ArticlePDF Available

Penggunaan Sistem Hidroponik sebagai Alternatif Optimalisasi Budidaya Sayuran Organik: Studi Kasus Desa Tanjung Hutan

Authors:

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mendorong pemberdayaan hidroponik sebagai alternatif optimalisasi budidaya sayuran organik. Pemberdayaan hidroponik yang telah dilakukan memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1) Pertumbuhan dan hasil panen yang optimal untuk sayuran organik, 2) Mempromosikan hidroponik sebagai alternatif budidaya sayuran organik dengan teknik pengendalian hama dan penyakit yang efektif dan ramah lingkungan, 3) Pengembangan teknik pengelolaan air dan energi yang efisien, seperti penggunaan sistem daur ulang air dan teknologi penghematan energi, 4) Pengembangan program pemberdayaan yang menyediakan pengetahuan dan keterampilan tentang budidaya hidroponik organik, termasuk aspek teknis, manajemen, dan keberlanjutan. Dengan adanya pemberdayaan hidroponik, diharapkan masyarakat Desa Tanjung Hutan dapat meningkatkan ketersediaan sayuran organic, mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintesis, serta memberikan manfaat ekonomi melalui peluang kerja dan usaha baru. Selain itu, optimalisasi budidaya sayuran organik memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan pangan organik yang berkualitas tinggi dan berkelanjutan.
Studium: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat p-ISSN 2807-1263
DOI: 10.53867/jpm.v3i2.95 e-ISSN 2807-1212
97
Penggunaan Sistem Hidroponik sebagai Alternatif Optimalisasi
Budidaya Sayuran Organik: Studi Kasus Desa Tanjung Hutan
Zulgani1, Dwi Hastuti2, Junaidi3, Parmadi4, Rafiqi5, Hardiani6
1,2,3,4,5,6) Prodi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jambi
Abstract
This article aims to introduce and promote hydroponics as an alternative for optimizing organic
vegetable cultivation. The hydroponic use has several objectives, namely: 1) Achieving optimal growth
and harvest results for organic vegetables, 2) Advocating hydroponics as an alternative method for
cultivating organic vegetables with effective and environmentally friendly pest and disease control
techniques, 3) Developing efficient water and energy management techniques, such as implementing
water recycling systems and energy-saving technologies, 4) Establishing empowerment programs that
provide knowledge and skills related to organic hydroponic cultivation, covering technical, managerial,
and sustainability aspects. With the implementation of hydroponic empowerment, it is expected that the
community in Tanjung Hutan Village can increase the availability of organic vegetables, reduce
dependency on synthetic chemicals, and provide economic benefits through job opportunities and new
enterprises. Furthermore, optimizing organic vegetable cultivation holds significant potential in
meeting the demand for high-quality and sustainable organic food.
Keywords: empowerment, hydroponics, cultivation optimization
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mendorong pemberdayaan hidroponik sebagai
alternatif optimalisasi budidaya sayuran organik. Pemberdayaan hidroponik yang telah dilakukan
memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1) Pertumbuhan dan hasil panen yang optimal untuk sayuran organik,
2) Mempromosikan hidroponik sebagai alternatif budidaya sayuran organik dengan teknik
pengendalian hama dan penyakit yang efektif dan ramah lingkungan, 3) Pengembangan teknik
pengelolaan air dan energi yang efisien, seperti penggunaan sistem daur ulang air dan teknologi
penghematan energi, 4) Pengembangan program pemberdayaan yang menyediakan pengetahuan dan
keterampilan tentang budidaya hidroponik organik, termasuk aspek teknis, manajemen, dan
keberlanjutan. Dengan adanya pemberdayaan hidroponik, diharapkan masyarakat Desa Tanjung Hutan
dapat meningkatkan ketersediaan sayuran organic, mengurangi ketergantungan pada bahan kimia
sintesis, serta memberikan manfaat ekonomi melalui peluang kerja dan usaha baru. Selain itu,
optimalisasi budidaya sayuran organik memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan pangan
organik yang berkualitas tinggi dan berkelanjutan.
Kata kunci: pemberdayaan, hidroponik, optimalisasi budidaya
Pendahuluan
Budidaya sayuran organik semakin mendapatkan perhatian yang meningkat dari
masyarakat global yang semakin sadar akan pentingnya makanan sehat dan berkelanjutan.
Namun, tantangan dalam memproduksi sayuran organik dengan kualitas yang tinggi dan
konsisten terus ada, terutama dalam hal pengendalian lingkungan dan penggunaan sumber daya
yang efisien. Dalam upaya untuk mencapai tujuan ini, penggunaan sistem hidroponik sebagai
Penulis korespondensi
Email: dwihastuti@unja.ac.id
Diterima: 14-11-2023
Direvisi: 23-11-2023
Disetujui: 30-11-2023
Dipublikasi: 01-12-2023
Studium Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Volume 3, Nomor 2, September-Desember 2023
98
alternatif dalam budidaya sayuran organik telah menjadi sorotan di berbagai negara. Studi
kasus lintas negara telah dilakukan untuk mengeksplorasi potensi dan efektivitas penggunaan
sistem hidroponik dalam meningkatkan budidaya sayuran organik. Melalui studi kasus ini,
berbagai aspek seperti hasil panen, kualitas produk, efisiensi penggunaan air dan nutrisi, serta
pengendalian hama dan penyakit dievaluasi untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang keberhasilan dan tantangan dalam menerapkan sistem hidroponik pada budidaya
sayuran organik.
Perkembangan hidroponik telah banyak diadopsi oleh negara-negara barat (Umapriya et
al., 2019). Selain itu, negara-negara terkemuka dalam teknologi hidroponik adalah Belanda,
Australia, Prancis, Inggris, Israel, Kanada, dan Amerika Serikat (Sharma et al., 2018).
