ArticlePDF Available

Model pengembangan karakter religius melalui program pembudayaan sekolah di SDIT At Taufiq Al Islamy

Authors:

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk model pengembangan karakter religius melalui program pembudayaan sekolah di SDIT At Taufiq Al Islamy. Pengembangan dan pembentukan karakter religius diyakini penting untuk dilakukan oleh sekolah untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter. Model pengembangan karakter religius melalui program pembudayaa sehari-hari di sekolah ini merupakan langkah awal dalam membentuk mental dan juga karakter anak bangsa yang akan datang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengungkapkan model pengembangan karakter religius yang dilakukan dalam program pembudayaan sekolah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi pada hasil yang terdapat faktor pendukung dan penghambatnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah Kepala sekolah, guru PAI guru kelas III dan guru kelas VI serta peserta didik usia skeolah dasar. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian data dianalis dengan cara reduksi data, display data dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, adanya perencanaan pada model pengembangan karakter religius yang dilakukan di sekolah. Kedua, yaitu pelaksanaan model pengembangan karakter religius melalui program pembudayaan sekolah dengan berbagai program pembudayaan harian atau rutinan. Ketiga evaluasi terhadap model pengembangan karakter religius melalui program pembudayaan sekolah. Dengan adanya faktor pendukung dan penghambat. Kata Kunci: Model pengembangan karakter; Karakter religius; Progam pembudayaan
Journal of Elementary Education
Volume 07 Number 03, May 2024
Creative of Learning Students Elementary Education
545
COLLASE
E-ISSN: 2614-4093
P-ISSN: 2614-4085
Model pengembangan karakter religius melalui program
pembudayaan sekolah di SDIT At Taufiq Al Islamy
Silvia Putri Yandra1, Syarip Hidayat2, Anggit Merliana3
1,2,3 Prodi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya, Jl. Dadaha Nomor 18,Tasikmalaya, Indonesia
1Silviayandra27@upi.edu, 2Hidayat@upi.edu , 3Anggitm@upi.edu
Abstract
This study aims to determine the form of a model for developing religious character through the school
acculturation program at SDIT At Taufiq Al Islamy. The development and formation of religious
character is believed to be important for schools to become the basis for implementing character
education. The model for developing religious character through daily culture programs at this school is
the first step in shaping the mentality and also the character of the nation's future children. The purpose
of this study is to reveal a model of developing religious character that is carried out in a school
acculturation program, starting from planning, implementing and evaluating the results where there are
supporting and inhibiting factors. The method used in this research is descriptive qualitative. The
research subjects were school principals, PAI teachers, class III teachers and class VI teachers, as well
as elementary school age students. Data collection techniques are interviews, observation and
documentation. The results of the research show that: First, there is planning on the model of developing
religious character which is carried out in schools. Second, namely the implementation of the religious
character development model through acculturation programs with various daily or routine acculturation
programs. The third is an evaluation of the model for developing religious character through an
acculturation program.
Keywords: Character development model; Religious character; Civilization program.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk model pengembangan karakter religius melalui
program pembudayaan sekolah di SDIT At Taufiq Al Islamy. Pengembangan dan pembentukan karakter
religius diyakini penting untuk dilakukan oleh sekolah untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan
pendidikan karakter. Model pengembangan karakter religius melalui program pembudayaa sehari-hari di
sekolah ini merupakan langkah awal dalam membentuk mental dan juga karakter anak bangsa yang akan
datang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengungkapkan model pengembangan karakter religius yang
dilakukan dalam program pembudayaan sekolah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi
pada hasil yang terdapat faktor pendukung dan penghambatnya. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini kualitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah Kepala sekolah, guru PAI guru kelas III dan
guru kelas VI serta peserta didik usia skeolah dasar. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara,
observasi dan dokumentasi. Kemudian data dianalis dengan cara reduksi data, display data dan verifikasi
data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, adanya perencanaan pada model pengembangan
karakter religius yang dilakukan di sekolah. Kedua, yaitu pelaksanaan model pengembangan karakter
religius melalui program pembudayaan sekolah dengan berbagai program pembudayaan harian atau
rutinan. Ketiga evaluasi terhadap model pengembangan karakter religius melalui program pembudayaan
sekolah. Dengan adanya faktor pendukung dan penghambat.
Kata Kunci: Model pengembangan karakter; Karakter religius; Progam pembudayaan.
1. Pendahuluan
Pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam hal memanusiakan manusia. Tentu saja tidak
hanya pendidik, tetapi juga peserta didik sebagai disebut sebagai makhluk sosial, dengan menjadikan
mereka subjek dalam hal belajar maupun mengajar di sekolah. Tidak hanya itu pendidikan tentunya
didukung oleh upaya belajar dan proses perubahan dalam suatu perilaku seseorang atau suatu
organisasi dalam upaya mendewasakan seseorang tentu saja dapat dilakukan melalui pendidikan
(Layyinah, 2017) pendidikan di sekolah tidak selalu dianggap sebagai tempat penilaian, tetapi lebih
Journal of Elementary Education
Volume 07 Number 03, May 2024
Creative of Learning Students Elementary Education
546
COLLASE
E-ISSN: 2614-4093
P-ISSN: 2614-4085
dalam untuk melatih dan membimbing dalam hal menciptakan karakter yang berguna bagi siswa di
masyarakat. Sejalan dengan hal ini maka pendidikan saat ini dalam sangat penting dalam upaya
membentuk karakter di sekolah hal ini terjadi karena karakter di sekolah menjadi trending topik dalam
dunia pendidikan.
Hal ini dikarenakan kondisi bangsa yang menunjukkan perilaku yang tidak menunjukkan adanya
karakter yang baik (Victorynie dkk., 2020). Maka dari itu suatu pendidikan dalam karakter dapat
dibangun melalui pelaksanaan pembiasaan atau suatu program pembudayaan yang terjadi di sekolah
dengan berdasarkan nilai dasar agama, pengembangan model ataupun sarana dan prasarana, serta
pada bentuk visi, aturan hukum yang berlaku bagi guru dan siswa (Putry, 2019) tentunya sejalan
dalam hal ini guna membangun sebuah sikap atau karakter dalam diri peserta didik maka setiap
lembaga pendidikan harus menerapkan semacam “program pembudayaan di sekolah” dalam hal
membiasakan pembentukan suatu karakter sebab hal ini dipandang sebagai suatu ciri khas dari
lembaga pendidikan tersebut.
