ArticlePDF Available

In Vivo Antidiabetic Potential Test of Suruhan's (Peperomia pellucida) Purified Extract Using Alloxan-Induced Wistar Rats

Authors:
  • Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional

Abstract

Natural-based antidiabetic drugs need to be developed as an alternative to synthetic antidiabetic drugs to minimize side effects. Suruhan extract (Peperomia pellucida) is one of the natural ingredients that has antidiabetic activity. In vitro studies show that ethanol extract, hexane extract and purified ethanol extract have antidiabetic effectiveness. This study was conducted to test the antidiabetic activity of purified suruhan extract on alloxan-induced Wistar rats to confirm antidiabetic activity in vivo. A total of 8 test groups, each consisting of 3 rats induced by alloxan 125mg/KgBW and non-fasting blood glucose was checked at 0; 30; 60; 90; 120; and 150 minutes using a glucometer, then the percentage of decrease in blood glucose levels was calculated. Positive control using glibenclamide 0.45mg/KgBW, negative control using CMC-Na 0.5%. The treatment groups consisted of: Extract 20mg/KgBW (E20); Extract 40mg/KgBW (E40); Extract 80mg/KgBW (E80); Purified Extract 20mg/KgBW (P20); Purified Extract 40mg/KgBW (P40); and Purified Extract 80mg/KgBW (P80). Results showed the percentage decrease in blood glucose levels of E20; E40; E80; P20; P40; and P80 respectively: 39.93%; 42.29%; 46.93%; 38.34%; 55.34%; and 66.40%. The percentage decrease in blood glucose levels of the positive control group was 53.71%. The Purified Extract treatment groups of 40mg/KgBW and 80mg/KgBW showed the percentage decrease in blood glucose levels equivalent to and better than the positive control of glibenclamide 0.45mg/KgBW (p<0.05%). The purified extract was shown to have antidiabetic effects in vivo and is promising for use as an alternative antidiabetic drug.
© 2024 The Author(s). This article is open access
Jurnal Biologi Tropis
This article is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
International License.
Original Research Paper
In Vivo Antidiabetic Potential Test of Suruhan’s (Peperomia pellucida)
Purified Extract Using Alloxan-Induced Wistar Rats
Muhammad Sa’ad1*, Eka Wisnu Kusuma1, Ira Susanti1, Dewi Uthamy Handayani1
1Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional, Prodi DIII Farmasi, Sukoharjo, Indonesia;
Article History
Received : September 08th, 2024
Revised : September 19th, 2024
Accepted : October 20th, 2024
*Corresponding Author:
Muhammad Sa’ad, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional,
Prodi DIII Farmasi, Sukoharjo,
Indonesia;
Email:
muhammads@stikenas.ac.id
Abstract: Natural-based antidiabetic drugs need to be developed as an
alternative to synthetic antidiabetic drugs to minimize side effects. Suruhan
extract (Peperomia pellucida) is one of the natural ingredients that has
antidiabetic activity. In vitro studies show that ethanol extract, hexane extract
and purified ethanol extract have antidiabetic effectiveness. This study was
conducted to test the antidiabetic activity of purified suruhan extract on
alloxan-induced Wistar rats to confirm antidiabetic activity in vivo. A total of
8 test groups, each consisting of 3 rats induced by alloxan 125mg/KgBW and
non-fasting blood glucose was checked at 0; 30; 60; 90; 120; and 150 minutes
using a glucometer, then the percentage of decrease in blood glucose levels
was calculated. Positive control using glibenclamide 0.45mg/KgBW, negative
control using CMC-Na 0.5%. The treatment groups consisted of: Extract
20mg/KgBW (E20); Extract 40mg/KgBW (E40); Extract 80mg/KgBW
(E80); Purified Extract 20mg/KgBW (P20); Purified Extract 40mg/KgBW
(P40); and Purified Extract 80mg/KgBW (P80). Results showed the
percentage decrease in blood glucose levels of E20; E40; E80; P20; P40; and
P80 respectively: 39.93%; 42.29%; 46.93%; 38.34%; 55.34%; and 66.40%.
The percentage decrease in blood glucose levels of the positive control group
was 53.71%. The Purified Extract treatment groups of 40mg/KgBW and
80mg/KgBW showed the percentage decrease in blood glucose levels
equivalent to and better than the positive control of glibenclamide
0.45mg/KgBW (p<0.05%). The purified extract was shown to have
antidiabetic effects in vivo and is promising for use as an alternative
antidiabetic drug.
Keywords: Antidiabetic, in vivo, suruhan, purified-extract.
Pendahuluan
Indonesia mengalami peningkatan
penderita diabetes mellitus dalam dekade
terakhir. Tercatat sebanyak 19,47 juta
penderita pada 2021. Diperkirakan akan terus
meningkat sebanyak 47% hingga 2045 menjadi
28,57 juta (IDF, 2021). Penggunaan obat
antidiabetes semakin tinggi seiring
peningkatan prevalensi diabetes. Pola
pengobatan diabetes adalah penggunaan obat
secara rutin dan jangka panjang (Muthoharoh
et al., 2020). Obat oral sintetik masih menjadi
pilihan terbaik secara cost-effectiveness (P. H.
Putra & Permana, 2022). Potensi terjadinya
efek samping pada penggunaan antidiabetes
sintetik juga semakin meningkat (R. J. S. Putra
et al., 2017). Kejadian efek samping paling
sering antara lain: mual muntah, kembung,
lelah, sakit kepala dan hipoglikemia (Udayani
et al., 2022). Hipoglikemia menjadi perhatian
khusus karena tidak semua pasien menyadari
efek samping tersebut (Shrestha et al., 2017).
