertama adalah menganalisis kebutuhan siswa terkait pemahaman dan penerapan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Analisis ini dilakukan melalui
observasi, wawancara dengan siswa dan guru, serta kuesioner yang mengidentifikasi
sejauh mana siswa memahami nilai-nilai Pancasila dan bagaimana mereka
mengaplikasikannya dalam konteks sosial mereka. Hasil dari analisis ini akan menjadi
dasar untuk merancang kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
2. Merancang Kegiatan
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, langkah selanjutnya adalah merancang kegiatan
pembelajaran yang mengintegrasikan permainan alat musik angklung khas Jawa Barat
dan tari tor-tor khas Sumatera Utara. Rancangan ini disusun dengan
mempertimbangkan karakteristik siswa kelas IV, serta tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, yaitu penguatan Profil Pelajar Pancasila. Kegiatan ini dirancang secara
kolaboratif, di mana siswa akan bekerja dalam kelompok untuk mempelajari dan
mempraktikkan permainan musik dan tari.
3. Melaksanakan Kegiatan
Kegiatan yang telah dirancang kemudian dilaksanakan di kelas IV SD Muhammadiyah
29 Sunggal. Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan seluruh siswa dalam praktik alat musik
angklung khas Jawa Barat dan tari tor-tor khas Sumatera Utara. Selama pelaksanaan,
siswa diarahkan untuk bekerja sama, berbagi peran, dan menampilkan hasil kerja
mereka dalam bentuk pertunjukan di akhir sesi pembelajaran. Kegiatan ini tidak hanya
menekankan pada aspek teknis bermain musik dan tari, tetapi juga pada nilai-nilai
seperti gotong royong, kerja sama, dan toleransi.
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
Volume 8, Nomor 4, Desember 2024
795
4. Menilai Hasil Kegiatan
Setelah kegiatan dilaksanakan, dilakukan penilaian terhadap hasil kegiatan untuk melihat
sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Penilaian ini meliputi observasi terhadap
partisipasi siswa, wawancara dengan siswa dan guru, serta analisis refleksi siswa terkait
pengalaman mereka selama kegiatan. Penilaian ini bertujuan untuk mengukur
pemahaman siswa terhadap nilai-nilai Pancasila dan kemampuan mereka untuk
menerapkannya dalam konteks kolaborasi dan kerja sama.
5. Evaluasi Kegiatan
Tahap terakhir adalah evaluasi keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan dalam pelaksanaan proyek ini. Evaluasi ini mencakup analisis
terhadap hambatan yang dihadapi selama kegiatan, dampak kegiatan terhadap
pemahaman dan sikap siswa, serta saran-saran untuk perbaikan di masa depan. Hasil
evaluasi ini akan digunakan sebagai dasar untuk menyempurnakan model pembelajaran
yang dapat diterapkan di kelas-kelas lain di SD Muhammadiyah 29 Sunggal maupun
sekolah dasar lainnya.
HASIL
1. Tahap Analisis Kebutuhan Siswa
Untuk memahami lebih lanjut mengenai pengetahuan dan minat siswa terhadap seni
tradisional Indonesia, khususnya yang berasal dari Sumatera Utara, dilakukan observasi
serta wawancara dengan wali kelas dan siswa kelas IV SD Muhammadiyah 29 Sunggal.
Observasi dilakukan selama beberapa minggu, dengan fokus pada aktivitas belajar-
mengajar di kelas, keterlibatan siswa dalam kegiatan seni tradisional, serta penggunaan
teknologi seperti media sosial di kalangan siswa. Wawancara ini mencakup pertanyaan-
pertanyaan terkait pandangan wali kelas terhadap pengaruh teknologi pada minat siswa
terhadap seni tradisional, serta tingkat pengetahuan siswa tentang budaya dan seni
tradisional. Wali kelas dan siswa diminta memberikan pandangan mereka melalui
beberapa pertanyaan yang difokuskan pada pengetahuan tentang seni tradisional,
pengaruh media sosial, dan bagaimana minat siswa terhadap seni tradisional diajarkan di
sekolah. Berikut hasil wawancara yang didapat.
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
FONDATIA : Jurnal Pendidikan Dasar
796
Table 1. Hasil Wawancara dengan Wali Kelas
Pertanyaan
Jawaban
Bagaimana pandangan Ibu
sebagai wali kelas mengenai
pengetahuan siswa kelas IV
tentang seni tradisional
Indonesia?
Sebagian besar siswa tidak
memiliki pengetahuan yang cukup
tentang seni tradisional Indonesia.
Mereka lebih tertarik pada tren
terkini di media sosial.
Apakah Anda melihat
pengaruh teknologi terhadap
minat siswa dalam budaya dan
seni tradisional?
Sebagian besar siswa tidak
memiliki pengetahuan yang cukup
tentang seni tradisional Indonesia.
Mereka lebih tertarik pada tren
terkini di media sosial.
Apakah Anda melihat
pengaruh teknologi terhadap
minat siswa dalam budaya dan
seni tradisional?
Ya, teknologi seperti TikTok dan
Instagram membuat siswa lebih
terpapar pada tren modern
daripada budaya dan seni
tradisional.
Bagaimana sekolah
mengajarkan seni dan budaya
tradisional kepada siswa?
