ArticlePDF Available

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% dan 70% Daun Kenikir (Cosmos Caudatus Kunth) Dengan Metode DPPH (2,2 Diphenyl-1 Picrylhydrazyl)

Authors:

Abstract

Antioxidants are molecules that work by warding off free radicals thereby reducing the damaging effects of free radicals. Coronary heart disease is a disease caused by free radicals. Kenikir leaves contain quite high flavonoid metabolite compounds, namely 12.197 mg QE/g. Flavonoids are among the largest natural phenolic compounds in plants that have bioactivity as medicines. The benefits of flavonoids are as anticancer, antifungal, anti-inflammatory, antimicrobial and antioxidant. The aim of this research was to determine the antioxidant activity of 50% and 70% ethanol extract of kenikir leaves (Cosmos caudatus Kunth.) using the DPPH method. This type of research is analytic cross sectional. The results of this study indicate that there is antioxidant activity of 50% and 70% ethanol extract of kenikir leaves (Cosmos caudatus Kunth.) using the DPPH method. The lowest IC50 value was 70% ethanol extract of kenikir leaves, namely 45.573 ± 0.241 ppm. The highest potential antioxidant activity is 70% ethanol extract of kenikir leaves with an IC50 value of 45.573 ± 0.241 ppm. The highest total flavonoid content was 70% ethanol extract of kenikir leaves, namely 17.209 ± 0.297%. The conclusion of this research is that 70% ethanol extract of kenikir leaves (Cosmos caudatus Kunth.) has the highest antioxidant activity with an IC50 value of 45.573 ± 0.241 ppm.
4321
4321
Journal of Comprehensive Science
p-ISSN: 2962-4738 e-ISSN: 2962-4584
Vol. 3. No. 9, September 2024
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% dan 70% Daun Kenikir (Cosmos Caudatus
Kunth) Dengan Metode DPPH (2,2 Diphenyl-1 Picrylhydrazyl)
Syafira Wiji Astuti1*, Ediati Sasmito2
1,2 Universitas Kusuma Husada, Surakarta, Indonesia
Email: syafirawijiastuti.31@gmail.com1*
Abstrak
Antioksidan adalah molekul yang bekerja dengan cara menangkal radikal bebas sehingga
mengurangi efek merusak dari radikal bebas. Penyakit jantung koroner merupakan salah satu
penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas. Daun kenikir memiliki kandungan senyawa
metobolit flavonoid cukup tinggi yaitu sebesar 12,197 mg QE/g. Flavonoid termasuk senyawa
fenolik alam terbesar pada tumbuhan yang memiliki bioaktifitas sebagai obat. Adapun khasiat
flavonoid adalah sebagai antikanker, antijamur, antiinflamasi, antimikroba dan antioksidan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol 50% dan 70%
daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dengan metode DPPH. Jenis penelitian ini adalah
analytic cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat aktivitas antioksidan
ekstrak etanol 50% dan 70% daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dengan metode DPPH.
Nilai IC50 yang paling rendah adalah ekstrak etanol 70% daun kenikir yakni sebesar 45,573 ±
0,241 ppm. Potensi aktivitas antioksidan yang paling tinggi adalah ekstrak etanol 70% daun
kenikir dengan nilai IC50 sebesar 45,573 ± 0,241 ppm. Kadar flavonoid total yang paling tinggi
adalah ekstrak etanol 70% daun kenikir yakni sebesar 17,209 ± 0,297%. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah ekstrak etanol 70% daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) memiliki
aktivitas antioksidan yang paling tinggi dengan nilai IC50 sebesar 45,573 ± 0,241 ppm.
Kata Kunci: Antioksidan, Daun Kenikir, DPPH
Abstract
Antioxidants are molecules that work by warding off free radicals thereby reducing the
damaging effects of free radicals. Coronary heart disease is a disease caused by free radicals.
Kenikir leaves contain quite high flavonoid metabolite compounds, namely 12.197 mg QE/g.
Flavonoids are among the largest natural phenolic compounds in plants that have bioactivity
as medicines. The benefits of flavonoids are as anticancer, antifungal, anti-inflammatory,
antimicrobial and antioxidant. The aim of this research was to determine the antioxidant
activity of 50% and 70% ethanol extract of kenikir leaves (Cosmos caudatus Kunth.) using the
DPPH method. This type of research is analytic cross sectional. The results of this study
indicate that there is antioxidant activity of 50% and 70% ethanol extract of kenikir leaves
(Cosmos caudatus Kunth.) using the DPPH method. The lowest IC50 value was 70% ethanol
extract of kenikir leaves, namely 45.573 ± 0.241 ppm. The highest potential antioxidant activity
is 70% ethanol extract of kenikir leaves with an IC50 value of 45.573 ± 0.241 ppm. The highest
total flavonoid content was 70% ethanol extract of kenikir leaves, namely 17.209 ± 0.297%.
The conclusion of this research is that 70% ethanol extract of kenikir leaves (Cosmos caudatus
Kunth.) has the highest antioxidant activity with an IC50 value of 45.573 ± 0.241 ppm.
Keywords: Antioxidant, Kenikir Leaves, DPPH
4322
4322
PENDAHULUAN
Antioksidan adalah molekul yang cukup stabil, bekerja dengan cara menangkal radikal
bebas sehingga mengurangi efek merusak dari radikal bebas. Terdapat 2 jenis antioksidan yaitu
antioksidan yang berupa enzim dan non enzim. Yang termasuk antioksidan enzim adalah
katalase, glukosa 6 fosfat, glutation peroksidase (GPX) dan superoksida dismutase (SOD).
Sedangkan antioksidan non enzim adalah ferritin, asam askorbat dan alfa tokoferol. SOD
mempercepat konversi radikal bebas superoksida anion menjadi hidrogen peroksida (H2O2)
dan oksigen (O2) kemudian H2O2 diubah menjadi H2O (air). Apabila produksi ROS meningkat
dan antioksidan di dalam tubuh menurun, maka terjadilah ketidakseimbangan dan keadaan ini
disebut sebagai stress oksidatif (Aman, 2017).
Radikal bebas disebabkan oleh 2 faktor yaitu endogen dan eksogen. Faktor endogen
adalah mitokondria, peroksisom, retikulum endoplasma dan sel fagositosis. Sedangkan sumber
eksogen adalah polusi, alkohol, asap rokok, bahan metal, limbah industri, pestisida, radiasi dan
obat-obatan tertentu seperti parasetamol dan halotan. ROS merupakan produk metabolisme
oksigen yang memiliki sedikitnya 1 elektron tidak berpasangan dan bersifat tidak stabil. Stress
oksidatif memiliki kemampuan untuk merusak enzim, lipid, protein, karbohidrat dan DNA
sehingga menyebabkan kerusakan dan kematian sel (Prasetyaningsih et al., 2023).
Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh radikal
bebas (Santosa & Baharuddin, 2020). Dalam sistem kardiovaskular, ROS dapat menyebabkan
hipertrofi pada sel otot polos dan dinding arteri, kerusakan sel kardiomiosit, apoptosis dan
kerusakan miokard. Hal ini dapat terjadi karena meningkatnya denyut jantung dan naiknya
tekanan darah sistolik. Untuk mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas, tubuh memiliki
mekanisme pertahanan intrinsik yang disebut sebagai sistem antioksidan. Pembentukan
oksidan dan peroksidasi lipid dapat dicegah dengan antioksidan dengan memberikan
perlindungan kepada LDL dari proses oksidasi. Antioksidan ini akan menangkap radikal
hidroksil (OH) pada tahap reaksi peroksidasi lemak, protein atau molekul lainnya pada
membran sel normal. Antioksidan juga dapat melindungi jaringan dari kerusakan akibat ROS.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian penyakit
jantung koroner semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan prevalensi penyakit jantung
koroner di Indonesia sebesar 1,5% yang artinya 15 dari 1.000 orang Indonesia menderita
penyakit jantung (Riskesdas, 2018). Angka kejadian penyakit jantung koroner di Jawa Tengah
cukup tinggi yakni sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 337,252 orang. Laporan tersebut
diperoleh dari diagnosis dokter/gejala. Di Kota Surakarta, angka kejadian penyakit jantung
koroner sebesar 8,79%. Angka ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi
penyakit jantung koroner di Indonesia yang hanya sebesar 1,5% (Salsabyla & Wulandari,
2023).
