ArticlePDF Available

Strategi Media Sosial Kepala Daerah dalam Membangun Citra Positif dan Implementasi Visi Misi

Authors:

Abstract

Dalam era digital saat ini, media sosial telah menjadi alat penting bagi kepala daerah dalam membangun citra positif dan mempercepat implementasi visi dan misi pemerintahan. Penelitian ini menganalisis strategi yang digunakan oleh kepala daerah dalam memanfaatkan media sosial untuk mencapai tujuan tersebut. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada beberapa kepala daerah di Indonesia yang berhasil membangun citra positif melalui media sosial. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, analisis konten media sosial, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala daerah yang sukses menggunakan media sosial secara efektif memiliki beberapa kesamaan dalam strategi mereka. Pertama, mereka konsisten dalam menyampaikan pesan yang selaras dengan visi dan misi pemerintahan. Kedua, mereka aktif berinteraksi dengan warga, menjawab pertanyaan, dan menanggapi keluhan dengan cepat. Ketiga, mereka menggunakan berbagai jenis konten, termasuk teks, gambar, dan video, untuk menyampaikan informasi dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat. Selain itu, kepala daerah yang efektif dalam penggunaan media sosial juga memanfaatkan platform ini untuk menggalang dukungan masyarakat dan memobilisasi partisipasi dalam program-program pemerintah. Mereka transparan dalam komunikasi, membangun kepercayaan dengan cara yang autentik dan dapat dipercaya. Kesimpulannya, strategi media sosial yang tepat dapat membantu kepala daerah dalam membangun citra positif dan mempercepat implementasi visi dan misi pemerintahan, yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan dan partisipasi masyarakat dalam proses pemerintahan.
p-ISSN: 2774-1907; e-ISSN: 2774-1915; Vol.4, No.2 Maret 2024
Strategi Media Sosial Kepala Daerah dalam Membangun Citra Positif dan Implementasi Visi Misi Page | 17
STRATEGI MEDIA SOSIAL KEPALA DAERAH DALAM MEMBANGUN CITRA
POSITIF DAN IMPLEMENTASI VISI MISI
SOCIAL MEDIA STRATEGIES OF REGIONAL LEADERS IN BUILDING A POSITIVE
IMAGE AND IMPLEMENTING VISION AND MISSION
Yans Hamadi1
Universitas
Cenderawasih1
email:
hansyanshamadi55@gmail
.com
IJI Publication
p-ISSN: 2774-1907
e-ISSN: 2774-1915
Vol. 4, No. 2, pp. 17-29
Maret 2024
Unit Publikasi Ilmiah
Intelektual Madani
Indonesia
Abstrak: Dalam era digital saat ini, media sosial telah menjadi alat penting bagi kepala
daerah dalam membangun citra positif dan mempercepat implementasi visi dan misi
pemerintahan. Penelitian ini menganalisis strategi yang digunakan oleh kepala daerah
dalam memanfaatkan media sosial untuk mencapai tujuan tersebut. Studi ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada beberapa kepala
daerah di Indonesia yang berhasil membangun citra positif melalui media sosial. Data
dikumpulkan melalui wawancara mendalam, analisis konten media sosial, dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala daerah yang sukses
menggunakan media sosial secara efektif memiliki beberapa kesamaan dalam strategi
mereka. Pertama, mereka konsisten dalam menyampaikan pesan yang selaras dengan
visi dan misi pemerintahan. Kedua, mereka aktif berinteraksi dengan warga, menjawab
pertanyaan, dan menanggapi keluhan dengan cepat. Ketiga, mereka menggunakan
berbagai jenis konten, termasuk teks, gambar, dan video, untuk menyampaikan informasi
dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat. Selain itu, kepala
daerah yang efektif dalam penggunaan media sosial juga memanfaatkan platform ini
untuk menggalang dukungan masyarakat dan memobilisasi partisipasi dalam program-
program pemerintah. Mereka transparan dalam komunikasi, membangun kepercayaan
dengan cara yang autentik dan dapat dipercaya. Kesimpulannya, strategi media sosial
yang tepat dapat membantu kepala daerah dalam membangun citra positif dan
mempercepat implementasi visi dan misi pemerintahan, yang pada akhirnya
meningkatkan kepercayaan dan partisipasi masyarakat dalam proses pemerintahan.
Kata Kunci: Media Sosial, Citra Positif, Visi Misi.
Abstract: In the current digital era, social media has become an essential tool for regional leaders in
building a positive image and accelerating the implementation of their vision and mission. This
study analyzes the strategies used by regional leaders to leverage social media to achieve these goals.
The research employs a qualitative approach with case studies on several regional leaders in
Indonesia who have successfully built a positive image through social media. Data were collected
through in-depth interviews, social media content analysis, and documentation. The findings
indicate that successful regional leaders who effectively use social media share several common
strategies. First, they consistently deliver messages aligned with their vision and mission. Second,
they actively interact with citizens, responding promptly to questions and addressing complaints.
Third, they utilize various types of content, including text, images, and videos, to communicate
information in an engaging and easily understandable manner. Moreover, effective regional leaders
also use social media platforms to garner public support and mobilize participation in government
programs. They maintain transparency in their communication, building trust in an authentic and
credible way. In conclusion, the right social media strategies can help regional leaders build a positive
image and accelerate the implementation of their vision and mission, ultimately enhancing public
trust and participation in the governance process.
Keywords: Social Media, Positive Image, Vision and Mission.
PENDAHULUAN
Pada era digital yang semakin maju ini,
peran media sosial telah menjadi tidak
terhindarkan dalam strategi komunikasi
publik, terutama bagi para kepala daerah
dalam konteks pemerintahan lokal (Alim &
Rahmawati, 2021). Media sosial menawarkan
platform yang kuat untuk berinteraksi
langsung dengan warga, menyampaikan
informasi, serta membangun citra
kepemimpinan yang positif (Ardhito dkk,
2020). Dalam konteks ini, penelitian tentang
strategi media sosial kepala daerah dalam
membangun citra positif dan
mengimplementasikan visi misi pemerintahan
merupakan topik yang relevan dan penting
untuk dieksplorasi.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
beberapa hal berikut: Pertama, tingginya
penetrasi internet dan penggunaan media
p-ISSN: 2774-1907; e-ISSN: 2774-1915; Vol.4, No.2 Maret 2024
Strategi Media Sosial Kepala Daerah dalam Membangun Citra Positif dan Implementasi Visi Misi Page | 18
sosial di Indonesia. Menurut data Statistik
Internet 2023, per Januari 2023, terdapat 197,6
juta pengguna media sosial di Indonesia,
setara dengan 73,7% dari total populasi. Hal
ini menunjukkan bahwa media sosial memiliki
potensi besar untuk menjangkau masyarakat
luas. Kedua, peran penting kepala daerah
dalam memimpin dan membangun
daerahnya. Sebagai pemimpin, kepala daerah
memiliki tanggung jawab untuk merumuskan
dan melaksanakan visi dan misi pembangunan
daerah. Dalam menjalankan tugasnya, kepala
daerah membutuhkan dukungan dan
partisipasi masyarakat. Ketiga, belum
banyaknya penelitian yang secara khusus
membahas tentang strategi media sosial kepala
daerah dalam membangun citra positif dan
mengimplementasikan visi misi. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi baru
dalam memahami peran media sosial dalam
komunikasi politik dan tata kelola
pemerintahan di era digital.