Hidroponik adalah teknik budidaya tanaman (buah, sayur, dan bunga) dengan memanfaatkan
air dan tanaman tanpa tanah sebagai media tanam, dimana sistem hidroponik yang
dikembangkan hingga saat ini (Alshrouf, 2017; Ampim, dkk., 2022; Emberger, 2016; Idham,
dkk., 2022; Kumari, dkk., 2018; Modu, dkk., 2020; Salvi & Karwe, 2014; Szekely & Jijakli,
2022; Umapriya, dkk., 2019; Velazquez-Gonzalez, dkk., 2022; Xavier, dkk., 2019) sehingga
hidroponik dianggap dapat memecahkan beberapa tantangan dalam pendekatan pertanian
(Ampim, dkk., 2022; Gruda & Fernández; 2022; Velazquez-Gonzalez, dkk., 2022). Hal ini
termasuk permasalahan lahan pertanian yang terus berkurang dan berdampak pada masalah
bercocok tanam (Lucas Alipio, dkk., 2022; Wiyono, dkk., 2021). Hidroponik tidak
membutuhkan jumlah lahan subur yang sama dengan pertanian tradisional (Dhananjani &
Pakeerathan, 2023; Monsees, dkk., 2019; Sharma, dkk., 2018) dan membuat lingkungan bebas
dari pencemaran (Arcas-Pilz et al., 2022; Dhananjani & Pakeerathan, 2023; Farhangi et al.,
2023; Lucas Alipio et al., 2022).
Dengan memperoleh wawasan dari studi kasus lintas negara, diharapkan kita dapat
melihat peluang dan tantangan dalam menerapkan sistem hidroponik dalam budidaya sayuran
organik di berbagai konteks global. Hal ini akan membantu para petani, peneliti, dan pemangku
kepentingan terkait untuk mengembangkan strategi dan inovasi yang lebih baik guna
memperbaiki produksi sayuran organik secara berkelanjutan dan efisien di masa depan.
Budidaya sayuran organik telah menjadi fokus utama dalam upaya memenuhi kebutuhan
makanan sehat dan berkelanjutan di seluruh dunia. Di Desa Tanjung Hutan, Kabupaten
Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia, sistem hidroponik telah digunakan sebagai
alternatif untuk mengoptimalkan budidaya sayuran organik. Studi kasus ini akan
mengeksplorasi penggunaan sistem hidroponik di desa tersebut dan menganalisis manfaat serta
tantangan yang terkait dengan penerapannya. Implementasi sayuran hidroponik ini
dikembangkan dengan cara menyemai benih pada media tanam yang disebut rockwool yang
dibasahi air. Kemudian, setelah benih berkecambah dalam waktu seminggu, sayuran
dipindahkan ke dalam pipa hidroponik yang telah diisi air dan nutrisi (Cifuentes-Torres et al.,
2021; Idham et al., 2022; Sánchez et al., 2021; Shaik et al., 2022). Hidroponik memiliki potensi
dan keuntungan finansial sebagai alternatif dalam skala home industry (Bumgarner &
Hochmuth, 2019; Kholis et al., 2022).
Banyaknya peralatan yang digunakan dalam sistem pertanian hidroponik menimbulkan
kendala utama bagi pelaku usaha, yaitu memerlukan pengalaman dan keahlian yang tinggi.
Hidroponik menuntut perhatian ekstra terhadap nutrisi, pertumbuhan tanaman, dan risiko
serangan hama dan penyakit (Alshrouf, 2017; Cifuentes-Torres et al., 2021; Ferguson et al.,
Penggunaan sistem hidroponik- Zulgani, Hastuti, Junaidi, Parmadi, Rafiqi, Hardiani
99
2014; Pelayo Lind et al., 2021; Salvi & Karwe, 2014; Uvidia et al., 2023; Weber, 2016). Oleh
karena itu, pendampingan desa sangat diperlukan sebagai implementasi hasil penyuluhan dan
pelatihan (Ariana, 2018; Faizal Rachman & Suprina, 2019; Fitriani, 2019; Holik et al., 2020;
Husna Nadhifah et al., 2021; Komarudin et al., 1999; Pratiwi & Cahyono, 2020; Sitimulyo et
al., 2017). Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan memberikan
pendampingan pembelajaran dan pelatihan budidaya sayuran (Arief, 2022).
Sistem hidroponik telah menjadi metode standar untuk penelitian biologi tanaman dan
digunakan secara komersial dalam produksi beberapa tanaman, termasuk selada dan tomat.
Dalam komunitas penelitian tanaman, berbagai sistem hidroponik dirancang untuk
mempelajari respon tanaman terhadap cekaman biotik dan abiotik. Protokol hidroponik yang
kami sajikan dapat dengan mudah diimplementasikan di laboratorium yang berminat untuk
melanjutkan studi tentang nutrisi mineral tanaman. Protokol ini merinci sistem hidroponik dan
persiapan bahan tanaman untuk eksperimen yang sukses. Sebagian besar bahan yang dijelaskan
dapat ditemukan di luar perusahaan pemasok ilmiah, membuat pengaturan eksperimen
hidroponik menjadi lebih terjangkau dan nyaman.
Desa Tanjung Hutan, dengan potensi sumber daya alam dan lahan yang terbatas,
menghadapi kendala dalam memproduksi sayuran organik berkualitas tinggi. Namun, dengan
menggunakan sistem hidroponik, desa ini berhasil mencapai hasil yang mengesankan dalam
budidaya sayuran organik secara efisien. Studi kasus ini akan menggambarkan pendekatan
yang diambil oleh petani di Desa Tanjung Hutan dalam menerapkan sistem hidroponik. Mereka
menggunakan teknik rakit apung sebagai metode utama budidaya dan mengatur nutrisi dengan
cermat sesuai dengan kebutuhan tanaman. Selain itu, teknologi canggih seperti penggunaan
sensor kelembaban tanah dan pengaturan otomatis nutrisi juga telah diterapkan untuk
memastikan lingkungan tumbuh yang optimal.
Melalui penggunaan sistem hidroponik, petani di Desa Tanjung Hutan telah mencapai
hasil panen yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional. Mereka juga
melaporkan peningkatan kualitas sayuran organik yang dihasilkan, termasuk tekstur, rasa, dan
nilai gizi yang lebih baik. Penggunaan air dan nutrisi dalam sistem hidroponik ini jauh lebih
efisien dibandingkan dengan pertanian konvensional, sehingga mengurangi dampak
lingkungan negatif. Melalui studi kasus ini, kita memperoleh pemahaman tentang dampak
positif penggunaan sistem hidroponik sebagai alternatif budidaya sayuran organik di Desa
Tanjung Hutan. Pengetahuan ini memberikan wawasan berharga bagi petani, peneliti, dan
pemangku kepentingan di Provinsi Kepulauan Riau serta daerah lainnya untuk menerapkan
metode hidroponik guna meningkatkan produksi sayuran organik secara berkelanjutan dan
efisien.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa partisipasi aktif masyarakat sekitar Danau
Tangkas dalam penerapan "Penggunaan Sistem Hidroponik Sebagai Alternatif Optimalisasi
Budidaya Sayuran Organik: Studi Kasus Desa Tanjung Hutan" memiliki potensi besar dalam
pemberdayaan masyarakat.