Kami mengajarkan melalui mata
pelajaran seni dan budaya, tetapi
minat siswa untuk mendalaminya
rendah.
Apakah Anda merasa
kurikulum saat ini sudah cukup
untuk mengenalkan budaya
lokal kepada siswa?
Kurikulum cukup memadai, tetapi
tantangan terbesar adalah
bagaimana membuatnya menarik
bagi siswa di era digital ini.
Apa saja upaya yang telah
dilakukan sekolah untuk
meningkatkan minat siswa
terhadap seni tradisional?
Kami telah mengadakan
ekstrakurikuler seni, tetapi
keikutsertaan siswa masih terbatas.
Table 2. Hasil Wawancara dengan Siswa
Pertanyaan
Jawaban
Apakah kamu tahu tentang
seni tradisional dari Sumatera
Utara?
Tidak terlalu, saya lebih sering
melihat tarian dan musik modern
di TikTok.
Apakah kamu tertarik belajar
tentang seni tradisional
Indonesia?
Saya kurang tertarik, karena saya
lebih suka musik dan tarian yang
sedang populer di media sosial.
Bagaimana kamu mengenal
seni atau budaya tradisional?
Saya hanya tahu sedikit dari
sekolah, tapi tidak terlalu
mendalami karena lebih banyak
menggunakan media sosial.
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
Volume 8, Nomor 4, Desember 2024
797
Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa banyak siswa kurang mengenal
budaya dan seni yang ada di Indonesia. Fenomena ini diduga disebabkan oleh
pengaruh kemajuan teknologi, di mana siswa lebih banyak terpapar pada tren-tren
terkini dari media sosial seperti TikTok dan Instagram. Wawancara yang dilakukan
dengan guru dan siswa juga mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa tidak
memiliki pengetahuan yang memadai tentang seni tradisional Indonesia, termasuk seni
yang berasal dari Sumatera Utara.
Gambar 1 Observasi Awal Kegiatan
Berdasarkan temuan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa salah satu kebutuhan
utama siswa adalah pemahaman yang lebih baik tentang budaya dan seni Indonesia.
Untuk itu, diperlukan upaya untuk mengenalkan seni dan budaya Indonesia dengan
cara yang mudah dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan tersebut melalui kegiatan
yang tidak hanya mendidik tetapi juga menginspirasi siswa untuk menghargai dan
menerapkan nilai-nilai Pancasila melalui apresiasi terhadap kekayaan budaya nasional.
Dengan memahami bahwa siswa kurang mengenal seni dan budaya lokal, peneliti
menyadari pentingnya merancang kegiatan pembelajaran yang dapat mengintegrasikan
unsur-unsur budaya dalam proses pendidikan. Salah satu pendekatan yang
dipertimbangkan adalah melalui kolaborasi permainan alat musik angklung khas Jawa
Barat dan tari tor-tor khas Sumatera Utara. Pendekatan ini tidak hanya memungkinkan
siswa untuk mengenal dan mengapresiasi seni tradisional, tetapi juga memperkuat
pemahaman mereka terhadap nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong, kerjasama,
dan rasa cinta tanah air. Melalui pengalaman langsung dan interaktif, diharapkan siswa
dapat lebih mudah menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
FONDATIA : Jurnal Pendidikan Dasar
798
Selain itu, kegiatan ini juga dirancang agar relevan dengan kehidupan sosial siswa,
sehingga dapat diterapkan dalam konteks mereka sehari-hari. Seperti dengan
mengajarkan bagaimana seni dapat menjadi sarana untuk mempererat hubungan sosial
dan membangun komunitas yang harmonis. Dengan demikian, siswa tidak hanya
belajar tentang seni dan budaya, tetapi juga mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam
interaksi mereka dengan teman sebaya dan lingkungan sekitar.
2. Tahap Merancang Kegiatan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, ditemukan bahwa sebagian
besar siswa di SD Muhammadiyah 29 Sunggal kurang mengenal seni tradisional
Indonesia, terutama yang berasal dari Sumatera Utara. Siswa lebih akrab dengan tren
populer di media sosial seperti TikTok dan Instagram daripada dengan warisan budaya
mereka sendiri. Fenomena ini menunjukkan adanya pengaruh teknologi yang signifikan
terhadap minat dan pengetahuan siswa dalam bidang seni tradisional, yang kini
terpinggirkan oleh tren modern.
Menyikapi temuan ini, peneliti kemudian merancang sebuah kegiatan untuk
memperkuat pemahaman dan apresiasi siswa terhadap seni tradisional. Langkah awal
yang diambil adalah menentukan jenis proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
yang akan dilaksanakan. Proyek ini dirancang untuk menggabungkan berbagai elemen
budaya, termasuk musik dan tari tradisional, guna membangkitkan minat siswa. Fokus
kegiatan ini adalah kolaborasi antara permainan alat musik angklung, yang merupakan
alat musik tradisional dari Jawa Barat, dengan tarian tradisional dari Sumatera Utara.
Dalam perancangan kegiatan ini, peneliti memilih dua lagu daerah sebagai materi utama,
yaitu "Bungong Jeumpa" dari Aceh dan "Rambadia" dari Sumatera Utara. Kedua lagu
ini dipilih karena memiliki nuansa yang khas dan mewakili kekayaan budaya dari wilayah
yang berbeda di Indonesia. Lagu-lagu tersebut kemudian akan dimainkan menggunakan
angklung, memberikan sentuhan khas musik tradisional Jawa Barat ke dalam
representasi budaya Sumatera Utara dan Aceh.