Isu tentang efek samping menjadi
tantangan tersendiri dalam dunia kesehatan
untuk mencari obat antidiabetes alternatif
berbasis bahan alam yang aman. Tanaman
Sirih Cina/Suruhan (Peperomia pellucida)
menjadi salah satu tanaman yang menarik
untuk dikembangkan sebagai obat karena
memiliki efek antidiabetes. Potensi tanaman
suruhan sebagai antidiabetes telah dibuktikan
Sa’ad et al., (2024). Jurnal Biologi Tropis, 24 (4): 561 567
DOI: http://doi.org/10.29303/jbt.v24i4.7607
562
dalam beberapa penelitian sebelumnya
(Pratiwi et al., 2021). Ekstrak etanol, ekstrak
heksana (Togubu et al., 2013; Dewi et al.,
2021), fraksi etil asetat (Pranita & Supriyatna,
2012). Penelitian in vivo ekstrak etanol dan
fraksi n-heksana suruhan juga menunjukkan
aktivitas sebagai antidiabetes (Hidayati, 2021).
Aktivitas antidiabetes tersebut berkaitan
dengan kandungan senyawa kimia / metabolit
sekunder tanaman (Dewi et al., 2021).
Purifikasi ekstrak dapat mengoptimalkan
kandungan senyawa metabolit dalam ekstrak,
sehingga meningkatkan aktivitas farmakologis
(Sa’ad et al., 2023). Ekstrak etanol
terpurifikasi tanaman suruhan diketahui
memiliki aktivitas antidiabetes lebih baik
dibanding ekstrak kasar dalam penghambatan
enzim alfa-glukosidase secara in vitro (Sa’ad et
al., 2024). Perlu dilakukan penelitian untuk
membuktikan efektivitas antidiabetes pada
ekstrak terpurifikasi suruhan secara in vivo.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
mengukur aktivitas antidiabetes in vivo ekstrak
kasar dan terpurifikasi herba suruhan yang
telah distandarisasi, melalui hewan uji tikus
Wistar dengan induksi aloksan. Hasil
penelitian ini diharapkan memberikan manfaat
dalam menambah informasi pada
pengembangan ekstrak suruhan sebagai obat
bahan alam antidiabetes Indonesia.
Bahan dan Metode
Alat dan bahan
Alat: lemari pengering, oven Memmert,
blender Philips, vaccum rotary evaporator IKA,
waterbath, neraca Ohaus, corong pisah, alat
gelas, ayakan 60mesh, glukometer GlucoDr,
glucose test strip GlucoDr.
Bahan: Tanaman Suruhan, Tikus Wistar,
Etanol 70%, n-heksana, serbuk Mg, HCl p,
Dragendorf, Mayer, As. Asetat Anhidrat, H2SO4,
FeCl3, Aquadest, CMC Na 0,5%, Glibenclamid,
Aloksan Sigma Aldrich.
Ekstraksi dan Purifikasi Ekstrak
Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida)
segar didapatkan dari Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember, dilakukan determinasi
tanaman di Unit Pelayanan Fungsional (UPF)
Pelayanan Kesehatan Tradisional RSUP Dr.
Sardjito, Tawangmangu. Tanaman kemudian
dikeringkan menggunakan oven pada suhu 50°C
hingga diperoleh simplisia kering. Simplisia
diubah bentuk dengan blender hingga menjadi
serbuk dan diayak dengan ayakan mesh No.60.
Ekstraksi dilakukan menggunakan metode
maserasi. Serbuk simplisia sebanyak 500g
dimaserasi dengan etanol 70% 10 kali berat
sampel selama lima hari sambil sesekali diaduk
(Depkes RI, 1979). Kemudian difiltrasi dengan
flanel untuk memisahkan filtrat dari ampas.
Filtrat dipekatkan menggunakan vacuum rotary
evaporator dan dilanjutkan dengan penguapan di
atas penangas air/waterbath dan oven pada suhu
50°C hingga diperoleh ekstrak kental.
Ekstrak kental etanol suruhan 10g
dilarutkan dengan etanol 70% dalam corong
pisah dan ditambahkan n-heksan dengan
perbandingan 1:1(v/v). Selanjutnya dilakukan
teknik Liquid-Liquid Extraction (LLE) dengan
penggojokan yang kemudian akan terbentuk 2
fase yaitu fase n-heksan pada bagian atas dan fase
etanol pada bagian bawah. Hasil purifikasi
diuapkan dengan menggunakan waterbath pada
suhu 50°C sampai kental sehingga diperoleh
ekstrak terpurifikasi kental (Sa’ad et al., 2023).
Skrinning fitokimia
Skrinning fitokimia dilakukan dengan
prosedur uji sesuai tabel 1 (Rahmawati et al.,
2022).
Tabel 1. Prosedur Uji Skrinning Fitokimia
Metabolit
Sekunder
Reagen Uji
Flavonoid
Serbuk Mg + HCl p
Alkaloid
Dragendorf
Mayer
Steroid-Terpenoid
As.AsetatAnhidrida +
H2SO4
Fenolik
FeCl3
Tanin
FeCl3
Saponin
Aquadest (kocok)+HCl
Uji Aktivitas Antidiabetes In Vivo
Aktivitas antidiabetes in vivo pada tikus
Wistar mengacu penelitian Salma, 2013 dengan
sedikit modifikasi (Salma et al., 2013). Tikus
diadaptasikan sebelum perlakuan, kemudian
dipuasakan selama 12 jam sebelum dilakukan
percobaan (yaitu dengan tidak memberi makan,
hanya diberikan minum), setelahnya dilakukan
penimbangan berat badan tikus. Dilakukan
Sa’ad et al., (2024). Jurnal Biologi Tropis, 24 (4): 561 567
DOI: http://doi.org/10.29303/jbt.v24i4.7607
563
pengukuran glukosa darah puasa (basal) pada
masing-masing tikus. Cara pengambilan darah
dengan menggunting bagian ujung ekor tikus.
Darah yang didapatkan dimasukan pada test strip
yang sudah terpasang pada glukometer dan
dibiarkan beberapa detik, alat akan mengukur
kadar gula darah secara otomatis. Terdapat angka
yang muncul pada layar glucometer, dicatat
sebagai kadar glukosa darah (mg/dL).
Tikus diinduksi aloksan sebesar 125 mg/
kgBB secara intraperitonial. Ditunggu selama 30
menit, kemudian diperiksa kadar glukosa darah
tikus sesudah dilakukan induksi aloksan.