Studium Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Volume 3, Nomor 2, September-Desember 2023
100
Metode Pengabdian
Metode dan peserta
Metode pelaksanaan skema pengabdian internasional Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UNJA tahun 2023 dimulai dengan tahap observasi, yang terdiri dari tiga
langkah utama, yaitu persiapan, observasi, dan evaluasi. Dalam tahap persiapan, dilakukan
focus group discussion (FGD) bersama warga dan observasi lapangan. Metode pelaksanaan
dilanjutkan dengan pembentukan kelompok, pendekatan persuasif atau ajakan, observasi
potensi desa, dan evaluasi kegiatan melalui pemetaan potensi. Metode evaluasi dilaksanakan
melalui diskusi dengan mitra. Hasil kegiatan ini menunjukkan peningkatan pemahaman dan
kompetensi warga yang bergerak ke arah yang lebih baik (Aly et al., 2020).
Secara keseluruhan, metode penyuluhan dalam pengabdian ini menggunakan pendekatan
partisipatif dengan melibatkan demonstrasi dan praktik (Satrya et al., 2019). Pendekatan ini
mengadopsi teknik yang sejalan, dengan merinci: 1) Pembangunan komunitas, 2)
Persuasif/ajakan, 3) Edukatif, 4) Partisipatif, dan 5) Normatif.
Gambar 1. Metode penyuluhan pengabdian
Gambar 2. Pemberdayaan hidroponik
Penggunaan sistem hidroponik- Zulgani, Hastuti, Junaidi, Parmadi, Rafiqi, Hardiani
101
Pelaksanaan pengabdian
Pembangunan wilayah pedesaan bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial
dan ekonomi masyarakat melalui pengembangan kawasan potensial (Suyitman et al., 2019).
Pengembangan kawasan lokal diharapkan dapat meningkatkan daya saing (Nugroho &
Rusydiana, 2018). Pemberdayaan hidroponik diharapkan dapat meningkatkan produksi hasil
pertanian (Hadi, 2015). Potensi sektor pertanian menjadi tantangan pasca pandemi karena
banyaknya permintaan dan menjawab permasalahan keterbatasan lahan saat ini. Pelaksanaan
Pengabdian Internasional ini melibatkan dosen, tim ahli pembuatan hidroponik, dan mahasiswa
dalam kurun waktu kegiatan 8 (delapan) bulan.
Pada pelaksanaan tahap ke-2 (dua) pengabdian skema PPM Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UNJA Tahun 2023 terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: 1) Survei lokasi penyuluhan PPM
pengabdian, 2) Negosiasi mitra atau kerjasama mitra, 3) Pendataan kelompok, 4) Penetapan
izin lapangan, dan 5) Monitoring dan evaluasi kegiatan. Kegiatan pengabdian kepada
masyarakat dipetakan sebagai langkah-langkah dalam implementasi, yang ditunjukkan pada
gambar berikut:
Gambar 3. Langkah implementasi
Selanjutnya, perlunya penguatan ekonomi masyarakat Desa Tanjung Hutan yang
berkelanjutan dengan penerapan hidroponik dan disertai dengan adanya pendampingan berupa
sentuhan teknologi serta pembinaan lanjutan agar proses produksi menjadi lebih efisen dan
tepat guna. Berikut adalah langkah-langkah umum untuk membuat sistem tanaman hidroponik:
Gambar 4. Membuat sistem tanaman hidroponik
Studium Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Volume 3, Nomor 2, September-Desember 2023
102
Hasil dan Pembahasan
Hasil pemberdayaan sistem hidroponik sebagai alternatif optimalisasi budidaya sayuran
organik memberikan dampak positif dalam berbagai aspek, membawa perubahan signifikan
pada praktik budidaya konvensional. Berikut adalah beberapa hasil yang diperoleh dari
implementasi sistem hidroponik:
1. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air: Sistem hidroponik mengubah cara
pengelolaan air dalam budidaya sayuran. Dengan menyuntikkan nutrisi langsung ke
akar tanaman, sistem ini meminimalkan kebutuhan air secara keseluruhan. Efisiensi ini
menjadikan sistem hidroponik sebagai solusi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan
dalam penggunaan sumber daya air.
2. Pengendalian Nutrisi yang Lebih Baik: Nutrisi tanaman dalam hidroponik dapat
dikontrol dengan lebih presisi. Hal ini memungkinkan penyesuaian nutrisi sesuai
kebutuhan tanaman, menghasilkan pertumbuhan dan kualitas sayuran organik yang
optimal. Pengendalian yang baik juga mengurangi ketergantungan pada pestisida dan
pupuk kimia, mendukung pertanian organik yang lebih bersih dan sehat.
3. Pengurangan Penggunaan Lahan: Sistem hidroponik memungkinkan budidaya
sayuran organik di ruang yang terbatas. Dengan memanfaatkan rak atau sistem
tumpangsari, lebih banyak tanaman dapat ditanam dalam area yang lebih kecil
dibandingkan dengan metode konvensional di tanah. Penggunaan lahan yang efisien ini
menjadi solusi relevan untuk pertanian perkotaan yang terbatas.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit: Lingkungan terkendali dalam sistem hidroponik,
bersamaan dengan penggunaan media tanam steril, mengurangi risiko serangan hama
dan penyakit. Pembudidayaan tanaman terpisah satu sama lain juga membantu
meminimalkan penyebaran penyakit antartanaman, menciptakan lingkungan yang lebih
sehat.
5. Peningkatan Produktivitas dan Hasil Panen: Nutrisi yang langsung tersedia dan
lingkungan terkendali dalam hidroponik mendukung pertumbuhan tanaman yang lebih
cepat dan produktif. Dengan pengaturan yang baik, sistem hidroponik dapat
menghasilkan panen yang lebih tinggi, memberikan peluang ekonomi yang lebih baik
bagi para petani dan produsen sayuran organik.
