ArticlePDF Available

Pertumbuhan tanaman bayam horenzo (Spinacia orelacea L.) dengan pemberian nutrisi menggunakan ekoenzim

Authors:

Abstract

Horenzo spinach (Spinacia oleracea L.) is one of the vegetable commodities that is currently in great demand by the public, however the cultivation process is still very limited so it requires optimal cultivation methods. Ecoenzyme is an organic solution that can be used in horenzo spinach cultivation as a substitute for fertilizer, because it contains nutrients that plants need. The ecoenzymes used are sourced from vegetable waste (mustard greens and lemongrass) and fruit peels (pineapple, mango, banana, watermelon and orange). This research was conducted to examine the potential of ecoenzymes and obtain optimal concentrations of ecoenzyme administration for the growth of Horenzo spinach plants. There were 6 treatments in this study, namely without treatment as a negative control (E0), giving a mixture of white CNG and KNO3 fertilizer as a positive control (E1) and giving different doses of ecoenzymes, namely 1ml/l (E2), 5ml/l (E3), 10 /l (E4) and 15ml/l (E5). Observations were carried out for 42 days with the parameters observed, namely vegetative growth (plant height, leaf length, leaf width, number of leaves, root length, root volume and plant organ biomass) as well as the chlorophyll content of the leaves of the Horenzo spinach plant. The data that had been obtained was then analyzed by Post-Hoc Tukey test data which showed that treatment E1 had significantly different results from other treatments and treatment E5 was an ecoenzyme treatment that had the potential to increase the growth of horenzo spinach plants. The conclusion obtained from this research is that the highest dose of ecoenzyme is not optimal in increasing the growth of Horenzo spinach plants from all test parameters, however E5 treatment has the potential to increase the growth of Horenzo spinach.
HJTAS
Holistic: Journal of Tropical Agriculture Sciences
HJTAS 1(2): 114-125
ISSN 3025-4272
HJTAS. 2024, VOLUME 1, ISSUE 2 https://journal-iasssf.com/index.php/HJTAS
Pertumbuhan tanaman bayam horenzo (Spinacia orelacea L.)
dengan pemberian nutrisi menggunakan ekoenzim
Febby Nurfadilah 1, Hertien Koosbandiah Surtikanti 2,* , dan Tina Safaria Nilawati 3
1 Program Studi Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia;
febbynfadilah@gmail.com
2 Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;
Universitas Pendidikan Indonesia
3 Universitas Pendidikan Indonesia; nilawati.ts@gmail.com
* Correspondence: hertien_surtikanti@yahoo.com
Received Date: 5 Desember, 2023 Accepted Date: 31 Januari, 2024
Abstract
Horenzo spinach (Spinacia oleracea L.) is one of the vegetable commodities
that is currently in great demand by the public, however the cultivation
process is still very limited so it requires optimal cultivation methods.
Ecoenzyme is an organic solution that can be used in horenzo spinach
cultivation as a substitute for fertilizer, because it contains nutrients that
plants need. The ecoenzymes used are sourced from vegetable waste
(mustard greens and lemongrass) and fruit peels (pineapple, mango,
banana, watermelon and orange). This research was conducted to examine
the potential of ecoenzymes and obtain optimal concentrations of ecoenzyme
administration for the growth of Horenzo spinach plants. There were 6
treatments in this study, namely without treatment as a negative control
(E0), giving a mixture of white CNG and KNO3 fertilizer as a positive control
(E1) and giving different doses of ecoenzymes, namely 1ml/l (E2), 5ml/l (E3),
10 /l (E4) and 15ml/l (E5). Observations were carried out for 42 days with
the parameters observed, namely vegetative growth (plant height, leaf
length, leaf width, number of leaves, root length, root volume and plant organ
biomass) as well as the chlorophyll content of the leaves of the Horenzo
spinach plant. The data that had been obtained was then analyzed by Post-
Hoc Tukey test data which showed that treatment E1 had significantly
different results from other treatments and treatment E5 was an ecoenzyme
treatment that had the potential to increase the growth of horenzo spinach
plants. The conclusion obtained from this research is that the highest dose of
ecoenzyme is not optimal in increasing the growth of Horenzo spinach plants
from all test parameters, however E5 treatment has the potential to increase
the growth of Horenzo spinach.
Keywords: ecoenzymes; chlorophyll levels; horenzo spinach; liquid organic
fertilizer; plant growth
Abstrak
Tanaman bayam horenzo (Spinacia oleracea L.) merupakan salah satu
komoditas sayur yang sedang banyak diminati oleh masyarakat, namun
dalam proses budidayanya masih sangat terbatas sehingga memerlukan
metode budidaya yang optimal. Ekoenzim merupakan salah satu larutan
organik yang dapat digunakan dalam budidaya bayam horenzo sebagai
pengganti pupuk, karena mengandung unsur hara yang di butuhkan
tanaman. Ekoenzim yang digunakan bersumber dari limbah sayuran (sawi
dan serai) dan kulit buah (nanas, mangga, pisang, semangka dan jeruk).
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti potensi ekoenzim dan mendapat
konsentrasi optimal dari pemberian ekoenzim terhadap pertumbuhan
tanaman bayam horenzo. Perlakuan penelitian ini ada 6 yaitu tanpa
perlakuan sebagai kontrol negatif (E0), pemberian pupuk campuran CNG
dan KNO3 putih sebagai kontrol positif (E1) dan pemberian dosis
ekoenzim yang berbeda yaitu 1ml/l (E2), 5ml/l (E3), 10/l (E4) dan 15ml/l
(E5). Pengamatan di lakukan selama 42 hari dengan parameter yang di
Cite This Article:
Nufradilah, F., Surtikanti, H. K., and
Nilawati, T. S. (2024). Pertumbuhan
tanaman bayam horenzo (Spinacia
orelacea L.) dengan pemberian
nutrisi menggunakan ekoenzim.
Holistic: Journal of Tropical
Agriculture Sciences, 1(2), 114-125.
https://doi.org/10.61511/hjtas.v1i2.
2024.333
Copyright: © 2023 by the authors.
Submitted for posibble open access
article distributed under the terms
and conditions of the Creative
Commons Attribution (CC BY) license
(https://creativecommons.org/licen
ses/by/4.0/)
HJTAS. 2024, VOLUME 1, ISSUE 2 115
amati yakni pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, panjang helai daun,
lebar daun, jumlah daun, panjang akar, volume akar dan biomassa organ
tanaman) serta kadar klorofil daun tanaman bayam horenzo. Data yang
telah diperoleh kemudian dilakukan analisis data uji Post-Hoc Tukey yang
menunjukan bahwa perlakuan E1 memiliki hasil yang berbeda signifikan
dengan perlakuan lainnya dan perlakuan E5 menjadi perlakuan ekoenzim
yang memiliki potensi dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman bayam
horenzo. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dosis
tertinggi ekoenzim belum optimal dalam meningkatkan pertumbuhan
tanaman bayam horenzo dari seluruh parameter uji, namun perlakuan E5
memiliki potensi meningkatkan pertumbuhan bayam horenzo.
Katakunci: bayam horenzo; ekoenzim; kadar klorofil; pertumbuhan
tanaman; pupuk organik cair
1. Pendahuluan
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia mengakibatkan salah satunya terjadi
peningkatan permintaan komoditas sayur yang terus meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah konsumsi per kapita. Menurut Bastaman (2020), pada tahun 2020 nilai
konsumsi sayuran di Indonesia mencapai 43.12 kg/kapita/tahun. Nilai konsumsi tersebut
masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan rekomendasi FAO yaitu sekitar 91.25
kg/kapita/tahun. Konsumsi sayuran di Indonesia masih harus lebih ditingkatkan lagi,
sehingga petani harus mampu memenuhi permintaan pasar sepenuhnya.
Tanaman sayur Bayam Jepang (Spinacia oleracea L.) biasanya lebih dikenal dengan
sebutan Bayam Horenzo. Bayam ini tergolong kedalam famili Amaranthaceae. Bayam
Horenzo adalah salah satu jenis sayuran yang berasal dari Jepang, bayam ini memiliki umur
panen yang relatif singkat (Suwardike et al., 2019). Bayam horenzo termasuk salah satu
tanaman sayur yang cara pembudidayaannya cukup mudah, namun di Indonesia bayam ini
tergolong baru sehingga belum banyak petani yang membudidayakannya karena minimnya
pengetahuan masyarakat khususnya petani terhadap manfaat dan keuntungan yang dapat
diperoleh dari komoditas bayam horenzo.
Bayam horenzo memiliki banyak kandungan nutrisi yang dapat meminimalisir
terkena resiko diabetes bahkan bayam horenzo aman di konsumsi bagi penderita diabetes.
