ArticlePDF Available

Article Review: Moringa Plant (Moringa oleifera Lamk.) as a New Candidate for Anti-Acne

Authors:

Abstract

Acne is an abnormal skin condition caused by excessive production of oil glands (sebaceous glands), which causes blockage of hair follicle ducts and skin pores. Acne occurs due to various factors, one of which is bacterial infection. The bacteria that cause acne are Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, and Staphylococcus aureus. The moringa plant (Moringa oleifera Lamk.) is also known to have potential antibacterial activity against bacteria that cause acne. This research aims to determine the benefits of moringa plant as a new candidate for anti-acne. This research uses the Systematic Literature Review method by collecting data through databases such as Publish or Perish, PubMed, and Google Scholar. The results of this review article show that Moringa oleifera Lamk. leaf extract has been proven to have potential as a new candidate for anti-acne, which is characterised by the formation of an inhibition zone. Moringa leaf 96% ethanol extract using the well method best inhibits the growth of Propionibacterium acnes bacteria. Moringa leaf 96% ethanol extract using the disc diffusion method is more effective on Staphylococcus aureus bacteria. Moringa leaf 70% ethanol extract using the well method is more effective on Staphylococcus epidermidis bacteria.
© 2024 The Author(s). This article is open access
Jurnal Biologi Tropis
This article is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
International License.
Original Research Paper
Article Review: Moringa Plant (Moringa oleifera Lamk.) as a New
Candidate for Anti-Acne
Talitha Hasna Raissa1*, & Agriana Rosmalina1
1Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Mataram, Mataram,
Nusa Tenggara Barat, Indonesia;
Article History
Received : April 28th, 2024
Revised : May 01th, 2024
Accepted : June 20th, 2024
*Corresponding Author:
Talitha Hasna Raissa,
Program Studi Farmasi,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas
Mataram, Mataram, Indonesia;
Email:
talithahasnaraissa2@gmail.com
Abstract: Acne is an abnormal skin condition caused by excessive production
of oil glands (sebaceous glands), which causes blockage of hair follicle ducts
and skin pores. Acne occurs due to various factors, one of which is bacterial
infection. The bacteria that cause acne are Propionibacterium acnes,
Staphylococcus epidermidis, and Staphylococcus aureus. The moringa plant
(Moringa oleifera Lamk.) is also known to have potential antibacterial activity
against bacteria that cause acne. This research aims to determine the benefits
of moringa plant as a new candidate for anti-acne. This research uses the
Systematic Literature Review method by collecting data through databases
such as Publish or Perish, PubMed, and Google Scholar. The results of this
review article show that Moringa oleifera Lamk. leaf extract has been proven
to have potential as a new candidate for anti-acne, which is characterised by the
formation of an inhibition zone. Moringa leaf 96% ethanol extract using the
well method best inhibits the growth of Propionibacterium acnes bacteria.
Moringa leaf 96% ethanol extract using the disc diffusion method is more
effective on Staphylococcus aureus bacteria. Moringa leaf 70% ethanol extract
using the well method is more effective on Staphylococcus epidermidis
bacteria.
Keywords: Acne, antibacterial, moringa plant, propionibacterium acnes,
Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus.
Pendahuluan
Jerawat merupakan kondisi abnormal kulit
akibat gangguan berlebihnya produksi kelenjar
minyak (Sebaceous gland) yang menyebabkan
terjadinya penyumbatan saluran folikel rambut
dan pori-pori kulit. Penyumbatan ini dapat
mengakibatkan peradangan atau yang sering
disebut dengan jerawat (Anjani, 2022). Di
Indonesia, prevalensi jerawat pada populasi
remaja mencapai sekitar 80%-85%, dan angka ini
terus meningkat dari tahun ke tahun (Pariury et
al., 2021). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Sibero (2019) menemukan bahwa prevalensi
jerawat pada wanita mencapai 69,7%, sedangkan
pada pria sebesar 30,3%. Jerawat terjadi karena
berbagai faktor penyebab salah satunya adalah
infeksi bakteri. Bakteri penyebab jerawat yang
paling utama adalah Propionibacterium acnes,
kemudian bakteri lain yang dapat menyebabkan
jerawat adalah Staphylococcus epidermidis dan
Staphylococcus aureus (Karim et al., 2018).
Bakteri Propionibacterium acnes merupakan
bakteri flora normal pada kulit yang memiliki
kelenjar sebasea seperti pada kulit kepala dan
wajah. Selanjutnya, bakteri Staphylococcus
epidermidis yang pada umumnya dapat
menimbulkan penyakit pembengkakan (abses)
seperti jerawat, infeksi kulit, infeksi saluran
kemih, dan infeksi ginjal (Riswana et al., 2022),
dan bakteri Staphylococcus aureus yang
merupakan penyebab terjadinya infeksi yang
bersifat piogenik (Suganda, 2022).
Indonesia sebagai negara yang beriklim
tropis dan bertanah subur memiliki berbagai jenis
tanaman, termasuk tanaman obat-obatan yang
kaya akan manfaat. Salah satu tanaman yang
sering digunakan adalah tanaman kelor yang
Raissa & Rosmalina, (2024). Jurnal Biologi Tropis, 24 (2): 845 852
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v24i2.6899
846
umumnya dimanfaatkan sebagai bahan pangan
dan obat di Indonesia (Larasati et al., 2021).
