ArticlePDF Available

Motivasi Hidup Lansia Yang Kehilangan Pasangan Di Kabupaten Malang

Authors:

Abstract

Elderly is a final human development process that is vulnerable to physical, cognitive, and emotional changes so it is necessary to increase motivation in life. Life motivation can be developed through oneself and family social support, especially partners. If there is no partner as social support, then the elderly can experience a decrease in motivation to live which has an impact on mental health and well-being. This study aims to determine the level of motivation of the elderly who have lost their spouse because their partner has passed away. This study uses Goal Setting Motivation. This research method uses qualitative methods with a phenomenological approach. Methods of data collection using the approach of observation and semi-structured interviews. The number of participants in this study were four people in the category of two elderly widows and two elderly widowers who live in Kabupaten Malang. The results obtained are that motivation in the elderly is based on the existence of children and grandchildren and optimism to live longer.
Jurnal Flourishing, 3(5), 2023, 175187
ISSN: 2797-9865 (online)
DOI: 10.17977/10.17977/um070v3i52023p175-187
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Motivasi Hidup Lansia yang Kehilangan Pasangan di
Kabupaten Malang
Shita Resti Maheswari, Zahwa Maghfirotul Wahyudi, Chariesma Amelia Putri, Riyan
Rahmat Aminullah Basith, Dewi Fatmasari Edy*
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia
*Penulis korespondensi, Surel: dewi.fatmasariedy.fpsi@um.ac.id
Abstract
The elderly is the final human development process that is vulnerable to physical, cognitive, and
emotional changes, so it is necessary to increase motivation in life. Life motivation can be developed
through oneself and family social support, especially partners. If there is no partner as social support,
then the elderly can experience a decrease in life motivation which has an impact on mental health
and well-being. This study aims to determine the level of motivation of the elderly who have lost their
spouse because their partner has passed away. This study uses Goal Setting Motivation. This research
method uses qualitative methods with a phenomenological approach. Methods of data collection
using the approach of observation and semi-structured interviews. The number of participants in
this study was four people in the category of two elderly widows and two elderly widowers who live
in Malang Regency. The results obtained are that motivation in the elderly is based on the existence
of children and grandchildren and optimism to live longer.
Keywords: life motivation; elderly; partner
Abstrak
Lansia merupakan proses perkembangan akhir manusia yang perubahan aspek fisik, kognitif, dan
emosi cenderung mengalami penurunan, sehingga perlu meningkatkan motivasi hidup. Motivasi
hidup dapat dikembangkan melalui diri sendiri dan dukungan sosial keluarga, terutama pasangan.
Apabila pasangan sebagai dukungan sosial tidak ada, maka lansia bisa mengalami penurunan
motivasi hidup yang berdampak pada kesehatan mental dan kesejahteraan hidupnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi dari lansia yang kehilangan pasangan karena ditinggal
berpulang pasangannya. Penelitian ini menggunakan Motivasi Goal Setting. Metode penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data
menggunakan pendekatan observasi dan wawancara semi terstruktur. Jumlah partisipan dalam
penelitian ini adalah empat orang dengan kategori dua janda lansia dan dua duda lansia serta
bertempat tinggal di Kabupaten Malang. Hasil yang didapat yakni motivasi pada lansia didasarkan
pada keberadaan anak untuk mendukung mereka menuju kesuksesan dan cucu serta optimisme
untuk hidup lebih lama salah satunya dengan aktifitas sosial kemasyarakatan.
