ArticlePDF Available

Strategi Pengembangan Agroindustri Santan Kelapa

Authors:

Abstract

Kelapa menjadi produk unggulan dan banyak dibudidayakan di Wilayah Padang Pariaman. Kemajuan agroindustri kelapa diprediksi memiliki kemampuan untuk meningkatkan motivasi petani dan efisiensi budidaya kelapa, sehingga merangsang perluasan industsri pedesaan. Tujuan penelitian adalah merumuskan strategi pengembangan agroindustri santan kelapa yang dirancang dengan pendekatan sistem melalui integrasi sub sistem usaha tani kelapa dan sub sistem pengolahan kelapa untuk memaksimalkan keuntungan usaha tani kelapa dan menjamin pemenuhan kapasitas produksi agroindustri santan kelapa untuk mendukung industri produk pangan lokal. Penelitian ini berupaya untuk melakukan serangkaian tahapan yang melibatkan petani kelapa dan pelaku agroindustri santan di Padang Pariaman, pengisian kuisioner pleh pakar, analisis SWOT untuk mengidentifikasi dan menghitung bobot IFE dan EFE agroindustri santan kelapa, dan identifikasi strategi pengembangan agroindustri santan kelapa melalui penerapan AHP. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh strategi pengembangan agroindustri santan kelapa melalui integrasi horizontal dengan cara mendirikan agroindustri santan kelapa yang terintegrasi dengan petani sebagai pemasok kelapa butiran untuk memenuhi kebutuhan pasokan santan kelapa berkualitas bagi industri produk pangan lokal dapat terwujud.
JURNAL SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
p-ISSN 0853-8395; e-ISSN 2598-5922
https://journal.unhas.ac.id/index.php/jsep
275
Strategi Pengembangan Agroindustri Santan Kelapa
Coconut Milk Agroindustry Development Strategy
Meilizar, Rika Ampuh Hadiguna, Santosa, Nofialdi
Jurusan Ilmu Pertanian, Pasca Sarjana, Universitas Andalas, Padang
Korespondensi: meilizar@poltekatipdg.ac.id
Abstract
Coconut is a superior product and is widely cultivated in the Padang Pariaman Region. The
progress of the coconut agroindustry is predicted to have the ability to increase farmer motivation
and coconut cultivation efficiency, thus stimulating the expansion of rural industries. The
research aims to formulate a coconut milk agroindustry development strategy that is designed
with a systems approach through the integration of coconut farming sub-systems and coconut
processing sub-systems to maximize coconut farming profits and ensure the fulfillment of
coconut milk agroindustry production capacity to support local food product industries. This
research seeks to carry out a series of stages involving coconut farmers and coconut milk
agroindustry players in Padang Pariaman, completing questionnaires by experts, SWOT analysis
to identify and calculate the IFE and EFE weights of coconut milk agroindustry, and identification
of strategies for developing coconut milk agroindustry through the application of AHP. Based on
the research results, it was found that the coconut milk agroindustry development strategy
through horizontal integration by establishing a coconut milk agroindustry that is integrated with
farmers as suppliers of coconut granules to meet the demand for a supply of quality coconut milk
for the local food product industry can be realized.
Keywords: Agroindustry; coconut milk; SWOT; AHP.
Abstrak
Kelapa menjadi produk unggulan dan banyak dibudidayakan di Wilayah Padang Pariaman.
Kemajuan agroindustri kelapa diprediksi memiliki kemampuan untuk meningkatkan motivasi
petani dan efisiensi budidaya kelapa, sehingga merangsang perluasan industsri pedesaan.
Tujuan penelitian adalah merumuskan strategi pengembangan agroindustri santan kelapa yang
dirancang dengan pendekatan sistem melalui integrasi sub sistem usaha tani kelapa dan sub
sistem pengolahan kelapa untuk memaksimalkan keuntungan usaha tani kelapa dan menjamin
pemenuhan kapasitas produksi agroindustri santan kelapa untuk mendukung industri produk
pangan lokal. Penelitian ini berupaya untuk melakukan serangkaian tahapan yang melibatkan
petani kelapa dan pelaku agroindustri santan di Padang Pariaman, pengisian kuisioner pleh
pakar, analisis SWOT untuk mengidentifikasi dan menghitung bobot IFE dan EFE agroindustri
santan kelapa, dan identifikasi strategi pengembangan agroindustri santan kelapa melalui
penerapan AHP. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh strategi pengembangan agroindustri
santan kelapa melalui integrasi horizontal dengan cara mendirikan agroindustri santan kelapa
yang terintegrasi dengan petani sebagai pemasok kelapa butiran untuk memenuhi kebutuhan
pasokan santan kelapa berkualitas bagi industri produk pangan lokal dapat terwujud.
Kata kunci: Agroindustri; santan kelapa; SWOT; AHP.
JSEP, Volume 19, No. 3, Oktober 2023, Halaman 275-286
276
1. Pendahuluan
Kelapa menjadi salah satu komoditas unggulan perkebunan prospektif serta
berpeluang besar menghasilkan produk yang bernilai tambah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat (Ignacio & Miguel, 2021). Berdasarkan data dari Direktorat
Jenderal Perkebunan (2020), dinyatakan bahwa perkebunan kelapa milik rakyat sebesar
98,2% dan perkebunan kelapa milik swasta sebanyak 1,76%. Perkebunan kelapa rakyat
dicirikan dengan luas lahan yang sempit, diusahakan dalam pola monokultur,
produktivitas usahatani rendah, adopsi teknologi belum berkembang sehingga tidak
mampu mendukung kehidupan keluarga petani secara layak (Soleh et al., 2017).