Dalam penumbuhan sifat pada karakter religius siswa di dunia pendidikan, terdapat salah satu sekolah
di Tasikmalaya yang telah merealisasikan model pengembangan karakter religius yang kuat pada
siswanya melalui program pembudayaan sekolah sebagai upaya dalam membentuk karakter, yaitu
Sekolah Dasar Islam Terpadu At-Taufiq Al Islamy. Terdapat lembaga pendidikan swasta pada
jenjang sekolah dasar. Dan SDIT At Taufiq Al Islamy ini sebagai sekolah swasta di bawah yayasan
pondok pesantren At taufiq Al Islamy yang menjadikan nilai-nilai islam sebagai pedoman dasar
dalam penanaman karakter religius pada siswa. Peneliti ingin meneliti dan menggali lebih dalam
mengenai model pengembangan karakter religius melalui pembudayaan sekolah di SDIT At-Taufi Al
Islamy. Dengan tujuan untuk membuktikan bahwa model pengembangan karakter religius yang di
terapkan di sekolah melalui program pembudayaan dapat dilakukan. Peneliti memfokuskan untuk
mendeskripsikan dan menggali lebih dalam mengenai model pengembangan karakter religius melalui
program pembudayaan.
Maka model pengembangan dan pembudayaan sekolah menjadi faktor penting dalam membentuk
dan mengembangkan suatu karakter religius pada diri peserta didik. Sejalan dengan hal ini (Nuraeni
& Labudasari, 2021) yang meneliti mengenai suatu permasalahan pada anak-anak remaja seperti
peserta didik yang tentunya saat ini mudah mempercayai sesuatu yang tidak terkendali tanpa
mengetahui hal yang sebenarnya sehingga berujung pada perselisih pahaman antar peserta didik
lainnya. Perselisihan ini merupakan suatu kelompok antar pelajar di kecamatan Bantargebang, kota
Bekasi. Dengann melibatkan kedua sekolah asal kota Bekasi dengan salah satu sekolah di wilayah
Kabupaten Bogor. Tentunya dalam hal ini (Lutfiana dkk., 2021) menyatakan bahwa dalam beberapa
masalah yang biasa terjadi tentunya berkaitan dengan degradasi dalam suatu moral yang masih
menjadi hambatan dalam kondisi pendidikan sekolah khusus nya pada negara Indonesia saat ini.
2. Metode
Pada kajian ini menggunakan metode kualitatif, menurut (Sugiyono, 2021;14) Metode kualitatif
dipandang sebagai metode dalam suatu penelitian yang berlandaskan kepada filsafat tentunya hal ini
digunakan untuk meneliti pada suatu kondisi objek yang alamiah. Hal ini dapat diartikan sebagai cara
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti hal nya pada
perilaku, tindakan dan lain-lain, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata serta tata bahasa
dalam konteks yang alamiah.(Lutfiana dkk., 2021). Teknik pengumpulan data dilakukan secara
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil dalam penelitian ini lebih menekankan
makna dari generalisasi.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan proses penelitian dengan memilih jenis penelitian dengan
pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode analisis deskriptif, tersebut guna dalam kemampuan
menganalisis suatu peristiwa, tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam lingkungan
sekolah di SDIT At Taufiq Al Islamy dengan dideskripsikan sesuai fakta yang telah dilihat, diperhatikan
dan diamati peneliti. Dalam penelitian ini tentu peneliti menggunakan jenis deskriptif karena hasil yang
Journal of Elementary Education
Volume 07 Number 03, May 2024
Creative of Learning Students Elementary Education
547
COLLASE
E-ISSN: 2614-4093
P-ISSN: 2614-4085
akan disampaikan nantinya berupa data deskriptif dalam bentuk tulis atau lisan dan perilaku subjek
yang diamati (interview, observasi, dokumentasi).
Dan peneliti mengambil data secara langsung (data primer) mengenai masalah yang diteliti yang
berkaitan dengan model pengembangan karakter religius melalui program pembudayaan sekolah di
SDIT At-Taufiq Al Islamy. Data primer tentu diperoleh dari sumber data melalui interview kepada
informan, dan informan pada penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru kelas III dan kelas VI, serta guru
PAI. Dan subjek yang akan diamati adalah siswa kelas III terdiri dari lima orang siswa dan siswa kelas
VI terdiri dari lima orang siswa. Teknik pengumpulan data untuk memperoleh hasil dari penelitian ialah
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, yang akan dilakukan peneliti dalam menggali lebih
dalam model pengembangan karakter religius melalui program pembudayaan sekolah di SDIT At
Taufiq Al Islamy.
3. Hasil dan Diskusi
3.1. Hasil
Perencanaan model pengembangan karakter religius yang dilakukan di SDIT At Taufiq Al
Islamy
Perencanaan dipandang sebagai suatu proses dalam hal memecahkan masalah tentunya dengan secara
sistematis mengenai suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini
seperti apa yang telah dilakukan oleh SDIT At Taufiq Al Islamy dalam melaksanakan pengembangan
karakter religius bagi peserta didiknya. Sejalan dengan hal ini model pengembangan karakter religius
dapat direalisasikan dengan program pembudayaan atau sesuatu yang terjadi berulang-ulang di sekolah,
hingga akhirnya menjadi budaya atau ciri khas dari sekolah tersebut. Sejalan dengan hal ini model
pengembangan karakter religius diterapkan mulai dari kelas III sampai kelas VI, dalam hal ini tingkatan
kelas tersebut sudah menerapkan karakter dengan baik, sementara untuk kelas satu dan dua masih
diajarkan tahap dasar dalam pendidikan karakter seperti peserta didik yang masih harus dibimbing
dengan sangat baik salah satu nya seperti cara membuang sampah di tempatnya, mengatakan maaf
ketika bersalah, mengucapkan salam dan izin jika ingin keluar kelas.
Maka sejalan dengan hal ini model pengembangan karakter religius di mulai dari kelas III sebab di kelas
III dikarenakan terbentuknya perubahan saat mereka mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju
fase dewasa yaitu kelas VI. Selain pada diri seorang anak tentunya akan terjadi perubahan dalam hal
fisik dan sosial, juga terjadi berbagai perubahan berkaitan dengan cara berpikir dan pengolahan terhadap
suatu informasi.
