Available via license: CC BY-NC 4.0
Content may be subject to copyright.
JLEB: Journal of Law Education and Business
E-ISSN: 2988-1242 P-ISSN: 2988-604X
Vol. 1 No. 2 Oktober 2023
Ahsyariyah Zulfi Hafidhoh, dkk. – Universitas Muhammadiyah Purworejo 782
Analisis Kemampuan Numerasi Berdasarkan Asesmen Diagnostik
Tipe Kepribadian Siswa
Ahsyariyah Zulfi Hafidhoh1 Teguh Wibowo2 Riawan Yudi Purwoko3
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Purworejo, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia1,2,3
Email: ahsyariyahzulfi31@gmail.com1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan numerasi siswa SMP berdasarkan tipe
kepribadian thinking dan feeling. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP tahun ajaran 2022/2023, yaitu 2
siswa dengan tipe kepribadian thinking dan 2 siswa dengan tipe kepribadian feeling. Teknik
pengambilan subjek yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Pemilihan subjek dilakukan
dengan menggunakan tes kemampuan numerasi konten ruang dan bentuk (space and shape) yang
didasarkan pada hasil angket asesmen diagnostik tipe kepribadian untuk mengelompokkan siswa yang
memiliki tipe kepribadian thinking dan feeling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
angket, tes, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan
adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam menyelesaikan soal tes kemampuan numerasi konten ruang dan bentuk (space and shape),
terdapat sebagian kemampuan numerasi yang tidak dapat terpenuhi oleh siswa dengan tipe
kepribadian thinking dan tipe kepribadian feeling. Siswa dengan tipe kepribadian thinking tidak dapat
menafsirkan hasil analisis untuk menjawab pertanyaan dengan benar. Sedangkan siswa dengan tipe
kepribadian feeling tidak dapat menafsirkan dan menggunakan representasi berdasarkan sumber
informasi dengan benar. Jadi, terdapat perbedaan kemampuan numerasi antara siswa dengan tipe
kepribadian thinking dan tipe kepribadian feeling.
Kata Kunci: Kemampuan Numerasi, Asesmen Diagnostik, Thinking, Feeling
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan bidang ilmu yang diajarkan mulai dari jenjang sekolah dasar
hingga perguruan tinggi. National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) menyatakan
bahwa standar utama dalam pembelajaran matematika meliputi kemampuan pemecahan
masalah, komunikasi, koneksi, penalaran, dan representasi (Maulyda, 2020: 14). Menurut
pernyataan tersebut, belajar matematika tidak hanya sekedar mengembangkan kemampuan
untuk memecahkan masalah menggunakan perhitungan atau rumus. Faradila, dkk (2020:
121) menyatakan bahwa “Pemecahan masalah dalam matematika sangat erat kaitannya
dengan berpikir”. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika juga diperlukan
kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, dan sistematis saat proses pemecahan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan tersebut terangkum dalam suatu keterampilan
yang disebut dengan kemampuan numerasi. Menurut Atmazaki, dkk (2017: 7) kemampuan
numerasi yaitu kemampuan dalam menggunakan matematika dasar guna memecahkan
masalah sehari-hari serta menganalisis dalam berbagai bentuk seperti grafik, tabel, diagram
dan sebagainya. Dalam memecahkan masalah sehari-hari kemampuan numerasi tidak hanya
menekankan pada penguasaan materi saja, akan tetapi mencakup penalaran, konsep, dan
fakta. Kemampuan numerasi juga menjadi standar mutu pendidikan pada suatu negara.
Kemampuan numerasi siswa Indonesia dapat dilihat dari hasil Programme For International
Student Assesment (PISA) (Kurniawati & Kurniasari, 2019: 441). Organisation for Economic
JLEB: Journal of Law Education and Business
E-ISSN: 2988-1242 P-ISSN: 2988-604X
Vol. 1 No. 2 Oktober 2023
Ahsyariyah Zulfi Hafidhoh, dkk. – Universitas Muhammadiyah Purworejo 783
Cooperation Development (OECD) menyatakan hasil PISA tahun 2018 bahwa rata-rata skor
matematika siswa Indonesia mencapai 379 dari skor rata-rata 487 (Salvia, dkk, 2022: 352).
Dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar siswa, guru harus
menyadari faktor-faktor yang memengaruhi kegiatan belajar siswa, salah satunya dengan
mengetahui karakteristik siswa. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Menurut Ramalisa (2013: 42) salah satu karakteristik siswa yang dapat memengaruhi
kegiatan belajar siswa adalah kepribadian. Sebuah sifat, gaya, karakteristik yang terkait
dengan diri kita masing-masing disebut kepribadian. Hasil penelitian Umami, dkk (2023: 1)
menunjukkan bahwa setiap siswa memiliki karakteristiknya masing-masing dalam
menyelesaikan masalah. Setiap orang yang memiliki tipe kepribadian berbeda dapat
menyebabkan perbedaan dalam menyelesaikan suatu masalah (Sari & Kurniasari, 2022: 938).
