Available via license: CC BY-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
|
2492
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
Vol.3, No.5 Mei 2024
ejournal.nusantaraglobal.ac.id/index.php/sentri
HUBUNGAN MOTIVASI IBU, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN BIDAN
TERHADAP KUNJUNGAN NIFAS DI PUSKESMAS MARIPARI KABUPATEN
GARUT TAHUN 2023
Pipih Syaripah1, Rindu2, Ernita Prima Noviyani3
1Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju
2Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju
3Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Universitas Indonesia Maju
E-mail: Pipihsyaripah@gmail.com
Article History:
Received: 12-04-2024
Revised :03-05-2024
Accepted:13-05-2024
Abstract: Cakupan kunjungan nifas lengkap di Kabupaten Garut
tahun 2021 sebesar 96,31%. Puskesmas Maripari pada tahun 2022
cakupan kunjungan nifas lengkap baru mencapai 54,6% artinya
masih banyak ibu nifas yang tidak melakukan kunjungan atau
pemeriksaan secara lengkap. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kunjungan nifas adalah motivasi ibu, dukungan keluarga dan peran
bidan. Dampak apabila tidak melakukan kunjungan nifas adalah
dapat terjadi komplikasi persalinan di masa nifas atau komplikasi
masa nifas yang tidak terkontrol oleh tenaga kesehatan. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui hubungan motivasi ibu, dukungan
keluarga dan peran bidan terhadap kunjungan nifas. Penelitian ini
menggunakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian
cross sectional. Pupulasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas di
Wilayah Kerja Puskesmas Maripari pada bulan September 2023
sebanyak 54 orang, tehnik pengambilan sampel menggunakan total
sampling karena populasi kurang dari 100. Analisa data yaitu
analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji Chi-Square test
untuk melihat hubungan terhadap 2 variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi. Hasil penelitian didapatkan sebanyak
59,1% melakukan kunjungan nifas dengan lengkap, sebanyak 53,7%
memiliki motivasi kurang baik, sebanyak 50% dukungan keluarga
baik, dan sebanyak 55,6% peran bidan baik. Hasil analisis bivariat
menunjukkan motivasi ibu p-value 0,000, dukungan keluarga p-
value 0,014 dan peran bidan p-value 0,031. Terdapat hubungan yang
bermakna antara motivasi ibu, dukungan keluarga dan peran bidan
terhadap kunjungan nifas. Diharapkan dapat membantu
masyarakat khususnya ibu hamil, bersalin dan nifas dalam
mendapatkan informasi untuk meningkatkan pengetahuan seputar
kesehatan terutama perawatan ibu post partum sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan dalam melakukan kunjungan masa nifas..
Keywords:
Dukungan Keluarga,
Kunjungan Nifas,
Motivasi, Peran Bidan
Syaripah
et al
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
|
2493
© 2024 SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
PENDAHULUAN
Masa nifas merupakan masa yang dilalui oleh setiap wanita setelah melahirkan. Masa
ini berlangsung sejak plasenta lahir sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran atau 42 hari
setelah kelahiran. Pada masa tersebut dapat terjadi komplikasi persalinan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Masa nifas ini merupakan masa yang cukup penting bagi
tenaga kesehatan khususnya bidan untuk selalu melakukan pemantauan terhadap ibu
karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai
masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas seperti sepsis puerperalis. Jika
ditinjau dari penyebab kematian ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak
nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika tenaga kesehatan memberikan
perhatian yang tinggi pada masa ini (Askinah, 2023).
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu
(AKI). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2020 mengenai status
kesehatan nasional pada capaian target Sustainable Development Goals (SDGs) menyatakan
secara global sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama
kehamilan dan persalinan, dengan tingkat AKI sebanyak 216 per 100.000 kelahiran hidup.
Sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah kehamilan, persalinan atau nifas terjadi
di negara-negara berkembang. Rasio AKI masih dirasa cukup tinggi sebagaimana
ditargetkan menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (WHO, 2020).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia jumlah kematian ibu
yang dihimpun dari pencatatan program kesehatan keluarga di Kementerian Kesehatan
meningkat setiap tahun. Pada tahun 2021 menunjukkan 7.389 kematian di Indonesia.
Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2020 sebesar 4.627 kematian
dan pada tahun 2019 sebanyak 4.197 jiwa (Kemenkes, 2021). Sementara jumlah kasus
kematian ibu di provinsi Jawa Barat pada tahun 2020 merupakan provinsi yang
menyumbang kasus kematian ibu paling banyak yaitu mencapai 745 jiwa (Dinkes Jabar,
2020). Data kasus kematian ibu di Kabupaten Garut pada tahun 2021 sebanyak 112 kasus
dan menempati peringkat pertama dari 27 kabupaten atau kota yang berada di Provinsi
Jawa Barat (Dinkes Garut, 2021).
Diperkirakan 60% kematian ibu terjadi setelah kehamilan dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama, dimana sebagian besar penyebab utamanya adalah
perdarahan post partum. Salah satu penyebab perdarahan post partum adalah kegagalan
involusi uteri. Sebagian besar kematian ibu nifas ini dapat dicegah dengan melakukan
pelayanan masa nifas. Pemantauan ketat oleh bidan akan sangat membantu mencegah
kematian Ibu. Selain itu, perhatian dari suami dan keluarga juga diperlukan. Bidan dapat
memberikan asuhan yang komprehensif selama masa nifas dengan mengenali komplikasi
setelah melahirkan (Astuti, 2015).