Kepentingan untuk memahami strategi
media sosial ini muncul dari perubahan
perilaku masyarakat dalam mengakses
informasi dan berkomunikasi. Menurut Bhatia
dan Stieglitz (2020), popularitas media sosial
terus meningkat di kalangan masyarakat,
mengubah cara mereka berpartisipasi dalam
proses politik dan pemerintahan. Hal ini
menuntut para pemimpin lokal untuk
mengadaptasi strategi komunikasi mereka
agar tetap relevan dan efektif dalam
memenuhi harapan dan kebutuhan
masyarakat yang semakin terhubung secara
digital.
Penelitian terdahulu telah
mengidentifikasi berbagai strategi yang
digunakan oleh pemimpin publik dalam
memanfaatkan media sosial. Misalnya, studi
oleh Junco dan Mastrodicasa (2010)
menunjukkan bahwa interaksi aktif dengan
pengikut di media sosial dapat meningkatkan
kepercayaan publik dan memperkuat
hubungan antara pemimpin dan warga. Begitu
pula, penelitian oleh Fieseler, Meckel, and
Ranzini (2016) menyoroti pentingnya
konsistensi pesan dan keaslian dalam konten
yang dibagikan untuk membangun citra
kepemimpinan yang kuat dan dipercaya.
Namun demikian, ada sedikit penelitian
yang secara khusus mengkaji bagaimana
strategi media sosial kepala daerah secara
khusus mempengaruhi persepsi publik
terhadap implementasi visi dan misi
pemerintahan mereka. Penelitian ini bertujuan
untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan
menganalisis strategi konkret yang digunakan
oleh kepala daerah dalam konteks Indonesia,
serta dampaknya terhadap keberhasilan
implementasi kebijakan dan program
pemerintah lokal.
Dasar ilmiah penelitian ini didasarkan
pada teori-teori komunikasi publik dan
manajemen reputasi, serta konsep-konsep
mengenai pengaruh media sosial dalam
konteks pemerintahan dan politik. Melalui
pendekatan kualitatif dengan studi kasus,
penelitian ini akan memberikan wawasan
mendalam tentang bagaimana kepala daerah
dapat memanfaatkan media sosial secara
efektif untuk mencapai tujuan strategis mereka
dalam membangun citra positif dan
mewujudkan visi misi pemerintahan yang
telah ditetapkan. Dengan dasar teoritis ini,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi signifikan dalam pemahaman
tentang pengaruh strategi media sosial kepala
daerah dalam konteks lokal, serta implikasi
praktisnya bagi manajemen komunikasi
pemerintahan dan kepemimpinan publik.
Dalam era digital yang semakin maju,
penggunaan media sosial oleh kepala daerah
telah menjadi strategi penting dalam
membangun citra positif dan
mengimplementasikan visi misi mereka.
Meskipun banyak penelitian telah
mengeksplorasi penggunaan media sosial
dalam konteks pemasaran politik dan
komunikasi publik, kebaruan yang ditawarkan
oleh penelitian ini terletak pada fokus
p-ISSN: 2774-1907; e-ISSN: 2774-1915; Vol.4, No.2 Maret 2024
Strategi Media Sosial Kepala Daerah dalam Membangun Citra Positif dan Implementasi Visi Misi Page | 19
mendalam terhadap strategi spesifik yang
diterapkan oleh kepala daerah di Indonesia.
Penelitian ini mengidentifikasi dan
menganalisis metode efektif yang digunakan
oleh kepala daerah untuk mengelola persepsi
publik dan mempromosikan agenda politik
mereka melalui platform media sosial. Dengan
demikian, studi ini tidak hanya berkontribusi
pada literatur yang ada mengenai komunikasi
politik digital, tetapi juga menawarkan
wawasan praktis bagi para pemimpin daerah
dalam memanfaatkan media sosial untuk
mencapai tujuan pemerintahan yang lebih
luas. Ini memberikan dasar ilmiah yang kuat
untuk memahami dinamika baru dalam
interaksi antara kepala daerah dan konstituen
mereka di era digital.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan studi kasus untuk mendalami
strategi media sosial yang digunakan oleh
kepala daerah dalam membangun citra positif
dan mengimplementasikan visi misi
pemerintahan. Pendekatan kualitatif dipilih
karena memungkinkan peneliti untuk
menjelajahi dan memahami secara mendalam
fenomena yang kompleks dalam konteks yang
nyata (Darmawan dkk, 2019).
Data untuk penelitian ini dikumpulkan
melalui beberapa tahap. Pertama, wawancara
mendalam dilakukan dengan beberapa kepala
daerah terpilih di Indonesia yang dianggap
berhasil dalam memanfaatkan media sosial
untuk tujuan komunikasi dan kepemimpinan.
Wawancara ini bertujuan untuk memahami
secara mendalam strategi, tujuan, dan
pengalaman mereka dalam menggunakan
media sosial (Indriana & Rachmawati, 2021).
Selain itu, analisis konten media sosial
juga dilakukan untuk menggali jenis konten
yang dibagikan oleh kepala daerah dan pola
interaksi mereka dengan masyarakat melalui
platform media sosial. Analisis ini melibatkan
pemantauan terstruktur terhadap postingan,
komentar, dan respons kepala daerah terhadap
isu-isu yang diangkat oleh masyarakat
(Kusumaningrum, 2018).
Data kualitatif yang terkumpul akan
dianalisis menggunakan pendekatan tema
(thematic analysis). Langkah-langkah analisis
ini meliputi identifikasi tema-tema utama yang
muncul dari wawancara dan analisis konten,
pembentukan kategori-kategori yang relevan,
dan interpretasi mendalam terhadap temuan-
temuan tersebut (Kusumaningrum, 2018).
Untuk memastikan validitas penelitian,
strategi triangulasi akan diterapkan dengan
membandingkan data dari berbagai sumber
dan metode (Creswell, 2013). Validitas
internal akan diperkuat melalui analisis
mendalam terhadap kontradiksi dan
kesamaan temuan dari wawancara dan
analisis konten. Reliabilitas penelitian akan
diperkuat melalui konsistensi dalam
pengumpulan dan analisis data, serta refleksi
terhadap posisi peneliti dalam interpretasi data
(Yin, 2018).
HASIL DAN DISKUSI
Jenis dan Platform Media Sosial yang
Digunakan
Penelitian ini mengungkapkan bahwa
kepala daerah saat ini aktif memanfaatkan
berbagai platform media sosial untuk
memperkuat citra mereka secara publik serta
untuk mengimplementasikan visi dan misi
pemerintahan mereka. Berbagai platform yang
paling sering digunakan antara lain Facebook,
Instagram, Twitter, dan YouTube, dimana setiap
platform memiliki peran strategis dalam
mencapai tujuan mereka.
Penggunaan Facebook oleh kepala daerah
menjadi salah satu fokus utama dalam
membangun interaksi langsung dengan
masyarakat secara luas. Melalui Facebook,
mereka dapat mengunggah berbagai konten
seperti update kegiatan, foto kegiatan
langsung, dan video-video tentang proyek
pembangunan yang sedang dilaksanakan.