Antihipertensi adalah obat kardiovaskular yang sering diberikan untuk kasus jantung
koroner. Obat hipertensi yang sering digunakan adalah golongan CCB (Calcium Channel
Blocker). Calcium Channel Blocker memiliki mekanisme aksi mencegah kalsium memasuki
sel-sel jantung dan dinding pembuluh darah, mengakibatkan penurunan tekanan darah. CCB
juga sering digunakan untuk mengubah detak jantung, untuk mencegah vasospasme serebral,
untuk mengelola migrain dan untuk mengurangi nyeri dada yang disebabkan oleh angina
pektoris (Putri et al., 2023).
ADR (Adverse Drug Reaction) umum dari CCB meliputi sakit kepala, sembelit, ruam,
mual, muka memerah, edema (akumulasi cairan) dalam jaringan), mengantuk, tekanan darah
rendah dan pusing. Terkadang, penggunaan amlodipine dibatasi karena efek sampingnya yang
dapat menyebabkan edema perifer dan sakit kepala. Sehingga terapi kombinasi dengan dosis
rendah lebih disarankan daripada monoterapi dengan dosis tinggi. Namun, kekhawatiran
tentang efek samping ini membuat dokter jarang meresepkan obat ini meskipun sudah terbukti
khasiatnya (Nugraheni & Hidayat, 2021).
4323
4323
Untuk meminimalisir efek samping yang ditimbulkan, pasien lebih memilih pengobatan
tradisional. Selain itu pengobatan tradisional dipilih karena harganya yang murah, mudah
ditemukan dan prosesnya yang sederhana (Andira & Pudjibudojo, 2020). Daun kenikir
merupakan tanaman herbal yang memiliki potensi antioksidan. Daun kenikir memiliki
kandungan senyawa metobolit flavonoid tinggi cukup yaitu sebesar 12,197 mg QE/g.
Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam terbesar pada tumbuhan yang berpotensi sebagai
antioksidan dan memiliki bioaktifitas sebagai obat (Firdiyani et al., 2015).
Antioksidan dapat melindungi tubuh dari paparan radikal bebas yang bersifat toksik pada
sel. Radikal bebas adalah senyawa yang dihasilkan oleh reaksi oksidatif. Penyakit yang dapat
ditimbulkan akibat stres oksidatif yaitu penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus
dan kanker (Mareta, 2020). Adapun khasiat flavonoid adalah sebagai antikanker, antijamur,
antiinflamasi, antimikroba dan antioksidan (Dewi & Riyandari, 2020). Berdasarkan latar
belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait aktivitas antioksidan
ekstrak etanol 50% dan 70% daun kenikir dengan metode DPPH.
Berdasarkan penelitian terbaru, daun kenikir (Cosmos caudatus) telah terbukti memiliki
potensi kuat sebagai sumber antioksidan alami, terutama berkat kandungan flavonoid dan
senyawa fenoliknya yang tinggi. Lamatapu et al., (2021) mengungkapkan bahwa flavonoid
dalam kenikir mampu menetralkan radikal bebas dengan mengikat elektron yang tidak stabil,
sehingga mengurangi peroksidasi lipid dan kerusakan DNA. Penelitian oleh Ramadhan, (2019)
menggunakan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kenikir memiliki
kapasitas antioksidan signifikan dengan nilai IC50 rendah, memperkuat potensinya dalam
menangkal radikal bebas. Selain itu, Vinnata, (2018) menegaskan bahwa ekstrak etanol 70%
daun kenikir memberikan hasil yang lebih efektif dalam menghambat radikal bebas
dibandingkan konsentrasi yang lebih rendah. Dalam konteks kesehatan kardiovaskular,
Satriyani, (2021) mencatat bahwa senyawa flavonoid pada kenikir dapat mencegah oksidasi
LDL yang berhubungan dengan aterosklerosis, melindungi dari kerusakan sistem
kardiovaskular akibat stres oksidatif. Keseluruhan temuan ini menunjukkan bahwa daun
kenikir memiliki prospek besar sebagai terapi pencegahan terhadap penyakit kronis terkait
radikal bebas, seperti penyakit jantung koroner, diabetes, dan kanker.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analytic cross sectional. Desain analytic cross sectional
merupakan desain penelitian yang bertujuan untuk mengkaji hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat pada periode waktu tertentu. Karakteristik desain penelitian analytic cross
sectional adalah tidak terdapat kelompok kontrol namun memiliki kelompok pembanding.
Data yang akan dikumpulkan dapat disesuaikan dengan subjek studi. Hasil dari penelitian
analytic cross sectional dapat dikembangkan untuk penelitian eksperimen lanjutan (Widia,
2017).
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan elemen dalam penelitian meliputi objek dan subjek dengan
karakteristik tertentu (Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman kenikir.
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam
suatu penelitian (Sugiyono, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah daun kenikir yang
diperoleh dari pasar Telukan, Grogol, Sukoharjo.
1) Kriteria inklusi:
Daun kenikir yang masih segar, berwarna hijau tua dan yang berukuran besar.
2) Kriteria eksklusi
Daun kenikir yang sudah layu, berwarna hijau kekuningan dan yang berukuran kecil.
4324
4324
Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam Universitas
Kusuma Husada Surakarta. Dengan rentang waktu Februari-Juni 2024.
Cara Pengumpulan Data
Determinasi Tanaman
Sebelum dilakukan penelitian terhadap sampel tanaman, terlebih dahulu dilakukan
determinasi. Determinasi daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dilakukan di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu yang
berlokasi di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.
Pengambilan Sampel
Daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth) diperoleh dari pedagang pasar Telukan, Grogol,
Sukoharjo. Sampel diambil secara acak sederhana. Daun kenikir yang dipilih adalah daun yang
berwarna hijau dan masih segar.
Preparasi Sampel
Daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) disortasi basah dan dicuci lalu dipisahkan dari
tangkainya kemudian ditimbang sebanyak 8 kg. Kemudian dipotong kecil-kecil agar mudah
diblender. Setelah itu, daun kenikir dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 50oC selama 6
jam. Daun kenikir yang telah dikeringkan kemudian dihaluskan dengan cara diblender.
Kemudian diayak menggunakan ayakan 60 mesh agar diperoleh serbuk yang lebih halus
sehingga memudahkan proses ekstraksi.
Proses Maserasi
Maserasi dilakukan dengan perbandingan serbuk simplisia dan pelarut dengan
perbandingan 1:3. Sebanyak 600 gram serbuk daun kenikir dimaserasi menggunakan etanol
50% dan 70% masing-masing sebanyak 1,8 liter. Maserasi dilakukan selama 3x24 jam dengan
sesekali pengadukan pada tiap harinya. Kemudian ekstrak disaring dan dipekatkan pada water
bath dengan suhu 75oC selama 1x24 jam. Lalu dilakukan perhitungan rendemen ekstrak dengan
rumus sebagai berikut.
Rendemen ekstrak = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 x 100%
Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini menggunakan One Way ANOVA untuk menganalisis data. Disebut
sebagai One Way ANOVA karena pada variabel penelitian hanya memiliki 1 variabel terikat.