Bayam horenzo memiliki khasiat yang baik bagi tubuh terutama bagi balita dan anak dalam
masa pertumbuhan, hal tersebut dikarenakan tanaman ini sangat kaya akan kandungan gizi
yang menjadi keunggulannya dibanding bayam lokal. Permintaan pasar meningkat
diakibatkan oleh meningkatnya minat masyarakat terhadap bayam horenzo karena
mengetahui keunggulan tersebut (Febrianty et al., 2018).
Permintaan pasar terhadap bayam horenzo bisa mencapai 70-80 kg per hari serta
membutuhkan pasokan harian yang cukup. Meningkatnya permintaan pasar dapat menjadi
pemicu berkembangnya budidaya bayam horenzo sehingga permintaan pasar semakin
terpenuhi dan tingkat konsumsi sayuran di Indonesia semakin meningkat, sehingga
peluang untuk meningkatkan produksi bayam horenzo semakin besar, namun bayam
horenzo termasuk salah satu jenis tanaman baru yang jangkauan adaptasinya terbatas
hanya pada dataran tinggi dengan ketinggian >700 mdpl, sehingga luas areal budidaya dan
produksinya masih sangat terbatas. Keterbatasan budidaya tanaman bayam horenzo
dikarenakan kondisi lahan pertanian dan kemungkinan pengembangan tanaman bayam
horenzo yang potensial namun produksinya masih terbatas sehingga membutuhkan
metode produksi yang efisien untuk mengoptimalkan kinerja dan hasil panen (Rukmana,
2005).
Peningkatan produktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh kegiatan pemupukan,
hal tersebut dikarenakan kegiatan pemupukan merupakan bagian dari budidaya tanaman
dan memiliki peran penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman sebab dapat
memberikan unsur hara tambahan bagi tanaman. Tanaman biasanya memerlukan unsur
hara dalam jumlah yang relatif besar untuk menunjang pertumbuhannya, oleh karena itu
jika tanaman tumbuh tanpa bantuan pupuk, dipastikan tanaman tersebut tidak akan dapat
mencapai hasil maksimal seperti yang diharapkan. Pupuk organik dapat meminimalisir
HJTAS. 2024, VOLUME 1, ISSUE 2 116
dampak negatif yang dapat ditimbulkan dalam proses pemupukan dengan lebih baik
dibanding pupuk anorganik, selain itu pupuk organik juga dapat memperbaiki struktur
tanah. Salah satu bentuk dari pupuk organik adalah pupuk organik cair. Penggunaan pupuk
organik cair bisa menjadi salah satu pilihan untuk membantu merangsang pertumbuhan
tanaman secara lebih optimal. Pupuk organik cair dapat dibuat secara mandiri oleh
pembudidaya sehingga dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan. Menurut Hasanah et
al (2020) dan Surtikanti et al. (2021), ekoenzim menjadi salah satu contoh larutan organik
cair yang dapat digunakan sebagai pupuk karena mengandung unsur C-organik, N, P, K, NO3
serta CO3 yang dibutuhkan oleh tanah sebagai unsur hara, sehingga larutan ekoenzim dapat
digunakan sebagai pupuk organik cair (POC) karena mengandung unsur hara makro dan
mikro.
Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan lebih banyak informasi mengenai
kajian untuk mempelajari berbagai dosis ekoenzim agar unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman bayam horenzo dapat terpenuhi sehingga bayam horenzo dapat memiliki
pertumbuhan yang optimal. Penelitian ini memiliki tujuan untuk meneliti pertumbuhan
tanaman bayam horenzo dengan menggunakan ekoenzim sebagai pupuk dan pupuk
campuran anorganik (CNG dan KNO3 putih) sebagai pembanding serta meneliti dosis
optimum dari penggunaan ekoenzim sebagai pupuk.
2. Metode
Jenis penelitian ini adalah eksperimental. Tahap penelitian eksperimental meliputi
pengaplikasian ekoenzim sebagai pupuk organik cair (POC) pada tanaman bayam horenzo
(Spinacia orelacea L.) dan pengamatan terhadap tanaman tersebut untuk mengetahui
pengaruh pada pertumbuhan dan kadar klorofil daunnya. Penelitian dilakukan selama
empat bulan, mulai Februari hingga Mei 2023. Pengaplikasian konsentrasi ekoenzim
dengan berbagai konsentrasi sebagai pupuk organik cair pada tanaman bayam horenzo
dilaksanakan di Kebun Hidroponik Punclut, Desa Ciumbuleuit, Kota Bandung, sedangkan
pengujian biomassa tanaman dan kadar klorofil daun dilaksanakan di Laboratorium
Fisiologi, Departemen Pendidikan Biologi, FPMIPA, UPI.
Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain neraca digital, tali
pengukur/meteran kain, pH meter, thermohygrometer, polybag ukuran 25x25 cm, beaker
glass ukuran 500 ml, gelas ukur ukuran 100 ml, spuit ukuran 10 dan 50 ml, paranet 75%
ukuran 5x3 m, cawan arloji, spatula, lumpang porselin, corong, kertas saring, labu
erlenmeyer ukuran 100 ml, pipet tetes, kuvet, spektrofotometer, oven, alumunium foil,
cawan petri dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah
humus, sekam bakar, bibit tanaman bayam horenzo, ekoenzim, pupuk campuran CN-G dan
KNO3 putih dan alkohol 96%.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Penelitian ini menggunakan satu faktor yakni konsentrasi ekoenzim sebagai pupuk organik
cair dengan 6 perlakuan dan 5 pengulangan. Perlakuan meliputi E0 (0 ml/L air sebagai
kontrol negatif), E1 (campuran pupuk CNG dan KNO3 putih), dan perlakuan manipulasi
konsentrasi ekoenzim E2 (1 ml/L air), E3 (5 ml/L air), E4 (10 ml/L air), dan E5 (15 ml/L
air).
Langkah penelitian tahap I adalah pengaplikasian ekoenzim sebagai pupuk organik
cair pada tanaman bayam horenzo. Sebelum ekoenzim diaplikasikan, dilakukan persiapan
media tanam yang dibuat dari gabungan antara tanah dan sekam bakar menggunakan skala
perbandingan 3:1. Kemudian, dilakukan penanaman bibit bayam horenzo usia 21 HSS (Hari
Setelah Semai) mengisi media tanam pada polybag dan memindahkan bibit bayam horenzo
ke dalam polybag, lalu menyusunnya sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan.
Selama penanaman, tanaman harus dilakukan pemeliharaan dengan menyiram saat pagi
dan sore hari masing-masing sebanyak 400 ml/polybag, serta pencegahan dari serangan
hama penyakit. Pengaplikasian pupuk organik cair ekoenzim dilakukan setiap 1 kali dalam
seminggu dimulai pada 0 MST sampai dengan 5 MST (Minggu Setelah Tanam) pada pagi
hari sebanyak 100 ml untuk tiap polybag. Pemanenan dilakukan saat tanaman berusia ± 42
HST (Hari Setelah Tanam). Langkah penelitian tahap II adalah pengukuran parameter uji.
HJTAS. 2024, VOLUME 1, ISSUE 2 117
Parameter yang diamati adalah pertumbuhan tanaman antara lain tinggi tanaman, jumlah
daun, panjang helai daun, lebar daun, panjang akar, volume akar, biomassa tanaman dan
kadar klorofil daun dari tanaman bayam horenzo.
Hasil data yang diperoleh pada tahap II berupa data pertumbuhan tanaman bayam
horenzo dianalisis secara statistik dengan ANOVA satu arah untuk mengetahui pengaruh
pemberian ekoenzim dengan berbagai konsentrasi sebagai pupuk organik cair terhadap
respon pertumbuhan tanaman bayam horenzo. Kemudian dilakukan pengujian beda nyata
dengan Uji Post-Hoc Tukey.
3. Hasil dan Diskusi
Hasil penelitian yang berasal dari tahap kedua merupakan data hasil pengamatan
dari pertumbuhan tanaman bayam horenzo pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun,
panjang helai daun, lebar daun, panjang akar, volume akar, biomassa tanaman dan kadar
klorofil daun sebagai hasil dari pemberian berbagai konsentrasi ekoenzim sebagai pupuk
organik cair yang diperoleh pada tahap I yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan pertumbuhan tanaman bayam horenzo
Setelah pengamatan, dilakukan perhitungan secara statistik sehingga diperoleh
hasil ringkasan pertumbuhan tanaman bayam horenzo seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis data pertumbuhan tanaman bayam horenzo
Perlakuan
Rataan Pertumbuhan Vegetatif
Tanaman Bayam Horenzo pada Umur 42 HST
Tinggi
Tanaman
(cm)
Jumlah
Daun
(helai)
Panjang
Helai
Daun
(cm)
Panjang
Akar
(cm)
Volume
Akar
(ml)
E0 = tanpa pupuk
14.22 a
13.60 a
5.76 a
11.10 a
5.20 a
E1 = pupuk
campuran
34.46 b
81.40 b
12.40 b
18.50 b
15.00 b
E2 = EE 1 ml/l
12.92 a
15.00 a
5.72 a
10.18 a
4.80 a
E3 = EE 5 ml/l
14.62 a
16.00 a
6.62 a
12.78 ab
5.60 a
E4 = EE 10 ml/l
14.90 a
15.20 a
6.12 a
13.30 ab
7.60 a
E5 = EE 15 ml/l
16.26 a
19.40 a
6.70 a
16.90 ab
7.00 a
Keterangan: Perbedaan huruf a,ab dan b menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
perlakuan dan kontrol positif berdasarkan uji Post-hoc Tukey HSD (p≤0,05).
