Article

Memaknai Berkat Tuhan Sebagai Dampak Dari Ketaatan Kepada Perintah Tuhan Dan Penerapannya Dalam Kehidupan Orang Percaya Masa Kini

Authors:
To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.

Abstract

Berkat dijanjikan Tuhan akan diberikan kepada umatnya yang taat memegang perintah setiap perintah-perintahNya. Hidup dalam berkat Tuhan, merupakan hidup yang menjadi idaman dan harapan bagi setiap orang percaya. Perjalanan kehidupan yang dipenuhi dengan berkat secara jasmani maupun rohani menjadi sesuatu yang selalu didambakan dan membuat hidup semakin bersemangat. Terlebih lagi, jika hidup orang percaya ada dalam berkat Tuhan senantiasa. Tetap teguh dan setia memegang setiap ketetapan dan perintah Tuhan, maka akan berdampak bagi kehidupan orang percaya tersebut. Disaat kita mendapat suatu perlindungan dan penghasilan dari apa yang kita kerjakan dari sesama kita saja dapat memberikan rasa aman, kecukupan dan sukacita. terlebih lagi jika Tuhan sendiri yang memberikan hal itu kepada orang percaya, maka akan lebih dari apa yang sesama kita atau manusia berikan. Paper ini menyampaikan informasi tentang dampak dari sebuah ketaatan kepada Tuhan dalam kehidupan yang takut akan Tuhan, menuruti setiap perintah Tuhan dan menjaga hidup supaya berkenan di hadapan Tuhan. Memberikan suatu pemahaman dari arti sebuah ketaatan dan perilaku yang benar di hadapan Tuhan dan tidak menyimpang dari jalan Tuhan yang dikendaki-Nya. Dengan menggunakan metode deskripsi literatur diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat

No full-text available

Request Full-text Paper PDF

To read the full-text of this research,
you can request a copy directly from the author.