Kata kunci: Motivasi hidup; lansia; pasangan
1. Pendahuluan
Lansia merupakan salah satu proses perkembangan manusia yang berkembang dari
tahap bayi, remaja, dewasa, hingga lanjut usia dengan kisaran usia sekitar 60-80 tahun atau
lebih (Santrock, 1997). Selama masa perkembangan tersebut, lansia mengalami banyak
perubahan baik perilaku, fisik, kognitif, dan emosi. Perubahan tersebut juga disertai oleh
dorongan untuk menjadi lebih baik dan mencapai tujuan yang diinginkan. Dorongan ini disebut
sebagai motivasi (Aprilia, 2018). Motivasi merupakan usaha untuk mencapai kepuasan yang
diinginkan dan mengubah perilaku. Pencapaian kepuasan dapat berpengaruh terhadap
perilaku, maka diperlukan suatu tujuan dan adanya komitmen dalam mencapainya, hal ini
sesuai dengan motivasi goal setting yang menjelaskan terkait dengan pemahaman akan tujuan
berperan sebagai motivasi tersendiri dalam mencapainya (Purnamasari, R. 2019). Motivasi
Jurnal Flourishing, 3(5), 2023, 175187
176
yang timbul merupakan dorongan dari dalam diri, sebagai kesadaran atas tujuan yang akan
dicapai.
Motivasi yang ada dalam diri tanpa ada rangsangan dari luar yang mendorong individu
melakukan sesuatu yang menyebabkan adanya antusiasme dan persistensi melakukan
kegiatan tertentu disebut motivasi intrinsik (Pustikasari, 2019). Motivasi intrinsik pada lansia
akan meningkatkan produktivitas dan mendapatkan dukungan emosi yang baik. Oleh karena
itu, motivasi intrinsik perlu ditingkatkan oleh lansia sebagai motivasi hidup. Motivasi hidup
merupakan hal yang diperlukan pada setiap individu untuk dapat menjalani serta memaknai
kehidupannya. Namun, motivasi hidup juga dapat berkurang dan berpengaruh pada
kesejahteraan individu maupun kesehatan mental, terutama bagi para lansia yang ditinggal
berpulang oleh pasangan.
Menurutnya motivasi hidup dapat berpengaruh pada kesejahteraan individu dan
kesehatan mental, terutama pada lansia karena memiliki kerentanan penurunan fisik yang
disebabkan oleh penuaan dan menurunnya mental yang dapat terjadi karena power post
syndrome, yaitu munculnya perasaan tidak berguna yang mengakibatkan lansia tidak memiliki
arah dan tujuan serta terputusnya hubungan dengan orang-orang terdekat (Munandar, I. dkk,
2017), yang dapat mengarah pada perasaan kesepian. Kehilangan orang terdekat juga dapat
diartikan kehilangan pasangan hidup.
Teori Motivasi Goal Setting adalah salah satu teori yang menekankan pada pentingnya
hubungan antara tujuan yang telah ditetapkan dan juga kinerja yang dihasilkan. Konsep dasar
dari teori ini yaitu seseorang mampu untuk memahami tujuan yang diharapkannya. Teori ini
menekankan bahwa seseorang berkomitmen pada tujuannya. Jika seseorang berkomitmen
untuk mencapai tujuannya, maka komitmen itu akan memengaruhi perilaku dan memengaruhi
kinerjanya. Teori ini mengasumsikan bahwa faktor utama yang memengaruhi pilihan yang
dibuat seseorang adalah tujuan yang mereka miliki. Goal Setting Theory telah menunjukkan
adanya pengaruh signifikan dalam perumusan tujuan (Arsanti, 2009).
Karakteristik dari Goal Setting adalah tingkat kesulitan untuk mencapai tujuan. Tujuan
yang berbeda akan memberikan motivasi yang berbeda pula bagi seseorang untuk
mencapainya. Tingkat kesulitan dari tujuan yang ingin dicapai membuat seseorang memiliki
pandangan bahwa tujuan merupakan pencapaian rutin yang tidak sulit untuk digapai. Hal
tersebut dapat menurunkan motivasi individu untuk menunjukkan kreativitas dalam
mengembangkannya (Arsanti, 2009).