Selanjutnya, diberikan sediaan per-oral pada
tikus, pada kelompok kontrol negative hanya
diberikan CMC Na 0,5%, pada kelompok kontrol
positif diberikan glibenklamid dengan dosis
sebesar 0,45mg/KgBB, pada kelompok ekstrak
tanaman suruhan (E) diberikan ekstrak tanaman
suruhan dosis 20mg/kgBB (E20), 40mg/kgBB
(E40) dan 80mg/kgBB (E80), kelompok ekstrak
purifikasi tanaman suruhan (P) diberi ekstrak
purifikasi tanaman suruhan dosis 20mg/kgBB
(P20), 40mg/kgBB (P40) dan 80mg/kgBB (P80).
Kemudian diperiksa kadar glukosa darah pada
menit ke-30, 60, 90, 120, dan 180 setelah tikus
diberikan sediaan per-oral.
Dilakukan pengukuran area dibawah
kurva/ area under curve (AUC). Nilai AUC
ditentukan untuk mengetahui perubahan kadar
gula darah pada tiap perlakuan. AUC dihitung
menggunakan rumus Persamaan 1.
 
󰇛 󰇜……..Pers-1
Keterangan:
AUC: Luas Area di bawah Kurva
KGDt1: Kadar Gula Darah Pengukuran Awal (mg/dl)
KGDt2: Kadar Gula Darah Pengukuran Akhir (mg/dl)
t1: Pengukuran Kadar Gula Darah Awal (menit)
t2: Pengukuran Kadar Gula Darah Akhir (menit)
AUC rata-rata kemudian digunakan untuk
mengukur persen penurunan kadar gula darah.
Persen penurunan kadar gula darah dihitung
dengan menggunakan persamaan 2.
 
 ..........Pers. 2
Keterangan:
%PKGD: Persen Penurunan Kadar Gula Darah
AUC KN: AUC Kontrol Negatif
AUC P: AUC Perlakuan
Hasil dan Pembahasan
Ekstraksi dan purifikasi ekstrak suruhan
Proses determinasi dilakukan sebelum
proses ekstraksi tanaman. Tanaman suruhan
dideterminasi di UPF Pelayanan Kesehatan
Tradisional RSUP Dr. Sardjito, Tawangmangu.
Hasil determinasi membuktikan bahwa tanaman
yang akan diteliti adalah tanaman suruhan,
memiliki nama latin Peperomia pellucida (L.)
Kunth sinonim Micropiper pellucidum (L.) Miq.
Kebenaran identitas spesies diuji dengan nomor
pengujian PE/VII/2024/25 serta dilaporkan pada
surat hasil pengujian dengan nomor
TL.02.04/D.XI.6/16634.874/2024. Kebenaran
identitas perlu dilakukan agar menghindari
adanya kesalahan, baik pada pengumpulan
bahan atau kemungkinan tercampur dengan
bahan tanaman lainnya (Klau & Hesturini, 2021).
Ekstraksi dalam penelitian ini
menggunakan etanol 70% sebagai pelarut.
Pemilihan pelarut etanol 70% mengacu pada
penelitian sebelumnya yang menujukkan bahwa
pelarut tersebut memiliki efektifitas tinggi dalam
menarik senyawa flavonoid (Maskura et al.,
2023). Sebanyak 512,02g serbuk simplisia
dilarutkan dengan 75 bagian pelarut dalam
bejana maserasi, dibiarkan selama tiga hari dan
sesekali diaduk. Selanjutnya dilakukan
penyaringan dan dilakukan remaserasi dengan 25
bagian pelarut selama 2 hari. Hasil ekstraksi
didapatkan rendemen tertera pada tabel 2. Nilai
rendemen dihitung untuk mengetahui efektifitas
suatu proses ekstraksi. Semakin tinggi nilai
rendemen, semakin efektif proses ekstraksi yang
dilakukan (Senduk et al., 2020).
Tabel 2. Rendemen Ekstrak
Serbuk Simplisia
(gram)
Rendemen (%)
512,02
11,41%
Melakukan proses purifikasi ekstrak
dengan metode LLE menggunakan pelarut n-
heksana. Proses purifikasi dilakukan untuk
menghilangkan zat ballast (klorofil, lilin, dan
resin) yang terdapat pada ekstrak (Ramadhani &
Novema, 2022). Sehingga dalam ekstrak
purifikasi terkandung senyawa metabolit
sekunder yang lebih murni. Penggunaan pelarut
n-heksana dikarenakan pelarut tersebut memiliki
sifat non polar. Sesuai teori like-dissolve like, n-
Sa’ad et al., (2024). Jurnal Biologi Tropis, 24 (4): 561 567
DOI: http://doi.org/10.29303/jbt.v24i4.7607
564
heksana akan menarik zat-zat non polar seperti
klorofil, lemak, lilin dan plastisizer. Hasil
rendemen purifikasi ekstrak tertera dalam tabel 3.
Tabel 3. Rendemen Ekstrak Purifikasi
Ekstrak Kental
(gram)
Ekstrak Purifikasi
(gram)
Rendemen
(%)
10
9,5
95%
Gambar 1. Proses Purifikasi Metode LLE
Skrinning Fitokimia Ekstrak Suruhan
Skrinning fitokimia ekstrak kasar dan
ekstrak purifikasi herba suruhan dilakukan secara
kualitatif untuk memastikan kandungan senyawa
metabolit sekunder tanaman suruhan.
Kandungan senyawa metabolit sekunder pada
tanaman sangat bergantung pada beberapa hal,
antara lain: iklim, kandungan tanah, dan letak
geografis (Agustina et al., 2016). Hasil skrinning
fitokimia pada penelitian ini disajikan dalam
tabel 4.