Pelayanan kesehatan ibu nifas harus dilakukan minimal empat kali dengan waktu
kunjungan ibu dan bayi baru lahir bersamaan, yaitu pada enam jam sampai dengan dua
hari setelah persalinan, pada hari ketiga sampai dengan hari ke tujuh setelah persalinan,
pada hari ke delapan sampai dengan hari ke 28 setelah persalinan, dan pada hari ke 29
Syaripah
et al
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
|
2494
sampai dengan 42 hari setelah persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang
diberikan terdiri dari: 1. Anamnesis; 2. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan
suhu; 3. Pemeriksaan tanda-tanda anemia; 4. Pemeriksaan tinggi fundus uteri; 5.
Pemeriksaan kontraksi uteri; 6. Pemeriksaan kandung kemih dan saluran kencing; 7.
Pemeriksaan lokhia dan perdarahan; 8. Pemeriksaan jalan lahir; 9. Pemeriksaan payudara
dan pendampingan pemberian ASI Ekslusif; 10. Identifikasi risiko tinggi dan komplikasi
pada masa nifas; 11. Pemeriksaan status mental ibu; 12. Pelayanan kontrasepsi pasca
persalinan; 13. Pemberian KIE dan konseling; 14. Pemberian kapsul vitamin A
(Kemenkes, 2021).
Pelayanan kesehatan ibu nifas dapat dikatakan berhasil dengan mengukur indikator
cakupan kunjungan ibu nifas lengkap. Pengukuran ini menilai upaya pemerintah untuk
memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas yang sesuai dengan standar dan berkualitas.
Cakupan kunjungan KF lengkap di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 90,7%. Provinsi
dengan cakupan tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 114,2%, Jawa Barat sebesar
102,4%, dan Kalimantan Tengah sebesar 97,7%. Sedangkan Papua Barat, Papua, dan
Sulawesi tengah memiliki cakupan terendah. Cakupan yang melebihi 100% dikarenakan
data sasaran yang ditetapkan lebih rendah dibandingkan dengan data riil yang didapatkan
(Kemenkes, 2021). Cakupan kunjungan nifas lengkap di Kabupaten Garut tahun 2021
sebesar 96,31% (Dinkes Jabar, 2021).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayi yang bila tidak ditangani segera dengan efektif dapat
membahayakan kesehatan atau kematian bagi ibu. Pada masa nifas terjadi perubahan -
perubahan baik secara fisik maupun psikologi. Proses perubahan ini seharusnya berjalan
normal namun kadang - kadang tidak diperhatikan oleh ibu nifas atau bahkan mereka tidak
mengetahuinya, sehingga dapat menimbulkan komplikasi nifas. Proses pemulihan organ
reproduksi pada masa nifas ditandai dengan beberapa tanda yang salah satu diantaranya
adalah penurunan tinggi fundus uteri sehingga hal ini yang mendasari kebutuhan untuk
melakukan observasi Tinggi Fundus Uteri (TFU). Tinggi fundus uteri adalah kuran fundus
uteri yang diukur dari batas atas simpisis pubis sampai pada batas atas fundus. Uterus yang
berkontraksi dengan baik secara bertahap akan berkurang ukurannya, sampai tidak dapat
dipalpasi lagi diatas simpisis pubis. Kondisi ini tentunya tidak terlepas dari perubahan
fisiologi yang luar biasa terjadi selama kehamilan (Bobak, 2016).
Kunjungan nifas sangat berpengaruh terhadap adanya komplikasi masa nifas.
Dampak tidak melakukan kunjungan nifas adalah dapat terjadi komplikasi persalinan di
masa nifas atau komplikasi masa nifas yang tidak terkontrol oleh tenaga kesehatan. Jika
semakin jauh jarak persalinan dengan kunjungan nifas, maka akan semakin besar risiko
kematian ibu. Oleh karena itu, kunjungan nifas sangat penting dilakukan untuk memberikan
pengawasan yang komprehensif kepada ibu dan bayi dalam masa pemulihan (Achyar,
2016).
Theory of planned behaviour dalam Safitri (2022) menyatakan bahwa ada beberapa
faktor yang berhubungan dengan kunjungan ibu nifas ke pelayanan kesehatan. Faktor
tersebut terdapat pada teori planned of behaviour. Sebuah perilaku dapat diprediksi dengan
melihat niat seseorang untuk melakukan sesuatu. Perilaku tersebut yang ada dalam teori
Syaripah
et al
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
|
2495
planned ialah intensi yang merupakan hal untuk melakukan tindakan kesehatan secara
teratur dimana kemungkinan seseorang dapat semakin meningkatkan kesehatannya melalui
tindakan tersebut (Safitri, 2022).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan kunjungan pada ibu nifas
adalah motivasi ibu. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan. Dimana dorongan
merupakan suatu gerak jiwa dan perilaku seseorang untuk berbuat. Motivasi mencakup
berbagai aspek tingkah atau perilaku manusia yang dapat mendorong seseorang untuk
berperilaku dan atau tidak berperilaku. Dalam kehidupan sehari-hari motivasi dapat berarti
dorongan yang terdapat pada diri seseorang sehingga individu tersebut terdorong untuk
melakukan suatu kegiatan. Motivasi ibu sangat mempengaruhi tingkat kepatuhan ibu dalam
melakukan kunjungan masa nifas. Dimana semakin tinggi tingkat motivasi ibu, maka makin
patuh ibu dalam melakukan kunjungan nifas dan sebaliknya (Sari, 2021).