Pohon kelor memiliki beberapa julukan, di
antaranya The Miracle Tree, Tree for Life, dan
Amazing Tree, karena setiap bagian dari pohon
kelor memiliki manfaat yang luar biasa
(Madikizella & Astuti, 2022). Tanaman kelor
(Moringa oleifera) juga dikenal memiliki potensi
aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab
jerawat. Hal ini disebabkan oleh kandungan
sejumlah senyawa aktif seperti tanin, flavonoid,
saponin, interkuinon, dan alkaloid, yang terdapat
dalam tanaman kelor. Keberadaan senyawa-
senyawa ini memberikan sifat antibakteri pada
tanaman kelor. Beberapa penelitian melaporkan
bahwa tanaman kelor menunjukkan keberadaan
senyawa antibakteri di berbagai bagian
tanamannya, termasuk daun, batang, buah, akar,
dan biji (Angelina, 2022).
Berbagai penelitian telah mengungkapkan
potensi antibakteri dari tanaman kelor. Sebuah
studi oleh Fitriani et al. (2023) menunjukkan
bahwa ekstrak daun kelor memiliki aktivitas
antibakteri yang signifikan terhadap
Propionibacterium acnes dengan metode
cakram, namun belum ada penelitian yang
komprehensif yang membandingkan
efektivitasnya dengan bakteri lain seperti
Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus
aureus. Penelitian Arviani et al., (2022)
membuktikan bahwa ekstrak biji kelor memiliki
potensi untuk digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan kosmetik anti-jerawat, namun
berfokus pada aspek kosmetik daripada
pengobatan herbal. Studi terbaru oleh Ramandha
(2024) meneliti aktivitas antibakteri dari ekstrak
daun kelor yang berfokus pada bakteri
Staphlococcus aureus penyebab jerawat.
Berdasarkan latar belakang yang telah
disajikan, tujuan dari artikel ini adalah untuk
mengetahui manfaat tumbuhan kelor (Moringa
oleifera Lamk.) sebagai kandidat baru
antijerawat. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai penggunaan
bagian tumbuhan kelor (Moringa oleifera
Lamk.) sebagai alternatif pengobatan jerawat,
sehingga dapat memberikan nilai tambah dari
kelor yang selama ini hanya digunakan sebagai
bahan makanan biasa. Selain itu, penelitian ini
juga dapat meningkatkan pemahaman tentang
manfaat daun kelor sebagai obat herbal alami.
Bahan dan Metode
Metode penelitian
Metode yang digunakan mengikuti metode
artikel review yang dilakukan oleh Setianti
(2021) yaitu menggunakan metode Systematic
Literature Review dengan mengumpulkan data
melalui database seperti Publish or Perish,
PubMed, dan Google scholar. Metode
penelusuran tersebut menggunakan kata kunci
“Tumbuhan Kelor”, “Jerawat”, “Antibakteri”,
Propionibacterium acnes”, Staphylococcus
epidermidis”, dan Staphylococcus aureus”.
Setelah data dikumpulkan, didapatkan 104
artikel yang kemudian dilakukan seleksi jurnal
sehingga didapatkan 20 artikel.
Kriteria inklusi
Penelitian ini menggunakan kriteria inklusi
yang sesuai berupa artikel dan jurnal yang
memuat informasi tentang penggunaan bagian
tumbuhan kelor dalam menghambat bakteri
penyebab jerawat seperti bakteri
Propionibacterium acnes, Staphylococcus
epidermidis, dan Staphylococcus aureus. Kriteria
jurnal maupun artikel yang digunakan yaitu
jurnal maupun artikel dengan penerbitan 10
tahun terakhir, dipublikasi dalam bahasa
indonesia maupun bahasa inggris.
Hasil dan Pembahasan
Efektivitas tumbuhan kelor sebagai
antijerawat
Berdasarkan studi literatur yang dilakukan,
diperoleh 20 artikel utama yang sesuai kriteria
inklusi dan memiliki keterkaitan dengan
tumbuhan kelor sebagai kandidat baru
antijerawat. Hasil studi literatur yang memenuhi
kriteria kelayakan dengan kajian sistematis dari
tahun 2015 sampai 2024 dipaparkan pada tabel
1.Hasil studi literatur menemukan bahwa
terdapat perbedaan efektivitas antibakteri dari
masing-masing bagian tumbuhan kelor.