Tabel 4. Skrinning Fitokimia Ekstrak
Sampel
Metabolit
Sekunder
Hasil
Ekstrak
Kasar
Fenol
Hijau Kehitaman
+
Flavonoid
Hijau Kemerahan
+
Alkaloid
Endapan Coklat
+
Endapan Putih
+
Tidak terdapat
endapan
-
Tanin
Tidak terdapat
endapan
-
Steroid
Terdapat Cincin
ungu kecoklatan
+
Saponin
Terdapat busa stabil
+
Ekstrak
Ter-
purifikasi
Fenol
Hijau Kehitaman
+
Flavonoid
Hijau Kemerahan
+
Alkaloid
Tidak terdapat
-
endapan
Tidak terdapat
endapan
-
Tidak terdapat
endapan
-
Tanin
Tidak ada endapan
-
Steroid
Tidak terbentuk
cincin ungu
kecoklatan
-
Saponin
Terbentuk busa
stabil
+
Efek farmakologi antidiabetes ekstrak
tanaman suruhan berasal dari senyawa metabolit
sekunder polifenol, tanin, flavonoid dan alkaloid
(Pratiwi et al., 2021). Sehingga perlu adanya
pemastian keberadaan senyawa-senyawa
tersebut pada raw ekstrak dan ekstrak
terpurifikasi tanaman suruhan. Senyawa
flavonoid dan fenol terdapat dalam kandungan
ekstrak suruhan, terkonfirmasi melalui hasil uji
skrinning fitokimia.
Uji Aktivitas Antidiabetes In Vivo
Aktivitas antidiabetes ekstrak kasar dan
ekstrak terpurifikasi tanaman suruhan telah
dikonfirmasi pada penelitian sebelumnya secara
in vitro melalui aktifitas penghambatan alfa-
glukosidase. Terbukti terdapat peningkatan
aktifitas penghambatan enzim alfa- glukosidase
dengan adanya proses purifikasi ekstrak. Pada
ekstrak terpurikasi menunjukkan IC50 sebesar
128,2ppm sedangkan pada ekstrak kasar sebesar
267,17ppm (Sa’ad et al., 2024). Hal tersebut
perlu diperkuat dengan uji aktivitas in vivo.
Sebanyak 8 kelompok uji masing-masing
3 tikus diinduksi aloksan 125mg/KgBB dan
dicek glukosa darah sewaktu tiap 30 menit, yaitu
pada menit ke-0; 30; 60; 90; 120; dan 150
menggunakan glukometer. Penggunaan aloksan
sebagai agen penginduksi hiperglikemia karena
selain murah dan mudah didapatkan, aloksan
juga dapat dengan cepat menaikkan kadar
glukosa darah pada hewan uji (Ighodaro et al.,
2017). Dilakukan pula pengukuran area dibawah
kurva/ area under curve (AUC) untuk melihat
toleransi glukosa melalui perbandingan luas area
dibawah kurva (Herlina et al., 2020).
Hasil pengukuran AUC rata-rata kemudian
digunakan untuk mengukur persen penurunan
kadar gula darah. AUC menunjukkan banyaknya
kadar obat yang terdapat pada sirkulasi sistemik.
Semakin rendah nilai AUC, semakin banyak obat
Sa’ad et al., (2024). Jurnal Biologi Tropis, 24 (4): 561 567
DOI: http://doi.org/10.29303/jbt.v24i4.7607
565
terpakai untuk penurunan kadar gula darah, maka
semakin tinggi pula aktivitas antidiabetes.
Sehingga AUC berbanding terbalik terhadap
aktivitas penurunan kadar gula darah (Amriani S
et al., 2021).
Tabel 5. Hasil Pengukuran AUC0-180 dan % PKGD
Kelompok Perlakuan
AUC0-180
% PKGD
CMC Na
(Kontrol Negatif)
14.316
0,00
Glibenklamid
(Kontrol Positif)
6.628
53,71
P20
(Purifikasi 20mg/KgBB)
8.828
38,34
P40
(Purifikasi 40mg/KgBB)
6.394
55,34
P80
(Purifikasi 80mg/KgBB)
4.810
66,40
E20
(Ekstrak 20mg/KgBB)
8.600
39,93
E40
(Ekstrak 40mg/KgBB)
8.263
42,29
E80
(Ekstrak 80mg/KgBB)
7.598
46,93
Hasil pengukuran AUC rata-rata dan
persen penurunan kadar gula darah tersaji dalam
tabel 5. Dapat dilihat bahwa %PKGD pada
kelompok dari yang paling besar ke kecil
berturut-turut adalah Purifikasi 80mg/KgBB >
Purifikasi 40mg/KgBB > Ekstrak 80mg/KgBB >
Ekstrak 40mg/KgBB >Ekstrak 20mg/KgBB >
Purifikasi 20mg/KgBB. Hal tersebut
membuktikan bahwa purifikasi ekstrak tanaman
suruhan juga meningkatkan aktivitas antidiabetes
in vivo. Ekstrak purifikasi 40mg/KgBB dan
purifikasi 80mg/KgBB memiliki efektivitas
antidiabetes sebanding dan lebih besar dibanding
kontrol positif glibenklamid (p<0,05). Tingginya
aktivitas pada ekstrak terpurifikasi dikarenakan
adanya peningkatan kadar senyawa aktif pada
ekstrak terpurifikasi dibandingkan pada ekstrak
kasar. Dengan meningkatnya kadar senyawa
aktif, aktivitas farmakologis juga meningkat (Al
Huda et al., 2020).
Kesimpulan
Ekstrak purifikasi tanaman Suruhan
dengan dosis 40mg/KgBB dan 80mg/KgBB
menunjukkan hasil persen penurunan kadar
glukosa darah setara dan lebih baik dibanding
kontrol positif glibenklamid 0,45mg/KgBB
(p<0.05%). Ekstrak purifikasi terbukti memiliki
efek antidiabetes secara in vivo dan menjanjikan
untuk digunakan sebagai obat alternatif
antidiabetik. Perlu adanya studi lebih lanjut
tentang uji toksisitas untuk mengetahui profil
keamanan ekstrak purifikasi tanaman suruhan.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih kami sampaikan kepada
Kemedikburistek Direktorat Jenderal Pendidikan
Vokasi atas pendanaan yang diberikan untuk
penelitian ini melalui Program Penelitian Dosen
Pemula Tahun 2024.
Referensi
Agustina, S., Ruslan, & Wiraningtyas, A. (2016).
Skrining Fitokimia Tanaman Obat Di
Kabupaten Bima. Cakra Kimia (Indonesian
E-Journal of Applied Chemistry), 4(1), 71
76.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/cakra/artic
le/download/21426/14159
Al Huda, B. H., Susanti, H., & Sugihartini, N.