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi kepatuhan kunjungan ibu nifas adalah peran
bidan. Peran tenaga kesehatan pada ibu nifas adalah memberikan perawatan dan dukungan
serta melakukan pemantauan terhadap kesehatan ibu dan bayinya (Khasanah, 2016). Hasil
penelitian Sembiring (2023), bahwa bidan berperan dan bertanggung jawab pada masa nifas
dengan memberikan dukungan, memberikan pendidikan kesehatan, konseling dan waktu
pemeriksaan dan memberikan asuhan secara profesional pada masa nifas. Ketidaksesuaian
hasil penelitian ini dikarenakan peran tenaga kesehatan dalam pelayanan nifas belum baik,
responden masih banyak belum mendapatkan informasi serta dukungan dari tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan nifas terkait kunjungan nifas (Sembiring, 2023).
Faktor lain yang juga mempengaruhi kepatuhan kunjungan pada ibu nifas adalah
dukungan keluarga. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dalam perannya untuk menciptakan dan mempertahankan kebudayaannya.
Keluarga atau teman dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit
tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali
dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan (Qiftiyah, 2019).
Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh
anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau dijadikan untuk keluarga.
Dukungan keluarga dapat diartikan sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dan
lingkungan sosial dan berfungsi sebagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan
kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan, jadi keluarga merupakan salah satu faktor
yang sangat berpengaruh terhadap perilaku positif dalam kesehatan (Fivtrawati, 2023).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Motivasi Ibu, Dukungan Keluarga dan Peran Bidan terhadap
Kunjungan Nifas di Puskesmas Maripari Kabupaten Garut Tahun 2023”.
LANDASAN TEORI
Konsep Dasar Nifas
Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas (puerperium)
Syaripah
et al
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
|
2496
dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah
itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut
puerperium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Sehingga
puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali
yang dimulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama post partum sehingga pelayanan
pasca persalinan yang berkualitas harus terselanggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi (Putri, 2022).
Konsep Dasar Kunjungan Ibu Nifas
Pengertian Kunjungan Nifas
Kunjungan nifas atau postnatal care adalah suatu perawatan atau asuhan
pencegahan dan penilaian rutin untuk mengidentifikasi, mengelola, dan merujuk
komplikasi pada ibu nifas. Asuhan kunjungan nifas ini meliputi konseling Keluarga
Berencana, kesehatan mental ibu, gizi dan kebersihan (WHO, 2020). Menurut Rukiyah &
Yulianti (2018), kunjungan ibu nifas adalah suatu program yang terencana berupa
observasi, edukasi, dan penanganan medis pada ibu nifas yang dilakukan selama 6 minggu
setelah persalinan.
Dukungan Keluarga
Pengertian
Dukungan keluarga menurut Friedman (2018) adalah sikap, tindakan penerimaan
keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga
adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan
penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikan. Orang yang berada dalam lingkungan sosial yang suportif umumnya
memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan rekannya yang tanpa keuntungan ini,
karena dukungan keluarga dianggap dapat mengurangi atau menyangga efek kesehatan
mental individu.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross
sectional. Seperti yang dijelaskan oleh Notoatmojo (2016), bahwa kuantitatif secara kasar
berati menyiratkan sejauh mana sesuatu yang terjadi ataupun yang tidak terjadi dalam hal
jumlah, nomor, frekuensi, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana suatu fenomena yang terjadi atau tidak terjadi dan mengukur seberapa besar
derajatnya. Dengan kata lain penelitian kuantitatif perlu meletakkan konstruksi teori
untuk diuji. Secara umum, proses pengumpulan data ini sangat terstruktur. Dengan cara
ini banyak data yang dapat dibandingkan. Penelitian cross sectional adalah penelitian
dimana variabel independen dan variabel dependen dinilai hanya satu kali pada suatu saat
(Nursalam, 2016).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan motivasi ibu, dukungan
keluarga dan peran bidan terhadap kunjungan nifas di Puskesmas Maripari Kabupaten
Garut tahun 2023. Pupulasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas di Wilayah Kerja
Syaripah
et al
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
|
2497
Puskesmas Maripari Kabupaten Garut pada bulan September 2023 sebanyak 54 orang.
Analisis data yang digunakan adalah analisis data univariat dan analisis data bivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Analisis Univariat
1) Cakupan Nifas
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Cakupan Kunjungan Nifas di Puskesmas Maripari
Kabupaten Garut Tahun 2023
Cakupan Kunjungan Nifas
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Tidak Lengkap
26
48,1
Lengkap
28
51,9
Jumlah
54
100
Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukan bahwa dari 54 ibu nifas terdapat sebanyak
26 ibu nifas (48,1%) dengan kunjungan nifas tidak lengkap dan sebanyak 28 ibu nifas
(51,9%) dengan kunjungan nifas lengkap.
2) Motivasi
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Motivasi pada Ibu Nifas di Puskesmas Maripari
Kabupaten Garut Tahun 2023
Motivasi
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Kurang
29
53,7
Baik
25
46,3
Jumlah
54
100
Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukan bahwa dari 54 ibu nifas terdapat sebanyak
29 ibu nifas (53,7%) memiliki motivasi kurang baik dan sebanyak 25 ibu nifas (46,3%)
memiliki motivasi yang baik.