Adapun model pengembangan karakter yang unggul di SDIT At Taufiq Al Islamy sebagai berikut:
a) Model ummi
Direalisasikan oleh pendidik kepada peserta didik di kelas dengan proses membaca Al-Quran,
menghafal ayat suci Al-quran. Tentu hal ini dapat dilakukan melalui perencanaan yang sudah dibuat
yakni terdapat Tashih yang dimana guru menjadu panduan utama dalam mengajarkan Al-Quran kepada
peserta didik.
b) Model Iffah
Direalisasikan oleh pendidik kepada peserta didik di kelas dan di luar kelas dalam proses penanaman
ilmu pengetahuan dan sikap terhadap semua manusia sama di mata Allah SWT. Pada model Iffah
pendidik perlu menanamkan sikap islami terhadap peserta didik maka akan menumbuuhkan rasa dalam
diri peserta didik dengan menjaga kehormatan diri, taat terhadap sesuatu, disiplin dan baik hati.
Sebagaimana yang dikatakan oleh (Frejd & Pramling, 2023) sesuatu yang diajarkan baik maka akan
terus menjadi lebih baik sehingga dapat membentuk suatu diri atau karakter pada manusia.
c) Model Tawadhu
Direalisaikan di sekolah sebagai penunjang pengembangan karakter yang dimana pendidik memberikan
suatu pemahaman atau contoh nyata kepada peserta didik dengan kerendahan hati dan tidak sombong
terhadap sesama.
Journal of Elementary Education
Volume 07 Number 03, May 2024
Creative of Learning Students Elementary Education
548
COLLASE
E-ISSN: 2614-4093
P-ISSN: 2614-4085
Sejalan dengan hal ini pada perencaan model pengembangan karakter religius di SDIT At Taufiq Al
Islamy sudah terlaksana dengan baik, adapun ketiga dari model pengembangan karakter lainnya tidak
begitu menjadi unggul sebab hanya dilakukan pada setiap minggu dan tahunan. Program model
pengembangan yang dilakukan setiap minggu dilaksanakan hanya pada hari jumat dan tahunan hanya
dilakukan sekali dan tidak rutin. Sejalan dengan hal ini pada perencaan model pengembangan karakter
religius di SDIT At Taufiq Al Islamy sudah terlaksana dengan baik, adapun ketiga dari model
pengembangan karakter lainnya tidak begitu menjadi unggul sebab hanya dilakukan pada setiap minggu
dan tahunan. Program model pengembangan yang dilakukan setiap minggu dilaksanakan hanya pada
hari jumat dan tahunan hanya dilakukan sekali dan tidak rutin (Imam, 2021;24). Maka dari itu model
Ummi, Iffah, dan Tawadhu menjadi model yang sangat unggul di sekolah dalam pembentukan karakter
religius. Sebagaimana dari hasil observasi yang peneliti lakukan dari tanggal 5 juni 2023 sampai tanggal
26 juni 2023 bahwa dapat disimpulkan model pengembangan karakter religius di SDIT At Taufiq Al
Islamy terlaksana dengan baik meskipun ada beberapa siswa yang masih perlu dimbimbing oleh
pendidik secara intensif.
Pelaksanaan model pengembangan karakter religius melalui program pembudayaan sekolah di
SDIT At Taufiq Al Islamy
Pelaksanaan model pengembangan karakter ini tentunya dipandang sebagai implementasi dari
perencanaan yang telah dibuat dan ditentukan oleh pihak sekolah, hal ini dalam pelaksanaannya SDIT
At Taufiq Al Islamy memiliki suatu program atau kegiatan pembudayaan yang terlaksana secara
berulang dalam setiap kegiatan di sekolah. (Miranda, 2022) sejalan dengan hal itu progam menjadi
suatu langkah baik dalam mengaplikasikan perencanaan yang dilakukan. Hal ini terbukti dengan jelas
pada teori piaget dalam (I. Hanafi & Sumitro, 2021) yang menyatakan bahwa pada perkembangann alat
reproduksi dengan memiliki rata tercapai pada umur anak sekitar 12-15 tahun, hal ini dapat dikatakan
bahwa anak telah mencapai suatu tahap dalam sebuah perkembangan yang disebut dengan
perkembangan formal operasional. Padahal ini anak-anak dapat dikatakan sebagai golongan remaja
yang dapat memahami hal yang konkret atau abstrak.
Maka peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas III mengenai pendidikan karkter yang telah
diterapkan oleh sekolah kepada peserta didik melalui program pembudayaan sekolah yang sudah
terlakasana hingga saat ini. Salah satunya pada pelaksanan model pengembangan karakter yang sudah
dari awal diterapkan melalui tahap pembelajaran di kelas sampai kegiatan sehari-hari di sekolah.
Ketiga model pengembangan ini diterapkan mulai dari kelas III sampai dengan kelas VI. Dan dalam
pelaksanaannya pun semua sama hanya saja berbeda dalam cara penyampaian dan penerapannya.
Adapun mengenai pelaksanaan dari model Ummi yang dimana menjadi model pengembangan karakter
yang merupakan cikal bakal dari model pengembangan karakter lainnya di SDIT At Taufiq Al Islamy,
Dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan dari model Ummi memiliki beberapa hal dalam pelaksanaannya
yang tentunya berbeda dari model lainnya, model Ummi dilaksanakan di sekolah seperti sebuah ilmu
pengetahuan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik, dengan tujuan untuk menerapkan nilai Al-
Quran agar tertanam dalam diri peserta didik. Karena model Ummi berkaitan dengan Al-Quran yakni
sebagai berikut:
a) Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang yakni melalui pemahaman Al-Quran dan hadist
yang dibaca setiap hari untuk memperkuat jiwa peserta didik dan menghubungkan hatinya
langsung kepada Allah SW.
b) Kegiatan Fun Learning yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam mengajarkan
Al-Quran dengan metode yang baik.
c) Membaca Al-Quran sebelum belajar, hal ini dilakukan agar peserta didik masih dalam keadaan
semangat untuk belajar dan mengulang kembali hafalan serta huruf yang telah diajarkan pada
hari sebelumnya.
Dalam pelaksanaan model Ummi lebih bertujuan untuk membentuk nilai aqidah dan keimanan dalam
kekuasaan Allah SWT (Wahyunianto, 2020) Dan percaya pada segala sesuatu hal yang dapat
Journal of Elementary Education
Volume 07 Number 03, May 2024
Creative of Learning Students Elementary Education
549
COLLASE
E-ISSN: 2614-4093
P-ISSN: 2614-4085
membentuk mental religius melalui Al-Quran seperti membaca, menafsirkan dan menghafal serta
mengimani ajaran pada Al-Quran.