Hasil analisis pertumbuhan tanaman bayam horenzo pada Tabel 1 untuk semua
parameter penelitian memperlihatkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi ekoenzim
E0
E1
E2
E3
E4
E5
HJTAS. 2024, VOLUME 1, ISSUE 2 118
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bayam horenzo baik parameter tinggi
tanaman, jumlah daun, panjang helai daun, lebar daun, panjang akar dan volume akar.
Tabel 2. Hasil pengamatan biomassa organ tanaman bayam horenzo
Perlakuan
Biomassa Organ Tanaman (gram)
Akar
Daun
Batang
E0 = tanpa pupuk
0,62 a
0,55 a
0,24 a
EI = pupuk
campuran
17,20 b
5,39 b
2,66 b
E2 = EE 1 ml/l
0,77 a
0,39 a
0,22 a
E3 = EE 5 ml/l
1,31 a
0,58 a
0,28 a
E4 = EE 10 ml/l
1,22 a
0,72 a
0,31 a
E5 = EE 15 ml/l
2,04 a
0,88 a
0,40 a
Hasil pengamatan biomassa organ tanaman pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
biomassa tertinggi diantara perlakuan konsentrasi ekoenzim terdapat pada perlakuan E5
akar (2,04 gram), batang (0,40 gram), serta daun (0,88 gram). Perlakuan E5 menghasilkan
biomassa paling tinggi dibanding perlakuan ekoenzim lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh
besarnya nilai pertumbuhan vegetatif tanaman selama 42 HST.
Tabel 3. Hasil pengamatan kadar klorofil daun pada tanaman bayam horenzo
Perlakuan
Kadar Klorofil (µg/ml)
Klorofil A
Klorofil B
Klorofil Total
E0 = tanpa pupuk
3,30
4,41
7,71
EI = pupuk
campuran
3,69
4,80
8,49
E2 = EE 1 ml/l
3,24
3,86
7,10
E3 = EE 5 ml/l
3,43
4,46
7,89
E4 = EE 10 ml/l
3,56
4,53
8,09
E5 = EE 15 ml/l
3,67
4,71
8,38
Hasil pengamatan kadar klorofil daun pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan E5
menghasilkan kadar klorofil tertinggi dibandingkan perlakuan ekoenzim lainnya. Klorofil
total dengan nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan E5 (8,38 µg/mL) sedangkan yang
terendah pada perlakuan E2 (7,10 µg/mL).
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah disebutkan, terdapat hubungan antara
konsentrasi ekoenzim dengan parameter pertumbuhan tanaman, baik tinggi tanaman,
jumlah daun, panjang helai daun, lebar daun, panjang akar, volume akar, biomassa tanaman
maupun kadar klorofil daun tanaman bayam horenzo. Semakin besar konsentrasi ekoenzim
yang diberikan pada tanaman, maka semakin tinggi nilai yang dihasilkan oleh tiap
parameter pertumbuhan tanaman.
Seperti halnya mahluk hidup lain, tanaman juga membutuhkan nutrisi yang cukup
untuk kehidupannya. Nutrisi tersebut adalah unsur hara, baik makro maupun mikro yang
dapat mendukung proses produksi dan pertumbuhannya. Sebagian dari unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman dan terdapat pada ekoenzim yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), dan
Kalium (K). Nitrogen merupakan jenis unsur hara yang penting untuk memacu
pertumbuhan vegetatif, pembentukan protein, klorofil, dan asam nukleat sehingga harus
tersedia untuk tanaman (Rahmah et al., 2014). Fosfor (P) bagi tanaman dapat mendorong
perkembangan akar, pemunculan bunga, pematangan buah, pembentukan biji serta
berperan penting dalam penyimpanan dan penyaluran energi ke seluruh sel tanaman
(Jalaluddin et al., 2017; Suwardiyono et al., 2019). Kalium (K) berperan dalam pertumbuhan
vegetatif tanaman untuk memperbaiki pengangkutan asimilat, mengatur pembukaan dan
penutupan stomata untuk mengurangi konsumsi air, serta meningkatkan kekebalan
tanaman agar terhindar dari serangan hama atau penyakit (Mahdiannoor et al., 2016).
HJTAS. 2024, VOLUME 1, ISSUE 2 119
Kebutuhan tanaman terhadap unsur hara sangat terbatas, apabila pemberian berlebihan
atau kekurangan tanaman justru akan mengalami gangguan metabolisme, bahkan
menyebabkan tanaman gagal dalam pertumbuhan dan produksinya (Lingga, 2007).
Pada penelitian ini, pemberian ekoenzim sebagai pupuk organik cair dengan
konsentrasi yang berbada mampu menghasilkan pengaruh terhadap parameter
pertumbuhan tanaman bayam horenzo yang diamati, seperti tinggi tanaman, jumlah daun,
panjang helai daun, lebar daun, panjang akar, volume akar, biomassa tanaman dan kadar
klorofil daun. Hal ini berkaitan dengan perbedaan konsentrasi yang terdapat pada tiap
perlakuan dan kandungan unsur hara di dalamnya. Apabila unsur hara yng dibutuhkan
tanaman tersedia dalam jumlah dan bentuk yang sesuai maka pertumbuhan tanaman akan
optimal.
3.1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman bayam horenzo pada perlakuan E5 dengan pemberian konsentrasi
ekoenzim 15 ml/L terbukti menunjukkan pertumbuhan tanaman tertinggi dibandingkan
perlakuan ekoenzim lainnya. Selama proses pertumbuhan dan perkembangannya, terdapat
faktor yang berpengaruh pada tanaman yaitu faktor dari dalam dan luar tanaman itu
sendiri. Faktor dari dalam tanaman yang berfungsi untuk merangsang tinggi tanaman
adalah hormon. Perlakuan E5 mengandung konsentrasi ekoenzim paling tinggi sehingga
ketika diberikan pada tanaman dapat memproduksi hormon yang lebih banyak (Sembiring
et al., 2021). Selain itu, asam pada ekoenzim bermanfaat dalam proses produksi hormon
tumbuhan seperti auksin, giberelin, dan sitokinin. Hormon tumbuhan ini bertanggung
jawab untuk memaksimalkan pertumbuhan vegetatif, generatif, dan pematangan buah
(Ginting et al., 2021). Tinggi pada tanaman juga dipengaruhi oleh tersedianya unsur
nitrogen dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan tinggi tanaman. Adanya
penambahan nitrogen akan menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih baik
daripada tanpa penambahan nitrogen.
Unsur N sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan tinggi tanaman, unsur hara N
memiliki fungsi utama dalam mendorong pertumbuhan umum, khususnya pertumbuhan
batang sehingga meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Pernyataan tersebut sesuai
dengan pendapat Djafar et al. (2013) bahwa unsur N merupakan unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah banyak pada tanaman, kecukupan akan unsur N akan di ikuti
dengan peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman. Erawan et al. (2013) mengatakan
bahwa unsur hara N memiliki fungsi yang mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman, hal
tersebut dikarenakan unsur N adalah penyusun protoplasma yang banyak terkandung
dalam jaringan sehingga membantu pembelahan dan perpanjangan sel. Unsur hara nitrogen
menurut Siregar et al. (2015) mampu menghasilkan atau menyediakan protein, asam amino
dan klorofil yang dibutuhkan dalam proses pembentukan sel-sel baru, sehingga berperan
penting dalam pertumbuhan tinggi tanaman.
Unsur hara kalium menurut Fitriana et al. (2016) juga memiliki peran penting dalam
meningkatkan pertumbuhan tinggi pada tanaman, hal tersebut dikarenakan unsur hara
kalium dapat membantu metabolisme karbohidrat serta mempercepat pertumbuhan
jaringan meristematik. Lukman (2010) mengemukakan bahwa selain unsur N dan unsur K,
tinggi tanaman juga dipengaruhi oleh unsur P. Unsur P atau fosfat merupakan unsur yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk membantu proses pembentukan sel baru pada jaringan
yang sedang tumbuh. Unsur P juga dapat berperan dalam meningkatkan kekuatan batang.