Kelapa menjadi produk pertanian unggulan dan banyak dibudidayakan diseluruh
kecamatan di Wilayah Padang Pariaman. Terdapat 3 kawasan sentra kelapa yaitu:
kawasan sentra-1 berlokasi di Kecamatan Padang Sago, kawasan sentra-2 berlokasi di
Kecamatan V Koto Kampuang, kawasan sentra-3 terletak di Kecamatan Lubuk Alung
(Kabupaten Padang Pariaman Dalam Angka, 2021).
Tanaman kelapa memiliki potensi untuk menghasilkan sejumlah besar produk
diberbagai skala industri, mulai dari usaha kecil hingga industri skala besar. Salah satu
produk turunannya adalah santan kelapa. Pada umumnya santan kelapa didapat melalui
proses ekstraksi buah kelapa parut dengan atau tanpa penggabungan air yang
menghasilkan produk cairan putih (Wulandari, 2017). Santan kelapa diklasifikasikan
sebagai emulsi minyak dalam air (Cahya & Susanto, 2014). Pemanfaatan santan sebagai
bahan dalam berbagai aplikasi sering terhambat oleh kecenderungan untuk mengalami
degradasi yang cepat sehingga menghasilkan aroma tidak sedap dalam beberapa jam
saja (Palungkun, 2005), hal ini disebabkan karena santan kelapa memiliki konsentrasi air,
lipid dan protein yang relatif tinggi (Srihari et al., 2010).
Pengembangan agroindustri kelapa perlu mendapatkan perhatian karena memiliki
potensi untuk meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat. Sektor agroindustri memiliki
multiflier effect yang substansif dalam menghasilkan kesempatan kerja dan menambah
nilai produk. Pertumbuhan agroindustri kelapa diharapkan dapat mendorong petani di
Wilayah Kabupaten Padang Pariaman untuk memperkuat produktivitas usaha budidaya
kelapa dan memajukan industri pedesaan sehingga peningkatan kesejahteraan petani
kelapa dapat tercapai (Andri, 2016).
Agroindustri santan kelapa merupakan proses bisnis yang berupaya untuk
meningkatkan nilai tambah kelapa agar dapat dikonsumsi sebagai bahan tambahan pada
industri makanan dan minuman (Wulandari, 2017). Untuk meningkatkan daya saing,
agroindustri santan kelapa harus melakukan kerjasama dengan para pelaku rantai pasok
(Eva et al., 2017).
Penelitian pengolahan santan kelapa cukup banyak dilakukan, diantaranya
Tulashie et al. (2022) tentang produksi santan sebagai pengganti susu sapi (dairy milk).
Gea et al. (2016) melakukan pengembangan transfer teknologi dan perbaikan manajemen
yang dapat meningkatkan produktifitas santan. Ariningsih et al. (2020) melakukan
analisis terhadap produk santan untuk menetapkan standar nasional bagi produk santan
indonesia. Wulandari et al. (2017) meneliti tentang potensi aditif makanan dan teknik
pasteurisasi untuk memperpanjang umur simpan produk, sehingga aman untuk di
konsumsi. Patil dan Benjakul (2018) membahas tentang pengolahan santan kelapa untuk
VCO yang mempertimbangkan fungsi protein. Yulindha et al. (2021) telah membahas
tentang sifat fisik santan bila dikombinasikan dengan emulsifier biji ketapang.
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian
p-ISSN 0853-8395, e-ISSN 2598-5922
277
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun strategi komprehensif untuk
pengembangan agroindustri santan di Wilayah Padang Pariaman, yang dirancang
dengan pendekatan sistem melalu integrasi sub sistem usaha tani kelapa dan sub sistem
pengolahan kelapa untuk memaksimalkan keuntungan usaha tani kelapa dan menjamin
pemenuhan kapasitas produksi santan kelapa.
2. Metode Penelitian
Pengumpulan data diimplementasikan melalui pemanfaatan observasi lapangan,
wawancara dan penyebaran kuisioner. Pengumpulan data dilakukan untuk
mengidentifikasi potensi dan tantangan yang mungkin terjadi dilapangan, melakukan
cross check terhadap identifikasi data yang bersifat eksisting maupun program. Data
yang dikumpulkan terdiri dari informasi yang berkaitan dengan industri pengolahan
santan, data rantai pemasok kelapa butiran, model pengolahan santan, peralatan yang
digunakan dalamn aktivitas proses produksi, tingkat pengetahuan dan keterampilan
tenaga kerja atau masyarakat yang terlibat.
Gambar 1
Tahapan Penentuan Strategi Pengembangan Agroindustri Santan Kelapa
JSEP, Volume 19, No. 3, Oktober 2023, Halaman 275-286
278
Lokasi penelitian berada di kawasan sentra kelapa Kecamatan Padang Sago.
