Available via license: CC BY-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
Algoritma: Jurnal Matematika, Ilmu pengetahuan Alam, Kebumian dan Angkasa
Volume. 2 No. 4 Juli 2024
e-ISSN: 3046-5427; dan p-ISSN: 3032-6230, Hal. 115-129
DOI: https://doi.org/10.62383/algoritma.v2i4.102
Received: Mei 30, 2024; Accepted: Juni 15 , 2024; Published: Juli 30, 2024
*Faiza Izzati Mufti, faizaizzatimufti@gmail.com
Desain Pembelajaran Matematika Topik Transformasi Geometri dengan
Pendekatan Realistic Mathematics Education Berbasis Etnomatematika
Faiza Izzati Mufti
Universitas Negeri Jakarta
Korespondensi penulis: faizaizzatimufti@gmail.com
Tian Abdul Aziz
Universitas Negeri Jakarta
E-mail: tian.abdul.aziz@unj.ac.id
Abstract. The purpose of writing this article is to present a learning design using the Ethnomathematics-based
Realistic Mathematics Education learning model to provide several learning design options that can be used by
junior high school teachers in providing learning material on geometric transformations. This learning design is
devoted to material on geometric transformations, reflection, rotation, dilation and translation which relate to
regional culture. This learning design uses steps based on the characteristics of RME. As well as using needs
analysis, student analysis, and task analysis.
Keywords: Mathematics Learning Design, Realistic Mathematics Education, Ethnomathematics, Geometry
Transformations
Abstrak. Tujuan penulisan artikel ini untuk menyajikan suatu desain pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Realistic Mathematics Education berbasis Etnomatematika untuk memberikan beberapa pilihan
desain pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru SMP dalam memberikan ppembelajaran materi transformasi
geometri. Desain pembelajaran ini dikhususkan untuk materi transformasi geometri refleksi, rotasi, dilatasi dan
translasi yang mengaitkan dengan kebudayaan daerah. Desain pembelajaran ini menggunakan langkah-langkah
berdasarkan karakteristik RME. Serta menggunakan analisis kebutuhan, analisis peserta didik, dan analisis tugas.
Kata kunci: Desain Pembelajaran Matematika, Realistic Mathematics Education, Etnomatematika, Transformasi
Geometri
LATAR BELAKANG
Matematika dikatakan sebagai pelayan ilmu karena matematika tidak bergantung pada
bidang ilmu lainnya, dengan kata lain matematika merupakan ilmu dari segala ilmu
pengetahuan lainnya (N. S. Latif, 2019). Karena matematika dikatakan sebagai pelayan ilmu
yang menjelaskan hal dasar hingga hal yang kompleks serta mencakup suatu susunan logika
maka matematika perlu diajarkan disetiap jenjang pendidikan.
Kenyataan dilapangan pembelajaran matematika di setiap jenjang diajarkan oleh guru
bukan dari hal yang sederhana seperti menemukan bagaimana suatu konsep matematika itu
ditemukan akan tetapi pembelajaran matematika saat ini langsung memberikan konsep abstrak
yang sulit diterima oleh siswa. Urutan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada saat ini
diawali dengan memperkenalkan objek mtematika secara abstrak, diberikan suatu contoh soal
kemudian siswa diarahkan untuk mengerjakan latihan soal yang serupa dengan contoh soal
e-ISSN: 3046-5427; dan p-ISSN: 3032-6230, Hal. 115-129
atau soal yang lebih bervariatif (Afsari et al., 2021). Kegiatan pembelajaran seperti itu
membuat siswa kesulitan untuk memahami konsep matematika serta mebatasi kreatifitas siswa.
Pemahaman konsep sangat penting untuk pembelajaran matematika. Fungsi
pemahaman konseptual itu sendiri sangat penting, khususnya dalam proses pembelajaran,
karena pemahaman merupakan prasyarat untuk memperoleh ide-ide matematika yang lebih
kompleks (Aledya, 2019). Menurut Depdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa salah satu
keterampilan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran
matematika adalah pemahaman konsep. Hal ini ditunjukkan dengan mengartikulasikan
hubungan antar konsep, menerapkan konsep atau algoritma secara fleksibel, akurat, efisien,
dan tepat ketika menyelesaikan masalah, dan menjelaskan pemahaman konsep matematika
yang dipelajari (Kesumawati, 2008).
Agar matematika abstrak mudah dipahami, sebelum hal lainnya, siswa perlu memahami
ide-ide dasar seperti konteks kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini akan membantu mereka
memvisualisasikan ide-ide matematika dalam situasi dunia nyata dan kemudian
menerjemahkan ide-ide tersebut ke dalam konsep-konsep abstrak, membantu menghilangkan
stigma yang terkait dengan matematika merupakan topik yang menantang. Salah satu strategi
untuk mencoba dan mengubah stigma ini adalah dengan menerapkan matematika pada skenario
dunia nyata atau permasalahan dunia nyata. Saat mengajar matematika, pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik (PMR) memberdayakan siswa untuk secara aktif mengeksplorasi ide-ide
matematika melalui penggunaan peristiwa hipotetis atau dunia nyata (Iis Holisin, 2007).