3) Dukungan Keluarga
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga pada Ibu Nifas di
Puskesmas Maripari Kabupaten Garut Tahun 2023
Dukungan Keluarga
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Kurang
27
50
Baik
27
50
Syaripah
et al
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
|
2498
Jumlah
54
100
Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukan bahwa dari 54 ibu nifas terdapat sebanyak
27 ibu nifas (50%) mendapatkan dukungan kurang baik dari keluarga dan sebanyak 27 ibu
nifas (50%) mendapatkan dukungan yang baik dari keluarga.
4) Peran Bidan
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Peran Bidan pada Ibu Nifas di Puskesmas Maripari
Kabupaten Garut Tahun 2023
Peran Bidan
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Kurang
24
44,4
Baik
30
55,6
Jumlah
54
100
Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukan bahwa dari 54 ibu nifas terdapat sebanyak
24 ibu nifas (44,4%) mengatakan peran bidan kurang baik dan sebanyak 30 ibu nifas
(55,6%) mengatakan peran bidan sudah baik.
Analisis Bivariat
1) Hubungan Motivasi dengan Kunjungan Nifas
Tabel 5 Hubungan Motivasi dengan Kunjungan Nifas di Puskesmas Maripari
Kabupaten Garut Tahun 2023
Motivasi
Kunjungan Nifas
Total
Ρ
Value
OR
Tidak
Lengkap
Lengkap
F
%
f
%
f
%
Kurang
21
72,4
8
27,6
29
100
0,000
10,500
(2,937-37,545)
Baik
5
20,0
20
80,0
25
100
Jumlah
26
48,1
28
51,9
54
100
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 29 ibu nifas yang memiliki motivasi
kurang baik terdapat sebanyak 21 ibu nifas (72,4%) dengan kunjungan nifas tidak lengkap
dan sebanyak 8 ibu nifas (27,6%) dengan kunjungan nifas lengkap. Sedangkan dari 25 ibu
nifas yang memiliki motivasi baik terdapat sebanyak 5 ibu nifas (20%) dengan kunjungan
nifas tidak lengkap dan sebanyak 20 ibu nifas (80%) dengan kunjungan nifas lengkap.
Uji Chi Square menunjukkan ρ-value sebesar 0,000 yang berarti ρ-value < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi ibu
Syaripah
et al
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
|
2499
dengan kunjungan nifas. Nilai OR (Odd Ratio) sebesar 10,500 artinya ibu nifas yang
memiliki motivasi kurang baik berpeluang 10,500 kali tidak lengkap dalam melakukan
kunjungan nifas dibandingkan dengan ibu nifas yang memiliki motivasi baik.
2) Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kunjungan Nifas
Tabel 6 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kunjungan Nifas di
Puskesmas Maripari Kabupaten Garut Tahun 2023
Dukungan
Keluarga
Kunjungan Nifas
Total
Ρ
Value
OR
Tidak
Lengkap
Lengkap
F
%
f
%
f
%
Kurang
18
66,7
9
33,3
27
100
0,014
4,750
(1,504-15,002)
Baik
8
29,6
19
70,4
27
100
Jumlah
26
48,1
28
51,9
54
100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 27 ibu nifas yang kurang mendapat
dukungan keluarga terdapat sebanyak 18 ibu nifas (66,7%) dengan kunjungan nifas tidak
lengkap dan sebanyak 9 ibu nifas (33,3%) dengan kunjungan nifas lengkap. Sedangkan
dari 27 ibu nifas yang mendapatkan dukungan keluarga terdapat sebanyak 8 ibu nifas
(29,6%) dengan kunjungan nifas tidak lengkap dan sebanyak 19 ibu nifas (70,4%) dengan
kunjungan nifas lengkap.
Uji Chi Square menunjukkan ρ-value sebesar 0,014 yang berarti ρ-value < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan
keluarga dengan kunjungan nifas. Nilai OR (Odd Ratio) sebesar 4,750 artinya ibu nifas yang
kurang mendapat dukungan keluarga berpeluang 4,750 kali tidak lengkap dalam
melakukan kunjungan nifas dibandingkan dengan ibu nifas yang mendapat dukungan
keluarga dengan baik.
3) Hubungan Peran Bidan dengan Kunjungan Nifas
Tabel 7 Hubungan Peran Bidan dengan Kunjungan Nifas di Puskesmas Maripari
Kabupaten Garut Tahun 2023
Peran Bidan
Kunjungan Nifas
Total
Ρ
Value
OR
Tidak
Lengkap
Lengkap
F
%
f
%
f
%
Kurang
16
66,7
8
33,3
24
100
0,031
4,000
(1,281-12,490)
Baik
10
33,3
20
66,7
30
100
Syaripah
et al
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
|
2500
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa dari 24 ibu nifas yang mengatakan peran
bidan kurang baik terdapat sebanyak 16 ibu nifas (66,7%) dengan kunjungan nifas tidak
lengkap dan sebanyak 8 ibu nifas (33,3%) dengan kunjungan nifas lengkap. Sedangkan
dari 30 ibu nifas yang mengatakan peran bidan sudah baik terdapat sebanyak 10 ibu nifas
(33,3%) dengan kunjungan nifas tidak lengkap dan sebanyak 20 ibu nifas (66,7%) dengan
kunjungan nifas lengkap.
Uji Chi Square menunjukkan ρ-value sebesar 0,031 yang berarti ρ-value < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran bidan
dengan kunjungan nifas. Nilai OR (Odd Ratio) sebesar 4,000 artinya ibu nifas yang
mengatakan peran bidan kurang baik berpeluang 4 kali tidak lengkap dalam melakukan
kunjungan nifas dibandingkan dengan ibu nifas yang mengatakan peran bidan sudah baik.