Metode yang digunakan saat pegumpulan data melalui wawancara yaitu stratified
random sampling dengan menentukan responden yang sesuai dan mewakili tingkatan
pelaku. Penelitian ini menggunakan sampel 30 peserta yang terdiri dari petani kelapa,
industri pengolah santan kelapa dan pakar akademisi.
Penentuan strategi yang paling efektif untuk pengembangan agroindustri santan
kelapa melalui teknik analisis SWOT merupakan upaya penting. Tujuan utama dari
analisis ini adalah mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
terkait dengan agroindustri santan kelapa. Analisis SWOT akan memberikan wawasan
tentang posisi agroindustri saat ini, memungkinkan para pengambil keputusan untuk
menerapkan strategi yang paling efektif dengan memanfaatkan kekuatan dan mengatasi
kelemahan dalam perusahaan. Selanjutnya, metode AHP diterapkan untuk
memprioritaskan strategi pengembangan agroindustri santan. Tahapan penentuan
strategi pengembangan agroindustri santan kelapa disajikan pada Gambar 1.
3. Hasil dan Pembahasan
Indentifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Pada tahap ini dilakukan analisis SWOT terhadap hasil wawancara dengan pakar
serta penyebaran kuisioner untuk mengidentifikasi peluang, kekuatan, ancaman dan
kelemahan pada agroindustri santan kelapa. Faktor-faktor tersebut disajikan pada Tabel
1.
Tabel 1
Identifikasi Faktor Internal Eksternal Agroindustri Santan Kelapa
Kekuatan (Strength)
Kelemahan (Weakness)
1. Pasokan bahan baku kelapa yang
berlimpah (S1)
2. Pekerja lokal yang cukup banyak (S2)
3. Tingginya permintaan pasar untuk
produk santan kelapa(S3)
4. Kuatnya dukungan dari pemerintah
daerah (S4)
5. Teknologi yang mudah digunakan
(S5)
1. Skala usaha industri rumahan (W1)
2. Tingkat pendidikan masyarakat
masih rendah (W2)
3. Sarana penyimpanan santan kelapa
belum memenuhi standar
kebersihan(W3)
4. Sarana transportasi yang kurang
mendukung (W4)
5. Penguasaan teknologi masyarakat
masih rendah (W5)
6. Akses informasi pasar masih
kurang(W6)
7. Modal terbatas (W7)
8. Daya saing yang rendah (W8)
Peluang (Opportunities)
Ancaman (Threats)
1. Berkembangnya agroindustri santan
kelapa akan meningkatkan
pendapatan masyarakat dan dapat
mendukung industri produk pangan
lokal berbahan baku santan kelapa
(O1)
1. Mutu santan kelapa yang dihasilkan
masih rendah (T1)
2. Produk santan kelapa yang
dihasilkan mempunyai
kharakteristik perishable (T2)
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian
p-ISSN 0853-8395, e-ISSN 2598-5922
279
2. Meningkatnya jumlah industri
produk pangan lokal berbahan baku
santan kelapa (O2)
3. Perekonomian masyarakat semakin
baik(O3)
4. Meningkatnya jumlah penduduk
(O4)
3. Belum terbentuknya kemitraan yang
kuat (T3)
4. Perubahan lingkungan dan
temperatur(T4)
Sumber: Olahan Data
Perhitungan Bobot IFE dan EFE
Proses pembobotan nilai faktor strategis internal dan eksternal dilakukan melalui
perbandingan berpasangan. Penilaian rating faktor dihitung menggunakan rentang
skala satu hingga lima. Hasil pembobotan Evaluasi Faktor Internal (IFE) serta
pembobotan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) dapat diamati pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2
Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Faktor Internal
Nilai
Rating
Nilai * Rating
Strength
- Pasokan komoditi kelapa berlimpah
0,16
3
0,48
- Pekerja lokal yang cukup banyak
0,151
3,3
0,5
- Tingginya permintaan pasar untuk
produk santan kelapa
0,053
3
0,16
- Kuatnya dukungan dari pemerintah
daerah
0,041
2,67
0,11
- Teknologi yang mudah digunakan
0,076
3
0,23
Weakness
- Skala usaha industri rumahan
0,109
3,3
0,36
- Tingkat pendidikan masyarakat
masih rendah
0,069
2,3
0,16
- Sarana penyimpanan santan kelapa
belum memenuhi standar
kebersihan
- Sarana transportasi yang kurang
mendukung
0,063
3
0,19
- Penguasaan teknologi masyarakat
masih rendah
0,078
2,67
0,21
- Akses informasi pasar masih kurang
0,024
2,1
0,051
- Modal terbatas
0,034
2
0,067
- Daya saing yang rendah
0,094
2,33
0,22
Jumlah
1
2,738
Sumber: Olahan Data
JSEP, Volume 19, No. 3, Oktober 2023, Halaman 275-286
280
Berdasarkan matriks Evaluasi Faktor Internal dan Evaluasi Faktor Eksternal yang
disajikan dalam Tabel tersebut diatas, sektor agroindustri santan kelapa berada di posisi
dengan koordinat (2,738 ; 2,547). Pengembangan matriks IFE dan EFE didasarkan pada
seperangkat parameter yang mencakup potensi internal perusahaan serta kekuatan
eksternal yang dihadapi perusahaan. Bertujuan untuk menentukan pendekatan bisnis di
tingkat perusahaan secara lebih mendalam.