Raissa & Rosmalina, (2024). Jurnal Biologi Tropis, 24 (2): 845 852
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v24i2.6899
847
Tabel 1. Tumbuhan Kelor (Moringa oleifera Lamk.) sebagai Antijerawat
No
Bagian
Tanaman
Nama Bakteri
Metode
Konsen-
trasi (%)
Diameter zona
hambat (mm)
Peneliti
1
Daun
Staphylococcus
aureus
Difusi
cakram
5
10
15
14,6
20,63
25,46
Latifah, &
Amalina,
(2022)
2
Daun
Staphylococcus
aureus
Difusi
Sumuran
25
50
75
100
4,25
5,25
5,75
8,5
Ningsih et,
(2021)
3
Daun
Staphylococcus
aureus
Difusi
Sumuran
15
20
25
16,1
17,3
18,1
Basir & Ima,
(2023)
4
Daun
Staphylococcus
aureus
Difusi
Sumuran
5
10
20
40
80
12,16
13,66
16,00
18,66
20,50
Dima et al,
(2016)
5
Daun
Staphylococcus
aureus
Difusi
Sumuran
25
50
75
15,5
18,5
23
Agustie &
Samsumahar
to (2013)
6
Daun
Staphylococcus
aureus
Difusi
sumuran
2,5
5
10
8
12
14
Wulandari et
al (2020)
7
Daun
Propionibacterium
acnes
Difusi
cakram
10
20
30
16
17,5
18,5
Fitriani et al,
(2023)
8
Daun
Propionibacterium
acnes
Difusi
sumuran
2,5
5
10
9
12
14
Wulandari et
al (2020)
9
Daun
Propionibacterium
acnes
Difusi
Sumuran
1,25
2,5
5
10
20
10,80
12,28
15,58
17,25
26,45
Wahyuningsi
h, (2022)
10
Daun
Staphylococcus
epidermidis
Difusi
Sumuran
4
6
8
10
8,2
8,9
11
12
Riswana et
al, (2022)
11
Daun
Staphylococcus
epidermidis
Difusi
Sumuran
2,5
5
10
10,5
11,3
13
Nasution,
(2021)
12
Daun
Staphylococcus
epidermidis
Difusi
Cakram
2
4
10
9,3
10,6
12,3
Ervianingsih
et al, (2019)
13
Biji
Staphylococcus
aureus
Difusi
cakram
25
50
75
10,20
13,16
14,75
Wigunarti et
al (2019)
14
Biji
Staphylococcus
aureus
Difusi
cakram
5
10
20
40
6,70
7,21
7,24
7,60
Yusran &
Wardana
(2020)
Raissa & Rosmalina, (2024). Jurnal Biologi Tropis, 24 (2): 845 852
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v24i2.6899
848
15
Kulit
batang
Staphylococcus
aureus
Difusi
sumuran
1
2
3
4
10,08
11,8
15,00
17,02
Cholifah et
al, (2020)
16
Kulit
batang
Staphylococcus
aureus
Difusi
cakram
10
20
30
50
10,4
11.5
12,2
13,3
Nay (2023)
17
Kulit
batang
Staphylococcus
aureus
Difusi
cakram
80
13,33
Chekesa &
Mekonnen
(2015)
18
Kulit akar
Staphylococcus
aureus
Difusi
cakram
80
16
Chekesa &
Mekonnen
(2015)
19
Kulit
buah
Staphylococcus
aureus
Difusi
cakram
25
50
75
1,17
2,00 6,00
Febriani et al
(2023)
20
Kulit buah
Staphylococcus
aureus
Difusi
cakram
5
10
15
10,7
13,14
15,1
Muthmainah
(2018)
Pembahasan
Efektivitas tumbuhan kelor sebagai
antijerawat
Tumbuhan kelor (Moringa oleifera Lamk.)
memiliki khasiat sebagai antibakteri, salah
satunya adalah bakteri penyebab jerawat.
Beberapa bagian tumbuhan kelor memiliki
aktivitas sebagai antibakteri mulai dari akar, biji,
batang, daun, dan buah. Berdasarkan tabel 1.1
menunjukkan bahwa salah satu bagian dari
tanaman kelor yang banyak dimanfaatkan
sebagai antibakteri penyebab jerawat adalah pada
bagian daunnya. Daun kelor (Moringa oleifera
Lamk.) memiliki berbagai bahan kimia seperti
flavonoid, alkaloid, tanin, saponin dan fenolik
yang semuanya memiliki kemampuan untuk
membatasi perkembangan bakteri penyebab
jerawat. (Putra et al., 2016). Aktivitas antibakteri
beberapa bagian tumbuhan kelor terhadap bakteri
penyebab jerawat diukur berdasarkan zona
hambat. Menurut Davis dan Stout (1971), kriteria
kekuatan diameter zona hambat bakteri yaitu,
diameter zona hambat <5 mm dikategorikan
lemah, zona hambat 5-10 mm dikategorikan
sedang, zona hambat 10-20 mm dikategorikan
kuat dan zona hambat >20 mm dikatakan sangat
kuat. Aktivitas antibakteri diuji dengan melihat
adanya zona hambat bakteri atau daerah yang
tidak ditumbuhi bakteri. Metode yang digunakan
yaitu metode difusi cakram dan sumuran. Bakteri
uji yang digunakan adalah bakteri
Propionibacterium acnes, Staphylococcus
aureus, dan Staphylococcus epidermidis. Pada
tabel 1 dilihat bahwa ekstrak daun kelor
menghasilkan zona hambat bakteri yang
berbanding lurus dengan semakin tingginya
konsentrasi. Hal ini disebabkan karena dengan
meningkatnya konsentrasi, maka kadar bahan
aktif yang berfungsi sebagai antibakteri juga
semakin tinggi, sehingga kemampuannya dalam
menghambat pertumbuhan bakteri juga semakin
tinggi (Bian et al.,2015).
Data pada tabel 1 untuk melihat potensi
antijerawat pada kelor terdapat 2 metode yang
digunakan, yaitu metode cakram dan metode
sumuran. Penelitian Dima et al., (2016)
menunjukkan hasil pengujian antibakteri ekstrak
daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) yang
diekstrak dengan pelarut etanol 96% dan metode
sumuran menunjukkan adanya aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus
aureus. Pada konsentrasi 10% terbentuk zona
hambat sebesar 13,66 mm yang termasuk
kategori kuat. Pada penelitian yang dilakukan
Wahyuningsih (2022) dengan pelarut dan metode
yang sama terhadap bakteri Propionibacterium
acnes konsentrasi 10% didapatkan zona hambat
bakteri sebesar 17,25 yang termasuk kategori
kuat. Sedangkan, berdasarkan penelitian Riswani
et al., (2022) terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis pada konsentrasi 10% didapatkan
zona hambat sebesar 12 yang termasuk kategori
Raissa & Rosmalina, (2024). Jurnal Biologi Tropis, 24 (2): 845 852
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v24i2.6899
849
kuat. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak
etanol 96% daun kelor menggunakan metode
sumuran paling efektif menghambat
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes.