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
Volume 8, Nomor 4, Desember 2024
799
Gambar 2 Perancangan Lagu Rambadia
Gambar 3 Perancangan Lagu Bungong Jeumpa
Selain itu, untuk memudahkan siswa dalam memainkan lagu-lagu tersebut, peneliti
mengaransemen ulang lagu-lagu tersebut menjadi not angka yang sesuai untuk
dimainkan dengan angklung. Proses ini dilakukan untuk memastikan siswa dapat
dengan mudah mempelajari dan memainkan lagu-lagu tersebut, sambil tetap
mempertahankan keaslian dan kekayaan melodi tradisional yang ada. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan seni tradisional.
Sebagai pelengkap dari permainan musik, peneliti juga merancang bagian tari dengan
memilih tari Tor-Tor dari Batak Toba sebagai tarian yang akan dipelajari dan
dipraktikkan oleh siswa. Referensi gerakan tari diambil dari berbagai sumber, termasuk
platform YouTube, untuk memastikan bahwa gerakan yang diajarkan sesuai dengan
tradisi asli. Dengan memadukan musik dan tari tradisional ini, kegiatan ini diharapkan
dapat membangkitkan minat siswa terhadap seni budaya Indonesia dan mengurangi
dampak negatif dari pengaruh teknologi modern.
3. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Setelah perancangan kegiatan selesai, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan
tersebut di kelas IV SD Muhammadiyah 29 Sunggal. Kegiatan ini melibatkan seluruh
siswa dalam praktik memainkan alat musik angklung yang khas dari Jawa Barat dan tari
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
FONDATIA : Jurnal Pendidikan Dasar
800
Tor-Tor yang khas dari Sumatera Utara. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan
pengenalan dasar-dasar angklung dan tari Tor-Tor kepada siswa, termasuk sejarah,
makna, dan teknik dasar yang diperlukan untuk memainkan dan menarikan karya-karya
tersebut. Ini dilakukan untuk memberikan pemahaman yang mendalam sebelum siswa
mulai berlatih secara intensif.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, siswa diarahkan untuk bekerja sama dalam kelompok.
Setiap kelompok memiliki tanggung jawab yang berbeda, seperti mengatur nada pada
angklung, mempelajari koreografi tari, dan mengoordinasikan waktu serta urutan
penampilan. Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar tentang seni tradisional,
tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial seperti komunikasi dan koordinasi.
Gotong royong menjadi nilai penting yang ditekankan, di mana setiap siswa belajar
untuk saling mendukung dalam mencapai hasil terbaik.
Gambar 5 Sesi Latihan Alat Musik Angklung Projek P5
Sesi latihan dilakukan secara bertahap, dimulai dari pemahaman not angka yang telah
diaransemen khusus untuk dimainkan dengan angklung, hingga mempraktikkan
gerakan tari Tor-Tor secara bersama-sama. Selama latihan, guru dan peneliti berperan
sebagai fasilitator, memberikan arahan dan koreksi jika diperlukan, namun tetap
memberikan ruang bagi siswa untuk berkreasi dan berinisiatif. Pendekatan ini bertujuan
untuk mendorong siswa agar lebih percaya diri dalam menampilkan hasil kerja mereka,
sekaligus memupuk rasa bangga terhadap budaya tradisional.
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
Volume 8, Nomor 4, Desember 2024
801
Gambar 6 Sesi Latihan Tari Tor-Tor
Puncak kegiatan ini adalah pada acara Festival Projek Pancasila, di mana seluruh siswa
SD Muhammadiyah 29 Sunggal menampilkan projek P5 mereka. Festival ini menjadi
ajang di mana setiap kelompok siswa mempresentasikan hasil latihan mereka dalam
permainan angklung maupun tari Tor-Tor secara kolaborasi, di hadapan seluruh
komunitas sekolah, termasuk teman-teman sekelas, guru, dan orang tua. Pertunjukan ini
tidak hanya menjadi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan teknis siswa, tetapi
juga sebagai perayaan kerja sama dan usaha kolektif yang telah mereka lakukan.
Gambar 7 Festival Projek Pancasila SD Muhammadiyah 29 Sunggal 2024
4. Tahap Menilai Hasil Kegiatan
Setelah kegiatan pelaksanaan proyek Pancasila selesai, tahap selanjutnya adalah menilai
hasil kegiatan untuk mengevaluasi sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai.
Penilaian dilakukan melalui observasi langsung terhadap partisipasi siswa selama latihan
dan pertunjukan, wawancara dengan siswa dan guru, serta analisis refleksi siswa terkait
pengalaman mereka selama kegiatan. Observasi menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa terlibat aktif dalam latihan dan pertunjukan, dengan penampilan yang menonjol
dalam memainkan angklung dan menari Tor-Tor. Wawancara dengan siswa dan guru
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
FONDATIA : Jurnal Pendidikan Dasar
802
mengungkapkan bahwa siswa menunjukkan peningkatan pemahaman terhadap seni
tradisional dan nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong dan toleransi.
