Content uploaded by Indah Nurrohimah
Author content
All content in this area was uploaded by Indah Nurrohimah on Oct 01, 2023
Content may be subject to copyright.
doi : 10.29244/jli.v15i2.42211
JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 15 NO 2 2023 77
KAJIAN DESAIN HEALING GARDEN DI RSUD AHMAD YANI
SEBAGAI MEDIA TERAPI PSIKOLOGIS BERDASARKAN PERSEPSI
DAN PREFERENSI TENAGA KESEHATAN
Study of Healing Garden Design in
Ahmad Yani Hospital as A
Psychological Therapy Media Based
on the Perceptions and Preferences
of Health Workers
Indah Nurrohimah
Departemen Arsitektur Lanskap,
Fakultas Pertanian, IPB University
Email: nrr.indah@apps.ipb.ac.id
Indung Sitti Fatimah
Departemen Arsitektur Lanskap,
Fakultas Pertanian, IPB University
Email: indung_fatimah@apps.ipb.ac.id
Prita Indah Pratiwi
Departemen Arsitektur Lanskap,
Fakultas Pertanian, IPB University
Email: pritaindahpratiwi@apps.ipb.ac.id
Diajukan: 22 Juli 2022
ABSTRACT
In urban communities, the Covid-19 pandemic has caused psychological and mental
disorders. Health workers are most affected and vulnerable to psychological disorders,
especially those working at Covid-19 referral hospitals such as the Ahmad Yani
Hospital. As a result, psychological therapy facilities or media that can improve the
psychological health of health workers are needed. The research aimed to determine the
urgency and need for healing gardens among health workers, to know about health
worker’s perceptions and preferences regarding healing garden design, and make
recommendations on criteria and design concepts for healing gardens in the Ahmad
Yani Hospital area. The study methods included the distribution of questionnaires and
interviews. Descriptive analysis with crosstabulation and frequency techniques is
used. A healing garden in the Ahmad Yani Hospital area is regarded as necessary as a
psychological therapy medium for improving the psychological health of health
workers. During the Covid-19 pandemic in the hospital environment, 97.3% of
participants said they needed a green open space that functions as a relaxation area to
improve psychological health, and 94.6% said they needed a healing garden. Colour
parameters, materials, concepts, space, plants, plant strata, plant functions, facilities,
areas/locations, and healing garden criteria are all preferences for health workers.
Health worker’s preferences for healing garden design are generally relatively
consistent across gender and age groups. A nature-oriented healing garden design is
the recommended healing garden design for the Ahmad Yani Hospital area (biophilic
design).
Keywords: Green space therapy, meditation area, mental health, positive distraction,
therapeutic plant
Diterima: 29 September 2022
PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan gangguan
psikologis dan mental masyarakat lanskap perkotaan
seperti depresi (Arifin et al., 2021; Lempang et al., 2021).
Individu yang tinggal di lanskap perkotaan
memungkinkan adanya tingkat depresi yang lebih tinggi
(Ozdin dan Ozdin, 2020). Tingginya tingkat depresi di per-
kotaan disebabkan adanya rasa khawatir masyarakat yang
berlangsung lama seperti kekhawatiran terinfeksi Covid-
19, tidak memiliki cukup masker, ataupun tidak sanggup
bekerja dari rumah (Choi et al., 2020). Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nasrullah dan Sulaiman
(2021), faktor yang memengaruhi kesehatan psikologis
masyarakat saat pandemi Covid-19 adalah resesi ekonomi;
jarak dan isolasi sosial; stres dan trauma tenaga kesehatan
dan penyedia layanan kesehatan; dan masalah sosial
budaya saat diberlakukannya physical distancing.
Tenaga kesehatan memiliki tingkat risiko tertular virus
Covid-19 lebih tinggi dibandingkan masyarakat biasa
dikarenakan mereka setiap hari berinteraksi langsung
dengan pasien Covid-19 atau pasien dengan diagnosis lain
yang mungkin saja sebelumnya telah terpapar virus
(komorbid) (Riastri, 2020). Berdasarkan penelitian
Murdiyanto et al (2021), tenaga kesehatan yang paling
banyak terpapar virus Covid-19 adalah tenaga kesehatan
yang bekerja di rumah sakit rujukan Covid-19, seperti
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ahmad Yani. Selain
rentan terpapar oleh virus Covid-19 dari pasien, tenaga
kesehatan juga rentan terhadap masalah psikologis seperti
stres, kecemasan, dan kelelahan (Greenberg et al., 2020;
Hira dan Amelia, 2020). Faktor yang memengaruhi
kesehatan psikologis tenaga kesehatan meliputi risiko
terpapar virus Covid-19, kurangnya dukungan sosial atau
stigma masyarakat, penggunaan alat pelindung diri
(APD), dan tidak seimbangnya perbandingan jumlah
tenaga kesehatan yang menangani pasien dengan jumlah
pasien yang dirawat (Nurfadillah dan Yusuf, 2021; Hira
dan Amelia, 2020). Dampak psikologis yang dialami
tersebut akan memengaruhi sistem imunitas tubuh tenaga
kesehatan sehingga rentan tertular Covid-19 dari pasien
yang mereka tangani dan bahkan di antaranya dapat
menyebabkan kematian (Rosyanti dan Hadi, 2020; Ilpaj
dan Nurwati, 2020). Hasil penelitian terbaru menunjukkan
bahwa orang-orang yang sangat rentan terkena virus
Covid-19 seperti tenaga kesehatan, memiliki tingkat
prevalensi stres traumatis sebesar 73,4%
(mengkhawatirkan), depresi sebesar 50,7%, kecemasan
umum sebesar 44,7%, dan insomnia sebesar 36,1% (Liu et
al., 2020 dalam Riastri, 2020).
Diperlukan fasilitas atau media terapi psikologis yang
dapat meningkatkan kesehatan psikologis tenaga
kesehatan di fruang rumah sakit, khususnya RSUD
Ahmad Yani, untuk mengatasi permasalahan yang timbul
akibat adanya pandemi Covid-19 tersebut. Fasilitas atau
media tersebut berupa terapi ruang hijau. Terapi ruang
hijau adalah terapi yang dilakukan dengan cara
mengunjungi atau memandang ruang terbuka hijau
(Pratiwi et al., 2020; Houlden et al., 2018; Faradilla, 2018).