One Way ANOVA ini akan menghitung jumlah eksperimen, rata-rata, standar deviasi, standar
galat rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, interval keyakinan rata-rata, uji Levene’s
untuk kesamaan varian dan tabel ANOVA. One Way ANOVA ini digunakan untuk melakukan
uji rata-rata perlakuan dari sebuah percobaan yang menggunakan 1 faktor yang memiliki 3 atau
lebih kelompok. Pada One Way ANOVA hanya menguji 1 faktor saja (Wijaya et al., 2024).
Untuk menarik kesimpulan dapat menggunakan dasar sebagai berikut.
1) Jika nilai sign/p value > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan signifikan nilai rata-rata antar
kategori/level faktor.
2) Jika nilai sign/p value < 0,05, maka terdapat perbedaan signifikan nilai rata-rata antar
kategori/level factor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi Tanaman
Hasil dari determinasi tanaman daun kenikir adalah sebagai berikut.
4325
4325
Tabel 1. Hasil Determinasi Tanaman
Nama
Tanaman
Hasil Determinasi
Famili
Spesies
Sinonim
Daun
Kenikir
Asteraceae
Cosmos caudatus
Kunth.
Bidens caudate (Kunth.)
Sch.Bip.
Berdasarkan hasil determinasi tanaman pada tabel di atas, menunjukkan bahwa daun
kenikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar berasal dari famili Asteraceae dan
spesies Cosmos caudatus Kunth.
Ekstrak
Ekstraksi
Hasil dari ekstrasi ekstrak etanol 50% dan 70% daun kenikir adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Ekstraksi
Kelompok
Berat
kering (g)
Berat
ekstrak (g)
Rendemen
(%)
Ekstrak etanol 50%
daun kenikir
600 g
65,42 g
10,90%
Ekstrak etanol 70%
daun kenikir
600 g
69,92 g
11,65%
Berdasarkan hasil ekstraksi pada tabel di atas, menunjukkan bahwa ekstraksi daun
kenikir menggunakan 2 pelarut yang berbeda menghasilkan ekstrak etanol 50% sebesar 65,42
g dan ekstrak etanol 70% sebesar 69,92 g.
Uji Organoleptis
Hasil dari uji organoleptis ekstrak etanol 50% dan 70% daun kenikir adalah sebagai
berikut.
Tabel 3. Hasil Uji Organoleptis
Kelompok
Warna
Aroma
Tekstur
Ekstrak etanol 50% daun
kenikir
Coklat kehitaman agak
pekat
Khas
aromatik
Kental
Ekstrak etanol 70% daun
kenikir
Coklat kehitaman sangat
pekat
Khas
aromatik
Kental
Berdasarkan hasil uji organoleptis pada tabel di atas, menunjukkan bahwa ekstrak etanol
50% daun kenikir berwarna coklat kehitaman agak pekat, beraroma khas aromatik dan
bertekstur kental. Sedangkan pada ekstrak etanol 70% daun kenikir berwarna coklat kehitaman
sangat pekat, beraroma khas aromatik dan bertekstur kental.
Skrining Fitokimia
Hasil dari skrining fitokimia ekstrak etanol 50% dan 70% daun kenikir adalah sebagai
berikut.
Tabel 4. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 50% Daun Kenikir
Kelompok
Kandungan
Kimia
Reagen
Hasil
Keterangan
Ekstrak
etanol 50%
daun kenikir
Flavonoid
Serbuk
magnesium dan
HCl pekat
Perubahan warna
menjadi jingga
kemerahan
+
Flavonoid
4326
4326
Alkaloid
Mayer
HCl pekat dan
Reagen Mayer
Terbentuknya
endapan putih
kekuningan
+
Alkaloid
Alkaloid
Dragendorff
HCl pekat dan
Reagen
Dragendorff
Terbentuknya
endapan jingga
kemerahan
+
Alkaloid
Terpenoid
Reagen
Liebermann
Burchard
Perubahan warna
menjadi ungu
kehitaman
+
Terpenoid
Tanin
FeCl3
Perubahan warna
menjadi hijau
kehitaman
+
Tanin
Saponin
HCl pekat
Terbentuknya
busa stabil
dengan tinggi 1
cm
+
Saponin
Tabel 5. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Daun Kenikir
Kelompok
Kandungan
Kimia
Reagen
Hasil
Keterangan
Ekstrak
etanol 70%
daun kenikir
Flavonoid
Serbuk
magnesium dan
HCl pekat
Perubahan warna
menjadi jingga
kemerahan
+
Flavonoid
Alkaloid
Mayer
HCl pekat dan
Reagen Mayer
Terbentuknya
endapan putih
kekuningan
+
Alkaloid
Alkaloid
Dragendorff
HCl pekat dan
Reagen
Dragendorff
Terbentuknya
endapan jingga
kemerahan
+
Alkaloid
Terpenoid
Reagen
Liebermann
Burchard
Perubahan warna
menjadi ungu
kehitaman
+
Terpenoid
Tanin
FeCl3
Perubahan warna
menjadi hijau
kehitaman
+
Tanin
Saponin
HCl pekat
Terbentuknya
busa stabil
dengan tinggi 1
cm
+
Saponin
Berdasarkan hasil skrining fitokimia pada tabel di atas, menunjukkan bahwa ekstrak
etanol 50% dan 70% daun kenikir memiliki kandungan kimia seperti flavonoid, alkaloid,
terpenoid, tanin dan saponin.
Uji Aktivitas Antioksidan
Hasil dari uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol 50%, 70% daun kenikir dan kuersetin
adalah sebagai berikut.
4327
4327
Gambar 1. Persamaan Regresi Linear Ekstrak Etanol 50% Daun Kenikir Replikasi 1
Gambar 2. Persamaan Regresi Linear Ekstrak Etanol 50% Daun Kenikir Replikasi 2
Gambar 3. Persamaan Regresi Linear Ekstrak Etanol 50% Daun Kenikir Replikasi 3
Tabel 6. Hasil Uji Aktivitas Antiosidan Ekstrak Etanol 50% Daun Kenikir
Kelompok
Replikasi
Nilai IC50
(ppm)
Rata-rata (ppm) ±
SD
Ekstrak etanol 50% daun
kenikir
1
47,386
47,017 ± 0,261
2
46,809
3
46,856
4328
4328
Gambar 4. Persamaan Regresi Linear Ekstrak Etanol 70% Daun Kenikir Replikasi 1
Gambar 5. Persamaan Regresi Linear Ekstrak Etanol 70% Daun Kenikir Replikasi 2
Gambar 6. Persamaan Regresi Linear Ekstrak Etanol 70% Daun Kenikir Replikasi 3
Tabel 7. Hasil Uji Aktivitas Antiosidan Ekstrak Etanol 70% Daun Kenikir
Kelompok
Replikasi
Nilai IC50
(ppm)
Rata-rata (ppm) ±
SD
Ekstrak etanol 70% daun
kenikir
1
45,386
45,573 ± 0,241
2
45,420
3
45,914
4329
4329
Gambar 7. Persamaan Regresi Linear Kuersetin Replikasi 1
Gambar 8. Persamaan Regresi Linear Kuersetin Replikasi 2
Gambar 9. Persamaan Regresi Linear Kuersetin Replikasi 3
Tabel 8. Hasil Uji Aktivitas Antiosidan Kuersetin
Kelompok
Replikasi
Nilai IC50
(ppm)
Rata-rata (ppm) ±
SD
Kuersetin
1
48,941
48,939 ± 0,029
2
48,903
3
48,975
Berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan pada tabel di atas, menunjukkan bahwa ekstrak
etanol 50% daun kenikir memiliki nilai IC50 sebesar 47,017 ± 0,261 ppm. Pada ekstrak etanol
dan 70% daun kenikir memiliki nilai IC50 sebesar 45,573 ± 0,241 ppm. Sedangkan pada baku
pembanding kuersetin memiliki nilai IC50 sebesar 48,939 ± 0,029 ppm.