6. Pengurangan Dampak Lingkungan: Melalui pengurangan penggunaan pestisida dan
pupuk kimia, serta optimalisasi penggunaan air dan lahan, sistem hidroponik
memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan. Dengan demikian, dampak negatif
seperti erosi tanah dan pencemaran air dapat diredam, mendukung keberlanjutan
sumber daya alam.
Dengan memahami dan menerapkan sistem hidroponik sebagai alternatif budidaya
sayuran organik, diharapkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan dalam produksi sayuran
organik dapat terus meningkat. Pemberdayaan melalui inovasi budidaya semacam ini menjadi
kunci dalam mencapai pertanian yang berkelanjutan di masa depan.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan pengabdian yang dilakukan dalam pemberdayaan sistem hidroponik sebagai
alternatif optimalisasi budidaya sayuran organik, diperoleh kesimpulan bahwa sistem
hidroponik memiliki potensi besar dalam meningkatkan produktivitas, efisiensi penggunaan
Penggunaan sistem hidroponik- Zulgani, Hastuti, Junaidi, Parmadi, Rafiqi, Hardiani
103
sumber daya, dan kualitas sayuran organik. Temuan utama dari pengabdian ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Pengabdian masyarakat berhasil dalam menyebarkan pengetahuan tentang sistem
hidroponik kepada petani dan masyarakat terkait. Hal ini signifikan meningkatkan
pemahaman mereka tentang keuntungan dan praktik budidaya hidroponik. Informasi
yang disampaikan membuka wawasan baru dan memberikan landasan bagi adopsi
sistem hidroponik secara lebih luas.
2. Pembangunan unit atau area demonstrasi hidroponik memberikan contoh praktik
budidaya yang efektif. Langkah ini membantu petani dalam memahami konsep dan
teknik budidaya hidroponik secara langsung. Demonstrasi ini juga berperan sebagai
model inspiratif yang dapat diikuti oleh petani dalam menerapkan sistem hidroponik di
lahan mereka sendiri.
3. Bantuan teknis yang diberikan kepada petani atau kelompok tani dalam menerapkan
sistem hidroponik terbukti efektif. Ini membantu mereka dalam mengatasi tantangan
yang muncul dan secara signifikan meningkatkan keterampilan mereka dalam
mengelola budidaya hidroponik. Dukungan teknis ini menjadi kunci dalam menjamin
kesuksesan implementasi.
4. Kolaborasi yang terjalin antara petani, peneliti, pemerintah daerah, dan pihak terkait
lainnya memperkuat pengembangan sistem hidroponik. Jaringan ini memfasilitasi
pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya. Kolaborasi semacam ini
mendukung pengembangan lebih lanjut dan memperkuat ekosistem pertanian lokal.
Melalui langkah-langkah tersebut, pemberdayaan sistem hidroponik terbukti memberikan
dampak positif pada tingkat pemahaman masyarakat, implementasi teknis, dan sinergi
antarstakeholder. Implementasi yang efektif dari sistem hidroponik bukan hanya meningkatkan
budidaya sayuran organik, tetapi juga memberdayakan masyarakat untuk mengadopsi praktik
pertanian yang lebih berkelanjutan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa saran dapat diberikan untuk pengembangan
lebih lanjut pemberdayaan sistem hidroponik sebagai alternatif optimalisasi budidaya sayuran
organik:
1. Melanjutkan pelatihan dan pendampingan kepada petani dalam menerapkan sistem
hidroponik. Ini dapat mencakup aspek teknis, manajerial, dan pemasaran agar petani
dapat mengoptimalkan potensi sistem hidroponik secara menyeluruh.
2. Mendorong kolaborasi yang lebih luas antara petani, peneliti, pemerintah daerah, dan
lembaga terkait lainnya. Kolaborasi ini dapat mencakup pertukaran pengetahuan,
pengalaman, dan sumber daya, serta penelitian bersama untuk terus meningkatkan
efisiensi dan keberlanjutan sistem hidroponik.
3. Mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan kebijakan dan regulasi yang
mendukung penggunaan sistem hidroponik dalam budidaya sayuran organik. Ini
termasuk insentif, bantuan teknis, dan fasilitas pendukung lainnya untuk mendorong
adopsi sistem hidroponik.
4. Mendorong penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan teknologi hidroponik yang
lebih efisien, ramah lingkungan, dan terjangkau. Inovasi dalam hal media tanam,
nutrisi, pengendalian hama dan penyakit, serta penggunaan energi dapat terus
ditingkatkan untuk meningkatkan keberlanjutan dan efektivitas sistem hidroponik.
5. Menyebarkan informasi dan pengetahuan tentang sistem hidroponik kepada petani,
masyarakat, dan pemangku kepentingan terkait lainnya melalui berbagai media dan
platform komunikasi. Ini termasuk penyuluhan, pelatihan, publikasi, dan kegiatan
Studium Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Volume 3, Nomor 2, September-Desember 2023
104
penyadaran untuk meningkatkan kesadaran tentang manfaat dan praktik budidaya
hidroponik.
Daftar Pustaka
Alshrouf, A. (2017). Hydroponics, Aeroponic and Aquaponic as Compared with Conventional
Farming. American Scientific Research Journal for Engineering, 27(1), 247255.
http://asrjetsjournal.org/
Aly, M. N., Suharto, B., Nurhidayati, S. E., Nuruddin, N., & Triwastuti, R. (2020).
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pendampingan Desa Wisata Di Desa
Bejijong Kabupaten Mojokerto. Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public
Services). https://doi.org/10.20473/jlm.v4i2.2020.390-399
Ampim, P. A. Y., Obeng, E., & Olvera-Gonzalez, E. (2022). Indoor Vegetable Production: An
Alternative Approach to Increasing Cultivation. Plants, 11(21), 128.
https://doi.org/10.3390/plants11212843
Arcas-Pilz, V., Parada, F., Rufí-Salis, M., Stringari, G., González, R., Villalba, G., & Gabarrell,
X. (2022). Extended use and optimization of struvite in hydroponic cultivation systems.
Resources, Conservation and Recycling, 179.
https://doi.org/10.1016/j.resconrec.2021.106130
Arief, H. (2022). Urban Farming Micro-Entrepreuner and Digital Marketing. ICCD
(International Conference on Community Development), 4(1), 5458.