Terapi ruang hijau dapat berupa forest therapy, park/garden
therapy, horticultural therapy, maupun terapi ruang hijau
lain. Garden therapy dengan konsep healing garden
merupakan salah satu jenis terapi ruang hijau yang dapat
doi : 10.29244/jli.v15i2.42211
JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 15 NO 2 2023 78
diaplikasikan di area rumah sakit. Berdasarkan penelitian
Pratiwi et al (2019), melihat taman dapat memberikan efek
relaksasi bagi psikologis dan fisiologis individu. Selain itu,
menurut Goto et al (2017), melihat taman rumah sakit
secara signifikan dapat mengurangi detak jantung dan
meningkatkan suasana hati. Desain taman terapi yang
mempertimbangkan elemen alami seperti tanaman
berbunga, water feature, dan tanaman hijau yang
terpelihara dengan baik kemungkinan dapat memberikan
manfaat relaksasi yang lebih tinggi (Pratiwi et al., 2019).
Healing garden merupakan suatu tempat yang dapat
mengembalikan kesehatan mental dan fisik seseorang
(Schmutz et al., 2014). Berdasarkan penelitian sebelumnya,
healing garden dapat menstimulasi pengeluaran endorfin
dari dalam tubuh sehingga menimbulkan efek relaksasi dan
meningkatkan mood yang positif sehingga respon stres
(stresor) akan menurun (Schmutz et al., 2014; Smeltzer dan
Suzane, 2013). Selain itu, healing garden juga mampu
menurunkan kecemasan dengan jalan memengaruhi
korteks serebri dan sistem limbik sehingga hipotalamus
menurunkan produksi Corticotropic Releasing Hormone
(CRH). Menurunnya produksi CRH membuat produksi
Adrenocorticotropic hormone (ACTH) di pituitari anterior juga
menurun. Hal tersebut akan diikuti dengan penurunan
produksi kortisol di dalam korteks adrenal sehingga
menimbulkan efek pada tubuh berupa normalnya tekanan
darah, nadi, dan respirasi (Smeltzer dan Suzane, 2013).
Keberadaan healing garden diperlukan di area rumah sakit
untuk meningkatkan kondisi psikologis tenaga kesehatan.
Saat ini kondisi healing garden di beberapa rumah sakit di
Indonesia belum memenuhi prinsip desain healing garden
yang baik. Banyak dari healing garden tersebut bertujuan
sebagai pelengkap rumah sakit saja sehingga fasilitas terapi
dan softscape kurang begitu diperhatikan. Selain itu, healing
garden pada kawasan rumah sakit seharusnya berfungsi
sebagai sarana terapi (penyembuhan), bukan sekadar
memenuhi aspek estetika (Rahmatullah et al., 2021).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
urgensi dan kebutuhan tenaga kesehatan terhadap healing
garden; mengetahui persepsi dan preferensi tenaga
kesehatan terhadap desain healing garden; dan
memberikan rekomendasi kriteria serta konsep desain
healing garden di lanskap RSUD Ahmad Yani.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di RSUD Ahmad Yani, yaitu di
Jalan Jenderal Ahmad Yani Kota Metro, Provinsi
Lampung, dengan letak koordinat 5°6'56.76" LS-
105°18'36.45" BT. Luas tapak penelitian kurang lebih
sekitar 29.195 m2. Penelitian ini berlangsung dari bulan
Januari hingga Mei 2022. Lokasi penelitian secara spasial
dapat dilihat pada Gambar 1.
Sampel Penelitian
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling dengan
mempertimbangkan kriteria tertentu. Sampel penelitian
ini terdiri dari 37 partisipan yang bekerja sebagai tenaga
kesehatan di RSUD Ahmad Yani. Adapun kriteria dalam
penentuan sampel adalah partisipan berusia 19-65 tahun,
telah bekerja di rumah sakit minimal satu bulan, dan
bersedia menjadi responden penelitian.
Gambar 1. Peta lokasi RSUD Ahmad Yani
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu pengumpulan
data, analisis, dan penyusunan rekomendasi. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data
primer didapatkan dengan melakukan survei lapang,
penyebaran kuesioner dan wawancara. Sedangkan, data
sekunder didapatkan dengan melakukan studi pustaka.
Survei lapang dilakukan untuk memperoleh data kondisi
eksisting tapak. Penyebaran kuesioner digunakan untuk
mendapatkan data aspek sosial yang meliputi data
demografi partisipan, yaitu usia dan gender. Penyebaran
kuesioner dilakukan secara offline kepada responden di
RSUD Ahmad Yani. Pertanyaan di dalam kuesioner
berkaitan dengan persepsi dan preferensi responden
terhadap urgensi, manfaat, dan pengaruh healing garden
dalam meningkat-kan kondisi kesehatan psikologis
partisipan. Wawancara dilakukan untuk memperoleh
data primer berupa data manajemen taman dan kebijakan
pembangunan di lingkungan rumah sakit. Data kondisi
eksisting tapak dan aspek sosial yang telah dikumpulkan,
selanjutnya dilakukan analisis. Penyusunan rekomendasi
healing garden dilakukan dengan mengacu pada hasil
analisis tapak yang telah dilakukan.
Analisis Data
Sebelum dianalisis, data kuesioner yang telah didapat
dilakukan uji validitas dan realibilitas terlebih dahulu. Uji
validitas merupakan uji untuk mengetahui kevalidan data
yang diukur pada suatu kuesioner atau derajat ketepatan
antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan
data yang dikumpulkan oleh peneliti (Sugiyono, 2016). Uji
ini menggunakan korelasi product moment (Pearson). Suatu
instrumen penelitian dinyatakan valid apabila nilai
koefisien korelasi product moment atau korelasi Pearson
melebihi 0,3; koefisien korelasi product moment > r-tabel
(α; n-2), n = jumlah sampel; dan nilai sig. ≤ α. Berdasarkan
ketiga syarat tersebut, pernyataan yang tidak memenuhi
syarat harus diperbaiki karena dianggap tidak valid.