Tabel 3
Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Nilai
Rating
Nilai* Rating
0,32
2,34
0,76
0,135
3,1
0,42
0,103
2,9
0,3
0,106
2,58
0,275
0,17
2,4
0,41
0,014
2,3
0,032
0,093
3,2
0,3
0,006
2,72
0,005
1
2,547
Sumber: Olahan Data
Posisi agroindustri santan kelapa berdasarkan matriks Internal-Eksternal
memposisikan status agroindustri santan kelapa pada sel 5, seperti yang diilustrasikan
pada Gambar 2.
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian
p-ISSN 0853-8395, e-ISSN 2598-5922
281
Gambar 2
Matriks Internal-Eksternal Agroindustri Santan Kelapa
Pendekatan strategi yang layak untuk dikembangkan menggunakan matriks
internal-eksternal untuk perusahaan yang menempati posisi sel 5 adalah strategi yang
berfokus pada pertumbuhan melalui integrasi horizontal. Perusahaan yang berada pada
kuadran ini akan memiliki kesempatan untuk memperluas jangkauan pasar dan
meningkatkan kemampuan produksi dengan pengembangan internal. Sedangkan
pengembangan eksternal dapat dicapai melalui upaya kerjasama dengan entitas
eksternal. Hal ini dapat dilaksanakan secara efektif pada agroindustri santan kelapa yang
bermitra dengan petani kelapa sebagai pemasok bahan baku untuk menjamin kelancaran
pasokan kelapa pada proses produksi santan kelapa. Disamping itu agroindustri santan
kelapa dapat bekerjasama dengan industri produk pangan lokal berbahan baku santan
kelapa sebagai tempat pemasaran.
Matriks SWOT
Selanjutnya dilakukan pendekatan kualitatif matriks SWOT. Pendekatan ini
dilakukan dengan memanfaatkan strategi alternatif yang berasal dari faktor internal dan
eksternal sesuai dengan posisi perusahaan pada matriks IE. Strategi yang dapat
diterapkan dalam pengembangan agroindustri santan kelapa di Kabupaten Padang
Pariaman sebagai berikut:
1. Strategi SO
Strategi SO mengacu pada penerapan pendekatan strategi yang memanfaatkan
kekuatan internal dan peluang eksternal. Beberapa strategi yang dapat dilakukan:
a. Memperluas ruang lingkup penetrasi pasar melalui kerjasama dengan industri
produk pangan berbahan baku santan kelapa.
b. Meningkatkan kualitas santan kelapa yang dihasilkan.
c. Meningkatkan kinerja tenaga kerja dengan memanfaatkan teknologi.
d. Memperluas ruang lingkup usaha dengan membentuk Kelompok Usaha Bersama.
e. Menjalin kerjasama kemitraan dengan petani kelapa sebagai pemasok bahan
baku.
f. Menjalin kerjasama dengan pihak jasa transportasi untuk mendukung
pendistribusian santan kelapa ke konsumen.
JSEP, Volume 19, No. 3, Oktober 2023, Halaman 275-286
282
2. Strategi ST
Strategi ST mengacu pada penerapan pendekatan strategi dengan memanfaatkan
kekuatan internal yang dimiliki untuk mengatasi ancaman eksternal. Beberapa
strategi yang dapat dilakukan:
a. Meningkatkan kualitas santan kelapa yang dihasilkan melalui penerapan
teknologi dan praktik higienis pada saat pengolahan santan.
b. Mengelola persediaan santan kelapa dengan mempertimbangkan kebersihan dan
sanitasi.
c. Pelatihan bagi tenaga kerja terkait aktivitas pekerjaan, keamanan dan keselamatan
kerja serta aspek lingkungan.
d. Menjalin kemitraan dengan petani atau kelompok tani kelapa dalam pemenuhan
bahan baku kelapa yang berkualitas.
e. Menjalin kemitraan dengan industri produk pangan berbahan baku santan
sebagai tempat pemasaran.
f. Selalu menjaga hubungan baik dengan pemerintah daerah Kabupaten Padang
Pariaman.
3. Strategi WO
Strategi WO mengacu pada penerapan pendekatan strategi dengan memanfaatkan
peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Beberapa
strategi yang dapat dilakukan:
a. Meningkatkan kapasitas produksi dengan menggunakan fasilitas dan peralatan
produksi yang lebih maju.
b. Menerapkan GMP (Good Manufacturing Practises) sebagai jaminan standar kualitas
santan kelapa yang dihasilkan.
c. Memanfaatkan teknologi informasi untuk memperluas jaringan pemasaran.
d. Membentuk kelompok usaha bersama untuk meningkatkan skala bisnis.
e. Melengkapi sarana transportasi untuk ketepatan waktu pendistribusian santan
kelapa ke konsumen.
f. Peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui pelatihan untuk meningkatkan
kualitas proses pengolahan santan kelapa.