Interaksi yang terjalin melalui komentar dan
like juga memberikan kesempatan bagi kepala
p-ISSN: 2774-1907; e-ISSN: 2774-1915; Vol.4, No.2 Maret 2024
Strategi Media Sosial Kepala Daerah dalam Membangun Citra Positif dan Implementasi Visi Misi Page | 20
daerah untuk merespons langsung kebutuhan
dan aspirasi masyarakat.
Instagram juga menjadi salah satu
platform yang sangat populer dalam strategi
media sosial kepala daerah. Dengan fokus
pada visual, Instagram memungkinkan kepala
daerah untuk mengabadikan momen-momen
penting dalam gaya yang menarik dan estetis.
Mereka dapat membagikan foto-foto dari
acara-acara publik, kunjungan ke berbagai
daerah, dan kegiatan sosial lainnya, yang
dapat meningkatkan kedekatan dan
kepercayaan masyarakat terhadap
kepemimpinan mereka.
Selain itu, Twitter memberikan platform
yang efektif untuk berkomunikasi secara
langsung dan instan dengan warga. Dengan
keterbatasan karakter, kepala daerah dapat
dengan cepat menyampaikan pesan-pesan
penting, merespons isu-isu aktual, dan
mengajak partisipasi masyarakat dalam
berbagai inisiatif. Twitter juga sering
digunakan untuk menginformasikan
perkembangan proyek-proyek pemerintahan
serta menyebarkan informasi kebijakan publik
yang relevan.
YouTube menawarkan kesempatan bagi
kepala daerah untuk lebih mendalam dalam
menyampaikan visi dan misi mereka melalui
video-video pemaparan. Mereka dapat
mengunggah rekaman pidato, dialog interaktif
dengan masyarakat, dan dokumentasi lengkap
tentang capaian-capaian pemerintahan.
Dengan pendekatan visual dan audio yang
kuat, YouTube menjadi sarana efektif untuk
mendokumentasikan jejak kepemimpinan
serta menginspirasi masyarakat untuk terlibat
lebih dalam dalam proses pembangunan
daerah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepala daerah di Indonesia memanfaatkan
berbagai jenis platform media sosial untuk
membangun citra positif dan
mengimplementasikan visi misi mereka.
Platform utama yang digunakan meliputi
Facebook, Instagram, Twitter, dan YouTube.
Penggunaan berbagai platform ini
memungkinkan kepala daerah untuk
menjangkau audiens yang lebih luas dan
beragam, serta memaksimalkan dampak pesan
yang disampaikan.
Dalam menganalisis penggunaan media
sosial oleh kepala daerah, teori komunikasi
dua arah simetris dari Grunig dan Hunt (2018)
sangat relevan. Teori ini menekankan
pentingnya dialog dan interaksi timbal balik
antara pemimpin dan masyarakat. Kepala
daerah yang aktif di media sosial tidak hanya
menyampaikan informasi secara satu arah,
tetapi juga berinteraksi dengan konstituen
mereka, menjawab pertanyaan, dan
merespons umpan balik. Hal ini membangun
hubungan yang lebih kuat dan positif dengan
publik, serta menciptakan kesan keterbukaan
dan akuntabilitas.
Selain itu, teori Uses and Gratifications
(Blumler dan Katz, 2017) dapat digunakan
untuk memahami motivasi di balik
penggunaan media sosial oleh kepala daerah.
Teori ini menjelaskan bahwa individu
menggunakan media untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan tertentu. Dalam
konteks ini, kepala daerah menggunakan
media sosial untuk memenuhi kebutuhan akan
pengakuan publik, komunikasi langsung
dengan warga, serta penyebaran informasi
tentang program dan kebijakan. Platform
seperti Instagram dan YouTube digunakan
untuk berbagi konten visual yang menarik,
yang efektif dalam membangun citra positif
dan menunjukkan keterlibatan aktif dalam
berbagai kegiatan sosial dan pemerintahan.
Lebih lanjut, teori agenda-setting
(McCombs dan Shaw, 2022) dapat
diaplikasikan untuk memahami bagaimana
kepala daerah menggunakan media sosial
untuk membentuk opini publik. Dengan
secara konsisten memposting tentang isu-isu
tertentu, kepala daerah dapat mempengaruhi
topik yang dianggap penting oleh masyarakat.
Ini menunjukkan bahwa kepala daerah tidak
hanya mengikuti tren, tetapi juga aktif
p-ISSN: 2774-1907; e-ISSN: 2774-1915; Vol.4, No.2 Maret 2024
Strategi Media Sosial Kepala Daerah dalam Membangun Citra Positif dan Implementasi Visi Misi Page | 21
membentuk percakapan publik sesuai dengan
visi dan misi mereka.
Dengan mengaplikasikan pendekatan
teoretis ini, analisis menjadi lebih
komprehensif dan mendalam, memberikan
wawasan yang lebih baik tentang strategi yang
digunakan oleh kepala daerah dalam
memanfaatkan media sosial. Pendekatan ini
juga menunjukkan bagaimana media sosial
dapat menjadi alat yang efektif dalam
membangun citra positif dan
mengimplementasikan visi misi secara lebih
efektif dan efisien.
Secara keseluruhan, penggunaan
berbagai platform media sosial ini bukan
hanya sebagai alat untuk membangun citra
positif kepala daerah, tetapi juga sebagai
sarana untuk meningkatkan transparansi,
partisipasi publik, dan akuntabilitas dalam
pengambilan keputusan. Dengan
memanfaatkan media sosial secara strategis,
kepala daerah dapat memperkuat koneksi
emosional dengan masyarakat, memperluas
jangkauan informasi, dan menciptakan
platform komunikasi dua arah yang dinamis.
Konten Media Sosial
Konten media sosial yang diunggah oleh
kepala daerah dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa kategori yang berbeda, masing-
masing memiliki tujuan dan fungsi tersendiri:
Pertama, informasi tentang program dan
kegiatan kerja kepala daerah merupakan salah
satu jenis konten yang paling sering
dipublikasikan. Tujuan utamanya adalah
untuk memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai berbagai program dan
inisiatif yang sedang dilakukan oleh kepala
daerah guna mencapai visi dan misi
pemerintahan. Melalui unggahan ini,
masyarakat dapat memahami lebih dalam
tentang upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan
pembangunan daerah secara keseluruhan.
Kedua, sosialisasi kebijakan adalah jenis
konten yang digunakan untuk mengedukasi
dan memberitahukan kepada masyarakat
mengenai kebijakan-kebijakan baru atau yang
sedang berjalan yang telah dicanangkan oleh
kepala daerah. Melalui berbagai platform
seperti Instagram, Facebook, dan Twitter, kepala
daerah dapat menjelaskan secara langsung dan
jelas mengenai dampak, manfaat, serta tujuan
dari setiap kebijakan yang diimplementasikan,
sehingga masyarakat dapat memahami alasan
di balik setiap keputusan yang diambil.
Selanjutnya, promosi daerah menjadi
fokus penting dalam konten media sosial
kepala daerah. Tujuan dari jenis konten ini
adalah untuk memperkenalkan potensi,
keindahan alam, serta daya tarik wisata dan
ekonomi dari daerah tersebut kepada
masyarakat luas. Dengan mengunggah foto-
foto indah dan cerita menarik tentang
kekayaan budaya dan kearifan lokal, kepala
daerah dapat membangun citra positif
daerahnya dan menarik minat wisatawan serta
investor untuk berkontribusi dalam
pembangunan daerah.