Budaya lokal tempat tinggal siswa merupakan salah satu hal yang mereka kenal.
Siswa didorong oleh Kurikulum Merdeka untuk mempelajari bagaimana menyusun
proyek Profil Siswa Pancasila yang terdiri dari enam unsur utama, yaitu: 1) kejujuran moral,
kepercayaan, dan kesetiaan kepada Tuhan Yang Maha Esa 2) Keberagaman di seluruh dunia
3) Kerjasama 4) Kemandirian 5) Penerapan berpikir kritis 6) imajinatif (Barlian, 2022).
Berkebinekaan global merupakan salah satu ciri Profil Pelajar Pancasila yang mendorong
peserta didik untuk mengenal identitas dan budaya luhur. Antara pendidikan dan budaya
memiliki peranan yang penting bagi kemajuan Bangsa Indonesia, maka diperlukan penanaman
karakter berbasis budaya lokal di sekolah (Budiarto, 2016). Mengembangkan pengetahuan
matematika peserta didik dapat dilakukan melalui kebudayaan agar peserta didik mampu
menemukan pembelajaran bermakna dan dapat mengembangkan warisan budaya (Shavira,
2021). Etnomatematika adalah studi ilmiah tentang hubungan antara matematika dan budaya
yang diajarkan kepada siswa untuk menjadikan pembelajaran relevan.
Desain Pembelajaran Matematika Topik Transformasi Geometri dengan Pendekatan Realistic Mathematics
Education Berbasis Etnomatematika
117 ALGORITMA - VOLUME 2, NO. 4, JULI 2024
Pada tahun 1977 D’Ambrosio mengenalkan istilah etnomatematika: dari segi bahasa, awalan
“ethno” mengacu pada pengertian yang sangat luas yang mencakup bahasa, jargon, norma perilaku,
mitos, dan simbol, serta latar belakang sosial budaya. Definisi dasar "mathema" biasanya mengacu pada
pengetahuan, pemahaman, dan pelaksanaan tugas termasuk mengukur, mengkode, mengklarifikasi,
menarik kesimpulan, dan membuat model. Akhiran "tics", yang memiliki arti yang sama dengan teknik,
berasal dari techne. Sebaliknya, etnomatematika adalah istilah yang digunakan di Amerika untuk
menggambarkan studi matematika dalam kelompok budaya tertentu, seperti kelompok kerja, kelas
profesional, anak-anak pada usia tertentu, dan masyarakat suku. Etnomatematika merupakan ilmu yang
mempelajari matematika dengan fokus pada budaya lokal, dimana budaya yang diajarkan selaras
dengan target audiens matematika tersebut (Abi, 2016).
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka hal baru dalam penelitian ini adalah
mengembangkan desain pembelajaran dengan pendekatan RME berbasis etnomatematika untuk siswa
SMP pada mata pelajaran matematika. Materi pembelajaran yang dipilih dalam artikel ini terbatas pada
materi transformasi geometri kelas VII SMP Kurikulum Merdeka. Penelitian ini fokus merancang
desain pembelajaran materi transformasi geometri dengan menerapkan RME berbasis etnmatematika
pada tingkat SMP. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimana merancang
pembelajaran matematika pada materi transformasi geometri pada tingkat SMP dengan menerapkan
RME berbasis etnomatematika.
KAJIAN TEORITIS
Realistic Mathematics Education (RME)
Hans Freudenthal, seorang matematikawan Belanda yang tinggal di Belanda sejak
tahun 1970-an, memperkenalkan konsep pendidikan matematika realistik sebagai metodologi
pengajaran (Afsari et al., 2021). Kemudian, sebagai strategi yang dimaksudkan untuk
meningkatkan minat siswa terhadap matematika dan prestasi akademik, sekelompok pendidik
matematika Indonesia mulai mengembangkan teknik serupa yang disebut Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) (Robert K Sembiring, 2010). Minat siswa
ditingkatkan melalui aktivitas belajar dimana siswa aktif dalam menemukan gagasan dan
konsep matematika sesuai dengan pengalamannya saat berkomunkasi dengan lingkungan
sekolah, keluarga dan Masyarakat (Iis Holisin, 2007). Permasalahan sehari-hari yang dialami
siswa akan mendorong mereka untuk berpikir kreatif dan imajinatif untuk menghasilkan solusi
yang segar. Oleh karena itu, siswa dengan berbagai tingkat kemahiran matematika akan
termotivasi untuk memecahkan tantangan(Nursyahidah et al., 2018). PMR akan mengarahkan
siswa untuk memperoleh pengetahuan dari permasalahan dunia nyata yang pada akhirnya
mengarah pada konsep matematika. Selain itu, dari permasalahan kontekstual—yang
e-ISSN: 3046-5427; dan p-ISSN: 3032-6230, Hal. 115-129
berkembang dari situasi konkret ke situasi abstrak—siswa dapat membuat modelnya sendiri
(pengetahuan matematika formal). Melalui proses matematisasi vertikal dan horizontal, model
permasalahan masing-masing diubah menjadi model pengetahuan matematika formal dan
model pengetahuan matematika informal. Selama diskusi, siswa menawarkan argumen dan
interpretasi (Muslimahayati, 2019).
