ArticlePDF Available

Analisis status gizi terhadap perkembangan motorik kasar anak balita

Authors:

Abstract

Latar Belakang: Perkembangan motorik kasar anak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Masalah motorik kasar sering dikaitkan dengan status gizi balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status gizi terhadap perkembangan motorik kasar anak balita. Metode: Desain penelitian yang digunakan berupa cross-sectional. Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmals Medan Johor, mulai bulan Agustus-September 2023. Subjek penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita usia 1-5 tahun yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Medan Johor sebanyak 45 orang. Besar sampel penelitian sebanyak 45 orang yang direkrut dengan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan secara langsung kepada bayi, mengukur status gizi berdasarkan IMT menurut PB/U atau TB/U anak usia 1-5 tahun, pengukuran perkembangan motorik kasar dilakukan dengan pemberian kuesioner. Analisis data penelitian menggunakan uji Chi Square. Hasil: Anak balita mayoritas memiliki status gizi normal dan perkembangan motorik kasar yang normal. Status gizi balita signifikan terhadap perkembagan motorik kasar anak. Kesimpulan: Anak balita usia 1-5 tahun dengan status gizi normal berhubungan signifikan dengan perkembanngan motorik kasar anak. Asupan gizi yang seimbang berperan penting dalam perkembangan motorik kasar anak.
Nuraidah, et al.
75 Haga Journal of Public Health Vol.1 No.3
Haga Journal of Public Health (HJPH)
Vol. 1, No. 03, Juli 2024
https://doi.org/10.62290/hjph.v1i3.23
Analisis status gizi terhadap perkembangan motorik kasar anak balita
Nuraidah1, Nur Yatina2, Nur Ayun Siregar3, Nuraini4, Nurajiati5, Tiarnida Nababan6
*
1,2,3,4,5,6Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Prima Indonesia
Abstract
Background: Children's Gross motor development is a public health concern. Gross motor problems are often associated
with the nutritional status of toddlers. This study aims to analyse the nutritional status of gross motor development of
children under five.
Methods: The research design used was cross-sectional. The research was conducted at the Medan Johor Health Center
from August to September 2023. This study's subjects were all mothers with children aged 1-5 years who visited the Medan
Johor Health Center as many as 45 people. The study sample size was 45 recruited using the total sampling technique. Data
was collected directly on the baby by measuring body mass index (BMI) according to PB/U or TB/U of children aged 1-5
years. Gross motor development was measured by administering a questionnaire, which was an analysis of research data
using the Chi-Square test.
Results: Most children under five had normal nutritional status and gross motor development. The nutritional status of
toddlers is significant to children's gross motor development.
Conclusions: Children aged 1-5 years with normal nutritional status are significantly related to children's gross motor
development. Balanced dietary intake plays a vital role in children's gross motor development.
Keywords: Nutritional status, toddlers, gross motor
Abstrak
Latar Belakang: Perkembangan motorik kasar anak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Masalah
motorik kasar sering dikaitkan dengan status gizi balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status gizi terhadap
perkembangan motorik kasar anak balita.
Metode: Desain penelitian yang digunakan berupa cross-sectional. Lokasi penelitian dilakukan di Puskesma
l
s Medan Johor,
mulai bulan Agustus-September 2023. Subjek penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita usia 1-5 tahun
yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Medan Johor sebanyak 45 orang. Besar sampel penelitian sebanyak 45 orang yang
direkrut dengan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan secara langsung kepada bayi, mengukur
status gizi berdasarkan IMT menurut PB/U atau TB/U anak usia 1-5 tahun, pengukuran perkembangan motorik kasar
dilakukan dengan pemberian kuesioner. Analisis data penelitian menggunakan uji Chi Square.
Hasil: Anak balita mayoritas memiliki status gizi normal dan perkembangan motorik kasar yang normal. Status gizi balita
signifikan terhadap perkembagan motorik kasar anak.
Kesimpulan: Anak balita usia 1-5 tahun dengan status gizi normal berhubungan signifikan dengan perkembanngan
motorik kasar anak. Asupan gizi yang seimbang berperan penting dalam perkembangan motorik kasar anak.
