Content uploaded by M Daud Ak
Author content
All content in this area was uploaded by M Daud Ak on Nov 19, 2024
Content may be subject to copyright.
Pengisolasian dan Pengidentifikasian Salmonella enteritidis
dan S. typhimurium pada Landak Mini Afrika Peliharaan
di Banda Aceh dan Aceh Besar
(ISOLATION AND IDENTIFICATION OF SALMONELLA ENTERITIDIS
AND S. TYPHIMURIUM IN PET AFRICAN MINI HEDGEHOGS
OF BANDA ACEH AND ACEH BESAR REGENCY)
Erina1*, M. Daud AK1, M. Hasan2, Masda Admi1, Roslizawaty2, Juli Melia3, Nindiana
Lenggo Geni4
1Laboratorium Mikrobiologi, 2Laboratorium Klinik,
3Laboratorium Reproduksi, 1Program Studi Pendidikan Dokter Hewan,
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala,
Jl. Teuku Nyak Arief, No. 441, Kota Banda Aceh,
Aceh, Indonesia 23111
Email: erina@usk.ac.id
ABSTRACT
African Hedgehog (Atelerix albiventris) is an exotic animal that has the potential to
carry and transmit zoonotic diseases and one of them is salmonellosis. This research was
aimed to identify Salmonella sp. from the digestive tract of African hedgehog. The samples
were collected from anal swabs originating from 10 African hedgehogs that were reared
around Banda Aceh and Aceh Besar area. This research method was modified, based on the
Carter method. The samples of the African hedgehog obtained from the anal swab. Then,
the samples were put into the Selenite Cystine Broth (SCB) medium; if the medium colour
became orange, it was continued by inoculating the bacteria on Salmonella Shigella Agar
(SSA) to isolate the bacteria. Macroscopic morphological observations of the grown colonies
were carried out based on size, shape, surface, colony edge, elevation and it’s color. Gram
staining was followed to observe the bacterial morphology microscopically. Inoculation
bacteria carried out identification on IMVIC media (Indol, Methyl Red-Voges Proskuer,
Sulfid Indol Motility, Simmon Citrate). Triple Sugar Iron Agar (TSIA), and fermentation
test of sugars (glucose, maltose, lactose, mannitol, and sucrose). The research data was
analyzed descriptively and the research result were presented in the form of figures and
tables. Isolation results obtained in all samples showed (100%) Salmonella sp. consisting
of (70%) Salmonella enteritidis and three samples (30%) were S. typhimurium. Therefore,
we can conclude that in the African hedgehog's digestive system were reared in Aceh, two
Salmonella species can be isolated: S. enteritidis and S. typhimurium.
Key words: African hedgehog; exotic animal; food-borne diseases; Salmonella sp.;
zoonoses
pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665
Terakreditasi Nasional, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kemenristek Dikti RI S.K. No. 36a/E/KPT/2016
DOI: 10.19087/jveteriner.2024.25.2.214
online pada http://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet
214
Jurnal Veteriner Juni 2024 Vol. 25 No. 2 : 214-224
Jurnal Veteriner
Erina et al
ABSTRAK
Landak mini afrika (Atelerix albiventris) merupakan hewan eksotis yang berpotensi
membawa dan menularkan penyakit zoonosis, salah satunya yaitu salmonellosis. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi Salmonella sp. dari saluran pencernaan landak mini
afrika. Sampel berupa ulas/swab anus 10 ekor landak mini afrika yang dipelihara di sekitar
Banda Aceh dan Aceh Besar. Metode penelitian ini yaitu metode Carter yang dimodifikasi.
Hasil swab anus landak mini Afrika dimasukkan ke dalam media Selenite Cystine Broth
(SCB), apabila warna media menjadi orange dilanjutkan dengan penanaman bakteri pada
media Salmonella Shigella Agar (SSA) untuk mengisolasi. Pengamatan morfologi secara
makroskopis terhadap koloni yang tumbuh dilakukan berdasarkan ukuran, bentuk,
permukaan, pinggiran koloni, elevasi dan warna, dilanjutkan dengan pewarnaan Gram untuk
mengamati morfologi bakteri secara mikroskopis. Identifikasi dilanjutkan dengan
penanaman bakteri pada media IMVIC (Indol, Methyl Red-Voges Proskuer, Sulfid Indol
Motility, Simmon Citrate). Triple Sugar Iron Agar (TSIA), dan uji fermentasi gula-gula
(glukosa, maltosa, laktosa, manitol, dan sukrosa). Data hasil penelitian dianalisis secara
deskriptif, ditampilkan dalam bentuk gambar dan tabel. Hasil isolasi didapat bahwa pada
sampel (100%) Salmonella sp. Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan tujuh sampel (70%)
Salmonella enteretidis dan tiga sampel (30%) S. thypymurium. Oleh sebab itu dapat
disimpulkan bahwa pada saluran pencernaan landak mini afrika dapat diisolasi dua jenis
Salmonella yaitu: S. enteritidis dan S. thypymurium.