(2020). The Purification effect on
Organoleptic Profile, Yield, Total Phenol
and Total Flavonoids from 96% Ethanol
Extract of Moringa (Moringa oleifera. L)
leaves. Jurnal Farmasi Indonesia, 17(2),
188198.
https://doi.org/10.31001/jfi.v17i2.983
Amriani S, A., Fitrya, F., Novita, R. P., &
Caniago, D. (2021). Uji Aktivitas
Antidiabetes Ekstrak Etanol Akar Kabau
(Archidendron bubalinum (Jack) I.C.
Nielsen) terhadap Tikus Putih Jantan yang
Diinduksi Diet Tinggi Lemak dan Fruktosa.
Jurnal Penelitian Sains, 23(2), 102.
https://doi.org/10.56064/jps.v23i2.635
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi
III (III). Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Dewi, N. P., Hasnawati, & Tandi, J. (2021). Uji
efek antidiabetes ekstrak etanol daun
suruhan pada tikus putuh jantan yang
diinduksi streptozotocin. Farmakologika,
XVIII(1), 5765.
https://jfarma.org/index.php/farmakologik
a/article/view/146/60
Herlina, N., Indriati, D., Mulyati, Yulianita, &
Fitria, E. (2020). Efek Antidiabetes Fraksi
Sa’ad et al., (2024). Jurnal Biologi Tropis, 24 (4): 561 567
DOI: http://doi.org/10.29303/jbt.v24i4.7607
566
Etil Asetat Ampas Tahu Pada Model
Hewan Resisten Insulin. Jurnal Jamu
Indonesia, 5(1), 3338.
https://doi.org/10.29244/jji.v5i1.185
Hidayati, S. (2021). Antidiabetic Activity of
Peperomia pellucida In Streptozotocin-
Induced Diabetic Mice. Jurnal Farmasi
Galenika (Galenika Journal of Pharmacy)
(e-Journal), 7(2), 120130.
https://doi.org/10.22487/j24428744.2021.v
7.i2.15429
IDF. (2021). IDF Diabetes Atlas 10th Edition
(10th Editi). International Diabetes
Federation. https://www.idf.org/e-
library/welcome/%0Acopyright-
permission.html
Ighodaro, O. M., Adeosun, A. M., & Akinloye,
O. A. (2017). Alloxan-induced diabetes, a
common model for evaluating the
glycemic-control potential of therapeutic
compounds and plants extracts in
experimental studies. Medicina
(Lithuania), 53(6), 365374.
https://doi.org/10.1016/j.medici.2018.02.0
01
Klau, M. H. C., & Hesturini, R. J. (2021).
Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun
Dandang Gendis (Clinacanthus nutans
(Burm F) Lindau) Terhadap Daya
Analgetik Dan Gambaran Makroskopis
Lambung Mencit. Jurnal Farmasi & Sains
Indonesia, 4(1), 612.
https://doi.org/10.52216/jfsi.v4i1.59
Maskura, N., Hakim, A. R., & Rizali, M. (2023).
Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak
Daun Suruhan (Peperomia pellucida L.
Kunth) Berdasarkan Perbedaan
Konsentrasi Etanol. Jurnal Farmasi SYIFA,
1(1), 1316.
Muthoharoh, A., Safitri, W. A., Pambudi, D. B.,
& Rahman, F. (2020). Pola Pengobatan
Antidiabetik Oral pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUD
Kajen Pekalongan. Pharmacon: Jurnal
Farmasi Indonesia, 2, 2936.
https://doi.org/10.23917/pharmacon.v0i0.1
0841
Pranita, K., & Supriyatna. (2012). Aktivitas
Antidiabetes Fraksi Etil Asetat dari Herba
Sasaladaan (Peperomia pellucida
(L.)Kunth.) dengan Metode Induksi
Aloksan. Jurnal.Unpad.Ac.Id, 45363.
Pratiwi, A., Datau, W. A., Alamri, Y., &
Kandowangko, N. Y. (2021). Peluang
Pemanfaatan Tumbuhan Peperomia
Pellucida (L.) Kunth Sebagai Teh Herbal
Antidiabetes. Jambura Journal of Health
Sciences and Research, 3(1), 8593.
Putra, P. H., & Permana, D. (2022). Penggunaan
Dan Pemilihan Obat Antidiabetes pada
Pasien Diabetes Rawat Jalan di Puskesmas
Karang Rejo Tarakan. Yarsi Journal of
Pharmacology, 2(1), 3845.
https://doi.org/10.33476/yjp.v2i1.2197
Putra, R. J. S., Achmad, A., & Rachma
Pramestutie, H. (2017). Kejadian Efek
Samping Potensial Terapi Obat Anti
Diabetes Pada Pasien Diabetes Melitus
Berdasarkan Algoritme Naranjo.
Pharmaceutical Journal of Indonesia, 2(2),
4550.
https://doi.org/10.21776/ub.pji.2017.002.0
2.3
Rahmawati, S., Abdul, A., & Qonitah, F. (2022).
Perbandingan Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol dan Metanol Bunga Telang
(Clitoria ternatea L.) Terhadap Bakteri
Escherichia coli ESBL (Extended Spectrum
Beta-lactamase). Jurnal Jamu Indonesia,
7(2), 7279.
Ramadhani, M. A., & Novema, A. P. (2022).
Aktivitas antibakteri ekstrak kasar dan
terpurifikasi daun cengkeh (Syzygium
aromaticum) terhadap Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Borobudur
Pharmacy Review, 2(1), 814.
https://doi.org/10.31603/bphr.v2i1.6934
Sa’ad, M., Saputri, A. D. S., & Rahmawati, S.
(2023). Penetapan Kadar Flavonoid dan
Fenolik Total Ekstrak Etanol Kasar dan
Terpurifikasi Herba Suruhan (Peperomia
Pellucida). Jurnal Farmasetis, 12(4), 441
448.
http://journal2.stikeskendal.ac.id/index.ph
p/far/article/view/1650
Sa’ad, M., Saputri, A., Haryoto, Riadhi, G.,
Istiqomah, A., Athallah, M., & Meisita, C.