4. Strategi WT
Strategi WT mengacu pada penerapan pendekatan strategi dengan meminimalkan
kelemahan untuk mengantisipasi ancaman yang ada. Beberapa strategi yang dapat
dilakukan:
a. Melakukan kegiatan produksi dengan mengikuti standar operasi GMP (Good
Manufacturing Practises)
b. Selalu meningkatkan kualitas santan kelapa yang dihasilkan
c. Memanfaatkan teknologi dalam kegiatan produksi
d. Bekerjasama dengan petani kelapa sebagai pemasok bahan baku
e. Bekerjasama dengan industri pangan berbahan baku santan sebagai konsumen
f. Bekerjasama dengan pelaku jasa transportasi sebagai mitra untuk
mendistribusikan santan kelapa ke konsumen.
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian
p-ISSN 0853-8395, e-ISSN 2598-5922
283
Penentuan Strategi Pengembangan Agroindustri Santan Kelapa
Tahap akhir analisis adalah pemilihan strategi yang tepat dan layak dijalankan
oleh perusahaan. Proses pemilihan strategi dilakukan melalui pemanfaatan metode
Analitical Hierarchy Process (AHP). Struktur hirarki penentuan strategi pengembangan
agroindustri santan kelapa dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3
Hirarki Penentuan Strategi Pengembangan Agroindustri Santan Kelapa
Penilaian kriteria yang berasal dari tingkat struktur hierarki strategi
pengembangan agroindustri santan diperoleh melalui wawancara, tinjauan pustaka dan
pengisian kuesioner oleh pakar di bidang akademisi dan industri. Pendekatan yang
digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP), di mana setiap kriteria diberi
bobot melalui perbandingan berpasangan menggunakan skala mulai dari 1 hingga 9
dalam perangkat lunak Expert Choice 11. Hasil perhitungan agregat berupa urutan
prioritas pada setiap tingkat disajikan pada Tabel 4 sampai dengan Tabel 7.
Tabel 4
Hasil Perhitungan Bobot Tingkat 2
Faktor
Bobot
Peringkat
Harga buah kelapa
0.365
1
Harga jual santan kelapa
0.271
2
Distribusi & tataniaga santan kelapa
0.137
3
Kontinuitas produksi santan kelapa
0.108
4
Besarnya modal investasi
0.085
5
Aturan pemerintah daerah
0.034
6
Sumber: Olahan Data
Pertimbangan utama dalam analisis penentuan strategi pengembangan agroindustri
santan adalah faktor harga buah kelapa yang memiliki nilai bobot tertinggi 0.365. Harus
ada kesepakatan harga dan kualitas kelapa antara petani dan agroindustri santan,
sehingga kedua belah pihak mendapatkan keuntungan.
JSEP, Volume 19, No. 3, Oktober 2023, Halaman 275-286
284
Tabel 5
Hasil Perhitungan Bobot Tingkat 3
Aktor
Bobot
Peringkat
Penanam Modal
0.385
1
Praktisi industri
0.291
2
Petani Kelapa
0.226
3
Pemerintah
0.098
4
Sumber: Olahan Data
Keberadaan investor sangat mempengaruhi penentuan strategi pengembangan
agroindustri santan kelapa dengan bobot nilai sebesar 0.385. Investor memiliki kapasitas
untuk mendukung aksesibilitas pabrik termasuk fasilitas dan infrastruktur untuk
melaksanakan proses produksi santan kelapa yang mematuhi prinsip-prinsip sanitasi
dan pelestarian lingkungan.
Tabel 6
Hasil Perhitungan Bobot Tingkat 4
Tujuan
Bobot
Peringkat
Memenuhi kebutuhan pasokan santan kelapa berkualitas
untuk industri produk pangan lokal
0.381
1
Meningkatkan keuntungan dari
penjualan santan kelapa
0.314
2
Memperoleh pasokan kelapa dengan harga yang layak
0.305
3
Sumber: Olahan Data
Memenuhi kebutuhan pasokan santan kelapa berkualitas untuk industri produk
pangan lokal memiliki bobot tertinggi pada level 4 (tujuan) dengan nilai sebesar 0.381.
Agroindustri harus memiliki standar kualitas santan kelapa yang dihasilkan. Hal ini
dapat dicapai jika agroindustri memiliki pasokan bahan mentah berkualitas dan tenaga
kerja yang menguasai pengelolaan proses produksi didukung dengan pelatihan yang
memadai berkaitan dengan fungsi pekerjaan, pengamanan, keselamatan kerja dan
masalah lingkungan.
Tabel 7
Hasil Perhitungan Bobot Tingkat 5
Alternatif
Bobot
Peringkat
Membangun industri terintegrasi dengan petani kelapa
dalam upaya menjalin kerjasama dengan petani yang
berfungsi sebagai pemasok bahan baku
0.634
1
Bekerjasama dengan berbagai industri produk pangan lokal
berbahan baku santan sebagai konsumen
0.201
2
Mendirikan agroindustri santan kelapa berskala besar dan
kontinu
0.165
3
Sumber: Olahan Data
Bekerjasama dengan petani kelapa yang berfungsi sebagai pemasok bahan baku
melalui pendirian industri terintegrasi, merupakan alternatif terpilih pada level 5 dengan
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian
p-ISSN 0853-8395, e-ISSN 2598-5922
285
nilai bobot tertinggi sebesar 0.634. Dengan adanya kemitraan antara petani dan
agroindustri memberikan dampak positif bagi kelancaran akses pasar kelapa butiran
bagi petani kelapa sehingga dapat meningkatkan daya saing dan jaminan kelancaran
pasokan bahan baku bagi agroindustri.