3.2. Jumlah daun, panjang helai daun dan lebar daun
Pada parameter jumlah, panjang helai dan lebar daun bayam horenzo, diketahui bahwa
hasil paling tinggi dihasilkan dari perlakuan E5 dengan konsentrasi 15 ml/L. Hal ini
membuktikan bahwa pemberian ekoenzim membawa pengaruh positif pada pertumbuhan
tanaman sehingga dapat meningkatkan ketiga parameter tersebut. Semakin tinggi
konsentrasi ekoenzim yang digunakan, maka unsur N yang tersedia cukup banyak untuk
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen (Safitri et al., 2021). Penelitian oleh
Hanafiah (2012) menyebutkan bahwa hal yang menyebabkan jumlah daun pada tanaman
HJTAS. 2024, VOLUME 1, ISSUE 2 120
tidak mengalami perbedaan yang nyata karena kandungan unsur hara N yang terserap tidak
berbeda jauh atau tanaman memiliki kemampuan yang sama dalam menyerap unsur hara
di dalam tanah, sebab peran N pada tanaman adalah sebagai penyusun asam amino, klorofil,
hormon pertumbuhan seperti auksin dan sitokinin sehingga unsur N memiliki peran utama
terhadap bagian vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan daun dan pucuk. Pramushinta &
Yulian (2020), mengemukakan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan daun
berhubungan dengan pembentukan sel, pembelahan dan pemanjangan. Proses ini
dirangsang oleh senyawa seperti protein dan karbohidrat. Nitrogen sebagai komponen
proteinogenik berperan dalam pembentukan klorofil yang digunakan dalam proses
fotosintesis sehingga dapat dipicu pembentukan dan pertumbuhan daun. Daun merupakan
salah satu organ tumbuhan yang paling penting untuk melakukan fotosintesis. Selama
fotosintesis, klorofil menghasilkan produk asimilasi karbon dioksida untuk mendukung
perkembangan meristematik daun (Ginting & Mirwandhono, 2021). Hal ini sesuai dengan
Dhani et al. (2014) bahwa pemberian pupuk yang mengandung unsur N pada tanaman akan
mendorong pertumbuhan organ-organ yang berhubungan dengan fotosintesis yaitu daun
serta dengan adanya unsur N dapat mempercepat proses fotosintesis sehingga
pembentukan organ daun menjadi lebih cepat.
3.3. Panjang akar
Hasil analisis pada parameter panjang akar menunjukkan perlakuan ekoenzim dengan
konsentrasi 15 ml/L memiliki hasil rata-rata panjang akar terbaik. Perbedaan konsentrasi
ekoenzim menghasilkan perbedaan konsentrasi unsur hara yang berpengaruh pada
pertumbuhan sistem perakaran tanaman. Menurut Nurgroho (2004), sistem perakaran
akan tumbuh maksimal pada kondisi media yang baik secara fisik maupun kimia. Sistem
perakaran berkorelasi positif dengan pertumbuhan yang dihasilkan. Semakin panjang akar
dari suatu tanaman maka kemampuan tanaman dalam menyerap air dan unsur hara
semakin tinggi sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan yang optimal seperti tinggi
tanaman, jumlah tangkai dan jumlah anak daun. Panjang akar merupakan salah satu kriteria
yang dapat digunakan untuk mengetahui luas daerah jangkauan akar dalam mencari
sumber daya air (Munarso, 2011). Panjang akar merupakan salah satu karakter morfologi
yang dilaporkan terkait dengan ketahanan tanaman terhadap kekeringan (Bohn et al., 2006;
Torey et al., 2014). Panjang akar menggambarkan kemampuan tanaman untuk memperoleh
suplai air termasuk unsur-unsur hara di lapisan tanah yang lebih dalam (Munarso, 2011).
Pada saat pertumbuhannya, akar akan menjalani proses pembelahan sel yang disebabkan
oleh tersedianya pasokan nutrien yang memadai, utamanya adalah unsur nitrogen, fosfor,
dan kalium. Panjang akar merepresentasikan kesanggupan tanaman dalam menyerap
unsur hara. Tanpa adanya unsur-unsur hara seperti NPK, akar tanaman tidak dapat
berkembang secara normal sehingga menghambat penyerapan unsur hara (Safitri et al.,
2021).
Penyediaan unsur hara yang tepat akan membuat pertumbuhan akar meningkat
sehingga berpengaruh terhadap penyerapan air dan nutrisi (Gunawan et al., 2019).
Peningkatan ini juga dipengaruhi oleh bahan organik yang terkandung di dalam ekoenzim
yang mampu membenahi struktur tanah. Ekoenzim juga berpengaruh terhadap tersedianya
nitrogen efektif tanah, nitrogen total, dan kalium. Penggunaan ekoenzim yang mengandung
bahan organik dapat meningkatkan kesuburan tanah sehingga unsur hara akan terserap
dengan baik ke dalam akar. Menurut Kurniawati (2018), penambahan bahan organik yang
ditambahkan ke dalam tanah dapat memulihkan sifat biologis tanah atau media tanam
karena mikroorganisme yang terkandung dapat menguraikan materi organik dalam tanah
sehingga ikut berkontribusi terhadap ketersediaan lebih banyak unsur hara di media
tanam.
3.4. Volume akar
Hasil analisis pada parameter volume akar menunjukkan perlakuan ekoenzim dengan
konsentrasi 10 ml/L memiliki hasil rata-rata volume akar terbaik. Volume akar
menunjukkan kemampuan dari tanaman dalam menghasilkan akar yang optimal sehingga
HJTAS. 2024, VOLUME 1, ISSUE 2 121
penyerapan hara disekitar media tanam dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Hal ini sesuai
dengan Mulyani (2013) mengemukakan bahwa perkembangan akar sangat ditentukan oleh
ketepatan dosis pemberian pupuk atau semakin tepat konsentrasi dosis yang diberikan
maka pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman akan semakin baik. Volume akar
sangat erat kaitannya dengan unsur hara makro N (nitrogen) (Herdiana, 2012). Ekoenzim
mensuplai unsur N (nitrogen) pada tanaman dalam bentuk nitrat sehingga tidak perlu
dirubah lagi oleh tanaman. Unsur nitrogen berperan dalam merangsang perkembangan
pada akar melalui pemberian unsur N dapat membentuk sistem perakaran yang baik
(Sandari & Yulias, 2016). Huruna & Maruapey (2015), menambahkan bahwa N berperan
dalam mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein yang berpengaruh pada
pembelahan, pemanjangan dan pembesaran akar tanaman. Menurut Lingga & Mursono
(2013), bahwa penambahan unsur hara larutan organik cair yang mengandung nitrogen
serta enzim-enzim pemecah protein melalui pemupukan akan merangsang pertumbuhan
akar dan meningkatkan unsur fosfor (P) bagi tanaman yang berguna untuk pertumbuhan
akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Unsur hara nitrogen yang terdapat pada
ekoenzim mampu diserap dengan baik oleh tanaman bayam jepang karena unsur nitrogen
berbentuk nitrat sehingga lebih mudah di mobilisasi, hal ini sesuai dengan penelitian
Hindersah et al., (2019) yang mengatakan bahwa aplikasi bahan organik cair dilaporkan
menurunkan rasio C:N tanah, sehingga unsur hara terutama nitrogen menjadi lebih mobil.
3.5. Biomassa tanaman
Biomassa organ tanaman merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan
hasil produksi tanaman bayam horenzo. Nilai rata-rata biomassa organ tertinggi
merupakan hasil dari perlakuan E5 dengan konsentrasi 15 ml/L. Hal ini disebabkan lebih
banyak unsur hara yang terdapat pada ekoenzim dengan konsentrasi 15 ml/L sehingga
terjadi peningkatan jumlah sel, ukuran, dan protoplasma. Kandungan unsur nitrogen dapat
memaksimalkan rasio protoplasma terhadap dinding sel sehingga ukuran sel meningkat
dengan dinding sel yang tipis. Protoplasma mengalami proses metabolisme dengan
merombak air dan garam anorganik membentuk simpanan makanan yang dapat digunakan
saat fotosintesis sehingga bermanfaat untuk memproduksi energi selama proses
pertumbuhan (Pramushinta & Yulian, 2020). Nilai berat basah dan berat kering
mempengaruhi nilai biomassa tanaman seiring dengan meningkatnya nilai pertumbuhan
tanaman. Biomassa tanaman merupakan hasil akumulasi keluaran fotosintesis dan
dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara. Karena ketersediaan unsur hara sebagai sumber
energi memegang peranan penting, maka derajat kecukupan unsur hara mempengaruhi
biomassa organ tanaman. Hal ini sesuai dengan penelitian Salisbury & Ross (1995) bahwa
nilai biomassa tanaman yang lebih tinggi berhubungan dengan jumlah daun tanaman yang
lebih tinggi. Jumlah daun dengan munculnya daun berwarna hijau menunjukkan adanya
klorofil yang dapat menghasilkan fotosintesis untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, yang pada akhirnya mempengaruhi berat basah sehingga meningkatkan
biomassa. Penjelasan lebih lanjut oleh Gardner et al. (1991) mengemukakan bahwa berat
kering tanaman merupakan keseimbangan antara serapan CO2 (fotosintesis) dan
pelepasan CO2 (respirasi). Hal ini sesuai dengan pandangan Li et al. (2013) bahwa pasokan
unsur hara menyebabkan kualitas dinding sel tanaman lebih tinggi, sehingga kadar air lebih
tinggi dan 50 asimilasi lebih baik. Kondisi ini menyebabkan peningkatan bobot segar
seluruh bagian tanaman dan biomassa tanaman.