Kata kunci: Status gizi, balita, motorik kasar
Pendahuluan
Kemampuan motorik anak membantu mereka belajar dan tumbuh dalam semua aspek
kehidupan mereka, termasuk kemampuan untuk berpatisipasi dalam lingkungan rumah, sekolah,
dan komunitas mereka.1 Mendeteksi gangguan motorik merupakan tahap awal yang penting
dalam memberikan bantuan dan intervensi untuk anak dan keluarganya.2 Salah satu aspek pertama
dari fungsi adaptif yang dapat diamati secara langsung adalah perilaku motorik kasar.3 Meskipun
*
Email Korespondensi: tiarnidanababan@unprimdn.ac.id e-ISSN 3031-6502; p-ISSN 3032-0097
This article is distributed under the terms of the CC BY-SA license
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Original Article Open Access
Analisis status gizi terhadap perkembangan motorik kasar anak balita
Haga Journal of Public Health Vol.1 No.3 76
karakterisasi perilaku yang mendetail tentang perkembangan motorik kasar pada bayi dan balita
telah berkontribusi pada pengukuran perilaku yang berguna secara klinis,4 namun, studi mengenai
korelasi saraf kemampuan motorik kasar awal secara substansial lebih terbatas, terutama karena
adanya tantangan metodologis dari pencitraan berbasis tugas pada bayi.
Nutrisi merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut
(Israyati N, 2021), dalam hal perkembangan motorik kasar anak, nutrisi memainkan peran utama.
Memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang seimbang akan membantu mendukung
pertumbuhan dan perkembangan mereka, sehingga mereka dapat mencapai potensi maksimalnya.5
Malnutrisi dan hambatan pertumbuhan berkaitan dengan faktor nutrisi dan faktor non-nutrisi,
termasuk gangguan fungsi motorik oral, refluks gastroesofagus, aspirasi dan pneumonia,6 efek
neurotropik negatif, dan kelainan endokrin.7 Malnutrisi menghambat pertumbuhan otak yang
cepat dengan berdampak negatif pada struktur dan fungsinya, yang menyebabkan kekurangan
perkembangan di semua bidang pada anak-anak.8,9
Banyak penelitian yang telah mengamati hubungan antara nutrisi dan perkembangan anak di
lingkungan dengan sumber daya yang terbatas menemukan bahwa pola makan yang buruk dan
status gizi berhubungan dengan perkembangan.10,11 Studi lain melaporkan bahwa status gizi
signifikan terhadap perkembangan anak balita (p = 0,003).12 Sebanyak 90% balita dengan motorik
kasarnya suspek memiliki status gizi kurang. Status gizi balita berhubungan signifikan dengan
motorik kasar anak balita (p = <0,001).13 Walaupun berbagai penelitian terkait perkembangan
motorik kasar anak sudah banyak dilakukan, namun penelitian terkait status gizi anak terhadap
perkembangan motorik kasar anak penting dilakukan untuk mengidentifkasi berbagai dampaknya
terhadap perkembangan motorik anak balita. Keterlambatan perkembangan motorik kasar
berhubungan dengan kekurangan gizi kronis,14 sehingga perlu memperdalan analisis ini dengan
tujuan untuk mengetahui dampak status gizi terhadap perkembangan motorik kasar pada anak
balita usia 1-5 tahun.
Metode
Studi ini menggunakan desain cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesma
l
s Medan
Johor, mulai bulan AgustusSeptember 2023. Subjek penelitian ini adalah seluruh ibu yang
memiliki anak balita usia 1-5 tahun yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Medan Johor
sebanyak 45 orang. Besar sampel penelitian sebanyak 45 orang yang direkrut dengan
menggunakan teknik total sampling. Adapun kriteria inklusi sampel penelitian adalah (1) ibu yang
memiliki bayi usia 1-5 tahun (2) terdapat data lengkap pada medical record Puskesmas Medan
Johor, serta (3) Subjek bersedia menjadi responden selama penelitian berlangsung. Kemudian,
kriteria eksklusi adalah (1) ibu yang tidak bisa diwawancarai karena sedang sakit (2) subjek tidak
bersedia menjadi responden selama penelitian berlangsung. Variabel bebas studi ini terdiri dari
status gizi anak. Variabel terikatnya adalah perkembangan motorik kasar pada anak.
