Available via license: CC BY-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
Nuraidah, et al.
75 Haga Journal of Public Health Vol.1 No.3
Haga Journal of Public Health (HJPH)
Vol. 1, No. 03, Juli 2024
https://doi.org/10.62290/hjph.v1i3.23
Analisis status gizi terhadap perkembangan motorik kasar anak balita
Nuraidah1, Nur Yatina2, Nur Ayun Siregar3, Nuraini4, Nurajiati5, Tiarnida Nababan6
*
1,2,3,4,5,6Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Prima Indonesia
Abstract
Background: Children's Gross motor development is a public health concern. Gross motor problems are often associated
with the nutritional status of toddlers. This study aims to analyse the nutritional status of gross motor development of
children under five.
Methods: The research design used was cross-sectional. The research was conducted at the Medan Johor Health Center
from August to September 2023. This study's subjects were all mothers with children aged 1-5 years who visited the Medan
Johor Health Center as many as 45 people. The study sample size was 45 recruited using the total sampling technique. Data
was collected directly on the baby by measuring body mass index (BMI) according to PB/U or TB/U of children aged 1-5
years. Gross motor development was measured by administering a questionnaire, which was an analysis of research data
using the Chi-Square test.
Results: Most children under five had normal nutritional status and gross motor development. The nutritional status of
toddlers is significant to children's gross motor development.
Conclusions: Children aged 1-5 years with normal nutritional status are significantly related to children's gross motor
development. Balanced dietary intake plays a vital role in children's gross motor development.
Keywords: Nutritional status, toddlers, gross motor
Abstrak
Latar Belakang: Perkembangan motorik kasar anak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Masalah
motorik kasar sering dikaitkan dengan status gizi balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status gizi terhadap
perkembangan motorik kasar anak balita.
Metode: Desain penelitian yang digunakan berupa cross-sectional. Lokasi penelitian dilakukan di Puskesma
l
s Medan Johor,
mulai bulan Agustus-September 2023. Subjek penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita usia 1-5 tahun
yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Medan Johor sebanyak 45 orang. Besar sampel penelitian sebanyak 45 orang yang
direkrut dengan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan secara langsung kepada bayi, mengukur
status gizi berdasarkan IMT menurut PB/U atau TB/U anak usia 1-5 tahun, pengukuran perkembangan motorik kasar
dilakukan dengan pemberian kuesioner. Analisis data penelitian menggunakan uji Chi Square.
Hasil: Anak balita mayoritas memiliki status gizi normal dan perkembangan motorik kasar yang normal. Status gizi balita
signifikan terhadap perkembagan motorik kasar anak.
Kesimpulan: Anak balita usia 1-5 tahun dengan status gizi normal berhubungan signifikan dengan perkembanngan
motorik kasar anak. Asupan gizi yang seimbang berperan penting dalam perkembangan motorik kasar anak.
Kata kunci: Status gizi, balita, motorik kasar
Pendahuluan
Kemampuan motorik anak membantu mereka belajar dan tumbuh dalam semua aspek
kehidupan mereka, termasuk kemampuan untuk berpatisipasi dalam lingkungan rumah, sekolah,
dan komunitas mereka.1 Mendeteksi gangguan motorik merupakan tahap awal yang penting
dalam memberikan bantuan dan intervensi untuk anak dan keluarganya.2 Salah satu aspek pertama
dari fungsi adaptif yang dapat diamati secara langsung adalah perilaku motorik kasar.3 Meskipun
*
Email Korespondensi: tiarnidanababan@unprimdn.ac.id e-ISSN 3031-6502; p-ISSN 3032-0097
This article is distributed under the terms of the CC BY-SA license
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Original Article Open Access
Analisis status gizi terhadap perkembangan motorik kasar anak balita
Haga Journal of Public Health Vol.1 No.3 76
karakterisasi perilaku yang mendetail tentang perkembangan motorik kasar pada bayi dan balita
telah berkontribusi pada pengukuran perilaku yang berguna secara klinis,4 namun, studi mengenai
korelasi saraf kemampuan motorik kasar awal secara substansial lebih terbatas, terutama karena
adanya tantangan metodologis dari pencitraan berbasis tugas pada bayi.