Bumgarner, N., & Hochmuth, R. (2019). An Introduction to Small-Scale Soilless and
Hydroponic Vegetable Production. Assistant Professor and Extension Specialist,
Department of Plant Sciences, University of Tennessee, 1(7), 16.
Cifuentes-Torres, L., Mendoza-Espinosa, L. G., Correa-Reyes, G., & Daesslé, L. W. (2021).
Hydroponics with wastewater: a review of trends and opportunities. Water and
Environment Journal, 35(1), 166180. https://doi.org/10.1111/wej.12617
Dhananjani, B. A., & Pakeerathan, K. (2023). Organic Nutrient Solutions for Hydrophonic
Spinach (Basella alba) Production in Urban Agriculture. Journal of Agricultural Sciences
- Sri Lanka, 18(1), 0113. https://doi.org/10.4038/jas.v18i1.10095
Emberger, G. (2016). How A Simplifed Integrated Fish ! Do = Culture Hydroponics Sys tem It.
The American Biology Teacher, 53(4), 233235.
Faizal Rachman, A., & Suprina, R. (2019). Pendampingan Desa Cipasung Menuju Desa Wisata.
Jurnal Pemberdayaan Pariwisata, 1(1), 920.
http://jurnalpariwisata.stptrisakti.ac.id/index.php/JPP/article/view/1323
Farhangi, H., Mozafari, V., Roosta, H. R., Shirani, H., & Farhangi, M. (2023). Optimizing
growth conditions in vertical farming: enhancing lettuce and basil cultivation through the
application of the Taguchi method. Scientific Reports, 13(1), 116.
https://doi.org/10.1038/s41598-023-33855-z
Ferguson, S. D., Saliga, R. P., & Omaye, S. T. (2014). Investigating the Effects of Hydroponic
Media on Quality of Greenhouse Grown Leafy Greens. Int. J. Agr.
Gruda, N. S., & Fernández, J. A. (2022). Optimising Soilless Culture Systems and Alternative
Growing Media to Current Used Materials. Horticulturae, 8(4), 1013.
https://doi.org/10.3390/horticulturae8040292
Hadi, P. (2015). Reformasi Kebijakan Penciptaan Nilai Tambah Produk Pertanian Indonesia.
Manajemen dan Kinerja Pembangunan Pertanian.
Holik, A., Khirzin, M. H., & Aji, A. A. (2020). PKM Pemanfaatan Limbah Kotoran Sapi
Menjadi Biogas Sebagai Sumber Energi Alternatif di Kelurahan Bulusan Kecamatan
Kalipuro Kabupaten Banyuwangi. J-Dinamika : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 5(2),
14. https://doi.org/10.25047/j-dinamika.v5i2.1517
Penggunaan sistem hidroponik- Zulgani, Hastuti, Junaidi, Parmadi, Rafiqi, Hardiani
105
Idham, A., Khairul Kamal, F., Sri Utami, A., Muthiah, A., Siddiq, H., & Ahlal Fikri, R. (2022).
Utilization of Empty Land for Farming Using the Hydroponic Plant Method. Spectrum,
1(01), 1118. https://doi.org/10.54482/spectrum.v1i01.98
Kholis, A., Maipita, I., Fitrawaty, Herkules, Sagala, G. H., & Prayogo, R. R. (2022). Feasibility
Study of Hydroponics as a Home Industry. Proceedings of the 2nd International
Conference of Strategic Issues on Economics, Business and, Education (ICoSIEBE
2021), 204(ICoSIEBE 2021), 109112. https://doi.org/10.2991/aebmr.k.220104.016
Komarudin, Alfisa, W., & Setyaningrum, E. (1999). Pembangunan Perkotaan Berwawasan
Lingkungan. Direktorat Jenderal Cipta Karya, 53(9), 1458.
https://simantu.pu.go.id/personal/img-
post/superman/post/20181129101319__F__KMS_Book_20180723025129.pdf
Kumari, S., Pradhan, P., Yadav, R., & Kumar, S. (2018). Hydroponic techniques: A soilless
cultivation in agriculture. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 1(SP1), 1886
1891.
Lucas Alipio, A., Justine Serevo, A. G., Gail Tality, D. B., & Antoinette Rosete, M. L. (2022).
Cost-Benefit Analysis of Soilless Cultivation System in Tagaytay City, Philippines.
International Journal of Social and Management Studies, 3(2), 140156.
https://www.ijosmas.org/index.php/ijosmas/article/view/137
Modu, F., Adam, A., Aliyu, F., Mabu, A., & Musa, M. (2020). A survey of smart hydroponic
systems. Advances in Science, Technology and Engineering Systems, 5(1), 233248.
https://doi.org/10.25046/aj050130
Mokhtar, A., El-Ssawy, W., He, H., Al-Anasari, N., Sammen, S. S., Gyasi-Agyei, Y., &
Abuarab, M. (2022). Using Machine Learning Models to Predict Hydroponically Grown
Lettuce Yield. Frontiers in Plant Science, 13(March), 110.
https://doi.org/10.3389/fpls.2022.706042
Monsees, H., Suhl, J., Paul, M., Kloas, W., Dannehl, D., & Würtz, S. (2019). Lettuce (Lactuca
sativa, variety Salanova) production in decoupled aquaponic systems: Same yield and
similar quality as in conventional hydroponic systems but drastically reduced greenhouse
gas emissions by saving inorganic fertilizer. PLoS ONE, 14(6), 123.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0218368
Nugroho, T., & Rusydiana, A. S. (2018). Mengembangkan Agroindustri Jawa Timur:
Pendekatan Metode Analytic Network Procces. Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan.
https://doi.org/10.20473/jiet.v3i1.8025
Ojola, J. ., & Jarrel, W. . (2021). Author ( s ): J . C . OJALA and W . M . Jarrell Published by :
Springer Stable URL : https://www.jstor.org/stable/42933752. Plant and Soi, 57(2), 297
303.
Pelayo Lind, O., Hultberg, M., Bergstrand, K. J., Larsson-Jönsson, H., Caspersen, S., & Asp, H.
(2021). Biogas Digestate in Vegetable Hydroponic Production: pH Dynamics and pH
Management by Controlled Nitrification. Waste and Biomass Valorization, 12(1), 123
133. https://doi.org/10.1007/s12649-020-00965-y
Pratiwi, S. L., & Cahyono, H. (2020). View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk.