Kesimpulan
Penentuan strategi yang paling efektif untuk pengembangan agroindustri santan kelapa
melalui teknik analisis SWOT dan AHP merupakan upaya penting. Berdasarkan
perhitungan bobot IFE dan EFE, perusahaan diposisikan pada koordinat (2.738; 2.547)
atau matriks internal-eksternal sel 5. Posisi ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat
secara efektif melaksanakan strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal seperti
memperluas jangkauan pasar melalui kerjasama dengan petani kelapa sebagai pemasok
bahan baku dan industri produk pangan berbahan baku santan kelapa sebagai tempat
pemasaran, peningkatan kapasitas produksi dan kualitas produk dengan menggunakan
fasilitas produksi yang lebih maju dan penerapan GMP (Good Manufacturing Practises),
dan kolaborasi sinergis dengan perusahaan jasa transportasi sebagai mitra untuk
mendistribusikan santan kelapa ke konsumen.
Berdasarkan perhitungan agregat pada struktur hirarki penentuan strategi
pengembangan agroindustri santan kelapa, disimpulkan bahwa harga kelapa butiran
menjadi faktor utama yang harus dipertimbangkan dengan bobot tertinggi yaitu 0.365.
Keberadaan Investor menjadi aktor yang paling berpengaruh dalam pengembangan
agroindustri santan kelapa dengan bobot sebesar 0.385. Tujuan utama yang akan dicapai
dalam strategi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pasokan santan kelapa berkualitas
bagi industri produk pangan lokal dengan bobot yaitu 0.381. Adapun alternatif strategi
yang terpilih adalah membangun industri terintegrasi dengan petani kelapa dalam
upaya menjalin kerjasama dengan petani yang berfungsi sebagai pemasok bahan baku.
Alternatif strategi ini memiliki bobot sebesar 0.634.
Daftar Pustaka
Ariningsih, S., Fitri, R., & Khoiriyah, A. (2020). Analisis Produk Santan Untuk
Pengembangan Standar Nasional Produk Santan Indonesia.
Andri N, Muhammad B, Hadayani, and Wahyuningsih 2016 Partnership Pattern, Strategy
and Income of Oil Palm Farming Of PT Lestari Tani Teladan in Donggala Central Sulawesi
International Journal of Business and Management Invention vol 5 pp 94-101
Biro Pusat Statistik (2021). Kabupaten Padang Pariaman dalam Angka. BPS Kabupaten
Padang Pariaman
Cahya, F. & Susanto, W.H. (2014). Pengaruh pohon pasca sadap dan kematangan buah
kelapa terhadap sifat fisik, kimia, organoleptik pasta santan. Jurnal Pangan dan
Agroindustri. 2(4): 249-258.
Direktorat Jenderal Perkebunan. (2020). Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan
Kementerian Pertanian Republik Indonesia 2020-2024. 168.
http://ditjenbun.ppid.pertanian.go.id/doc/16/RENSTRA_Ditjen Perkebunan
2020-2024.pdf
JSEP, Volume 19, No. 3, Oktober 2023, Halaman 275-286
286
Eva F A, Amzul R, and Netti T (2017) The Role Of Partnership In Value Chain Of Sweet Potato
In Regency Of West Java (Case Study Of Pt Galih Estetika Indonesia Partnership)
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship Vol 3 pp 165-175
Gea saharman, Kerista Sebayang, T. A. A. (2016). Peningkatan Kualitas Produksi Santan
Kelapa Sebagai Bahan. Abdimas Talenta, 1(1), 9296.
Ignacio, I. F., & Miguel, T. S. (2021). Research opportunities on the coconut (Cocos
nucifera L.) using new technologies. South African Journal of Botany, 141, 414420.
https://doi.org/10.1016/j.sajb.2021.05.030
Mardesci, H., Santosa, S., Nazir, N., & Hadiguna, R. A. (2019). Penerapan Analytical
Hierarchy Process (Ahp) Dalam Penentuan Daerah Prospektif Untuk
Pengembangan Agroindustri Kelapa. Sistemasi, 8(2), 288.
https://doi.org/10.32520/stmsi.v8i2.503
Palungkun, R. (2005). Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta.
Patil, U., & Benjakul, S. (2018). Coconut Milk and Coconut Oil: Their Manufacture
Associated with Protein Functionality. Journal of Food and Agroindustry, 0, 1
9.https://doi.org/10.1111/1750-3841.14223
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Srihari, E., FSri Lingganingrum, F., Hervita, R., & Wijaya S, H. (2010). Pengaruh
penambahan maltodekstrin pada pembuatan santan kelapa bubuk.