Sejalan dengan hal ini adapun dalam model Iffah memiliki pelaksanaan yang sama hanya saja dilakukan
secara berbeda untuk setiap pendidik di kelas, sejalan dengan hal ini peneliti menggali lebih dalam
model Iffah memiliki pelaksanaan yang baik. Adapun pelaksanaan dalam model ini, yakni sebagai
berkut:
a) Kegiatan dilakukan dengan hal-hal kecil dan memberikan reward atau penghargaan yang
diberikan oleh pendidik kepada peserta didik baik pada hal-hal baik yang dilakukan peserta didik
di kelas. pendidik memberikan pemahaman bahwa semua manusia adalah jiwa yang sama di
mata Allah.
b) Monitoring kegiatan religius peserta didik, dengan memberikan pemahaman bahwa peserta
didik tidak boleh sombong dan harus saling mengasihi satu sama lain, pendidik harus memiliki
monitoring saat berada di kelas yaitu mengamati kegiatan atau sikap siswa dalam hal yang
berkaitan dengan religiusmya.
c) Memberi dan membentuk sebuah suri teladan yang terdapat dalam nilai-nilai Al-Quran dalam
hal ini pendidik harus menjadi contoh ideal untuk peserta didik di sekolah, baik dalam
pandangan tingkah laku dan sopan santunnya yang tentu akan ditiru, dan disadari oleh peserta
didik.
Adapun mengenai pelaksanaan dari model Tawadhu yang dimana menjadi model pengembangan
karakter religius di sekolah dengan hal ini tentu memiliki pelaksanaan yang sejalan dengan model
tersebut. Dalam penjelasan oleh bu Silmy mengenai pelaksanaan model Tawadhu juga berperan penting
dalam membentuk sebuah karakter yang religius dengan nilai-nilai baik di sekolah, yakni sebagai
berikut:
a) Good Example dalam pelaksanaannya tentu pendidik memberikan contoh yang baik terhadap
peserta didik di sekolah, tidak hanya di kelas namun pendidik menjadi tauladan untuk peserta
didik, guru tentu memiliki karakter yang baik agar dapat mengajarkan peserta didik nilai-nilai
islami.
b) Teach Sharing dalam pelaksanaanya pendidik mengajarkan contoh berbagi kepada sesama,
dengan memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa setiap manusia sama di mata
Allah.
c) Teach Sorry dalam pelaksanaannya pendidik mengajarkan kepada peserta didik bahwa ketika
melakukan kesalahan dan melakukan hal apapun harus mengatakan maaf dan memaafkan.
Dalam pelaksanaan model Tawadhu lebih bertujuan untuk membentuk nilai aqidah dan keimanan dalam
kekuasaan Allah SWT. (Utami, 2020) Dan percaya pada segala sesuatu hal yang dapat membentuk
mental religius melalui pengalaman dan ilmu pengetahuan yang memiliki sifat islami. Adapun ketiga
model lainnya yang menjadi pendukung dari model pengembangan karakter religius tetap terlaksana
dengan baik namun kegiatan ini bukan kegiatan yang rutin, dapat diartikan bahwa kegiatan ini dijadikan
model dalam program mingguan dan tahunan, yang tentu memiliki karakter islami di sekolah dengan
hal ini model tersebut terlaksana pada satu hari dalam seminggu dan tahunan. Adapun model tersebut,
sebagai berikut:
a) Model Ukhuwah merupakan sebuah model yang dapat membentuk karakter semangat
persaudaraan peserta didik dan kelompok.
b) Model Qawamiyah merupakan sebuah model yang dapat membentuk karakter peserta didik
dalam hal peduli terhadap sesama, dengan memberikan sedikit hartanya pada setiap hari jumat
untuk orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
c) Model Language Arabic and English merupakan sebuah model yang dapat membentuk karakter
peserta didik untuk berlatih berbicara dan percaya diri terhadap hal-hal baru. Model ini
direalisasikan sebagai program belajar bahasa yang dilaksanakan setiap tahun sekali, dimana
dalam model ini merupakan sebuah program tahunan dengan setiap kelas memiliki perwakilan
untuk menampilkan sebuah theater seni dalam bahasa Arab atau bahasa Inggris dengan tema
islami.
Journal of Elementary Education
Volume 07 Number 03, May 2024
Creative of Learning Students Elementary Education
550
COLLASE
E-ISSN: 2614-4093
P-ISSN: 2614-4085
Salah satunya pada pelaksanan model pengembangan karakter yang sudah dari awal diterapkan melalui
tahap pembelajaran di kelas sampai kegiatan sehari-hari di sekolah. Ketiga model pengembangan ini
diterapkan mulai dari kelas III sampai dengan kelas VI. Dan dalam pelaksanaannya pun semua sama
hanya saja berbeda dalam cara penyampaian dan penerapannya. Maka dengan hal ini tentu saja
pelaksanaan model pengembangan karakter religius ini terlaksana dengan adanya pembudayaan di
sekolah. Adapun alasan model pengembangan karakter religius ini diterapkan dalam kelas III sampai
kelas VI dikarenakan jenjang pada tingkatan peserta didik sudah lebih optimal dan pada jenjang kelas I
dan II masih dalam tahap belajar memahami sesuatu hal yang perlu dibimbing dengan intensif oleh
guru.
(Choirinissa, 2019) dengan hal ini model pengembangan terlaksana dengan baik jika ada suatu kegiatan
atau program yang berlaku di sekolah sebagai aturan yang wajib diikuti oleh setiap warga sekolah. Pada
program tersebut memiliki arti yang secara luas yakni sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara
berulang sampai membentuk suatu kebiasaan atau budaya di suatu lingkungan. (Karenina & Hidayat,
2022)Dalam hal ini program pembudayaan menjadi suatu cerminan dari suatu hal yang dilakukan oleh
seluruh warga sekolah tentunya dalam hal membina dan mendidik karakter peserta didik, sehingga
kegiatan-kegiatan ini nantinya akan terimplementasi pada kegiatan sehari-hari dan hal lainnya yang
berkaitan dengan religius. Adapun program pembudayaan yang terlaksana, yakni meliputi; program
harian rutinan yang wajib dilaksanakan oleh setiap peserta didik dalam masjid seperti, sholat dhuha dan
Dzuhur berjamaah, Iftitah dirosah di masjid.