Selain itu, interaksi dengan masyarakat
adalah aspek penting dari strategi media sosial
kepala daerah. Melalui platform-platform
tersebut, kepala daerah dapat aktif berinteraksi
dengan masyarakat, menjawab pertanyaan,
mendengarkan masukan, dan merespons
aspirasi yang disampaikan oleh warga. Hal ini
menciptakan kedekatan emosional antara
pemimpin dan warganya, serta meningkatkan
transparansi dalam proses pengambilan
keputusan pemerintahan.
Terakhir, peningkatan partisipasi publik
juga menjadi tujuan utama dalam penggunaan
media sosial oleh kepala daerah. Dengan
memanfaatkan fitur-fitur seperti polling, kuis,
dan forum diskusi online, kepala daerah dapat
mengajak masyarakat untuk terlibat aktif
dalam pembuatan kebijakan dan perencanaan
pembangunan daerah. Partisipasi ini tidak
hanya meningkatkan rasa memiliki
masyarakat terhadap kebijakan publik, tetapi
juga memperkuat legitimasi dan akuntabilitas
kepemimpinan daerah.
p-ISSN: 2774-1907; e-ISSN: 2774-1915; Vol.4, No.2 Maret 2024
Strategi Media Sosial Kepala Daerah dalam Membangun Citra Positif dan Implementasi Visi Misi Page | 22
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepala daerah di Indonesia menggunakan
berbagai jenis konten media sosial untuk
membangun citra positif dan
mengimplementasikan visi misi mereka.
Konten yang sering digunakan mencakup
pembaruan kegiatan sehari-hari,
pengumuman kebijakan, interaksi dengan
warga, serta kampanye program pemerintah.
Konten visual seperti foto dan video juga
banyak digunakan untuk menarik perhatian
audiens dan meningkatkan keterlibatan.
Dalam menganalisis efektivitas konten
media sosial yang digunakan oleh kepala
daerah, teori Social Presence (Short, Williams,
& Christie, 2016) dapat memberikan wawasan
penting. Teori ini menyatakan bahwa
kehadiran sosial yang kuat melalui media
dapat meningkatkan persepsi kedekatan dan
keterlibatan antara pemimpin dan konstituen.
Kepala daerah yang secara rutin membagikan
konten pribadi dan interaktif cenderung
menciptakan hubungan yang lebih erat dengan
masyarakat, yang pada gilirannya dapat
membangun citra positif yang lebih kuat.
Selain itu, teori Media Richness (Daft &
Lengel, 2016) juga relevan untuk memahami
pemilihan jenis konten. Teori ini menyatakan
bahwa media yang lebih kaya dengan lebih
banyak isyarat komunikasi seperti video dan
gambar lebih efektif dalam menyampaikan
pesan yang kompleks dan meminimalkan
ketidakpastian. Penggunaan video langsung
(live streaming) atau vlog oleh kepala daerah
memungkinkan mereka untuk menyampaikan
pesan dengan lebih jelas dan mendalam, yang
tidak hanya meningkatkan transparansi tetapi
juga menunjukkan komitmen mereka
terhadap keterbukaan dan akuntabilitas.
Teori Impression Management (Goffman,
2019) juga dapat diaplikasikan untuk
memahami bagaimana kepala daerah
mengelola citra mereka melalui media sosial.
Dengan secara strategis memilih dan
mengatur konten yang mereka bagikan, kepala
daerah dapat mengontrol bagaimana mereka
dipersepsikan oleh publik. Misalnya,
membagikan momen keberhasilan proyek
pemerintah atau keterlibatan dalam acara
sosial dapat memperkuat citra mereka sebagai
pemimpin yang efektif dan peduli.
Lebih lanjut, teori Persuasi (Petty &
Cacioppo, 2018) menyoroti pentingnya
konten yang kredibel dan menarik untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku audiens.
Konten yang disajikan dengan narasi yang
kuat dan didukung oleh fakta-fakta yang
kredibel cenderung lebih berhasil dalam
membangun kepercayaan dan dukungan dari
masyarakat.
Dengan menerapkan pendekatan
teoretis ini, analisis konten media sosial kepala
daerah menjadi lebih mendalam dan
komprehensif. Ini tidak hanya menunjukkan
jenis konten yang digunakan tetapi juga
mengapa dan bagaimana konten tersebut
efektif dalam membangun citra positif dan
mengimplementasikan visi misi mereka.
Secara keseluruhan, penggunaan
beragam jenis konten media sosial ini bukan
hanya sebagai sarana untuk membangun citra
positif kepala daerah, tetapi juga sebagai alat
efektif untuk meningkatkan interaksi,
partisipasi, dan transparansi dalam
pemerintahan lokal. Dengan strategi yang
tepat dan kreativitas dalam penyampaian
informasi, kepala daerah dapat memperkuat
hubungan dengan masyarakat serta mencapai
tujuan pembangunan yang lebih inklusif dan
berkelanjutan.
Strategi Membangun Citra Positif
Kepala daerah mengadopsi berbagai
strategi inovatif untuk membangun citra
positif mereka melalui media sosial, dengan
fokus pada beberapa pendekatan utama:
Pertama, mereka aktif membangun
personal branding yang kuat. Ini melibatkan
upaya untuk menggambarkan diri mereka
sebagai pemimpin yang tidak hanya kompeten
dalam mengelola pemerintahan, tetapi juga
visioner dalam merumuskan arah
p-ISSN: 2774-1907; e-ISSN: 2774-1915; Vol.4, No.2 Maret 2024
Strategi Media Sosial Kepala Daerah dalam Membangun Citra Positif dan Implementasi Visi Misi Page | 23
pembangunan yang berkelanjutan. Dengan
mengunggah konten yang berfokus pada
pencapaian dan inisiatif progresif, kepala
daerah membangun citra diri yang
meyakinkan dan aspiratif di mata masyarakat.
Selanjutnya, untuk menambah
kedekatan dengan masyarakat, kepala daerah
secara konsisten menampilkan sisi humanis
mereka melalui media sosial. Mereka sering
membagikan momen-momen pribadi atau
interaksi santai dengan warga, yang tidak
hanya menghapus jarak antara pemimpin dan
rakyat, tetapi juga menciptakan ikatan
emosional yang kuat dan kepercayaan yang
lebih dalam.
Di samping itu, mereka memprioritaskan
komunikasi yang terbuka dan transparan.
Melalui platform seperti Facebook dan Twitter,
kepala daerah menyebarkan informasi secara
jelas dan akurat mengenai kebijakan publik,
proyek-proyek pembangunan, serta
keputusan-keputusan penting pemerintahan.
Dengan demikian, mereka tidak hanya
memperkuat legitimasi kepemimpinan
mereka, tetapi juga meningkatkan tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintahannya.
Kepala daerah juga memanfaatkan
media sosial sebagai alat untuk merespons
langsung aspirasi dan keluhan masyarakat.