Pasangan hidup berperan sebagai pemberi dukungan psikologis terdekat bagi
pasangannya (Padila 2013, dalam Kristanto & Agustina, 2018). Hal ini tentunya juga akan
memengaruhi motivasi hidup bagi lansia. Dampak yang ditimbulkan oleh adanya penurunan
motivasi hidup pada lansia ini, akan berpengaruh pula pada stres dan kesehatan lansia. Tak
ada lagi yang memperhatikan dan juga memberikan kasih sayang. Banyak kasus yang
berhubungan dengan kehilangan motivasi hidup dan berakhir dengan bunuh diri, salah satu
contohnya adalah kasus di Karangploso, Malang. Dikutip dari laman berita kabarmalang.com,
seorang kakek tewas karena melakukan bunuh diri yang disebabkan oleh rasa kesepian
ditinggal mati oleh pasangannya empat tahun yang lalu, sementara beliau hidup sendirian dan
memilih tidak hidup bersama anak-anaknya (Firmansyah, 2021). Berdasarkan kasus tersebut,
maka lansia dapat mengalami penurunan motivasi hidup yang menyebabkan dirinya
menyakiti diri sendiri atau bahkan memilih untuk melakukan bunuh diri karena rasa kesepian
Jurnal Flourishing, 3(5), 2023, 175187
177
yang dialami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi lansia yang kehilangan
pasangannya setelah ditinggal mati yang berfokus pada motivasi yang dikembangkan oleh
para lansia tersebut.
2. Metode
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Pendekatan fenomenologi adalah pengalaman yang dialami oleh subjek penelitian secara
subjektif tentang kesadaran dan perspektif seseorang yang didalamnya memuat konsep
psikologis atau historis (Cresswell dalam Primanita, 2018). Pendekatan fenomenologi dipilih
karena penelitian ini berfokus pada pengalaman hidup lansia selama ditinggal pasangan.
Pemilihan partisipan dilakukan secara purposive sampling. Purposive sampling adalah
pengambilan sampel yang menggunakan pertimbangan tertentu sesuai dengan kriteria yang
diinginkan (Sugiyono, 2018). Adapun kriteria partisipan antara lain: Lansia berusia 60-80
tahun; ditinggal pasangan karena meninggal; berjenis kelamin perempuan atau laki-laki; dan
bertempat tinggal di Kabupaten Malang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
semi terstruktur dan observasi dengan alat bantu perekam suara. Sampai akhir penelitian,
terdapat empat partisipan yang mengikuti serangkaian proses penelitian sehingga didapatkan
empat data dari setiap partisipan. Empat partisipan tersebut terdiri dari dua lansia laki-laki
dan dua lansia perempuan. Lokasi pengumpulan data dilakukan di daerah Kabupaten Malang.
Teknik analisis data menggunakan teknik tematik. Heriyanto (2018) teknik tematik adalah
teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu pola atau menemukan tema melalui data
yang telah didapat oleh peneliti. Teknik tematik dilakukan dengan enam langkah yaitu
verbatim wawancara, coding verbatim, mencari tema coding verbatim, review ulang tema,
pendefinisian tema, dan membuat laporan atas tema.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Hasil
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana motivasi lansia yang kehilangan
pasangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, ditemukan empat hal penting yang memengaruhi motivasi para lansia tersebut yang
diantaranya: perasaan, tujuan hidup, sikap, dan aktivitas.
Berdasarkan hasil penelitian, perasaan termasuk ke dalam aspek Motivasi Goal Setting
yaitu mengatur upaya. Sesuai dengan penjelasan partisipan mengenai perasaan yang dimiliki
ketika ditinggal meninggal oleh pasangannya sekaligus menjelaskan juga bagaimana upaya-
upaya yang dilakukan untuk mengatur perasaan yang sedang dirasakan. Dalam hal ini seluruh
partisipan merasakan hal yang sama saat baru saja ditinggal oleh pasangan, yang mana mereka
merasakan kesedihan yang mendalam.
Lalu mereka juga melakukan berbagai cara agar perasaan mereka teralihkan ke hal-hal
yang lebih positif dan tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Dalam hal ini keempat partisipan
memiliki cara mereka masing-masing untuk dapat bangkit dari apa yang mereka rasakan.
Untuk partisipan pertama, P1 dan anaknya (P2) menyatakan bahwa untuk mengalihkan
perhatiannya, maka P1 pergi sawah sesuai dengan rutinitasnya sehari-hari agar pikiran lebih
segar.