Dan adanya program dalam kelas yang dilaksanakan secara rutin, meliputi: morning routine(pembacaan
doa dan hafalan surat atau hadist), membaca Asmaul Husna sebelum belajar, penerapan sikap nilai Al-
Quran yang diberikan guru sebelum belajar, penerapan sikap jujur, disiplin dan ramah, dan afternoon
routine (menghafal hadist) kemudian adanya program Birrul Walidain yang berkaitan dengan
penerapan sikap baik siswa dengan berbakti kepada orang tua dan terhadap guru serta teman sebaya,
sikap ini diberlakukan setiap hari oleh guru dan dijadikan program agar terbentuknya sifat islami dalam
diri peserta didik (Muhibah, 2020). Dan pelaksanaan model pengembangan ini masih terlaksana,hingga
sampai saat ini masih berjalan dengan lancar dan baik, setia harinya selalu ada pengembangan karakter
dari peserta didik yang terlihat dalam kegiatan di sekolah baik di kelas maupun dalam kelas, begitupun
pendidik yang sangat optimal dalam memberikan pemahaman serta ilmu pengetahuan kepada peserta
didik.
Evaluasi model pengembangan karakter religius yang dilakukan melalui program pembudayaan
sekolah di SDIT At Taufiq Al Islamy
Dalam menjalankan visi dan misi sekolah guna membina dan membimbing sebuah sikap religius
diperlukannya evaluasi dalam rangka untuk memperbaiki kinerja kerja pendidikan yang sudah
direncanakan dengan matang. Hal ini didukung oleh (Tembang dkk., 2017) yang menyatakan bahwa
evauasi menjadi suatu alat penting dalam kegiatan yang sudha direncanakan maupun dilaksanakan
dalam suatu kegiatan. Dalam hal ini tentunya ada faktor-faktor yang mempengaruhi, baik itu faktor
yang mendukung berlangsungnya kegiatan pengembangan karakter religius melalui sebuah program
pembudayaan yang terjalin di sekolah. Maupun adanya faktor penghambat dalam proses pengembangan
karakter di sekolah khususnya di SDIT At taufiq Al Islamy.
Faktor pendukung dalam pengembangan karakter religius di SDIT At Taufiq Al Islamy ini dapat terlihat
dari program-program yang sudah terorganisir dengan baik yang terdapat dalam membina karakter
peserta didik dan juga telah didukungnya dalam observasi yang telah dilakukan dapat terlihat dengan
sarana dan prasarana yang menunjang pendidikan dalam pengembangan karakter di sekolah sudah dapat
dikatakan baik. Kemudian diberlakukannya sosialisasi terhadap guru dan para guru serta sosialisasi
terhadap guru kepada orang tua dalam memantau perkembangan peserta didik tentunya yang
mendukung berkembangnya suatu karakter religius di SDIT At Taufiq Al Islamy.
Sedangkan faktor dalam penghambat pada proses berlangsungnya model pengembangan karakter
religius melalui program pembudayaan sekolah, yaitu terdapat beberapa kondisi seperti peserta didik
Journal of Elementary Education
Volume 07 Number 03, May 2024
Creative of Learning Students Elementary Education
551
COLLASE
E-ISSN: 2614-4093
P-ISSN: 2614-4085
yang masih sedikit memiliki perilaku buruk dari luar sekolah yang dibawa ke dalam sekolah, juga ada
beberapa peserta didik yang mengalami masalah dalam keluarganya “broken home” serta kurang ikut
berperannya orang tua dalam membina dan mendidik karakter peserta didik, namun (Rasid, 2018)
menyatakan bahwa dalam hal ini tentunya tidak mudah maka dari itu perlunya kerja sama antara guru
dan orang tua dalam mendidik dan membina peserta didik secara optimal. Lingkungan belajar menjadi
salah satu pengaruh dalam berlangsungnya pengembangan karakter, dalam hal ini evaluasi menjadi
penting karena dapat melihat hasil dari apa yang sudah dilaksanakan.
Evaluasi dalam penumbuhan serta pengembangan karakter religius pada peserta didik melalui program
pembudayaan dapat dikatakan baik karena adanya bentuk evaluasi yang dilakukan oleh para pendidik
dan orang tua dalam mendidik suatu karakter peserta didik. Hal ini dapat terlihat adanya buku
monitoring setoran hafalan, membaca Al-Quran dan lainnya yang diketahui tidak lanjutnya oleh orang
tua peserta didik. Proses evaluasi juga dilakukan terhadap kinerja pendidik dalam mengamati serta
memantau perkembangan karakter peserta didik serta evaluasi terhadap program yang terlaksana di
sekolah. Oleh karena itu pengintegrasian nilai religius dapat terlaksana melalui model pengembangan
karakter yang telah dibuat oleh sekolah dengan tujuan untuk membentuk karakter peserta didik menjadi
individu yang baik serta bermanfaat bagi kehidupannya di masa yang akan datang, sehingga
perencanaan pendidikan karakter menjadi lebih maksimal dan terarah dengan baik.
Pada program pembudayaan tersebut memiliki arti yang secara luas yakni sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan secara berulang sampai membentuk suatu kebiasaan atau budaya di suatu lingkungan. Dalam
hal ini program pembudayaan menjadi suatu cerminan dari suatu hal yang dilakukan oleh seluruh warga
sekolah tentunya dalam hal membina dan mendidik karakter peserta didik, sehingga kegiatan-kegiatan
ini nantinya akan terimplementasi pada kegiatan sehari-hari dan hal lainnya yang berkaitan dengan
religius. Sejalan dalam hal ini tidak hanya model pengembangan karakter yang memiliki nilai religius
saja, namun model pengembangan karakter tersebut dapat terlaksana jika adanya suatu program di
sekolah. Hasil dari evaluasi ini akan menjadi suatu jalan perbaikan sekolah dalam mengembangkan
karakter religius melalui program pembudayaan sekolah. Serta hasil dari pelaksanaan dapat dilihat dari
perubahan sikap dan perilaku peserta didik dengan pasti pengalaman yang telah terjadi dan dirasakan
oleh peserta didik selama masa pendidikan di sekolah. Dan dari apa yang peneliti lihat dan amati serta
pada wawancara dan observasi maka terdapat perubahan perilaku peserta didik dengan adanya model
pengembangan karakter religius melalui program pembudayaan.
3.2. Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diperoleh sebuah gambaran bahwa model pengembangan
karakter religius melalui program pembudayaan sekolah di SDIT At Taufiq Al Islamy dapat
dilaksanakan dengan baik, model pengembangan karakter religius ini sudah terlaksana dengan program
pembudayaan yang terjadi di sekolah dan direncanakan sesuai kebutuhan dan kondisi tingkat kelas
peserta didik. Adapun model pengembangan karakter religius ini sudah terlaksana dengan optimal dan
baik melalui program pembudayaan yang terjadi di sekolah. Implikasi hasil pada penelitian ini yaitu
adanya beberapa model pengembangan karakter religius dalam program pembudayaan di sekolah yang
dapat dijadikan acuan oleh orang tua untuk menanamkan nilai keimanan dan aqidah kepada peserta
didik di lingkungan luar sekolah seperti rumah.