Nutrisi merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut
(Israyati N, 2021), dalam hal perkembangan motorik kasar anak, nutrisi memainkan peran utama.
Memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang seimbang akan membantu mendukung
pertumbuhan dan perkembangan mereka, sehingga mereka dapat mencapai potensi maksimalnya.5
Malnutrisi dan hambatan pertumbuhan berkaitan dengan faktor nutrisi dan faktor non-nutrisi,
termasuk gangguan fungsi motorik oral, refluks gastroesofagus, aspirasi dan pneumonia,6 efek
neurotropik negatif, dan kelainan endokrin.7 Malnutrisi menghambat pertumbuhan otak yang
cepat dengan berdampak negatif pada struktur dan fungsinya, yang menyebabkan kekurangan
perkembangan di semua bidang pada anak-anak.8,9
Banyak penelitian yang telah mengamati hubungan antara nutrisi dan perkembangan anak di
lingkungan dengan sumber daya yang terbatas menemukan bahwa pola makan yang buruk dan
status gizi berhubungan dengan perkembangan.10,11 Studi lain melaporkan bahwa status gizi
signifikan terhadap perkembangan anak balita (p = 0,003).12 Sebanyak 90% balita dengan motorik
kasarnya suspek memiliki status gizi kurang. Status gizi balita berhubungan signifikan dengan
motorik kasar anak balita (p = <0,001).13 Walaupun berbagai penelitian terkait perkembangan
motorik kasar anak sudah banyak dilakukan, namun penelitian terkait status gizi anak terhadap
perkembangan motorik kasar anak penting dilakukan untuk mengidentifkasi berbagai dampaknya
terhadap perkembangan motorik anak balita. Keterlambatan perkembangan motorik kasar
berhubungan dengan kekurangan gizi kronis,14 sehingga perlu memperdalan analisis ini dengan
tujuan untuk mengetahui dampak status gizi terhadap perkembangan motorik kasar pada anak
balita usia 1-5 tahun.
Metode
Studi ini menggunakan desain cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesma
l
s Medan
Johor, mulai bulan Agustus–September 2023. Subjek penelitian ini adalah seluruh ibu yang
memiliki anak balita usia 1-5 tahun yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Medan Johor
sebanyak 45 orang. Besar sampel penelitian sebanyak 45 orang yang direkrut dengan
menggunakan teknik total sampling. Adapun kriteria inklusi sampel penelitian adalah (1) ibu yang
memiliki bayi usia 1-5 tahun (2) terdapat data lengkap pada medical record Puskesmas Medan
Johor, serta (3) Subjek bersedia menjadi responden selama penelitian berlangsung. Kemudian,
kriteria eksklusi adalah (1) ibu yang tidak bisa diwawancarai karena sedang sakit (2) subjek tidak
bersedia menjadi responden selama penelitian berlangsung. Variabel bebas studi ini terdiri dari
status gizi anak. Variabel terikatnya adalah perkembangan motorik kasar pada anak.
Untuk pengukuran status gizi anak usia 1-5 tahun, dilakukan pengukuran IMT menurut PB/U
atau TB/U anak usia 1-5 tahun yaitu 1 = sangat pendek (Z-score <-3 SD), 2 = pendek (Z-score -3
SD sd <- 2 SD), 3 = normal (Z-score -2 SD sd +3 SD), 4 = tinggi (Z-score > +3 SD). Untuk
pengukuran perkembangan motorik kasar diberikan 15 pertanyaan dengan pilihan jawaban yaitu
ya = 1 dan tidak = 0. Kemudian dikategorikan menjadi dua yaitu 1= normal dan 2 = tidak normal.
Selanjutnya, seluruh ibu bayi diberikan informed concent untuk menyatakan ketersediaan mereka
untuk terlibat dalam penelitian ini.