Rumus yang digunakan untuk uji validitas dapat
menggunakan rumus korelasi product moment:
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi
N : jumlah responden
X : skor masing-masing pertanyaan dari setiap responden
Y : skor total semua pertanyaan dari setiap responden
doi : 10.29244/jli.v15i2.42211
JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 15 NO 2 2023 79
Reliabilitas merupakan uji yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kekonsistenan atau keterandalan
suatu kuesioner. Suatu instrumen dikatakan reliabel
apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek
yang sama, akan menghasilkan data yang sama
(Sugiyono, 2018). Syarat kuesioner dinyatakan reliabel
apabila nilai koefisien reliabilitasnya > 0,60. Uji reliabili-
tas menggunakan rumus Cronbach Alpha seperti berikut:
Keterangan:
: reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
: jumlah varians butir
: varians total
Reliabilitas suatu kuesioner dapat ditentukan melalui
klasifikasi angka Cronbach Alpha. Reliabilitas suatu
kuesioner semakin baik apabila nilai yang diperoleh
termasuk ke dalam klasifikasi nilai yang tinggi atau
mendekati angka satu. Adapun klasifikasi angka
Cronbach Alpha adalah sebagai berikut:
a) 0,00-0,20 : kurang reliabel
b) 0,21-0,40 : agak reliabel
c) 0,41-0,60 : cukup reliabel
d) 0,61-0,80 : reliabel
e) 0,81-1,00 : sangat reliabel
Analisis data yang digunakan meliputi analisis
deskriptif. Analisis deskriptif menggunakan teknik
crosstabulation untuk melihat dan membandingkan
hubungan antara variabel dependen (persepsi dan
preferensi terkait healing garden) dan variabel
independen (usia dan gender). Penarikan kesimpulan
dilakukan berdasarkan frekuensi dan persentase data
hasil persilangan kedua variabel tersebut.
Sintesis dan Rekomendasi
Data yang telah dianalisis kemudian dilakukan sintesis.
Hasil sintesis ini yang menjadi dasar pertimbangan
dalam penyusunan konsep dan rekomendasi desain
healing garden. Pada tahap ini, dikembangkan konsep
dasar, konsep desain, dan konsep pengembangan healing
garden. Konsep dasar dibuat berdasarkan pada fungsi
dan tujuan utama tapak sebagai healing garden. Konsep
desain merupakan pengaplikasian pola dengan beberapa
pendekatan dan mengacu pada konsep dasar yang
meliputi kesesuaian tapak, fasilitas penunjang, dan
obyek tujuan. Konsep pengembangan meliputi konsep
ruang dan aktivitas, sirkulasi, fasilitas, dan tata hijau.
Rekomendasi desain healing garden RSUD Ahmad Yani
menitikberatkan pada penggunaan vegetasi (softscape)
dan material (hardscape) alami.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Hasil uji validitas kuesioner persepsi dan preferensi
menunjukkan bahwa keseluruhan butir pertanyaan
dinyatakan valid karena nilai sig. tiap butir pertanyaan
≤ α. Selain itu, hasil uji reliabilitas kuesioner persepsi
dan preferensi menunjukkan bahwa nilai koefisien
Cronbach Alpha adalah sebesar 0,90 atau > 0,60. Dengan
demikian, kuesioner ini dinyatakan sangat reliabel.
Data Demografi Partisipan
Partisipan penelitian ini didominasi oleh tenaga kesehatan
dengan gender perempuan dan rentang usia 20-60 tahun.
Karakteristik partisipan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Demografi Partisipan (N=37)
Karakteristik
Frekuensi
(N)
Persentase
(%)
Gender
Perempuan
28
75,7
Laki-laki
9
24,3
Usia
< 20 Tahun
1
2,7
20-60 Tahun
36
97,3
> 60 Tahun
0
0
Persepsi dan Preferensi Partisipan
Sebanyak 97,3% partisipan menyatakan bahwa mereka
membutuhkan RTH yang berfungsi sebagai area relaksasi
untuk meningkatkan kesehatan psikologis dan sebanyak
94,6% partisipan menyatakan bahwa mereka membutuh-
kan keberadaan healing garden saat pandemi Covid-19 di
lanskap rumah sakit. Parameter dan sub-parameter healing
garden menurut preferensi partisipan dapat dilihat pada
Tabel 2. Parameter ini mencakup warna, material, konsep,
ruang, tanaman, strata tanaman, fungsi tanaman, fasilitas,
area/lokasi, dan kriteria healing garden.
Tabel 2. Preferensi Partisipan terhadap Healing Garden
Parameter
Sub-parameter
Persentase
(%)
Warna
Warna alam
73,0
Warna dingin
27,0
Warna panas
0,0
Material
Material alam
100,0
Material sintesis
0,00
Konsep
Berorientasi terhadap
manusia
5,4
Berorientasi terhadap
lingkungan
35,1
Gabungan keduanya
59,5
Ruang
Ruang privat/pasif
27,0
Ruang publik/aktif
32,4
Gabungan keduanya
40,5
Tanaman
Hijau
67,6
Berwarna
29,7
Aromatik
10,8
Strata tanaman
Perdu (palem-
paleman)
40,5
Ground cover/rumput
37,8
Pohon
37,8
Fungsi
tanaman
Peneduh/penaung
75,7
Estetika
37,8
Arsitektural
8,1
Fasilitas
Tempat duduk
59,5
Gazebo kecil
59,5
Water feature
49,5
Lampu tanam
40,5
Planter box
37,8
Jalan setapak
35,1
doi : 10.29244/jli.v15i2.42211
JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 15 NO 2 2023 80
Parameter
Sub-parameter
Persentase
(%)
Lampu hias
32,4
Jalur refleksi
32,4
Stepping stone
21,6
Area/ lokasi
Dekat ruang rawat
inap
40,5
Dekat ruang kerja
tenaga kesehatan
35,1
Dekat ruang tunggu
32,4
Dekat welcome area
21,6
Kriteria healing
garden
Memainkan elemen
air dan cahaya
63,9
Menggunakan
tanaman yang dapat
meningkatkan daya
tarik visual
52,8
Menggunakan
material ramah
lingkungan
44,4
Berada dekat ruang
tunggu/inap/kerja
44,4
Aksesibilitas mudah
36,1
Menggunakan
tanaman aromatik
33,3
Memaksimalkan
respon/fungsi panca
indra
30,6
Menggunakan warna-
warna alam
30,6
Menghadirkan wildlife
25,0
Memiliki area privat
dan publik yang jelas
22,2
Memiliki positive
distraction
22,2
Menggunakan
bentukan
organik/alami
19,4
Menerapkan konsep
biofilik
16,7
Sumber: Rofiqi et al (2019); Marcus dan Barnes (2008)
Mayoritas partisipan menyukai healing garden yang
menggunakan warna alam (73%); menggunakan material
alam (100%); berorientasi terhadap manusia dan
lingkungan (59,5%); menyediakan ruang privat dan publik
(40,5%); menggunakan tanaman perdu (palem-paleman)
(40,5%); menggunakan tanaman hijau (67,6%);
menggunakan tanaman yang berfungsi sebagai
peneduh/penaung (75,7%); menyediakan fasilitas berupa
gazebo kecil dan bench (59,5); berada di dekat ruang rawat
inap (40,5%); dan memainkan elemen air serta cahaya
(63,9%).
