ArticlePDF Available

Efektivitas Pendekatan PMRI Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Materi Pecahan Senilai di Mis Setia Bhakti Trawas

Authors:

Abstract and Figures

Mathematics is a subject that must be given since children are at the elementary school level up to college. However, mathematics is not much in demand by students, and mathematics is considered a difficult subject for the majority of students. This is reinforced by research conducted by TIMSS 2015 which illustrates that Indonesia is in the bottom 6th position, as well as the results of PISA 2018 which show rank 70 out of 78 countries. Some of the causes of this are the lack of variety and abstract mathematics learning, and this is contrary to the concrete way of thinking of elementary school students. The Indonesian Realistic Mathematics Learning Approach (PMRI) is an approach that can lead students to think from concrete situations to mathematical concepts by developing practical, logical, critical, and honest thinking patterns. PMRI also makes students understand problems in everyday life. The research aims to find out how effective PMRI is on the mathematics learning outcomes of fourth-graders infractions at MIN Setia Bhakti Trawas. This type of research is quantitative research with a quasi-experimental method by taking the subject using a purposive sampling technique. Data collection techniques in this study use tests. The results of the study using the N-Gain score test showed that the average N-Gain score for the PMRI class was 52.92%, which was included in the quite effective category. Meanwhile, the average N-Gain score for the control class is 27.44%, including the criteria for being not effective.
Content may be subject to copyright.
Chalim Journal of Teaching and Learning
e-ISSN: 2798-1533
Volume 1, Issue. 2, 2021, pp. 182-189
Efektivitas Pendekatan PMRI Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas
IV Materi Pecahan Senilai di MIS Setia Bhakti Trawas
Yhasinta Agustyarini*1, Hanik Masruroh*2
Institut Pesantren KH.Abdul Chalim
Institut Pesantren KH.Abdul Chalim
e-mail: yhasinta2018@gmail.com
Submitted: 15-11-2021 Revised : 12-12-2021 Accepted: 02-01-2022
ABSTRACT. Mathematics is a subject that must be given since children are at the elementary
school level up to college. However, mathematics is not much in demand by students, and
mathematics is considered a difficult subject for the majority of students. This is reinforced by
research conducted by TIMSS 2015 which illustrates that Indonesia is in the bottom 6th position,
as well as the results of PISA 2018 which show rank 70 out of 78 countries. Some of the causes of
this are the lack of variety and abstract mathematics learning, and this is contrary to the concrete
way of thinking of elementary school students. The Indonesian Realistic Mathematics Learning
Approach (PMRI) is an approach that can lead students to think from concrete situations to
mathematical concepts by developing practical, logical, critical, and honest thinking patterns.
PMRI also makes students understand problems in everyday life. The research aims to find out
how effective PMRI is on the mathematics learning outcomes of fourth-graders infractions at
MIN Setia Bhakti Trawas. This type of research is quantitative research with a quasi-experimental
method by taking the subject using a purposive sampling technique. Data collection techniques in
this study use tests. The results of the study using the N-Gain score test showed that the average
N-Gain score for the PMRI class was 52.92%, which was included in the quite effective category.
Meanwhile, the average N-Gain score for the control class is 27.44%, including the criteria for
being not effective
Keywords: PMRI, Mathematics, Learning Outcome, Elementary School.
https://doi.org/10.31538
How to Cite
Agustyarini, Y. (2021). Efektivitas Pendekatan PMRI Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV
Materi Pecahan Senilai di MIS Setia Bhakti Trawas. Chalim Journal of Teaching and Learning,
Volume 1( 1), 1-5.
PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika di SD adalah pembelajaran yang memotivasi siswa menggali rasa
ingin tahu mereka dari segala sumber, serta mampu menganalisis masalah kompleks bukan hanya
menyelesaikan masalah mudah dan sederhana dalam kehidupan keseharian siswa. Matematika
juga merupakan bidang study yang dipelajari siswa mulai dari jenjang sekolah dasar, sekolah
menengah, bahkan sampai jenjang perguruan tinggi. Hal ini dimaksudkan agar siswa dibekali
dengan mata pelajaran yang dapat menjadikan siswa sebagai subjek yang berpikir logis, sistematis,
analitis, kreatif dan kritis serta mampu dalam bekerja sama dengan kelompok dalam
lingkungannya (Effendi, 2012). Selain itu, satu alasan penting bahwa pembelajaran matematika
diberikan kepada siswa di sekolah adalah agar setiap individu memperoleh konsep dan
keterampilan yang membantu mereka dalam memecahkan persoalan dalam kehidupannya. Hal ini
dikarenakan matematika memiliki tujuan untuk semua jenjang pendidikan yaitu agar siswa
mampu: (1) memahami konsep matematika, (2) menggunakan penalaran logis, (3) memecahkan
Efektivitas Pendekatan PMRI Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Materi Pecahan Senilai di MIS Setia Bhakti Trawas
Chalim Journal of Teaching and Learning, Volume 1, Issue. 2, 2021, pp. 182-189 183
masalah, (4) mengkomunikasikan pendapat dan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain, dan (5) memiliki sikap menghargai manfaat matematika dalam kehidupan. Dari tujuan
tersebut, maka matematika menjadi pelajaran wajib di sekolah dasar.