4330
4330
Potensi Aktivitas Antioksidan
Hasil dari uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol 50% dan 70% daun kenikir adalah
sebagai berikut.
Tabel 9. Potensi Aktivitas Antioksidan
Kelompok
Nilai IC50 (ppm) ± SD
Potensi
Ekstrak etanol 50% daun kenikir
47,017 ± 0,261
Sangat kuat
Ekstrak 70% daun kenikir
45,573 ± 0,241
Sangat kuat
Kuersetin
48,939 ± 0,029
Sangat kuat
Berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan pada tabel di atas, menunjukkan bahwa ekstrak
etanol 50%, 70% daun kenikir dan baku pembanding kuersetin memiliki nilai IC50 yang berada
pada rentang <50 ppm. Sehingga kelompok tersebut memiliki potensi aktivitas antioksidan
yang sangat kuat.
Penetapan Kadar Flavonoid Total
Hasil dari penetapan kadar flavonoid total ekstrak etanol 50% dan 70% daun kenikir
adalah sebagai berikut.
Gambar 10. Kurva Baku Kuersetin
Tabel 10. Penetapan Kadar Flavonoid Total
Kelompok
Replikasi
KFT (mg
QE/g)
%
Rata-rata (%)
± SD
Ekstrak etanol 50% daun
kenikir
1
4
10
10,312 ± 0,255
2
4.125
10,312
3
4.25
10,625
Ekstrak etanol 70% daun
kenikir
1
7.033
17,585
17,209 ± 0,297
2
6.743
16,857
3
6.875
17,187
Berdasarkan hasil penetapan kadar flavonoid total pada tabel di atas, menunjukkan bahwa
ekstrak etanol 50% daun kenikir mengandung senyawa flavonoid sebesar 10,312% dalam 0,04
g ekstrak. Sedangkan pada ekstrak etanol 70% daun kenikir mengandung senyawa flavonoid
sebesar 17,209% dalam 0,04 g ekstrak.
Analisis Data
Hasil dari uji normalitas ekstrak etanol 50%, 70% daun kenikir dan baku pembanding
kuersetin adalah sebagai berikut.
4331
4331
Tabel 11. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
Nilai IC50
Daun Kenikir 50%
.359
3
.
.811
3
.140
Daun Kenikir 70%
.365
3
.
.798
3
.110
Kuersetin
.181
3
.
.999
3
.939
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel di atas, menunjukkan bahwa ekstrak etanol
50%, 70% daun kenikir dan baku pembanding kuersetin memiliki p value > 0,05. Sehingga
kelompok tersebut terdistribusi normal.
Hasil dari uji homogenitas ekstrak etanol 50%, 70% daun kenikir dan baku pembanding
kuersetin adalah sebagai berikut.
Tabel 12. Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Nilai IC50
Based on Mean
6.100
2
6
.036
Based on Median
.477
2
6
.642
Based on Median and with adjusted df
.477
2
4.006
.652
Based on trimmed mean
4.967
2
6
.053
Berdasarkan uji homogenitas pada tabel di atas, menunjukkan bahwa ekstrak etanol 50%,
70% daun kenikir dan baku pembanding kuersetin memiliki p value > 0,05. Sehingga
kelompok tersebut terdistribusi homogen.
Hasil dari uji One Way ANOVA ekstrak etanol 50%, 70% daun kenikir dan baku
pembanding kuersetin adalah sebagai berikut.
Tabel 13. Uji One Way ANOVA
ANOVA
Nilai IC50
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
17.113
2
8.557
134.185
.000
Within Groups
.383
6
.064
Total
17.496
8
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Nilai IC50
Tukey HSD
(I) Kelompok
(J) Kelompok
Mean
Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Daun Kenikir
50%
Daun Kenikir
70%
1.443667*
.206182
.001
.81104
2.07629
Kuersetin
-1.922667*
.206182
.000
-2.55529
-1.29004
4332
4332
Daun Kenikir
70%
Daun Kenikir
50%
-1.443667*
.206182
.001
-2.07629
-.81104
Kuersetin
-3.366333*
.206182
.000
-3.99896
-2.73371
Kuersetin
Daun Kenikir
50%
1.922667*
.206182
.000
1.29004
2.55529
Daun Kenikir
70%
3.366333*
.206182
.000
2.73371
3.99896
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA pada tabel di atas, menunjukkan bahwa ekstrak
etanol 50%, 70% daun kenikir dan baku pembanding kuersetin memiliki p value < 0,05.
Sehingga kelompok tersebut memiliki perbedaan signifikan.
Antioksidan adalah molekul yang bekerja dengan cara menangkal radikal bebas sehingga
mengurangi efek merusak dari radikal bebas. Menurut Riskesdas tahun 2018, angka kejadian
penyakit jantung koroner semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan prevalensi sebesar
1,5% di Indonesia. Daun kenikir merupakan tanaman herbal yang berpotensi sebagai
antioksidan karena mengandung senyawa flavonoid cukup tinggi yaitu sebesar 12,197 mg
QE/g. Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam terbesar pada tumbuhan yang berpotensi
sebagai antioksidan dan memiliki bioaktifitas sebagai obat.
Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman merupakan proses penentuan nama dan jenis tanaman secara
spesifik (Soemarie et al., 2017). Determinasi bertujuan untuk mengetahui kebenaran tanaman
yang akan diteliti sehingga terhindar dari kesalahan dalam pengumpulan bahan dan
kemungkinan tercampurnya tanaman yang akan diteliti dengan tanaman lain (Klau &
Hesturini, 2021). Telah dilakukan determinasi tanaman daun kenikir (Cosmos caudatus
Kunth.) pada 22 Januari 2024 di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional Tawangmangu yang berlokasi di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil determinasi pada tabel 4.1, menunjukkan bahwa daun kenikir berasal dari
famili Asteraceae dan spesies Cosmos caudatus Kunth. Sinonim daun kenikir adalah Bidens
caudate (Kunth.) Sch.Bip. Sehingga tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar
daun kenikir.
Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai (Hadyprana et al.,
2021). Dalam penelitian ini akan dibuat ekstrak etanol 50% dan 70% daun kenikir yang
kemudian akan dilakukan skrining fitokimia, uji aktivitas antioksidan dan penetapan kadar
flavonoid total. Sampel untuk membuat ekstrak etanol 50% dan 70% daun kenikir diperoleh
dari pasar Telukan, Grogol, Sukoharjo. Kriteria pengambilan sampel adalah daun kenikir yang
masih segar, berwarna hijau tua dan yang berukuran besar.
Preparasi Sampel
Preparasi sampel bertujuan untuk meminimalkan adanya pengotor yang akan menganggu
proses pengujian dengan mengeliminasi komponen-komponen selain sampel. Daun kenikir
yang sudah disortasi basah dan dicuci lalu dipisahkan dari tangkainya kemudian ditimbang
sebanyak 8 kg dan dipotong kecil-kecil agar mudah diblender. Setelah itu, dikeringkan dengan
cara dioven pada suhu 50oC selama 6 jam. Penggunaan suhu yang terlalu tinggi mengakibatkan
hilangnya senyawa volatil sedangkan suhu yang terlalu rendah mengakibatkan pengeringan
tidak efisien (Arief, 2018).
Daun kenikir yang telah dikeringkan kemudian dihaluskan dengan cara diblender.
Kemudian diayak agar diperoleh serbuk yang lebih halus sehingga memudahkan proses
4333
4333
ekstraksi. Karena simplisia berupa daun, maka menggunakan ayakan 60 mesh (Salsabillah et
al., 2021). Setelah dikeringkan, diperoleh simplisia daun kenikir sebanyak 1,858 kg.
Ekstraksi
Metode maserasi dipilih karena relatif mudah dan tidak perlu pemanasan sehingga
senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam bahan alam tidak mudah rusak dan terurai.