Berdasarkan hasil crosstabulation (Tabel 3) terkait gender,
baik laki-laki maupun perempuan lebih menyukai healing
garden yang menggunakan warna alam, material alam,
dan berorientasi terhadap manusia serta lanskap.
Perempuan lebih menyukai healing garden yang
menyediakan ruang publik dan privat, sedangkan laki-laki
lebih menyukai healing garden yang menyediakan ruang
publik.
Berdasarkan hasil crosstabulation (Tabel 3) terkait usia, baik
rentang usia 13-19 tahun maupun 20-60 tahun cenderung
memiliki preferensi yang sama terkait healing garden, yaitu:
menggunakan warna alam; menggunakan material alam;
berorientasi terhadap manusia dan lingkungan; dan
menyediakan ruang publik dan privat.
Tabel 3. Hasil Crosstabulation (N=37)
Parameter
Gender
Usia (Tahun)
P
L
13-19
20-60
Warna
Warna alam
21
6
1
26
Warna dingin
7
3
0
10
Warna panas
0
0
0
0
Material
Material alam
28
9
1
36
Material sintesis
0
0
0
0
Konsep
Orientasi
manusia
1
1
0
2
Orientasi
lingkungan
11
2
0
13
Gabungan
keduanya
16
6
1
21
Ruang
Ruang privat
10
0
0
10
Ruang publik
6
6
0
12
Gabungan
keduanya
12
3
1
14
Hal ini sejalan dengan kriteria dan prinsip desain healing
garden dari penelitian sebelumnya. Kriteria desain healing
garden yang dapat diterapkan di area rumah sakit menurut
Marcus dan Barnes (2008) dan Stigsdotter dan Grahn
(2002) dalam Putri et al (2013) adalah healing garden yang
menggunakan pola organik, berpola melingkar dan tidak
kaku; menciptakan komunikasi antara pengguna dengan
elemen desain; kemudahan aksesibilitas; menggunakan
material alami; adanya pembagian zona ruang yang jelas
baik bersifat privat (ruang privasi) ataupun publik (ruang
sosialisasi); memakai material softscape dengan jenis aneka
warna, aromatik, ataupun bisa dimasukkan dalam pot
(tanaman hortikultura); menstimulasi panca indra;
menyediakan ruang untuk pergerakan fisik; memiliki sifat
alami; dan menyediakan jarak. Selain itu, taman yang
didesain juga berupa lingkungan yang didominasi unsur
tanaman, bersifat tidak kompleks dan berpola alami
menjadi media terapi bagi penderita depresi (Pramukanto,
2008) dalam (Setyabudi et al., 2016). Prinsip desain healing
garden mengacu pada penelitian Marcus dan Barnes
(2008), yaitu 1) menciptakan keragaman ruang. Ruang
tersebut berupa ruang privat dan ruang publik; 2)
menyediakan material hijau yang merata dengan cara
meminimalkan kehadiran elemen perkerasan (hardscape)
dan meningkatkan kehadiran elemen vegetasi (softscape);
3) mengakomodasikan aktivitas motorik user (berjalan,
refleksi, bersantai); 4) menyediakan pengalihan yang
positif seperti vegetasi dan water features; 5)
meminimalkan gangguan dengan cara mengontrol cahaya
dan noise/kebisingan dari area sekitar; 6) meminimalkan
ketidakjelasan/ambigu dengan cara membuat desain
yang jelas sehingga dapat meminimalisasi stres user dan
menghadirkan fitur/elemen yang dapat teridentifikasi
dengan baik (bentuk, fungsi, warna, material, dan lain-
lain).
doi : 10.29244/jli.v15i2.42211
JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 15 NO 2 2023 81
Kondisi Eksisting Tapak
Terdapat delapan tapak healing garden yang
direncanakan untuk didesain, yaitu taman A (1.209,94
m2), taman B (33,75 m2), taman C (130,75 m2), taman D
(69,5 m2), Taman E (93 m2), taman F (167,5 m2), taman G
(146 m2), dan taman H (21 m2). Kedelapan tapak ini
dalam kondisi menyebar di sekitar area welcome area,
ruang rawat inap, ruang tenaga kesehatan, dan ruang
tunggu. Berdasarkan penelitian sebelumnya, healing
garden dapat bermanfaat secara maksimal jika letaknya
menyebar di sekitar area rumah sakit sehingga dapat
menunjang kegiatan penyembuhan pasien, tenaga
kesehatan, maupun pengunjung, dan tidak berkumpul di
satu tapak. Berdasarkan dokumen AMDAL RSUD
Ahmad Yani, lokasi RTH tersebut tidak bisa dipindahkan
dan dikurangi luasannya, dan memang diperuntukkan
sebagai area terbuka hijau rumah sakit.
Gambar 3. Dokumentasi Tapak Eksisting
RSUD Ahmad Yani saat ini sedang mengusung konsep
manajemen rumah sakit, yaitu Green Hospital, dan
kondisi RTH yang ada belum direncanakan dengan baik
sehingga perencanaan healing garden dapat menunjang
tercapainya konsep tersebut. Pihak manajemen rumah
sakit juga sangat mendukung dan antusias dengan
adanya perencanaan healing garden di area rumah sakit.
Peta persebaran tapak healing garden dapat dilihat pada
Gambar 2.
Konsep Healing Garden
Konsep perancangan taman yang direkomendasikan di
lanskap RSUD Ahmad Yani adalah konsep greenspace
therapy dengan pendekatan desain biofilik. Konsep ini
merupakan salah satu konsep healing garden yang
menjadikan taman sebagai media terapi psikologis user
dengan berorientasi terhadap alam. Konsep greenspace
therapy memanfaatkan ruang luar (outdoor space) sebagai
area terapi yang dapat meningkatkan kesehatan
psikologis user. Kegiatan terapi ini dapat menstimulasi
kemampuan sensorik, motorik, maupun sosial user.
Kemampuan sensorik dapat ditingkatkan dengan
memaksimalkan fungsi panca indra, yaitu penglihatan,
pendengaran, pengecap, penciuman, maupun peraba.