Pendidikan matematika di Indonesia dewasa ini belum bisa dikatakan baik. Matematika
adalah mata pelajaran yang dipelajari di semua jenjang pendidikan. Namun, mendengar kata
matematika sebagian besar siswa sudah merasa inferior, anggapan susah terhadap matematika,
mata pelajaran yang sulit dipelajari dan akhirnya menjadikan siswa mempelajari matematika
dengan perasaan tertekan. Matematika menjadi momok menakutkan bagi mayoritas siswa
sehingga banyak siswa yang tidak tuntas KKM. Hal ini merupakan bukti yang menjadi salah satu
alasan bahwa prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika cukup rendah, (Sujiva
Siridej, dkk, 2013).
Penelitian ini mengambil lokasi di Lembaga Pendidikan Ma’arif NU MIS Setia Bhakti, yang
berlokasi di Jln. Embong Tengah No.111 Desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas, Kabupaten
Mojokerto. Penelitian prasurvey yang dilakukan dan berdasarkan hasil wawancara terhadap guru
matematika kelas IV, selama ini pembelajaran matematika masih dilaksanakan secara
konvensional yaitu menggunakan model pembelajaran langsung dengan metode pembelajaran
demonstrasi. Siswa kelas IV juga kurang antusiasmenya terhadap pembelajaran matematika dan
dari hasil angket pra surveymenunjukkan bahwa siswa menggap matematika sulit. Guru
matematika kelas IV memberikan keterangan bahwa sulit untuk memberikan pendampingan
secara menyeluruh kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam proses memahami materi pada
matematika dikarenakan jam tatap muka yang terbatas pada saat ini yang disebabkan oleh wabah
Covid-19.
Kebanyakan orang mempunyai pemikiran bahwa matematika dianggap sebagai pelajaran
yang bersifat abstrak, banyak rumus dan simbol yang asing serta sulit untuk diaplikasikan di dunia
nyata sehingga menjadikan matematika kurang diminati. Meskipun mayoritas orang menganggap
bahwa matematika adalah hal yang sulit untuk dipelajari, tetapi matematika tetap harus dipelajari
sebab matematika merupakan alat yang digunakan dalam pemecahan masalah sehari-hari. Hampir
semua mata pelajaran memerlukan matematika sehingga kesulitan-kesulitan matematika harus
dipelajari sejak dini karena jika tidak maka setiap individu akan kebingungan ketika menghadapi
sebuah masalah.
Pendidikan di Indonesia mempunyai beberapa permasalahan, salah satu masalahnya yaitu
sangat lemah dalam proses pembelajaran. Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMMS) adalah riset Internasional yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan di bidang
matematika dan IPA pada siswa kelas 4 dan kelas 8. Siklus penelitian tersebut dilakukan 4
tahunan dengan anggota sekarang mencapai 50 Negara. Pada tahun 2015 TIMMS merilis hasil
risetnya dan posisi Indonesia berada di nomor 45 dari 50 negara. Sedangkan survey yang
dilakukan oleh Programme for International Student Assesment (PISA), yaitu studi riset yang dilakukan
oleh organisasi OECD pada anak yang berusia 15 tahun setiap tiga tahun sekali, menunjukkan
posisi kemampuan matematika siswa Indonesia yang berada pada peringkat ke-70 dari 78 negara
dengan skor 396 dari skor rerata 489, (Balitbang Kemendikbud, 2019). Grafik hasil evaluasi PISA
dari tahun 2000 sampai dengan 2018 dapat dilihat paga gambar 1 berikut.
Yhasinta Agustyarini*1, Hanik Masruroh*2
184 Chalim Journal of Teaching and Learning, Volume 1, Issue. 2, 2021, pp. 182-189
Figure 1 Trends inperformance in reading, mathematics and science (OECD, 2018)
Presiden Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI) Drs. FirmanSyah Noor, M.Pd
mengemukakan salah satu faktor penyebab indeks literasi matematika rendah yaitu kurikulum
pembelajaran matematika di Indonesia belum berorientasi pada pemecahan masalah, melainkan
pada hal-hal yang sifatnya masih prosedural. Siswa dibiasakan untuk menghafalkan rumus
matematika tetapi kurang penguasaan dalam aplikasi pemecahan masalah, (Nurfuadah, 2013). Hal
ini merupakan alasan kenapa siswa belum mampu dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-
hari dalam bentuk soal cerita kontekstual.