Pengolahan data penelitian dimulai dengan memberikan kode terhadap masing-masing
kategori status gizi dan perkembangan motorik kasar anak usia 1-5 tahun. Kemudian, dilakukan
penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang.15 Data dari penelitian
ini dimulai dengan analisis secara deskriptif, selanjutnya, peneliti melakukan analisis bivariat
menggunakan uji Chi Square pada α = 0,05. Adapun aplikasi statistik yang digunakan yaitu
aplikasi STATCAL (Free statistical application program).16
Nuraidah, et al.
77 Haga Journal of Public Health Vol.1 No.3
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 menunjukkan bahwa umur ibu paling banyak pada kategori 21-35 tahun yaitu 68,9%.
Sebanyak 64,5% ibu balita berpendidikan menengah (SMA/SMK), sebanyak 75,5% ibu balita
yang bekerja, dan jumlah anak ibu balita paling banyak pada kategorik multipara sebanyak 53,4%.
Hal ini sejalan dengan studi terdahulu bahwa hampir 91% sudah menikah dan 69,26% (419 dari
919) memiliki pendidikan formal. Rata-rata para ibu berusia 27,25 tahun, dengan standar deviasi
6,025, dan berkisar antara 15 hingga 50 tahun. Rata-rata rumah tangga memiliki lima orang yang
tinggal di dalamnya, dengan standar deviasi 1,5, dan 46% anak-anak tinggal di rumah tangga
dengan kurang dari empat orang dewasa.17
Tabel 1. Karakteristik Ibu Balita (n= 45)
Variabel
n
%
Umur ibu
≤20 tahun
2
4,4
21-35 tahun
31
68,9
>35 tahun
12
26,6
Pendidikan
Rendah (SD, SMP)
10
22,2
Menengah (SMA, SMK)
29
64,5
Tinggi (D3,S1)
6
13,3
Pekerjaan ibu
Bekerja
34
75,5
Tidak bekerja
11
24,5
Jumlah anak
Primipara
21
46,6
Multipara
24
53,4
Semua nutrisi penting untuk perkembangan otak, namun ada beberapa nutrisi yang sangat
penting di awal kehidupan, terutama jika kekurangan nutrisi tersebut bertepatan dengan periode
kritis atau sensitif.18 Kemampuan motorik kasar dapat terkena dampak negatif ketika kesehatan
gizi anak terabaikan.19 Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 66,7% anak balita memiliki status
gizi normal. Studi terdahulu melaporkan bahwa memastikan nutrisi yang tepat selama 1000 hari
pertama kehidupan anak sangat penting untuk mendorong perkembangan anak dan kesehatan
jangka panjang orang dewasa. Nutrisi prenatal ibu dan nutrisi anak selama dua tahun pertama
kehidupan (yang dikenal sebagai 1000 hari) memainkan peran penting dalam perkembangan saraf
dan kesehatan mental jangka panjang. Ketidakmampuan untuk mendapatkan nutrisi yang
diperlukan selama tahap perkembangan otak anak dapat menyebabkan fungsi otak yang buruk.20
Namun, stunting tidak berkorelasi secara signifikan dengan tingkat sosial ekonomi keluarga atau
perkembangan keterampilan motorik.21
Studi ini juga melaporkan bahwa sebanyak 77,8% anak balita memiliki perkembangan
motorik kasar yang normal. Perkembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus pada
anak berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi mereka terhadap berbagai tahap
pertumbuhan.22 Perkembangan keterampilan motorik merupakan salah satu aspek pertumbuhan
anak. Selain memfasilitasi pertumbuhan yang lebih baik, anak-anak yang memiliki keterampilan
motorik yang terkontrol dengan baik akan lebih mampu mengeksplorasi lingkungannya. Faktor-
faktor seperti pendidikan ibu, berat badan lahir, frekuensi stimulasi, dan status gizi mempengaruhi
perkembangan motorik. Status menyusui, pendidikan ibu, dan berat badan lahir merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik.23
Tabel 3 menunjukkan bahwa status gizi anak berhubungan secara signifikan terhadap
perkembangan motorik kasar anak (p = 0,006). Anak balita dengan status gizi pendek memiliki
kecenderungan 21,3 kali mengalami perkembangan motorik kasar yang tidak normal.