3.6. Kadar klorofil daun
Hasil analisis pada kadar klorofil daun menunjukkan perlakuan ekoenzim dengan
konsentrasi 15 ml/L memiliki hasil rata-rata kandungan kadar klorofil total terbaik. Faktor
lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya kadar klorofil pada daun yaitu unsur hara
Magnesium (Mg) yang terkandung pada tanaman. Berdasarkan struktur klorofil,
kandungan Mg sangat menentukan total klorofil yang berada pada daun karena Mg
merupakan unsur hara utama untuk dapat mengikat cincin porfirin. Perlakuan E5 diduga
dapat menginduksi sintesis klorofil, dikarenakan unsur hara N dan Mg yang terkandung
HJTAS. 2024, VOLUME 1, ISSUE 2 122
didalam ekoenzim optimal. Hal ini sesuai dengan penelitian Hendriyani & Setiari (2009)
bahwa unsur N diperlukan oleh tanaman dalam jumlah banyak, salah satunya sebagai
penyusun klorofil. Kandungan klorofil tanaman sangat dipengaruhi oleh umur tanaman,
umur daun, morfologi daun dan faktor genetik (Setiari dan Nurcayati, 2009). Prastyo & Laily
(2015) mengemukakan lebih lanjut bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan
klorofil antara lain gen, cahaya, dan unsur N, Mg, dan Fe sebagai katalis dalam pembentukan
dan sintesis klorofil. Prasyarat lain untuk pembentukan klorofil diperlukan dalam jumlah
yang cukup diantaranya cahaya, ketersediaan zat besi dan magnesium. Unsur fosfor yang
terkandung dalam klorofil bertugas membentuk pigmen hijau pada daun, sehingga
kekurangan fosfor dapat mempengaruhi kestabilan klorofil pada tanaman. Perlakuan E5
juga dianggap mampu mengoptimalkan nutrisi N dan Mg dalam ekoenzim, sehingga
mendorong sintesis klorofil. Hal ini sesuai dengan penelitian Hendriyani dan Setiari (2009)
bahwa unsur N diperlukan dalam jumlah besar oleh tanaman, misalnya sebagai komponen
klorofil. Jumlah nitrogen yang tersedia menentukan jumlah klorofil yang terbentuk
(Campbell et al., 2004).
Ketersediaan unsur hara makro maupun mikro pada tanaman akan menjadikan
perkembangan tanaman dan produktivitasnya lebih baik karena unsur hara dapat
menyuburkan pertumbuhan tanaman. Selain itu, bahan organik yang terkandung dalam
ekoenzim dapat mengikat C organik di dalam tanah yang berakibat tersedianya unsur hara
NPK selama proses pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Unsur hara nitrogen memiliki
peran penting dalam pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegatatif yaitu membentuk
zat fotosintat untuk membentuk sel baru, proses pemanjangan sel dan penebalan jaringan.
Proses tersebut akan berlangsung cepat sesuai dengan penambahan karbohidrat sehingga
menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik, termasuk tinggi tanaman, jumlah daun,
maupun luas daun (Agustin et al., 2021). Ketersediaan unsur nitrogen yang optimal pada
tanaman dapat melancarkan metabolisme tanaman sehingga merangsang pertumbuhan
organ-organ tanaman seperti daun, batang, dan akar tanaman dan biomassa tanaman akan
meningkat (Sarif et al., 2015) dan menghasilkan kadar klorofil yang berbanding lurus
dengan peningkatan pertumbuhan tanaman.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan bayam
horenzo dengan pemberian nutrisi ekoenzim belum maksimal dibandingkan dengan
pertumbuhan bayam horenzo kontrol positif (pupuk campuran). Perlakuan E5 memiliki
kandungan klorofil tertinggi dibanding perlakuan EE lainnya sehingga memiliki potensi
dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk
peningkatan konsentrasi sehingga dapat menentukan konsentrasi optimal dan konsentrasi
toksik ekoenzim terhadap pertumbuhan bayam horenzo.
Ucapan Terima Kasih
Bapak Dadang Supriatna, Kang Resa Purnama, S.P., dan Kang Maman Suhendi memberikan
bantuan bimbingan selama dilakukannya penelitian di kebun Hidroponik Punclut. Ibu Sri
Rahayu Kartini, S.Si. dan Bapak Rahadian Deden Juansah, S.Pd. memberikan bantuan
bimbingan sebagai laboran.
Pendanaan
Bantuan Dana Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Anggaran 2023 Perjanjian/kontrak
nomor 1170/UN40/PT.01/2023 anggaran penelitian Hibah Fakultas.
References
Agusttin, Y. A., Lestari, M. W., & Mardiyani, S. A. (2021). Pengaruh pemangkasan dan
konsentrasi eco enzyme terhadap pertumbuhan dan kualitas tanaman junggulan
(Crassochephalum crepidioides). AGRONISMA, 9(2), 134-142.
https://jim.unisma.ac.id/index.php/AGRNM/article/view/12619/9860
HJTAS. 2024, VOLUME 1, ISSUE 2 123
Bastaman, A. (2020). Meningkatkan Konsumsi Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan. [Online].
Gemari.id. Diakses: https://gemari.id/gemari/2020/7/28/meningkatkan-konsumsi-
sayur-sayuran-dan-buah-buahan
Bohn, M., Novais, J., Fonseca, R., Tuberosa, R., & Grift, T. E. (2006). Genetic evaluation of root
complexity in maize. Acta Agronomica Hungarica, 54(3), 291-303.
https://doi.org/10.1556/AAgr.54.2006.3.3
Campbell, N. A., Reece, J. B. and Mitchell, L. G. (2004). Biologi Jilid III Edisi Kelima. Penerbit
Erlangga. Jakarta: 53 56.
https://www.academia.edu/60468539/Biologi_Campbell_Edisi_8_Jilid_2
Dhani, H., Wardati., & Rosmimi. (2014). Pengaruh Pupuk Vermikompos Pada Tanah
Inceptisol Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi Hijau (Brassica juncea L). Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Pertanian, 1(1), 1-11.
https://jnse.ejournal.unri.ac.id/index.php/JOMFAPERTA/article/view/2609/2541
Djafar, T. A., Barus, A., Barus, A., & Syukri, S. (2013). Respon Pertumbuhan dan Produksi
Sawi (brassica juncea l) terhadap Pemberian Urine Kelinci dan Pupuk Guano. Jurnal
Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 1(3), 95247.
https://dx.doi.org/10.32734/jaet.v1i3.2988
Erawan, D., Yani, W. O., & Bahrun, A. (2013). Pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (Brassica
juncea L.) pada berbagai dosis pupuk urea. Jurnal Agroteknos, 3(1), 19-25.
http://dx.doi.org/10.56189/ja.v3i1.2292
Febrianty, E., Saty, F. M., & Handayani, S. (2018). Analisis Usahatani Bayam Jepang (Spinacia
oleracea Linn) di Kelompok Tani RST Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung
Barat. Karya Ilmiah Mahasiswa. http://repository.polinela.ac.id/id/eprint/251
Fitriana, P. R., Setyobudi, L., & Santoso, M. (2016). Pengaruh pemberian kombinasi biokultur
kotoran sapi dan pupuk anorganik pada pertumbuhan dan hasil baby kailan (Brassica
oleracea var. Alboglabra). J Produksi Tanaman, 4(5), 325-331.