Menurut Ebutt and Strakker, (1995), matematika sekolah adalah kegiatan yang dilakukan
siswa yang meliputi kegiatan pencarian pola dan hubungan, kegiatan dalam matematika
membutuhkan kreativitas, imajinasi, intuisi dan penemuan, hasil-hasil matematika perlu
dikomunikasikan, kegiatan pemecahan masalah, algoritma merupakan cara untuk memperoleh
jawaban dari persoalan matematika, interaksi sosial dibutuhkan dalam kegiatan matematika. Hal
ini sesuai dengan PMRI yang bermula dari konsep Realistic Mathamatics Education (RME). RME
pertama kali dicetuskan oleh professor Hans Freudenthal seorang matematikawan yang berasal
dari Belanda. Hans mengembangkan pendekatan dalam belajar matematika yang dikenal dengan
RME. RME tidak hanya menitikberatkan pada satu aspek saja, tetapi RME menggabungkan
beberapa aspek yaitu apa itu matematika, bagaimana siswa dalam belajar matematika dan
bagaimana cara matematika itu diajarkan, (Hadi, 2017: 6)
Pendekatan matematika realistik merupakan sebuah pendekatan pembelajaran matematika
yang berfokus pada kemampuan penalaran siswa dalam memecahkan permasalahan realistik yang
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pola pikir praktis, logis, kritis, dan jujur. Di
Indonesia, PMR dikenalkan oleh RK Sembiring dan Pontas Hutagalung dan diresmikan pada 20
Agustus 2001 yang dinamakan dengan PMRI (Pendidikan Matematika realistik Indonesia). Salah
satu alasan kenapa PMR bisa diterima di seluruh dunia terutama Indonesia adalah berdasarkan
pemikiran Hans Freudenthal bahwasanya matematika adalah suatu aktivitas manusia yang harus
dikaitkan atau dihubungkan ke dunia nyata. Siswa akan diberikan kesempatan untuk melakukan
kegiatan penemuan kembali konsep matematika melalui pembimbingan dari guru, dan konsep-
konsep tersebut harus dimulai dari dunia nyata.
PMRI juga menekankan agar guru dapat membawa matematika pada pembelajaran
bermakna dengan cara menghubungkannya dalam kehidupan kontekstual nyata sehari-hari. Dunia
nyata merupakan sesuatu hal di luar matematika, seperti lingkungan di sekitar kita maupun
kehidupan sehari-hari. Kata real atau dunia nyata sebagai sesuatu yang bersifat konkret yang
Efektivitas Pendekatan PMRI Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Materi Pecahan Senilai di MIS Setia Bhakti Trawas
Chalim Journal of Teaching and Learning, Volume 1, Issue. 2, 2021, pp. 182-189 185
disampaikan melalui matematika kepada siswa, (Sembiring, 2010: 11-16). Gravemeijer (dalam
Hulukati, 2014: 34) menyampaikan bahwa PMRI memiliki tiga prinsip dalam pembelajaran
matematika yaitu sebagai berikut: (1) Menemukan kembali (guided reinvention). Siswa harus
diberikan kesempatan yang sama dimana konsep-konsep matematika ditemukan. Pembelajaran
berlangsung dari permasalahan yang kontekstual kemudian siswa diharapkan menemukan kembali
teorema-teorema matematika. Permasalahan kontekstual yang dipilih guru diusahakan
mempunyai berbagai kemungkinan suatu solusi. Dari hal tersebut siswa diminta kreativitasnya
dalam mencari solusi dari permasalahan yang ada, sehingga muncul cara atau strategi yang
berbeda dalam memecahkan masalah tersebut. (2) Fenomena didaktik (didactical phenomenology)
merupakan fenomena yang memperkenalkan bahasan topik dalam matematika melalui
permasalahan yang kontekstual. (3) Pengembangan sendiri model matematika (self-development
models). Prinsip ini merupakan jembatan penghubung antara pengetahuan informal dengan
matematika formal. Masalah yang bersifat kontekstual akan digeneralisasi dan diformalisasi
sehingga menjadi suatu model penalaran matematika. Siswa diberikan kebebasan dalam
pemecahan masalah menurut kreativitasnya menggunakan model yang telah digeneralisasikan
tadi.
Ketiga prinsip PMRI tersebut mempunyai beberapa karakteristik yang berasal dari RME
dimana dalam pelaksanaannya mengikuti budaya daerah setempat. Karakteristik PMRI secara
umum yaitu: (a) Penggunaan masalah kontekstual memiliki fungsi untuk memanfaatkan hal nyata
sebagai sumber dari pembelajaran matematika. Masalah kontekstual ini akan menjadi suatu
konsep yang dimiliki siswa dalam penerapan kaidah-kaidah matematika yang bersifat abstrak.