Kemampuan motorik dapat ditingkatkan melalui kegiatan
berjalan di jalan setapak, stepping stone, ataupun di jalur
refleksi. Kemampuan sosial dapat ditingkatkan dengan cara
bersosialisasi dan berinteraksi dengan user lain. Konsep
greenspace therapy ini bertujuan untuk mengintegrasikan
unsur kualitas taman menurut Rofiqi et al (2019). Unsur
tersebut antara lain unsur pencahayaan, view, warna,
material, aroma, dan akustik/suara. Unsur pertama
adalah unsur pencahayaan yang dapat merangsang indra
penglihatan. Unsur ini berasal dari cahaya matahari dan
cahaya lampu. Unsur kedua adalah unsur view yang dapat
merangsang indra penglihatan. Unsur view bisa berasal
dari view ke dalam maupun ke luar. Unsur ketiga adalah
unsur warna dan material yang dapat merangsang indra
penglihatan dan peraba. Warna dan material yang
digunakan untuk healing garden biasanya menggunakan
warna soft atau earth tone. Sedangkan, material yang biasa
digunakan merupakan material yang berasal dari alam.
Unsur keempat adalah unsur aroma yang dapat
merangsang indera penciuman. Unsur ini bisa berasal dari
vegetasi aromatik yang mampu memberikan aroma atau
bau khas sehingga dapat menciptakan ketenangan bagi
user yang mencium aroma tersebut. Unsur kelima adalah
unsur akustik/suara yang dapat merangsang indra
pendengaran. Unsur suara dapat berasal dari suara
gemericik air, desau angin, dersik dedaunan, ataupun
suara satwa liar.
Konsep desain healing garden RSUD Ahmad Yani
menggunakan bentukan organik dan fleksibel, serta
menghindari bentukan yang kaku dan geometris. Desain
ini menggunakan bentuk molekul kimia yang
Gambar 2. Peta tapak healing garden
doi : 10.29244/jli.v15i2.42211
JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 15 NO 2 2023 82
diaplikasikan pada pola ruang dan pola sirkulasi. Adapun
filosofi dari molekul kimia adalah bentukan ini
merepresentasikan sifat saling terikat atau terkoneksi
antara ruang yang satu dengan ruang lainnya. Keterikatan
atau koneksi ini berbentuk aksesibilitas dan sirkulasi yang
menghubungkan area indoor dan outdoor. Selain itu,
molekul kimia juga menjadi simbol suatu aliran
pergerakan dan transisi, baik manusia (user), satwa,
maupun energi (cahaya matahari, angin, air).
Penataan dan penggunaan tanaman pada tiap taman
mempertimbangkan konsep ruang dan fungsi tanaman
sebagai media terapi psikologis. Tanaman yang digunakan
berupa tanaman hijau, tanaman aromatik, dan tanaman
berwarna. Konsep ruang terdiri dari ruang privat, publik,
dan terapi. Konsep sirkulasi terdiri dari sirkulasi primer (di
dalam tapak) dan sekunder (koridor). Konsep fasilitas yang
digunakan berupa fasilitas aktif dan pasif. Fasilitas aktif
berfungsi untuk menunjang terapi motorik user, seperti
pathway dan jalur refleksi. Sedangkan fasilitas pasif
berfungsi untuk mengakomodasikan kegiatan pasif dan
terapi sensorik user seperti water feature, sitting area (bench,
gazebo), planter box, dan lain-lain.
Desain Healing Garden
Rekomendasi healing garden di area RSUD Ahmad Yani
mengaplikasikan material alam yang memiliki sifat ramah
lingkungan. Material tersebut berfungsi untuk menunjang
kegiatan terapi di area healing garden. Beberapa material
yang digunakan dalam desain healing garden, yaitu kayu
cemara hinoki (uncoated wood, oil-finished wood,
vitreousfinished wood), batu koral, batu split, metal, pasir,
semen, dan kaca. Menyentuh kayu cemara hinoki
menggunakan telapak kaki dan telapak tangan kanan
secara signifikan dapat menurunkan konsentrasi oxy-Hb di
korteks prefrontal kiri dan kanan, meningkatkan aktivitas
saraf parasimpatis, dan menurunkan aktivitas saraf
simpatis dibandingkan menyentuh marmer. Hal ini dapat
menginduksi efek relaksasi psikologis (Ikei et al., 2018; Ikei
et al., 2017). Selain itu, Ikei et al (2017) dalam penelitiannya
juga mengemukakan bahwa kayu yang tidak diberi lapisan
permukaannya (uncoated wood) dapat menenangkan korteks
prefontal, meningkatkan aktivitas saraf parasimpatik,
menurunkan detak jantung, dan memberikan efek relaksasi
dibandingkan kayu yang diberi lapisan permukaannya
(vitreous-finished, urethane-finished, dan mirror-finished wood)
bagi yang menyentuhnya. Kayu dengan lapisan permukaan
dilapisi minyak dan seperti kaca (oil-finished dan vitreous-
finished wood) lebih dapat menenangkan aktivitas korteks
prefontal kiri dan menurunkan detak jantung dibandingkan
kayu dengan lapisan permukaan seperti cermin (mirror-
finished wood).
Tanaman yang digunakan dalam desain merupakan
tanaman lokal yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) semak aromatik yang dapat mengeluarkan aroma/bau
khas dan menstimulus respon indra penciuman; b) ground
cover dan semak berwarna yang dapat menstimulasi respon
indra penglihatan (positive distraction); c) rumput yang dapat
menstimulasi pergerakan user (flexible area); d) pohon
berbuah yang berfungsi sebagai stimulus indra perasa; e)
pohon, perdu, dan semak yang berfungsi sebagai
ameliorasi iklim (pereduksi polutan dan bising), habitat
satwa liar (burung, kupu-kupu, dan lain-lain) dan
menstimulus indra peraba; f) tanaman air yang dapat
menstimulus indra penglihatan; dan g) tanaman rambat
yang dapat menstimulus indra penglihatan dan peraba;
serta h) bukan tanaman beracun, berduri, dan berlendir.
Tanaman tersebut memiliki peran sebagai tanaman
peneduh, estetika, dan ameliorasi iklim. Selain itu,
beberapa tanaman yang digunakan dalam desain juga
merupakan tanaman obat-obatan dan tanaman produksi
sehingga aman dikonsumsi dan multifungsi.
Perbedaan warna daun dapat memberikan perbedaan
respon fisiologis dan psikologis individu. Tanaman
berwarna hijau dinilai dapat merangsang perasaan tenang
dan santai. Tanaman berwarna putih lebih disukai oleh
wanita dibandingkan pria. Tanaman berwarna kuning
dapat merangsang emosi positif bagi pria dan wanita.