Namun, penilaian juga mengungkapkan beberapa area yang perlu diperbaiki. Beberapa
siswa masih merasa kurang percaya diri dalam memainkan angklung dan menari Tor-
Tor, yang menunjukkan perlunya latihan tambahan dan dukungan lebih lanjut dalam hal
keterampilan teknis. Selain itu, meskipun banyak siswa yang menunjukkan pemahaman
yang baik terhadap nilai-nilai Pancasila, beberapa siswa masih perlu lebih mendalami
bagaimana menerapkan nilai-nilai tersebut dalam konteks kolaborasi dan kerja sama.
5. Tahap Evaluasi Kegiatan
Tahap terakhir adalah evaluasi keseluruhan proyek untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan dalam pelaksanaannya. Evaluasi ini melibatkan analisis mendalam terhadap
berbagai aspek kegiatan, termasuk hambatan yang dihadapi selama proses, dampak
kegiatan terhadap pemahaman dan sikap siswa, serta saran untuk perbaikan di masa
depan. Hambatan yang teridentifikasi meliputi tantangan teknis dalam memainkan
angklung dan menari Tor-Tor, serta kebutuhan akan latihan tambahan untuk
meningkatkan keterampilan siswa.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan antara pengetahuan
siswa tentang seni tradisional Indonesia, khususnya dari Sumatera Utara, dengan minat
mereka yang lebih cenderung ke arah tren modern yang disebarkan melalui media sosial
seperti TikTok dan Instagram. Wawancara dengan wali kelas mengungkapkan bahwa
sebagian besar siswa tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang seni tradisional,
meskipun kurikulum sekolah telah mencakup materi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
meskipun upaya pendidikan sudah ada, metode yang digunakan mungkin belum
sepenuhnya efektif dalam menarik minat siswa di era digital ini.
Observasi terhadap aktivitas belajar mengajar di kelas IV SD Muhammadiyah 29 Sunggal
mendukung temuan wawancara tersebut, di mana keterlibatan siswa dalam kegiatan seni
tradisional sangat minim. Ini mengindikasikan adanya tantangan dalam memotivasi siswa
untuk mempelajari dan mengapresiasi seni tradisional. Teknologi yang semakin dominan
dalam kehidupan sehari-hari siswa, terutama melalui media sosial, tampaknya menjadi
faktor utama yang mengalihkan perhatian mereka dari warisan budaya lokal. Pernyataan
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
Volume 8, Nomor 4, Desember 2024
803
tersebut didukung oleh Liliweri (2003) bahwa teknologi menjadi faktor utama dalam
hilangnya serta peralihan terhadap warisan budaya.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang dirancang sebagai respons terhadap
temuan ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan tersebut dengan mengintegrasikan seni
tradisional dalam kegiatan yang interaktif dan relevan dengan kehidupan siswa. Pendekatan
melalui kolaborasi musik angklung dan tari Tor-Tor memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar secara langsung dan terlibat dalam praktik seni tradisional. Pilihan lagu daerah
dan aransemen ulang untuk angklung menjadi strategi penting dalam membuat kegiatan ini
lebih mudah diakses oleh siswa, tanpa menghilangkan esensi budaya yang ada. Dengan
menggunakan alat musik dan tarian tradisional tersebut, menurut Nurjatisari et al (2023)
dapat menjadikan pelestarian seni budaya serta mengeksplorasi kearifan lokal masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan ini di kelas menunjukkan bahwa siswa mampu bekerja sama dalam
kelompok, meningkatkan keterampilan sosial seperti komunikasi dan koordinasi melalui
gotong royong. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya pengetahuan siswa tentang seni
tradisional tetapi juga memperkuat internalisasi nilai-nilai Pancasila, yang menjadi tujuan
utama dari proyek ini. Hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan pemahaman, baik
pada keterampilan teknis dan rasa percaya diri, menandakan bahwa latihan yang
dilaksanakan berdampak positif terhadap keterampilan dan kepribadian siswa tersebut.
Perubahan setalah pelaksanaan kegiatan tersebut didukung oleh Khoeratunisa et al (2023)
bahwa terjadinya peningkatan keterampilan dan kepribadian siswa menuju arah yang lebih
baik serta menjadikan diri siswa menjadi masyarakat seutuhnya.
Penilaian setelah pelaksanaan proyek menunjukkan bahwa sebagian besar tujuan
pembelajaran telah tercapai, meskipun masih ada ruang untuk perbaikan. Siswa secara
umum menunjukkan keterlibatan yang baik, baik dalam menguasai teknik bermain
angklung dan tari Tor-Tor menunjukkan bahwa materi yang diajarkan dapat dipahami dan
diimplementasikan oleh siswwa denga baik. Wawancara dengan guru dan siswa setelah
kegiatan mengkonfirmasi bahwa proyek ini berhasil meningkatkan minat terhadap seni
tradisional.
Evaluasi keseluruhan proyek mengidentifikasi beberapa area yang perlu diperbaiki, seperti
perlunya latihan tambahan dan penguatan keterampilan teknis agar lebih mahir bagi siswa.
Selain itu, penting untuk terus mengembangkan metode pengajaran yang mampu
menghubungkan seni tradisional dengan kehidupan sehari-hari siswa, agar minat mereka
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
FONDATIA : Jurnal Pendidikan Dasar
804
terhadap budaya lokal dapat ditingkatkan secara berkelanjutan. Hasil penelitian ini dapat
menjadi dasar bagi pengembangan program pendidikan budaya yang lebih efektif di masa
mendatang, khususnya dalam konteks era digital yang terus berkembang.