Kata-kata kunci: food-borne diseases; hewan eksotik; landak mini afrika; Salmonella sp.;
zoonosis
PENDAHULUAN
Landak mini asli afrika (Atelerix
albiventris) habitatnya dapat ditemukan di
Gunung Kalimanjaro (Heatley, 2009) di
Negara Tanzania dekat perbatasan dengan
Kenya. Awal mulanya landak mini Afrika
ini dipelihara di Amerika dan mulai masuk
ke Indonesia sejak tahun 1997 dan di-
kembangkan sampai sekarang (Muham-mad
dan Kusumaningtyas, 2013). Hewan eksotis
ini semakin banyak dipelihara di dalam
rumah (Rosen dan Jablon, 2003) dan
menjadi populer di antara pecinta hewan
(Riley dan Chomel, 2005) juga merupakan
jenis yang paling banyak diperdagangkan
(Heatley, 2009).
Meningkatnya jumlah hewan
peliharaan rumah tangga, berbanding lurus
dengan peningkatan risiko terpapar penyakit
zoonosis dari hewan tersebut (Halsby et al.,
2014). Landak mini memiliki potensi mem-
bawa dan menularkan penyakit zoonosis
(Riley dan Chomel, 2005). Sejumlah
penelitian mengenai landak mini di
Indonesia telah dilakukan dan menurut
laporan penelitian Sofiyani et al. (2018),
landak mini berperan sebagai sumber
penyebaran agen leptospirosis.
Sejumlah penyakit yang pernah
dilaporkan pada landak mini di antaranya
penyakit mulut dan kuku (PMK), ringworm,
dan berbagai jenis penyakit yang di-
sebabkan oleh bakteri. Terdapat berbagai
bakteri yang pernah ditemukan pada landak
mini seperti: Salmonella sp., Yersinia pseu-
dotuberculosis, Y. pestis, Myco-bacterium
marinum, dan M. avium intracellulare.
Bakteri Salmonella sp. menjadi salah satu
bakteri penyebab zoonosis berasal dari
landak mini, penyakit yang diakibatkannya
yaitu salmonellosis (Heatly, 2009). Sal-
monella sp. merupakan bakteri Gram
negatif yang keberadannya terbatas pada
saluran pencernaan baik manusia ataupun
hewan, keberadaan salmo-nella pada
lingkungan ataupun makanan dapat terjadi
melalui kontaminasi dari feses (Wray dan
215
Jurnal Veteriner
Juni 2024 Vol. 25 No. 1 : 216-224
216
Wray, 2000) dan kontak langsung dengan
hewan peliharaan (Hoelzer et al., 2011).
Bakteri Salmonella sp. termasuk
kedalam bakteri patogen (Wray dan Wray,
2000), ditularkan melalui makanan atau
lebih dikenal dengan food-born disease
(Newel et al., 2010). Setelah tertelan,
bakteri ini berkembang-biak di usus halus
(Keebel dan Koterwas, 2020). Pada manusia
infeksi bakteri Salmonella sp. dapat me-
nimbulkan gangguan kesehatan seperti
gastroenteritis, bakteremia, demam, kram
perut, mual, muntah, dan pusing (Newel et
al., 2010).
Landak mini merupakan reservoir
dari Salmonella sp. (Steinmuller et al., 2003
dan Heatly, 2009). Landak mini memiliki
tinja/kotoran yang lembut dan hewan ini
cenderung melangkah di atas kotorannya,
hal ini berpotensi meningkatkan resiko pe-
nularan Salmonella sp. kepada pemilik
hewan (Pignon dan Mayer, 2011) terutama
pada anak-anak dan kelompok usia rentan
(Steinmuller et al., 2003). Hal ini juga
diperparah dengan perilaku manusia, karena
pemilik hewan berbagi peralatan dengan
hewan peliharaannya sehingga mendukung
terjadinya penyebaran penyakit (Pignon dan
Mayer, 2011).
Berdasarkan penelitian yang
dilaksanakan di Amerika pada 25 pasien
yang terkena salmonelosis, 80% di
antaranya memiliki sejarah kontak dengan
landak mini peliharaan mereka seminggu
sebelum timbulnya penyakit dan beberapa
pasien memelihara landak mini dari spesies
A. albiventris (Anderson et al., 2016).
Sejumlah penelitian pernah dilakukan ter-
hadap landak mini dan S. typhimurium
diisolasi dari landak mini di berbagai daerah
di Norwegia di antaranya 39% Jeloy, 41%
Askoy, Bergen, dan Os (Handeland et al.,
2002). Di Burkina Faso dari 25 sampel
landak mini liar 96% teridentifikasi adanya
S. enterica subspecies enterica (Kagembega
et al., 2013). Selama periode Agustus
2012- Desember 2015 telah dilakukan uji
terhadap 170 landak mini dan S. enteritidis
teridentifikasi pada 46 landak mini di
kawasan Britania Raya (Lawson et al.,
2017). Lebih lanjut, isolasi dan identifikasi
Salmonella sp. pada kloaka kura-kura
ambon (Cuora amboinensis) sudah pernah
dilakukan (Khair et al., 2021).