Untuk pengukuran status gizi anak usia 1-5 tahun, dilakukan pengukuran IMT menurut PB/U
atau TB/U anak usia 1-5 tahun yaitu 1 = sangat pendek (Z-score <-3 SD), 2 = pendek (Z-score -3
SD sd <- 2 SD), 3 = normal (Z-score -2 SD sd +3 SD), 4 = tinggi (Z-score > +3 SD). Untuk
pengukuran perkembangan motorik kasar diberikan 15 pertanyaan dengan pilihan jawaban yaitu
ya = 1 dan tidak = 0. Kemudian dikategorikan menjadi dua yaitu 1= normal dan 2 = tidak normal.
Selanjutnya, seluruh ibu bayi diberikan informed concent untuk menyatakan ketersediaan mereka
untuk terlibat dalam penelitian ini.
Pengolahan data penelitian dimulai dengan memberikan kode terhadap masing-masing
kategori status gizi dan perkembangan motorik kasar anak usia 1-5 tahun. Kemudian, dilakukan
penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang.15 Data dari penelitian
ini dimulai dengan analisis secara deskriptif, selanjutnya, peneliti melakukan analisis bivariat
menggunakan uji Chi Square pada α = 0,05. Adapun aplikasi statistik yang digunakan yaitu
aplikasi STATCAL (Free statistical application program).16
Nuraidah, et al.
77 Haga Journal of Public Health Vol.1 No.3
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 menunjukkan bahwa umur ibu paling banyak pada kategori 21-35 tahun yaitu 68,9%.
Sebanyak 64,5% ibu balita berpendidikan menengah (SMA/SMK), sebanyak 75,5% ibu balita
yang bekerja, dan jumlah anak ibu balita paling banyak pada kategorik multipara sebanyak 53,4%.
Hal ini sejalan dengan studi terdahulu bahwa hampir 91% sudah menikah dan 69,26% (419 dari
919) memiliki pendidikan formal. Rata-rata para ibu berusia 27,25 tahun, dengan standar deviasi
6,025, dan berkisar antara 15 hingga 50 tahun. Rata-rata rumah tangga memiliki lima orang yang
tinggal di dalamnya, dengan standar deviasi 1,5, dan 46% anak-anak tinggal di rumah tangga
dengan kurang dari empat orang dewasa.17
Tabel 1. Karakteristik Ibu Balita (n= 45)
Variabel
n
%
Umur ibu
20 tahun
2
4,4
21-35 tahun
31
68,9
>35 tahun
12
26,6
Pendidikan
Rendah (SD, SMP)
10
22,2
Menengah (SMA, SMK)
29
64,5
Tinggi (D3,S1)
6
13,3
Pekerjaan ibu
Bekerja
34
75,5
Tidak bekerja
11
24,5
Jumlah anak
Primipara
21
46,6
Multipara
24
53,4
Semua nutrisi penting untuk perkembangan otak, namun ada beberapa nutrisi yang sangat
penting di awal kehidupan, terutama jika kekurangan nutrisi tersebut bertepatan dengan periode
kritis atau sensitif.18 Kemampuan motorik kasar dapat terkena dampak negatif ketika kesehatan
gizi anak terabaikan.19 Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 66,7% anak balita memiliki status
gizi normal. Studi terdahulu melaporkan bahwa memastikan nutrisi yang tepat selama 1000 hari
pertama kehidupan anak sangat penting untuk mendorong perkembangan anak dan kesehatan
jangka panjang orang dewasa. Nutrisi prenatal ibu dan nutrisi anak selama dua tahun pertama
kehidupan (yang dikenal sebagai 1000 hari) memainkan peran penting dalam perkembangan saraf
dan kesehatan mental jangka panjang. Ketidakmampuan untuk mendapatkan nutrisi yang
diperlukan selama tahap perkembangan otak anak dapat menyebabkan fungsi otak yang buruk.20
Namun, stunting tidak berkorelasi secara signifikan dengan tingkat sosial ekonomi keluarga atau
perkembangan keterampilan motorik.21
Studi ini juga melaporkan bahwa sebanyak 77,8% anak balita memiliki perkembangan
motorik kasar yang normal. Perkembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus pada
anak berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi mereka terhadap berbagai tahap
pertumbuhan.22 Perkembangan keterampilan motorik merupakan salah satu aspek pertumbuhan
anak. Selain memfasilitasi pertumbuhan yang lebih baik, anak-anak yang memiliki keterampilan
motorik yang terkontrol dengan baik akan lebih mampu mengeksplorasi lingkungannya. Faktor-
faktor seperti pendidikan ibu, berat badan lahir, frekuensi stimulasi, dan status gizi mempengaruhi
perkembangan motorik. Status menyusui, pendidikan ibu, dan berat badan lahir merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik.23
Tabel 3 menunjukkan bahwa status gizi anak berhubungan secara signifikan terhadap
perkembangan motorik kasar anak (p = 0,006). Anak balita dengan status gizi pendek memiliki
kecenderungan 21,3 kali mengalami perkembangan motorik kasar yang tidak normal.