Penelitian Latifah & Amalina (2022),
ekstrak daun kelor diuji pada bakteri
Staphylococcus aureus menggunakan pelarut
etanol 96% dengan metode difusi cakram. Pada
konsentrasi 5% menunjukkan daya hambat
sebesar 14,6 mm, konsentrasi 10% sebesar 20,63
mm, dan konsentrasi 15% menunjukkan daya
hambat sebesar 25,46 mm. Ketiga konsentrasi
tersebut termasuk kategori daya hambat kuat
hingga sangat kuat. Penelitian oleh Fitriani et al.,
(2023) dengan pelarut dan metode yang sama
terhadap bakteri Propionibacterium acnes pada
konsentrasi 10% membentuk zona hambat
sebesar 16 mm yang termasuk kategori zona
hambat kuat. Pada penelitian Riswana et al.,
(2022) dengan pelarut yang sama menggunakan
metode sumuran pada konsentrasi 10%
didapatkan zona hambat pada bakteri
Staphylococcus epidermidis sebesar 12 mm yang
termasuk kategori kuat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa bakteri Staphylococcus
aureus sebagai bakteri penyebab jerawat paling
efektif dapat dihambat dengan ekstrak daun kelor
dengan pelarut etanol 96% dengan metode difusi
cakram.
Ekstrak daun kelor (Moringa oleifera
Lamk.) yang diujikan pada bakteri
Staphylococcus epidermidis menggunakan
pelarut etanol 70% dan etanol 96% dengan
metode sumuran maupun metode cakram pada
konsentrasi 10% menunjukkan berbagai tingkat
penghambatan. Penelitian yang dilakukan oleh
Riswana et al., (2022) dengan pelarut etanol 96%
menggunakan metode sumuran membentuk zona
hambat sebesar 12 mm yang termasuk kategori
kuat. Penelitian Naution (2021) dengan pelarut
etanol 70% menggunakan metode sumuran
membentuk zona hambat sebesar 13 mm yang
termasuk kategori kuat. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Ervianingsih et al., (2019)
dengan pelarut etanol 70% menggunakan difusi
cakram didapatkan zona hambat sebesar 12,3
mm yang termasuk kategori kuat. Berdasarkan
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
bakteri Staphylococcus epidermidis paling
efektif dapat dihambat dengan ekstrak etanol
70% daun kelor menggunakan metode sumuran.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
aktivitas antibakteri suatu ekstrak adalah jenis
pelarut, kandungan senyawa antibakteri, dan
konsentrasi ekstrak. Polaritas pelarut menjadi
kunci utama dalam mengekstraksi suatu
senyawa. Suatu senyawa yang memiliki
kepolaran yang sama dengan pelarutnya maka
akan mudah terlarut dengan baik (Vinca et al.,
2023). Data pada tabel 1, penelitian terkait
aktivitas antibakteri tumbuhan kelor (Moringa
oleifera Lamk.) menggunakan pelarut polar
seperti metanol dan etanol.
Aktivitas antibakteri tanaman kelor tidak
terlepas dari metabolit sekunder yang dihasilkan.
Menurut Putra et al., (2009) secara skrining
fitokimia ekstrak kelor memiliki metabolit
sekunder berupa flavonoid, alkaloid, tanin,
saponin dan fenolik. Mekanisme kerja flavonoid
sebagai antibakteri adalah dengan membatasi
sintesis asam nukleat dan fungsi membran
(Górniak, 2019). Mekanisme kerja tanin sebagai
antibakteri adalah dengan menyerang dinding
polipeptida pada sel bakteri. Hal ini
mengakibatkan pembentukan dinding sel
menjadi kurang sempurna yang dapat
menyebabkan kematian sel bakteri (Ngajow et
al., 2013). Senyawa flavonoid juga memiliki
kemampuan untuk membentuk kompleks dengan
dinding sel bakteri, yang dapat menyebabkan
metabolit sel bakteri rusak (Nurta et al., 2009).
Senyawa alkaloid memiliki kemampuan
antibakteri dengan menghambat pembentukan
sintesis protein sehingga dapat mengganggu
metabolisme bakteri (Anggraini et al., 2019).
Mekanisme fenol sebagai senyawa antibakteri
adalah dengan mendenaturasi protein sel melalui
ikatan hidrogen yang dapat menyebabkan
kerusakan pada struktur protein (Hidayatullah &
Mourisa, 2023).
Kesimpulan
Tumbuhan kelor (Moringa oleifera Lamk.)
dapat dijadikan sebagai kandidat baru antijerawat
karena menunjukkan adanya aktivitas antibakteri
terhadap bakteri penyebab jerawat. Seluruh
bagian dari tumbuhan kelor dapat bermanfaat
sebagai antijerawat terutama pada bagian
daunnya karena mengandung senyawa flavonoid,
alkaloid, tanin, saponin dan fenolik. Polaritas
pelarut menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi aktivitas antibakteri suatu
ekstrak. Ekstrak etanol 96% daun kelor
Raissa & Rosmalina, (2024). Jurnal Biologi Tropis, 24 (2): 845 852
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v24i2.6899
850
menggunakan metode sumuran paling efektif
menghambat pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes. Ekstrak etanol 96%
daun kelor menggunakan metode sumuran paling
efektif dalam menghambat bakteri
Staphylococcus aureus, sedangkan pertumbuhan
bakteri Staphylococcus epidermidis paling
efektif dihambat menggunakan ekstrak etanol
70% daun kelor dengan metode sumuran.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
dosen pembimbing yang telah memberikan
masukan dalam menyusun artikel ini, dan kepada
orangtua serta rekan-rekan penulis yang
memberikan support dan doa sehingga penulisan
artikel ini dapat diselesaikan dengan baik.