Soleh, D., Dan, E., & Damanik, S. (2017). Pola Usahatani Terpadu Kelapa, Pandan dan
Ternak untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Desa Sindang Jaya, Tasikmalaya,
Jawa Barat. Buletin Palma, 0(38), 1016.
https://doi.org/10.21082/bp.v11n38.2010.10-16
Tulashie, S. K., Amenakpor, J., Atisey, S., Odai, R., Edem, E., & Akpari, A. (2022). Case
Studies in Chemical and Environmental Engineering Production of coconut milk: A
sustainable alternative plant-based milk. Case Studies in Chemical and Environmental
Engineering, 6(April), 100206. https://doi.org/10.1016/j.cscee.2022.100206
Wulandari, N., Lestari, I., & Alfiani, N. (2017). Peningkatan Umur Simpan Produk Santan
Kelapa dengan Aplikasi Bahan Tambahan Pangan dan Teknik Pasteurisasi
Improving Shelf Life of Coconut Milk ( Cocos nucifera L .) by Using Food Additives
and Pasteurization Technique. Jurnal Mutu Pangan, 4(1), 3037.
Yulindha dan Legowo, A. M. (2021). Karakteristik Fisik Santan Kelapa dengan
Penambahan Emulsifier Biji Ketapang Physical Characteristics of Coconut Milk with
the Addition of Ketapang Seed Emulsifier. Jurnal Pangan Dan Gizi, 11(01), 114.
... Daging buah kelapa mengandung banyak enzim. Setiap bagian dari buah kelapa dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan (Meilizar et al., 2023). Komoditas unggulan yang berasal dari daging buah kelapa adalah kopra dan minyak kelapa yang memiliki nilai ekonomi yang luar biasa. ...
Article
Full-text available
Healthy snack-making is a home-based business that many people in Gorontalo Regency engage in. The significant demand for such snacks presents a promising business opportunity. With stiff competition, it's necessary for these businesses to continuously strive for innovation and breakthroughs to ensure their products remain in high demand with consumers. The aim of this initiative is to enhance the local community's understanding of managing their business in a professional, creative and innovative way, and to broaden the exposure of their products in the market. The aim of this initiative is to enhance the local community's understanding of managing their business in a professional, creative and innovative way, and to broaden the exposure of their products in the market. These objectives will be achieved through a range of community service activities such as lectures, practical demonstrations of fruit soup preparation, step-by-step guidance, and assessment. The community service project was well received by the partners, as evidenced by their active participation in all stages of the initiative. Both partners benefitted from this activity, particularly in the areas of marketing, business management, and capacity building. Pendahuluan Saat ini, sektor makanan dan minuman, khususnya industri makanan ringan, sedang berkembang pesat. Bisnis rumahan biasanya memproduksi makanan ringan sehat seperti sup buah, yang memiliki daya tarik bagi berbagai kelompok usia. Terbukti bahwa persaingan sangat ketat di bidang ini, seperti yang ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah bisnis yang menawarkan beragam jenis makanan ringan sehat ini. Terbukti bahwa persaingan sangat ketat di bidang ini, seperti yang ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah bisnis yang menawarkan beragam jenis makanan ringan sehat ini. Produk makanan ringan sehat (sup buah) adalah pilihan yang semakin populer, dengan ketersediaan yang luas di toko-toko roti besar dan toko-toko makanan dan toserba yang lebih kecil. Camilan serbaguna ini tidak terbatas pada camilan santai, namun juga dapat disajikan di berbagai acara seperti pertemuan sosial, pernikahan, dan bahkan pertemuan bisnis. Permintaan yang tinggi ini menawarkan peluang bisnis yang menjanjikan bagi mereka yang ingin berinvestasi di pasar makanan kesehatan. Terlibat dalam bisnis ini bisa sangat menguntungkan. Mereka yang terlibat dalam bidang ini harus membiasakan diri dengan kerumitan pemasaran makanan ringan yang sehat (seperti sup buah) dan mendapatkan keahlian dalam produksi makanan ringan yang terbuat dari kelapa dan santan.
Article
Full-text available
A member of the Arecaceae family, coconut Cocos nucifera L. is cultivated in tropical regions worldwide. Humans have exploited the different structures of this palm for millennia. Although the trunk and leaves are used, mainly as construction material, by far the most valuable element is the fruit. It is the source of edible components such as coconut water, virgin coconut oil, copra, and coconut milk, as well as natural fiber (husk) and activated charcoal (nutshell). Today, all of them are at high demand in the international markets. Thus represent a commerce valued in ~11.5 billion dollars, and it is expected to reach ~31.1 billion by 2026. The global market of coconut derived products used in food applications must meet an increase stringent food quality and security parameters. Application of new technologies and research strategies such as metabolomics, proteomics, genomics and transcriptomics to coconut fruit is generating exciting data that will help improve management and marketing of this valuable crop. This in turn will lead to progressive genetic improvement of C. nucifera while allowing current producers to meet market demands. This review condenses the most outstanding current research on coconut fruit involving these technologies and approaches.