Dampak kegiatan terhadap siswa menunjukkan hasil yang positif dalam hal peningkatan
pemahaman tentang seni tradisional dan nilai-nilai Pancasila. Sebagian besar siswa
menunjukkan peningkatan dalam kerja sama dan gotong royong, serta merasa lebih
terhubung dengan budaya mereka. Pernyataan tersebut didukung oleh Kharisma et al
(2023) bahwa Hasil dari kegiatan P5 adalah peningkatan partisipasi pelajar dalam kegiatan
gotong royong di sekolah, peningkatan kemampuan pelajar dalam berpikir kritis, kreativitas,
dan kerja sama, dan peningkatan partisipasi dan keterlibatan orang tua pelajar. Namun,
beberapa siswa masih memerlukan dukungan tambahan untuk lebih mendalami penerapan
nilai-nilai tersebut dalam praktik. Saran untuk perbaikan meliputi penyediaan lebih banyak
sesi latihan, peningkatan bimbingan teknis, dan integrasi kegiatan serupa dalam kurikulum
reguler untuk menguatkan pemahaman dan keterampilan siswa.
Hasil dari evaluasi ini akan digunakan sebagai dasar untuk menyempurnakan model
pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas-kelas lain di SD Muhammadiyah 29 Sunggal
maupun sekolah dasar lainnya. Dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang
teridentifikasi, serta menerapkan saran perbaikan, diharapkan kegiatan serupa dapat lebih
efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap seni tradisional dan nilai-nilai
Pancasila, serta memperkuat kemampuan kolaborasi dan kerja sama mereka di masa depan..
KESIMPULAN
Kegiatan proyek Pancasila yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah 29 Sunggal berhasil
mencapai sebagian besar tujuan pembelajaran, yaitu meningkatkan pemahaman siswa
tentang seni tradisional Indonesia dan nilai-nilai Pancasila. Melalui praktik angklung dan tari
Tor-Tor, siswa tidak hanya belajar tentang warisan budaya, tetapi juga mengembangkan
keterampilan kolaborasi dan kerja sama. Observasi dan wawancara menunjukkan bahwa
siswa menunjukkan peningkatan dalam memahami nilai-nilai gotong royong dan toleransi,
serta keterlibatan aktif dalam kegiatan. Meskipun ada tantangan teknis dan kebutuhan
untuk dukungan lebih lanjut, dampak positif terhadap pemahaman budaya dan karakter
siswa sangat terlihat
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
Volume 8, Nomor 4, Desember 2024
805
Hasil evaluasi mengungkapkan pentingnya melanjutkan dan menyempurnakan model
pembelajaran ini untuk kelas-kelas lain. Evaluasi menyarankan penambahan sesi latihan,
peningkatan bimbingan teknis, dan integrasi kegiatan budaya dalam kurikulum reguler
sebagai langkah untuk mengatasi hambatan yang ada. Dengan penerapan saran-saran ini,
diharapkan kegiatan serupa dapat lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan siswa dan
mendalami nilai-nilai Pancasila, serta memperkuat rasa cinta dan tanggung jawab mereka
terhadap budaya Indonesia di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansya, Y. A. (2023). Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar pada Pembelajaran IPA Menggunakan Strategi PjBL (Project-Based
Learning). Jurnal Ilmu Manajemen Dan Pendidikan (JIMPIAN), 3(1), 4352.
https://doi.org/10.30872/jimpian.v3i1.2225
Ansya, Y. A., Alfianita, A., Syahkira, H. P., & Syahrial, S. (2024). Peran Evaluasi
Pembelajaran pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Sekolah Dasar. Indiktika:
Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika, 6(2), 173184.
https://doi.org/10.31851/indiktika.v6i2.15030
Ansya, Y. A., Ardhita, A. A., Rahma, F. M., Sari, K., & Khairunnisa, K. (2024). ANALISIS
FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA KEMAMPUAN LITERASI BACA TULIS
SISWA SEKOLAH DASAR. JGK (Jurnal Guru Kita), 8(3), 598606.
https://doi.org/10.24114/jgk.v8i3.60183
Ansya, Y. A., Ardhita, A. A., Sari, K., Nainggolan, M. G., Ayunda, R., Hasibuan, W. A., &
Antika, W. (2021). LUNTURNYA NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA DI ERA
GLOBALISASI YANG MENGAKIBATKAN MUNCULNYA KELOMPOK
TERORISME. Jurnal Handayani, 12(2), 144153.
https://doi.org/10.24114/jh.v12i2.45265
Fatah, M. A., & Zumrotun, E. (2023). Implementasi Projek P5 Tema Kewirausahaan
Terhadap Kemandirian Belajar Di Sekolah Dasar. Attadrib: Jurnal Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, 6(2), 365377. https://doi.org/10.54069/attadrib.v6i2.603
Khairunnisa, A. A., Isrokatun, I., & Sunaengsih, C. (2024). Studi Implementasi Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Meningkatkan Berpikir Kritis di Sekolah Dasar.