Tipe kepribadian seseorang yang kaitannya dengan pemecahan masalah matematika adalah
tipe kepribadian seseorang dalam mengambil kesimpulan dan keputusan. Tipe kepribadian
tersebut adalah tipe kepribadian thinking dan tipe kepribadian feeling (Handican & Safitri,
2017: 611). Ramalisa (2013: 43) menyatakan bahwa tipe kepribadian thinking memiliki
keterampilan berpikir kritis, kepribadian ini lebih menggunakan pikiran secara logis dan
analisis yang objektif dalam mengambil keputusan. Sementara feeling adalah mereka yang
mempertimbangkan perasaan serta nilai-nilai yang digunakan dalam mengambil keputusan.
Dalam pembelajaran kurikulum merdeka saat ini, guru lebih leluasa dalam mengajar
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Sebelum memulai pembelajaran, kegiatan
yang bisa dilakukan untuk menentukan apa yang sebenarnya dibutuhkan siswa dalam
pembelajaran adalah dengan pemberian asesmen awal atau asesmen diagnostik kepada siswa.
Asesmen diagnostik merupakan penilaian atau asesmen kurikulum merdeka yang dilakukan
secara khusus untuk mengidentifikasi keterampilan, kekuatan, dan kelemahan siswa sebelum
dimulainya pembelajaran. Sesuai dengan hasil penelitian Nasution (2021: 135) yang
menyatakan bahwa asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar
siswa dan mengetahui kondisi awal siswa. Sehingga guru dapat menciptakan suasana belajar
yang tepat dan menyiapkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan
adanya asesmen diagnostik tersebut dapat memberikan analisis yang lebih mendalam tentang
kondisi awal siswa sehingga guru dapat menyusun program pembelajaran numerasi sesuai
dengan tipe kepribadian siswa.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan peneliti
adalah pendekatan fenomenologi. Pengambilan subjek dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling, pertimbangan dalam penelitian ini adalah siswa dengan tipe
kepribadian thinking dan feeling. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Purworejo pada
tahun ajaran 2022/2023. Subjek dalam penelitian ini adalah 2 siswa dengan tipe kepribadian
thinking dan 2 siswa dengan tipe kepribadian feeling dari kelas VIII F SMP Negeri 1 Purworejo
yang sudah mengikuti tes asesmen diagostik tipe kepribadian dan tes kemampuan numerasi
konten ruang dan bentuk (space and shape). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama yaitu pengelompokkan tipe kepribadian siswa
menggunakan angket asesmen diagnostik tipe kepribadian. Dalam menentukan subjek
penelitian, peneliti menyusun sebuah instrumen berupa angket asesmen diagnostik tipe
kepribadian yang dimodifikasi dari instrumen tipe kepribadian oleh Kurniayu (2021). Tahap
kedua yaitu subjek yang terpilih diberikan tes kemampuan numerasi konten ruang dan bentuk
(space and shape). Tahap ketiga yaitu wawancara dengan subjek yang telah melakukan tes
kemampuan numerasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
JLEB: Journal of Law Education and Business
E-ISSN: 2988-1242 P-ISSN: 2988-604X
Vol. 1 No. 2 Oktober 2023
Ahsyariyah Zulfi Hafidhoh, dkk. – Universitas Muhammadiyah Purworejo 784
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil tes, catatan lapangan, dan wawancara yang telah dilakukan, maka
pada bagian ini peneliti akan membahas hasil penelitian tentang kemampuan numerasi siswa
berdasarkan asesmen diagnostik tipe kepribadian. Pembahasan penelitian ini terdiri dari
subjek dengan tipe kepribadian thinking dan subjek dengan tipe kepribadian feeling. Pada soal
nomor 1, siswa dengan tipe kepribadian thinking dan tipe kepribadian feeling dapat
memenuhi semua kemampuan numerasi yang diukur, yaitu siswa dapat mengidentifikasi
informasi yang ditampilkan dalam bentuk gambar. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fauzi & Abidin (2019: 6) bahwa siswa dengan tipe kepribadian thinking
dan feeling dapat memahami masalah, kedua siswa ini dapat mengidentifikasi secara detail
informasi yang terdapat pada soal.