Perbandingan serbuk simplisia dan pelarut yaitu 1:3. Sebanyak 600 gram serbuk daun kenikir
dimaserasi menggunakan etanol 50% dan 70% masing-masing sebanyak 1,8 liter. Maserasi
dilakukan selama 3x24 jam dengan pengadukan pada tiap harinya. Kemudian ekstrak disaring
dan dipekatkan pada water bath dengan suhu 75oC selama 1x24 jam.
Ekstrak kental yang diperoleh kemudian ditimbang untuk dihitung rendemen ekstraknya.
Rendemen ekstrak adalah perbandingan antara berat ekstrak yang diperoleh dengan berat awal
simplisia. Parameter rendemen ekstrak yang baik adalah >10%. Seemakin tinggi rendemen
maka semakin tinggi pula kandungan zat yang tertarik pada suatu bahan baku. Berdasarkan
hasil ekstraksi pada tabel 4.2, menunjukkan bahwa rendemen ekstrak daun kenikir dengan
pelarut etanol 50% sebesar 65,42 g dan etanol 70% sebesar 69,92 g. Rendemen ekstrak etanol
50% dan 70% daun kenikir tersebut dikatakan baik karena >10%.
Terdapat perbedaan rendemen pada ekstrak etanol 50% dan 70%. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan tingkat kepolaran pelarut yang digunakan sehingga dapat mempengaruhi tingkat
kelarutan suatu senyawa bahan yang diekstraksi ke dalam pelarut. Jenis dan tingkat kepolaran
pelarut menentukan jenis dan jumlah senyawa yang dapat diekstrak dari bahan. Pelarut akan
menarik senyawa yang mempunyai kepolaran yang sama atau mirip dengan kepolaran pelarut
yang digunakan.
Uji Organoleptis
Uji organoleptis atau disebut juga uji indera merupakan cara pengujian suatu sampel
menggunakan indera manusia sebagai alat utama. Indera yang digunakan dalam uji
organoleptis adalah mata, hidung dan tangan (Gusnadi et al., 2021). Berdasarkan hasil uji
organoleptis pada tabel 4.2.2, menunjukkan bahwa ekstrak etanol 50% daun kenikir berwarna
coklat kehitaman agak pekat, beraroma khas aromatik dan bertekstur kental. Sedangkan pada
ekstrak etanol 70% daun kenikir berwarna coklat kehitaman sangat pekat, beraroma khas
aromatik dan bertekstur kental.
Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia (screening phytochemical) atau disebut juga penapisan fitokimia
merupakan tahap awal sebelum melakukan penelitian fitokimia lebih lanjut. Tahap ini
bertujuan untuk mengidentifikasi komponen metabolit sekunder yang terdapat pada sampel
dari berbagai jenis tanama. Golongan metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman
akan teridentifikasi dari hasil skrining fitokimia dengan mengamati perubahan warna secara
visual.
Berdasarkan hasil skrining fitokimia pada tabel 4.2.3, menunjukkan bahwa ekstrak etanol
50% dan 70% daun kenikir memiliki kandungan kimia seperti flavonoid, alkaloid, terpenoid,
tanin dan saponin.
1) Flavonoid
Tujuan penambahan serbuk Magnesium dan HCl pekat adalah untuk mereduksi inti
benzopiron yang terdapat pada struktur flavonoid sehingga terbentuk garam flavilium dan
menghasilkan warna jingga kemerahan.
2) Alkaloid
Tujuan penambahan reagen Mayer adalah mereaksikan nitrogen dengan ion logam K+
dari kalium tetraiodomerkurat membentuk kalium alkaloid kompleks yang mengendap.
Adapun tujuan penambahan reagen Dragendorff adalah mereaksikan bismut nitrat dengan
kalium iodida sehingga tebentuk endapan bismut iodida, yang kemudian melarut dalam kalium
iodida membentuk kalium tetraiodobismutat kompleks yang mengendap (Dewi et al., 2021).
4334
4334
3) Terpenoid
Tujuan penambahan reagen Liebermann Burcard adalah agar atom C pada anhidrat
membentuk karbokation. Setelah itu terjadi reaksi antara karbokation dengan atom O pada
gugus OH yang menghasilkan warna ungu kehitaman.
4) Tanin
Tujuan penambahan FeCl3 adalah mereaksikan dengan gugus hidroksil yang ada pada
senyawa tanin sehingga menghasilkan warna hijau kehitaman.
5) Saponin
Tujuan penambahan HCl pekat adalah meningkatkan kepolaran sehingga gugus hidrofil
memiliki ikatan yang lebih kuat sehingga terbentuk busa stabil. Gugus polar menghadap ke
luar sedangkan gugus non polar menghadap ke dalam pada struktur misel. Keadaan ini yang
akan membentuk busa.
Uji Aktivitas Antioksidan
Uji aktivitas antioksidan bertujuan untuk mendeteksi senyawa antioksidan pada suatu
sampel. Metode uji aktivitas antioksidan pada penelitian ini adalah DPPH. Metode DPPH
dipilih karena sederhana, mudah, cepat dan peka (Suena & Antari, 2020). Aktivitas antioksidan
ditunjukkan dengan nilai IC50 (Inhibition Concentration). IC50 adalah konsentrasi larutan
sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH. Semakin rendah nilai
IC50 maka semakin tinggi potensi aktivitas antioksidan (Souhoka et al., 2019).
Nilai IC50 diperoleh dari persentase inhibisi radikal bebas DPPH oleh ekstrak etanol daun
kenikir dan kuersetin. Hasil persentase inhibisi tersebut diplotkan ke dalam kurva persamaan
regresi linear. Perhitungan nilai IC50 dengan mensubstitusikan y=50. Berdasarkan hasil uji
aktivitas antioksidan pada tabel 4.3, menunjukkan bahwa ekstrak etanol 50% daun kenikir
memiliki nilai IC50 sebesar 47,017 ± 0,261 ppm. Pada ekstrak etanol dan 70% daun kenikir
memiliki nilai IC50 sebesar 45,573 ± 0,241 ppm. Sedangkan pada baku pembanding kuersetin
memiliki nilai IC50 sebesar 48,939 ± 0,029 ppm.
Berdasarkan tabel potensi aktivitas antioksidan pada tabel 2.1.6, menunjukkan bahwa
ekstrak etanol 50%, 70% daun kenikir dan baku pembanding kuersetin memiliki nilai IC50 yang
berada pada rentang <50 ppm. Sehingga kelompok tersebut memiliki potensi aktivitas
antioksidan yang sangat kuat. Terdapat perbedaan potensi aktivitas antioksidan ekstrak etanol
50% dan 70%. Aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh kadar flavonoid. Semakin tinggi kadar
flavonoid maka semakin tinggi potensi aktivitas antioksidan.
Penetapan Kadar Flavonoid Total
Penetapan kadar flavonoid total bertujuan untuk mengetahui jumlah kandungan total
senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kenikir. Penetapan kadar flavonoid total
menggunakan spektrofotometer UV-Vis karena flavonoid mengandung sistem aromatik yang
terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet
dan spektrum sinar tampak. Pada penelitian ini, kuersetin digunakan sebagai larutan standar
dengan deret konsentrasi 50, 40, 30, 20, 10 ppm. Penggunaan deret konsentrasi bertujuan agar
diperoleh persamaan regresi linear pada kurva baku kuersetin.
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan running pada panjang gelombang
400-600 nm. Penentuan panjang gelombang maksimum bertujuan untuk menentukan panjang
gelombang pengukuran di mana kompleks antara kuersetin dengan AlCl₃ memberikan
absorbansi optimum. Pengukuran pada panjang gelombang maksimum akan memberikan
perubahan absorbansi paling besar untuk setiap satuan kadar, sehingga jika akan dilakukan
pengukuran ulang dan replikasi akan meminimalkan terjadinya kesalahan pengukuran
(Suharyanto & Prima, 2020).