Penjelasan di atas mengarah pada kesimpulan bahwa pendidikan matematika realistik
merupakan strategi pengajaran yang mendorong siswa untuk lebih menggunakan pengalaman
hidup dan pengetahuannya untuk menciptakan ide-ide matematikanya sendiri. Pengetahuan
dan pengalaman dasar siswa selanjutnya akan digunakan untuk membimbing mereka dalam
berpikir abstrak. Agar dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna, maka siswa diajarkan
berpikir kritis dan kreatif serta terlibat aktif dalam proses pembelajaran
Karakteristik Realistic Mathematisc Education (RME)
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) berbeda dari pendekatan lain
karena pendekatan ini menggabungkan pembelajaran melalui skenario dunia nyata yang
otentik. Pendidikan matematika realistik, menurut Gravemeier, melibatkan lima komponen
utama: 1) menggunakan isu-isu kontekstual; 2) menggunakan model; 3) menggunakan
kontribusi siswa; 4) Terjadi interaksi; 5) Materi topik mempunyai hubungan sampai batas
tertentu (Holisin, 2007). Langkah-langkah Berikut cara pembelajaran matematika
menggunakan model Realistic Mathematics Education, berdasarkan lima kualitas tersebut di
atas: 1) Memahami permasalahan kontekstual; 2) Mengklarifikasi permasalahan kontekstual;
3) Mengatasi permasalahan kontekstual; 4) Bandingkan dan bicarakan tanggapannya; 5)
Kesimpulan (Iis Holisin, 2007).
Menurut Gravemeijer, ada tiga prinsip dasar RME yang mungkin bisa menjadi landasan
dalam mengembangkan materi terbuka: Pertama, fenomenologi didaktik; Kedua, penemuan
kembali terpandu dan matematisasi progresif; Ketiga, model yang dikembangkan sendiri; dan
Keempat, penemuan kembali dan matematisasi progresif (Heryan & Zamzaili, 2018).
Dari uraian sebelumnya sudah jelas bahwa ada lima fitur PMR yang dapat menjadi
panduan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dimulai dengan situasi dari kehidupan
sehari-hari, yang dituntut untuk dipahami oleh siswa. Guru kemudian memberikan penjelasan
singkat, disertai rekomendasi dan instruksi, kepada kelas. Siswa akan membuat gagasan
matematikanya sendiri jika ada topik yang tidak mereka pahami. Siswa akan mengatasi
masalah dengan cara mereka sendiri yang unik setelah mereka memiliki pengetahuan yang
jelas tentang masalah tersebut. Setelah pemecahan masalah, hasilnya akan dibandingkan dan
Desain Pembelajaran Matematika Topik Transformasi Geometri dengan Pendekatan Realistic Mathematics
Education Berbasis Etnomatematika
119 ALGORITMA - VOLUME 2, NO. 4, JULI 2024
dianalisis. Dari segi prinsip matematika, hasil yang telah diperoleh dan dibahas secara kolektif
pada akhirnya disimpulkan secara kolektif.
Kemampuan Pemahaman Konsep
Konsep adalah ide yang digunakan dalam membedakan contoh dan bukan contoh.
Definisi adalah batasan yang berasal dari suatu gagasan (Suharto & Widada, 2019). Pemahaman
konsep matematika berkaitan erat dengan pengetahuan yang terkandung dalam ilmu
matematika itu sendiri (Gudino, 1996). Tujuan pendidikan matematika menurut kurikulum
siswa diharuskan memiliki kecakapan dala 1) pemahaman konsep 3) penalaran pola pikir 3)
pemecahan masalah 4) mengkomunikasikan 5) menghargai (Kamarallah, 2017). Berdasarkan
tujuan pendidikan matematika kecakapan penting yang harus dimiliki oleh siswa yaitu
pemahaman konsep, dengan kemampuan pamahaman konsep matematika akan mempermudah
siswa untuk menyelesaikan permasalahan matematika maupun masalah dalam kehidupan
sehari-hari (Kesumawati, 2008).