Analisis status gizi terhadap perkembangan motorik kasar anak balita
Haga Journal of Public Health Vol.1 No.3 78
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Status Gizi dan Perkembangan Motorik Kasar Anak (n=45)
Variabel
n
%
Status gizi
Norma
l
l
30
66,7
Pendek
15
33,3
Perkembangan motorik kasar
Normal
35
77,8
Tidak Normal
10
22,2
Menurut studi terdahulu melaporkan bahwa kejadian stunting signifikan terhadap
perkembangan motorik halus dan motorik kasar pada balita24 Proses tumbuh kembang anak
berkorelasi kuat dengan stunting. Stunting harus ditangani dengan hati-hati karena dapat
mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya manusia.25 secara statistik melaporkan bahwa
indikator PB/U dengan keterampilan motorik kasar (p=0.053, C=0.886, CI=95%), keterampilan
motorik halus (p=0.001, C=0.258, CI=95%), dan keterampilan bahasa (p=0.049, C=0.906,
CI=95%) adalah berhubungan secara signifikan. Namun, tidak ada hubungan antara indikator
TB/U dengan kematangan keterampilan sosial pada anak usia 0-24 bulan (p=0,116; C=0,363; CI
95%).26 Lima domain perkembangan yaitu komunikasi, motorik kasar, motorik halus, sosial
pribadi, dan pemecahan masalah berkorelasi positif dengan (TB/U) dan (BB/U).17
Tabel 3. Uji Chi Square (n=45)
Perkembangan motorik kasar balita
p
PR
95%CI
Normal
Tidak normal
Total
n
%
n
n
%
n
Lower
Upper
23
76,7
7
23
76,7
7
0,006
21,35
3,7
31,8
2
13,3
13
2
13,3
13
Kesimpulan
Dari hasil studi disimpulkan bahwa anak balita paling banyak memiliki status gizi normal dan
memiliki perkembangan motorik kasar yang normal. Status gizi balita signifikan terhadap
perkembagan motorik kasar anak. Untuk itu, termuan ini menyoroti perlunya peningkatan nutrisi
balita untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak balita sehingga dapat meningkatkan
kemampuan motorik kasar balita secara normal.
Ucapan Terima Kasih
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh ibu balita yang telah berpatisipasi dalam
penelitian ini.
Daftar Pustaka
1. Piek JP, Baynam GB, Barrett NC. The relationship between fine and gross motor ability, self-
perceptions and self-worth in children and adolescents. Hum Mov Sci. 2006;25(1):6575.
2. Griffiths A, Toovey R, Morgan PE, Spittle AJ. Psychometric properties of gross motor
assessment tools for children: a systematic review. BMJ Open 8: e021734. 2018.
3. Gibson EJ, Pick AD. An ecological approach to perceptual learning and development. Oxford
University Press, USA; 2000.
4. Mullen EM. Mullen scales of early learning. AGS Circle Pines, MN; 1995.
5. Israyati N. Relationship of Nutritional Status Towards Correct Motor Development in
Toddlers at Keluk Pakis Full Star Posyandu, Pekanbaru City, 2021. J Midwifery Nurs.
2021;3(2):803.
6. Sullivan PB. Gastrointestinal disorders in children with neurodevelopmental disabilities. Dev
Disabil Res Rev. 2008;14(2):12836.