Pengaruh Penggunaan Pasta Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Untuk Substitusi
Tepung Terigu Dengan Penambahan Tepung Angkak Dalam Pembuatan Mie Kering,
1(2), 274282.
Salvi, A. P. D., & Karwe, P. M. V. (2014). Sustainable and safer indoor farming of produce
using new technologies: challenges and opportunities. May, 131.
https://iufost.org/news/urban-food-production-new-sib
Sánchez, S. A., Morales, A. D., Castillas, J. C., Martínez, C. A., & Meza, A. Z. (2021). Proposal
for an automated greenhouse to optimize the growth of hydroponic vegetables with high
nutritional content in the context of smart cities. IOP Conference Series: Materials
Studium Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Volume 3, Nomor 2, September-Desember 2023
106
Science and Engineering, 1154(1), 012012. https://doi.org/10.1088/1757-
899x/1154/1/012012
Satrya, I. D. G., Kaihatu, T. S., & Pranata, L. (2019). Upaya Pembinaan Masyarakat Dalam
Rangka Pengembangan Desa Ekowisata Di Dusun Mendiro, Desa Panglungan,
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang. Jurnal Terapan Abdimas.
https://doi.org/10.25273/jta.v4i1.3826
Shaik, A., Singh, H., Singh, S., Montague, T., & Sanchez, J. (2022). Liquid Organic Fertilizer
Effects on Growth and Biomass of Lettuce Grown in a Soilless Production System.
HortScience, 57(3), 447452. https://doi.org/10.21273/HORTSCI16334-21
Sharma, N., Acharya, S., Kumar, K., Singh, N., & Chaurasia, O. P. (2018). Hydroponics as an
advanced technique for vegetable production: An overview. Journal of Soil and Water
Conservation, 17(4), 364. https://doi.org/10.5958/2455-7145.2018.00056.5
Sitimulyo, D., Piyungan, K., Bantul dalam Pembentukan Kelompok Pengelola Sampah Mandiri
Ambar Teguh Sulistiyani, K., Wulandari, Y., Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik,
D., Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, F., Gadjah Mada, U., & Jurusan Manajemen dan
Kebijakan Publik, M. (2017). Proses Pemberdayaan Masyarakat. Ambar Teguh
Sulistiyani, Yulia Wulandari, 2(2), 146162.
Sreedhar, G., & Manoj Kumar, G. (2011). Vertical Farming Using Information and
Communication tehcnologies. Infosys.
Sundar, P., Jyothi, K., & Sundar, C. (2021). Indoor Hydroponics: A Potential Solution to Reuse
Domestic Rinse Water. Biosciences Biotechnology Research Asia, 18(2), 373383.
https://doi.org/10.13005/bbra/2924
Suyitman, S., Warly, L., & Hellyward, J. (2019). Pengelolaan Peternakan Sapi Potong Ramah
Lingkungan. Jurnal Hilirisasi IPTEKS.
Szekely, I., & Jijakli, M. H. (2022). Bioponics as a Promising Approach to Sustainable
Agriculture: A Review of the Main Methods for Producing Organic Nutrient Solution for
Hydroponics. Water (Switzerland), 14(23). https://doi.org/10.3390/ w14233975
Tunio, M. H., Gao, J., Shaikh, S. A., Lakhiar, I. A., Qureshi, W. A., Solangi, K. A., & Chandio,
F. A. (2020). Potato production in aeroponics: An emerging food growing system in
sustainable agriculture for food security. Chilean Journal of Agricultural Research,
80(1), 118132. https://doi.org/10.4067/S0718-58392020000100118
Umapriya, M., Subikshaa, M., V, I. S., & Jayaprabhakaran, M. (2019). Hydroponics for the
Cultivation of Medicinal Herbs. International Journal of Recent Technology and
Engineering, 8(4S2), 655659. https://doi.org/10.35940/ijrte. d1138.1284s219
© 2023 oleh penulis. Pemegang Lisensi Studium JPM, Indonesia. Artikel ini merupakan
artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah syarat dan ketentuan Lisensi Atribusi
Creative Commons (CC BY-SA) (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)
... Hama ini dapat menyebabkan sekitar 12,5% kerusakan pada tanaman (Wati et al., 2021). Penelitian lain yang dilakukan oleh (Zulgani et al., 2023) menemukan bahwa Phyllotera sp dapat menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan, yaitu mencapai 60,7% pada tanaman sawi. ...
Article
Hydroponic plants are plants that grow using nutrient solutions that contain minerals needed for plant growth. This study was conducted to identify various types of pests that attack mustard and lettuce plants grown in a hydroponic system. The research location was in Mijen Sub-district, Semarang City. Data collection methods used included surveys, interviews, and direct observation in the field which were then analysed descriptively. Observations of pests and diseases were conducted routinely every week until harvest time. Observations from the research location showed that the largest pest population came from the order Diptera (Fruit Flies) with 48 individuals, followed by the order Lepidoptera (Moths) with 33 individuals. Meanwhile, the population of pests from the Hemiptera and Hymenoptera orders (Walang sangit and Honey Bee) had the same number, 18 and 6 respectively.
Article
Full-text available
Hydroponics is a soilless cultivation technique in which plants are grown in a nutrient solution typically made from mineral fertilizers. This alternative to soil farming can be advantageous in terms of nutrient and water use efficiency, plant pest management, and space use. However, developing methods to produce nutrient solutions based on local organic materials is crucial to include hydroponics within a perspective of sustainability. They would also allow hydroponics to be developed in any context, even in remote areas or regions that do not have access to commercial fertilizers. This emerging organic form of hydroponics, which can be qualified as “bioponics”, typically recycles organic waste into a nutrient-rich solution that can be used for plant growth. Many methods have been developed and tested in the past three decades, leading to greatly heterogenous results in terms of plant yield and quality. This review describes the main organic materials used to produce nutrient solutions and characterizes and categorizes the different types of methods. Four main categories emerged: a “tea”-type method, an aerobic microbial degradation method, an anaerobic digestion method, and a combined anaerobic-aerobic degradation method. The advantages and drawbacks of each technique are discussed, as well as potential lines of improvement. This aims at better understanding the links between agronomic results and the main biochemical processes involved during the production, as well as discussing the most suitable method for certain plants and/or contexts.