Referensi
Agustie, A. W. D., & Samsumaharto, R. A.
(2013). Uji aktivitas antibakteri ekstrak
maserasi daun kelor (Moringa oleifera,
Lamk.) Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus. Biomedika, 6(2),14-19.
https://doi.org/https://doi.org/10.31001/bi
omedika.v6i2.249
Angelina, E. (2022). Potensi Antibakteri
Beberapa Bagian Tumbuhan Kelor
(Moringa oleifera) Terhadap Bakteri Gram
Positif Dan Gram Negatif: Literature
Review. Jurnal Medika Hutama, 3(03
April), 2644-2649.
https://www.jurnalmedikahutama.com/ind
ex.php/JMH/article/view/494
Anggraini, W., Nisa, S. C., Da, R. R., & Ma, B.
2019. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol
96 % buah blewah (cucumis melo L. Var.
cantalupensis) terhadap pertumbuhan
bakteri Escherichia coli. Pharmaceutical
Journal of Indonesia. 5(1): 6166.
Arviani, A., Larasati, D., & Fitriani, M. (2022).
Formulasi Masker Gel Peel-Off Minyak
Biji Kelor (Moringa Oleifera). Jurnal
Kesehatan Madani Medika (JKMM),
13(2).DOI:https://doi.org/10.36569/jmm.v
13i2.278
Basir, N., & Irma, A. (2023). Antibacterial
activity test of Moringa leaf ethanol extract
ointment of Moringa oleifera Lamk. on
Staphylococcus aureus bacteria. Journal of
Health Sciences and Medical
Development, 2(01), 13-
19.DOI:https://doi.org/10.56741/hesmed.
v2i01.222
Bian F, Febby EF, Kandou dan Marhaenus JR.
2015. Daya hambat ekstrak etanol
Schismatoglottis sp.terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli. Jurnal Ilmiah Sains. 15 (2): 149-
153.DOI:https://doi.org/10.35799/jis.15.2.
2015.10231
Chekesa, B., & Mekonnen, Y. (2015).
Antibacterial activity of Moringa
stenopetala against some human
pathogenic bacterial strains. Science,
Technology and Arts Research
Journal, 4(2),190-198.DOI:
http://dx.doi.org/10.4314/star.v4i2.23
Cholifah, N., Ridhay, A., Satrimafitrah, P., & Ys,
H. (2020). Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Metanol dari Kulit Batang Kelor (Moringa
oleifera Lam.) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 6(1),
34-
38.DOI:https://doi.org/10.22487/kovalen.
2020.v6.i1.12854
Dima, L. R. (2016). Uji aktivitas antibakteri
ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.)
terhadap bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Pharmacon,
5(2).DOI:https://doi.org/10.35799/pha.5.2
016.12273
Febriani, A., Hidayati, A. R., & Suryani, D.
(2023). Antibacterial Testing of Moringa
oleifera L. Fruit Extract Against The
Growth of The Bacteria Staphylococcus
aureus. Jurnal Biologi Tropis, 23(1), 307-
314.
Fitriani, O. S., Putra, F. A., Yesti, Y., Saputra, H.
A., & Wirasti, N. (2023). Potensi Ekstrak
Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam)
Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri
(Propionibacterium Acnes). Human Care
Journal, 8(2), 291-297.
Karim, A., Marliana, & Sartini. 2018. Efektifitas
beberapa produk pembersih wajah
antiacne terhadap bakteri penyebab
jerawat Propionibacterium acnes. Jurnal
Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan.
vol 5(1): 31
Raissa & Rosmalina, (2024). Jurnal Biologi Tropis, 24 (2): 845 852
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v24i2.6899
851
41.DOI:0.31289/biolink.v5i1.1668
Hidayatullah, S. H., & Mourisa, C. (2023). Uji
Efektivitas Akar Karamunting
(Rhodomyrtus Tomentosa (Aiton) Hassk)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus Aureus. Jurnal Ilmiah
Kohesi, 7(1), 34-40.
Kirtanayasa, I. G. Y. A. (2022). Literatur
Review: Aktivitas Antibakteri Beberapa
Ekstrak Tanaman Terhadap Bakteri
Klebsiella Pneumonia. Gema Agro, 27(2),
107-111.
Latifah, F., Januarti, I. B., & Amalina, N. (2022).
Pengaruh Variasi Konsentrasi Pada
Sediaan Krim Ekstrak Daun Kelor
(Moringa oleifera L) Terhadap Uji
Aktivitas Antibakteri Staphylococcus
aureus. Indonesian Journal of Medical and
Pharmaceutical Science, 1(1), 18-
26.DOI:https://doi.org/10.30659/ijmps.v1i
1.5
Miratunnisa, L.M., dan Hajar, S. 2015. Uji
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit
Kentang (Solanum Tuberosum L.)
Terhadap Propionibacterium. Prosiding
Penelitian UNISBA 513.
Mursyid, M., Annisa, R. N., Zahran, I.,
Langkong, J., & Kamaruddin, I. (2019).
Antimicrobial activity of moringa leaf
(Moringa oleifera L.) extract against the
growth of Staphylococcus epidermidis.
In IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science (Vol. 343, No. 1, p.