Nuraidah, et al.
79 Haga Journal of Public Health Vol.1 No.3
7. Yakut A, Dinleyici EC, Idem S, Yarar C, Dogruel N, Colak O. Serum leptin levels in children
with cerebral palsy: relationship with growth and nutritional status. Neuroendocrinol Lett.
2006;27(4):50712.
8. Grantham-McGregor S, Cheung YB, Cueto S, Glewwe P, Richter L, Strupp B.
Developmental potential in the first 5 years for children in developing countries. Lancet.
2007;369(9555):6070.
9. Engle PL, Black MM, Behrman JR, De Mello MC, Gertler PJ, Kapiriri L, et al. Strategies to
avoid the loss of developmental potential in more than 200 million children in the developing
world. Lancet. 2007;369(9557):22942.
10. Aboud FE, Yousafzai AK. Global health and development in early childhood. Annu Rev
Psychol. 2015;66:43357.
11. Iannotti L, Jean Louis Dulience S, Wolff P, Cox K, Lesorogol C, Kohl P. Nutrition factors
predict earlier acquisition of motor and language milestones among young children in Haiti.
Acta Paediatr. 2016;105(9):e40611.
12. nindya zulis Windyarti ML, Amelia PF, Al Ashfiha E. Relationship between Toddler
Nutrition Status and Development of Toddler age 12-36 months. J Midwifery. 2021;5(1):31
5.
13. Reghita SG, Septiana E, Ardini WA. The Relationship Of Undernutrition And Gross Motor
Development Of Children Aged 1-5 Years. JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati).
2024;10(2):22834.
14. Cavagnari BM, Guerrero-Vaca DJ, Carpio-Arias TV, Duran-Aguero S, Vinueza-Veloz AF,
Robalino-Valdivieso MP, et al. The double burden of malnutrition and gross motor
development in infants: A cross-sectional study. Clin Nutr. 2023;42(7):11818.
15. Hulu VT, Sinaga TR. Analisis Data Statistik Parametrik Aplikasi SPSS dan STATCAL:
Sebuah Pengantar Bidang Kesehatan [Internet]. Yayasan Kita Menulis. 2019
16. Hulu VT, Kurniawan R. Memahami dengan Mudah Statistik Nonparametrik Bidang
Kesehatan: Penerapan Software SPSS dan STATCAL [Internet]. Jakarta: Kencana; 2021. 220
p.
17. Workie SB, Mekonen T, Mekonen TC, Fekadu W. Child development and nutritional status
in 1259 months of age in resource limited setting of Ethiopia. J Heal Popul Nutr. 2020;39:1
9.
18. Cusick SE, Georgieff MK. The role of nutrition in brain development: the golden opportunity
of the first 1000 days. J Pediatr. 2016;175:1621.
19. Nugroho B, Rahayu S. Hubungan Pengetahuan Ibu, Pola Asuh, Dan Status Gizi Terhadap
Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini. J Sport Sci Fit. 2021;7(1):327.
20. Schwarzenberg SJ, Georgieff MK, Daniels S, Corkins M, Golden NH, Kim JH, et al.
Advocacy for improving nutrition in the first 1000 days to support childhood development
and adult health. Pediatrics. 2018;141(2).
21. Syihab SF, Stephani MR, Kumalasari I, Suherman A. Socioeconomic Status in Relation to
Stunting and Motor Skill Development of Toddlers in Urban and Rural Areas. J Kesehat
Masy. 2021;16(3):3407.
22. Putri W, Stephani MR, Sumarno G. Early Childhood Motor Development and Body Mass
Index: A Demography Study of Children Aged 4-5 Years in Rural Area. J Pendidik Jasm dan
Olahraga. 2020;5(1):15.
23. Kusuma IR, Salimo H, Sulaeman ES. Path analysis on the effect of birthweight, maternal
education, stimulation, exclusive breastfeeding, and nutritional status on motoric
development in children aged 6-24 months in Banyumas District, Central Java. J Matern
Child Heal. 2017;2(1):6475.
24. Yulianti S. Stunting dan perkembangan motorik balita di wilayah kerja Puskesmas Kemumu
Kabupaten Bengkulu Utara. J Nutr Coll. 2020;9(1):15.