Pada soal nomor 2, siswa dengan tipe kepribadian thinking dapat memenuhi semua
kemampuan numerasi yang diukur, yaitu siswa dapat mengidentifikasi informasi yang
ditampilkan dalam bentuk gambar, serta dapat menafsirkan dan menggunakan representasi
berdasarkan sumber informasi dengan benar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hartatik & Nafiah (2020: 40) bahwa menganalisis informasi dalam bentuk gambar lebih
mudah daripada kata-kata atau tulisan karena representasi matematik seperti gambar akan
memudahkan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Sementara siswa dengan tipe
kepribadian feeling hanya dapat memenuhi sebagian kemampuan numerasi yang diukur, yaitu
siswa dapat mengidentifikasi informasi yang ditampilkan dalam bentuk gambar. Siswa dengan
tipe kepribadian feeling tidak dapat menafsirkan dan menggunakan representasi berdasarkan
sumber informasi dengan benar. Sesuai dengan penelitian Rahmawati, dkk (2015: 3) yang
mengemukakan bahwa ketika siswa mengerjakan soal matematika yang berkaitan dengan
kemampuan representasi, hanya sebagian kecil siswa dapat menjawab benar, dan sebagian
lainnya lemah dalam memanfaatkan kemampuan representasi yang dimilikinya.
Pada soal nomor 3, siswa dengan tipe kepribadian thinking hanya memenuhi sebagian
kemampuan numerasi yang diukur, yaitu siswa dapat menganalisis masalah untuk
menerapkan strategi yang sederhana. Siswa dengan tipe kepribadian thinking tidak dapat
menafsirkan hasil analisis tersebut untuk menjawab pertanyaan dengan benar. Sementara
siswa dengan tipe kepribadian feeling dapat memenuhi semua kemampuan numerasi yang
diukur, yaitu siswa dapat menganalisis masalah untuk menerapkan strategi yang sederhana,
serta dapat menafsirkan hasil analisis tersebut untuk menjawab pertanyaan dengan benar. Hal
ini sejalan dengan penelitian Napsiyah, dkk (2022: 105) bahwa setiap siswa mempunyai
karakteristik yang berbeda ketika menyelesaikan soal, sehingga menyebabkan perbedaan
dalam kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa untuk menyelesaikan permasalahan.
Pada soal nomor 4, siswa dengan tipe kepribadian thinking dan tipe kepribadian feeling
dapat memenuhi semua kemampuan numerasi yang diukur, yaitu siswa dapat menganalisis
masalah untuk menerapkan strategi yang sederhana, serta dapat menafsirkan hasil analisis
tersebut untuk menjawab pertanyaan dengan benar. Siswa dengan tipe kepribadian thinking
dan tipe kepribadian feeling juga dapat menerapkan algoritma dasar, menggunakan,
melaksanakan prosedur atau ketentuan dasar. Hal ini sejalan dengan penelitian Fauzi & Abidin
(2019: 6) bahwa siswa thinking dan feeling dapat menganalisis masalah yang terdapat pada
soal dan menyelesaikan permasalahan tersebut dengan langkah yang tepat serta mendapat
jawaban yang benar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menyelesaikan soal tes kemampuan
numerasi konten ruang dan bentuk (space and shape), terdapat sebagian kemampuan
numerasi yang tidak dapat terpenuhi oleh siswa dengan tipe kepribadian thinking dan tipe
kepribadian feeling. Siswa dengan tipe kepribadian thinking tidak dapat menafsirkan hasil
JLEB: Journal of Law Education and Business
E-ISSN: 2988-1242 P-ISSN: 2988-604X
Vol. 1 No. 2 Oktober 2023
Ahsyariyah Zulfi Hafidhoh, dkk. – Universitas Muhammadiyah Purworejo 785
analisis untuk menjawab pertanyaan dengan benar. Sedangkan siswa dengan tipe kepribadian
feeling tidak dapat menafsirkan dan menggunakan representasi berdasarkan sumber
informasi dengan benar.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh pada kemampuan numerasi siswa. Berdasarkan deskripsi
hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan peneliti, terdapat perbedaan kemampuan
numerasi siswa SMP berdasarkan asesmen diagnostik tipe kepribadian thinking dan feeling.
Siswa dengan tipe kepribadian thinking dapat memenuhi kemampuan numerasi yang diukur,
diantaranya yaitu dapat mengidentifikasi informasi yang ditampilkan dalam bentuk gambar;
dapat menafsirkan dan menggunakan representasi berdasarkan sumber informasi dengan
benar; dapat menganalisis masalah untuk menerapkan strategi yang sederhana; dan dapat
menerapkan algoritma dasar, menggunakan, melaksanakan prosedur atau ketentuan dasar.