Pembahasan
Hubungan Motivasi Ibu dengan Kunjungan Nifas
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 29 ibu nifas yang memiliki
motivasi kurang baik terdapat sebanyak 21 ibu nifas (72,4%) dengan kunjungan nifas tidak
lengkap dan sebanyak 8 ibu nifas (27,6%) dengan kunjungan nifas lengkap. Sedangkan
dari 25 ibu nifas yang memiliki motivasi baik terdapat sebanyak 5 ibu nifas (20%) dengan
kunjungan nifas tidak lengkap dan sebanyak 20 ibu nifas (80%) dengan kunjungan nifas
lengkap.
Uji Chi Square menunjukkan ρ-value sebesar 0,000 yang berarti ρ-value < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi ibu
dengan kunjungan nifas. Nilai OR (Odd Ratio) sebesar 10,500 artinya ibu nifas yang
memiliki motivasi kurang baik berpeluang 10,500 kali tidak lengkap dalam melakukan
kunjungan nifas dibandingkan dengan ibu nifas yang memiliki motivasi baik.
Pelayanan kesehatan ibu nifas harus dilakukan minimal empat kali dengan waktu
kunjungan ibu dan bayi baru lahir bersamaan, yaitu pada enam jam sampai dengan dua
hari setelah persalinan, pada hari ketiga sampai dengan hari ke tujuh setelah persalinan,
pada hari ke delapan sampai dengan hari ke 28 setelah persalinan, dan pada hari ke 29
sampai dengan 42 hari setelah persalinan. (Kemenkes, 2021). Kunjungan nifas sangat
berpengaruh terhadap adanya komplikasi masa nifas. Dampak tidak melakukan
kunjungan nifas adalah dapat terjadi komplikasi persalinan di masa nifas atau komplikasi
masa nifas yang tidak terkontrol oleh tenaga kesehatan. Jika semakin jauh jarak persalinan
dengan kunjungan nifas, maka akan semakin besar risiko kematian ibu. Oleh karena itu,
kunjungan nifas sangat penting dilakukan untuk memberikan pengawasan yang
komprehensif kepada ibu dan bayi dalam masa pemulihan (Achyar, 2016).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan kunjungan pada ibu nifas
adalah motivasi. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan. Dimana dorongan
merupakan suatu gerak jiwa dan perilaku seseorang untuk berbuat. Motivasi mencakup
berbagai aspek tingkah atau perilaku manusia yang dapat mendorong seseorang untuk
berperilaku dan atau tidak berperilaku. Dalam kehidupan sehari-hari motivasi dapat
Jumlah
26
48,1
28
51,9
54
100
Syaripah
et al
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
|
2501
berarti dorongan yang terdapat pada diri seseorang sehingga individu tersebut terdorong
untuk melakukan suatu kegiatan. Motivasi ibu sangat mempengaruhi tingkat kepatuhan
ibu dalam melakukan kunjungan masa nifas. Dimana semakin tinggi tingkat motivasi ibu,
maka makin patuh ibu dalam melakukan kunjungan nifas dan sebaliknya (Sari, 2021).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni (2018) yang menjelaskan
bahwa responden yang memiliki tingkat motivasi yang tinggi memiliki tingkat kunjungan
nifas yang patuh. Sejalan dengan penelitian Rahayu (2016) didapatkan hasil p value 0,000
> 0,05 yang berarti H0 ditolak. Sehingga dapat dikatakan terdapat hubungan yang
signifikan antara motivasi dengan kunjungan masa ibu. Sedangkan hasil penelitian Santi
Tri Rahayu (2017) yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
motivasi dengan kunjungan nifas, dengan hasil uji statistik dengan menggukan chi square
didapatkan hasil p value 0,254> 0,05 yang berarti H0 diterima. Sehingga dapat dikatakan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kunjungan masa nifas.
Menurut asumsi peneliti bahwa motivasi ibu mempengaruhi tingkat kepatuhan ibu
dalam melakukan kunjungan masa nifas. Dimana semakin tinggi tingkat motivasi ibu,
maka makin patuh ibu dalam melakukan kunjungan nifas dan sebaliknya. Hasil penelitian
di lapangan menunjukkan masih banyak ibu nifas yang tidak lengkap dalam melakukan
pemeriksaan atau kunjungan nifas. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang
tidak diteliti seperti kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya melakukan kunjungan
masa nifas pasca melahirkan, kurangnya keinginan ibu terhadap kunjungan masa nifas
sehingga cakupan kunjungan nifas masih dibawah target. Saran yang dapat diberikan yaitu
tingkatkan pengetahuan ibu melalui berbagai informasi sehingga dapat meningkatkan
motivasi dan dapat mendorong ibu untuk melakukan kunjungan masa nifas secara teratur.
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kunjungan Nifas
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 27 ibu nifas yang kurang
mendapat dukungan keluarga terdapat sebanyak 18 ibu nifas (66,7%) dengan kunjungan
nifas tidak lengkap dan sebanyak 9 ibu nifas (33,3%) dengan kunjungan nifas lengkap.
Sedangkan dari 27 ibu nifas yang mendapatkan dukungan keluarga terdapat sebanyak 8
ibu nifas (29,6%) dengan kunjungan nifas tidak lengkap dan sebanyak 19 ibu nifas (70,4%)
dengan kunjungan nifas lengkap.