http://protan.studentjournal.ub.ac.id/index.php/protan/article/view/300/291
Gardner, F. P., Pearce, R. B., & Mitchell, R. L. (1991). Physiology of Crops Plants. Ames: The
lowa State University Press. https://www.semanticscholar.org/paper/Physiology-of-
crop-plants%3A-F.P.-Gardner%2C-R.B.-and-
Evans/af303d1ae63b1221c789c829eb3419db6709b679
Ginting, N. A., Ginting, N., Sembiring, I., & Sinulingga, S. (2021). Effect of Eco Enzymes
Dilution on the Growth of Turi Plant (Sesbania grandiflora). Jurnal Peternakan
Integratif, 9(1), 29-35. https://doi.org/10.32734/jpi.v9i1.6490
Ginting, N., & Mirwandhono, R. E. (2021, November). Productivity of Turi (Sesbania
grandiflora) as a multi purposes plant by eco enzyme application. In IOP Conference
Series: Earth and environmental science (Vol. 912, No. 1, p. 012023). IOP Publishing.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/912/1/012023
Gunawan, H., Puspitawati, M. D., & Sumiasih, I. H. (2019). Pemanfaatan Pupuk Organik
Limbah Budidaya Belimbing Tasikmadu Tuban Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Produksi Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.). Jurnal Bioindustri (Journal of
Bioindustry), 2(1), 413-425. https://doi.org/10.31326/jbio.v2i1.526.g299
Hanafiah, K. A. (2012). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
https://www.rajagrafindo.co.id/produk/dasar-dasar-ilmu-tanah/
Hasanah, Y., Marwani, L., & Hanum, H. (2020). Eco enzyme and its benefits for organic rice
production and disinfectant. Journal of Saintech Transfer, 3(2), 119-128.
https://talenta.usu.ac.id/jst/article/download/4519/3474
Hendriyani, I. S., & Setiari, N. (2009). Kandungan klorofil dan pertumbuhan kacang panjang
(Vigna sinensis) pada tingkat penyediaan air yang berbeda. Jurnal Sains &
Matematika, 17(3), 145-150. http://eprints.undip.ac.id/2335/
Herdiana, A. (2012). Analisis Spasial Indeks Kekeringan Thornthwaite Matter di Wilayah
Garut Jawa Barat. Skripsi. Bandung: Program Studi. Meteorologi Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung. https://xdocs.tips/doc/ta-kekeringan-
di-garut-metode-tortenwhhwitte-matterpdf-loxx4qww4gox
HJTAS. 2024, VOLUME 1, ISSUE 2 124
Hindersah, R., Nabila, A., & Yuniarti, A. (2019). Pengaruh Vermikompos dan Pupuk Majemuk
terhadap Ketersediaan Fosfat Tanah dan Hasil Kentang (Solanum tuberosum L.) di
Andisols. Jurnal Agrologia UNPAD, 8(1), 21-27.
https://scholar.archive.org/work/quperbyduncwxndscikwnhizf4/access/wayback/htt
ps://ojs.unpatti.ac.id/index.php/agrologia/article/download/874/385
Huruna, B., & Maruapey, A. (2015). Pertumbuhan dan produksi tanaman terung (Solanum
melongena L) pada berbagai dosis pupuk organik limbah biogas kotoran sapi. Jurnal
Agroforestri, 3(10), 217-226.
https://scholar.google.com/scholar?cluster=17452070907610132390&hl=en&oi=scho
larr
Jalaluddin, J., Nasrul, Z. A., & Syafrina, R. (2017). Pengolahan sampah organik buah-buahan
menjadi pupuk dengan menggunakan effektive mikroorganisme. Jurnal Teknologi Kimia
Unimal, 5(1), 17-29. https://doi.org/10.29103/jtku.v5i1.76
Kurniawati, I.L.F.M. (2018). Pengujian kualitas kompos di Kebun Raya Cibodas terhadap
pertumbuhan sawi hijau (Brassica rapa). Jurnal Hortikultura Indonesia, 9(1), 47-53.
https://doi.org/10.29244/jhi.9.1.47-53
Lingga, P. (2007). Hidroponik Bercocok Tanam tanpa Tanah. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
https://www.penebarswadaya.com/shop/teknologi/pertanian-dan-
industri/hidroponik-bercocok-tanam-tanpa-tanah/
Lingga, P., & Marsono. (2013). Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
https://books.google.com/books/about/Petunjuk_Penggunaan_Pupuk.html?hl=id&id=
KuX8CAAAQBAJ
Lukman, L. (2010). Efek Pemberian Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Status Hara pada
Bibit Mangga. Jurnal Hortikultura, 20 (1), 18-26.
https://dx.doi.org/10.21082/jhort.v20n1.2010.p%p
Mahdiannoor, M., Istiqomah, N., & Syarifuddin, S. (2016). Aplikasi Pupuk Organik Cair
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis. Ziraa'ah Majalah Ilmiah
Pertanian, 41(1), 1-10. http://dx.doi.org/10.31602/zmip.v41i1.314
Mulyani S, M. (2013). Pupuk dan cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.
https://inlislite.uin-suska.ac.id/opac/detail-opac?id=6243
Munarso, Y. P. (2011). Keragaan Padi Hibrida pada Sistem Pengairan Intermittent dan
Tergenang. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 30, 189-195.
https://dx.doi.org/10.21082/jpptp.v30n3.2011.p%p
Nugroho, B. (2004). Petunjuk Penggunaan Pupuk Organik. Jurnal Ilmu Pertanian, 13(9), 23-
27.
Pramushinta, I. A. K., & Yulian, R. (2020). Pemberian POC (Pupuk Organik Cair) Air Limbah
Tempe dan Limbah Buah Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Pertumbuhan dan
Produktivitas Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.). Journal Pharmasci, 5(1), 29-32.
https://scholar.archive.org/work/iy3hlmlgqnbdhctarb4koehlqa/access/wayback/http
://ejournal.akfarsurabaya.ac.id:80/index.php/jps/article/download/162/138
Prastyo, K. A., & Laily, A. N. (2015). Uji konsentrasi klorofil daun temu mangga (Curcuma
mangga Val.), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), dan temu hitam (Curcuma
aeruginosa) dengan Tipe kertas saring yang berbeda menggunakan
spektrofotometer. Prosiding KPSDA, 1(1).
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kpsda/article/view/5372/3788
Rahmah, A., Izzati, M., & Parman, S. (2014). Pengaruh pupuk organik cair berbahan dasar
limbah sawi putih (Brassica Chinensis L.) terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis
(Zea Mays L. Var. Saccharata). Anatomi Fisiologi, 22(1), 65-71.
http://eprints.undip.ac.id/44491/
Rukmana, R. (2005). Tenik Budidaya Bayam. Yogyakarta: Kanisius.
Safitri, S. E., Laili, S., & Lisminingsih, R. D. (2021). Uji Limbah Hasil Fermentasi Buah Maja
(Aegle marmelos) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa
l.). Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature), 4(1), 1-8.
https://doi.org/10.33474/j.sa.v4i1.8853
HJTAS. 2024, VOLUME 1, ISSUE 2 125
Salisburry, F.B., & C.W. Ross. (1995). Plant physiology. Boulder: Wadsworth Publ. Co., Inc.
https://www.academia.edu/92605758/Plant_Physiology_F_B_Salisbury_C_W_Ross_Eds
_Wadsworth_Publishing_Co_Belmont_California_1992_4th_ed_682_pp_ISBN_0_534_151
62_0_Price_20_95_pounds_sterling
Sandari, S., & Yulia, A. E. (2016). Pemberian beberapa jenis kompos terhadap pertumbuhan
bibit karet (Hevea brasiliensis) pada Stum Mini Klon PB260 dan Avros 2037 (Doctoral
dissertation, Riau University).
https://www.neliti.com/publications/202499/pemberian-beberapa-jenis-kompos-
terhadap-pertumbuhan-bibit-karethevea-brasiliens
Sarif, P., Hadid. A., & Wahyudi, I. (2015). Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) Akibat Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Urea. J. Agrotekbis, 3(5), 585591.
https://www.neliti.com/publications/249324/pertumbuhan-dan-hasil-tanaman-sawi-
brassica-juncea-l-akibat-pemberian-berbagai-d
Sembiring, S. D. B. J., Ginting, N., Umar, S., & Ginting, S. (2021). Effect of Eco Enzymes
Concentration on Growth and Production of Kembang Telang Plant (Clitoria ternatea L.)
as Animal Feed. Jurnal Peternakan Integratif, 9(1), 36-46.
https://doi.org/10.32734/jpi.v9i1.6491
Setiari, N., & Nurchayati, Y. (2009). Eksplorasi kandungan klorofil pada beberapa sayuran
hijau sebagai alternatif bahan dasar food supplement. Bioma, 11(1), 6-10.
http://eprints.undip.ac.id/1989/
Siregar, L. T., Wardati., & Armani. (2015). Pemberian Limbah Cair Biogas Sebagai Pupuk
Organik Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pembibitan
Utama. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Pertanian, 2(1), 1-12.
https://jnse.ejournal.unri.ac.id/index.php/JOMFAPERTA/article/view/6258/5958
Surtikanti, H. K., Kusumawaty, D., Sanjaya, Y., Priyandoko, D., Kurniawan, T., & Sisri, E. M.