... Dari percakapan yang mendalam dengan para jemaat, muncul gambaran bahwa iman yang bertumbuh membawa mereka ke pemahaman baru: mereka memberi bukan lagi karena tradisi, tekanan, atau sekadar rutinitas mingguan. Mereka memberi karena sadar bahwa itu adalah bentuk tanggung jawab rohani mereka sebagai orang percaya dan hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Rusmiyanto bahwa memberi adalah suatu pemahaman dari arti sebuah ketaatan dan perilaku yang benar di hadapan Tuhan dan tidak menyimpang dari jalan Tuhan yang dikendaki-Nya (Rusmiyanto, 2023). Memberi menjadi tindakan sukarela yang muncul dari hati yang penuh ucapan syukur. ...
Article
This study aims to understand the meaning of the act of giving offerings among the congregation of the Javanese Christian Church (GKJ) Selokaton Karanganyar in relation to the development of faith. The background of this study is based on the importance of understanding the spiritual motivation behind the practice of giving offerings, which is often viewed as merely an administrative obligation of the church. The focus of the study is directed at how the congregation's perceptions and experiences in giving offerings reflect the growth of their faith. This study uses a descriptive qualitative approach with data collection through in-depth interviews with five active congregation informants. The research steps include identifying informants, conducting interviews, and thematic analysis of the data obtained. The results of the study show that giving offerings is interpreted as a form of obedience to God, an expression of gratitude, and responsibility as a member of the body of Christ. The more the congregation's faith develops, the more sincere and conscious the act of giving is. The main conclusion of this study emphasizes that the development of faith plays an important role in shaping the motivation and quality of giving offerings, so that the church needs to foster the faith of the congregation so that the act of giving becomes an integral part of worship and spiritual relationship with God. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk memahami makna tindakan memberi persembahan di kalangan jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Selokaton Karanganyar dalam kaitannya dengan perkembangan iman. Latar belakang penelitian ini didasari oleh pentingnya memahami motivasi spiritual di balik praktik memberi persembahan, yang sering kali dipandang sekadar sebagai kewajiban administratif gereja. Fokus penelitian diarahkan pada bagaimana persepsi dan pengalaman jemaat dalam memberi persembahan mencerminkan pertumbuhan iman mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam terhadap lima informan jemaat yang aktif. Langkah penelitian meliputi identifikasi informan, pelaksanaan wawancara, dan analisis tematik terhadap data yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memberi persembahan dimaknai sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan, ungkapan syukur, dan tanggung jawab sebagai anggota tubuh Kristus. Semakin berkembang iman jemaat, semakin tulus dan sadar pula tindakan memberi yang dilakukan. Simpulan utama penelitian ini menegaskan bahwa perkembangan iman berperan penting dalam membentuk motivasi dan kualitas pemberian persembahan, sehingga gereja perlu membina iman jemaat agar tindakan memberi menjadi bagian integral dari ibadah dan relasi spiritual dengan Allah.
Article
Full-text available
In Christian and church life, Faith and Rationality are often opposed to one another. Some Christians reject the aspect of rationality in doing theology, and vice versa. In the Bible presenting Abraham as an example of faith learning through his experiences when he was tempted to offer up Isaac to his only son, he was without a doubt prepared to carry out the commandments he received with a thoughtful attitude; that God is able to raise (Isaac) people even from the dead (Hebrews 11: 17-19). The research method used is exegetical study with background and grammatical contexts. The aim of this research is to find the meaning of Abraham's faith in Hebrews 11: 17-19. The result of this research is that the quality of faith is tested and that faith thinks rationally and continuously based on God's word.
Article
Full-text available
Beginning with its third word, the book of Genesis reveals that God exists and that He created the heavens and the earth. The seventeenth word from the end of the book is also “God” (ֱאלֹ ִהים )—in Joseph’s declaration that God will provide for the descendants of his father Israel. Few exegetes would argue today that the plural form of even implies a plurality of divine persons—and rightly so. However, evidence ֱאלֹ ִהים exists within the text of the first book of Moses that might indicate a distinction of persons in the Godhead. For example, both Genesis 1:2 and 6:3 seem to refer to the Spirit of God. Other statements in the text of Genesis appear to mention more than one divine person named Yahweh (19:24). Some references involve a person identified as the “angel/messenger of Yahweh” (e.g., 22:11). Was this individual the same as one of the “three men” who appeared to Abraham (18:2) and before whom Abraham stood (18:22)? Is he a person of the Godhead? In addition to these more direct and perhaps less abstract references to a divine person, Genesis includes several first person plural statements (“us” and “our”) spoken by a divine person (1:26; 3:22; 11:7). Are these references best explained as multiple divine persons, some sort of plural of majesty, or some council of spirit beings other than divine? What is the exegetical evidence? What are the implications theologically regarding either a plurality of divine persons or even a limitation to three such divine persons? Furthermore, how do these implications affect the way we understand ancient human conceptions of God, His person, His attributes, and His work from Adam to Joseph?