Hasil running menunjukkan panjang gelombang maksimum kuersetin berada pada
panjang gelombang 444 nm. Panjang gelombang maksimum tersebut yang digunakan untuk
mengukur serapan dari sampel ekstrak etanol daun kenikir. Hukum Lambert Beer menyatakan
4335
4335
hubungan linear antara absorbansi dengan konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi sampel
dapat ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang maksimum dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer.
Nilai absorbansi merupakan perbandingan intensitas sinar yang datang dengan intensitas
sinar yang diserap. Nilai absorbansi dipengaruhi oleh kandungan kimia pada tumbuhan.
Semakin tinggi kadar kandungan kimia maka cahaya panjang gelombang akan semakin banyak
diserap oleh molekul-molekul tersebut. Nilai absorbansi yang baik yaitu pada rentang 0,2-0,8.
Apabila melebihi 0,8 maka hubungan absorbansi menjadi tidak linear lagi. Hasil analisis
dikatakan memenuhi syarat linearitas apabila nilai R2 mendekati angka 1.
Berdasarkan kurva baku kuersetin pada gambar 4.5, menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi pula absorbansi yang di peroleh. Hasil baku
kuersetin diplotkan antara kadar dan absorbansinya, sehingga diperoleh persamaan regresi
linear yaitu y = 0,0936x + 0,15 dengan nilai R2 sebesar 0,9758. Persamaan kurva kalibrasi
kuersetin dapat digunakan sebagai pembanding untuk menentukan konsentrasi senyawa
flavonoid total pada ekstrak etanol daun kenikir.
Larutan blanko digunakan sebagai kontrol pada penetapan kadar flavonoid total dengan
spektrofotometer UV-Vis. Larutan blanko berfungsi sebagai pemblank (mengkali nol-kan)
senyawa yang tidak perlu dianalisis. Penetapan kadar flavonoid total pada penelitian ini
menggunakan metode kolorimetri. Kolorimetri adalah metode yang didasarkan pada perbedaan
warna suatu zat dengan menggunakan cahaya putih untuk membandingkan absorpsi cahaya
relatif terhadap suatu zat. Faktor utama dalam metode kolorimetri adalah intensitas warna yang
proporsional dengan konsentrasinya.
Pada metode kolorimetri, larutan sampel ditambahkan AlCl3 dan Na asetat. Penambahan
AlCl3 bertujuan untuk membentuk kompleks sehingga terjadi pergeseran panjang gelombang
ke arah visible (tampak) yang ditandai dengan larutan yang berwarna lebih kuning.
Penambahan kalium asetat yang bertujuan untuk mempertahankan panjang gelombang pada
daerah visible (tampak). Inkubasi selama 30 menit sebelum pengukuran bertujuan agar reaksi
berjalan sempurna, sehingga intensitas warna yang dihasilkan lebih maksimal.
Berdasarkan hasil penetapan kadar flavonoid total pada tabel 4.5, menunjukkan bahwa
ekstrak etanol 50% daun kenikir mengandung senyawa flavonoid sebesar 10,312% dalam 0,04
g ekstrak. Sedangkan pada ekstrak etanol 70% daun kenikir mengandung senyawa flavonoid
sebesar 17,209% dalam 0,04 g ekstrak. Terdapat perbedaan kadar flavonoid total ekstrak etanol
50% dan 70%. Ekstrak etanol 70% daun kenikir mengandung senyawa flavonoid yang lebih
besar daripada ekstrak etanol 50% daun kenikir.
Jika dilihat dari strukturnya seperti pada gambar 5.4, flavonoid merupakan senyawa polar
karena memiliki lebih banyak gugus OH. Sehingga, flavonoid seharusnya larut dalam pelarut
yang lebih polar. Dalam penelitian ini menggunakan pelarut etanol 50% dan 70%. Yang mana
etanol 50% lebih polar jika dibandingkan dengan etanol 70% karena lebih banyak mengandung
air. Kadar flavonoid total tertinggi dalam penelitian ini terdapat dalam ekstrak etanol 70% daun
kenikir. Hal ini dipengaruhi oleh kepolaran pelarut.
Pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kandungan flavonoid tertinggi ada pada
pelarut dengan kepolaran sedang. Etanol 70% merupakan pelarut yang lebih polar dari etanol
96% dan lebih non polar dari etanol 50% sehingga senyawa flavonoid yang sifatnya polar akan
cenderung terlarut lebih banyak dalam etanol 70%. Polaritas etanol semakin meningkat seiring
dengan penurunan konsentrasinya dalam air. Etanol memiliki gugus OH yang dapat
membentuk suatu ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil (OH) dari senyawa flavonoid
sehingga mampu meningkatkan kelarutan flavonoid dalam etanol (Riwanti et al., 2020).
Perbedaan konsentrasi etanol dapat mempengaruhi kelarutan senyawa flavonoid didalam
pelarut. Semakin tinggi konsentrasi etanol maka semakin rendah tingkat kepolaran pelarutnya.
4336
4336
Gambar 11. Struktur Flavonoid
Analisis Data
Nilai IC50 yang diperoleh dari uji aktivitas antioksidan kemudian dianalisis dengan One
Way ANOVA menggunakan software SPSS versi 25. One Way ANOVA bertujuan untuk
membandingkan lebih dari dua kelompok data serta mampu menguji kemampuan dari
signifikansi hasil penelitian. Sebelum melakukan uji One Way ANOVA, harus memenuhi 2
syarat yaitu data terdistribusi normal dan homogen. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi, maka
tidak dapat melanjutkan uji One Way ANOVA. Pada penelitian ini menggunakan Shapiro Wilk
untuk uji normalitas dan Levene’s Test untuk uji homogenitas.
Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas pada tabel 4.6.1 dan 4.6.2,
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 50%, 70% daun kenikir dan baku pembanding kuersetin
memiliki p value > 0,05. Sehingga kelompok tersebut terdistribusi normal dan homogen. Uji
normalitas pada penelitian ini menggunakan Shapiro Wilk karena data yang dianalisis < 50.
Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA pada tabel 4.6.3, menunjukkan bahwa ekstrak etanol
50%, 70% daun kenikir dan baku pembanding kuersetin memiliki p value < 0,05. Sehingga
kelompok tersebut memiliki perbedaan signifikan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
Diketahui terdapat aktivitas antioksidan ekstrak etanol 50% dan 70% daun kenikir (Cosmos
caudatus Kunth.) dengan metode DPPH. Diketahui nilai IC50 yang paling rendah adalah
kelompok II (ekstrak etanol 70% daun kenikir) yakni sebesar 45,573 ± 0,241 ppm. Diketahui
potensi aktivitas antioksidan yang paling tinggi adalah kelompok II (ekstrak etanol 70% daun
kenikir) dengan nilai IC50 sebesar 45,573 ± 0,241 ppm. Diketahui kadar flavonoid total yang
paling tinggi adalah kelompok II (ekstrak etanol 70% daun kenikir) yakni sebesar 17,209 ±
0,297%.
DAFTAR PUSTAKA
Aman, I. G. M. (2017). Makanan sebagai sumber antioksidan. Bali Health Journal, 1(1), 49
55.
Andira, D. A., & Pudjibudojo, J. K. (2020). Pengobatan Alternatif Sebagai Upaya
Penyembuhan Penyakit. Insight: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 16(2),
393401.
Arief, D. Z. (2018). Karakteristik Fruit Leather Jambu Biji Merah (Psidium guajava L) Dengan
Jenis Bahan Pengisi. Pasundan Food Technology Journal (PFTJ), 5(1), 7683.