Jurnal Flourishing, 3(5), 2023, 175187
178
Ho o, kalo cuma jalan-jalan aja nengokin sawahnya. Jadi aktivitas itu ya bikin fresh juga
istilahnya seneng.” W1.P2.8NOV22.129
“Nah itu, engkok nguwasno tandurane iku pikiran seneng. Oh ijo pikiran seneng.”
W1.P1.8NOV22.131
Partisipan kedua, Y1 menjelaskan bahwa lebih berpasrah diri terhadap apa yang sedang
terjadi padanya. Hal ini dikarenakan Y1 masih mengalami kebingungan terhadap apa yang
sedang dihadapi sehingga lebih memilih untuk pasrah dan menerima keadaan yang ada.
“Hmm waktu itu ya pasrah saja, soalnya waktu itu belum punya cucu pas bapak gaada,
anak-anak kerjasama yang terakhir masih sekolah.” W1.Y1.14NOV22.008
Partisipan ketiga, S1 menjelaskan bahwa setelah kehilangan pasangan dirinya lebih
menikmati apa yang didapatnya, terutama waktu bersama keluarganya. Selain itu S1 juga
mempercayai bahwa setelah kematian, maka partisipan akan bertemu dengan pasangannya di
akhir nanti. Partisipan merasa dengan mempercayai itu, partisipan dapat hidup lebih baik dan
merasa gembira akan bertemu kembali.
“itu iya, saya dulu ngga pernah menikmati ngga eroh rasane. Sekarang betul-betul
saya nikmati…” W2.S1.8NOV22.079
“kaya percaya gitu. Kaya percaya 100% gitu. Kaya gembira. Iya he’e gembira…”
W2.S1.8NOV22.117
Tujuan hidup yang termasuk ke dalam aspek mengatur upaya dan strategi kegiatan.
Partisipan menjelaskan mengenai tujuan-tujuan dalam hidupnya. Dalam penelitian ini
terdapat partisipan yang yang menjelaskan tujuan hidupnya saat masih ada pasangan dan saat
sudah kehilangan pasangan. Masing-masing partisipan memiliki tujuan hidup masing-masing.
Partisipan pertama, P1 menjelaskan bahwa dirinya berharap bisa melaksanakan sholat
tahajud dengan rutin, yang awalnya merupakan cara untuk dapat mengatasi kesedihan saat
ditinggal pasangan menjadi hal yang membuat partisipan tidak memiliki sedikitpun keinginan
untuk menikah lagi. Disamping itu, anaknya (P2) menjelaskan bahwa yang paling utama adalah
ingin selalu sehat yang mana dalam hal ini P1 memiliki semangat untuk berobat ataupun
melakukan segala sesuatu demi kesehatannya dan ingin melihat cucunya. Tujuan hidup untuk
selalu sehat ini merupakan rencana yang dibuat oleh P1, yang mana P1 menjelaskan bahwa
saat ini rencananya adalah selalu sehat karena memang sudah tidak ada istri dan anak-anaknya
sudah berkeluarga, sehingga dengan hidup sehat, maka partisipan juga tidak akan merepotkan
dirinya sendiri maupun keluarganya. Selain hidup sehat anaknya (P2) menjelaskan bahwa P1
juga memiliki tujuan untuk hidup nyaman di hari tuanya. Anaknya (P2) menjelaskan bahwa
tujuan merupakan bagian dari rencana yang dibuat oleh P1 saat masih muda dengan
menabung uang hasil kerja kerasnya, sehingga P1 punya simpanan di masa tua dari hasil dulu
sampai sekarang bekerja di sawah. Meskipun sekarang intensitasnya berkurang, dengan hasil
dari kerja kerasnya tersebut disisihkan untuk keperluannya sendiri tanpa meminta maupun
pinjam kepada anak.