012145). IOP
Publishing.DOI:10.1088/1755-
1315/343/1/012145
Nasution, A. N. (2021). Enhance effectiveness of
Moringa leaves with staphylococcus
epidermidis bacteria. Budapest
International Research and Critics
Institute-Journal (BIRCI-Journal), 4(2),
1705-1712.DOI:
https://doi.org/10.33258/birci.v4i2.1843
Nay, D. M. W. (2023). Potensi Daya Hambat
Ekstrak Kulit Batang Kelor (Moringa
oleifera L.) Terhadap Bakteri
Staphylococcus Aureus. Madani: Jurnal
Ilmiah Multidisiplin, 1(4).DOI:
https://doi.org/10.5281/zenodo.7956752
Ngajow, M., Abidjulu, J., & Kamu, V. S. (2013).
Pengaruh antibakteri ekstrak kulit batang
matoa (Pometia pinnata) terhadap bakteri
Staphylococcus aureus secara in vitro.
Jurnal Mipa, 2(2), 128-
132.https://doi.org/10.35799/jm.2.2.2013.
3121
Ningsih, A. W., Safira, A. D., Giovano, A., Klau,
I. C. S., & Charisma, A. M. (2021,
October). Antimicrobial Activity Of
Moringa Leaf (Moringa oleifera) Ethanol
Extract And Bacteria Against
Staphylococcus aureus And The Fungi
Candida albicans. In International
Conference on Health and Science (Vol. 1,
No. 1, pp. 890-902).
Putra, I. W. D. P., Dharmayudha, A. A. G. O., &
Sudimartini, L.M. (2016). Identifikasi
Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Daun
Kelor (Moringa oleifera L) di Bali. Jurnal
Indonesia Medicus Veterinus, 5(5), 464-
473.
PARIURY, J. A., Herman, J. P. C., Rebecca, T.,
Veronica, E., & Arijana, I. G. K. N. (2021).
Potensi Kulit Jeruk Bali (Citrus Maxima
Merr) Sebagai Antibakteri
Propionibacterium acne Penyebab
Jerawat. Hang Tuah Medical
Journal, 19(1),119-
131.DOI:https://doi.org/10.30649/htmj.v1
9i1.65
Ramandha, M. E. P., & Pratiwi, B. Y. H. (2024).
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kelor
(Moringa oleifera Lam.) terhadap
Staphylococcus epidermidis Penyebab
Jerawat. Jurnal Kolaboratif Sains, 7(5),
1556-
1561.DOI:https://doi.org/10.56338/jks.v7i
5.5075
Riswana, A. P., Indriarini, D., & Etty, M. A.
(2022, May). Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab
Jerawat. In Seminar Nasional Riset
Kedokteran (Vol. 3, No. 1).
Setianti, S., Lukmayani, Y., & Syafnir, L. (2021).
Kajian Pustaka Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera
Lam.) terhadap Bakteri Penyebab
Jerawat. Prosiding Farmasi, 170-174.
Suganda, D. R. R. (2022). Pengaruh Kosentrasi
Sabun Cair Anti Acne terhadap
Pertumbuhan Staphylococcus aureus
Bakteri Penyebab Jerawat (Doctoral
dissertation, Universitas Negeri Padang).
Raissa & Rosmalina, (2024). Jurnal Biologi Tropis, 24 (2): 845 852
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v24i2.6899
852
Tuldjanah, M. (2018). Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Kulit Buah Kelor (Moringa
Oleifera) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus. Jurnal Mandala
Pharmacon Indonesia, 4(02), 94-101.DOI:
https://doi.org/10.35311/jmpi.v4i02.30
Vinca, D. T., Iqbal, M., Triyandi, R., &
Oktarlina, R. Z. (2023). Artikel Review:
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kelor
(Moringa oleifera L.) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus. Medical
Profession Journal of Lampung, 13(4),
649-
654.DOI:https://doi.org/10.53089/medula.
v13i4.772
Wahyuningsih, E. S. (2022). Perbandingan
Aktivitas Ekstrak Daun Kelor Dan Ekstrak
Daun Sirih Merah Serta Kombinasinya
Sebagai Antijerawat Penyebab
Jerawat. Journal of
Pharmacopolium, 4(3).
Wigunarti, A. H., Pujiyanto, S., & Suprihadi, A.
(2019). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Biji Kelor (Moringa oleifera L.) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus dan Bakteri Escherichia
coli. Berkala Bioteknologi.
Wulandari, A., Farida, Y., & Taurhesia, S.
(2020). Perbandingan aktivitas ekstrak
daun kelor dan teh hijau serta kombinasi
sebagai antibakteri penyebab jerawat.
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 7(2), 23-
29.DOI:10.33096/jffi.v7i2.535
Yusran, A., & Wardana, U. A. (2020). Inhibition
test of moringa seeds extract against the
growth of Staphylococcus aureus.
Makassar Dental Journal, 9(3), 202-
204.DOI:
https://doi.org/10.35856/mdj.v9i3.355
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Staphylococcus aureus is gram-positive bacteria and can cause infections and disorders of the skin. This study aims to determine the physical stability of ointment preparations containing ethanol extract from Moringa leaves based on variations in concentration and antibacterial activity against Staphylococcus aureus. This research is a laboratory experiment with the stages of making an ointment from the ethanol extract of Moringa leaves and testing its antibacterial activity against Staphylococcus aureus. Data analysis using One-Way ANOVA. The results of the research on moringa leaf ethanol extract ointment preparations were physically and chemically stable through organoleptic testing, homogeneity, dispersion, viscosity, and pH by including a cycling test. Antibacterial activity test showed that moringa leaf ointment had antibacterial activity against Staphylococcus aureus with the diameter of the inhibition zone each extract concentration of 15% (16.1mm), 20% extract concentration (17.3mm), 25% extract concentration (18.1mm) in inhibiting bacteria staphylococcus aureus. Ethanol extract ointment preparations with each concentration have a strong category of inhibition against the Staphylococcus aureus bacteria.