Tanaman berwarna merah dinilai dapat menciptakan
perasaan hangat dan kesan lingkungan yang mewah,
sehingga menarik minat pria untuk melihat. Selain itu,
warna tanaman dapat berfungsi dalam membantu
individu dalam melepaskan stres dan meningkatkan
status emosional mereka (Elsadek et al., 2013; Chang dan
Chen, 2005; Hye et al., 2012; Suminah et al., 2017). Individu
lebih menyukai bunga berwarna cerah. Bunga berwarna
merah dan lavender lebih disukai individu dibandingkan
dengan bunga berwarna putih dan merah muda. Bunga
warna biru paling tidak disukai oleh individu (Todorova
et al., 2004; Behe et al., 1999). Di samping itu, Li et al (2012)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa tanaman
berwarna hijau dan ungu lebih efektif dalam merelaksasi
tubuh, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan
suasana hati dibandingkan dengan tanaman berwarna
merah, kuning, dan putih. Sejalan dengan temuan
tersebut, Xie et al (2021) dalam penelitiannya juga
mengemukakan bahwa melihat tanaman berbunga dapat
memberikan efek fisiologis dan psikologis seperti
pengurangan stres dan peningkatan well-being. Warna
bunga juga berpengaruh terhadap efek positif terhadap
fisiologis dan psikologis individu. Bunga warna kuning
lebih mampu meningkatkan perasaan relaksasi individu
dibandingkan bunga berwarna merah dan putih.
Sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya, partisipan
mayoritas menyukai penggunaan tanaman berwarna
hijau dikarenakan dapat memberikan efek relaksasi yang
lebih efektif, menurunkan tingkat stres, dan meningkatkan
emosi positif. Selain itu, partisipan menyukai tanaman
berwarna karena dapat memberikan respon indra yang
berbeda sebagai bagian dari terapi. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini banyak digunakan tanaman hijau, tanaman
bunga berwarna lavender/ungu, tanaman bunga
berwarna merah, tanaman bunga berwarna kuning/
jingga, dan tanaman bunga berwarna putih.
Jo et al (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
tanaman aromatik memiliki manfaat secara psikologis dan
fisiologis. Secara fisiologis, wewangian yang ditimbulkan
oleh tanaman dapat mengaktifkan area otak yang
bertanggung jawab atas fungsi gerakan, bicara, dan
memori, serta merangsang aktivitas sistem saraf simpatik
(SNS) yang berhubungan dengan kegembiraan. Secara
psikologis, aroma tanaman dapat meningkatkan rasa
semangat, mengurangi perasaan tertekan, membangkitkan
citra ceria, dan menggairahkan. Tanaman aromatik
memiliki efek positif terhadap suasana hati dan emosi bagi
yang menghirupnya. Selain itu, penelitian
elektroensefalografi dengan jelas mengungkapkan bahwa
wewangian secara signifikan memodulasi aktivitas
gelombang otak yang berbeda dan bertanggung jawab atas
berbagai keadaan otak (Sowndhararajan dan Kim, 2016).
Manfaat kontak dengan tanaman diperoleh tidak hanya
doi : 10.29244/jli.v15i2.42211
JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 15 NO 2 2023 83
melalui persepsi visual (Anwar dan Kaswanto, 2021), tetapi
juga melalui sarana sensorik lainnya seperti persepsi
penciuman (Nurrohimah dan Fatimah, 2022). Tanaman
aromatik yang digunakan dalam penelitian ini dominan
berupa tanaman rambat seperti melati dan sirih.
Tanaman ground cover dan rumput yang digunakan dalam
rekomendasi desain healing garden, yaitu Arachis pintoi,
Asplenium nidus, Axonopus compressus, Calathea makoyana,
Calathea warscewiczii, Celosia argentea var. plumosa, Celosia
spicata, Chlorophytum comosum, Chrysantemum frustescens,
Chrysanthemum morifolium, Cuphea hyssopifolia, Cymbopogon
nardus, Dianella tasmanica, Hydrocothyle sibthorphioedes,
Lantana camara, Marantha leuconeura, Monstera deliciosa,
Nephrolepis acutifolia, Nephrolepis exaltata, Ophiopogon
japonicus, Pennisetum setaceum, Pilea cacherei, Pilea nummu,
Portulaca sp., Sansevieria hahnii, Sansevieria trifasciata,
Selaginella sp., Spathiphyllum sp., Viola tricolor, Vinca rosea,
Widelia biflora, dan Zephyrantes sp. (Gambar 4).
Gambar 4. Ground Cover dan Rumput yang Digunakan
dalam Rekomendasi Desain
Jenis tanaman rambat yang digunakan dalam
rekomendasi desain adalah Jasminum aemulum, Jasminum
sambac, Mansoa hymenaea, Piper betle, Piper crocatum,
Petraeovitex bambusetorum, Rhaphidophora celatocaulis,
Scindapsus aureus, Cliroria ternatea, dan Bougainvillea
spectabilis (Gambar 5).
Gambar 5. Tanaman Rambat yang Digunakan dalam
Rekomendasi Desain
Terdapat delapan jenis tanaman air yang digunakan
dalam rekomendasi desain healing garden. Tanaman
tersebut, antara lain Echinodorus sp., Equisetum hymale,
Hydrocleys nymphoides, Nymphaea lotus, Pistia stratiotes,
Thalia dealbata, Viola odorata, dan Zantedeschia aethiopica
(Gambar 6).
Gambar 6. Tanaman Air yang Digunakan dalam
Rekomendasi Desain
Tanaman perdu yang digunakan dalam rekomendasi
desain terdiri dari sembilan jenis, yaitu Codiaeum sp.,
Dracaena lureiri, Rhododendron sp., Cordyline fruticosa,
Dracaena sanderiana, Euphorbia tirucalli, dan Mussaenda sp.
Selain tanaman perdu, desain healing garden juga
menggunakan tanaman pohon yang terdiri dari empat
belas jenis. Tanaman tersebut antara lain Caryota mitis,
Mascarena lagenicaulis, Plumeria rubra, Psidium guajava,
Syzygium oleana, Wodyetia bifurcata, Bismarckia nobilis,
Averrhoa bilimbi, Cananga odorata, Erythrina fusca, Plyalthia
longifolia, Areca catechu, Ficus benjamina, dan Zizipus jujuba
(Gambar 7). Desain healing garden dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 7. Tanaman Perdu dan Pohon yang
Digunakan dalam Rekomendasi Desain
Gambar 8. Rekomendasi Desain Healing Garden
Fasilitas yang digunakan dalam desain healing garden
sesuai dengan preferensi responden seperti bench, gazebo
kecil, water feature, lampu tanam, planter box, jalan setapak
(pathway), lampu hias, jalur refleksi, dan stepping stone.