Analisis status gizi terhadap perkembangan motorik kasar anak balita
Haga Journal of Public Health Vol.1 No.3 80
25. Laily LA, Indarjo S. Literature Review: Dampak Stunting terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak. HIGEIA (Journal Public Heal Res Dev. 2023;7(3):35464.
26. Rohayati R, Iswari Y, Hartati S. Stunting Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar,
Motorik Halus Dan Bahasa Anak Usia 0-24 Bulan. J Endur. 2021;6(3):63141.
Cara mengutip:
Nuraidah, Yatina, N et al (2024). Analisis status gizi terhadap perkembangan motorik kasar
anak balita. Haga Journal of Public Health.1(3):75-80.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Stunting merupakan salah satu faktor resiko yang akan mengganggu perkembangan anak. Anak dengan stunting memiliki resiko 2,2 kali mengalami gangguan perkembangan, 3,45 mengalami masalah komunikasi dan 1,86 kali mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan stunting dengan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa dan sosialisasi pada anak usia 0-24 bulan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di desa Sukaluyu dan Sri Kamulyan Kabupaten Karawang. Sampel berjumlah 234 anak usia 0-24 bulan. Kriteria inklusi yang ditentukan adalah anak dalam kondisi sehat dan memiliki KMS/ buku KIA.Analisis data dilakukan menggunakan uji Chisquare dan koefisien kontingensi. Hasil penelitian menunjukkan 11,97% responden berada dalam kategori pendek dan 14,96% kategori sangat pendek. Perkembangan anak yang mengalami keterlambatan antara lain: 32,48% motorik kasar, 7,26% motorik halus, 11,97% bahasa dan 8,97% sosialisasi. Hasil menunjukkan terdapat hubungan antara panjang badan / Usia dengan motorik kasar (p value 0,053; C 0,886; CI 95%), motorik halus (p value 0,001; C 0,258; CI 95%), bahasa (p value 0,049; C 0,906; CI 95%). Kondisi tinggi badan/ usia terbukti tidak berhubungan dengan perkembangan sosialisasi anak usia 0-24 bulan (p value 0,116; C 0,363; CI 95%). Disimpulkan bahwa monitoring dan edukasi kepada kader posyandu dan keluarga sangat penting agar stimulasi gizi dan perkembangan anak dapat dilakukan sedini mungkin.
Book
Full-text available
Tehnik Pengolahan Statistik NonParametrik dalam bidang Kesehatan dengan menggunakan SPSS dan STACAL.
Article
Full-text available
The development of child motor skills is closely related to nutritional status. Stunted children generally experience delays in motor development. The objective was to determine the relationship between stunting, socioeconomic status, and children's motor skill development. This research was conducted in 2018 using a cross-sectional method. Respondents were 80 children aged 48-60 months in urban and rural areas of West Java. The researcher used a simple random technique data collection on anthropometric, socioeconomic , and motor skills development. Then it was analyzed using chi-square and Fisher exact methods. The researcher used a simple random technique data collection on anthropometric, socioeconomic, and motor skills development. Then it was analyzed using chi-square and Fisher exact methods. We found that stunting prevalence in rural areas was higher than in urban areas. As much as 30 % of children in rural areas and only 12.5 % of children in urban areas were categorized as stunted. There is no significant association between stunting with the family's socioeconomic status and motor skill development. The weight for the age variable showed a significant association with stunting. Children who are malnourished have a stunting risk of 10.9 times greater than normal children (OR 10.9 p < 0.001).
Article
Full-text available
National development is essentially human development as a whole which must start as early as possible, namely from the womb and during infancy. The growth and development of infants and toddlers take place through certain patterns. The first three years from birth are a period in which billions of Glial cells continue to grow to fertilize neurons. Little one's head, but for the fact that the first three years of little one's development are golden periods in the formation of his smart brain. Because the brain grows very rapidly and will reach 70-80% in the first 3 years of your child's life. Based on the nutritional status of children under five (weight/age) in Sragen regency in 2011 there were 84.03% normal nutrition, 1.89% undernutrition, and 0.01% poor nutrition Preliminary study conducted in Nglangak Kwangen village, Gemolong Sragen, namely there are 55 toddlers, there are 4 toddlers who experience developmental disorders. Speech and language disorders of 2 toddlers and 1 toddler with gross motor impairment are toddlers aged 12 months who cannot sit alone without assistance.