Jurnal Educatio FKIP UNMA, 10(1), 242250.
https://www.ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio/article/view/7828
Kharisma, M. E., Faridi, F., & Yusuf, Z. (2023). Penanaman Karakter Gotong Royong
Berbasis P5 di SMP Muhammadiyah 8 Batu. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8(2), 1152
1161. https://doi.org/10.29303/jipp.v8i2.1420
Khoeratunisa, S., Yektyastuti, R., & Helmanto, F. (2023). Eksplorasi Kebhinekaan Global
Dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Siswa Sekolah Dasar. NCOINS:
National Conference Of Islamic Natural Science, 478493.
https://proceeding.iainkudus.ac.id/index.php/NCOINS/article/view/684
Yusron Abda’u Ansya & Tania Salsabilla
FONDATIA : Jurnal Pendidikan Dasar
806
Liliweri, A. (2003). Makna budaya dalam komunikasi antarbudaya. Lkis pelangi aksara.
Nurjatisari, T., Sukmayadi, Y., & Nugraheni, T. (2023). Penguatan Profil Pelajar Pancasila
melalui Kemasan Pertunjukan Seni pada Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar. Jurnal
Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(4), 40134024.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i4.4836
Palayukan, H., Palengka, I., Panglipur, I. R., & Mahendra, I. W. E. (2023).
PENDAMPINGAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
(P5) PENERAPAN MERDEKA BELAJAR PADA TINGKAT SMA. Community
Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(4), 84038408.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/cdj/article/view/19434
Purbawati, S. Y., Naam, M. F., & Sugiarto, E. (2024). Inovasi Pembelajaran Seni Musik
Pada Jenjang Pendidikan Dasar Dalam Perspektif Budaya Dan Karakter Peserta
Didik. Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora Dan Seni, 2(3), 521527.
https://www.jurnal.minartis.com/index.php/jishs/article/view/1751
Rahma, M., & Amrullah, M. (2024). Analisis Penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila Terhadap Sikap Religius Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Dimensi Pendidikan Dan
Pembelajaran, 12(1), 7787.
https://litabmas.umpo.ac.id/index.php/dimensi/article/view/9432
Sari, Y., Ansya, Y. A., Alfianita, A., & Putri, P. A. (2023). STUDI LITERATUR: UPAYA
DAN STRATEGI MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V
SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA. Jurnal Guru Kita PGSD, 8(1), 926.
https://doi.org/10.24114/jgk.v8i1.53931
Shofia Rohmah, N. N., Markhamah, Sabar Narimo, & Choiriyah Widyasari. (2023). Strategi
Penguatan Profil Pelajar Pancasila Dimensi Berkebhinekaan Global Di Sekolah Dasar.
Jurnal Elementaria Edukasia, 6(3), 12541269. https://doi.org/10.31949/jee.v6i3.6124
Steven, K., Hartono, H., & Saearani, M. F. T. Bin. (2024). Paradigma dan Isu dalam
Pendidikan Seni: Strategi Untuk Pengembangan Pendekatan yang Relevan dan
Berkelanjutan. Didaktika: Jurnal Kependidikan, 13(3), 38333846.
https://www.jurnaldidaktika.org/contents/article/view/924
Suparlan, S. (2019). Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran. ISLAMIKA, 1(2), 7988.
https://doi.org/10.36088/islamika.v1i2.208
Susilo, H., Chotimah, H., & Sari, Y. D. (2022). Penelitian tindakan kelas. Media Nusa Creative
(MNC Publishing).
Sutisnawati, A., Maksum, A., & Marini, A. (2023). Implementasi Pendidikan Multikultural
Berbasis Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila P5 di Sekolah Dasar. DWIJA
CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik, 7(3). https://doi.org/10.20961/jdc.v7i3.79769
Warini, S., Hidayat, Y. N., & Ilmi, D. (2023). Teori Belajar Sosial Dalam Pembelajaran.
ANTHOR: Education and Learning Journal, 2(4), 566576.
https://doi.org/10.31004/anthor.v2i4.181
... Dengan cara ini, proses belajar tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep, tetapi juga melatih keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kolaborasi. Oleh karena itu, pendidikan dasar menjadi kunci penting dalam menciptakan generasi yang tidak hanya terampil secara akademik, tetapi juga memiliki karakter dan kompetensi yang sesuai dengan tantangan global di masa depan (Ansya & Salsabilla, 2024a;Thana & Hanipah, 2023). ...
Article
Full-text available
The aim of this research is to describe how the application of the Problem Based Learning model can be an effective solution in overcoming the problem of low student learning outcomes in science and science subjects in class V elementary schools. This research uses a qualitative approach with descriptive methods. This research was carried out in Class V of SD Muhammadiyah T.A. 2024/2025. The results of the research show that the three main problems faced are low understanding of the material as reflected in the UTS results under KKM, lack of motivation and active involvement of students in learning which can be seen from their lack of enthusiasm, disorganization and lack of focus during lessons, and low student discipline which disrupts the creation of an atmosphere. conducive learning. Thus, the application of the Problem Based Learning model in science and science learning in elementary schools can be an effective solution to overcome low student learning outcomes and increase the learning motivation of fifth grade elementary school students.