Article
Full-text available
Menelusuri sejarah perjalanan bangsa Israel merupakan hasil penelitian untuk mendapatkan sejumlah informasi tentang awal panggilan bangsa ini dalam Perjanjian Lama dan pelaku sejarah dari berbagai para patriakh. Sejarah perjalanan bangsa Israel memiliki arti penting oleh karena keterbatasan dokumen tertulis. Ada banyak informasi tentang masa lalu masih tercecer atau lolos dari pencatatan, sementara itu usia hidup dari para narasumber terbatas. Bagaimanapun juga sejarah bangsa Israel akan memperkaya literatur-literatur yang ada sebelumnya sebagai sebuah rangkuman yang penting dalam kaitannya sebagai bangsa pilihan Allah dengan kehidupan keagamaan yang merupakan kontinuitas kehidupan keagamaan gereja saat ini. Metode penelitian dalam paper ini menggunakan studi pustaka terkait literature-literatur sumber sejarah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkaya penulisan sejarah secara substantive yang dapat dipergunakan sebagai sumber bagi siapapun yang hendak melakukan penelitian sejarah, dan pada umumnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Sejarah lisan yang ditangani dengan baik akan memberikan informasi yang tidak terbatas dalam jumlah/halaman, bahkan sering memunculkan informasi yang belum termuat secara tertulis. Hal inilah yang menjadi kepedulian dan juga merupakan langkah awal bagi Departemen Teologi STT Real Batam untuk melakukan penulisan dan pengumpulan memori kolektif sebagai upaya menyelamatkan sumber sejarah tersebut. Hilangnya sumber sejarah lisan dalam satu generasi merupakan kerugian yang besar dalam penulisan sejarah.
Article
Full-text available
Seorang pemimpin tidak dilahirkan tetapi dibentuk. Tuhan menggunakan sejumlah ujian untuk pembentukan para pemimpin. Tujuannya, selain membekali, ujian dapat memurnikan panggilan, melatih keterampilan dan membuat para pemimpin bergantung pada Tuhan. Dengan demikian, kepemimpinan tersebut dijalankan tidak dengan caranya sendiri tetapi dengan cara dan agenda Tuhan. Sejumlah ujian itu adalah Ujian Waktu, Ujian Firman, Ujian Karakter, Ujian Motivasi, Ujian Kehambaan, Ujian Padang Gurun, Ujian Kesalahpahaman, Ujian Kesabaran, Ujian Kehendak Pribadi, Ujian Integritas, dan Ujian Pemberontakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana tanggapan pemimpin dalam menghadapi ujian kepemimpinan. Populasinya adalah para pemimpin gereja yang menjadi mahasiswa pascasarjana (S2) Kepemimpinan Kristen di STT Harvest Semarang. Analisis menggunakan nilai μ dari Confidence Interval menggunakan model eksogenous-endogenous variabel. Hasilnya, level respons pemimpin terhadap ujian kepemimpinan berada di dalam kategori sedang dan ujian padang gurun adalah faktor dominan yang memengaruhi kepemimpinan responden. A leader is not born but formed. God uses tests for the formation of leaders. The goal, in addition to equipping, analyses can refine purity, train skills and make leaders dependent on God. That leadership is exercised not in its way but in God's way and His agenda. Some of the tests are Time Tests, Word Test, Character Test, Motivation Test, Servant Test, Wilderness Test, Misunderstanding Test, Patience Test, Self-Will Test, Integrity Test, and Rebellion Test. This study aims to measure how leaders respond in the face of Leadership Tests. The population is church leaders, who are students of Christian Leadership Postgraduate (S2) in Christian Leadership Program at STT Harvest Semarang. The analysis uses μ values of Confidence Interval using an exogenous-endogenous variable model. As a result, the level of leader's response to the leadership tests is in the medium category, and the wilderness test is the dominant factor affecting their leadership. Keywords: leadership exams, Christian leadership, leadership, leadership development.
Article
Full-text available
Among biblical commentators and scholars, the accepted view of Abraham in the story of the Binding of Isaac is of a one-dimensional, almost superhuman figure whose entire consciousness, on the way to sacrifice his son, is focused solely on fulfilling the Divine will. According to this view there is no textual evidence of any deliberation or hesitation in Abraham's mind, and he is to be viewed as praiseworthy for fulfilling God's will without any doubt or misgiving.In contrast to this prevailing opinion, I attempt to show that the biblical narrator uses various literary devices to hint to the qualms that plague Abraham on his journey. Although he gives no voice to his apprehensiveness, it may be uncovered through a careful and attentive reading of the text, exposing Abraham's inner world.
Article
The Bible shows that the Ephesians who should have understood the God they worshiped were in fact still prayed by Paul so that they would have an illuminated eye of heart to know God. The focus of this research is to find out what Paul means about the enlightened eyes of the heart, why the reader of this letter needs to have the enlightened eyes of the heart, how the process of the eyes of the heart is enlightened, and what is the reason for the church today. This study used an exegesis method, by analyzing the elements of the word in the original language and in its context, so that found a principle that can be applied in today’s life. Some conclusions of this study are: Firstly, the phrase “enlightened eyes of the heart” means “it has illuminated the innermost part of man to be able to understand”. Secondly, the enlightened eyes of the heart are needed so that the reader of Ephesians grows in three ways: the hope of the call, the richness of the glory of the inheritance of the saints, and the great power of God for believers. Thirdly, to experience the enlightened eyes of the heart, one must first accept the gospel so that the Holy Spirit inhabits his heart; It is this indwelling Holy Spirit that makes the