Article
Full-text available
Latar Belakang : Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Indonesia merupakan negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar di dunia yaitu sebanyak 37%. Balita yang mengalami stunting memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan berisiko menurunnya tingkat produktivitas sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan. Prevalensi stunting di Bengkulu rata-rata 29,4%, dimana kejadian tertinggi terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara (35,8%).Tujuan : Mengetahui hubungan stunting dengan perkembangan motorik halus dan motorik kasar pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kemumu Kabupaten Bengkulu Utara.Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Analisa data menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Jumlah sampel sebanyak 100 balita, diambil dengan teknik purposive sampling. Penilaian stunting dinyatakan dengan z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) dan diklasifikasikan berdasarkan WHO. Perkembangan anak diukur dengan tes Denver II.Hasil :Sebanyak 32 (32%) balita dengan stunting, hasil uji korelasi statistik menunjukkan ada hubungan antara stunting dengan perkembangan motorik halus (p=0,003) dan motorik kasar (p=0,004) pada balita.Kesimpulan :Ada hubungan stunting dengan perkembangan motorik halus dan motorik kasar pada balita.
Article
Full-text available
Background: Early years of life are period of maximal growth and development of human brain. Development of young child is influenced by biological endowment and health of child, nutritional status of child, relationships with primary caregivers, family, and support systems in the community. This study was aimed to assess childhood development in relation to their nutritional status. Method: Community-based cross-sectional study was employed. Multi-stage systematic random sampling technique was used to select 626 children aged 12-59 months with mother/caregivers' pairs in Wolaita district in 2015. Child development assessment was done using third edition of age and stage questionnaire. Height and weight were measured by trained data collectors then the WHO Anthro version 3.2.2 software was used to convert nutritional data indices. Data were entered into Epi-info version 3.3.5 and was exported and analyzed using STATA version 14. Correlation and multiple logistic regression were used. Result: High risk of developmental problem in children were 19.0% with 95% CI (16.06%, 22.3%), and it is expressed as communication 5.8%, gross motor 6.1%, fine motor 4.0%, personal social 8.8%, and problem solving 4.1%. One-third (34.1%) of the study participants were stunted while 6.9% and 11.9% of them were wasted and underweight respectively. Weight-for-age (WAZ) and height-for-age positively correlated with all five domains of development, i.e., with communication, gross motor, fine motor, personal social, and problem solving (r = 0.1 - 0.23; p < 0.0001, and r = 0.131 - 0.249; p < 0.0001) respectively. Conclusion and recommendation: Overall child development was directly related with nutritional status. So, available resources should be offered to decrease children undernutrition. Further assessment on childhood development of children is necessary.
Article
Full-text available
A child motor development and body mass index are determinant aspects yet important predictors for other aspect of development. However, both of them are also influenced by other factors, including the parents’ socioeconomic status. Therefore, this study was aimed at finding out the relationship between parents’ socioeconomic status with the children’ motor development and body mass index, especially for the children living in rural area. The study was an ex-post facto study. The study used Ages and Stages Questionnaire (ASQ) 3rd Edition to measure the children motor development and Instrument (Scale) for Measuring the Socioeconomic Status of a Family Questionnaire to measure the socioeconomic status of the parents. The children body mass index were calculated from the height and weight. The study involved 64 children as the participants. However, only 53 data of the children that were eligible to be analyzed after the data cleaning process was conducted. The data were analyzed by using statistic calculation by the help of SPSS application. The results of the study found that most of the children were coming from upper middle and lower middle status. Their body mass index were mostly in thin category. However, their motor development seems to be on the schedule. Only a small number of the children who need more activities or further professional assessment. Moreover, there was no significant relationship between the parents’ socioeconomic status and the children motor development and body mass index was found. The study indicates that the children weight status were alarming and need further attention. However, the data were taken from a small number of participant, thus it cannot be generalized to summarize a general depiction of all children in rural area.