Saat ini informasi mengenai ke-
beradaan Salmonella sp. pada landak mini
yang ada di Indonesia masih terbatas. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian
dengan tujuan untuk mendeteksi keberadaan
Salmonella sp. pada landak mini dalam
upaya pencegahan sehingga penularan
Salmonella sp. dapat dihindarkan.
METODE PENELITIAN
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berupa swab anus 10 ekor
landak mini yang dipelihara di sekitar
Banda Aceh dan Aceh Besar. Alat-alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah cotton
swab steril, tabung reaksi, tabung durham,
rak tabung reaksi, objek gelas, pipet tetes,
spiritus, korek api, ose sengkelit, ose jarum,
cawan petri, mikroskop, kertas label, pulpen
dan inkubator. Bahan-bahan media spesifik
yang yang digunakan di antaranya Selenite
Cystine Broth (SCB), Salmonella Shigella
Agar (SSA), Indol, Methyl Red-Voges
Proskauer, Simon Citrate, Sulfid Indol
Motility (SIM), media gula-gula (laktosa,
maltosa, glukosa, sukrosa, manitol), Triple
Surga Iron Agar (TSIA), alkohol 96%,
larutan Metyhil Red, reagen Kovac’s,
larutan kristal violet, kalium hydroxide
(KOH), α naptol, lugol, safranin, akuades
dan minyak emersi.
Isolasi dan Identifikasi yang
dilakukan mengacu pada metode Carter
(1987) yang dimodifikasi. Sampel swab
anus landak mini dimasukkan ke dalam
tabung reaksi berisi Selenite Cystine Broth
(SCB), jika terjadi perubahan warna pada
media SCB, ditanam pada media Salmo-
nella Shigella Agar (SSA) diinkubasi
selama 24 jam dengan suhu 37oC,
selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram
pada koloni terpisah. Terakhir, dilakukan uji
IMVIC (Indol, Methyl Red Voges
Proskauer, Sulfid Indol Motility, Simmon
Citrate), Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dan
Jurnal Veteriner
Erina et al
217
uji fermentasi gula-gula yaitu glukosa,
laktosa, sukrosa, manitol dan maltosa.
Isolasi Salmonella sp.
Sampel swab anus landak mini
ditanam pada media Selenite Cystine Broth
(SCB) kemudian diinkubasi pada suhu 37oC
selama 24 jam, diamati perubahan yang
terjadi, jika positif pada media SCB ini
ditandai dengan kekeruhan dan perubahan
warna media menjadi orange, maka
dilanjutkan penanaman pada media
Salmonella Shigella Agar (SSA).
Pewarnaan Gram
Pada gelas objek diteteskan NaCl 1
tetes, kemudian diambil koloni bakteri pada
media Salmonella Shigella Agar (SSA) dan
diletakkan pada gelas objek selanjutnya
diratakan dan di fiksasi di atas api spiritus.
Preparat yang sudah di fiksasi diteteskan
larutan kristal violet lalu didiamkan selama
3-5 menit, zat warna dibilas menggunakan
air mengalir. Kemudian diteteskan lugol
dan ditunggu 1 menit. Sisa lugol dibuang
dengan air mengalir, selanjutnya diteteskan
alkohol 96% untuk melunturkan sisa zat
warna selama 10 detik dan dicuci kembali
dengan air mengalir. Preparat, selanjutnya
digenangi dengan larutan safranin selama
30-60 detik, setelah itu dibuang safranin dan
dicuci dengan air mengalir, kemudian
dikering-anginkan di udara dan diteteskan
minyak emersi, lalu diamati menggunakan
mikroskop dengan pembesaran 1000 kali.
Identifikasi Salmonella sp.
Pembiakan pada media Salmonella
Shigella Agar (SSA) yang telah diinkubasi
pada suhu 37oC selama 24 jam kemudian
dilanjutkan dengan uji Indol, Methyl Red
Voges Proskauer, Sulfid Indol Motility,
Simmon Citrate (IMVIC), Triple Sugar Iron
Agar (TSIA) dan uji fermentasi gula-gula.