Article
Full-text available
Pengembangan agroindustri kelapa di sentra daerah penghasil kelapa masih perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya petani kelapa yang masih bertahan dengan tradisi lama, yaitu menjual kelapa bulat tanpa mengolahnya terlebih dahulu. Salah satu strategi pengembangan adalah dengan menentukan daerah potensial untuk pengembangan agroindustri tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daerah potensial atau daerah yang prospektif untuk pengembangan agroindustri kelapa. Kriteria yang digunakan adalah jumlah penduduk, luas areal, jumlah produksi, dan jumlah petani kelapa. Sedangkan alternatif adalah mencakup semua daerah penghasil kelapa. Lokasi penelitian dilakukan di kabupaten Indragiri Hilir, yang terdiri atas 20 daerah penghasil kelapa, yaitu Batang Tuaka, Concong, Enok, Gaung Anak serka, Gaung, Kateman, Kempas, Kemuning, Keritang, Kuala Indragiri, Mandah, Pelangiran, Pulau Burung, Reteh, Sungai Batang, Tanah Merah, Teluk Belengkong, Tembilahan, Tembilahan Hulu, dan Tempuling. Penentuan daerah prospektif menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan program Expert Choice . Hasil perhitungan menunjukkan bahwa daerah yang paling prospektif untuk pengembangan agroindustri kelapa di Indragiri Hilir adalah Kecamatan Mandah, dengan bobot 0.150.Hasil dari penelitian ini bisa digunakan sebagai pendukung keputusan dalam menentukan daerah untuk pengembangan agroindustri kelapa.
Article
Full-text available
Coconut palm (Cocos nucifera L.) is an economic plant cultivated in tropical countries, mainly in the Asian region. Coconut fruit generally consists of 51.7% kernel, 9.8% water, and 38.5% shell. Coconut milk is commonly manufactured from grated coconut meat (kernel). Basically, coconut milk is an oil‐in‐water emulsion, stabilized by some proteins existing in the aqueous phase. Maximization of protein functionality as an emulsifier can enhance the coconut milk stability. In addition, some stabilizers have been added to ensure the coconut milk stability. However, destabilization of emulsion in coconut milk brings about the collapse of the emulsion, from which virgin coconut oil (VCO) can be obtained. Yield, characteristics, and properties of VCO are governed by the processes used for destabilizing coconut milk. VCO is considered to be a functional oil and is rich in medium chain fatty acids with health advantages.
Article
Full-text available
The partnership between the farmers and PT Galih Estetika Indonesia as the exporter company in the field of sweet potato processing is expected to support the development of sweet potato agribusiness in Kuningan Regency and become one of the solutions for farmers’ problems. Termination of partnership contracts undertaken by the farmers will have an impact on the implementation of partnerships, company operations as well as the value chain. This study aims to analyze the pattern of partnership, degree of partnership, value chain structure, value chain governance, farmers’ income (partner and non-partner) and margin. The method of data processing and data analysis used the descriptive analysis qualitative and quantitative descriptive analysis. The results showed that the pattern of partnership that is formed is a centralized pattern with the degree value of partnership of 716 (madya pattern). The structure of the value chain by mapping the actors and their activities result in relationships and coordination between the parties. Farmers with companies belong to the modular type in VCG. Economic benefits indicate that net income of partner farmers is Rp22,157,828/Ha, while non-partner farmers obtain Rp12,306,789/Ha and the smallest margin is obtained by the coordinator. The analysis shows that farmers' incomes are larger, but partnership planning has not been ideal. Therefore, the roles of farmers, companies and related agencies are required in the running of the ideal sweet potato partnership program. Keywords: sweet potato partnership, partnership pattern, value chain, value chain governance, revenue
Article
This study aims at the production of coconut milk as a substitute for milk from cows (dairy milk) using mature coconut. The purpose of this milk is to address the challenges associated with allergies, lactose intolerance, and the prevalence of hypercholesterolemia. The milk was obtained from coconut by wet extraction. The matured coconut fruit was deshelled, pared, and fragmented. It was pasteurized at 62.8 °C for 30 mins. The results obtained for energy in calories, total fat content, pH, water, total sugars, reducing sugars, and sucrose are as follows; 135.94 kcal, 14.12 g, 790.33 g, 0.70 g, 0.15 g, and 0.55 g, respectively. Additionally, the derived results for protein content, total solids, ash, total carbohydrate, milk solids non-fat, calcium, and vitamin are as follows; 2.22 g, 9.67 g, 0.83 g, 0.89 g, 1.99 g, 92.46 mg, and 18.59 mg, respectively. The total phenolic content was found to be between 295.8333 and 312.5 mg GAE/L and antioxidant capacity value ranged from 412.5 to 437.5 mg vitamin C EQ/L.
Partnership Pattern, Strategy and Income of Oil Palm Farming Of PT Lestari Tani Teladan in Donggala Central Sulawesi
  • N Andri
  • B Muhammad
Andri N, Muhammad B, Hadayani, and Wahyuningsih 2016 Partnership Pattern, Strategy and Income of Oil Palm Farming Of PT Lestari Tani Teladan in Donggala Central Sulawesi International Journal of Business and Management Invention vol 5 pp 94-101
Kabupaten Padang Pariaman dalam Angka
  • Statistik Biro Pusat
Biro Pusat Statistik (2021). Kabupaten Padang Pariaman dalam Angka. BPS Kabupaten Padang Pariaman
Pengaruh pohon pasca sadap dan kematangan buah kelapa terhadap sifat fisik, kimia, organoleptik pasta santan
  • F Cahya
  • W H Susanto
Cahya, F. & Susanto, W.H. (2014). Pengaruh pohon pasca sadap dan kematangan buah kelapa terhadap sifat fisik, kimia, organoleptik pasta santan. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(4): 249-258.
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Republik Indonesia
  • Direktorat Jenderal Perkebunan
Direktorat Jenderal Perkebunan. (2020). Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Republik Indonesia 2020-2024. 1-68.