(2024). Profil Metabolit Sekunder Ekstrak
Kasar dan Purifikasi Herba Suruhan
(Peperomia pellucida) Terstandar Serta Uji
Aktifitas Antidiabetes Melalui
Penghambatan Enzim Alfa-Glukosidase.
Jurnal Farmasi Sains Dan Praktis,
(Unpublish.
Sa’ad et al., (2024). Jurnal Biologi Tropis, 24 (4): 561 567
DOI: http://doi.org/10.29303/jbt.v24i4.7607
567
Salma, N., Paendong, J., Momuat, L. I., Togubu,
S., Suruhan, T., & Darah, K. G. (2013).
Antihiperglikemik Ekstrak Tumbuhan
Suruhan (Peperomia pellucida [ L .]
Kunth) Terhadap Tikus Wistar (Rattus
norvegicus L.). Jurnal Ilmiah Sains, 13(2),
116123.
Senduk, T. W., Montolalu, L. A. D. Y., &
Dotulong, V. (2020). The rendement of
boiled water extract of mature leaves of
mangrove Sonneratia alba. Jurnal
Perikanan Dan Kelautan Tropis, 11(1), 9.
https://doi.org/10.35800/jpkt.11.1.2020.28
659
Shrestha, J. T. M., Shrestha, H., Prajapati, M.,
Karkee, A., & Maharjan, A. (2017).
Adverse Effects of Oral Hypoglycemic
Agents and Adherence to them among
Patients with Type 2 Diabetes Mellitus in
Nepal. Journal of Lumbini Medical
College, 5(1), 34.
https://doi.org/10.22502/jlmc.v5i1.126
Togubu, S., Momuat, L. I., Paendong, J. E., &
Salma, N. (2013). Aktivitas
Antihiperglikemik dari Ekstrak Etanol dan
Heksana Tumbuhan Suruhan ( Peperomia
pellucida [ L .] Kunth ) pada Tikus Wistar (
Rattus norvegicus L .) yang Hiperglikemik.
2(2), 109114.
Udayani, N. N. W., Wardani, I. G. A. A. K., &
Nida, I. D. A. A. Y. (2022). Side Effects
Evaluation of the Use of Metformin and
Glimepiride Combination In Type 2
Diabetes Mellitus Outpatients. Jurnal
Ilmiah Medicamento, 8(2), 99103.
https://doi.org/10.36733/medicamento.v8i
2.3164
... Ethanol extract, Ethyl acetate fraction Inhibits the activity of the enzyme alpha-glucosidase [8] Peperochromene A (Peperomia pellucida isolate) Inhibits alpha-glucosidase and alpha-amylase activity [18] Purified ethanol extract In vivo antidiabetic activity in alloxan-induced rats [19] Ethanol extract Effectively lowers blood triglyceride levels in diabetesinduced (STZ) mice [20] Ethanol extract Inhibits the activity of the enzyme α-amylase [21] 8,9-dimethoxy ellagic acid (Peperomia pellucida isolate) ...
... In addition to enzyme inhibition, the direct hypoglycemic effects of P. pellucida have also been demonstrated in vivo. Research by Sa et al. (2024) [19] showed that purified ethanol extract of P. pellucida had antidiabetic properties in alloxan-induced diabetic rats. Furthermore, a study by Susilawati et al. (2017) [22] successfully identified the compound 8,9-dimethoxy ellagic acid from P. pellucida. ...
... In addition to enzyme inhibition, the direct hypoglycemic effects of P. pellucida have also been demonstrated in vivo. Research by Sa et al. (2024) [19] showed that purified ethanol extract of P. pellucida had antidiabetic properties in alloxan-induced diabetic rats. Furthermore, a study by Susilawati et al. (2017) [22] successfully identified the compound 8,9-dimethoxy ellagic acid from P. pellucida. ...
Article
Complications of diabetes mellitus are known to be exacerbated by oxidative stress. The Chinese pepper plant (Peperomia pellucida), known as a source of natural antioxidants, was studied for its potential in this research. We evaluated the in vitro antioxidant capacity of the ethanol extract of P. pellucida leaves using the DPPH method to see its relationship with antidiabetic potential. The process involves extracting the leaves using ethanol, followed by testing the extract's ability to scavenge DPPH free radicals at various concentration levels to determine the IC50 value. It was found that the ethanol extract showed antioxidant activity with an IC50 of 65.813 ppm, indicating its effectiveness as a free radical scavenger. This study concludes that the ethanol extract of Chinese betel leaves has strong in vitro antioxidant activity based on the DPPH test. These results support the further development of this extract as an adjunct therapy for diabetes mellitus, primarily in reducing oxidative stress. Follow-up suggestions include testing more specific antidiabetic mechanisms (such as α-amylase/α-glucosidase inhibition and in vivo studies), fractionation to isolate active compounds, and toxicity evaluation for development safety.
Article
Full-text available
The combination of metformin and glimepiride can significantly reduce fasting blood glucose, post prandial blood glucose, and HbA1c levels. Side effects that often occur in the use of metformin are gastrointestinal disturbances. This study aims to determine the side effects of using a combination of metformin and glimepiride in outpatient type 2 diabetes mellitus at a hospital in Gianyar. This research is an observational research and data collection is done with a cross sectional approach and analyzed using descriptive methods. Data was taken by looking at the patient's medical record, including name, medical record number, gender, age, drugs given, patient diagnosis, and patient complaints during therapy. Sampling used purposive sampling technique with a total of 70 patients who entered the inclusion criteria. The results show that the number of women (62.86%). The most age range suffering from type 2 diabetes mellitus is 56-65 years (52.86%). The highest percentage of people with type 2 diabetes mellitus had a basic education level (40.00%). The side effects obtained from the combination of metformin and glimepiride in patients with type 2 diabetes mellitus at the hospital were nausea and vomiting (31.43%), flatulence (25.71%), fatigue (17.14%), headache (15.72%), and hypoglycemia (10.00%).