Article
Full-text available
This research examines music learning innovations at the primary education level from the perspective of students' culture and character. Schools play an important role in developing students' character through a curriculum that includes Cultural Arts and Crafts subjects, especially music education. Music education contributes to the formation of a cultured national character, love for the country, creativity, co-operation, discipline and responsibility. This research highlights the importance of integrating Indonesian traditional music in the curriculum, with the aim of introducing and preserving the nation's cultural heritage. In addition, music learning innovations also include developing musical skills, self-expression, improving cognitive abilities, and instilling positive values through various creative methods and approaches. The research method used is content analysis to evaluate learning materials, curriculum, and related documents. The results show that innovation in music learning not only enhances art appreciation but also plays a significant role in students' character building. Technology integration and collaboration with local artists enrich the learning experience, increase student engagement, and build a strong foundation for future art and music appreciation. In conclusion, learning music at the primary education level can nurture a sense of pride in cultural identity, develop creativity, and shape students' strong and positive character.
Article
Full-text available
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran matematika kelas V sekolah dasar serta instrumen evaluasi pembelajaran yang digunakan dengan tujuan memperkuat pemahaman tentang peran evaluasi pembelajaran itu sendiri. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif. Subjek pada penelitian ini yaitu siswa dan guru kelas V UPT SD Negeri 060809 Medan Kota dan objek pada penelitian ini yaitu hasil wawancara dan hasil observasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara dengan siswa dan guru, melakukan observasi kelas, menganalisis dokumen pendukung serta studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan peran evaluasi pembelajaran yaitu mengukur pencapaian pembelajaran, memberikan umpan balik, mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan, serta mengarahkan perbaikan pembelajaran. Instrumen evaluasi yang digunakan antara lain tes tertulis, penugasan, dan portofolio, memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana proses evaluasi pembelajaran berlangsung serta memperkuat pemahaman tentang peran evaluasi pembelajaran itu sendiri. Informasi yang diberikan oleh guru dan yang diamati selama observasi menegaskan konsistensi dalam penerapan evaluasi pembelajaran.
Article
Full-text available
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pelaksanaan Pendidikan multikultural melalui kegiatan intrakurikuler di program sekolah penggerak yaitu projek penguatan profil pelajar Pancasila. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang Peran kepala sekolah dan guru dalam implementasi pendidikan multikultural berbasis Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di sekolah dasar, serta entingnya pendidikan multikultural P5 di SDN Cipanas Kota Sukabumi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan sumber data dari satu kepala sekolah, enam guru dari kelas 1 hingga 6, dan enam siswa dari kelas 4,5 dan 6. Analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data, reduksi data, menyajikan data, dan verifikasi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa di Kepala Sekolah dan Guru SDN Cipanas Kota Sukabumi telah melaksanakan Pendidikan multikultural melalui P5 dengan Tema “Bhinneka Tunggal Ika” dan topik Aku Cinta Indonesia. Melalui kegiatan P5, Siswa dapat belajar lebih konstektual tentang budaya dan identitas budaya, munculnya sikap menghargai dan menghormati keanekaragaman budaya, berusaha mengenali diri sendiri dengan segala potensi serta mempertahankan jati diri Indonesia. Sehingga dapat disimpulkan, pelaksanaan Pendidikan Multikultural dapat dilakukan melalui kegiatan P5 di sekolah, terutama di sekolah yang telah Implementasi Kurikulum Merdeka.
Article
Full-text available
Pesatnya perkembangan globalisasi yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, khususnya gaya hidup sebagian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin bergesernya nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru. Menghadapi tantangan ini, sebagian masyarakat yang sangat peduli terhadap perubahan tersebut tidak ingin ketinggalan dan akan berusaha mengimbangi perubahan tersebut. Agar belajar menjadi menyenangkan maka belajar seharusnya memiliki aktivitas untuk memperoleh informasi dan kompetensi baru. Aktivitas belajar yang dipilih harus menjembatani antara pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan dibangun peserta didik. Tindakan untuk menjembatani yaitu, memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan peserta didik belajar sambil bekerja.Bentuk belajar sosial Albert Banduraadalah menekankan tentang pentingnya peserta didik mengolah sendiri pengetahuan atau informasi yang diperoleh dari pengamatan model di sekitar lingkungan.Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bahwasannya teori belajar social ini sangat dibutuhkan untuk proses pembelajaran pada masa sekarang ini. Metode penelitian menggunakan metode studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah adanya beberapa komponen dalam proses peniruan yaitu: atensi/memperhatian, retensi/mengingat, memproduksi gerak motoric,ulangan/penguatan motivasi. Adapun jenis peniruan yaitu: peniruan secara langsung, penirua secara tidak langsung, peniruan gabungan keduanya, peniruan sesaat/seketika, peniruan berkelanjutan.
Article
Full-text available
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui upaya untuk meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar dalam Pembelajaran IPA menggunakan Strategi PjBL (Project-Based Learning). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka. Hasil penelitian yaitu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat dan prestasi siswa kelas IV Sekolah Dasar pada pembelajaran IPA menggunakan strategi PjBL antara lain mengidentifikasi proyek yang relevan, memfasilitasi diskusi kelompok, mendorong penemuan dan eksplorasi, mengintegrasikan mata pelajaran, melibatkan komunitas, memberikan dukungan dan bimbingan, mendorong kreativitas dan inovasi, menyediakan sumber daya, menggunakan teknologi, dan melakukan evaluasi formatif. Dengan mengimplementasikan komponen-komponen tersebut, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang menarik, kolaboratif, dan relevan dengan dunia nyata, sehingga mendorong minat belajar siswa dan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.