Sehingga siswa akan melibatkan pengalamannya dalam menemukan suatu rumus dalam
matematika. (b) Penggunaan bermacam-macam model. Setelah dimulai dengan hal yang nyata
atau masalah kontekstual, maka siswa dapat mengembangkan sendiri model matematikanya sesuai
dengan hal yang dekat darinya. Dengan mengkonstruksikan model-model yang
dikembangkannya, siswa akan dapat menambah pemahaman mereka akan matematika. Selain itu
model tersebut merupakan jembatan bagi siswa untuk memahami matematika dari situasi
informal menuju ke formal. (c) Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa. Siswa dilibatkan dalam
setiap kegiatan matematika yang diharapkan memberi kesempatan dan membantu siswa untuk
menjelaskan model dari kegiatan matematis informal. Siswa dibebaskan berkreasi dalam
memecahkan suatu masalah dengan menggunakan variasi cara maupun strategi. Hal ini akan
bermanfaat karena dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa. (d). Penggunaan
interaksi dalam PMRI bertujuan untuk menjalin komunikasi baik antar siswa maupun antara siswa
dengan guru agar dalam proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Negosiasi, intervensi,
kooperasi dan evaluasi antar siswa maupun antara siswa dengan guru merupakan bentuk-bentuk
interaksi yang bersifat eksplisit yang digunakan untuk merubah dari bentuk informal siswa
menuju bentuk formal matematika. (e) Keterkaitan (intertwinment) antara aspek-aspek matematika.
Struktur dan konsep-konsep matematika yang berkaitan antara bagian-bagian materi harus
dieksplorasi agar muncul terjadinya proses pembelajaran yang bermakna. Pengaplikasian
matematika tidak cukup dengan aritmatika, aljabar, geometri saja melainkan diperlukan
pengetahuan bidang-bidang lain yang mendukung pengaplikasian dari matematika tersebut.
Mengabaikan keterkaitan pengetahuan antara bidang-bidang lain akan berpengaruh dalam
pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika yang sering dilakukan di sekolah adalah pembelajaran langsung
dimana guru akan menyampaikan tujuan dan menjelaskan materi. Setelah menjelaskan materi,
guru memberikan demonstrasi cara dalam menyelesaikan soal dalam bahan ajar. Pendekatan
PMRI dengan pembelajaran konvensional yang dalam hal ini pembelajaran langsung mempunyai
beberapa perbedaan. Perbandingan kedua pembelajaran tersebut dapat dilihat pada tabel 1
berikut.
Yhasinta Agustyarini*1, Hanik Masruroh*2
186 Chalim Journal of Teaching and Learning, Volume 1, Issue. 2, 2021, pp. 182-189
Tabel 1 Perbandingan Pembelajaran dengan pendekatan PMRI dengan Pembelajaran Konvensional
(Pembelajaran Langsung)
Pembelajaran dengan pendekatan PMRI
Pembelajaran Konvensional (Pembelajaran
Langsung)
Pembelajaran berorientasi pada konsep matematisasi
siswa dan menggunakan media benda- benda nyata atau
konkret.
Pembelajaran berorientasi pada tipe siswa yang
dihasilkan, alur pembelajaran dan lingkungan belajar.
Pembelajaran langsung menggunakan metode
demonstrasi yaitu Guru langsung menjelaskan di depan
kelas.
Langkah-langkah dalam pembelajaran PMRI:
a. Memahami masalah kontekstual.
b. Memilih model matematika yang sesuai dalam
penyelesaian masalah.
c. Menyelesaikan permasalahan realistis.
d. Membandingkan dan melakukan diskusi terhadap
penyelesaian masalah.
e. Menegosiasikan penyelesaian masalah.
Langkah-langkah dalam pembelajaran langsung:
a. Menyampaikan kompetensi atau tujuan
pembelajaran.
b. Mendemonstrasikan pengetahuan serta
keterampilan yang diajarkan.
c. Memberikan latihan terbimbing.
d. Memberi perluasan latihan mandiri.
METODE
Penelitian ini mengunakan penelitian jenis kuantitatif, dengan metode Quasi Eksperiment.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain nonequivalent control group design yang merupakan
desain yang paling fisibel karena random assignment mustahil dilakukan. Populasi dalam
penelitian ini yaitu siswa di MIN Setia Bhakti yang berjumlah 50 sedangkan sampelnya yaitu 25
siswa kelas VI A sebagai kelas kontrol (pendekatan PMRI) dan 25 siswa kelas VI B sebagai kelas
eksperimen (pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran langsung).
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes hasil belajar siswa materi pecahan senilai
yang berjumlah 10 soal pilihan ganda dan 10 soal uraian. Tes akan diberikan sebanyak dua kali
yaitu pretes dan postes dan mempunyai tingkat kesulitan serta indikator yang sama pada materi
pecahan senilai. Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, soal pretes dan postes terlebih
dahulu divalidasi oleh dosen matematika dan guru bidang studi serta diujicobakan pada siswa
kelas V untuk diketahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Selain diuji validitas dan
realibilitasnya, instrumen juga dianalisis berdasarkan tingkat kesukaran dan daya pembeda.