Fasilitas-fasilitas ini dominan menggunakan material dan
warna alam. Fasilitas-fasilitas ini bertujuan untuk
menunjang kegiatan aktif dan pasif sehingga dapat
meningkatkan kemampuan sensorik dan motorik tenaga
kesehatan.
SIMPULAN
Healing garden dinilai penting keberadaannya sebagai
media terapi psikologis untuk meningkatkan kondisi
psikologis tenaga kesehatan di area rumah sakit,
khususnya bagi rumah sakit yang mengusung konsep
green hospital seperti RSUD Ahmad Yani. Preferensi desain
healing garden yang disukai oleh tenaga kesehatan
berdasarkan gender dan usia relatif sama, yaitu
menggunakan warna dan material alam, serta berorientasi
terhadap manusia dan lanskap. Berdasarkan gender,
terdapat perbedaan preferensi ruang antara perempuan
dan laki-laki. Sedangkan, berdasarkan usia, preferensi
ruang di seluruh rentang usia adalah sama. Rekomendasi
desain healing garden yang dapat diterapkan di lanskap
RSUD Ahmad Yani berdasarkan persepsi dan preferensi
tenaga kesehatan adalah desain healing garden yang
berorientasi terhadap alam (desain biofilik). Desain healing
garden ini mengaplikasikan banyak elemen alami/natural;
menggunakan keragaman jenis vegetasi (tekstur, warna,
strata, aroma); memiliki keragaman ruang (publik, terapi,
privat); mengoptimalkan positive distraction; dan dekat
doi : 10.29244/jli.v15i2.42211
JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 15 NO 2 2023 84
dengan ruang rawat inap, ruang kerja tenaga kesehatan,
dan ruang tunggu pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S., Kaswanto, R.L. 2021. Analysis of Ecological and
Visual Quality Impact on Urban Community
Activities in Bogor City. IOP Conference Series: Earth
and Environmental Science 879 (1) 012035.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/879/1/012035
Arifin, H.S., Nurhayati, H.SA., Kaswanto, R.L., Budiadi,
Irwan, S.N.R., Faisal, B., Dahlan, M.Z., Nadhiroh,
S.R., Wahyuni, T.S., Ali, M.S. 2021. Landscape
Management Strategy of Pekarangan to Increase
Community Immunity during the Covid-19
Pandemic in Java Indonesia–Inductive Research. In
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science
918 (1) 012029. IOP Publishing.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/918/1/012029
Choi, E.P., Hui, B.P., Wan, E.Y. 2020. Depression and
Anxiety in Hong Kong during Covid-19.
International Journal Environmental Research and
Public Health. 17:1-11.
https://doi.org/10.3390/ijerph17103740
Elsadek, M., Sayaka, S., Fujii, E., Fitri, I., Moghazy, E., and
Fatah, Y. A. 2013. Human Emotional and Psycho-
Physiological Responses to Plant Color Stimuli.
Journal of Food, Agriculture, and Environment. 11 (3
dan 4): 1584-1591.
Faradilla, E., Kaswanto, R.L., Arifin, H. S. 2018. Analisis
Kesesuaian Lahan untuk Ruang Terbuka Hijau dan
Ruang Terbuka Biru di Sentul City, Bogor. Jurnal
Lanskap Indonesia 9(2) 101-109.
https://doi.org/10.29244/jli.v9i2.17398
Goto, S., Gianfagia, T.J., Munafo, J.P., Fujii, E., Shen, X.,
Sun, M., Shi, B.E., Liu, C., Hamano, H., and Herrup,
K. 2017. The Power of Traditional Design
Techniques: The Effects of Viewing a Japanese
Garden on Individuals with Cognitive Impairment.
HERD. 10(4):74-86.
https://doi.org/10.1177/1937586716680064
Greenberg, N., Docherty, M., Gnanapragasam, S., Wessely,
S. 2020. Managing Mental Health Challenges Faced
by Healthcare Workers during Covid-19 Pandemic.
BMJ. 368:1-4. https://doi.org/10.1136/bmj.m1211
Hira, R.H., Amelia, T. 2020. Healthcare Workers Security:
Jaminan, Regulasi, dan Sanksi. Khatulistiwa Law
Review. 1(2):109-129.
https://doi.org/10.24260/klr.v1i2.97
Houlden, V., Weich, S., Porto, A.J., Jarvis, S., and Rees, K.
2018. The Relationship between Greenspace and The
Mental Wellbeing of Adults: A Systematic Review.
PLoS ONE. 13(9):1-35.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0203000
Hye, S.J., Jongyun, K., Ki, K.S., and Chun, H.P. 2012.
Human Brain Activity and Emotional Responses to
Plant Color Stimuli. Color Research and Application.
39(3):307-316. https://doi.org/10.1002/col.21788
Ikei, H., Song, C., Miyazaki, Y. 2017. Physiological Effects
of Touching Coated Wood. International Journal
Environmental Research and Public Health. 14(773):1-
14. https://doi.org/10.3390/ijerph14070773
Ikei, H., Song, C., Miyazaki, Y. 2017. Physiological
Effects of Touching Hinoki Cypress (Chamaecyparis
obtusa). Journal of Wood Science. 64:226-236.
https://doi.org/10.1007/s10086-017-1691-7
Ikei, H., Song, C., Miyazaki, Y. 2018. Physiological Effects
of Touching the Wood of Hinoki Cypress
(Chamaecyparis obtusa) with the Soles of the Feet.
International Journal Environmental Research and
Public Health. 15(10):1-14.
https://doi.org/10.3390/ijerph15102135
Ilpaj, S.M., Nurwati, N. 2020. Analisis Pengaruh Tingkat
Kematian Akibat Covid-19 Terhadap Kesehatan
Mental Masyarakat di Indonesia. Jurnal Pekerjaan
Sosial. 3(1)16-28.
Jo, H., Rodiek, S., Fujii, E., Miyazaki, Y., Park, B.J., and
Ann, S. W. 2013. Physiological and Psychological
Response to Floral Scent. Hortscience. 48(1):82-88.