(2021). Memasyarakatkan ekoenzim berbahan dasar limbah organik untuk peningkatan
kesadaran dalam menjaga lingkungan. Sasambo: Jurnal Abdimas (Journal of Community
Service), 3(3), 110-118. https://doi.org/10.36312/sasambo.v3i3.532
Suwardike, P., Wahyuni, P. S., & Artika, I. M. (2019). Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Ayam
Yang Difermentasi Em4 Dan Konsentrasi Biourine Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Bayam Jepang (Spinacia oleracea L.). Agro Bali: Agricultural Journal, 2(2), 106-114.
https://doi.org/10.37637/ab.v2i2.394
Suwardiyono, S., Maharani, F., & Harianingsih, H. (2019). Pembuatan Pupuk Organik Cair
Dari Air Rebusan Olahan Kedelai Menggunakan Effective Mikroorganisme. Jurnal Inovasi
Teknik Kimia, 4(2), 4448. http://dx.doi.org/10.31942/inteka.v4i2.3024
Torey, P. C., Nio, S. A., Siahaan, P., & Mambu, S. M. (2014). Karakter morfologi akar sebagai
indikator kekurangan air pada padi lokal Superwin (Root-morphological characters as
water-deficit indicators in local rice Superwin). Jurnal Bios Logos, 3(2).
https://doi.org/10.35799/jbl.3.2.2013.4431
Li, X., Wang, H., Gan, S., Jiang, D., Tian, G., & Zhang, Z. (2013). Eco-stoichiometric alterations
in paddy soil ecosystem driven by phosphorus application. PloS one, 8(5), e61141.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0061141
... Ekoenzim yang telah mengalami proses fermentasi sempurna ditandai dengan cairan berwarna cokelat dengan aroma asam segar khas fermentasi, bukan berbau busuk. Ekoenzim dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman (Warsito et al, 2023;Nurfadilah et al., 2024). Pupuk yang terbuat dari bahan-bahan alami diketahui lebih ramah lingkungan. ...
Article
Full-text available
Ecoenzyme is the result of fermentation of organic kitchen waste such as fruit and vegetable pulp, sugar and water. Ecoenzyme acts as various purposes such as pesticide and disinfectant. Therefore, we conducted community service activities aimed at providing a training in making ecoenzymes from household organic waste. Ecoenzyme-making training was given to the Family Welfare Development Group (PKK) in Gampong Kopelma Darussalam, Banda Aceh. The participants were lectured about ecoenzyme and its benefits and followed by discussion. It was then followed by a practical session on ecoenzymen-making activity. From this activity, the PKK group in Gampong Kopelma Darussalam, Banda Aceh, gained knowledge about a method to manage household organic waste become useful products. Furthermore, these skills can also be a source of additional income for local residents. During the training, the service team brought ready-made ecoenzymes and plants so they could provide examples of how to apply ecoenzymes to plants. The ecoenzyme and plants were given as souvenirs to the training participants.
Article
Full-text available
The Maja plant is a plant of the Rutaceae family that from tropical and subtropical regions of America. The benefits of Maja fruit fermentation waste can be used as organic liquid fertilizer. Pakcoy mustard is a vegetable that is needed by humans to meet their daily needs. The need for the vegetable market, especially Pakcoy mustard, has increased from year to year. Fertilizing plants is redundant to replace nutrients transported by plants, especially if the soil used for plant cultivation has a low fertility level, one of which is by utilizing the fermented Maja fruit waste can be used as liquid organic fertilizer containing elements macro and micronutrients needed by plants. This study aims to determine the effect of giving Maja fruit fermentation waste to the growth of mustard Pakcoy and to determine the best concentration for the growth of mustard Pakcoy. The method used in this study was an experimental method using a one-factor completely randomized design study (CRD) with concentrations of 0%, 10%, 20%, 30%, and 40% respectively 4 times with 5 treatments. The parameters observed in this study included plant height, number of leaves, root length, wet weight, dry weight, and abiotic factors. The research data were analyzed using analysis of variance (ANOVA), then if there was a significant difference, the LSD test was continued at 5%. The results showed that giving Maja fruit fermentation waste with a concentration of 40% affected increasing the wet weight of Pakcoy mustard with an average value of 82.50 grams.Keywords: Pakcoy Mustard, Maja Fruit Fermented Waste, Organic FertilizerABSTRAKTanaman maja adalah tumbuhan dari famili Rutaceae berasal dari daerah tropis dan subtropis di Amerika. Manfaat limbah fermentasi buah maja dapat digunakan sebagai pupuk cair organik. Sawi Pakcoy adalah sayuran yang sering diolah oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan. Terjadi peningkatan kebutuhan pakcoy setiap periode tahun. Pemberian pupuk terhadap tanaman mutlak diperlukan untuk menggantikan unsur hara. Media tanam budidaya sawi pakcoy pada tanah dengan tingkat kesuburan rendah perlu pemupukan, salah satu alternatif dengan pupuk cair organik limbah fermentasi buah maja yang mudah diperoleh. Limbah tersebut terbukti mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah hasil fermentasi buah maja terhadap pertumbuhan tanaman sawi pakcoy pada konsentrasi yang paling baik bagi pertumbuhan. Metode penelitian dilakukan secara eksperimen menggunakan desain rancangan acak lengkap (RAL).Perlakuan konsentrasi dimulai dari 0%; 10%; 20%; 30%; 40% dengan 4 kali ulangan. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini diantaranya tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, bobot basah, bobot kering, dan faktor abiotik. Analisis anova digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui adanya perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan kemudian dilanjut uji BNT 5%. Penelitian ini memberikan hasil bahwa pemberian limbah hasil fermentasi buah maja dengan konsentrasi 40% berpengaruh dalam peningkatan bobot basah sawi pakcoy dengan nilai rata-rata 82,50 g.Kata kunci : Sawi Pakcoy, Limbah Hasil Fermentasi Buah Maja, Pupuk Organik
Article
Full-text available
Eco Enzymes (EE) is one of the products of fermentation that comes from fruits and vegetables wastes. Enzymes and organic acid in Eco Enzymes has a positif effect on plant growth. This study aims to investigate dilution of Eco Enzymes and its application to improve the growth of Turi plants. This research used the completely randomized design method (CRD). The treatments consisted of P1 (1:300), P2 (1:200), dan P3 (1:100), and there were 5 replications. Parameters were plant height, stem diameter, number of branches, number of leaves and leaf width. The results of this research were that 1:100 dilution treatment had significant effect (p<0,05) on the the parameters of plant height, stem diameter, number of leaves and leaf width. However there was no significant effect on the number of branches. The best response to Eco Enzymes was 1: 100 dilution.
Article
Full-text available
KembangTelang plant is a legume that contains high protein for animal feed.This research aim to investigate the effect of giving Eco Enzymes (EE) at different concentration on the growth and production of KembangTelang plant (Clitoria ternatea L.) and it was conducted at the Compost Center, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra from October to December 2020. Research design was used a completely randomized design with two factors, namely Eco Enzymes concentration and watering application using plant infusion which was regulated by dropping rate. There were 3 treatments and 3 replications. The first factor were the concentration of Eco Enzymes, i. e K1=1% , K2=0,5%, K3=0,33%. The second factor were watering with a plant infusion system or a regulated dropping rate, T1= slow drop, T2= medium drop, and T3= quick drop. The parameters observed were plant height, number of leaves, number of branches, stem diameter, leaf width, production of fresh matter and production of dry matter.The results showed that the concentration of Eco EnzymesK1 1% gives a very real effect (P< 0.01) on the parameters of plant height, number of leaves, number of branches, and production of fresh matter, while on the parameters of stem diameter gives a real influence (P<0.05), and gives an unreal influence (P>0.05) on the parameters of leaf width, dry matter production and the use of plant infusion. The best response of Eco Enzymes administration was of 1% concentration.