Uji Chi Square menunjukkan ρ-value sebesar 0,014 yang berarti ρ-value < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan
keluarga dengan kunjungan nifas. Nilai OR (Odd Ratio) sebesar 4,750 artinya ibu nifas yang
kurang mendapat dukungan keluarga berpeluang 4,750 kali tidak lengkap dalam
melakukan kunjungan nifas dibandingkan dengan ibu nifas yang mendapat dukungan
keluarga dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa masih banyak ibu nifas yang kurang
mendapatkan dukungan dari keluarga dimana dukungan keluarga juga dapat
mempengaruhi kepatuhan kunjungan pada ibu nifas. Keluarga adalah dua atau lebih
individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perannya untuk menciptakan
dan mempertahankan kebudayaannya. Keluarga atau teman dapat membantu mengurangi
ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada
Syaripah
et al
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
|
2502
ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai
kepatuhan (Qiftiyah, 2019).
Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh
anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau dijadikan untuk keluarga.
Dukungan keluarga dapat diartikan sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dan
lingkungan sosial dan berfungsi sebagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan
kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan, jadi keluarga merupakan salah satu faktor
yang sangat berpengaruh terhadap perilaku positif dalam kesehatan (Putri, 2020).
Dukungan keluarga dapat diartikan sebagai suatu proses hubungan antara keluarga
dan lingkungan sosial dan berfungsi sebagai kepandaian dan akal, sehingga akan
meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan, jadi keluarga merupakan
salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku positif dalam kesehatan (Putri,
2020). Kurangnya dukungan dari keluarga tentu akan membuat ibu enggan untuk
melakukan kunjungan nifas terutama suami.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santi Tri Rahayu (2017)
yang menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan kunjungan nifas. Dengan hasil uji statistik adalah 0,187 > 0,05. Hal ini
dapat disebabkan karena ada faktor lain yang lebih mempengaruhi ibu dalam melakukan
kunjungan masa nifas. Hasil penelitian Lailatul Rahmawati (2015) membuktikan bahwa
terdapat beberapa faktor yang signifikan memiliki hubungan terhadap perilaku ibu nifas
dalam melakukan kunjungan masa nifas seperti umur, transportasi, dan peran bidan. Hal
ini berlawanan dengan hasil penelitian Popi Apriyanti (2020) yang mengatakan terdapat
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan kunjungan nifas, dengan hasil
uji statistik dengan menggunakan chi square yaitup value 0,002 < 0,05.
Peneliti berasumsi bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan
kunjungan nifas, hal tersebut dikarenakan keluarga khususnya suami yang mendukung ibu
untuk melakukan kunjungan nifas akan membuat ibu lebih patuh melakukan pemeriksaan
pada masa nifas. Bahkan keluarga yang memfasilitasi ibu dengan mengingatkan ibu untuk
melakukan kunjungan nifas dan mengantarkan ibu untuk melakukan nya, ibu akan senang
dan akan selalu patuh melakukan pemeriksaan nifas sesuai jadwal. Dukungan keluarga
juga dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga itu sendiri akan pentingnya pemeriksaan
masa nifas. Namun dalam kenyataannya hasil temuan di lapangan, meskipun dukungan
keluarga mencapai 50% sudah baik akan tetapi kunjungan ibu dalam melakukan
pemeriksaan nifas masih belum 100 persen. Semakin baik dukungan yang diberikan oleh
keluarga maka semakin baik pula kunjungan pemeriksaan masa nifas dan cakupan
menjadi lengkap. Sehingga saran peneliti, diharapkan tidak hanya ibu yang mengikuti
konseling atau kelas ibu nifas, suami dan keluarga juga ikut berpartisipasi saat kelas ibu
nifas dan saat pemeriksaan pada masa nifas.
Hubungan Peran Bidan dengan Kunjungan Nifas
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 24 ibu nifas yang mengatakan
peran bidan kurang baik terdapat sebanyak 16 ibu nifas (66,7%) dengan kunjungan nifas
tidak lengkap dan sebanyak 8 ibu nifas (33,3%) dengan kunjungan nifas lengkap.
Sedangkan dari 30 ibu nifas yang mengatakan peran bidan sudah baik terdapat sebanyak
Syaripah
et al
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
|
2503
10 ibu nifas (33,3%) dengan kunjungan nifas tidak lengkap dan sebanyak 20 ibu nifas
(66,7%) dengan kunjungan nifas lengkap.
Uji Chi Square menunjukkan ρ-value sebesar 0,031 yang berarti ρ-value < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran bidan
dengan kunjungan nifas. Nilai OR (Odd Ratio) sebesar 4,000 artinya ibu nifas yang
mengatakan peran bidan kurang baik berpeluang 4 kali tidak lengkap dalam melakukan
kunjungan nifas dibandingkan dengan ibu nifas yang mengatakan peran bidan sudah baik.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, mayoritas responden mengatakan bahwa
peran bidan sudah baik, akan tetapi tidak semua cakupan dalam pemeriksaan masa nifas
masih belum mencapai target artinya masih banyak ibu nifas yang tidak melakukan
kunjungan secara lengkap serta masih ada beberapa responden yang menyatakan peran
bidan masih dirasa kurang baik sehingga masih banyak responden yang tidak melakukan
kunjungan nifas dengan lengkap, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lain seperti
pengetahuan, atau faktor lainnya yang tidak diteliti seperti ketersediaan dana, fasilitas dan
lain sebagainya.