Article
Full-text available
Kemampuan belajar mandiri merupakan aspek kritis dalam pendidikan dasar yang membentuk dasar keberhasilan akademik dan kemampuan adaptasi peserta didik. Proyek P5 dengan tema kewirausahaan adalah inisiatif pendidikan yang bertujuan untuk memperkenalkan konsep kewirausahaan kepada peserta didik sekolah dasar. Penelitian ini tujuannya mencari tahu implementasi projek P5 tema kewirausahaan terhadap kemandirian belajar sekolah dasar (SD). Kurikulum Merdeka P5 tema kewirausahaan adalah pendekatan pendidikan baru yang diperkenalkan dalam rangka dapat melatih peserta didik untuk lebih percaya diri pada tindakan untuk usahanya, dengan orientasi pada hasil yang baik untuk masa depan, bekerja keras berani mengambil resiko dan berpikir kritis dan mandiri. Penelitian ini diadakan memakai metode penelitian deskriptif kualititatif. Hasil penelitian didapat dari observasi, wawancara serta dokumentasi. Subjek penelitian yakni kepada kepala sekolah, wali kelas dan peserta didik kelas IV. Hasil penelitian implementasi projek P5 tema kewirausahaan terhadap kemandirian peserta didik kelas IV SD N 5 Kedungsari dilaksanakan dengan baik dan peserta didik sangat antusias mengikutinya. Selain itu menunjukkan adanya keterkaitan yang signifikan kemadirian peserta didik pada implementasi projek P5 tema kewirausahaan. Melalui sekolah peserta didik juga tidak hanya sekedar melakukan pengembangan hard skill namun mengembangkan soft skill juga yang sama pentingnya di kehidupan modern.
Article
Full-text available
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pertunjukan seni dan relevansinya dengan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) pada sekolah yang menyelenggarakan program pendidikan Kurikulum Merdeka. Deskriptif kualitatif menjadi metode penelitian, kemudian data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan untuk menarik kesimpulan dari fokus penelitian. Hasil penelitian ini menemukan outing class dan Puncak P5 melalui Kemasan Seni Pertunjukan dalam menggali kearifan lokal masyarakat Kampung Seni Edas dengan relevansinya pada tema kearifan lokal dalam Kurikulum Merdeka. Melalui outing Projek P5 memberikan manfaat bagi pelajar untuk tercapainya elemen experiencing, hal ini digunakan guru sebagai sumber belajar untuk fasilitas, bimbingan, dan motivasi projek pengkaryaan seni budaya pada peserta didik di sekolah. Upaya kearifan lokal tersebut merupakan melestarikan seni pertunjukan budaya sunda dan kebiasaan masyarakat dalam memproduksi alat musik bambu yang terus berkarya, berkreasi, dan menghasilkan inovasi-inovasi baru dalam berbagai bentuk. Implikasinya outing class dan Puncak P5 melalui Kemasan Seni Pertunjukan dalam mengeksplorasi kearifan lokal masyarakat sesuai dengan tema kearifan lokal.
Article
Full-text available
SMP Muhammadiyah 8 Batu telah menjalankan kegiatan P5 dengan 6 tema. Kegiatan P5 ini menghasilkan jiwa gotong royong, karena terdapat peningkatan karakter pelajar mulai dari kebersamaan, empati, saling bekerjasama, tolong menolong, dan solidaritas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan dan strategi apa yang diberikaan oleh guru dalam penanaman karakter gotong royong melalui proyek penguatan profil pelajar Pancasila. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya, dalam analisis data peneliti menggunakan tiga tahap yaitu, proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun hasil penelitian dalam penanaman karakter gotong royong berbasis P5 menunjukkan bahwa (!) proses pelaksanaan karakter gotong royong pada saat kegiatan P5 diawali dengan asesmen diagnostik, pengenalan, kontekstualisasi, aksi nyata, refleksi-tindak lanjut dan perayaan belajar. Kegiatan P5 ini dilakukan dalam kurun 1 minggu-1 bulan dari 3 tema (2) strategi yang diberikan guru kepada pelajar yaitu, a) kompetisi untuk tema “kewirausahaan" dan "bhineka tunggal ika” dan mengadakan seminar dengan KPU bawaslu kota batu dengan tema “suara demokrasi”.
Article
Full-text available
The task for education is not only limited to diverting the results of science and technology. In addition, the education sector has the duty to instill new values demanded by the development of science and technology in students within the framework of the basic values agreed upon by the Indonesian people. In general, the theory is a number of syntactically integrated proposals (these propositions follow rules that can logically link one proposal to another, and also to the observed data), as well as those used to predict and explain events. observed. Constivism is an active activity, where students develop their own knowledge, look for the meaning of what they are learning, and are a process of completing new concepts and ideas with their existing framework of thinking.
Studi Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Meningkatkan Berpikir Kritis di Sekolah Dasar
  • A A Khairunnisa
  • I Isrokatun
  • C Sunaengsih
Khairunnisa, A. A., Isrokatun, I., & Sunaengsih, C. (2024). Studi Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Meningkatkan Berpikir Kritis di Sekolah Dasar. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 10(1), 242-250.