Dewi, Y. K., & Riyandari, B. A. (2020). Potensi tanaman lokal sebagai tanaman obat dalam
menghambat penyebaran Covid-19. Jurnal Pharmascience, 7(2), 112128.
Firdiyani, F., Agustini, T. R., & Maruf, W. F. (2015). Ekstraksi senyawa bioaktif sebagai
antioksidan alami Spirulina platensis segar dengan pelarut yang berbeda extraction of
bioactive compounds as natural antioxidants from fresh Spirulina platensis using
4337
4337
different solvents. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 18(1), 2837.
Gusnadi, D., Taufiq, R., & Baharta, E. (2021). Uji oranoleptik dan daya terima pada produk
Mousse berbasis tapai singkong sebegai komoditi UMKM di kabupaten Bandung. Jurnal
Inovasi Penelitian, 1(12), 28832888.
Hadyprana, S., Noer, S., & Supriyatin, T. (2021). Uji Daya Hambat Ekstrak Jahe Putih
Terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Candida albicans Secara in Vitro.
EduBiologia: Biological Science and Education Journal, 1(2), 142148.
Klau, M. H. C., & Hesturini, R. J. (2021). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Dandang
Gendis (Clinacanthus nutans (Burm F) Lindau) Terhadap Daya Analgetik Dan Gambaran
Makroskopis Lambung Mencit. Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, 4(1), 612.
Lamatapu, S. W., Patala, R., & Utami, I. K. (2021). Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah
Terhadap Histopatologi Pankreas Tikus Putih Jantan Yang Diinduksi Streptozotocin.
Farmakologika: Jurnal Farmasi, 18(2), 170184.
Mareta, C. A. (2020). Efektifitas pegagan (Centella asiatica) sebagai antioksidan. Jurnal
Medika Hutama, 2(01 Oktober), 390394.
Nugraheni, T. P., & Hidayat, L. (2021). Resiko Efek Samping Edema terhadap Penggunaan
Amlodipin (CCBs) sebagai Antihipertensi: Kajian Literatur. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 5(3), 1134711352.
Prasetyaningsih, N., Hartanti, M. D., & Bella, I. (2023). Radikal Bebas Sebagai Faktor Risiko
Penyakit Katarak Terkait Umur. Jurnal Penelitian Dan Karya Ilmiah Lembaga
Penelitian Universitas Trisakti, 17.
Putri, S. A., Ramdini, D. A., & Wardhana, M. F. (2023). Literatur Review: Efek Samping
Penggunaan Obat Hipertensi. Medical Profession Journal of Lampung, 13(4), 583589.
Ramadhan, R. (2019). Aktivitas antioksidan dan potensi obat oral senyawa nanopartikel
ekstrak pegagan (Centella Asiatica) tersalut kitosan berdasarkan hasil analisis LCMS.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Riskesdas, K. (2018). Hasil utama riset kesehata dasar (RISKESDAS). Journal of Physics A:
Mathematical and Theoretical, 44(8), 1200.
Riwanti, P., Izazih, F., & Amaliyah, A. (2020). Pengaruh perbedaan konsentrasi etanol pada
kadar flavonoid total ekstrak etanol 50, 70 dan 96% Sargassum polycystum dari Madura.
Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika (J-PhAM), 2(2), 8295.
Salsabillah, A. F., Putri, A. R., & Barlian, A. A. (2021). Formulasi dan uji sifat fisik masker
wajah kombinasi tepung beras (Oryza sativa) dan gambas (Luffa acutangula). DIII
Farmasi Politeknik Harapan Bersama.
Salsabyla, A. A., & Wulandari, S. P. (2023). Permodelan Regresi Logistik Biner terhadap
Analisis Penderita Penyakit Jantung Koroner Di RSUD Dr SOEGIRI Lamongan. Jurnal
Sains Dan Seni ITS, 12(1), D103D110.
Santosa, W. N., & Baharuddin, B. (2020). Penyakit jantung koroner dan antioksidan.
KELUWIH: Jurnal Kesehatan Dan Kedokteran, 1(2), 95100.
Satriyani, D. P. P. (2021). Review artikel: Aktivitas antioksidan ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera Lam.). Jurnal Farmasi Malahayati, 4(1), 3143.
Soemarie, Y. B., Saadah, H., Fatimah, N., & Ningsih, T. M. (2017). Uji Mutu Fisik Granul
Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum americanum L.) Dengan Variasi Konsentrasi
Explotab®. Jurnal Ilmiah Manuntung, 3(1), 6471.
Souhoka, F. A., Hattu, N., & Huliselan, M. (2019). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol
Biji Kesumba Keling (Bixa orellana L). Indonesian Journal of Chemical Research, 7(1),
2531.
Suena, N. M. D. S., & Antari, N. P. U. (2020). Uji aktivitas antioksidan maserat air biji kopi
(Coffea canephora) hijau pupuan dengan metode DPPH (2, 2-difenil-1-pikrilhidrazil).
Jurnal Ilmiah Medicamento, 6(2).
4338
4338
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Suharyanto, S., & Prima, D. A. N. (2020). Penetapan kadar flavonoid total pada juice daun ubi
jalar ungu (Ipomoea batatas L.) yang berpotensi sebagai hepatoprotektor dengan metode
spektrofotometri uv-vis. Cendekia Journal of Pharmacy, 4(2), 110119.
Vinnata, N. N. (2018). Pemberian Fraksi Daun Kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap
spermatozoa tikus putih jantan (Rattus norvegicus). Jurnal Kesehatan, 9(3), 366375.
Widia, L. (2017). Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian Ispa Pada Balita. Jurnal
Darul Azhar, 3(1), 2835.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Kesumba keling (Bixa orellana L) has been widely used as a natural dye on lips, hair, and cloth. The red pigment in kesumba keling seeds comes from a bixin and norbixin compound which have many conjugated double bonds, so it has the potential of antioxidants. This study aims to determine the antioxidant compound and an antioxidant activity of methanol extract of kesumba keling seeds. The moisture content of kesumba keling seeds is 78.74%. The powder of kesumba keling seeds was extracted using maceration method with 80% of methanol. Phytochemical test results of methanol extract positively contained flavonoid compound. An antioxidant activity test of methanol extract of kesumba keling seeds was carried out by determining DPPH free radical deterrent activity. The absorbance measurement were made using a UV-Vis spectrophotometer at a wavelength of 517 nm. Kesumba keling seeds extract has antioxidant activity which is indicated by IC50 value of 69.425 ppm, so it is classified as a strong antioxidant.
Article
Full-text available
Oksigen merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia. Sebagian besar oksigen akan digunakan sebagai energi, sedangkan sebagian kecil menjadi sisa metabolisme oksigen yang berdampak kurang baik bagi kesehatan tubuh manusia. Sisa metabolisme tersebut disebut radikal bebas atau Reactive Oxygen Species (ROS). Radikal bebas dapat dihasilkan oleh faktor endogen seperti produk metabolik didalam mitokondria, inflamasi atau infeksi, dan faktor eksogen seperti radiasi sinar UV, polusi, alkohol atau asap rokok. Radikal bebas mempunyai elektron yang tidak berpasangan, sangat tidak stabil, sangat reaktif, dan bila menumpuk didalam sel akan mengakibatkan kerusakan sel. Mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan radikal bebas dilakukan oleh antioksidan. Salah satu enzim antioksidan adalah Superoksida Dismutase (SOD). Kadar radikal bebas biasanya dilakukan dengan mengukur aktivitas antioksidan. Banyak penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas, salah satu penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas adalah katarak terkait umur. Penyakit katarak terkait umur merupakan penyakit degenerative yang menyerang usia diatas 50 tahun, ditandai dengan kekeruhan lensa yang makin parah sesuai bertambahnya umur. Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak diseluruh dunia. Radikal bebas sebagai penyebab katarak terkait umur telah banyak diteliti, tetapi hal tersebut masih belum terbukti. Sulitnya mengukur kadar antioksidan di dalam lensa secara in vivo dan tidak memungkinkan didapatkan lensa normal sebagai kelompok kontrol merupakan penyebabnya. Beberapa peneliti mengukur aktivitas SOD di aqueous humor dan didalam darah untuk mengetahui hubungan antara radikal bebas dengan katarak terkait umur.