Pada uji indol, koloni pada media
SSA yang diduga positif diambil dan
diinokulasikan pada media Indol kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC
selanjutnya ditambahkan reagen Kovac’s 3-
4 tetes melalui dinding tabung reaksi dan
diamati perubahan yang terjadi. Untuk uji
Methyl Red Voges Proskauer (MR-VP)
biakan bakteri pada media SSA
diinokulasikan pada media MR dan VP,
media MR diinkubasi selama 48 jam pada
suhu 37ºC, kemudian ditambahkan reagen
Methyl-Red, uji positif akan terbentuk
warna merah pada media. Media VP
diinkubasikan selama 24 jam pada suhu
37ºC, ditambahkan α naptol 5% sebanyak 2-
3 tetes dan KOH 40% sebanyak 3-4 tetes
dan diamati perubahan yang terjadi. Uji
Sulfid Indol Motility (SIM) dilakukan de-
ngan cara koloni pada media SSA diambil
dengan osse jarum kemudian diinokulasikan
pada media SIM dengan menusukkan
sampai ke dasar media agar, selanjutnya
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC
dan diamati perubahan yang terjadi. Uji
Simmon Citrate, koloni bakteri diambil
pada media SSA kemudian diinokulasikan
pada media SCA dengan cara digoreskan
pada media agar miring kemudian di-
inkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC dan
diamati perubahan yang terjadi.
Uji TSIA dilakukan dengan cara
mengambil koloni bakteri pada media SSA
kemudian diinokulasikan pada media TSIA
dengan cara ditusukkan sampai sepertiga
tabung kemudian diangkat dan pada bagian
agar miring digoreskan secara zig-zag,
kemudian diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 37ºC dan diamati perubahan yang
terjadi.
Uji fermentasi gula-gula (manitol,
glukosa, sukrosa, laktosa dan maltosa),
bakteri yang diduga positif dari media SSA
diinokulasikan ke dalam media gula-gula,
kemudian semua tabung diinkubasi selama
24 jam pada suhu 37oC dan diamati peru-
bahan yang terjadi, disertai pembentukan
gas pada tabung durham.
Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis
secara deskriptif yang disajikan dalam
bentuk tabel atau gambar.
Jurnal Veteriner
Juni 2024 Vol. 25 No. 1 : 216-224
218
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Bakteri pada Media SCB
Hasil penanaman bakteri pada media SCB
yang diambil dari 10 sampel swab anus
landak mini terdapat adanya perubahan
menjadi orange, perubahan ini me-
nunjukkan adanya pertumbuhan bakteri
yang diduga Salmonella Sp Berdasarkan
pernyataan Kusuma (2009) media SCB
merupakan media selektif khusus Gram
negatif seperti Salmonella sp. Pertumbuhan
bakteri ditandai dengan perubahan warna
media menjadi orange, diakibatkan karena
di dalam media SCB mengandung inhibitor
natrium selenit yang kemudian tereduksi
menjadi selenium. Saat selenium bereaksi
dengan asam, pertumbuhan bakteri lain
terhambat
Gambar 1. Pertumbuhan bakteri pada media Se-lenite
Cysteine Broth (SCB) menun-jukkan
perubahan warna media menjadi
jingga/orange
Gambar 2. Pertumbuhan bakteri pada media Sa-
lmonella Shigella Agar (SSA). Warna hitam
menunjukan pertumbuhan koloni bakteri
Salmonella sp.
Gambar 3. Hasil pewanaan Gram koloni bakteri
Salmonella sp. menggunakan mikros-kop
dengan perbesaran 1000 kali
Gambar 4. Uji Biokimia IMVIC, TSIA dan fermentasi
gula-gula. a) Indol, b) SC, c) TSIA, d) VP,
e) MR, f) SIM, g) glukosa, h) maltosa, i)
laktosa, j) manitol, k) sukrosa.
Jurnal Veteriner
Erina et al
219
Tabel 1. Pertumbuhan bakteri pada media Selenite Cysteine Broth (SCB) setelah
inkubasi selama 24 jam terhadap ulas/swab anus landak mini afrika
No
Sampel
Warna
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
Orange
Orange
Orange
Orange
Orange
Orange
Orange
Orange
Orange
Orange
Keterangan: S= sampel, Saat terjadi perubahan pada media SCB menjadi jingga/orange, yang
mencirikan adanya Salmonella sp., selanjutnya dilakukan penanaman bakteri
pada media SSA.
Pertumbuhan Bakteri pada SSA
Media SSA merupakan media
selektif yang menghambat pertumbuhan
bakteri koliform dan mendukung per-
tumbuhan bakteri seperti Salmonella dan
Shigella. Berdasarkan pertumbuhan bakteri
yang teramati pada media SSA, morfologi
koloni dari bakteri yang teramati berukuran
± 1-2 mikron, berbentuk bulat, permukaan
halus, pinggiran koloni rata, elevasi
cembung dan warna koloni hitam akibat
produksi gas H2S, diduga koloni bakteri
yang tumbuh adalah Salmonella sp. Juariah
dan Yanti (2016) melaporkan bahwa
beberapa spesies Salmonella dapat mem-
produksi gas hydrogen sulfide (H2S)
sehingga koloni bakteri terlihat hitam.