Analisis status gizi terhadap perkembangan motorik kasar anak balita
Haga Journal of Public Health Vol.1 No.3 78
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Status Gizi dan Perkembangan Motorik Kasar Anak (n=45)
Variabel
n
%
Status gizi
Norma
l
l
30
66,7
Pendek
15
33,3
Perkembangan motorik kasar
Normal
35
77,8
Tidak Normal
10
22,2
Menurut studi terdahulu melaporkan bahwa kejadian stunting signifikan terhadap
perkembangan motorik halus dan motorik kasar pada balita24 Proses tumbuh kembang anak
berkorelasi kuat dengan stunting. Stunting harus ditangani dengan hati-hati karena dapat
mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya manusia.25 secara statistik melaporkan bahwa
indikator PB/U dengan keterampilan motorik kasar (p=0.053, C=0.886, CI=95%), keterampilan
motorik halus (p=0.001, C=0.258, CI=95%), dan keterampilan bahasa (p=0.049, C=0.906,
CI=95%) adalah berhubungan secara signifikan. Namun, tidak ada hubungan antara indikator
TB/U dengan kematangan keterampilan sosial pada anak usia 0-24 bulan (p=0,116; C=0,363; CI
95%).26 Lima domain perkembangan yaitu komunikasi, motorik kasar, motorik halus, sosial
pribadi, dan pemecahan masalah berkorelasi positif dengan (TB/U) dan (BB/U).17
Tabel 3. Uji Chi Square (n=45)
Status gizi
Perkembangan motorik kasar balita
p
PR
95%CI
Normal
Tidak normal
Total
n
%
n
n
%
n
Lower
Upper
Normal
23
76,7
7
23
76,7
7
0,006
21,35
3,7
31,8
Pendek
2
13,3
13
2
13,3
13
Kesimpulan
Dari hasil studi disimpulkan bahwa anak balita paling banyak memiliki status gizi normal dan
memiliki perkembangan motorik kasar yang normal. Status gizi balita signifikan terhadap
perkembagan motorik kasar anak. Untuk itu, termuan ini menyoroti perlunya peningkatan nutrisi
balita untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak balita sehingga dapat meningkatkan
kemampuan motorik kasar balita secara normal.
Ucapan Terima Kasih
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh ibu balita yang telah berpatisipasi dalam
penelitian ini.
Daftar Pustaka
1. Piek JP, Baynam GB, Barrett NC. The relationship between fine and gross motor ability, self-
perceptions and self-worth in children and adolescents. Hum Mov Sci. 2006;25(1):65–75.
2. Griffiths A, Toovey R, Morgan PE, Spittle AJ. Psychometric properties of gross motor
assessment tools for children: a systematic review. BMJ Open 8: e021734. 2018.
3. Gibson EJ, Pick AD. An ecological approach to perceptual learning and development. Oxford
University Press, USA; 2000.
4. Mullen EM. Mullen scales of early learning. AGS Circle Pines, MN; 1995.
5. Israyati N. Relationship of Nutritional Status Towards Correct Motor Development in
Toddlers at Keluk Pakis Full Star Posyandu, Pekanbaru City, 2021. J Midwifery Nurs.
2021;3(2):80–3.
6. Sullivan PB. Gastrointestinal disorders in children with neurodevelopmental disabilities. Dev
Disabil Res Rev. 2008;14(2):128–36.
Nuraidah, et al.
79 Haga Journal of Public Health Vol.1 No.3
7. Yakut A, Dinleyici EC, Idem S, Yarar C, Dogruel N, Colak O. Serum leptin levels in children
with cerebral palsy: relationship with growth and nutritional status. Neuroendocrinol Lett.
2006;27(4):507–12.
8. Grantham-McGregor S, Cheung YB, Cueto S, Glewwe P, Richter L, Strupp B.
Developmental potential in the first 5 years for children in developing countries. Lancet.
2007;369(9555):60–70.
9. Engle PL, Black MM, Behrman JR, De Mello MC, Gertler PJ, Kapiriri L, et al. Strategies to
avoid the loss of developmental potential in more than 200 million children in the developing
world. Lancet. 2007;369(9557):229–42.