“Masuk, nggak nyangka anu kok , ya mudah-mudahan lanjut. Tapi ternyata sekarang ya,..
mudah-mudahan ae setiap malam itu rutin saya.” W1.P1.8NOV22.040
Jurnal Flourishing, 3(5), 2023, 175187
179
“Sehat pingin liatin cucunya nanti bilange. Anak-anaknya nanti kayak apa. Cucunya kayak
apa.” W1.P2.8NOV22.107
“Oo itu a, yawes anu pokoke ke depan iku pingin sehat. Nggak atek yoopo yo kepingin tuku
sing nguene nggak. Soale dulu kerja keras anak kan butuh dana, butuh uang, butuh buat sekolah.
Sekarang anak semua sendiri-sendiri.” W1.P1.8NOV22.141
“Istilahnya kalau masa tua punya sisihan (dari kerja kerasnya dulu) atau apa itu rasa
nyaman gitu. Jadi meskipun di usia tua saya itu untuk keuangan saya nggak kurang. Kalau mau
apa itu masih kalau punya uang sendiri kan masih bisa.” W1.P2.8NOV22.144
Kemudian partisipan kedua, Y1 menjelaskan bahwa saat masih ada pasangan, Y1
bersama pasangan memiliki tujuan untuk menjadikan anak-anak mereka menjadi sukses.
Tetapi setelah ditinggal oleh pasangan meninggal, Y1 tidak patah semangat untuk mencapai
tujuan yang dibuat oleh pasangannya dulu, karena anak-anaknya, Y1 masih memiliki alasan
untuk tetap semangat hidup dan memiliki harapan untuk kedepannya.
“Pengennya dulu itu ya anak-anak jadi semua waktu itu.” W1.Y1.14NOV22.010 “Tujuan
hidupnya ya masih ada ya untuk anak - anak.” W1.Y1.14NOV22.012
“Ya itu karena anak, pengennya mbah Tin juga kan anak sukses jadi semua di anak.”
W1.Y1.14NOV22.014
Partisipan ketiga, S1 menjelaskan bahwa pasangannya sedang sakit, dan tujuan
utamanya adalah ingin agar pasangan sembuh dari sakitnya dan dapat hidup berdampingan
bersama. Selain itu, partisipan memiliki tujuan bersama pasangan untuk melihat anak-anak
dan cucu-cucu mereka sehat dan bahagia sampai akhir. Selain itu, mereka juga memiliki
keinginan untuk melihat cucu dan anaknya wisuda.
“...Kalo cita-cita yang dulu-dulu ya karena setelah purna setelah kesibukan sakit itu ya jadi
belum sampek mikir ke sana. Mikirnya cuman ingin sembuh aja. Yang kedua cita-citanya itu,
wong kene katene seneng yo engkok lek arek-arek iku di wisuda, pas aku ambek sampeyan sek
onok, kuliah.. arek-arek iku nikah. Awak e isok nunggo i. Iku sakjane seneng. Kalo cita-cita yang
lain engga ada. Cuman itu…” W2.S1.8NOV22.071
“iyaa, lah ko aku koyo ngene yo..awakku gitu. Kepengen sebetulnya ibunya itu tau
cucunya itu wisuda lebih-lebih sampek pernikahan. Sebetulnya itu.” W2.S1.8NOV22.087
Lalu partisipan keempat, Z1 menjelaskan bahwa dirinya bersama pasangan memiliki
tujuan hidup untuk membahagiakan anak-anaknya. Kemudian saat sudah ditinggal oleh
pasangan, Z1 menjadi menjelaskan bahwa dirinya harus memikirkan bagaimana caranya
hidup bersama anak-anak tanpa pasangan dengan motivasi yang dimilikinya, yaitu apabila
terdapat permasalahan, partisipan akan mendiskusikannya bersama dengan anak-anaknya.
Selain itu juga Z1 merasa harus bisa lebih bersemangat karena untuk dapat membahagiakan
anak-anaknya. Disamping itu Z1 juga menjelaskan bahwa rencana yang disusun bersama
pasangan agak berbeda saat sudah ditinggal oleh pasangan, dimana dalam hal ini meskipun
anak-anaknya tidak memiliki sosok ayah, Z1 berusaha agar anak-anaknya tidak terlalu
mengalami kesusahan dan ingin anak-anaknya menjadi sebagaimana mestinya untuk dapat
diterima dalam lingkungan masyarakat.
