Content uploaded by Andrian pramana Suherman
Author content
All content in this area was uploaded by Andrian pramana Suherman on Nov 01, 2024
Content may be subject to copyright.
Content uploaded by Andrian pramana Suherman
Author content
All content in this area was uploaded by Andrian pramana Suherman on Oct 31, 2024
Content may be subject to copyright.
Strategi Penjenamaan Kota: Memahami Interaksi Budaya, Identas, dan Peran Pemangku
Kepenngan dalam Membangun Citra Urban
Andrian Pramana Suherman , Asep Miahuddin
Universitas Pendidikan Indonesia
PENDAHULUAN
Di era globalisasi yang semakin meningkat, penjenamaan tempat telah menjadi alat penng dalam
strategi pembangunan, baik untuk kota maupun daerah pedesaan. Dalam konteks ini, Kabupaten
Guangshan di China menjadi contoh menarik di mana penjenamaan tempat diadopsi sebagai kebijakan
untuk meningkatkan daya tarik dan kesejahteraan ekonomi daerah(Gou et al., 2019) .Strategi ini dak
hanya berfokus pada citra visual, tetapi juga melibatkan pengembangan narasi yang kuat untuk
menarik perhaan masyarakat dan wisatawan.
Penngnya suvenir dalam mendukung citra kota juga telah mendapat perhaan, terutama di St.
Petersburg, di mana penelian menunjukkan bahwa suvenir museum dak hanya berfungsi sebagai
produk komersial, tetapi juga sebagai alat untuk memperkuat citra kota(Trabskaia et al., 2019)
.Interaksi antara budaya lokal dan citra kota memperlihatkan bagaimana elemen-elemen ini saling
mempengaruhi dalam penjenamaan tempat.
Penjenamaan tempat juga berkaitan erat dengan nama perusahaan dan atribut tempat, yang dapat
mempengaruhi persepsi publik terhadap suatu daerah (Bassols i Gardella et al., 2024)Pemahaman
tentang bagaimana nama dan atribut tersebut membentuk strategi branding publik menjadi krusial
dalam menciptakan identas yang kuat dan terintegrasi di kalangan pemangku kepenngan.
Analisis semiok terhadap penjenamaan kota, seper yang dilakukan untuk Rio de Janeiro,
menunjukkan bagaimana simbol dan narasi memainkan peran penng dalam membentuk identas
kota (Lima et al., 2019) Ini menggarisbawahi penngnya pemahaman mendalam tentang konteks
budaya dalam proses branding untuk menarik pengunjung dan menciptakan pengalaman yang
bermakna.
Dalam konteks pandemi COVID-19, dampaknya terhadap prakk penjenamaan tempat yang
parsipaf menjadi isu krusial. Penelian menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah,
masyarakat, dan sektor industri dihadapkan pada tantangan dalam mengambil keputusan strategis di
tengah krisis (Reynolds, 2023). Situasi ini memaksa banyak daerah untuk merespon dengan cepat dan
adapf terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat.
Selanjutnya, studi mengenai "cinta merek kota" menunjukkan hubungan emosional antara
pengunjung dan kota, serta bagaimana pengalaman wisata yang posif dapat membangun loyalitas
dan minat untuk kembali (Ghorbanzadeh, 2024). Dengan demikian, pengembangan citra merek kota
dak hanya bergantung pada elemen visual dan naraf, tetapi juga pada pengalaman yang dirasakan
oleh pengunjung dan penduduk setempat.
Krisis kesehatan global, seper yang dialami selama wabah Ebola, memberikan pelajaran berharga
dalam pengelolaan situasi kris. (Miahuddin et al., 2022) mengeksplorasi bagaimana pengalaman
tersebut dapat diterapkan dalam konteks pandemi COVID-19 dengan menggunakan model sistem
manajemen insiden kris. Pembelajaran dari pengalaman masa lalu dapat membantu organisasi
merumuskan respons yang lebih efekf terhadap tantangan baru.
DAFTAR PUSTAKA
Bassols i Gardella, N., Acevedo, C., & Orjuela Marnez, C. (2024). Place aributes and company
names: an empirical and conceptual study into public branding and business strategies. Journal
of Place Management and Development, 17(3), 325–344. hps://doi.org/10.1108/JPMD-03-
2023-0023
Ghorbanzadeh, D. (2024). City brand love: desnaon aracveness and memorable tourism city
experiences. Tourism Review, 79(3), 703–718. hps://doi.org/10.1108/TR-01-2023-0016
Gou, J., Li, N., Lyu, T., Lyu, X., & Zhang, Z. (2019). Barriers of knowledge transfer and migang
strategies in collaborave management system implementaons. VINE Journal of Informaon
and Knowledge Management Systems, 49(1), 2–20. hps://doi.org/10.1108/VJIKMS-09-2018-
0072
Lima, V., Baiocchi Antunes Corrêa, A., Zanini, M. T., Grubits de Paula Pessôa, L. A., & Reis Irigaray, H.
A. (2019). Branding Rio de Janeiro: a semioc analysis. Markeng Intelligence and Planning,
37(6), 645–659. hps://doi.org/10.1108/MIP-08-2018-0303
Reynolds, L. (2023). COVID-19 and the parcipatory place branding impasse: a study of actor agency.
Journal of Place Management and Development, 16(4), 561–576.
hps://doi.org/10.1108/JPMD-10-2022-0099
Trabskaia, I., Shuliateva, I., Abushena, R., Gordin, V., & Dedova, M. (2019). City branding and museum
souvenirs: towards improving the St. Petersburg city brand: Do museums sell souvenirs or do
souvenirs sell museums? Journal of Place Management and Development, 12(4), 529–544.
hps://doi.org/10.1108/JPMD-06-2017-0049
Miahuddin, A., Pradana, M., Amalina, R., & Kumalasari, D. (2022). Urban Tourism Desnaon Image
Percepon Based on Social Network Analysis: The Example of the Tourist Sites in Yogyakarta. In
THE INTERNATIONAL JOURNAL OF BUSINESS REVIEW (THE JOBS REVIEW) (Vol. 5, Issue 1).
hps://dea.uii.ac.id/