Dengan memantau aktif komentar, pesan, dan
diskusi di platform mereka, kepala daerah
dapat mengidentifikasi isu-isu yang paling
penting bagi masyarakat dan memberikan
tanggapan yang cepat serta solutif. Hal ini
tidak hanya meningkatkan kepuasan publik,
tetapi juga menunjukkan kesediaan mereka
untuk mendengarkan dan bertindak sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
Terakhir, strategi ini tidak hanya tentang
membangun citra positif secara pribadi, tetapi
juga tentang memperkuat hubungan yang
saling menguntungkan antara pemerintah dan
masyarakat. Dengan pendekatan yang terukur
dan konten yang relevan, kepala daerah dapat
menciptakan lingkungan komunikasi yang
dinamis dan progresif, di mana partisipasi
publik didorong dan kepentingan bersama
diperjuangkan untuk mencapai pembangunan
daerah yang berkelanjutan dan inklusif.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
kepala daerah di Indonesia menerapkan
berbagai strategi di media sosial untuk
membangun citra positif. Strategi ini meliputi
penggunaan konten visual yang menarik,
narasi yang menggugah, serta interaksi aktif
dengan masyarakat. Kepala daerah sering
memposting pencapaian, partisipasi dalam
kegiatan sosial, dan tanggapan cepat terhadap
isu-isu lokal untuk membangun kepercayaan
dan kredibilitas di mata publik.
Untuk menganalisis lebih dalam strategi
ini, teori Impression Management (Goffman,
2019) sangat relevan. Teori ini menjelaskan
bagaimana individu berusaha mengontrol cara
mereka dipersepsikan oleh orang lain melalui
pengaturan penampilan dan perilaku. Dalam
konteks media sosial, kepala daerah
menggunakan platform ini untuk menampilkan
diri sebagai pemimpin yang kompeten, peduli,
dan responsif. Misalnya, dengan membagikan
konten yang menunjukkan partisipasi mereka
dalam kegiatan masyarakat atau merespon
langsung keluhan warga di media sosial,
mereka menciptakan kesan pemimpin yang
dekat dan peduli dengan konstituennya.
Selain itu, teori Signal (Spence, 2018)
dapat digunakan untuk memahami bagaimana
kepala daerah mengirimkan pesan-pesan
tertentu untuk membangun citra positif.
Melalui media sosial, mereka mengirimkan
sinyal tentang kompetensi dan keberhasilan
mereka dalam memimpin. Misalnya,
postingan yang menunjukkan hasil proyek
infrastruktur atau penghargaan yang diterima
dapat dilihat sebagai sinyal keefektifan
kepemimpinan mereka, yang bertujuan untuk
memperkuat kepercayaan masyarakat.
Teori Self-Presentation (Leary &
Kowalski, 2020) juga memberikan kerangka
kerja yang penting untuk menganalisis
bagaimana kepala daerah menyusun dan
p-ISSN: 2774-1907; e-ISSN: 2774-1915; Vol.4, No.2 Maret 2024
Strategi Media Sosial Kepala Daerah dalam Membangun Citra Positif dan Implementasi Visi Misi Page | 24
mengelola citra mereka di media sosial.
Menurut teori ini, individu secara aktif
mengelola kesan yang mereka buat di hadapan
orang lain untuk mencapai tujuan pribadi dan
sosial. Dalam hal ini, kepala daerah memilih
konten yang mencerminkan nilai-nilai dan visi
misi mereka, serta menghindari konten yang
dapat merusak citra positif yang sedang
dibangun.
Lebih lanjut, teori Persuasi (Petty &
Cacioppo, 2018) menunjukkan bahwa pesan
yang disampaikan dengan cara yang persuasif
dan didukung oleh bukti-bukti konkret
cenderung lebih efektif dalam mempengaruhi
sikap dan perilaku audiens. Kepala daerah
yang menggunakan data dan fakta dalam
postingan mereka, seperti statistik
keberhasilan program atau testimoni dari
warga, dapat lebih mudah meyakinkan publik
akan kemampuan dan komitmen mereka.
Dengan menggunakan pendekatan
teoretis ini, analisis strategi kepala daerah
dalam membangun citra positif di media sosial
menjadi lebih mendalam dan komprehensif.
Ini tidak hanya menggambarkan apa yang
dilakukan oleh kepala daerah, tetapi juga
mengapa dan bagaimana strategi tersebut
efektif dalam menciptakan citra positif dan
mendukung implementasi visi misi mereka.
Implementasi Visi Misi
Media sosial telah menjadi alat yang vital
bagi kepala daerah untuk
mengimplementasikan visi dan misi mereka
dalam pemerintahan. Berikut adalah beberapa
aspek utama dalam penggunaan media sosial
oleh kepala daerah: Pertama, media sosial
digunakan sebagai platform untuk
mensosialisasikan visi dan misi kepada
masyarakat luas. Melalui berbagai konten
seperti video, infografis, dan teks informatif,
kepala daerah dapat secara langsung
mengkomunikasikan tujuan-tujuan strategis
yang mereka rencanakan untuk meningkatkan
kualitas hidup warga dan pembangunan
daerah secara keseluruhan. Kedua, media
sosial digunakan sebagai sarana untuk
menggalang partisipasi aktif masyarakat
dalam proses pembangunan. Kepala daerah
memanfaatkan fitur-fitur interaktif seperti
polling, forum diskusi, dan petisi online untuk
mengumpulkan masukan dari warga terkait
prioritas-prioritas pembangunan dan
kebijakan yang diusulkan. Hal ini tidak hanya
meningkatkan rasa memiliki masyarakat
terhadap keputusan-keputusan pemerintah,
tetapi juga memperkuat legitimasi
kepemimpinan yang inklusif.
Selain itu, media sosial menjadi alat
penting dalam memantau dan mengevaluasi
kemajuan program kerja yang telah dirancang
oleh kepala daerah. Dengan menganalisis
tanggapan masyarakat melalui komentar,
serta melacak keterlibatan dalam berbagai
inisiatif, kepala daerah dapat melakukan
penyesuaian dan perbaikan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
Meskipun memiliki banyak manfaat,
penggunaan media sosial oleh kepala daerah
juga dihadapkan pada sejumlah tantangan
yang perlu diatasi: Pertama, keterbatasan
sumber daya merupakan salah satu kendala
utama yang dihadapi kepala daerah. Dengan
sumber daya yang terbatas, seperti waktu dan
personel, mereka mungkin mengalami
kesulitan dalam menjaga konsistensi dan
efektivitas dalam pengelolaan platform media
sosial mereka. Kedua, kurangnya literasi
media di kalangan masyarakat dapat
memperburuk persepsi dan pemahaman
terhadap informasi yang disampaikan oleh
kepala daerah melalui media sosial. Hal ini
dapat mengakibatkan penyebaran berita palsu
(hoaks) atau interpretasi yang salah terhadap
kebijakan dan program pemerintah. Terakhir,
kepala daerah juga rentan menjadi sasaran
cyberbullying dan ujaran kebencian di media
sosial. Serangan-serangan ini dapat
mempengaruhi kesejahteraan mental mereka
serta mengganggu fokus pada tugas-tugas
pemerintahan yang lebih penting.
p-ISSN: 2774-1907; e-ISSN: 2774-1915; Vol.4, No.2 Maret 2024
Strategi Media Sosial Kepala Daerah dalam Membangun Citra Positif dan Implementasi Visi Misi Page | 25
Penelitian ini menemukan bahwa kepala
daerah menggunakan media sosial tidak
hanya untuk membangun citra positif tetapi
juga untuk mengkomunikasikan dan
mengimplementasikan visi misi mereka.
Media sosial menjadi alat yang efektif untuk
menyampaikan rencana, program, dan
kebijakan yang diusung, serta melibatkan
masyarakat dalam proses pelaksanaannya.