Article
Full-text available
Keberadaan radikal bebas memicu terjadinya arterosklerosis, penyakit jantung koroner, stroke, kanker, gagal ginjal, dan proses penuaan pada manusia. Senyawa yang berperan dalam menangkap radikal bebas disebut sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa yang menyumbangkan elektron tunggal atau atom hidrogen untuk menstabilkan radikal bebas. Sumber antioksidan alami dapat diperoleh dari tanaman. Salah satu tanaman yang dimanfaatkan aktivitasnya sebagai antioksidan yaitu daun kelor (Moringa oleifera Lam). Ekstrak daun kelor mempunyai aktivitas antioksidan karena mengandung senyawa flavonoid dan beta karoten. Tujuan artikel review ini adalah untuk mengetahui potensi antioksidan yang terdapat dalam daun kelor. Review artikel ini dibuat menggunakan metode studi literatur ilmiah menggunakan pustaka yang berasal dari jurnal nasional, jurnal internasional, seminar nasional ilmiah, dan buku ilmiah yang diterbitkan selama sepuluh tahun terakhir melalui proses pencarian pustaka terkait aktivitas antioksidan ekstrak daun kelor. Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor berpotensi sebagai antioksidan alami karena mengandung senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan yaitu flavonoid dan beta karoten.
Article
Full-text available
p align="justify">Saat ini dunia sedang dilanda pandemi virus Corona (Covid-19) dan berbagai cara dianjurkan agar terhindar dari virus ini, salah satunya adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh baik secara tradisional maupun secara modern. Salah satu cara tradisional dalam mencegah mikroorganisme patogen adalah dengan mengkonsumsi rempah-rempah contohnya penggunaan jahe putih ( Zingiber officinale var. Amarum) yang dapat mengganggu kesehatan adalah Pseudomonas aeruginosa dan Candida albicans. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak jahe putih terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Candida albicans sehingga dapat diketahui apakah ekstrak jahe putih terbukti efektif melawan mikroorganisme bakteri dan jamur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode disk diffusion untuk melihat keefektifan ekstrak jahe pada konsentrasi 20, 40, 60, 80 dan 100% terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Candida albicans . Hasil penelitian menunjukkan tiap konsentrasi ekstrak jahe putih yang ditentukan akan memberikan nilai daya hambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Candida albicans , yang artinya semakin tinggi konsentrasi maka semakin kuat daya hambat yang diberikan.</p
Article
Full-text available
Antioksidan dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan meredam dampak negatifnya. Indonesia memiliki keragaman tanaman buah yang memiliki manfaat sebagai antioksidan. Pupuan adalah daerah penghasil kopi robusta (Coffea canephora) di Bali yang dinilai memiliki pengelolaan produksi hingga panen yang baik. Senyawa asam klorogenat larut dalam air dan berfungsi sebagai antioksidan. Biji kopi hijau robusta paling banyak mengandung asam klorogenat dibandingkan dengan biji kopi lainnya. Maka dilakukan pengujian terhadap aktivitas antioksidan maserat air biji kopi hijau robusta daerah Pupuan dengan menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrakzil). Serbuk simplisia biji kopi hijau robusta dimaserasi dengan bantuan gelombang ultrasonik menggunakan pelarut air (1:3), kemudian difiltrasi dengan bantuan mesh dan Corong Buchner. Maserat air biji kopi hijau robusta diendapkan selama 24 jam, kemudian dipisahkan antara filtrat dan endapan. Setelah itu diuji aktivitas antioksidan dari filtrat dan endapan maserat air biji kopi hijau robusta dengan metode DPPH secara Spektrofotometri UV-Vis. Nilai IC50 filtrat dan endapan maserat air biji kopi hijau robusta berturut-turut adalah 262,41 ppm dan 244,42 ppm. Filtrat maserat air tergolong memiliki aktivitas antioksidan yang lemah dan endapan maserat air tergolong memiliki aktivitas antioksidan yang sedang. Dari hasil uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH maka dapat disimpulkan bahwa maserat air biji kopi hijau robusta di daerah Pupuan memiliki aktivitas antioksidan.
Article
Hepar merupakan organ intestinal terbesar yang berfungsi diberbagai sistem metabolik tubuh, apabila enzim yang ada di sel hepar terlepas mengalami kerusakan. Flavonoid adalah salah satu senyawa yang dapat melindungi organ dalam contohnya hati. Jenis senyawa flavonoid terbesar, yang tersebar di buah dan sayur adalah Quersetin. Juice Daun Ubi Jalar Ungu terbukti memiliki kadar flavonoid. Masyarakat kini dapat membut juice daun ubi jalar ungu lalu diaplikasikan untuk campuran roti, membuat agar-agar ataupun puding. Analisis kualitatif menggunakan Uji Shinoda, NaOH 10%, dan H2SO4pekatyang hasilnya positif. Analisis kuantitatif menggunakan Spektrofotometri UV-Vis penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode AlCl3 dengan total flavonoid dinyatakan dalam QE (Quersetin Ekuivalen) pada panjang gelombang maksimum 429,5 nm dan operating time 30 menit. Hasil rata-rata kadar flavonoid total yang didapatkan dari juice daun ubi jalar ungu 435,09 mg QE/100g dan nilai koefisien variasi yaitu 1,11094%.
Article
Dandang gendis (Clinacanthus nutans (Burm f.) Lindau) adalah salah satu tanaman yang digunakan untuk berbagai pengobatan di Indonesia. Salah satu kegunaannya adalah sebagai obat analgetik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak daun dandang gendis terhadap daya analgetik dan gambaran makroskopis pada lambung tikus putih. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan acak lengkap pola searah. Hewan uji yang digunakan dibagi dalam 5 kelompok uji yang setiap kelompok terdiri dari 5 ekor: kelompok I sebagai kontrol negatif tikus yang hanya diberikan sejumlah ekivalen Na-CMC 1%, kelompok II sebagai kontrol positif diberikan asetosal 500mg/KgBB, kelompok III diberi perlakuan ekstrak dengan dosis 450mg/KgBB, kelompok IV perlakuan ekstrak dengan dosis 500mg/KgBB, kelompok V diberi perlakuan ekstrak dengan dosis 550mg/KgBB. Semua kelompok diberikan induksi asam asetat sebagai mediator nyerinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Dandang Gendis memiliki efek memiliki efek analgetik dan aman digunakan sebagai analgesik dengan dosis 500mg/kgBB.
Article
Bad breath is usually caused by bacteria and food debris left in the mouth. Development of preparations using herbal ingredients, to overcome the problem of bad breath one of them is with utilization basil leaves (Ocimum americanum L.) which have anti bacterial activity. The method of wet granulation is a single method for use in granulation of large doses of active substances because if using direct induced method will require again the addition of a large number of fillers to make it easier forging, but cause the tablet to be not feasible as it will resulting in an increase in tablet size. The type of research conducted is an experimental study. Object the study was basil leaf extract formulated. This formulation was prepared by wet granulation method with variation Explotab® ss crusher ie 2%, 4%, 6% and 8%. Performed wet granulation on each formulation. Granul evaluated the flow time, mass density test, silent angle and fixed assay test. Based on research result the physical quality of ethanol extract granule of basil leaves (Ocimum americanum L.) with explotab® concentration variation it can be concluded that all the formula fulfill the good quality of granule characteristic, because it meets the requirements of parameters of time flow, rest angle, compressibility and density mass