Article
Full-text available
Prediction of crop yield is an essential task for maximizing the global food supply, particularly in developing countries. This study investigated lettuce yield (fresh weight) prediction using four machine learning (ML) models, namely, support vector regressor (SVR), extreme gradient boosting (XGB), random forest (RF), and deep neural network (DNN). It was cultivated in three hydroponics systems (i.e., suspended nutrient film technique system, pyramidal aeroponic system, and tower aeroponic system), which interacted with three different magnetic unit strengths under a controlled greenhouse environment during the growing season in 2018 and 2019. Three scenarios consisting of the combinations of input variables (i.e., leaf number, water consumption, dry weight, stem length, and stem diameter) were assessed. The XGB model with scenario 3 (all input variables) yielded the lowest root mean square error (RMSE) of 8.88 g followed by SVR with the same scenario that achieved 9.55 g, and the highest result was by RF with scenario 1 (i.e., leaf number and water consumption) that achieved 12.89 g. All model scenarios having Scatter Index (SI) (i.e., RMSE divided by the average values of the observed yield) values less than 0.1 were classified as excellent in predicting fresh lettuce yield. Based on all of the performance statistics, the two best models were SVR with scenario 3 and DNN with scenario 2 (i.e., leaf number, water consumption, and dry weight). However, DNN with scenario 2 requiring less input variables is preferred. The potential of the DNN model to predict fresh lettuce yield is promising, and it can be applied on a large scale as a rapid tool for decision-makers to manage crop yield.
Article
Full-text available
Additional index words. butterhead lettuce, chlorophyll content, growth parameters, plant-animal-based organic fertilizers, water-soluble organic fertilizers Abstract. Demand for locally produced, organically grown leafy greens is increasing throughout the United States. However, due to lack of efficient organic fertilizers (OFs) for soilless substrates, organic greenhouse production of leafy greens may be challenging. Therefore, a greenhouse study was conducted to analyze the effects of six liquid OFs on growth and development of lettuce in a soilless system. Two experiments were conducted using a randomized block design, and treatments included six fish-or plant-based OFs: one inorganic fertilizer treatment (IF, 24N-8P-16K); and one unfer-tilized control treatment. Fertilizer solutions were prepared at 2 dSÁm-1 and applied at 100 mL/plant. In Expt. 1, fresh biomass for IF-treated plants was 12% to 38% greater than OF treatments, whereas this difference ranged from 25% to 57% in Expt. 2. Similarly, leaf area values of IF-treated plants were 5% to 40% greater than OF treatments in Expt. 1, and the difference ranged from 28% to 90% in Expt. 2. A possible explanation could be greater availability of nutrients in the IF treatment compared with OF treatments. There was no significant difference among fertilized treatments for number of leaves and stem diameter. Based on the index-based ranking, fish-based (OF 1) and fish-and plant-based (OF 2 and OF 6) performed well among different liquid OFs used in the study. Although the yield under OFs was less compared with that under IF, there is potential to reduce this yield gap by optimized fertility management of these fertilizers. Future research is needed to investigate the impact of optimized rate, timing, different placement, and additional nitrogen (N) sources of OFs on the soilless production of lettuce.
Article
Full-text available
Hydroponics is a cultivation method that has been gaining ground for a long time worldwide, due to its high nutritional content, low water consumption, scalability and zero use of pesticides, in addition to the versatility that this technique has to be implemented in almost any space. This is why the Antonio José de Sucre University Corporation, taking advantage of the characteristics of this cultivation technique, proposed the construction of an automated hydroponic greenhouse that serves as a model in the sustainable generation of food from the cities, following the example of smart cities; Within the construction of this proposal, it was necessary to study the requirements for planting the vegetables under hydroponic conditions in order to establish the technology that should have been used in their automation, for which the basic chemical and climatological needs in production were identified. of plant organisms, selecting those critical factors that intervene in productivity, in order to establish the appropriate types of sensors and an action protocol that maintain the values of these variables in optimum, tending to obtain healthy fruits and vegetables and superior in taste and nutrition. As a result, the design of a metallic hydroponic farm was obtained, for the location of the vegetables, recyclable materials such as PVC pipes were used and for the automation of the farm a raspberry pi electronic card was used complemented with PH, conductivity, temperature and humidity sensors. and lighting with the aim of obtaining quality products.
Article
Full-text available
The explosion in human population has left researchers scrambling for solutions on how to feed the world. Furthermore, rural-urban immigration has on the one hand left the farms in the rural areas devoid of farmers and on the other hand has left the urban areas over-populated. Hydroponics is a form of agriculture where crops are grown without soil. This technique allows the farms to follow the farmers to the urban area. In addition, the fact that no soil is needed, allows hydroponic system to be stacked vertically (also known as vertical farming) to save space. The final frontier in hydroponics is automation. It will allow one farmer to work more than one job and cultivate more than one farm simultaneously. This paper provides a comprehensive survey on smart hydroponic system developed to date.
Article
Full-text available
Soilless cultivation of vegetables with digestate fertilizer from biogas production as a nutrient source is a promising method for integrating food production and organic waste management. In this study, bok choy (Brassica rapa var. chinensis) was cultivated in a hydroponic nutrient film technique system with biogas digestate as the only fertilizer source. Nitrification in moving bed biofilm reactors (external and/or integrated into the hydroponic cultivation system) was employed to lower the high ammonium concentration in the digestate prior to use. Treatments with differing nitrification and digestate input strategies were compared with respect to pH dynamics, crop growth, shoot water content, and shoot mineral content. The results showed that < 20% longer cultivation time (< 1 week) gave similar yield in biogas digestate-based hydroponics as in conventional hydroponics based on synthetic fertilizers. Automatic pH control through addition of digestate resulted in similar shoot dry weight as in the mineral fertilizer reference system. It can be concluded that biogas digestate is a suitable plant nutrient source for hydroponic production of bok choy, considering productivity and circularity aspects. The combined impact of digestate ammonium content, digestate pH, and the nitrification step needs to be considered when designing a hydroponic system with biogas digestate as the fertilizer source. Graphic Abstract Open image in new window
Article
Hydroponics is a technique of cultivating plants (Fruits, Vegetables, and Flowers) by utilizing water and not using soil as a plant medium. Types of hydroponic plants will produce types of plants that are free from pests and diseases. Growing plants with a hydroponic system is an environmentally friendly method because in its cultivation there is no need to use pesticides or even toxic hebicides. Vegetables grown with a hydroponic system are vegetables that will be fresher and free of pesticides. When compared to ordinary vegetables grown with soil media, the nutritional content of hydroponic vegetables will be better maintained and the taste is sweeter and crunchier. This hydroponic vegetable was developed by sowing the seeds in a planting medium called rockwoll that was moistened with water, then after the seeds germinated in a week, the vegetables were transferred to a hydroponic pipe that was filled with water and nutrients. This business was carried out at Pondok Sarai Permata Housing, Lubuk Buaya, Padang. After harvesting, the vegetables will be taken from the netpot, cleaned and then marketed. The target customers of this business are meatball swordsmen, chicken noodle traders, hospitals, mini markets, hotels, and official offices in the Padang area. In addition, this business is also marketed in hospitals because hospitals need healthy foods such as hydroponic vegetables. To maximize so that customers can know our products. We will advertise on several existing social media, such as: Whatsapp, Facebook, and Instagram, and we will also promote it directly to our target customers. In addition, our Hydroponic business also cooperates with Hydroponic business partners in West Sumatra.