Teknik analisis data dalam pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji independent sample
t test. Uji t dengan dua sampel berbeda ini digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan hasil
belajar matematika untuk kelas control dan kelas eksperimen dari data post-test. Setelah dilakukan
uji t dengan dua sampel beda, selanjutnya dilakukan uji skor N-Gain untuk menguji keefektifan
pembelajaran pada kelas eksperimen serta kelas kontrol. Pengujian statistik dilakukan dengan
menggunakan bantuan SPSS 23.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian ini dilakukan dalam total lima kali pertemuan dengan waktu 3 x 35 menit setiap
pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pre-test sedangkan pertemuan terakhir adalah pemberian
post-test. Sebelum dilakukan pembelajaran PMRI, diberikan pre-test terlebih dahulu kepada subjek
penelitian. Setelah tiga kali pertemuan pembelajaran PMRI diberikan soal post-test untuk dilihat
hasil belajar siswa pada materi pecahan senilai. Hasil pre-test dan hasil post-test yang telah dilakukan
pada saat penelitian dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
Efektivitas Pendekatan PMRI Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Materi Pecahan Senilai di MIS Setia Bhakti Trawas
Chalim Journal of Teaching and Learning, Volume 1, Issue. 2, 2021, pp. 182-189 187
Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif Data Pre-Test dan Post-Test Hasil Belajar Materi Pecahan Kelompok
Eksperimen dan Kontrol
Kelas
Minimum
Maksimum
Rerata
Standar Deviasi
Pre-Test Eksperimen
30
75
55,84
11,175
Post-Test Eksperimeni
60
96
78,92
9,447
Pre-Test Kontroli
20
70
46,84
12,993
Post-Test Kontrol
50
78
62,04
7,7
Berdasarkan tabel 2, hasil belajar siswa kelas IV di MIS Setia Bhakti pada materi pecahan
senilai terdapat perbedaan rerata hasil post-test yaitu rerata post-test kelompok eksperimen sebesar
78,92 sedangkan rerata post-test kelompok kontrol sebesar 62,04.
Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka dilakukan uji persyaratan analisis data terlebih
dahulu. Uji persyaratan analisis data yang dilakukan antara lain uji normalitas dan uji homogenitas
varians. Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai Shappiro Wilk dengan menggunakan SPSS
yaitu pre-test eksperimen sebesar 0,968; post-testeksperimen sebesar 0,954; pre-test kontrol
sebesar 0,949; dan post-test kontrol sebesar 0,946 yang semua nilai > 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa data pre-test dan post-test kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal.
Data hasil uji homogenitas diperoleh nilai Sig. Based on Mean adalah 0,204 > 0,05, sehingga
dapat dikatakan bahwa varians data post-test kelas eksperimen dan post-test kelas kontrol ialah
homogen atau sama. Selanjutnya, data tersebut telah siap untuk digunakan pada uji independent
sample t-test. Fungsi uji independent sample t-test adalah untuk mengetahui perbedaan rata-rata
pada dua sampel yang saling bebas. Berdasarkan hasil perhitungan pada hasil analisis data,
hasilnya menunjukkan ada perbedaan antara  dan . Hasil analisis dengan uji t-test
diperoleh nilai  sebesar 6,925 dan nilai  pada taraf signifikan 5% sebesar 2,0017. Dari
hasil tersebut didapat bahwa  >  sehingga Ho ditolak, maka ada perbedaan hasil
belajar pada pembelajaran dengan pendekatan PMRI dan pembelajaran konvensional. Sedangkan
peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya pembelajaran dengan
pendekatan PMRI pada kelas eksperimen serta pembelajaran konvensional pada kelas kontrol
dapat dilihat dari perhitungan Uji Normalized-Gain pada tabel 3 berikut.
Table 3 Hasil Statistik Deskriptif Data Pre-Test dan Post-Test Hasil Belajar Materi Pecahan Kelompok
Eksperimen dan Kontrol (11pt, after spacing 6pt)
No.
Analisis
Hasil Analisis Skor N-Gain
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
1.
Rata-rata
0,5292
0,2744
2.
Minimum
0,09
0,09
3.
Maksimum
0,87
0,56
4.
Kriteria
Cukup Efektif
Tidak Efektif
Tabel di atas menunjukkan bahwa rerata skor N-Gain untuk kelas eksperimen (PMRI) yaitu
sebesar 0,5292 yang termasuk kategori cukup efektif. Sedangkan rerata skor N-Gain pada kelas
kontrol (Pembelajaran Langsung metode demonstrasi) yaitu sebesar 0,2744 yang termasuk
kategori tidak efektif. Kesimpulannya adalah bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan
PMRI lebih efektif jika dibandingkan pembelajaran matematika dengan metode konvensional
(pembelajaran langsung) terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas IV di MIS
Setia Bhakti pada materi pecahan senilai.