eyes of the person’s heart enlightened. Fourthly, Christians are not enough to stop accepting the gospel and their recognition of Christ, he needs to know God more deeply; for that he needs the Holy Spirit which enables him to understand his relationship with God so that he has an attitude of life in accordance with the available grace.AbstrakAlkitab menunjukkan bahwa jemaat Efesus yang seharusnya sudah mengerti tentang Allah yang mereka sembah, ternyata masih didoakan oleh Paulus agar mereka memiliki mata hati yang diterangi untuk dapat mengenal Allah. Fokus dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan apa maksud frasa: “mata hati yang diterangi”, mengapa pembaca surat ini perlu memiliki mata hati yang diterangi, bagaimana proses mata hati yang diterangi, dan apa aplikasinya bagi gereja masa kini. Penelitian ini menggunakan metode eksegesis, yaitu dengan menganalisis unsur frasa tersebut dalam bahasa aslinya dan konteks­nya. sehingga ditemukan prinsip yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan masa kini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Pertama, frasa “mata hati yang diterangi” memiliki pengertian “telah di­teranginya bagian terdalam dari manusia untuk sanggup mengerti”. Kedua, mata hati yang diterangi diperlukan agar pembaca surat Efesus bertumbuh dalam tiga hal pengetahuan, yaitu pengharapan akan panggilan, kekayaan kemulia­an warisan bagi orang-orang kudus, dan kebesaran yang luar biasa dari kekuatan kuasa Allah bagi orang-orang yang percaya. Ketiga, untuk mengalami mata hati yang di­terangi, seseorang terlebih dulu harus menerima Injil sehingga Roh Kudus mendiami hatinya; Roh Kudus yang mendiami inilah yang membuat mata hati orang tersebut diterangi. Keempat, orang Kristen tidak cukup berhenti pada penerimaan Injil dan pengakuannya akan Kristus, ia perlu mengenal Allah lebih dalam; untuk itu ia memerlukan Roh Kudus yang me­mampukannya mengerti hubung­an dirinya dengan Allah sehingga memiliki sikap hidup berpadanan dengan anugerah yang tersedia tersebut.
Article
Paul was claimed as the most controversial person in his theology. Many scholars said that he was influenced by Hellenistic Judaism in his theology; while others claimed it was affected by Jewish thinking. The concept of ‘protokoj’ (firstborn) was stated being influenced by Hellenistic Judaism and did not imply the rest of New Testament Theology. Some said that firstborn in Colossian 1: 15–20 was a hymn in praise of Christ, while others would say that firstborn in the Hymn Christology is congenial, but not identical with Paul’s theology. This research aimed to show the concept of firstborn as the main window showed Pauline Christology significance in the light of Paschal theology. The methods used in this research were descriptive and biblical text analysis. The conclusion of this research is that the death of Christ is the main point to see how firstborn of all creation not counted as ontological in meaning, but it has the power to show the readers about Pauline Christology. The firstborn of all creation is seen in the context of redemptive history and bring the audience to see how powerful the title to see Pauline Christology.
  • Ribka Daftar Pustaka Arroan
  • Ada
DAFTAR PUSTAKA Arroan, Ribka Ada', 2016, Analisis Ketaatan Kristus Berdasarkan Filipi 2:1-11 Dan Implementasinya Bagi Orang Percaya Masa Kini, Teologia Jaffray Makassar, 18
  • John. Kemenangan Di Padang Bevere
  • Belantara
Bevere, John. Kemenangan Di Padang Belantara (Semarang: Media Injili Kerajaan, 2002), 80. Burer, Michael H. (2016) "'Sons of Abraham' in Galatia 3:7 as a Spiritual, Qualitative Designation," Biblio Sacra173: 337-51.
Modern Man and the Concept of the Chosen People
  • Renzo Febris
Febris, Renzo. "Modern Man and the Concept of the Chosen People", dalam Sidic, Vol. XIII,No. 2, 1980, 19.
Christian Ethics Option and Issues
  • Norman L Geisler
Geisler, Norman L., 2001, Christian Ethics Option and Issues, Baker Book House, Michigan,24-25
Tinjauan Dogmatis Tentang Pemahaman Berkat Tuhan Dalam Kehidupan Jemaat GBKP Sampe Cita
  • E K Sembiring
  • P Munthe
Sembiring, E. K., & Munthe, P. (2021). Tinjauan Dogmatis Tentang Pemahaman Berkat Tuhan Dalam Kehidupan Jemaat GBKP Sampe Cita. Jurnal Sabda Akademika, 1(2), 17-26. https://ejurnal.sttabdisabda.ac.id/index.php/JSAK/article/view/49
  • Nurnilam Sarumaha
Sarumaha, Nurnilam : 2019, Pengudusan Progresif Orang Percaya Menurut 1 Yohanes 1:9, Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, Kurios: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, 9-10.
Makna Hidup Dalam Kristus Menurut Filipi 1:21 dan Implikasinya Bagi Orang Percaya CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika
  • Sri Simorangkir
  • Yonatan Lina Betty Lamsihar Dan Arifianto
  • Alex
Simorangkir, Sri Lina Betty Lamsihar dan Arifianto, Yonatan Alex. Makna Hidup Dalam Kristus Menurut Filipi 1:21 dan Implikasinya Bagi Orang Percaya CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika, Vol. 1, No. 2, November 2020,239
Trilogi Persaudaraan yang Rukun Menurut Mazmur 133: Sebuah Nasehat, Dasar, dan Berkat
  • Tedd Tripp
  • Mengembalakan Anak Anda
Tripp, Tedd. Mengembalakan Anak Anda (Malang: Gandum Mas, 2002), 202. Thiessen, Henry C. Teologi Sistimatika (Malang: Gandum Mas, 1997), 446. Tozer, A.W. Mengenal Yang Maha Kudus (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 146. Utomo, B. S. (2019). Trilogi Persaudaraan yang Rukun Menurut Mazmur 133: Sebuah Nasehat, Dasar, dan Berkat. Jurnal Teologi Gracia Deo, 1(2), 101-113. https://doi.org/10.46929/graciadeo.v1i2.15
The Lost World of the Israelite Conquest:Covenant, Retribution, and the Fate of the Canaanites
  • Walton John
  • H Dan Walton
  • J Harvey
Walton John H. dan Walton, J. Harvey.The Lost World of the Israelite Conquest:Covenant, Retribution, and the Fate of the Canaanites(Downers Grove: InterVarsity, 2017), 67.