Sejalan dengan pemaparan diatas menurut Sierpinska (1994) (dalam Barmby et al.,
2007) cara untuk melihat pemahaman konsep matematika yaitu: 1) terdapat tindakan
pemahaman yaitu menghubungkan suatu pengalaman mengenai pengetahuan dengan
pemahaman dasar yang dimiliki 2) ada pemahaman yang diperoleh dari suatu perbuatan 3) ada
proses pemahaman yang melibatkan hubungan yang dibuat antara tindakan pemahaman
melalui proses penalaran, termasuk mengembangkan penjelasan, belajar dengan memberi
contoh, menghubungkan dengan yang pengetahuan sebelumnya, menghubungkan dengan
kiasan dan melaksanakan kegiatan intelektual.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan
desain pembelajaran yang mengacu pada Model Pengembangan Instruksional (MPI). Langkah-
langkah yang dilakukan dalam menyusun sistem pembelajaran adalah identifikasi,
pengembangan, evaluasi, dan revisi (S Atwi, 2014). Desain pembelajaran matematika yang
akan dikembangkan berfokus pada materi transformasi geometri kelas VII SMP Kurikulum
Merdeka. Desain pembelajaran yang dibuat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran karena
akan digunakan oleh siswa, sebagai pedoman untuk mewujudkan proses pembelajaran
matematika sehingga tujuan dan hasil belajar tercapai. Penelitian ini dibatasi pada siswa SMP
yaitu untuk kelas VII menurut analisis kebutuhan dan analisis siswa.
e-ISSN: 3046-5427; dan p-ISSN: 3032-6230, Hal. 115-129
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Pelajar
Desain pembelajaran ini disusun untuk peserta didik kelas VI SMP dengan model
pembelajaran Realistic Mathematics Education berbasis Etnomatematika. Model pembelajaran
Realistic Mathematics Education berbasis Etnomatika dipilih karena peserta didik memiliki
ketertarikan dengan pembelajaran bernuansa kebudayaan Indonesia. Pembelajaran dengan
mangaitkan dengan konteks kehidupan nyata yaitu kebudayaa merupakan pengalaman belajar
yang baru untuk siswa.
Figure 1. Diagram Respon Siswa Mengenai Pembelajaran Bernuansa Kebudayaan
Indonesia
Dalam pembelajaran transformasi geometri, peserta didik cenderung kesulitan dalam
memahami konsepnya dan seringkali tertukar antara translasi, rotasi, refleksi, dan dilatasi
sehingga peserta didik sulit menyelesaikan permasalahan trasnformasi geometri. Hal tersebut
terjadi karena pembelajaran tidak diajarkan dari konsep yang paling seperti peristiwa yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Analisis Kebutuhan
Tabel 1. Capaian Pembelajaran Transfromasi Geometri
Elemen
Capaian Pembelajaran
Geometri
Peserta didik dapat melakukan transformasi
tunggal (refleksi, translasi, rotasi, dan dilatasi)
titik, garis, dan bangun datar pada bidang
koordinat kartesius dan menyelesaikannya
untuk menyelesaikan masalah
Transformasi geometri adalah salah materi yang harus dipelajari oleh peserta didik
kelas SMP pada mata pelajaran matematika. Hal ini tercantum dalam Alur Tujuan Pembeajaran
mtematika Kurikulum Merdeka yang dibut oleh Kemendikbud.
Setelah mempelajari tranformasi geometri, diharapkan peserta didik dapat memahami
konsep transformasi geometri (translasi, refleksi, rotasi, dan dilatasi) dan dapat menyelesaikan
Desain Pembelajaran Matematika Topik Transformasi Geometri dengan Pendekatan Realistic Mathematics
Education Berbasis Etnomatematika
121 ALGORITMA - VOLUME 2, NO. 4, JULI 2024
masalah yang berkaitan dengan materi tersebut. Namun kenyataan dilapangan masih banyak
peserta didik kurang memahami konsep transformasi geometri terdapat 59,4% peserta didik
yang belum mampu memahami konsep transformasi geometri. Peserta didik hanya mampu
memahami materi rotasi namun tidak dapat menggambarkan dengan benar perputaran suatu
bidang datar. Padahal pemahaan konsep pada materi transformasi secara keseluruhan
dibutuhkan untuk menyelesaian masalaha dalam kehidupan sehari-hari.
Analisis Tugas
Perlu dilakukan kegiatan analisis untuk merancang pembelajaran matematika pada
materi transformasi geometri dengan menggunakan model pembelajaran Realistic
Mathematics Education berbasis Etnomatematika. Tujuan dari analisis tugas adalah untuk
mengevaluasi dan merekonsiliasi kesenjangan antara pengetahuan siswa saat ini dan apa yang
masih perlu mereka peroleh agar mereka dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang diperlukan
(AH Brown & TD Green, 2019). Sedangkan tujuan dari pembelajaran yang dibuat untuk membuat
peserta didik memahami konsep transformasi geometri sehingga dapat meneyelesaikan
masalah tersebut.