Peran tenaga kesehatan khususnya bidan pada ibu nifas adalah memberikan
perawatan dan dukungan serta melakukan pemantauan terhadap kesehatan ibu dan bayinya
(Hasanah, 2016). Hasil penelitian Rahmawati Lailatul Uswatun (2015), bahwa bidan
berperan dan bertanggung jawab pada masa nifas dengan memberikan dukungan,
memberikan pendidikan kesehatan, konseling dan waktu pemeriksaan dan memberikan
asuhan secara profesional pada masa nifas. Ketidaksesuaian hasil penelitian ini dikarenakan
peran tenaga kesehatan dalam pelayanan nifas belum baik, responden masih banyak belum
mendapatkan informasi serta dukungan dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
nifas terkait kunjungan nifas (Hasanah, 2016).
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum.
Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain : Memberikan dukungan
secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk
mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. Sebagai promotor
hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya
dengan meningkatkan rasa nyaman. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan
yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatan
administrasi. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. Memberikan konseling untuk
ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda
bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman. Melakukan
manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana
tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas. Memberikan
asuhan secara professional (Asih dan Risneni, 2016).
Peran tenaga kesehatan pada ibu nifas adalah memberikan perawatan dan dukungan
serta melakukan pemantauan terhadap kesehatan ibu dan bayinya (Hasanah, Uswatun,
2016). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ritongan (2021) menunjukan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara peran tenaga kesehatan dengan cakupan kunjungan nifas
dibuktikan dengan uji statistik chi-square diperoleh nilai p-value=0,000. Hasil penelitian
Syaripah
et al
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
|
2504
ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rottie, (2016) menunjukan
bahwa adanya hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan kunjungan masa nifas
dengan nilai p value 0,006 (p value > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa peran baik
dari petugas yang diberikan pada ibu nifas akan membantu ibu untuk lebih memanfaatkan
pelayanan yang ada.
Menurut asumsi peneliti bahwa bidan harus lebih aktif dalam memotivasi ibu untuk
melakukan pemeriksaan pasca meelahirkan, dan lebih mengarahkan ibu nifas untuk
bertindak sebaik mungkin agar menjauhkan diri dari bahaya yang bisa mengancam
kehidupan ibu dan bayi. Sehingga sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan sudah
seharusnya menjadi pendengar yang baik, artinya tenaga kesehatan dengan setia harus
mendengar apa yang menjadi keluhan ibu selama melakukan kunjungan, tentunya disertai
dengan memberikan masukan atau motivasi yang bersifat positif agar ibu lebih tenang
dalam menghadapi masa nifas. Jika ditemukan bahwa ibu nifas jarang melakukan
kunjungan nifas maka tenaga kesehatan yang ada membagi peran untuk mengunjungi ibu
dan memberikan pendidikan yang mudah dimengerti oleh ibu tentang pentingnya
melakukan pemeriksaan masa nifas untuk mengontrol masa nifas sampai pada proses
menyusui.
KESIMPULAN
1) Sebagian besar ibu nifas yaitu sebanyak 59,1% ibu nifas melakukan kunjungan nifas
dengan lengkap, sebanyak 53,7% memiliki motivasi kurang baik, sebanyak 50%
mendapatkan dukungan baik dari keluarga, dan sebanyak 55,6% mengatakan peran
bidan sudah baik.
2) Terdapat hubungan antara motivasi ibu terhadap kunjungan nifas dengan nilai p-value
0,000. Nilai OR 10,500.
3) Terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap kunjungan nifas dengan nilai
p-value 0,014. Nilai OR 4,750.
4) Terdapat hubungan antara peran bidan terhadap kunjungan nifas dengan nilai p-value
0,031. Nilai OR 4,000.
DAFTAR REFERENSI
[1] Askinah, Askinah, and Lasria Simamora. "Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan
Keluarga Dengan Kunjungan Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara." Calory Journal: Medical Laboratory
Journal 1, no. 4 (2023): 58-65.
https://jurnal.stikeskesosi.ac.id/index.php/CaloryJournal/article/view/78
[2] Achyar, K., & Rofiqoh, I. (2016). Kunjungan Nifas. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu.
Kesehatan,. 14(WHO, 2020),. 59–64.
[3] Putri, S. E., Ramie, A., & Maria, I. (2022). Pengetahuan tentang Pemenuhan Nutrisi
pada Masa Nifas Berdasarkan Sosial Budaya Ibu. JoIN: Journal of Intan Nursing,
1(1), 15-22.
https://www.jurnalstikesintanmartapura.com/index.php/join/article/view/53
[4] Fakhruddin, M. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Tanda-Tanda
Syaripah
et al
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
|
2505
Bahaya Masa Nifas Di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar. Jurnal Ilmiah
Keperawatan dan Kebidanan Holistic Care, 3(2), 131-135.
https://www.jurnalgrahaedukasi.org/index.php/JIKKHC/article/view/164
[5] Febriati, L. D., Zakiyah, Z., & Ratnaningsih, E. (2023). Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Adaptasi Perubahan Psikologi Pada Ibu Nifas. Jurnal Kebidanan
Indonesia, 14(2), 48-54.
https://www.jurnal.stikesmus.ac.id/index.php/JKebIn/article/view/856
[6] Astuti, Sri. (2015). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Bandung: Erlangga.
[7] Mustika, D. N., Nurjanah, S., & Ulvie, Y. N. S. (2020). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Nifas ASI EKSKLUSIF.
http://repository.unimus.ac.id/3795/1/1.%20Buku%20Ajar%20ASI%20komplit.p
df
[8] Victoria, S. I. V. S. I., & Yanti, J. S. Y. J. S. (2021). Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas Dengan Pelaksanaan Senam Nifas. Jurnal Kebidanan Terkini (Current
Midwifery Journal), 1(1), 45-55.
https://jom.htp.ac.id/index.php/jkt/article/view/313
[9] Hutabarat, J., & Astuti, E. D. (2021). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
[10] Bobak, L. J. (2016). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC.