Bakteri yang tumbuh pada media SSA
selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram dan
ditanam pada media nutrien agar miring
untuk disimpan sebagai stok identifikasi
bakteri.
Tabel 2. Pengamatan makroskopis morfologi koloni bakteri Salmonella sp. pada media
salmonella shigella agar (SSA)
No
Sampel
Ukuran
Bentuk
Permukaan
Tepi koloni
Elevasi
Warna
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Kecil
Kecil
Sedang
Kecil
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
Halus
Halus
Halus
Halus
Halus
Halus
Halus
Halus
Halus
Halus
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Jurnal Veteriner
Juni 2024 Vol. 25 No. 1 : 216-224
220
Uji Biokimia Identifikasi Salmonella sp.
Uji biokimia dilakukan untuk meng-
identifikasi dan mendeterminasi bakteri
berdasarkan sifat fisiologisnya, meng-
gunakan bahan kimia yang mendeteksi
interaksi bakteri dengan uji reagen yang
menimbulkan perubahan warna pada media
(Juariah dan Yanti, 2016). Uji ini meliputi
uji IMVIC (Indol, Methyl Red Voges
Proskuer, Sulfid Indol Motility, dan Simmon
Citrate), Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dan
uji fermentasi gula-gula.
Pada seluruh sampel, uji indol
menunjukkan hasil negatif, yang mana tidak
terbentuknya cincin merah saat diteteskan
reagen Kovac’s menandakan bakteri tidak
mampu menghasilkan indol (Aktar et al.,
2016; Hemraj et al., 2013; Afriyani et al.,
2017; Percival dan Williams, 2014). Uji
Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP)
menunjukkan hasil positif untuk uji MR
dengan perubahan warna menjadi merah
setelah 48 jam inkubasi (Tille, 2017;
Percival dan Williams, 2014). Uji Voges
Proskauer (VP) menunjukkan hasil negatif,
yang ditandai dengan tidak adanya
perubahan warna pada media (Tille, 2017;
Wray dan Wray, 2000). Pada media Sulfid
Indol Motility (SIM), terlihat adanya
penyebaran pertumbuhan bakteri yang
ditandai dengan warna hitam akibat
produksi H2S, menunjukkan bakteri bersifat
motil (Aktar et al., 2016). Uji Simmon
Citrate me-nunjukkan hasil positif dengan
perubahan warna media dari hijau menjadi
biru, menandakan bakteri memanfaatkan
sitrat sebagai sumber energi (Mirmomeni et
al., 2009).
Hasil pengamatan pada media TSIA
menunjukkan bakteri mengalami fer-
mentasi, menghasilkan gas dan H2S. Pe-
rubahan warna menjadi kuning me-
nunjukkan fermentasi pada beberapa
sampel, dengan bagian butt berubah
menjadi kuning dan slant merah (WHO,
2010; Kartika et al., 2014; Percival dan
Williams, 2014). Uji fermentasi gula-gula
menunjukkan hasil positif pada uji manitol,
glukosa, dan maltosa, ditandai dengan
perubahan warna media menjadi kuning
disertai pembentukan gas (Ginting et al.,
2018; Amiruddin et al., 2017; Antriana,
2014; Wray dan Wray, 2000).
Tabel 3. Hasil identifikasi Salmonella sp. pada uji biokimia IMVIC
S
In
MR
V
P
SIM
(H2S)
SC
TSIA
Mn
Gl
Sk
L
Ml
Spesies
b/s
H2S
g
1
-
+
-
+
+
k/k
+
-
+/g
+/g
+/g
-
+/g
S. enteritidis
3
-
+
-
+
+
k/m
+
+
+/g
+/g
+/g
+/g
+/g
S. thypymurium
3
-
+
-
+
+
k/m
+
-
+/g
+/g
+/g
+/g
+/g
S. thypymurium
4
-
+
-
+
+
k/k
+
+
+/g
+/g
+/g
+/g
+/g
S. enteritidis
5
-
+
-
+
+
k/k
+
+
+/g
+/g
+/g
+/g
+/g
S. enteritidis
6
-
+
-
+
+
k/k
+
+
+/g
+/g
+/g
+/g
+/g
S. enteritidis
7
-
+
-
+
+
k/m
+
+
+/g
+/g
+/g
+/g
+/g
S. thypymurium
8
-
+
-
+
+
k/k
+
+
+/g
+/g
+/g
+/g
+/g
S. enteritidis
9
-
+
-
+
+
k/k
-
+
+/g
+/g
+/g
+/g
-
S. enteritidis
10
-
+
-
+
+
k/k
+
-
+/g
+/g
+/g
+/g
+/g
S. enteritidis
Keterangan: S = sampel, In = indol, Mn = manitol, Gl = glukosa Sk = sukrosa, L= laktosa, Ml =
maltosa, b = butt, s = slant, k = kuning, m = Merah, g = gas, (+) = positif, (-) =
negatif
Jurnal Veteriner
Erina et al
221
Uji Fermentasi Gula-Gula
Bakteri Salmonella yang memfer-
mentasikan laktosa menyimpan gen pada
ekstra kromosom seperti plasmid. Strain
bakteri yang mampu memfermentasi laktosa
telah dilaporkan di berbagai negara seperti
Brazil, Turki, Amerika Serikat, Pakistan,
dan Mesir (Bahjar et al., 2019).