10. Aboud FE, Yousafzai AK. Global health and development in early childhood. Annu Rev
Psychol. 2015;66:433–57.
11. Iannotti L, Jean Louis Dulience S, Wolff P, Cox K, Lesorogol C, Kohl P. Nutrition factors
predict earlier acquisition of motor and language milestones among young children in Haiti.
Acta Paediatr. 2016;105(9):e406–11.
12. nindya zulis Windyarti ML, Amelia PF, Al Ashfiha E. Relationship between Toddler
Nutrition Status and Development of Toddler age 12-36 months. J Midwifery. 2021;5(1):31–
5.
13. Reghita SG, Septiana E, Ardini WA. The Relationship Of Undernutrition And Gross Motor
Development Of Children Aged 1-5 Years. JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati).
2024;10(2):228–34.
14. Cavagnari BM, Guerrero-Vaca DJ, Carpio-Arias TV, Duran-Aguero S, Vinueza-Veloz AF,
Robalino-Valdivieso MP, et al. The double burden of malnutrition and gross motor
development in infants: A cross-sectional study. Clin Nutr. 2023;42(7):1181–8.
15. Hulu VT, Sinaga TR. Analisis Data Statistik Parametrik Aplikasi SPSS dan STATCAL:
Sebuah Pengantar Bidang Kesehatan [Internet]. Yayasan Kita Menulis. 2019
16. Hulu VT, Kurniawan R. Memahami dengan Mudah Statistik Nonparametrik Bidang
Kesehatan: Penerapan Software SPSS dan STATCAL [Internet]. Jakarta: Kencana; 2021. 220
p.
17. Workie SB, Mekonen T, Mekonen TC, Fekadu W. Child development and nutritional status
in 12–59 months of age in resource limited setting of Ethiopia. J Heal Popul Nutr. 2020;39:1–
9.
18. Cusick SE, Georgieff MK. The role of nutrition in brain development: the golden opportunity
of the “first 1000 days.” J Pediatr. 2016;175:16–21.
19. Nugroho B, Rahayu S. Hubungan Pengetahuan Ibu, Pola Asuh, Dan Status Gizi Terhadap
Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini. J Sport Sci Fit. 2021;7(1):32–7.
20. Schwarzenberg SJ, Georgieff MK, Daniels S, Corkins M, Golden NH, Kim JH, et al.
Advocacy for improving nutrition in the first 1000 days to support childhood development
and adult health. Pediatrics. 2018;141(2).
21. Syihab SF, Stephani MR, Kumalasari I, Suherman A. Socioeconomic Status in Relation to
Stunting and Motor Skill Development of Toddlers in Urban and Rural Areas. J Kesehat
Masy. 2021;16(3):340–7.
22. Putri W, Stephani MR, Sumarno G. Early Childhood Motor Development and Body Mass
Index: A Demography Study of Children Aged 4-5 Years in Rural Area. J Pendidik Jasm dan
Olahraga. 2020;5(1):1–5.
23. Kusuma IR, Salimo H, Sulaeman ES. Path analysis on the effect of birthweight, maternal
education, stimulation, exclusive breastfeeding, and nutritional status on motoric
development in children aged 6-24 months in Banyumas District, Central Java. J Matern
Child Heal. 2017;2(1):64–75.
24. Yulianti S. Stunting dan perkembangan motorik balita di wilayah kerja Puskesmas Kemumu
Kabupaten Bengkulu Utara. J Nutr Coll. 2020;9(1):1–5.
Analisis status gizi terhadap perkembangan motorik kasar anak balita
Haga Journal of Public Health Vol.1 No.3 80
25. Laily LA, Indarjo S. Literature Review: Dampak Stunting terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak. HIGEIA (Journal Public Heal Res Dev. 2023;7(3):354–64.
26. Rohayati R, Iswari Y, Hartati S. Stunting Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar,
Motorik Halus Dan Bahasa Anak Usia 0-24 Bulan. J Endur. 2021;6(3):631–41.
Cara mengutip:
Nuraidah, Yatina, N et al (2024). Analisis status gizi terhadap perkembangan motorik kasar
anak balita. Haga Journal of Public Health.1(3):75-80.