Yhasinta Agustyarini*1, Hanik Masruroh*2
188 Chalim Journal of Teaching and Learning, Volume 1, Issue. 2, 2021, pp. 182-189
Pembahasan
Keunggulan dari pembelajaran dengan pendekatan PMRI terletak pada penalaran realistik
anak didik yang cukup sesuai dengan tuntutan dari kurikulum berbasis kompetensi. Pendekatan
PMRI dalam pembelajaran matematika ialah pendekatan yang berorientasi pada siswa serta dalam
pembelajarannya dikaitkan secara konkret terhadap konteks kehidupan siswa sehari-hari ke
pengalaman belajar yang berorientasi pada hal-hal yang nyata. Hal ini sesuai dengan riset PMRI
yang dilakukan oleh Yulia&Jamaliah, 2016; bahwa dalam pembelajaran matematika dengan
pendekatan PMRI bisa membuat siswa bersemangat serta termotivasi dalam belajar sebab siswa
diberi kesempatan melakukan pemecahan masalah yang sering ditemui di kehidupan nyata. Selain
itu, pembelajaran dengan pendekatan PMRI juga memberi kesempatan siswa agar saling bekerja
sama dalam upaya memecahkan suatu masalah dalam proses pembelajaran. Siswa akan lebih
bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing, dan siswa pun akan mendapat kesempatan
agar dapat bertukar pikiran dengan teman dalam kelompoknya. Hal ini sejalan dengan
karakteristik PMRI (Sembiring, 2010) yang menyebutkan bahwa karakteristik pendekatan PMRI
adalah: (1) siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir, (2) konteks dan bahan ajar yang digunakan
terkait langsung pada lingkungan sekolah atau siswa, serta (3) guru berperan lebih aktif dalam
merancang bahan ajar yang digunakan.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI mempunyai efektivitas dengan
kategori cukup efektif. Hal ini dapat terjadi sebab selain model pembelajaran yang diterapkan
masih banyak terdapat faktor-faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar matematika
siswa. Faktor tersebut disebabkan karena pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI
baru diterapkan saat penelitian dilakukan. Untuk memperoleh efektivitas yang besar maka
dibutuhkan pembiasaan dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI. Selain itu,
guru juga harus selalu mengupdate pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan
pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI. Berdasarkan penjabaran tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI berpengaruh terhadap
hasil belajar materi pecahan senilai di MIS Setia Bhakti Trawas tahun ajaran 2020/2021, serta
memiliki efektivitas dengan kategori cukup efektif.
Implikasi dalam riset ini antara lain adalah bahwa pendekatan PMRI ialah salah satu pilihan
pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru untuk digunakan di kelas IV terutama pada proses
pembelajaran dalam usaha memaksimalkan hasil belajar matematika siswa. Pendekatan ini
memberikan kesempatan terhadap anak didik agar aktif serta semangat saat mereka
menyampaikan gagasannya dan siswa bisa memahami kompetensi materi yang akan dipelajari.
Dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk memecahkan masalah yang kerap ditemui
dalam kehidupan nyata serta pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-
hari. Menurut hasil pengamatan, pendekatan PMRI cukup sesuai jika digunakan dalam
pembelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar matematika siswa yaitu ada
perbedaan antara hasil belajar dengan pendekatan PMRI dengan hasil belajar dengan
pembelajaran konvensional. Hasil belajar dengan pendekatan PMRI lebih efektif dibandingkan
dengan hasil belajar dengan pembelajaran konvensional.
KESIMPULAN
Berdasarkan uji analisis data serta pembahasan yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil
rerata skor N-Gain untuk kelas eksperimen (PMRI) adalah sebesar 52,92% yang termasuk
kategori cukup efektif. Sedangkan rerata skor N-Gain untuk kelas kontrol (Pembelajaran
Langsung) adalah sebesar 27,44% yang termasuk kategori tidak efektif. Dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika menggunakan pendekatan PMRI mempunyai efektivitas lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran matematika secara konvensional (pembelajaran langsung)
Efektivitas Pendekatan PMRI Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Materi Pecahan Senilai di MIS Setia Bhakti Trawas
Chalim Journal of Teaching and Learning, Volume 1, Issue. 2, 2021, pp. 182-189 189
terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas IV di MIS Setia Bhakti pada materi
pecahan senilai.
REFERENSI
Balitbang, Kemendikbud. (2019). Pendidikan di Indonesia : Belajar dari Hasil PISA 2018. Jakarta :
Kemdikbud.
Ebbut, S. and Strakker, A. (1995). Children and Mathematics : Mathematics in prima school, Part I.
London: Collins Education
Effendi, Leo Adhar. (2012). Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing
Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(2), 1-10.
http://jurnal.upi.edu/file/Leo_Adhar.pdf
Fraenkel, Jack R and Norman E. Wallen. (2003). Student Workbook to Accompany How To Design
And Evaluate Research In Education. New York: McGraw-Hill.
Gravemeijer. (1994). Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht: Freudenthal Institute.
Hadi, Sutarto. (2017). Pendidikan Matematika Realistik: Teori,Pengembangan dan Implementasinya.