Berdasarkan isolasi dan identifikasi
dari 10 sampel swab anus landak mini,
diperoleh bahwa 100% sampel mengandung
Salmonella sp., dengan 70% Salmonella
enteritidis dan 30% S. thypymurium. Salmo-
nella enteritidis merupakan jenis yang
paling banyak dilaporkan pada landak mini
(Lawson et al., 2017). Infeksi S. Thypy-
murium telah banyak dilaporkan pada
berbagai spesies mamalia, reptil, burung
dan ayam (Akoachere et al., 2009; Jong et
al., 2005; Ariyanti dan Supar, 2008).
Landak mini diketahui sebagai
karier dari Salmonella sp., dan infeksi
bakteri ini sering dilaporkan serta termasuk
endemik pada landak mini (Macdonald et
al., 2019; Lawson et al., 2017; Handeland et
al., 2002; Woodward et al., 1997). Salmo-
nella enteritidis dan S. thypymurium
merupakan penyebab salmonellosis pada
manusia dan hewan, dengan potensi
morbiditas dan mortalitas yang signifikan
(Hendriksen et al., 2011; WHO, 2010).
Tindakan pencegahan seperti mencuci
tangan setelah kontak dengan hewan
peliharaan eksotik sangat penting untuk
mengurangi risiko penularan Salmonella
(Woodward et al., 1997).
Penelitian ini memberikan
kontribusi penting dalam bidang kesehatan
hewan. Terdeteksinya S. enteritidis dan S.
thypymurium pada landak mini berkon-
tribusi pada kesehatan hewan, namun juga
pada kesehatan masyarakat dengan meng-
edukasi pemilik hewan peliharaan tentang
higienis dan tindakan pencegahan untuk
mengurangi risiko penularan zoonosis.
Secara keseluruhan, penelitian ini mem-
berikan kontribusi signifikan pada
pemahaman patogen yang memengaruhi
kesehatan hewan peliharaan eksotik dan
langkah-langkah yang dapat diambil untuk
melindungi kesehatan hewan dan manusia.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan terdapat dua jenis Salmonella
yang dapat diidentifikasi pada landak mini
yaitu: S. enteritidis dan S. thypymurium.
SARAN
Perlu menambahkan jumlah sampel,
menentukan umur, jenis kelamin dan
mengukur bobot badan landak mini sebelum
pengambilan sampel. Selain itu, perlu
dilakukan identifikasi dan karakterisasi
bakteri menggunakan teknik molekuler.
DAFTAR PUSTAKA
Afriyani, Darmawi, Fakhrurrazi, Manaf ZH,
Abrar M, Winaruddin. 2017. Isolasi
bakteri Salmonella sp. pada feses
anak ayam broiler di Pasar Ulee
Kareng Banda Aceh. Jurnal Medika
Veteriner 1(10): 74-76.
Akoachere JFTK, Tanih NF, Ndip LM,
Ndip RN. 2000. Phenotypic
characterization of Salmonella typhi-
murium isolates from food-animals
and abattoir drains in Buea,
Cameroon. J Health Popul Nutr
27(5): 612-618.
Aktar N, Bilkis R, Ilias M. 2016. Isolation
and identification of Salmonella sp.
from different food. International
Journal of Bioscience 2(8): 16-24.
Amiruddin RR, Daniarti, Ismail. 2017.
Isolasi dan identifikasi Salmonella
sp. pada ayam bakar di rumah
makan kecamaan Syiah Kuala kota
Banda Aceh. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Veteriner 1(3): 265-274.
Anderson TC, Haug MN, Morris JF,
Culpepper W, Bessette N, Adams
JK, Bidol S, Meyer S, Schmitz J,
Erdman MM, Gomez TM,
Behravesh BC. 2016. Multistate
outbreak of human Salmonella
Jurnal Veteriner
Juni 2024 Vol. 25 No. 1 : 216-224
222
typhimurium infections linked to pet
hedgehogs-United States, 2011-
2013. Zoonoses and Public Health
64(4): 290-298
Antriana N. 2014. Isolasi bakteri asal
saluran pencernaan rayap pekerja
(Macrotermes spp). Jurnal Saintifika
16(1): 18-28.