Article
Full-text available
Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah sosialisasi tentang daur ulang limbah organik menjadi ekoenzim untuk menjaring data tentang kepedulian masyarakat terhadap limbah organik dan kebermanfaatan ekoenzim di kalangan masyarakat. Metode yang dilakukan adalah sosialisasi tatap muka, paparan secara online dan diskusi grup komunitas di media sosial. Jumlah mitra yang terlibat 21 orang wanita dari kelompok PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) di Desa Giri Mekar, Ujung Berung, Bandung. Pada kegiatan sosialisasi tersebut para peserta melakukan praktek membuat ekoenzim. Sedangkan penyampaian paparan secara online dan media sosial dilakukan untuk mencapai target responden dari generasi muda dan masyarakat umum dengan jumlah peserta lebih banyak (524 responden). Responden terdiri dari 82,3% wanita dan 17,7% pria. Angket penjaringan data menunjukkan bahwa masyarakat mengetahui tentang limbah organik (92,4%), ekoenzim (52,9%); kebermanfaatan ekoenzim untuk pupuk (64,1%); dan untuk lain-lain (44,8%). Hasil ini menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang belum melakukan daur ulang sampah organic menjadi ekoenzim. Walaupun sosialisasi ekoenzim terus dilakukan oleh para relawan melalui beberapa metoda. Promoting Ecoenzymes Based on Organic Waste to Increase Awareness in Protecting the Environment The purpose of this service activity is to socialize about recycling organic waste into eco enzymes to collect data about public awareness of organic waste and the benefits of eco enzymes among the community. The methods used are face-to-face socialization, online exposure, and community group discussions on social media. The number of partners involved was 21 women from the PKK (Family Welfare Empowerment) group in Giri Mekar Village, Ujung Berung, Bandung. In the socialization activity, the participants practiced making eco enzymes. Its use online and social media is carried out to reach the target respondents from the younger generation and the general public with a larger number of participants (524 respondents). Respondents consisted of 82.3% women and 17.7% men. The survey data shows that the public knows about organic waste (92.4%), eco enzymes (52.9%); the usefulness of eco enzymes for fertilizers (64.1%); and for others (44.8%). These results indicate that there are still people who have not recycled organic waste into eco enzymes. Although the socialization of eco enzymes continues to be carried out by volunteers in several ways.
Article
Full-text available
Turi ( Sesbania grandiflora ) is a multi-purpose plant, including leaves for animal feed, flowers for human food and wood for wood pellets. Eco enzyme is produced from the fermentation of fruits containing enzymes and organic acids. The application of Eco enzyme, among others as biocatalist to improve plant productivity. This paper aims to study dilution of Eco Enzym which was applied to Turi plants to increase its productivity This study used a completely randomized design, namely: T1: Eco enzyme dilution 1: 100; T2: 1: 200; T3: 1: 300 whereas there were 5 replications. Parameters were plant height, stem diameter, number of branches, leaf width and number of flowers. The results of this research were that the parameters of plant height, leaf of width, number of flowers had significant effect by the 1:100 dilution treatment (p<0,05). However, there was no significant effect on stem diameter and and the number of branches. The best response to eco enzyme was 1: 100.
Article
Full-text available
Dalam bidang pertanian terjadi kerusakan lingkungan termasuk kerusakan tanah karena penggunaan pupuk kimia secara berlebihan. Limbah merupakan kasus pencemaran lingkungan yang dapat menimbulkan permasalahan lingkungan dan memburuknya kesehatan bagi masyarakat, hal ini diakibatkan oleh limbah cair yang didapat dari berbagai kegiatan industri, terutama pada industri pangan karena menyisakan unsur-unsur yang langsung terbuang. Pemanfaatan berbagai limbah menjadi pupuk organik merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan. Air limbah tempe dan buah pepaya merupakan salah satu limbah produksi yang memiliki kandungan organik tinggi juga mengandung unsur hara makro dan mikro yang berpotensi memperbaiki struktur tanah dan membantu proses pertumbuhan tanaman. Sehingga dibuatlah pemanfaatan limbah tersebut dalam bentuk Pupuk Organik Cair yang diaplikasikan pada tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.). Peneliti mengangkat judul ini dengan tujuan untuk menguji pengaruh kedua limbah pada konsentrasi PO (0%), P1(10%), P2 (20%), dan P3 (30%) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) kemudian dilanjutkan uji ANOVA, uji LSD/BNT, dan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa POC air limbah tempe dan limbah buah pepaya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy. Konsentrasi yang memberikan hasil optimal adalah 30%. Kata kunci: Pupuk Organik Cair, limbah, air limbah tempe, buah pepaya, pakcoy
Article
Full-text available
Eco enzyme is a fermented liquid from organic waste fruits, vegetables, and other organic waste which is very useful for agriculture, health, and households. One of Deli Serdang villages that are very vulnerable to Covid-19 is Karang Anyar Village, located in Beringin District, only about 5 km from Kuala Namu International Airport. On the other hand, in Karang Anyar Village, there is a Mekar Pasar Kawat farmer group that cultivates organic rice that needs liquid organic fertilizer (LOF). This community service aims to educate the public about using an eco enzyme from household waste as liquid organic fertilizer (LOF) and disinfectant. Implementing community service that is carried out is training and practice of making eco enzyme and its benefits, direct practice of demonstration plot of rice cultivation by utilizing eco enzyme as LOF. The results are training and mentoring in making eco enzyme based on household waste, training and hands-on practice on applying eco enzyme in the environment as disinfectant, training, and direct demonstration plot rice cultivation by utilizing eco enzyme produced as organic fertilizer liquid
Article
Full-text available
Penelitian pembuatan pupuk organik cair dari air rebusan olahan kedelai dengan penambahan effevtive mikroorganisme (EM4) sebagai bioaktivator bertujuan untuk menentukan pengaruh waktu fermentasi terhadap kandungan Nitrogen (N) dan Fospor (P) dalam pupuk organik cair. Metode pembuatan pupuk organic cair inimerupakan proses fermentasi 500 ml air rebusan kedelai dalam bak fermentor dengan penambahan EM4 sebanyak 15ml dan sukrosa dan variasi waktu fermentasi 4,6,8,10,12,14 hari. Variasi pengambilan sampel berikutnya dilakukan dengan penambahan EM4 sebanyak 5,10,15, 20 ml dan waktu fermentasi 14 hari. Parameter yang diuji adalah prosentase nitrogen dan Fosfor menggunakan uji Kjeldah dan dilanjutkan dengan uji kandungan Fosfor menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 650-750nm. Hasil dari penelitian ini dengan penambahan 15 ml EM4 diperoleh prosentase nitrogen dan phosphor pada hari ke-10 sebesar 0,302% dan 0,0068%. Semakin lama waktu fermentasi maka prosentase semakin turun antara lain pada waktu 14 hari kandungan nitrogen dan phosphor yang diperoleh 0,128 % dan 0,0014%.. Kata kunci : Air rebusan Kedelai, Effective Microorganisme, Pupuk Organik Cair
Article
Full-text available
Pemanfaatan limbah sampah buah-buahan yang sudah tidak terpakai lagi untuk pembuatan pupuk organik cair dengan bantuan Effective mikroorganisme (EM-4). Tahapan kerja dalam penelitian ini adalah tahap persiapan bahan baku dan tahap analisa seperti: analisa pH, nitrogen, fosfor dan kalium. Untuk analisa pH menggunakan pH meter dengan hasil terbaik diperoleh 6.89 pada volume EM-4 sebanyak 40 ml dengan waktu fermentasi 9 hari, sedangkan untuk analisa nitrogen, fosfor dan kalium yaitu hasil yang terbaik diperoleh untuk nitrogen sebesar 2.80% volume EM-4 sebanyak 70 ml dengan waktu fermentasi 15 hari , fosfor yang terbaik diperoleh sebesar 1.16% pada waktu fermentasi 18 hari dengan volume EM-4 sebanyak 70 ml diukur dengan menggunakan alat spectrophotometer dan kandungan kalium yang terbaik di peroleh 0.64 pada volume EM-4 sebanyak 70 ml dengan waktu fermentasi 18 hari diukur dengan menggunakan alat Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).
Article
Full-text available
Abstrak Evaluasi karakter morfologi akar telah dilakukan untuk menentukan karakter morfologi akar yang potensial sebagai indikator adanya kekurangan air pada padi (Oryza sativa L.) di antara panjang akar, volume akar, berat basah akar, berat kering akar, rasio akar:tajuk dan rasio panjang akar:tinggi tanaman. Eksperimen ini dilakukan di rumah kaca dan menggunakan 2 varietas padi (Superwin dan IR 64) pada fase vegetatif yang ditumbuhkan pada media tanah di polybag dengan perlakuan kekeringan (tidak disirami selama 14 hari) dan disirami sampai kapasitas lapang (kontrol). Panjang akar dan rasio panjang akar:tinggi tanaman dapat dijadikan indikator kekurangan air pada padi Superwin dan IR 64. Superwin yang merupakan padi sawah dapat dipertimbangkan untuk ditanam di lahan kering. Kata kunci: indikator, kekeringan, morfologi akar Abstract Root-morphological characters in rice (Oryza sativa L.) were evaluated to determine the potential characters as water-deficit indicators among the length, volume, fresh weight, dry weight, ratio root:shoot and ratio root length:plant height. The experiment was conducted in the glasshouse using 2 rice varieties (cv. Superwin and IR 64) grown in the soil mixture at the vegetative phase. The treatments in this experiment were water deficit (without water for 14 days) and well-watered (watering until field capacity). The root length and ratio root length:plant height were potential as water- deficit indicators in Superwin dan IR 64. The upland rice, Superwin, should be considered to be cultivated in the water limited area. Keywords: drought, indicator, root morphology