Sejalan dengan hal ini pola didik yang harus diterapkan salah satunya menerapkan program
pembudayaan agar menumbuhkan karakter religius terhadap peserta didik di sekolah diharuskan lebih
ketat dan disiplin serta di perhatikan dengan baik dan seksama tidka lupa juga ornag tua wajib
membantu di rumah dalam proses pengembangan karakte religius yang baik pada peserta didik. Pada
pengembangan karakter religius sangat erat hubungannya dengan penanaman aqidah akhlak yang
dimulai sejak masa kecil yakni balita. Hal nilai religius tentu berperan penting dalam kehidupan
manusia. Nilai religius sifatnya mutlak kebenaran dan kebaikan suatu agama yang berlandaskan Al-
Quran dan Hadist.
Journal of Elementary Education
Volume 07 Number 03, May 2024
Creative of Learning Students Elementary Education
552
COLLASE
E-ISSN: 2614-4093
P-ISSN: 2614-4085
Pengembangan karakter religius di SDIT At Taufiq Al Islamy sudah tercermin pada peserta didik,
seperti memiliki nilai religius yang jujur, disiplin, tanggung jawab, dan bersahabat serta komunikatif,
sopan dan santun. Namun tidak hanya itu yang perlu diperhatikan dan dipahami tentunya jangan sampai
pengembangan karakter religius ini terlalu menjadi fokus pendidik kepada peserta didik, sehingga
ditakutkan dapat mengabaikan nilai yang lain. Sebisa mungkin ke semua nilai religius dan bangsa
negara harus diintegrasikan ke seluruh aspek dalam pembelajaran maupun diluar dari pembelajaran.
Sehingga dalam hal ini antara karakter yang satu dengan yang lainnya terhubung dan seimbang pada
diri peserta didik.
4. Kesimpulan
Berdasarkan kesimpulan yang didapat pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model
pengembangan karakter religius melalui program pembudayaan sekolah di SDIT At Taufiq Al Islamy
sebagai berikut:
1) Perencanaan model pengembangan karakter religius yang dilakukan di SDIT At Taufiq Al Islamy.
Sudah dikatakan baik dikarenakan penetapan dan perencanaan yang begitu matang serta optimal.
Adapun model pengembangan karakter yang menjadi unggulan di sekolah dalam pembentukan
karakter religius ada tiga, yaitu model Ummi, Iffah dan Tawadhu, serta ketiga model lainnya yang
hanya menjadi dasar serta dijadikan model sebagai program mingguan dan tahunan yaitu, model
Ukhuwah, Qawamiyah, Language Arabic and English. Model pengembangan karakter religius ini
sudah terlaksana dengan baik melalui program pembudayaan di sekolah.
2) Pelaksanaan model pengembangan karakter religius melalui program pembudayaan sekolah di
SDIT At Taufiq Al Islamy, menggunakan model Ummi, Iffah dan Tawadhu serta ketiga model
lainnya Ukhuwah, Qawamiyah, Language Arabic and English terlaksana dengan baik adapun
program pembudayaan yang telah dilakukan yaitu, program harian rutinan, program rutinan dalam
kelas, program Birrul Walidain dalam kelas dan luar kelas serta kegiatan ekstrakurikuler yang
terdapat di sekolah yaitu, pramuka, tahsin Al-Quran dan Juz Ammah, hadroh, language arabic and
english intensif pelaksanaan model pengembangan karakter religius melalui program terlaksana
dengan optimal.
3) Hasil evaluasi model pengembangan karakter religius melalui program pembudayaan sekolah di
SDIT At Taufiq Al Islamy, dapat dikatakan baik karena pada bentuk evaluasi yang dilakukan tidak
hanya pada pendidik, namun kepada orang tua dan kinerja lembaga sekolah. Dan adanya faktor
pendukung serta penghambat dalam pengembangan karakter religius di sekolah.
5. Referensi
Choirinissa, F. B. (2019). Strategi pengembangan budaya religius untuk membentuk karakter siswa di
MTS Hidayatul Mubtadiin Malang. http://etheses.uin-
malang.ac.id/16375/%0Ahttp://etheses.uin-malang.ac.id/16375/1/15110178.pdf
Frejd, J., & Pramling, N. (2023). Learning , Culture and Social Interaction Teacher self-correction of
conceptual error : Fictionalisation and shifting epistemological stance in early childhood
education teaching. Learning, Culture and Social Interaction, 41(February), 100719.
https://doi.org/10.1016/j.lcsi.2023.100719
Hanafi, I., & Sumitro, E. A. (2021). PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT “ JEAN PIAGET ”
DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN. Alpen:Jurnal Pendidikan Dasr, 3(2).
https://doi.org/10.24929/alpen.v3i2.30
Imam, M. (2021). TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DAN RELIGIUS DASAR PEMBENTUKAN
KARAKTER (Rizal (ed.)). Nusa Media.
Karenina, D., & Hidayat, S. (2022). Model Penumbuhan Sikap Religiusitas Anak melalui Program
Pembiasaan di Sekolah Dasar pada Masa Pandemic Covid-19. PEDADIDAKTIKA: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9(1), 110.
https://doi.org/10.17509/pedadidaktika.v9i1.52995
Layyinah, L. (2017). Menciptakan Pembelajaran Fun Learning Based on Scientific Approach Dalam
Pembentukan Karakter Peserta Didik Pada Pembelajaran Pai. TARBAWY : Indonesian Journal
of Islamic Education, 4(1), 1. https://doi.org/10.17509/t.v4i1.6987
Journal of Elementary Education
Volume 07 Number 03, May 2024
Creative of Learning Students Elementary Education
553
COLLASE
E-ISSN: 2614-4093
P-ISSN: 2614-4085
Lutfiana, R. F., Mey R, A. A., & Handayani, T. (2021). Analisis Implementasi Budaya Sekolah Dalam
Membentuk Karakter Religius Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Karakter, 12(2), 174183.
https://doi.org/10.21831/jpka.v12i2.35499
Miranda, A. (2022). Implementasi budaya sekolah dalam membangun karakter religius peserta didik
di sman i seunagan nagan raya aceh 1. 1, 1633.