Ariyanti T, Supar. 2005. Peranan
Salmonella enteritidis pada ayam
dan produknya. Wartazoa 2(15): 57-
63.
Bahjar SA, Altaee MF, Alhassani AM,
Alhassani OM. 2019. Molecular and
bacteriological method for iden-
tification of lactose fermenting
salmonella in Mosul province.
Indian Journal of Public Health
Research & Development 12(10):
1428-1434.
Carter, GR. 1987. Essentials of Veterinary
Bakteriology and Micology. 3rd ed.
Philadelphia. Lea and Febriger.
Falcao DP, Trabulsi, LR., Hickman, FW,
Farmer JJ. 1975. Unusual entero-
bacteriaceae: lactose-positive Salmo-
nella typhimurium which is endemic
in Sao Paulo, Brazil. Journal of
Clinical Microbiology 4(2): 349-
353.
Ginting STM, Helmi TZ, Darmawi, Dewi
M, Hennivanda, Erina, Daud R.
2018. Isolasi dan identifikasi bakteri
gram negatif pada ambing kambing
peranankan etawa (PE). Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Veteriner 2(3):
351-360.
Halsby KD, Walsh AL, Campbel, C,
Hewitt, K, Morgan, D. 2014.
Healthy animals, healthy people:
zoonosis risk from animal contact in
pet shops, a systematic review of the
literature. Plos one 9(2): 1-13.
Handeland K, Refsum T, Johansen BS,
Holstad G, Knutsen G, Solberg L,
Kapperud G. 2002. Prevalence of
Salmonella typhimurium infection in
norwegian hedgehog population
associated with two human desease
outbreaks. Epidemiol Infect 128:
523-527.
Heatley JJ. 2009. Hedgehogs. Manual of
Exotic Pet Practice Texas. Texas
A&M University. Hlm. 433-455.
Hemraj V, Diksha S, Avneet G. 2013. A
review of commonly used
biochemical test for bacteria.
Innovare Journal of Life Science 1(1)
: 1-7.
Hendriksen RS, Vieira AR, Karlsmose S,
Wong DMALF, Jensesn AB,
Wegener HC, Aarestrup FM. 2011.
Global monitoring of Salmonella
serovar distribution from the world
health organization global foodborne
infections network country data
bank: results of quality assured
laboratories from 2001 to 2007.
Foodborne Pathogens and Disease
8(8): 887-900.
Hoelzer K, Switt AIM, Wiedmann M. 2011.
Animal contact as a source of human
non-typhoidal salmonellosis. Vete-
rinary Research 42(34): 1-27.
ISO 19250. 2019. Triple sugar irn agar ISO
for the biochemical confirmation of
Salmonella.Condalab.www.condala
b.com. [30 Desember 2020].
Jong BD, AnderssonY, Ekdahl K. 2005.
Effect of regulation and educa-
tion on reptile-associated salmo-
nellosis. Emerging Infectious
Disease 11(2): 398-402.
Juariah, S, Yanti FN. 2016). Identifikasi
Salmonella sp. pada telur asin yang
dijual di beberapa pasar kota
Pekanbaru. Jurnal Sains dan
Teknologi Laboratorium Medik 1(1):
2-11.
Kagembega A, Lienemann, Aulu L, Traore
AS, Barro N, Siitonen A, Haukka K.
2013. Prevalence and charac-
terization of salmonella enterica
from the feces of cattle, poultry,
swine and hedgehogs in burkina faso
and their comparison to human
salmonella isolates. BMC
Microbiology 13: 253
Jurnal Veteriner
Erina et al
223
Kartika E, Khotimah S, Yanti AH. 2014.
Deteksi bakteri indicator keamanan
pangan pada sosis daging ayam di
Pasar Flamboyan Pontianak. Jurnal
Protobiont 2(3): 111-119.
Keebel E, Koterwas B. 2020. Salmonellosis
in hedgehogs. Vet Clin Exot Anim
23: 459-470.
Khair FR, Erina E, Sugito S, & Ak MD.
2021. Isolasi dan Identifikasi Salmo-
nella spp. pada Kloaka Kura-Kura
Ambon (Cuora amboinensis). Acta
Veterinaria Indonesiana 9(3): 163-
172.
Kusuma FAS. 2009. Uji biokimia bakteri.
Karya Ilmiah. Bandung. Fakultas
Farmasi Universitas Padjajaran..
Latif M, Gilani M, Usman J, Munir T,
Mushtaq M, Babar N. 2014. Lactose
fermenting Salmonella paratyphi A.
Journal of Microbiology and
Infectious Diseases 4(1): 30-32.