Article
Full-text available
Background: One of natural materials used to prevent oral cavity infections caused by bacteria is Moringa plant extracts. The ingredients contained in Moringa plants are phenolic, alkaloid, tannin, and pterygospermin is thought to be able to inhibit bac-terial growth. Staphylococcus aureus has been known for a long time as a pathogen in the medical field but only a few studies were carried out in the oral cavity. Objective: To determine the inhibition test of Moringa oleifera L extract towards the growth of S.aureus bacteria. Method: The S.aureus culture was inserting on the surface of the nutrient so that it had solidified in a petri dish. Moringa seed extract was diluted in concentrations of 5%, 10%, 20%, and 40%. Paper disks are placed on agar me-dia contained populations of S.aureus bacteria, and after 24 hours the inhibition zone were measured. Results: The average diameter of inhibition zone at concentrations of 5%; 10%; 20%; 40% are 6.7 mm, 7.21 mm, 7.23 mm, 7.6 mm consecutively. Conclusion: A concentration of 5% Moringa oleifera L extract can inhibit the growth of S.aureus bacteria.
Article
Full-text available
Plants are a source of various types of medicinal chemical compounds, one of which is as an anti-infection where the use of natural plant-based ingredients (herbs) is again a trend among Indonesians. Cleanliness is very important because of the increasing number of diseases that arise due to bacteria and germs. The skin is the part that covers the surface of the body and has the main function of protecting it from various kinds of disturbances and external stimuli. Moringa leaves are natural ingredients that have antibacterial potential. Moringa (Moringa oleifera, Lamk) is a plant that has antibacterial benefits. Staphylococcus Epidermidis is a bacterium that causes various pyogenic and skin infections, separation, abscess formation, and fatal septicemia. This study aims to test the antibacterial activity of Moringa leaves against Staphylococcus Epidermidis. The method used in the extraction of Moringa leaves is maceration using ethanol as a solvent. As for testing, it is known that the moringa leaf extract has antibacterial activity against Staphylococcus Epidermidis at concentrations of 5%, 10%, 20%, 40%, and 80% and the minimum inhibitory content (MIC) is 12 mm in Staphylococcus Epidermidis. The difference in the concentration of Moringa leaf extract influenced the inhibition of the growth of Staphylococcus Epidermidis bacteria.
Article
Full-text available
The study was aimed to determine the antimicrobial activity of Moringa oleifera L. leaf extract againts the growth of Staphylococcus epidermidis. This study was conducted at the Microbiology Laboratory of the Department of Pharmacy, Ministry of Health Polytechnic Makassar, South Sulawesi. Three different concentrations of Moringa leaf extract were used, namely 2% b/v, 4% b/v and 8% b/v which were tested on S. epidermidis bacteria using the paper disk diffusion method. The results showed that Moringa oleifera L. extract could inhibit the growth of S. epidermidis by showing the inhibition zone around the extract. The biggest inhibition zone at a concentration of 8% b/v was 14 mm, for a concentration of 4% b/v was 10.8 mm and the smallest zone at a concentration of 2% b/v was 9.3 mm.
Article
Daun kelor dan daun sirih merah terbukti efektif sebagai antibakteri jerawat terhadap S. aureus dan P. acne . Kandungan daun kelor dan daun siirh merah dalah flavonoid, saponin, tanin yang bisa sebagai antibakteri. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dan P. acne konsentrat ekstrak daun kelor dan daun sirih merah serta kombinasi ekstrak daun kelor dan daun sirih merah. Ekstraksi diperoleh menggunakan metode maserasi etanol 70%. Masing-masing ekstrak dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji dengan metode difusi sumuran dengan konsentrasi 0,3%; 0,6%; 1,25%; 2,5%; 5%; 10%; 20% , kontrol positif (klindamisin) dan kontrol negatif (akuabidest steril). Selanjutnya dilakukan pengukuran zona hambat dan penetapan konsentrasi zona hambat minimum dari kedua ekstrak. Ekstrak etanol daun kelor dapat menghambat pertumbuhan terhadap Propionibacterium acnes pada konsentrasi 1,25%, terhadap Stapylococcus aureus pada konsentrasi 1,25% dan ekstrak etanol daun sirih merah dapat menghambat pertumbuhan terhadap Propionibacterium acnes pada konsentrasi 2,5%, terhadap Stapylococcus aureus pada konsentrasi 2,5%. Aktivitas antibakteri terbaik kombinasi ekstrak daun sirih merah dan daun kelor terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 2,,5% : 2,5% dengan diameter daya hambat terhadap Propionibacterium acnes 22,75 ± 0,28 dan terhadap bakteri Stapylococcus aureus pada diameter daya hambat 25,50 ± 0,57
Article
Telah dilakukan pengujian aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus ekstrak etanol kulit buah kelor (Moringa oleifera). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada ekstrak etanol kulit buah kelor (Moringa oleifera dan aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah kelor (Moringa oleifera) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah metode paper Disk, dimana metode ini dilakukan dengan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus yang dibiakan dengan menggunakan lidi kapas yang telah disterilkan. Kemudian ekstrak kulit buah kelor (Moringa oleifera) yang diperoleh, diletakkan diatas kertas cakram yang telah direndam selama 15 menit dengan ekstrak kulit buah kelor. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak kulit buah kelor (Moringa oleifera) memiliki kandungan metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan polifenol. Aktivitas antibakteri Stapylococcus aureus pada konsentrasi 5%, 10%, 15%, memilki zona daya hambat yang paling baik yaitu pada konsentrasi 15% dengan diameter daya hambat yaitu 15,19 mm pada bakteri Stapylococcus aureus.