Muhibah, S. (2020). Model Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Agama Islam
Di Perguruan Tinggi: Studi Kasus Universitas Serang Raya. Edukasi: Junal Penelitian
Pendiidkan Agama dan Keagamaan, 18(1), 5469. http://creativecommons.org/licenses/by-
sa/4.0/
Nuraeni, I., & Labudasari, E. (2021). Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter Religius Siswa di
SD IT Noor Hidayah. DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik, 5(1), 119.
https://doi.org/10.20961/jdc.v5i1.51593
Putry, R. (2019). Nilai Pendidikan Karakter Anak Di Sekolah Perspektif Kemendiknas. Gender
Equality: International Journal of Child and Gender Studies, 4(1), 39.
https://doi.org/10.22373/equality.v4i1.4480
Rasid, A. (2018). Implikasi Landasan-Landasan Pendidikan the Implication of Educational
Foundations. Al-Fikrah, 1(1), 115.
Sugiyono. (2021). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D (Edition ke). Alfabeta.
Tembang, Y., Sulton, & Suharjo. (2017). Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Melalui Model
Pembelajaran Think Pair Share Berbantuan Media Gambar Di Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan, 2(6), 812817. http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/%0AEISSN: 2502-471X
Utami, D. (2020). Pendidikan Karakter Kebangsaan untuk Anak Religius dan Toleransi (Pristanti (ed.);
cetakan 1). Cosmic Media Nusantara.
Victorynie, I., Husnaini, M., & Amili, N. (2020). Model of religious character education: A case study
in Al-Hilal Islamic Primary School Bekasi, Indonesia foundation from the family and
strengthened through the Islamic education system in schools. Journal of Social Studies (JSS),
16(2), 103120. https://doi.org/10.21831/jss.v16i2.
Wahyunianto, S. (2020). Menuju Sekolah Berkarakter Berbasis Budaya (J. Hanafi (ed.); Cetakan pe).
Deepublish Publisher: CV BUDI UTAMA.
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
Teachers making errors in explanation that require subsequent self-correction is presumably common in education. However, it may be difficult to capture in research. In this study, teacher self-correction in the context of early childhood science education within a fictive frame was captured on video when documenting science activities over a prolonged time. How the teachers address the error they discover in their teaching and work in correcting it in subsequent activities are analyzed. The error identified and addressed concerns the distinction between a tornado and a dust devil (dust vortex). The empirical data consist of video recordings of teachers-children interaction in Swedish preschool. The participating children are 4 to 5 years old. The findings clarify how the teachers in addressing and correcting the conceptual error uses different semiotic means, with a particular emphasis on the coordination of gesturing and verbal explication when contrasting and explaining the different phenomena. The analysis also clarifies how the fictive character employed leads to a shift in epistemic status of the teachers to becoming co-learners with the children. How addressing and amending errors in explanation may function in deepening meaning making rather than working detrimental to it is discussed.
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk model penumbuhan sikap terhadap nilai-nilai pendidikan karakter dan juga religiusitas anak Sekolah Dasar melalui program pembiasaan dan keteladanan. Pendidikan karakter bagi anak Sekolah Dasar dimaksudkan untuk dapat menanamkan nilai-nilai kebaikan dan keagamaan sebagai dasar untuk pengembangan pribadi selanjutnya. Model pendidikan karakter bagi Sekolah Dasar ini merupakan langkah awal dalam membentuk mental dan juga karakter anak bangsa di masa yang akan datang. Dalam implementasi penumbuhan sikap religiusitas dan karakter pada anak Sekolah Dasar khususnya di SDN 230 Margahayu Kota Bandung dengan penyusunannya mencakup implementasi pendidikan karakter terhadap anak Sekolah Dasar. Dalam penelitian ini juga mengidentifikasi terdapat implementasi nilai-nilai pendidikan karakter dan juga penumbuhan sikap religiusitas. Model nantinya juga akan diuji secara teoritis maupun secara empiris di kegiatan lapangan melalui penelitian pendahuluan, pendalaman penanaman nilai-nilai moral pada pendidikan karakter dan implementasinya melalui keteladanan dan pembiasaan. Hingga pada hasil penelitian menunjukkan bahwa didalam proses implementasi pendidikan karakter di SDN 230 Margahayu Kota Bandung dapat dilihat dari penekanan 4 karakter dalam proses pembelajaran. Empat karakter dalam pendidikan karakter meliputi karakter: religius, jujur, toleransi, dan disiplin. Metode pada setiap pembelajaran yang dimaksud ialah dapat berupa wujud penugasan maupun praktik dalam pembelajaran serta pembiasaan sehingga nilai-nilai pendidikan karakter dan penumbuhan religiusitas pada anak Sekolah Dasar dapat tercapai dan terimplementasikan.
Article
Full-text available
School culture is a tangible form of the implementation of religious character in schools. It was to familiarize the religious character of the learner. school culture can manifest itself through islamic values, character, activity and religious symbols combined with other educational components.The study to discover: the form of school cultural programs, the administration of school cultures and the impact of school culture's success in building religious character. Research use a qualitative approach with the type of case study. Data collection with observation, interviews and documentation. Analysis used reduction, verification, presentation. Research: school culture program to building the religious character of participants that is: Reading Yasin's surah in the morning, pray dhuha and dzuhur, commemorating day of Islam, the performance talent, the performance of school culture to building religious character through Islamic values, Islamic activities and Islamic symbols and the success of the school's implementation of religious character.
Article
Full-text available
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk budaya sekolah, implementasi budaya sekolah, dan kendala implementasi budaya sekolah dalam membentuk karakter religius siswa serta solusinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di MAN Kota Batu mulai Juli sampai September 2020. Subjek penelitian terdiri atas Plt. Kepala, Wakil Kepala bidang Kurikulum, guru PPKn, guru Akidah-Akhlak, dan siswa. Pengumpulan data menggunakan Teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan teknik induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 16 budaya sekolah yang diimplementasikan di MAN Kota Batu. Impelementasi budaya sekolah dalam membentuk karakter religius siswa dilakukan melalui tiga aspek, yaitu kegiatan harian, mingguan, dan tahunan dengan berpedoman pada visi dan misi sekolah yang ingin dicapai. Kendala implementasi budaya sekolah dalam membentuk karakter religius siswa di antaranya: (a) karakteristik siswa yang beragam (b) lingkungan yang kurang mendukung, dan (c) kendala yang berasal dari guru. Solusi yang diberikan yaitu melakukan pendekatan khusus kepada siswa, membangun komunikasai dan memberikan pemahaman kepada orang tua, serta membangun komitmen yang kuat untuk keberhasilan pengimplementasi budaya sekolah. Kata kunci: implementasi, budaya sekolah, karakter religius.