Article
Objective: The objective of the present work was to study the relationship between the double burden of malnutrition and gross motor development in infants. Method: ology: Sample included 5900 infants under 24 months of age, participants of the ENSANUT-ECU study. To evaluate nutritional status, we calculated z-scores for body mass index/age (BAZ) and height/age (HAZ). Six gross motor milestones were considered: sitting without-support, crawling, standing and walking with-support, standing and walking without-support. Data was analysed using logistic regression models in R. Results: Independently form age, sex and other socio-economic factors, the probability of achieving three gross motor milestones was significantly lower among chronically undernourished infants compared to their peers: sitting without-support, crawling, and walking without-support. Compared to no malnourished infants the probability of sitting without-support at six months was 10% lower for chronically undernourished infants (0.70, 95%CI [0.64-0.75]; 0.60, 95%CI [0.52-0.67]; respectively). The probability of crawling at eight months and walking without-support at 12 months were also significantly lower among chronically undernourished infants (0.62, 95%CI [0.58-0.67]); 0.25, 95%CI [0.20-0.30]; respectively) in comparison to no malnourished infants (0.67, 95%CI [0.63-0.72]); 0.29, 95%CI [0.25-0.34]; respectively). Obesity/overweight was not associated with the achievement of gross motor milestones, except for sitting without-support. Chronically undernourished infants with low or high BMI/age were generally delayed in the achievement of gross motor milestones than their peers. Conclusions: Chronic undernutrition is related to delayed gross motor development. Public health measures are needed to be implemented to prevent the double burden of malnutrition and its detrimental effects on infant development.
Article
Kurangnya pengetahuan ibu tentang kemampuan motorik kasar, kurang tepatnya penerapan pola asuh orang tua dalam membina anaknya, dan kurangnya perhatian terhadap status gizi anak dapat menghambat kemampuan motorik kasar anak. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kemampuan motorik kasar anak, 2) mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kemampuan motorik kasar anak, 3) mengetahui hubungan kondisi status gizi anak dengan kemampuan motorik kasar anak. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan satu variabel terikat yaitu kemampuan motorik kasar anak, dan tiga variabel bebas yaitu pengetahuan ibu, pola asuh orang tua, dan status gizi anak. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas 1 MI Maarif Banyukuning berjumlah 34 siswa, ibu dari siswa sejumlah 34, dan orang tua siswa sejumlah 34. Instrumen yang digunakan wawancara, panduan observasi, tes pengukuran IMT dan tes status gizi. Hasil penelitian ini adalah adanya hubungan yang sangat baik antara pengetahuan ibu, pola asuh orang tua dan status gizi dengan kemampuan motorik kasar anak. Simpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan baik antara pengetahuan ibu dengan kemampuan motorik kasar anak, ada hubungan baik antara pola asuh orang tua dengan kemampuan motorik kasar anak, dan ada hubungan baik antara status gizi anak dengan kemampuan motorik kasar anak.
Article
This Policy Statement was reaffirmed October 2023 Maternal prenatal nutrition and the child's nutrition in the first 2 years of life (1000 days) are crucial factors in a child’s neurodevelopment and lifelong mental health. Child and adult health risks, including obesity, hypertension, and diabetes, may be programmed by nutritional status during this period. Calories are essential for growth of both fetus and child but are not sufficient for normal brain development. Although all nutrients are necessary for brain growth, key nutrients that support neurodevelopment include protein; zinc; iron; choline; folate; iodine; vitamins A, D, B6, and B12; and long-chain polyunsaturated fatty acids. Failure to provide key nutrients during this critical period of brain development may result in lifelong deficits in brain function despite subsequent nutrient repletion. Understanding the complex interplay of micro- and macronutrients and neurodevelopment is key to moving beyond simply recommending a “good diet” to optimizing nutrient delivery for the developing child. Leaders in pediatric health and policy makers must be aware of this research given its implications for public policy at the federal and state level. Pediatricians should refer to existing services for nutrition support for pregnant and breastfeeding women, infants, and toddlers. Finally, all providers caring for children can advocate for healthy diets for mothers, infants, and young children in the first 1000 days. Prioritizing public policies that ensure the provision of adequate nutrients and healthy eating during this crucial time would ensure that all children have an early foundation for optimal neurodevelopment, a key factor in long-term health.