Article
Telah dilakukan penelitian secara kualitatif terhadap pengaruh antibakteri dari ekstrak kulit batang matoa (Pometia pinnata. Spp.) terhadap bakteri Gram positif Staphylococcus aureus . Sebelum dilakukan uji antibakteri, sampel yang telah diekstrak secara maserasi diuji fitokimia terlebih dahulu untuk menentukan kandungan metabolit sekunder yang telah diketahui berperan sebagai agen antibakteri. Setelah dilakukan uji fitokimia, ekstrak diuji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan teknik difusi agar dengan cara sumuran. Ekstrak dilarutkan pada aquades steril dengan perbandingan 2 g ekstrak pada 2 mL air. Untuk kontrol positif, digunakan ciprofloxacin dan aquades steril sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit batang matoa memiliki aktivitas antibakteri setelah diinkubasi selama 24 jam pada 37 OC. Dari 3 kali pengulangan dengan masing – masing 3 sumuran, didapat zona hambat masing – masing 16.84 mm, 12.5 mm dan 14.5 mm dengan kontrol positif 29.67 mm serta kontrol negatif 0 mm. Hasil yang diperoleh didukung oleh keberadaan metabolit sekunder hasil uji fitokimia yaitu tanin, flavonoid, terpenoid dan saponin.A qualitative study has done of the antibacterial effect of matoa (Pometia pinnata) stem bark extract against Gram-positive bacteria Staphylococcus aureus . Before the antibacterial test , samples were extracted by maceration and then phytochemical tested to measuring the content of secondary metabolites that have been known to act as an antibacterial agent . After being tested of phytochemical , extracts were tested the antibacterial effect against Staphylococcus aureus using agar diffusion technique. Extract was dissolved in sterile distilled water with a ratio of 2 g of extract in 2 mL of water . For the positive control , use of ciprofloxacin and sterile distilled water as a negative control . Results of this study indicate that matoa bark extract has antibacterial effect after incubation for 24 h at 37OC . Of 3 times with each repetition - each 3 wells, the inhibition zone obtained - each 16.84 mm , 12.5 mm and 14.5 mm with 29.67 mm of positive control and a negative control by 0 mm . The results are supported by the presence of secondary metabolites by phytochemical test such as tannins , flavonoids , terpenoids and saponins.
Article
DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL Schismatoglottis sp. TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus dan Escherichia coliABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol daun Schismatoglottis sp. terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Daya hambat ekstrak etanol Schismatoglottis sp. terhadap bakteri menggunakan metode Kirby-Bauer, yaitu metode difusi dengan cakram kertas. Ekstrak etanol Schismatoglottis sp. menghambat pertumbuhan S. aureus pada konsentrasi 60% dan 90% dengan diameter zona hambat 16,10 mm dan 31,33 mm serta terhadap E. coli pada konsentrasi 30%, 60%, dan 90% dengan diameter zona hambat berturut-turut 11,72 mm, 16,38 mm, dan 29,27 mm. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol Schismatoglottis sp. terhadap S. aureus pada konsentrasi 60% dan 90% masing-masing memiliki kekautan antibakteri termasuk kategori kuat dan sangat kuat, sedangkan terhadap E. coli pada konsentrasi 30% dan 60%, memiliki kekuatan antibakteri kategoti kuat sedangkan pada konsentrasi 90% memiliki kekuatan antibakteri kategori sangat kuat. Kata kunci : Schismatoglottis sp, Antibakteri, Staphylococcus aureus, Escherichia coli THE INHIBITION OF ETHANOL EXTRACT OF Schismatoglottis sp. AGAINST BACTERIA Staphylococcus aureus AND Escherichia coli. ABSTRACT This study aimed to determine the inhibition of ethanol extract of leaves Schismatoglottis sp. against S. aureus and E. coli. Inhibition of the ethanol extract of Schismatoglottis sp. against to bacterial using the Kirby-Bauer method, is the paper disk diffusion method. Schismatoglottis sp. ethanol extract inhibit the growth of S. aureus at a concentration of 60% and 90% inhibition zone with a diameter of 16.10 mm and 31.33 mm and against E. coli at a concentration of 30%, 60%, and 90% with inhibition zone diameter respectively 11, 72 mm, 16.38 mm and 29.27 mm. Based on the results, it can be concluded that the ethanol extract Schismatoglottis sp. against S. aureus at concentrations of 60% and 90% respectively have antibacterial kekautan categorized as strong and very strong, while against E. coli at a concentration of 30% and 60%, have a strong kategoti antibacterial strength while at a concentration of 90% has antibacterial strength very strong category. Keywords: Schismatoglottis sp, antibacterials, Staphylococcus aureus, Escherichia coli.
Uji aktivitas antibakteri ekstrak maserasi daun kelor (Moringa oleifera, Lamk.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
  • A W D Agustie
  • R A Samsumaharto
Agustie, A. W. D., & Samsumaharto, R. A. (2013). Uji aktivitas antibakteri ekstrak maserasi daun kelor (Moringa oleifera, Lamk.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Biomedika, 6(2),14-19. https://doi.org/https://doi.org/10.31001/bi omedika.v6i2.249