Lempang, G.F., Walenta, W., Rahma, K.A., Retalista, N.,
Maluegha, F.J., Utomo, F.I. 2021. Depresi
Menghadapi Pandemi Covid-19 pada Masyarakat
Perkotaan. Jurnal Pamator. 14(1):66-71.
https://doi.org/10.21107/pamator.v14i1.9854
Li, X., Zhang, Z., Gu, M., Jiang, D.Y., Wang, J., Lv, Y.M.,
Zhang, Q.X., and Pan, H.T. 2012. Effects of
Plantscape Colors on Psychophysiological
Responses of University Students. Journal of Food
Agriculture and Environment. 10(1):702-708.
Marcus, C.C., Barnes, M. 2008. Healing Gardens:
Therapeutic Benefits and Design Recommendations.
Di dalam: Kreitzer MJ. Healing by Design: Healing
Garden and Therapeutic Landscapes. InformeDesign:
Implications. 2(10):1-6.
Murdiyanto, J., Suryadi, H., Nuryati, R., Wijaya, T. 2021.
Survei Mitigasi Risiko Covid-19 pada Tenaga
Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada. 12(2):155-163.
https://doi.org/10.34035/jk.v12i2.743
Nasrullah, Sulaiman, L. 2021. Analisis Pengaruh Covid-19
Terhadap Kesehatan Mental Masyarakat di
Indonesia. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia.
20(3):206-211.
Nurfadillah, A.R., Yusuf, S. 2021. Gambaran Faktor yang
Mempengaruhi Kesehatan Mental Perawat pada
Masa Pandemi Covid-19: Literatur Review. Jurnal
Keperawatan. 13:40-46.
https://doi.org/10.20473/jpkm.V6I22021.117-126
Nurrohimah, I., Fatimah, I.S. 2022. Persepsi dan Preferensi
Masyarakat terhadap Tingkat Kenyamanan Taman
Merdeka Metro sebagai Ruang Interaksi Sosial di
Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Lanskap Indonesia,
14(1), 8-15. https://doi.org/10.29244/jli.v14i1.37680
Özdin, S., Özdin, S.B. 2020. Levels and Predictors of
Anxiety, Depression and Health Anxiety during
Covid-19 Pandemic in Turkish Society: The
Importance of Gender. International Journal of Social
Psychiatry. 1-8.
https://doi.org/10.1177/0020764020927051
doi : 10.29244/jli.v15i2.42211
JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 15 NO 2 2023 85
Pratiwi, L. Y., TohjiwaA. D., MildawaniI. 2020. Produksi
Ruang Terbuka Hijau Publik Taman Terpadu dan
Respon Warga di Taman Kelurahan Pondok Jaya,
Kota Depok. Jurnal Lanskap Indonesia, 12(2), 63-72.
https://doi.org/10.3390/ijerph16214279
Pratiwi, P.I., Xiang, Q., Furuya, K. 2019. Physiological and
Psychological Effects of Viewing Urban Parks in
Different Seasons in Adults. International Journal
Environmental Research and Public Health. 16(21):1-14.
https://doi.org/10.3390/ijerph16214279
Putri, N.P., Astawa, N.G., Utami, N.W. 2013. Perancangan
Taman Terapi Hortikultura Bagi Penderita
Gangguan Jiwa pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 2(4):233-243.
Rahmatullah, R., Utomo, H., Rahma, N. 2021. Pengaruh
Elemen Ruang Terbuka dalam Konsep Healing
Environment Rumah Sakit Prof. Dr. H. M. Anwar
Makatutu, Kabupaten Bantaeng Pada Pengalaman
Rasa Ruang Pasien PTSD. Prosiding Seminar
Intelektual Muda. [Jakarta, 26 Ags 2021]. Jakarta:
Rekayasa Lingkungan Terbangun Berbasis Teknologi
Berkelanjutan. Hlm 569-574.
https://doi.org/10.25105/psia.v3i1.13105
Riastri, A.B. 2020. Kinerja Tenaga Kesehatan di Era Pandemi
Covid-19 Ditinjau dari Perceived Stigma dan
Pengetahuan Tentang Corona Virus dengan
Kecemasan sebagai Variabel Intervening [tesis].
Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Rofiqi, A., Farkhan, A., Pitana, T.S. 2019. Penerapan Healing
Garden pada Perancangan Pusat Rehabilitasi Pasca
Stroke. Jurnal Senthong. 2(1):363-372.
Rosyanti, L., Hadi, I. 2020. Dampak Psikologis dalam
Memberikan Perawatan dan Layanan Kesehatan
Pasien Covid-19 pada Tenaga Profesional Kesehatan.
Jurnal Penelitian. 12(1): 107–130.
https://doi.org/10.36990/hijp.vi.191
Schmutz, U., Lennartsson, M., Williams, S., Devereaux, M.,
Davies, G. 2014. The Benefits of Gardening and Food
Growing for Health and Wellbeing. London: Garden
Organic and Sustain.
Setyabudi, I., Hastutiningtyas, W. R., Nailufar, B., Nuraini.
2016. Desain Taman dengan Konsep Healing Garden
pada Area Napza di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang. Jurnal Lanskap
Indonesia. 8(2):105-118.
Smeltzer, Suzane, C. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Sowndhararajan, K., Kim, S. 2016. Influence of Fragrances
on Human Psychophysiological Activity: with
Special Reference to Human.
https://doi.org/10.3390/scipharm84040724
Stigsdotter, U., Grahn, P. 2002. What Makes a Garden a
Healing Garden? Journal of Therapeutic Horticulture.
60-69.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suminah, N., Sulistyantara, B., Budiarti, T. 2017. Studi
Persepsi dan preferensi penghuni terhadap Ruang
Hijau di Rumah Susun Sederhana Sewa Provinsi DKI
Jakarta serta Strategi Perbaikannya. Jurnal Lanskap
Indonesia, 9(1), 36-51.
https://doi.org/10.29244/jli.v9i1.14466
Todorova, A., Asakawa, S., Aikoh, T. 2004. Preferences for
and Attitudes Towards Street Flowers and Trees in
Sapporo, Japan. Landscape and Urban Planning.
69(4):403-416.
https://doi.org/10.1016/j.landurbplan.2003.11.001
Xie, J., Liu, B., Elsadek, M. 2021. How Can Flowers and Their
Colors Promote Individuals’ Physiological and
Psychological States during The Covid-19 Lockdown?
International Journal Environmental Research and Public
Health. 18(19):1-15.
https://doi.org/10.3390/ijerph181910258