Rencana kegiatana pembelajaran pada materi transformasi geometri untuk kelas VII
SMP Kurkulum Merdeka sesuai dengan karakteristik pembelajaran Realistic Mathematics
Education (Holisin, 2007)
Tabel 2. SIntak Pembelajaran Berdasarkan Karakteristik RME
Karakteristik
Kegiatan Pembelajaran
Menggunakan masalah kontekstual
Guru menempilkan suatu kebudayaan daerah
setempat dan megajak peserta didik untuk
berdiskusi mengenai kebudayaan daerah
tersebut apakah terdapat unsur matematika di
dalamnya
Menggunakan model
Dari kebudayaan daerah tersebut peserta
didik mengidentifikasi unsur-unsru geomteri
dan perubahan geometri yang terdapat pada
kebudayaan daerah
Menggunakan kontribusi siswa
Peserta didik bersama dengan temannya
berdiskuski untuk menyelesaiakan masalah
yang berkaitan dengan trasnformasi geometri
Terjadi interaksi
Peserta didik saling bertukar pikiran
mengenai masalah matematika yang
diittemukan dalam kebudayaan daerah
Terdapat keterkaitan diantara bagian
dari materi pembelajaran
Peserta didik dan guru menyimpulkan
bersama mengenai unsur-unsur geometri dan
perubahannya yang terdapat pada
kebudayaan daerah
e-ISSN: 3046-5427; dan p-ISSN: 3032-6230, Hal. 115-129
Tujuan dan Hasil Pembelajaran
Perancang desain pembelajaran menggunakan hasil dan tujuan pembelajaran untuk
menentukan perubahan kinerja, perilaku, atau pengetahuan yang dicapai. Untuk lebih
spesifiknya, hasil belajar adalah pernyataan umum tentang informasi yang diharapkan
diperoleh melalui kegiatan pendidikan. Di sisi lain, tujuan pembelajaran adalah langkah-
langkah terukur yang mengarah pada hasil yang lebih signifikan. Karena suatu kompetensi
dasar harus dilaksanakan berkali-kali, maka tujuan pembelajaran disebut juga dengan tujuan
kinerja (AH Brown & TD Green, 2019).
Tujuan Pembelajaran
Capaian pembelajaran pada pembahasan materi tansformasi geometri adalah peserta
didik dapat melakukan transformasi tunggal (refleksi, translasi, rotasi, dan dilatasi) titik, garis,
dan bangun datar pada bidang koordinat kartesius dan menyelesaikannya untuk menyelesaikan
masalah, adapaun uraian tujuan pembelajarannya yaitu:
1. Melakukan refleksi tunggal titik, garis, dan bangun datar pada bidang koordinat
Kartesius.
2. Melakukan translasi tunggal titik, garis, dan bangun datar pada bidang koordinat
Kartesius.
3. Melakukan rotasi tunggal titik, garis, dan bangun datar pada bidang koordinat
Kartesius.
4. Melakukan dilatasi tunggal titik, garis, dan bangun datar pada bidang koordinat
Kartesius.
5. Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan transformasi.
Kesesuaian Pembelajaran yang Dipilih
Dalam pembelajaran matematika, salah satu materi yang dibahas adalah transformasi
geometri. Kemajuan matematika siswa dibantu oleh transformasi geometri. Siswa harus
mampu memecahkan masalah yang melibatkan translasi, refleksi, dilatasi, dan rotasi dalam
lingkungan dunia nyata setelah mempelajari transformasi geometri (Hasna et al., 2022). Oleh
karena itu pemahaman konsep materi transformasi geometri perlu ditingkatkan agar peserta
didik dapat meyelesaikan permasalahan sehari-hari terkait transformasi geometri. Tujuan
pembelaajran dari materi transformasi geometri yaitu memecahkan masalah berkaitan dengan
translasi, refleksi, diatasi, dan rotasi yang seringkali masalahnya ditemui dalam kehidupan
sehari-hari.
Penerapan Realistic Mathematics Education berbasis Etnomatematika dengan tujuan
pembelajaran transformasi geometri diharapakn dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
Desain Pembelajaran Matematika Topik Transformasi Geometri dengan Pendekatan Realistic Mathematics
Education Berbasis Etnomatematika
123 ALGORITMA - VOLUME 2, NO. 4, JULI 2024
konsep melalui kehidupan nyata yakni kebudayaan daerah yang seringkali ditemui di
lingkkungan sekitar. sebagaimana yang telah disampaikan oleh Muslimahayati (2019) bahwa
RME akan mengarahkan siswa untuk memperoleh pengetahuan dari permasalahan dunia nyata
yang pada akhirnya mengarah pada konsep matematika. Adapaun tahap pembelajaran RME
berbasis Etnomatematika yaitu: 1) Memahami permasalahan kontekstual melalui kebudayaan; 2)
Mengklarifikasi permasalahan kontekstual yang terdapat pada kebudayaan setempat; 3) Mengatasi
permasalahan; 4) Bandingkan dan bicarakan tanggapannya; 5) Kesimpulan (Iis Holisin, 2007).