Lawson B, Franklinnos LHV, Fernandez
JRR, Hansen CW, Nair S,
Macgregor, SK, John SK, Pizzi R,
Nuneza A, Ashton PM, Cunningham
AA, Pinna EMD. 2017. Salmonella
enteritidis st183: emerging and
endemic biotypes affecting western
european hedgehogs (Erinaceus
europaeus) and people in great
britain. Scientific Report 8: 2449
Macdonald E, White R, Mexia R, Bruun T,
Kapperud G, Brandal LT, Lange H,
Nygard K, Vold L. 2019. The role of
domestic reservoirs in domestically
acquired Salmonella infections in
Norway: epidemiology of salmo-
nellosis, 2000-2015, and results of a
national prospective case–control
study, 2010-2012. Epidemiology and
Infection 147: e43
Mcdonough PL, Shin SJ, Lein, DH. 2000.
Diagnostic and public health
dilemma of lactose-fermenting
Salmo-nella enterica serotype
thypy-murium in cattle in the
northeastern United States. Journal
of Clinical Microbiology 3(38):
1221-1226.
Mirmomeni MH, Naderi S, Colagar AH,
Sisakhtnezhad. 2009. Isolation of
Salmonella enteritidis using
biochemical tests and diagnostic
potential of sdfl amplied gene.
Research Journal of Biological
Science 4(6): 656-661.
Muhammad KY, Kusumaningtyas P. 2013.
Hewan Kesayangan Mini dan
Eksotis. Jakarta. Penebar Swadaya.
Newell DG, Koopmans M, Verhoef L,
Duizer E, Aidara-Kane A, Sprong H,
Opsteegh M, Langelaar M, Threfall
J, Scheutz F, Giessen JVD, Kruse H.
2010. Food-borne diseases-the chal-
lenges of 20 years ago still persist
while new ones continue to emerge.
International Journal of Food
Microbiology 30: 139 Suppl1: S3-
15.
Percival SL, Williams DW, 2014.
Salmonella. Microbiology of
Waterborne Disease (Second Edi-
tion). Philadelphia. Academic
Press.Pignon C, Mayer J. 2011.
Zoonoses of ferrets, hedgehogs, and
sugar gliders. Vet Clin North Am
Exot Anim Pract 14(3): 533-549.
Pommerville J. 2007. Fundamental of
Microbiology. Burlington. Jornes &
Barlet Learning, US
Reid RL, Porter RC, Ball HJ. 1993. The
isolation of sucrose-fermenting
Salmonella mbandaka. Veterinary
Microbiology 37: 181-185.
Riley PY, Chomel BB. 2005. Hedgehog
zoonose. Emerging Infectious Di-
seases 11(1): 1-5.
Rosen T, Jablon J. 2003. Infectious threats
from exotic pets: dermatological
implications. Dermatol Clin 21:
229-36.
Rule R, Said M, Mbelle N, Sekyere JO.
2019. Genome of sequence of a
clinical Salmonella enteritidis se-
quence type 11 strain from South
Africa. J Glob Antimicrob Resist 19:
164-166.
Skov MN, Andersen JS, Aabo S, Ethelberg
S, Aarestrup FM, Sorenses AH,
Jurnal Veteriner
Juni 2024 Vol. 25 No. 1 : 216-224
224
Sorensen G, Pedersen K, Nordentoft
S, Olsen KEP, Smidt PG, Baggesen
DL. 2007. Antimicrobial drug resis-
tance of Salmonella isolates from
meat and humans Denmark.
Emerging Infectious Desease 4(13):
638-641.
Sofiyani M, Dharmawan R, Murti B. 2018.
Risk factor of leptospirosis in Klaten
Central Java. Journal of Epide-
miology and Public Health 3(1): 11-
24.
Steinmuller N, Demma L, Bender JB,
Eidson M, Angulo FJ. 2006.
Outbreaks of enteric disease asso-
ciated with animal contact: not just a
foodborne problem anymore. Cli-
nical Infectious Diseases 43: 1596-
602.
Tille PM. 2017. Bailey & Scott’s Diagnostic
Microbiology. Fourteenth Edition.
New York US. Elsevier.
WHO. 2010. Laboratory Protocol
“Isolation of Salmonella spp.
From Food and Animal Faeces. 5th
Ed. Geneva. WHO. http://anti-
microbialresistance.dk/CustomerDat
a/Files/Folders/6pdfprotocols/63_18-
05 isolationofsalm2 20610. [12
Desember 2020].
Woodward DL, Khakhria R, Johnson WM.
1997. Human salmonellosis asso-
ciated with exotic pets. Journal of
clinical Microbioogy 11(35): 2786-
2790.
Wray C, Wray A. 2000. Salmonella in
Domestic Animal. New York. CABI
Publishing.
Youn EU, Park SG, Oh YH, Kim TJ. 1994.
Bioserotype and drug resistance of
Salmonella spp isolated from feces
in zoo animals. Korean J Vet Res,
34(2): 267-273.