Article
Full-text available
Background: Diabetes mellitus is a heterogeneous group of diseases in the form of disorders in the body's metabolism clinically. Peperomia pellucida herbs have phytochemical containing which is antidiabetic potential development. Objectives: This study was conducted to compare the antidiabetic activity of ethanol extract and n-hexane fraction of Peperomia pellucida. Material and Methods: This research was conducted by make diabetic mice with 50 mg/kg.bw of streptozotocin induction, which was then treated with ethanol extract and n-hexane fraction of Peperomia pellucida with doses 250 mg/kgbw for 7 days. Results: The results showed that the ethanol extract and n-hexane fraction of Peperomia pellucida reduced blood glucose levels in diabetic mice due to streptozotocin induction. The n-hexane fraction of Peperomia pellucida can lower blood glucose levels as much 244.00 ± 18.99 mg/dL better than the ethanol extract, which is 99.50 ± 28.17 mg/dL. Conclusions: Peperomia pellucida herb has the potential to be developed as an antidiabetic agent.
Article
Full-text available
Diabetes mellitus is a chronic disease with long-term and routine treatment therapy. Combined or single oral antidiabetic therapy is given to be able to get normal and controlled blood sugar levels every month. The purpose of this study was to determine the treatment patterns in patients with type 2 diabetes mellitus outpatient at Kajen Regional Hospital in Pekalongan Regency. This study used an observational cross sectional approach which was conducted retrospectively. A total of 97 samples were taken from the medical records of type 2 diabetes mellitus patients who received oral antidiabetic drug therapy, who had routine medical treatment for 3 consecutive months in the Outpatient Installation of Kajen Regional Hospital in Pekalongan Regency for the period January-December 2017. Data analysis was conducted descriptively. The results of this study that patients with uncomplicated diabetes mellitus receive the most oral antidiabetic drugs with metformin, patients with diabetes mellitus with the most complications receive oral antidiabetic drugs pioglitazone and acarbose, and the type of drugs other than oral antidiabetics is aspilet. The need for special assessment of individual doses in patients with diabetes mellitus without or with pharmacokinetic and pharmacogenomic perspective complications
Article
Sonneratia alba is a mangrove that is found in North Sulawesi and has been known to contain bioactive substances through researches. Rendement is the ratio of the dry weight of the extract to the amount of the raw material. Rendement value is related to the amount of bioactive content contained. The higher the rendement, the higher the bioactive componds contain in sample. The purpose of this study was to obtain the rendement value of Sonneratia alba leaves extract taken from Wori Village, North Minahasa Regency, North Sulawesi Province which was extracted using the infundation method with extraction time of 10 minutes, 20 minutes, 30 minutes, 40 minutes, 50 minutes at boiling water solvent. Sample comparison of 50 gr : 3000 mL solvent (1:60 w / v). The results showed the lowest rendement in the 10 minutes treatment was 18.34% and the highest was in the 50 minutes treatment 29.76%. The rendement of leaves extract of this study has the possibility of qualitatively containing bioactive compounds that can act as antibacterial and antioxidant. Overall, it can be concluded that the extraction time affects the rendement, where the longer the extraction time, the higher the rendement.Key words: Rendement, Sonneratia alba, old leaf, infundation AbstrakSonneratia alba merupakan salah satu jenis mangrove yang banyak di temukan di Sulawesi Utara dan sudah dikenal mengandung zat-zat bioaktif melalui hasil-hasil penelitian. Rendemen adalah perbandingan berat kering ekstrak dengan jumlah bahan baku. Nilai rendemen berkaitan dengan banyaknya kandungan bioaktif yang terkandung. Semakin tinggi rendemen maka semakin tinggi kandungan zat yang tertarik ada pada suatu bahan baku. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan rendemen ekstrak daun tua Sonneratia alba yang diambil dari Desa Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara yang diesktrak menggunakan metode infundasi dengan waktu ekstraksi yaitu 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit pada pelarut air mendidih. Perbandingan sampel 50 gr : 3000 mL pelarut (1:60 b/v). Hasil penelitian menunjukkan nilai rendemen terendah pada perlakuan 10 menit yakni 18,34% dan tertinggi pada perlakuan 50 menit 29,76%. Rendemen ekstrak daun tua penelitian ini memiliki kemungkinan secara kualitatif mengandung senyawa bioaktif yang dapat berperan sebagai antibakteri dan antioksidan. Secara keseluruhan disimpulkan bahwa lama waktu ekstraksi berpengaruh terhadap rendemen, dimana semakin lama waktu ekstraksi maka semakin tinggi rendemen.Kata kunci : Rendemen, Sonneratia alba, daun tua, infundasi
Article
Daun cengkeh mengandung metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antibakteri. Escherichia coli dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang menyebabkan infeksi pada manusia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak kasar dan terpurifikasi daun cengkeh terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan ekstrak kasar dan ekstrak terpurifikasi yang dibuat dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram. Metabolit sekunder ekstrak kasar dan terpurifikasi daun cengkeh yaitu flavonoid, tanin, saponin dan alkaloid. Zona hambat ekstrak kasar terhadap bakteri Escherichia coli pada kosentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% adalah 7,30 mm; 9,99 mm; 12,92 mm; 13,27 mm; 13,93 mm dan ekstrak terpurifikasi adalah 9,91 mm; 11,06 mm; 12,00 mm; 12,29 mm; 14,53 mm. Zona hambat ekstrak kasar terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada kosentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% adalah 6,71 mm; 7,50 mm; 7,65 mm; 8,25 mm; 9,32 mm dan ekstrak terpurifikasi adalah 7,47 mm; 8,68 mm; 9,54 mm; 9,97 mm; 11,37 mm. Konsentrasi optimal untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus adalah ekstrak terpurifikasi 25% yaitu 14,53 mm dan 11,37 mm.