Kepala daerah sering memposting pembaruan
tentang perkembangan proyek, mengadakan
sesi tanya jawab secara live, dan mengajak
partisipasi publik dalam survei atau diskusi
online.
Untuk menganalisis implementasi visi
misi ini, teori Komunikasi Dua Arah Simetris
dari Grunig dan Hunt (2017) sangat relevan.
Teori ini menekankan pentingnya dialog dan
interaksi timbal balik antara pemimpin dan
masyarakat. Kepala daerah yang
menggunakan media sosial untuk berinteraksi
langsung dengan warga menunjukkan
transparansi dan keterbukaan, serta
memungkinkan adanya umpan balik yang
konstruktif. Hal ini tidak hanya meningkatkan
kepercayaan publik tetapi juga memastikan
bahwa visi misi yang diimplementasikan
sesuai dengan kebutuhan dan harapan
masyarakat.
Selain itu, teori Jaringan Sosial (Social
Network Theory) (Granovetter, 2023) dapat
diaplikasikan untuk memahami bagaimana
kepala daerah memanfaatkan jaringan sosial
mereka di media sosial untuk menyebarkan
visi misi. Melalui platform seperti Facebook dan
Twitter, kepala daerah dapat mengaktifkan
jaringan mereka untuk menyebarkan
informasi secara luas dan cepat. Ini
memungkinkan penyebaran pesan yang lebih
efektif dan memaksimalkan dukungan dari
berbagai kelompok masyarakat.
Teori Diffusi Inovasi (Rogers, 2022) juga
dapat digunakan untuk menganalisis
bagaimana kepala daerah memperkenalkan
dan menyebarkan ide-ide baru atau inovasi
kebijakan melalui media sosial. Menurut teori
ini, inovasi harus melalui beberapa tahap,
termasuk pengetahuan, persuasi, keputusan,
implementasi, dan konfirmasi. Media sosial
memungkinkan kepala daerah untuk
mempercepat proses ini dengan
menyampaikan informasi secara langsung
kepada audiens yang luas, menjawab
pertanyaan, dan mengatasi keraguan
masyarakat dengan cepat.
Lebih lanjut, teori Keterlibatan
(Engagement Theory) (Kearsley &
Shneiderman, 2018) menyoroti pentingnya
keterlibatan aktif masyarakat dalam proses
implementasi visi misi. Kepala daerah yang
mengajak warga untuk berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan online, seperti diskusi
interaktif dan konsultasi publik, dapat
meningkatkan rasa memiliki dan keterlibatan
masyarakat dalam program pemerintah. Ini
tidak hanya membantu dalam implementasi
yang lebih efektif tetapi juga memastikan
keberlanjutan program jangka panjang.
Dengan pendekatan teoretis ini, analisis
implementasi visi misi melalui media sosial
menjadi lebih mendalam dan komprehensif.
Ini menggambarkan bagaimana kepala daerah
tidak hanya menyampaikan visi misi mereka
tetapi juga melibatkan masyarakat dalam
setiap tahap implementasinya, menciptakan
hubungan yang lebih erat dan positif dengan
publik.
Secara keseluruhan, penggunaan media
sosial oleh kepala daerah menawarkan potensi
besar untuk membangun hubungan yang lebih
dekat dengan masyarakat, meningkatkan
partisipasi publik, dan memperkuat
transparansi dalam pemerintahan. Namun,
untuk mengoptimalkan manfaatnya,
dibutuhkan strategi yang matang serta upaya
untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada.
Efektivitas Media Sosial
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa
tantangan yang dihadapi oleh kepala daerah
dalam memanfaatkan media sosial sebagai
alat untuk komunikasi dan interaksi dengan
p-ISSN: 2774-1907; e-ISSN: 2774-1915; Vol.4, No.2 Maret 2024
Strategi Media Sosial Kepala Daerah dalam Membangun Citra Positif dan Implementasi Visi Misi Page | 26
masyarakat. Pertama-tama, keterbatasan
sumber daya menjadi hambatan utama,
dimana kepala daerah sering kali menghadapi
kendala dalam alokasi waktu dan personel
yang cukup untuk mengelola platform-
platform media sosial mereka dengan efektif.
Dalam konteks yang semakin dinamis dan
cepat berubah, mempertahankan konsistensi
dalam pengelolaan konten dan respons
terhadap interaksi masyarakat dapat menjadi
tantangan tersendiri.
Selain itu, kurangnya literasi media di
kalangan masyarakat juga merupakan isu
serius. Meskipun media sosial memberikan
akses cepat dan luas terhadap informasi,
masyarakat masih rentan terhadap
penyebaran berita palsu dan hoaks. Hal ini
menuntut kepala daerah untuk tidak hanya
menyebarkan informasi yang akurat dan
terverifikasi, tetapi juga untuk mendidik
masyarakat tentang cara memilah informasi
yang benar dan tidak.
Tantangan lain yang dihadapi adalah
fenomena cyberbullying dan ujaran kebencian
yang sering kali menyerang kepala daerah di
platform media sosial. Hal ini dapat
berdampak negatif pada kesejahteraan mental
mereka serta mempengaruhi performa dalam
menjalankan tugas pemerintahan dengan
efektif. Kepala daerah perlu memiliki strategi
yang kuat dalam mengelola respons terhadap
komentar-komentar negatif dan memastikan
keamanan dan kesejahteraan pribadi mereka
terjaga.
Meskipun demikian, penelitian ini juga
menunjukkan bahwa media sosial memiliki
potensi besar sebagai alat efektif untuk
membangun citra positif dan
mengimplementasikan visi misi kepala
daerah. Faktor-faktor yang dapat
meningkatkan efektivitas penggunaan media
sosial antara lain adalah kualitas konten yang
berkualitas tinggi. Konten yang informatif,
relevan, dan menarik akan lebih mampu
menarik perhatian dan membangun
kepercayaan masyarakat terhadap
kepemimpinan daerah.
Selain itu, konsistensi dalam penyebaran
konten juga menjadi kunci. Kepala daerah
perlu mempublikasikan konten secara teratur
dan konsisten untuk menjaga kehadiran
mereka di media sosial dan memperluas
jangkauan informasi yang disampaikan
kepada masyarakat. Dengan melakukan ini,
mereka dapat membangun dan
mempertahankan koneksi yang kuat dengan
masyarakat serta meningkatkan tingkat
partisipasi dalam berbagai program
pembangunan dan kebijakan publik.
Interaksi langsung dengan masyarakat
juga merupakan aspek penting dalam
menggunakan media sosial secara efektif.
Kepala daerah harus aktif berpartisipasi dalam
diskusi online, menjawab pertanyaan, dan
merespons masukan serta keluhan dari warga
dengan cepat dan tepat. Hal ini tidak hanya
meningkatkan keterlibatan masyarakat, tetapi
juga meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas pemerintahan di mata publik.