Hasil Pembelajaran dengan Setiap Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu:
1. Melukis bayangan benda hasil transformasi (refleksi, translasi, rotasi, atau dilatasi)
2. Menentukan koordinat bayangan benda hasil transformasi (refleksi, translasi, rotasi,
atau dilatasi) pada koordinat kartesius
3. Menyelesaikan masalah sehari-hari berdasarkan hasil pengamatan yang terkait
penerapan konsep transformasi.
4. Menerapkan transformasi dalam masalah nyata (seni dan alam).
Hubungan Hasil Pembelajaran dengan Tujuan
Hubungan antara hasil dan tujuan pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran RME berbasis Etnomatematika adalah sebagai berikut.
1. Peserta didik dapat melakukan transformasi tunggal (refleksi, translasi, rotasi, dan
dilatasi) titik, garis, dan bangun datar pada bidang koordinat kartesius.
Setelah guru memberikan masalah kontekstual yaitu kebudayaan daerah pada awal
pemebelajaran, peserta didik dapat mengamati unsur-unsur geometri yang terdapat pada
kebudayaan tersebut kemudian mengindetifikasi perubahan atau transformasi pada
unsur-unsur geometri. Kemudian pesserta didik diberikan kesempatan untuk mencari
informasi serta berdisksi dengan temannya.
2. Peserta didi dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan transformasi
Setelah mengumpulkan informasi mengenai transformasi geometri, peserta didik pun
mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan transformasi
Langkah-langkah dan Evaluasi Pembelajaran
Langkah-langkah pemelajaran materi transformasi geometri menggunakan model
pembelajaran Realistic Mathematics Education berdasarkan karakteristik RME sebagai
berikut.
e-ISSN: 3046-5427; dan p-ISSN: 3032-6230, Hal. 115-129
Table 3. Langkah Pembelajaran Model RME
Langkah
Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan
Pembukaan
1. Guru melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa
untuk memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran pesertadidik
sebagai sikap disiplin
2. Guru mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik
denganmateri/kegiatan sebelumnya serta mengajukan pertanyaan
untuk mengingat dan menghubungkan dengan materi selanjutnya
3. Menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan
& manfaat) dengan mempelajari materi : Transformasi
4. Menjelaskan hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan
dicapai, serta metode belajar yang akan ditempuh
Isi
1. Guru memberikan suatu fenomea kebudayaan daerah, peserta
didik mengamati fenomena kebudayaan tersebut
2. Peserta didik mengidentifikasi unsur-unsru geomteri dan
perubahan geometri yang terdapat pada kebudayaan daerah
3. Peserta didik bersama dengan temannya berdiskuski untuk
menyelesaiakan masalah yang berkaitan dengan trasnformasi
geometri
4. Peserta didik saling bertukar pikiran mengenai masalah
matematika yang diittemukan dalam kebudayaan daerah
Penutup
Peserta didik dan guru menyimpulkan bersama mengenai unsur-unsur
geometri dan perubahannya yang terdapat pada kebudayaan daerah
Evaluasi pembelajaran dapat dilakukan melalui penilaian formatif maupun penialain
sumatif. Berikut adalah kisi-kisi untuk mengetahui pemahaman konsep geometri peserta didik.
Table 4. Kisi-kisi Penilaian Sumatif
No
Indikator Soal
Soal
1
Disajikan ilustrasi, peserta
didik dapat menentukan
transformasi yang terjadi
Diketahui gambar berwarna merah merupakan bayangan hasil
transformasi dari gambar berwarna putih.
Identifikasikan transformasi yang terjadi pada poin A, B,
dan C
2
Disajikan suatu motif kain
batik, peserta didik dapat
menggambarkan transformasi
refleksi
Tentukan hasil bayangan motif batik jika direfleksi
terhadap garis 𝑦 = 2
Desain Pembelajaran Matematika Topik Transformasi Geometri dengan Pendekatan Realistic Mathematics
Education Berbasis Etnomatematika
125 ALGORITMA - VOLUME 2, NO. 4, JULI 2024
3
Disajikan suatu motif kain
batik, peserta didik dapat
menggambarkan transformasi
rotasi
Lukislah bayangan motif batik jika di rotasi 90° searah
dengan jarum jam.