Article
Full-text available
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kelangkaannya budaya sekolah keagaamaan di beberapa sekolah yang berfungsi untuk mencegah degradasi moral. Namun, SD IT Noor Hidayah merupakan salah satu sekolah yang memiliki program khusus pendidikan Islam dan budaya sekolah pada bidang keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan karakter religius siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya sekolah yang ada di SD IT Noor Hidayah; Mengetahui karakter religius siswa SD IT Noor Hidayah; dan Mengetahui pengaruh antara budaya sekolah terhadap karakter religius siswa di SD IT Noor Hidayah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif survey. Data yang dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD IT Noor Hidayah yang berjumlah 124 siswa, dan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah 31 siswa kelas 1-4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya sekolah keagamaan yang terdapat di SD IT Noor Hidayah yaitu meliputi pembacaan do’a bersama di kelas; pembacaan surat-surat pendek Al-Qur’an, dan sholat dhuha dan sholat dzuhur berjamaah. Budaya sekolah berpengaruh sebesar 29,2% terhadap karakter siswa. Budaya sekolah ini berpengaruh cukup signifikan terhadap karakter religius siswa SD IT Noor Hidayah. Hubungan positif antara kedua variabel tersebut yang mengandung makna semakin baik budaya sekolah yang dirancang, maka semakin baik pula karakter warga sekolah terutama karakter siswanya.
Article
Full-text available
This study aims to determine the pattern of character education development in Islamic Religious Education. The study was conducted at Serang University, Banten in 2019, using a qualitative approach. Data obtained by interview, observation and document techniques. Interviews were conducted with the leaders of the college campus administration staff, religious education lecturers, and students. The results of this study found that the development of character education was implemented through learning in the classroom and student activities, using interactive discussion methods, habituation, exemplary and discipline. The availability of PAI lecturers and campus facilities is a supporting factor for the implementation of character education. In contrast, the inhibiting factors include attitudes and behaviours of students who are less severe in participating in religious activities because they are more focused on science development activities, as well as heterogeneous students. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengembangan pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian di lakukan di Universitas Serang, Banten pada tahun 2019, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan teknik wawancara, observasi dan dokumen. Wawancara dilakukan kepada pimpinan perguruan tinggi staf administrasi kampus, dosen pendidikan agama, dan mahasiswa. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pengembangan pendidikan karakter diimplementasikan melalui pembelajaran di kelas dan melalui kegiatan kemahasiswaan, dengan menggunakan metode diskusi interaktif, pembiasaan, keteladanan dan kedisiplinan. Ketersediaan dosen PAI dan fasilitas kampus merupakan faktor pendukung dari implementasi pendidikan karakter. Sementara faktor penghambat meliputi sikap dan perilaku mahasiswa yang kurang serius mengikuti kegiatan keagamaan karena lebih fokus kepada kegiatan pengembangan sains, serta adanya mahasiswa yang heterogen.
Article
Full-text available
Artikel ini dilatarbelakangi oleh sebuah fenomena adanya dekadensi moral dan akhlak remaja di era globalisasi ini sudah tidak bisa dihindari lagi. Sebagai salah satu solusinya, pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mencetuskan adanya pendidikan karakter untuk diimplementasikan di sekolah, dan salah satu nilai karakter yang dimunculkan yaitu karakter religius. Survei yang dilakukan BKKBN menyatakan bahwa 63 persen remaja di beberapa kota besar di Indonesia melakukan seks pranikah, dan para pelaku seks dini itu menyakini, berhubungan seksual satu kali tidak menyebabkan kehamilan. Dari berbagai kasus dan permasalahan pada era global sekarang, pendidikanlah yang pertamakali disoroti oleh masyarakat, khususnya pendidikan agama. Masyarakat menganggap bahwa pendidikan agama yang ada di Indonesia ini belum mampu membentuk manusia yang berkarakter dan berakhlak mulia. Sekolah sebagai suatu instansi pendidikan dianggap tidak mampu melaksanakan pendidikan agama dengan baik sehingga berdampak pada berbagai kasus tersebut di atas. Masyarakat mengaggap bahwasannya pelaksanaan pendidikan agama di sekolah belum mampu menyentuh aspek-aspek religius siswa dalam rangka membentuk siswa yang taat pada aturan agama dan berakhlak sesuai dengan aturan-aturan syariat.
Article
Full-text available
Nowadays, Indonesian education is posed with the increasing challenges of the third millennium. One of the infrastructures in Indonesia is school. A rigid school will not be a good learning place, because children only go to school without learning. In teaching and learning process, teachers should be aware that education is not merely about teaching. Instead, it is about how teachers should be able to create a fun learning atmosphere and implement the subject of Islamic Education by not only teaching religious knowledge but also directing students and forming their characters. The research took Equal Bright Primary School in Bandung as sample of an international-standard school promoting Multiple Intelligences. The analysis of the data on each aspect of instructional strategies reveals certain uniqueness in the teaching and learning process implemented in Equal Bright, which is full of fun and very interesting. The implementation of fun learning strategy through scientific approach plays a vital role in exploring student’s potentials. The birth of this strategy gives a great expectation for the birth of the future generation with good quality and mentality to compete in the global arena. Equal Bright is an education institution implementing the method of multiple intelligences holistically, in which students are accommodated according to their learning and thinking styles. In implementing the fun learning strategies through scientific approach, the teaching and learning process can be more active, creative, effective, and fun.
Article
Presidential Regulation Number 87 of 2017 Article 2 states that character education must be the leading spirit in Indonesia's delivery of education. This study aims to describe the religious character education model implemented at Al-Hilal Islamic Primary School Bekasi, which is supported by participation of students' parent to build a learning process that not only produces an output of students who can graduate from school but also produce students who have religious characters. This research uses a qualitative approach with the type of case study method. The data collection techniques used were interviews, observation, and documentation. The results are the synergistic relationship and active role of all parties; in this case, the school and parents have successfully shaped the Islamic religious character. Students' character is built on a strong
Strategi pengembangan budaya religius untuk membentuk karakter siswa di MTS Hidayatul Mubtadiin Malang
  • F B Choirinissa
Choirinissa, F. B. (2019). Strategi pengembangan budaya religius untuk membentuk karakter siswa di MTS Hidayatul Mubtadiin Malang. http://etheses.uinmalang.ac.id/16375/%0Ahttp://etheses.uin-malang.ac.id/16375/1/15110178.pdf