Secara keseluruhan, implikasi dari
penelitian ini menggarisbawahi pentingnya
strategi yang matang dalam menggunakan
media sosial bagi kepala daerah. Mereka perlu
tidak hanya mengelola konten dengan cermat,
tetapi juga memperhatikan pendidikan literasi
media masyarakat dan menjaga kesehatan
mental dan keamanan pribadi dalam
menghadapi tantangan seperti cyberbullying
dan ujaran kebencian. Dengan pendekatan
yang terarah dan berbasis pada kebutuhan
masyarakat, kepala daerah dapat
memanfaatkan potensi media sosial secara
maksimal untuk mencapai tujuan
pembangunan yang inklusif dan
berkelanjutan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepala daerah yang berhasil dalam
memanfaatkan media sosial untuk
membangun citra positif dan
mengimplementasikan visi misi pemerintahan
memiliki beberapa strategi kunci yang dapat
p-ISSN: 2774-1907; e-ISSN: 2774-1915; Vol.4, No.2 Maret 2024
Strategi Media Sosial Kepala Daerah dalam Membangun Citra Positif dan Implementasi Visi Misi Page | 27
diidentifikasi. Pertama, mereka secara
konsisten menyampaikan pesan yang terkait
dengan tujuan pembangunan dan kebijakan
publik melalui berbagai platform media sosial.
Pesan-pesan ini tidak hanya mencakup
pencapaian konkret pemerintahan, tetapi juga
visi jangka panjang untuk pengembangan
wilayah dan kesejahteraan masyarakat
(Chadwick, 2013).
Selanjutnya, interaksi aktif dengan warga
melalui media sosial merupakan aspek penting
dalam memperkuat citra kepemimpinan. Para
kepala daerah aktif menjawab pertanyaan,
menanggapi kritik, dan mengambil sikap
terhadap isu-isu yang diangkat oleh
masyarakat, sehingga membangun hubungan
yang lebih dekat dan transparan dengan
konstituennya (García-Galera & Ruiz-
Caballero, 2019).
Analisis konten media sosial
menunjukkan bahwa jenis konten yang paling
efektif dalam membangun citra positif adalah
yang beragam dan informatif. Konten-konten
ini tidak hanya mencakup pidato dan kegiatan
formal, tetapi juga interaksi informal, seperti
kunjungan lapangan, pertemuan dengan
masyarakat, dan aktivitas sosial lainnya yang
menunjukkan kedekatan dan kesetiaan kepada
rakyat (Jackson & Lilleker, 2011).
Selain itu, kepala daerah yang berhasil
juga mampu memanfaatkan fitur-fitur khusus
media sosial, seperti polling dan jajak
pendapat, untuk mengukur sentimen publik
terhadap kebijakan-kebijakan tertentu. Hal ini
memungkinkan mereka untuk merespons
secara lebih cepat terhadap perubahan opini
dan kebutuhan masyarakat (Larsson & Moe,
2012).
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa transparansi dalam komunikasi sangat
penting dalam membangun kepercayaan
publik. Kepala daerah yang jujur dan terbuka
tentang tantangan yang dihadapi dan langkah-
langkah yang diambil untuk mengatasi
masalah, cenderung mendapatkan dukungan
yang lebih kuat dari masyarakat (Obar et al.,
2012).
Selain itu, strategi media sosial yang
sukses juga mengarah pada peningkatan
partisipasi masyarakat dalam proses
kebijakan. Melalui media sosial, kepala daerah
dapat menggalang dukungan untuk inisiatif-
inisiatif pemerintah dan memobilisasi
partisipasi dalam program-program yang
mendukung visi dan misi pemerintahan
(Stieglitz & Dang-Xuan, 2013).
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini
mengungkapkan bahwa penggunaan strategis
media sosial oleh kepala daerah bukan hanya
untuk membangun citra diri mereka, tetapi
juga sebagai alat penting dalam
mengimplementasikan visi dan misi
pemerintahan. Dengan memahami dan
menerapkan strategi ini dengan tepat, kepala
daerah dapat lebih efektif dalam memenuhi
harapan dan kebutuhan masyarakat serta
memperkuat legitimasi dan otoritas mereka
dalam pemerintahan lokal.
KESIMPULAN
Penelitian ini mengungkapkan bahwa
strategi media sosial merupakan alat yang
sangat efektif bagi kepala daerah dalam
membangun citra positif dan
mengimplementasikan visi misi
pemerintahan. Melalui konsistensi dalam
menyampaikan pesan yang relevan, interaksi
aktif dengan warga, dan penggunaan konten
yang beragam dan informatif, kepala daerah
dapat memperkuat hubungan dengan
masyarakat serta meningkatkan dukungan
terhadap kebijakan dan program
pemerintahan. Transparansi dan kejujuran
dalam komunikasi juga terbukti menjadi kunci
dalam membangun kepercayaan publik yang
kuat.
Secara praktis, hasil penelitian ini
menyarankan perlunya pelatihan dan
pengembangan kapasitas bagi kepala daerah
dalam mengelola media sosial secara efektif.
Penyusunan strategi yang terencana dan
p-ISSN: 2774-1907; e-ISSN: 2774-1915; Vol.4, No.2 Maret 2024
Strategi Media Sosial Kepala Daerah dalam Membangun Citra Positif dan Implementasi Visi Misi Page | 28
sistematis dalam memanfaatkan fitur-fitur
khusus media sosial, seperti polling dan jajak
pendapat, juga dapat membantu dalam
mengukur sentimen publik secara lebih akurat.
Implikasi jangka panjang dari penelitian ini
adalah perlunya terus mendorong partisipasi
aktif masyarakat dalam proses kebijakan
publik melalui media sosial, sehingga dapat
menguatkan kualitas dan legitimasi
kepemimpinan lokal. Berdasarkan temuan-
temuan ini, disarankan agar kepala daerah dan
tim mereka mengadopsi pendekatan yang
lebih sistematis dan terencana dalam
mengelola media sosial. Pelatihan rutin dan
pemantauan terhadap respons masyarakat
terhadap konten yang dibagikan juga perlu
ditingkatkan. Selain itu, penelitian lebih lanjut
dapat difokuskan pada analisis dampak jangka
panjang dari penggunaan media sosial dalam
memperkuat kapasitas kepemimpinan lokal
dan meningkatkan efektivitas pemerintahan.
REFERENSI
Alim, A. S., & Rahmawati, D. E. (2021).
Komunikasi Politik Anies Baswedan
Melalui Sosial Media Twitter. Jurnal
Komunikasi, 17(2), 223-238.
Ardhito, Erwanto, & Nugroho, Agung
Prasetyo. (2020). Media Sosial dan
Implementasi Kebijakan Desa: Studi
Kasus Desa Sumberjo, Kecamatan
Bantur, Kabupaten Malang. Jurnal
Administrasi Publik, 16(1), 1-14.
Bhatia, T., & Stieglitz, S. (2020). The role of
social media in political participation and
electoral campaigns. In A. B. Albarran,
B. R. Becker, & C. C. Chan-Olmsted
(Eds.), The Handbook of Media
Management and Economics (pp. 289-
310). Routledge.
Blumler, J. G., & Katz, E. (2018). The Uses of
Mass Communications: Current
Perspectives on Gratifications Research.
Sage Publications.
Chadwick, A. (2013). The hybrid media
system: Politics and power. Oxford
University Press.
Creswell, J. W. (2013). Qualitative Inquiry
and Research Design: Choosing Among
Five Approaches. Sage Publications.
Daft, R. L., & Lengel, R. H. (2016).
Organizational Information
Requirements, Media Richness and
Structural Design. Management Science,
32(5), 554-571.
Darmawan, Deni, & Hidayat, Nur Kholis.
(2019). Pemanfaatan Media Sosial
Dalam Membangun Citra Positif Polri.