[11] Dinas Kesehatan Jawa Barat. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2020.
Bandung. Dinkes.
[12] Dinas Kesehatan Jawa Barat. (2021). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2021.
Bandung. Dinkes.
[13] Dinas Kesehatan Kabupaten Garut. (2021). Profil Kesehatan Kabupaten Garut 2021.
Garut. Dinkes.
[14] Kasanah, U. (2016). Pengaruh Dukungan Bidan Terhadap Kunjungan Nifas Guna
Deteksi Resiko Kegawatdaruratan di Puskesmas Kayen Kabupaten Pati. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan, 8(4).
[15] Kementerian Kesehatan RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2021. Jakarta,
Kemenkes.
[16] Qiftiyah, Mariyatul. (2019). "Gambaran Fakor Dukungan Keluarga Yang
Melarbelakangi Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas (PNC) Pada Ibu Nifas Di
Puskesmas Wire Kabupaten Tuban." Jurnal Kesehatan dr. Soebandi 7.1: 23-29.
http://journal.uds.ac.id/index.php/jkds/article/view/136
[17] Rahayu, Santi Tri, et al. (2017). "Hubungan Pengetahuan, Sikap, Motivasi Dan
Dukungan Keluarga Dengan Kunjungan Ibu Nifas Dalam Pemeriksaan Paska
Bersalin Di Wilayah Kota Semarang Triwulan Ii Tahun 2017." Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip) 5.4: 247-255.
[18] Sari, Vitria Komala, and Sari Ida Miharti. (2021). "Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kunjungan Ibu Nifas Pada Masa Pandemi Covid 19." Voice of Midwifery
11.2: 42-51. https://journal.umpalopo.ac.id/index.php/VoM/article/view/163
[19] Sembiring, E. R. B., Marlina, M., & Siahaan, M. F. (2023). Faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan Kunjungan Masa Nifas pada Ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Lau Baleng Kabupaten Karo Tahun 2019. JOURNAL OF
Syaripah
et al
SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah
|
2506
HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE, 9(1), 651-662.
https://www.jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/view/2928
[20] Safitri, F., Andika, F., Rahmi, N., & Husna, A. (2022). Pengaruh Pengetahuan dan
Sikap Ibu Terhadap Kunjungan Nifas Pada Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah
Kerja Puskesmas Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh. Journal of Healthcare
Technology and Medicine, 8(1), 175-182.
https://www.jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/view/1953
[21] Ariyani, F., Lestari, W., Fitria, N. E., & Primasari, E. P. (2021). Peran bidan dalam
pelayanan antenatal pada masa pandemi Covid 19. Jurnal Kesehatan Mercusuar,
4(1), 32-37. https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/80531925/55-
libre.pdf?1644425483=&response-content-
disposition=inline%3B+filename%3DPeran_Bidan_Dalam_Pelayanan_Antenatal_
Pa.pdf&Expires=1705136047&Signature=cnKGfCDUHmoxdk0h9VkUnuXzUEzl
GtiWiizAj8FsPBJcGQwuXCXAprEEMWGu5gRFzZAh5tgs7BWPIhuV5jUpQ2U
S7D~DGtshI2LLwc6rSOW2LtXCvzv5nNqLlRd-
13x3RkXNIIc12B21LNwaYPva9NONjdfavdRH1gt6Sq72e5rwU7HI4ezFoNND6
ERYGM5FPM-
AwzuiBlrcLrtPvlW8GCIeYnvVdlc5ldt4ujjcSakl7fhKIVkeXgvEzgGCvBCVgscAW
cWoIgkQMOJ3nq1j~rNYXl1GzxNxxch~dR94HygFwPhrAJbnCKkgSej-qBW-
ZY6TAPyTbrULJ0QgdswSDw__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
[22] World Health Organization. (2020). Data and Statistics. (WHO).
[23] Sari, D. F. (2019). Peran Tenaga Kesehatan Dan Kualitas Kunjungan Nifas Pada Ibu
Yang Memiliki Bayi Usia 2-12 Bulan. Jurnal Kesehatan Mercusuar, 2(1), 8-8.
https://jurnal.mercubaktijaya.ac.id/index.php/mercusuar/article/view/35
[24] Fivtrawati, H., Ramadhaniati, Y., Angraini, H., Subani, P., & Astuti, P. (2023).
Hubungan Sikap Ibu Dan Dukungan Suami Dengan Kunjungan Nifas Di Wilayah
Kerja Puskesmas Pagar Jati Kabupaten Bengkulu Tengah. Jurnal Kesehatan
Tambusai, 4(2), 426-442.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jkt/article/view/14297
[25] Purwanti, P., Aisyah, S., Anggraini, H., & Minata, F. (2022). Relationship Of
Mileage Work And Family Support With a Complete Postnatal. Jurnal MID-Z
(Midwivery Zigot) Jurnal Ilmiah Kebidanan, 5(2), 165-176.
https://ejurnal.uij.ac.id/index.php/JM/article/view/1674
[26] Sari, V. K., & Miharti, S. I. (2021). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan
Ibu Nifas Pada Masa Pandemi Covid 19. Voice of Midwifery, 11(2), 42-51.
https://journal.umpalopo.ac.id/index.php/VoM/article/view/163.