Article
Prevalensi diabetes pada tahun 2000 untuk semua kelompok usia adalah 2,8%, angka ini diperkirakan akan meningkat hingga 4,4% pada tahun 2030. Menurut Riset Kesehatan Dasar di Indonesia prevalensi DM pada tahun 2013 mencapai 2,1% tetapi hanya 1,5% yang telah terdiagnosis diabetes mellitus, untuk mengobati diabetes mellitus diperlukan obat-obat antidiabetes.Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan obat antidiabetes pada pasien diabetes mellitus rawat jalan di Puskesmas Karang Rejo TarakanMetode PenelitianMetode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan mengumpulkan data sekunder dari rekam medik pasien yang lengkap dari pasien diabetes mellitus yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Karang Rejo Tarakan pada periode Januari-April 2017. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien yang baru pertama kali mendapat terapi antidiabetes.Hasil dan DiskusiPasien diabetes mellitus baru yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 52 pasien, terdiri dari 34 (65,38%) berjenis kelamin perempuan dan 18 (34,62%) berjenis kelamin laki-laki, dan usia kejadian diabetes mellitus terjadi pada pasien dengan usia diatas 40 tahun. Obat antidiabetes yang paling banyak digunakan antara lain Metformin (64,29%), Glimepiride (18,57%), dan Glicazida (17,14%). Pemberian obat antidiabetes digunakan sebagai monoterapi (65,38%), adalah Metformin (51,92%) dan kombinasi 2 obat yang digunakan yaitu Metformin+Glimepiride (17,31%) dan Metformin+Glicazida (17,31%).Kesimpulan Metformin digunakan sebagai obat antidiabetes baik monoterapi maupun kombinasi, dan terapi kombinasi 2 obat digunakan apabila dalam waktu 3 bulan sasaran gula darah pasien tidak mencapai target.
Article
Salah satu sindrom kelainan metabolik pada manusia adalah Diabetes militus. Penyakit ini bisa diatasi dengan pengobatan alami dengan memanfaatkan tumbuhan. Salah satunya adalah tumbuhan suruhan (Peperomia pellucida (L.) Kunth, yang dapat diolah menjadi Teh herbal. Tujuan dari review ini adalah untuk menelusuri produk alami berupa senyawa bioaktif, proksimat dan potensi tumbuhan suruhan sebagai antidiabetes. Metode yang digunakan yaitu studi pustaka dengan mengumpulkan artikel dalam bentuk data primer berupa artikel jurnal nasional maupun jurnal internasional 10 tahun terakhir (2010-2020) dari database elektronik. Berdasarkan hasil review diperoleh bahwa tumbuhan Suruhan mengandung senyawa bioaktif seperti alkaloid, flavonoid, tanin yang dapat menghambat kerja enzim α-glukosidase melalui subtitusi pada cincin β dan melalui ikatan hidroksilasi. Tanin juga dapat menurunkan glukosa darah melalui penghambatan kerja enzim α-glukosidase yang dapat menunda penyerapan glukosa setelah makan, dengan cara memperpanjang waktu cerna karbohidrat, sehingga laju absorbsi glukosa menurun.
Article
Purifikasi ekstrak etanol 96% daun kelor dilakukan untuk meningkatkan kandungan zat aktif serta untuk memperoleh warna yang lebih menarik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis pelarut dalam proses fraksinasi yang memberikan kandungan zat aktif lebih tinggi dibandingkan ekstrak. Penelitian ini diawali dengan maserasi daun kelor kering dengan etanol 96%. Filtrat yang telah di keringkan di atas waterbath kemudian di purifikasi. Purifikasi diawali dengan melarutkan ekstrak ke aquades panas dengan perbandingan 1:10, setelah itu ditambahkan etil asetat atau n-heksana sejumlah sama dengan aquades panas dalam corong pisah, dikocok hingga terjadi pemisahan fase. Fase etil asetat atau n-heksana diambil kemudian filtrat yang diperoleh digabungkan. Ekstrak etanol 96% (E1), fraksi etil asetat (E2) dan fraksi n-heksana (E3) kemudian dievaluasi dengan parameter organoleptis, % rendemen, total fenol, dan total flavonoid. Data yang diperoleh dianalisis statistik one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil pengukuran terhadap E1, E2, dan E3 pada setiap parameter secara berturut-turut pada parameter rendemen adalah 15,81%; 22,18%; 20%, total fenol yaitu 28,94±0,54 mg GAE/g; 29,44 ± 0,93 mg GAE/g; 11,41±0,12 mg GAE/g, dan total flavonoid yaitu 3,19±0,13%; 9,92 ±0,06%; 5,81±0,18%. Secara organoleptis dari segi konsistensi, bau, dan rasa ketiganya adalah identik, sedangkan dari segi warna E2 lebih hijau kekuningan dan cerah, sehingga lebih menarik. Secara statistik, ada perbedaan bermakna di antara E1, E2, dan E3 pada total fenol dan flavonoid. Dapat disimpulkan bahwa E2 memiliki total fenol dan flavonoid lebih besar secara signifikan dibanding E1 dan E3.
Article
Ampas tahu telah menunjukkan efek antidiabetes pada model hewan yang diinduksi aloksan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek antidiabetes fraksi etil asetat ampas tahu (FEAAT) pada model hewan resisten insulin. Ampas tahu diekstraksi dengan metode refluks menggunakan etanol dan HCl, kemudian difraksinasi menggunakan etil asetat. Mencit dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kelompok normal, induksi, obat pembanding (Metformin), FEAAT1 (200 mg/kg bb) dan FEAAT2 (400 mg/kg bb). Mencit diinduksi resisten insulin dengan pemberian diet tinggi lemak dan glukosa selama 14 hari. kemudian diberikan bahan uji selama 14 hari. Pengujian efektivitas antidiabetes dilakukan dengan modifikasi Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Nilai Area Under Curve (AUC) diukur sebagai gambaran efek penurunan kadar glukosa darah. Data AUC yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji Analisi of varians (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai AUC kelompok FEAAT1 tidak memberikan perbedaan yang nyata (p > 0,05) dibandingkan dengan kontrol negatif, sedangkan kelompok FEAAT2 dan Metformin memberikan perbedaan yang nyata (p < 0,05). Jika dibandingkan dengan kelompok normal, kelompok FEAAT2 dan Metformin tidak memiliki pengaruh yang berbeda nyata (p > 0,05) sementara nilai AUC FEAAT1 berbeda nyata (p < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa FEAAT2 efektif sebagai antidiabetes pada model hewan resisten insulin.