Article
Pembangunan pertanian harus bersinergi dengan pembangunan wilayah perdesaan dengan tujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Dalam mencapai tujuan tersebut, pengembangan kawasan potensial seperti kawasan berbasis peternakan sapi potong perlu dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan yang akan menstranformasikan perdesaan menjadi kota-kota pertanian merupakan salah satu pilihan strategis yang tepat. Kelompok Tani Cerdas dan Kelompok Tani Brahman yang beralamatkan di Blok A Sitiung II, Jorong Koto Hilalang II, Nagari Sungai Langkok, Kecamatan Tiumang, Kabupaten Dharmasraya merupakan daerah transmigrasi yang pertama di Indonesia dan sekarang berkembang menjadi salah satu daerah gudang ternak sapi potong di Kabupaten Dharmasraya dan Propinsi Sumbar. Peternak rata-rata mempunyai sapi potong sebanyak: 2-10 ekor/keluarga. Permasalahan yang dihadapi mitra saat ini adalah (a) peternak mulai kesulitan dalam menyediakan pakan hijauan, apalagi di saat menghadapi musim kemarau, (b) kotoran feses sapi cukup menumpuk di sekitar kandang, sehingga mengganggu kebersihan dan mencemari lingkungan serta mengganggu estetika, (c) biaya rekening listrik peternak akhir-akhir ini dirasa cukup mahal. Solusi yang ditawarkan adalah: (a) pemanfaatan limbah perkebunan dan agroindustri, seperti pelepah daun kelapa sawit dan bungkil inti sawit diolah sebagai pakan ternak sapi potong, (b) limbah ternak sapi potong yang berupa feses sapi diolah sebagai pupuk kandang melalui unit pengelolaan pupuk organik (UPPO) dan biogas untuk menghasilkan dan memenuhi kebutuhan energi dalam bentuk listrik dan gas di kawasan Kelompok Tani Cerdas dan Kelompok Tani Brahman, sehingga dapat mengurangi biaya operasional, khususnya kebutuhan listrik dan tidak bergantung pada PLN, (c) pemanfaatan pupuk kandang/organik dan cendawan mikoriza arbuskula (CMA) dalam mendukung sistem pertanian organik untuk budidaya secara intensif rumput unggul, seperti King Grass dalam rangka meningkatkan penyediaan pakan hijauan untuk pakan ternak sapi potong. Selain itu kegiatan ini menjadi model bagi masyarakat peternak sapi potong di sekitar kawasan Kelompok Tani Cerdas dan Kelompok Tani Brahman untuk dapat mencapai tujuannya yaitu menyusun pengembangan kawasan berbasis peternakan sapi potong terpadu yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di daerah ini dalam rangka meningkatkan taraf kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat dan juga berfungsi sebagai kawasan alih (diseminasi) teknologi. Target khusus yang ingin dicapai adalah peternak mampu memanfaatkan limbah perkebunan dan agroindustri sebagai pakan ternak sapi potong, limbahnya dapat diolah melalui unit pengelolaan pupuk organik (UPPO) dan biogas serta peternak mampu secara intensif membudidayakan rumput unggul (King Grass) memakai sistim pertanian organik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Metode yang ditawarkan kepada kedua mitra untuk mendukung realisasi program ini adalah metode consuling dimana sebelumnya melalui pendekatan, kemudian diberikan penyuluhan, pelatihan dan pembinaan serta terakhir adanya evaluasi dan monitoring berkelanjutan dari pihak Perguruan Tinggi. Hasil dari monitoring nanti diharapkan dapat meningkatkan keinginan dan semangat serta motivasi yang tinggi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan hidup peternak di daerah transmigrasi ini. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah daerah, masyarakat, petani, peternak dan stakeholder yang akan menginvestasikan modalnya dalam pengelolaan sapi potong terpadu yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Article
The objective of this study was to evaluate the potential of reusing domestic rinse water in an indoor hydroponic system and compare the growth pattern of Coleus plants using tap water and rinse water. A preliminary survey evaluatedthe knowledge about, home gardening, hydroponics, water usage and utility of rinse water in urban households. The experimental setup consisted of water culture hydroponic system with peat moss media. Data were collected and analyzed from 4 sample groups: Group A (tap water), B (tap water with NPK fertilizer), C (rinse water) and D (rinse water with NPK fertilizer) in a randomized experimental design (N=20) with five replicates.The study was conducted indoors in an urban household under controlled temperature (78ºF), light and humidity (60-70%). Parameters analyzed for assessment of plants growth included height (in millimeters), number of new leaves and leaf surface area. Environmental parameters including, pH and TDS (Total Dissolved Solids in parts per million) of the hydroponic solution, and pH and moisture of soil were also recorded. Descriptive statistical analysis and independent comparisons were done with a 95% assumed significance level (p<0.05).During the 20th, 25th and 30th day, plant height in Group A was significantly (p<0.05) higher than that of Group B and plant height in Group C was significantly higher than in Groups B and D.In terms of the environmental parameters, while rinse water had an alkaline pH, the addition of NPK fertilizer (Groups B and D) resulted in significantly lower pH.Based on the present study results, domestic rinse water can be reused as a successful alternative for tap water in indoor hydroponic cultivation of plants without the need for any additional fertilizer.