Sedangkan kemampuan numerasi yang dapat terpenuhi oleh siswa dengan tipe kepribadian
feeling yaitu dapat mengidentifikasi informasi yang ditampilkan dalam bentuk gambar; dapat
menganalisis masalah untuk menerapkan strategi yang sederhana, serta dapat menafsirkan
hasil analisis tersebut untuk menjawab pertanyaan dengan benar; dan dapat menerapkan
algoritma dasar, menggunakan, melaksanakan prosedur atau ketentuan dasar. Terdapat
sebagian kemampuan numerasi yang tidak dapat terpenuhi oleh siswa dengan tipe
kepribadian thinking dan feeling. Kemampuan numerasi yang tidak terpenuhi oleh siswa
dengan tipe kepribadian thinking yaitu siswa tidak dapat menafsirkan hasil analisis untuk
menjawab pertanyaan dengan benar. Sedangkan siswa dengan tipe kepribadian feeling tidak
dapat menafsirkan dan menggunakan representasi berdasarkan sumber informasi dengan
benar.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka saran yang peneliti berikan yaitu:
Guru sebaiknya sering memberikan latihan soal tes kemampuan numerasi kepada siswa agar
dapat meningkatkan kemampuan numerasinya. Pada penelitian ini, peneliti kurang
mengembangkan pertanyaan pada wawancara untuk mendapatkan informasi kemampuan
numerasi yang diperoleh subjek. Disarankan bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian sejenis, hendaknya terlebih dahulu meninjau ulang pedoman wawancara dan
memperdalam wawancara yang nantinya digunakan untuk mengumpulkan informasi yang
berkaitan dengan kemampuan numerasi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Atmazaki, Ali, N. B. V., Muldian, W., Miftahussururi, Hanifah, N., Nento, M. N., & Akbari, Q. S.
2017. Panduan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta: Kemendikbud.
Faradila, L., Wibowo, T., & Purwoko, R. Y. 2020. Analisis Kemampuan Berpikir Reflektif
Matematis pada Siswa dengan Gaya Belajar Visual-Kinestetik. Jurnal Pendidikan
Matematika, 7 (2).
Fauzi, A. M., & Abidin, Z. 2019. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Tipe Kepribadian
Thinking-Feeling dalam Menyelesaikan Soal PISA. Suska Journal of Mathematics
Education, 5 (1).
Handican, R., & Safitri, R. E. 2017. Kesalahan Siswa Tipe Kepribadian Thinking dan Feeling
dalam Menyelesaikan Masalah Program Linear. Seminar Matematika dan Pendidikan
Matematika UNY.
Hartatik, S., & Nafiah. 2020. Kemampuan Numerasi Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru
Sekolah Dasar dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. Education and Human
Development Journal, 5 (1).
JLEB: Journal of Law Education and Business
E-ISSN: 2988-1242 P-ISSN: 2988-604X
Vol. 1 No. 2 Oktober 2023
Ahsyariyah Zulfi Hafidhoh, dkk. – Universitas Muhammadiyah Purworejo 786
Kurniawati, I., & Kurniasari, I. 2019. Literasi Matematika Siswa dalam Menyelesaikan Soal
PISA Konten Space and Shape Ditinjau dari Kecerdasan Majemuk. MATHEdunesa, 8 (2).
Kurniayu, N. 2021. Penalaran Adaptif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Ditinjau dari Tipe Kepribadian. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia. Diunduh dari
http://repository.upi.edu/59836/ pada tanggal 10 Januari 2023.
Maulyda, M. A. 2020. Paradigma Pembelajaran Matematika Berbasis NCTM. Malang: CV. IRDH
Malang.
Napsiyah, Nurmaningsih, & Haryadi., R. 2022. Analisis Kemampuan Numerasi Matematis
Siswa Berdasarkan Level Kognitif pada Materi Kubus dan Balok. Jurnal Pendidikan
Matematika dan IPA, 2 (2).
Nasution, S. W. 2021. Assesment Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Dasar. Prosiding
Pendidikan Dasar, 1 (1).
Rahmawati, D., Hudiono, B., & Nursangaji, A. 2015. Representasi Visual Matematika Siswa
dalam Menyelesaikan Masalah Verbal SPLDV Kelas IX SMP. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa, 4 (5).
Ramalisa, Y. 2013. Proses Berpikir Kritis Siswa SMA Tipe Kepribadian Thinking dalam
Memecahkan Masalah Matematika. Edumatica, 3 (1).
Salvia, N. Z., Sabrina, F. P., & Maula, I. 2022. Analisis Kemampuan Literasi Numerasi Peserta
Didik Ditinjau dari Kecemasan Matematika. Seminar Nasional Pendidikan Matematika. 3,
No. 1.
Sari, A. A., & Kurniasari, I. 2022. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa SMP pada Materi SPLTV Ditinjau dari Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert.
MATHEdunesa, 11 (3).
Umami, A. N., Kurniati, D., Murtikusuma, R. P., Setiawan, B., & Jatmiko, D. D. H. 2023. Berpikir
Kritis Siswa Berkepribadian Sensing, Intuition, Thinking dan Feeling dalam
Menyelesaikan Masalah dengan Informasi Kontradiksi. JES-MAT, 9 (1).