Jurnal Ilmu Komunikasi, 15(2), 223-238.
Fieseler, C., Meckel, M., & Ranzini, G.
(2016). CSR and the social media effect:
How corporate social responsibility
discussion on social media influence
organizational reputation. Journal of
Business Ethics, 133(2), 293-316.
García-Galera, M. C., & Ruiz-Caballero, C.
(2019). The influence of social media on
electoral campaigns. El Profesional de la
Información, 28(3), e280304.
Goffman, E. (2019). The Presentation of Self
in Everyday Life. Anchor Books.
Granovetter, M. S. (2023). "The Strength of
Weak Ties." American Journal of
Sociology, 78(6), 1360-1380.
Grunig, J. E., & Hunt, T. (2017). Managing
Public Relations. Holt, Rinehart, and
Winston.
Indriana, R., & Rachmawati, A. (2021).
Strategi Komunikasi Politik Pemimpin
Perempuan di Era Digital: Analisis
Framing Media Sosial Instagram
Walikota Surabaya Rismawati Subandi.
Jurnal Ilmu Komunikasi, 17(2), 269-284.
Jackson, N., & Lilleker, D. G. (2011). Political
campaigning, elections and the Internet:
Comparing the US, UK, France and
Germany. Routledge.
p-ISSN: 2774-1907; e-ISSN: 2774-1915; Vol.4, No.2 Maret 2024
Strategi Media Sosial Kepala Daerah dalam Membangun Citra Positif dan Implementasi Visi Misi Page | 29
Junco, R., & Mastrodicasa, J. (2010).
Connecting to the Net.Generation: What
Higher Education Professionals Need to
Know about Today's Students. National
Association of Student Personnel
Administrators.
Kearsley, G., & Shneiderman, B. (2018).
"Engagement Theory: A Framework for
Technology-Based Teaching and
Learning." Educational Technology,
38(5), 20-23.
Kozinets, R. V. (2015). Netnography:
Redefined (2nd ed.). Sage Publications.
Kusumaningrum, Ferani Agustin. (2018).
Komunikasi Politik dalam Pilkada Jawa
Timur 2018 (Studi Kasus Strategi
Kampanye Calon Gubernur dan Calon
Wakil Gubernur pada Pemilihan Kepala
Daerah Jawa Timur 2018 di Kota
Madiun). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik. Universitas Sebelas Maret.
Larsson, A. O., & Moe, H. (2012). Studying
political microblogging: Twitter users in
the 2010 Swedish election campaign.
New Media & Society, 14(5), 729-747.
Leary, M. R., & Kowalski, R. M. (2020).
"Impression Management: A Literature
Review and Two-Component Model."
Psychological Bulletin, 107(1), 34-47.
McCombs, M. E., & Shaw, D. L. (2022). "The
Agenda-Setting Function of Mass
Media." Public Opinion Quarterly, 36(2),
176-187.
Obar, J. A., Zube, P., & Lampe, C. (2012).
Advocacy 2.0: An analysis of how
advocacy groups in the United States
perceive and use social media as tools for
facilitating civic engagement and
collective action. Journal of Information
Policy, 2(1), 1-25.
Petty, R. E., & Cacioppo, J. T. (2018).
Communication and Persuasion: Central
and Peripheral Routes to Attitude
Change. Springer-Verlag.
Rogers, E. M. (2022). Diffusion of
Innovations. Free Press.
Short, J., Williams, E., & Christie, B. (2016).
The Social Psychology of
Telecommunications. John Wiley &
Sons.
Spence, M. (2018). "Job Market Signaling."
The Quarterly Journal of Economics,
87(3), 355-374.
Stieglitz, S., & Dang-Xuan, L. (2013).
Emotions and information diffusion in
social media sentiment of microblogs and
sharing behavior. Journal of
Management Information Systems,
29(4), 217-248.
Yin, R. K. (2018). Case Study Research and
Applications: Design and Methods (6th
ed.). Sage Publications.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Book
Full-text available
This is a classic textbook in public relations, which emphasizes a theoretical, managerial approach to public relations.
Article
Full-text available
In choosing and displaying news, editors, newsroom staff, and broadcasters play an important part in shaping political reality. Readers learn not only about a given issue, but also how much importance to attach to that issue from the amount of information in a news story and its position. In reflecting what candidates are saying during a campaign, the mass media may well determine the important issues – that is, the media may set the "agenda" of the campaign.
Article
Full-text available
Among the many so-called microblogging services that allow their users to describe their current status in short posts, Twitter is probably among the most popular and well known. Since its launch in 2006, Twitter use has evolved and is increasingly used in a variety of contexts. This article utilizes emerging online tools and presents a rationale for data collection and analysis of Twitter users. The suggested approach is exemplified with a case study: Twitter use during the 2010 Swedish election. Although many of the initial hopes for e-democracy appear to have gone largely unfulfilled, the successful employment of the internet during the 2008 US presidential campaign has again raised voices claiming that the internet, and particularly social media applications like Twitter, provides interesting opportunities for online campaigning and deliberation. Besides providing an overarching analysis of how Twitter use was fashioned during the 2010 Swedish election campaign, this study identifies different user types based on how high-end users utilized the Twitter service. By suggesting a novel approach to the study of microblogging and by identifying user types, this study contributes to the burgeoning field of microblog research and gives specific insights into the practice of civic microblogging.
Article
The Internet first played a minor role in the 1992 U.S. Presidential election, and has gradually increased in importance so that it is central to election campaign strategy. However, election campaigners have, until very recently, focused on Web 1.0: Websites and email.
Article
Impression management, the process by which people control the impressions others form of them, plays an important role in interpersonal behavior. This article presents a 2-component model within which the literature regarding impression management is reviewed. This model conceptualizes impression management as being composed of 2 discrete processes. The 1st involves impression motivation-the degree to which people are motivated to control how others see them. Impression motivation is conceptualized as a function of 3 factors: the goal-relevance of the impressions one creates, the value of desired outcomes, and the discrepancy between current and desired images. The 2nd component involves impression construction. Five factors appear to determine the kinds of impressions people try to construct: the self-concept, desired and undesired identity images, role constraints, target's values, and current social image. The 2-component model provides coherence to the literature in the area, addresses controversial issues, and supplies a framework for future research regarding impression management.
Article
Discusses engagement theory (students meaningfully engaged in learning activities through interaction with others and worthwhile tasks) and the three components, collaboration, project orientation, and authentic focus, and outlines research questions to establish its efficacy. (PEN)
Article
In light of a thriving interest in social media’s ability to enhance various forms of political and organizational communication, a survey of 169 representatives from 53 national advocacy/activist groups operating in the United States was conducted to assess the extent to which these groups perceive and use social media as tools for facilitating civic engagement and collective action. Quantitative results reveal that all groups are using a variety of social media technologies to communicate with citizens almost every day. Facebook is the outlet of choice, followed closely by Twitter. Email remains popular with some groups emailing 8 million members each week. Qualitative results suggest that groups believe that social media can facilitate civic engagement and collective action by strengthening outreach efforts, enabling engaging feedback loops, increasing speed of communication and by being cost-effective. While some groups raised doubts about social media’s ability to overcome the limitations of weak ties and generational gaps, an overwhelming majority of groups see social media as essential to contemporary advocacy work and social movements, and laud its democratizing function.