4
Disajikan suatu motif kain
batik, peserta didik dapat
menggambarkan transformasi
translasi
Lukislah bayangan motif batik setelah di translasi 𝑇 =
(−3
6)
5
Disajikan suatu motif kain
batik, peserta didik dapat
menggambarkan transformasi
dilatasi
Lukislah bayangan motif batik setelah didilatasi
sebanayak 2 faktor
e-ISSN: 3046-5427; dan p-ISSN: 3032-6230, Hal. 115-129
Penialain jawaban [eserta didik dapat dilakukan menggunakan rubrik sebagai berikut.
Table 5. Rubrik Penilaian
N
O
Bukti
(evidence)
Tujuan
Pembelajaran
Perlu
Bimbingan (0
– 75)
Cukup (75 –
83 )
Baik (84 – 92)
Sangat Baik
( 93 – 100)
1
Mampu
mengidentifika
si macam
macam
transformasi
geometri
Belum mampu
mengidentifika
si macam-
macam
transformasi
geometri
Mampu
mengidentifika
si 1-2 macam
transformasi
geometri
Mampu
mengidentifika
si 2-3 macam
transformasi
geometri
Mampu
mengidentifika
si 3-4 macam
transformasi
geometri
2
Mampu
melukiskan
transformasi
geometri
refleksi.
Belum mampu
melukiskan
bayangan hasil
transformasi
geometri
refleksi.
Mampu
melukiskan
bayangan titik
hasil
transformasi
geometri
refleksi.
Mampu
melukiskan
bayangan titik
dan garis hasil
transformasi
geometri
refleksi.
Mampu
melukiskan
bayangan titk,
garis, dan
bidang hasil
transformasi
geometri
refleksi
3
Mampu
melukiskan
transformasi
geometri rotasi
Belum mampu
melukiskan
bayangan hasil
transformasi
geometri rotasi
Mampu
melukiskan
bayangan titik
hasil
transformasi
geometri rotasi
Mampu
melukiskan
bayangan titik
dan garis hasil
transformasi
geometri rotasi
Mampu
melukiskan
bayangan titik
dan garis hasil
transformasi
geometri rotasi
4
Mampu
melukiskan
transformasi
Belum mampu
melukiskan
bayangan hasil
Mampu
melukiskan
bayangan titik
Mampu
melukiskan
bayangan titik
Mampu
melukiskan
bayangan titik
Desain Pembelajaran Matematika Topik Transformasi Geometri dengan Pendekatan Realistic Mathematics
Education Berbasis Etnomatematika
127 ALGORITMA - VOLUME 2, NO. 4, JULI 2024
geometri
translasi
transformasi
geometri
translasi
hasil
transformasi
geometri
translasi
dan garis hasil
transformasi
geometri
translasi
dan garis hasil
transformasi
geometri
translasi
5
Mampu
melukiskan
transformasi
geometri
dilatasi
Belum mampu
melukiskan
bayangan hasil
transformasi
geometri
dilatasi
Mampu
melukiskan
bayangan titik
hasil
transformasi
geometri
dilatasi
Mampu
melukiskan
bayangan titik
dan garis hasil
transformasi
geometri
dilatasi
Mampu
melukiskan
bayangan titik
dan garis hasil
transformasi
geometri
dilatasi
Tugas Pengujian, Penilaian, dan Analisis
Dalam bidang pendidikan, penilaian terbagi dalam dua jenis: formatif dan sumatif.
Keduanya sangat penting dalam proses pembelajaran karena proses pembelajaranlah yang
menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran di kelas (Dedek Andrian et al., 2024).
A. Penilaian formatif
Penilaian formatif bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dan proses
pembelajaran dari guru ke peserta didik dengan cara mengintegrasikan kemajuan belajar peserta
didik sepanjang proses pembelajaran, memberikan umpan balik untuk perbaikan program, dan
mengidentifikasi kelemahan program (Sutikno et al., 2019).
B. Penialaian sumatif
Penilaian sumatif menghasilkan skor atau nilai numerik yang kemudian digunakan untuk
menentukan prestasi siswa. Setelah selesai satuan pengalaman belajar atau seluruh bahan ajar,
dilakukan latihan penilaian ini. (Magdalena et al., 2020)
KESIMPULAN DAN SARAN
Pengembangan desain pembelajaran pada materi transformasi geometri menggunakan
model pembelajaran Realistic Mathematics Edcuation berbasis Etnomatematika dilakukan
dengan beberapa langkah pembelajaran berdasarkan karakteristik RME yaitu: 1) )
menggunakan isu-isu kebudayaan daerah; 2) menggunakan model; 3) menggunakan kontribusi
siswa; 4) Terjadi interaksi; 5) Materi topik mempunyai hubungan sampai batas tertentu.
Langkah yang dilakukan mengarahkan pada tercapainya tujuan pembelajaran materi
transformasi geometri.