Jakarta: Raja Grafindo Putra.
Hulukati, Evi. (2014). Matematika Realistik. 1st ed. Yogyakarta: deepublish.
IEA. (2015). About TIMSS 2015. TIMSS & PIRLS International Study Center : 110.
Krulik, Stephen dan Rudnick, Jesse A. (1995). The New Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem
Solving in Elementary School. Boston : Temple University.
Marsigit. (2016). Pembelajaran Matematika dalam Perspektif Kekinian. Math Didactic: Jurnal
Pendidikan Matematika, 2(3), 132-141. https://doi.org/10.33654/math.v2i3.40
Nurfuadah, Rifa Nadia. (2013). Penyebab Indeks Matematika Siswa RI Terendah di Dunia.
Okezone.Com. Jakarta, January 2013.
OECD. (2019). Programme For International Student Assesment (PISA) : Result From PISA 2018.
Sembiring, R.K., Hadi, S, & Dolk, M, (2008). Reforming mathematics learning in Indonesian
classrooms through RME. ZDM-The Internatioal Journal on Mathematics Education, 40(6),
927-939. https://link.springer.com/article/10.1007/s11858-008-0125-9
Sembiring, Robert K. (2010). Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI): Perkembangan
Dan Tantangannya” 1(1), 1116. https://doi.org/10.22342/jme.1.1.791.11-16
Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Suharsimi, Arikunto. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Sujiva, Siridej, dkk. (2013). An Analysis of Elementary School Students: Difficulties in
Mathematical Problem Solving. Jurnal Procedia Social and Behaviora Sciences, 116(2014),
3169-3174.
... Di Indonesia RME lebih dikenal sebagai PMRI. PMRI di Indonesia dikenal sejak tahun 2001 dan dalam pembelajaran telah mengakulturasi budaya Indonesia (Agustyarini & Masruroh, 2021). Selaras dengan yang disampaikan oleh Najwa (2018), PMRI disesuaikan dengan kultur budaya dan kebiasaan yang ada di Indonesia. ...
Article
Full-text available
The low learning outcomes and student responses to teaching and learning activities is one of the problems in learning that must be addressed immediately. This article aims to look at improving learning outcomes in mathematics which is taught with Student Worksheets (LKPD) based on the PMRI approach using the traditional culinary context of South Sumatra. This type of research is Classroom Action Research (CAR). The research subjects were 28 grade IV students at an elementary school in Palembang. The research flow uses the Kemmis and Mc. Taggart plots, with the stages in this study namely planning, action, observation, and reflection which are carried out in two cycles. Data collection was in the form of tests to measure learning outcomes and attitude questionnaires used to determine student responses. Data analysis was carried out qualitatively and quantitatively. From the results of data analysis, it was obtained that the average student learning outcomes in cycle I was 70.82 with a percentage of student completeness of 57.14%, the average student learning outcomes in cycle II rose to 75.63 with a percentage of student completeness of 86.86%. While the results of the questionnaire showed that the activeness and enthusiasm of students increased. The conclusion is that learning mathematics taught with PMRI-based LKPD with the traditional culinary context of Palembang City can increase student interest and learning outcomes.
Article
Full-text available
The background of this study is the low student activity which has an impact on the learning outcomes of class V students in mathematics subjects. The purpose of this study is to improve learning activities and mathematics learning outcomes of class V MI Pancasila Gondang students through a cooperative learning model of the Student Teams Achievement (STAD) type. This study used a Classroom Action Research (PTK) design consisting of two cycles. Research data in the form of student learning activities is obtained through observation during learning, while student learning outcomes are obtained through tests at the end of each cycle. The results showed that student activity in cycle I was 56% then in cycle II increased to 85%, classical student learning outcomes in cycle I were 52% with an average student score of 66, then increased to 86% with an average student score of 76 in cycle II. It was concluded that using a Cooperative Learning Model type of Student Teams Achievement (STAD) can increase the activities and learning outcomes of class V students in the material building materials at MI Pancasila Gondang.
Article
Full-text available
Pada Konaspi VIII di Jakarta, 13 Oktober 2016, terdapat pokok-pokok pemikiran penting perihal revitalisasi pendidikan di Indonesia dewasa ini terkait dengan kondisi LPTK dan masa depan guru. Kementerian PPN melalui Deputi Menteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan BAPPENAS (Subandi Sardjoko, 2016) menguraikan bahwa penguatan lembaga pendidikan tinggi keguruan melalui revitalisasi LPTK dilakukan agar dapat mengembangkan program akademik, untuk dapat melahirkan guru-guru yang berkualitas. UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, dalam Bab Ketentuan Penutup Pasal 82 mengatur bahwa Guru yang belum memiliki kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik wajib memenuhi kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik paling lambat pada tahun 2015. Pesan pokok UU Guru dan Dosen adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru. Sementara, ditataran makro atau dunia, Jika kita menuju hilirnya Filsafat, kita akan menemukan Pendidikan Berbasis Rasio atau Berbasis Kognitif, dengan sifat-sifat ikutan yang dapat diturunkan sebagai atau berbentuk Cognitive-Based Education, Anti-Spiritualisme, Dunia Parsial dan Hedonisme. Dalam era Kontemporer (AFTA), terdapat main-set yang cukup kuat dan signifikan bahwa semua pengambil kebijakan Pendidikan di Indonesia akan mengimplementasikan Pendidikan Berbasis Pasar, yang dengan sendirinya akan mencari hakekat kebenaran ada di dalam Pasar. Dengan metode yang sama seperti sudah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Berbasis Pasar dengan sendirinya bersifat Anti-Spiritualisme, dengan sifat-sifat ikutan yang dapat diturunkan sebagai Reduksionisme, Eksploitasi Vital, Kompetisi Mutlak, Egosentrik, Hegemoni, Dunia Terpotong, Materialisme, Pragmatisme, Hedonisme, dan Pendidikan Laskar. Pendidikan Konseratif Mutlak mempunyai sifat Reduksionisme, Eksploitasi Vital, Monokulturisme, Egosentrik, dan Ethical Closed-ended Mutlak (Nilai Budaya Tertutup Mutlak).
Article
Full-text available
This paper is about PMRI, the Indonesian version of realisticmathematics education developed in the Netherlands. It is a movement toreform mathematics education in Indonesia. What and why PMRI andthe problems and challenges it faces in its development. It began as asmall experiment ten years ago, now becomes a national movement.Keywords: PMRI, realistic mathematics education DOI: http://dx.doi.org/10.22342/jme.1.1.791.11-16
Article
Full-text available
The main purpose of mathematics teaching is to enable students to solve problems in daily life. Unfortunately, according to the latest national test results, most students lack mathematical problem solving skills. This proves to be one of the reasons why overall achievement in mathematics is considered quite low. It also reflects that students have difficulties in comprehending mathematical problems affecting the process of problem-solving. Therefore, in order to allow teachers to establish a proper teaching plan suitable for students’ learning process, this research aims to analyze the difficulties in mathematical problem solving among elementary school students. Samples are divided into two groups, elementary school students and mathematics teachers. Data collection was conducted by structured interview, documentary analysis, and survey tests. Data analysis was conducted by descriptive statistics, and content analysis. The results suggest that there are several difficulties in problem solving, namely 1) Students have difficulties in understanding the keywords appearing in problems, thus cannot interpret them in mathematical sentences. 2) Students are unable to figure out what to assume and what information from the problem is necessary to solving it, 3) Whenever students do not understand the problem, they tend to guess the answer without any thinking process, 4) Students are impatient and do not like to read mathematical problems, and 5) Students do not like to read long problems. Therefore, the results found in this research will lead to the creation and the development of mathematical problem solving diagnostic tests for teachers, in order to improve students’ mathematical problem solving skills.
Article
Full-text available
This paper reports an experimental study on the development of exemplary curriculum materials for the teaching of fractions in Indonesian primary schools. The study’s context is the current reform movement adopting realistic mathematics education (RME) theory, known as Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), and it looked at the role of design research in supporting the dissemination of PMRI. The study was carried out in two cycles of teaching experiments in two primary schools. The findings of the design research signified the importance of collaboration between mathematics educators and teachers in developing RME curriculum materials. The availability of RME curriculum materials is an important component in the success of the PMRI movement, particularly in supporting students and teachers in activity-based mathematics learning. Most of the students and teachers in the two schools positively appraised teaching and learning with the developed materials. Since the teachers were actively involved in developing the materials, they felt a sense of ownership and recognised that their students’ classroom experiences of the materials helped them avoid standard difficulties. That appears to be a particular benefit of the bottom-up approach characteristic of the PMRI movement.
Article
This book reviews alternative assessment. Suggestions include portfolios, interviews, observations, journals, and tests utilizing various rubrics. This book contains suggestions and materials that teachers can use to assess students' progress in problem solving, reasoning, and communication. Many performance tasks and problem-specific rubrics for student analysis are included. (Contains 11 references.) (ASK)
Pendidikan di Indonesia : Belajar dari Hasil PISA
  • Kemendikbud Balitbang
Balitbang, Kemendikbud. (2019). Pendidikan di Indonesia : Belajar dari Hasil PISA 2018. Jakarta : Kemdikbud.
Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
  • S Ebbut
  • A Strakker
Ebbut, S. and Strakker, A. (1995). Children and Mathematics : Mathematics in prima school, Part I. London: Collins Education Effendi, Leo Adhar. (2012). Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(2), 1-10.
Student Workbook to Accompany How To Design And Evaluate Research In Education
  • Jack R Fraenkel
  • Norman E Wallen
Fraenkel, Jack R and Norman E. Wallen. (2003). Student Workbook to Accompany How To Design And Evaluate Research In Education. New York: McGraw-Hill.