Diakhir kegiatan pembelajaran dilakukan penialain sumatif maupun formatif untuk
melihat sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran serta untuk meliat efektifitas dari desain
pembelajaran Realistic Mathematics Education berbasis Etnomatematika dalam meningkatkan
e-ISSN: 3046-5427; dan p-ISSN: 3032-6230, Hal. 115-129
kemampuan pemahaman konsep siswa SMP. Setelah dilakukan penilaian dilakukan evaluasi
untuk memperbaiki hal yang kurang dalam desain pembelajaran.
UCAPAN TERIMA KASIH
Bagian ini disediakan bagi penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih, baik
kepada pihak penyandang dana penelitian, pendukung fasilitas, atau bantuan ulasan naskah.
Bagian ini juga dapat digunakan untuk memberikan pernyataan atau penjelasan, apabila artikel
ini merupakan bagian dari skripsi/tesis/disertasi/makalah konferensi/hasil penelitian.
DAFTAR REFERENSI
Abi, A. M. (2016). Integrasi etnomatematika dalam kurikulum matematika sekolah. JPMI
(Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia), 1(1), 1.
https://doi.org/10.26737/jpmi.v1i1.75
Afsari, S., Harahap, S. K., & Munthe, L. S. (2021). Systematic literature review: Efektivitas
pendekatan pendidikan matematika realistik pada pembelajaran matematika. Jurnal
Pendidikan Matematika Raflesia, 1(3), 189–197.
Aledya, V. (2019). Kemampuan pemahaman konsep matematika pada siswa.
https://www.researchgate.net/publication/333293321
Andrian, D., Noviarni, Suhandri, Muhandaz, R., Hasibuan, I. M., Agusnimar, Aswanto,
Nofriyandi, & Rizqa, M. (2024). Implementasi formatif dan sumatif asesmen dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Jurnal Pengabdian Masyarakat Bangsa,
2.
Atwi, S. (2014). Desain instruksional modern: Panduan para pengajar & inovator pendidikan.
Erlangga.
Barlian, U. C., Suherman, S., & Rosidi, P. (2022). Implementasi kurikulum merdeka dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Journal of Educational and Language Research.
Barmby, P., Harries, T., Higgins, S., & Suggate, J. (2007). How can we assess mathematical
understanding? (Vol. 2).
Brown, A. H., & Green, T. D. (2019). The essentials of instructional design: Connecting
fundamental principles with process and practice. Routledge.
Budiarto, M. T. (2016). Prosiding Semnasdik. In Matematika FKIP Universitas Madura (Vol.
1).
Hasna, A.-A., Handayani, A. D., & Hima, L. R. (2022). Analisis kemampuan pemecahan
masalah Polya pada materi transformasi geometri.
Desain Pembelajaran Matematika Topik Transformasi Geometri dengan Pendekatan Realistic Mathematics
Education Berbasis Etnomatematika
129 ALGORITMA - VOLUME 2, NO. 4, JULI 2024
Heryan, U., & Zamzaili, Z. (2018). Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa SMA
melalui pendekatan pembelajaran matematika realistik berbasis etnomatematika. Jurnal
Pendidikan Matematika Raflesia, 3. https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr
Holisin, I. (2007). Pembelajaran matematika realistik (PMR).
Kamarallah. (2017). Pendidikan matematika di sekolah kita. Khawarizmi: Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran Matematika, 1(1).
Kesumawati, O. N. (2008). Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematika.
Latif, N. S. (2019). Matematika sebagai ratu dan pelayan ilmu serta matematika sebagai bahasa.
Academia.
Magdalena, I., Rachmadani, A., & Aulia, M. (2020). Penerapan pembelajaran dan penilaian
secara online di masa pandemi SDN Karang Tengah 06 Tangerang. Edisi: Jurnal
Edukasi dan Sains, 2(2). https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi
Muslimahayati. (2019). Kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pendekatan
pembelajaran matematika realistik bernuansa etnomatematika (PMRE).
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/jpmrafa
Nursyahidah, F., Saputro, B. A., & Rubowo, M. R. (2018). Students' problem solving ability
based on realistic mathematics with ethnomathematics. Journal of Research and
Advances in Mathematics Education, 3(1).
http://journals.ums.ac.id/index.php/jramathedu
Sembiring, R. K. (2010). Pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) perkembangan
dan tantangannya.
Shavira, L. E. (2021). Penggunaan alat peraga ABD ajaib dalam pembelajaran matematika
realistik berbasis budaya. Aksioma: Jurnal Matematika Dan Pendidikan, 12(2), 225–
235.
Suharto, S., & Widada, W. (2019). The cognitive structure of students in understanding
mathematical concepts.
Sutikno, Y., Tinggi, S., & Maitreyawira, A. B. (2019). Pentingnya penilaian formatif dosen
terhadap mahasiswa pendidikan keagamaan Buddha. Jurnal Pendidikan Agama
Buddha, 12(2).