Jurnal Flourishing, 3(5), 2023, 175187
180
“Nomor satu, ya kebahagiaan, anak -anak supaya jangan terlalu susah, terus yang kedua
ya kita harus bisa mendidik anak anak karena supaya anak anak itu bisa merasakan
kebahagiaan juga tidak dari orang tuanya, dan akhirnya kita bisa mengatasi.” W1.Z1.
14NOV22.016
“Ya dengan sendirinya berubah, berubahnya itu bagaimana kita bisa menanggulangi
hidup dengan anak itulo.” W1.Z1.14NOV22.018
“Ya, nomor satu menghilangkan kesusahan itulo, bagaimana caranya tidak terlalu susah,
kalau ada permasalahan kita atasi dengan anak, bagaimana anak anak tidak terlalu susah,
dan orangtua tidak terlalu memikirkan gitulo.” W1.Z1.14NOV22.022
“Semangat hidupnya justru malah naik, karena kita harus, karena saya harus bisa
membahagiakan anak saya gimana gitu.” W1.Z1.14NOV22.026
“Ya punya tapi tidak seperti dulu, tapi tetep punya, yaitu supaya anak tidak terlalu susah,
keinginan saya ya banyak supaya anak anak jadi baik supaya sesuai sama semestinya gimana.”
W1.Z1.14NOV22.041
Setelah tujuan hidup terdapat aktivitas yang termasuk ke dalam aspek meningkatkan
persistensi dan berhubungan juga dengan aspek mengarahkan perhatian. Dalam hal ini
partisipan menjelaskan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan saat masih ada
pasangan dan saat sudah ditinggal meninggal oleh pasangan. Dalam penelitian ini,
partisipan juga menjelaskan bahwa masing-masing dari mereka melakukan kegiatan tertentu
untuk dapat bangkit dari kesedihannya itu. Untuk partisipan pertama, P1 menjelaskan bahwa
untuk menanggulangi kesedihannya saat ditinggal oleh pasangan, P1 melakukan dan mencoba
untuk merutinkan sholat tahajud. Selain itu P1 juga mendengarkan radio dan terkadang
mengikuti pengajian agar tidak sedih.
“Anu, kalo malam tahajud.” W1.P1.8NOV22.034
“Sijine ngrungokne radio, tau ndelok pengajian.” W1.P1.8NOV22.077
Disamping itu anaknya (P2) juga menjelaskan kegiatan yang sehari-hari dilakukannya
saat masih bersama pasangan dan meskipun sudah tidak ada pasangan, yaitu P1 selalu rutin
berangkat kerja ke sawah untuk menjaga tubuhnya agar tetap sehat dan menjaga nafsu
makannya untuk dapat melakukan kegiatannya yang lain.
“Sama sekarang, sekarang tetep kerja, hari-hari ke sawah,...Aktivitasnya tetep rutin ke
sawah, Bapake kan petani, Beliau bukan buruh tani. W1.P2.8NOV22.087
Selain itu P1 dan anaknya (P2) juga menjelaskan kegiatan yang dilakukan saat masih
bersama dengan pasangannya yaitu mereka sering melakukan ziarah walisongo untuk
membuat hati menjadi tenang. Tetapi saat sudah ditinggal meninggal oleh pasangan, P1 yang
sering melakukan perjalanan untuk ziarah, saat ini partisipan lebih ikut kegiatan seperti
kegiatan keluarga, kondangan, dan melayat ke keluarga besar dengan menggunakan uangnya
sendiri tanpa harus meminjam ataupun meminta kepada anak-anaknya. Dalam hal ini P1 masih
sangat menjalin silaturahmi dengan warga sekitar maupun keluarga dengan mengikuti tahlilan
maupun sering ikut rombongan keluarga besar saat akan mengunjungi rumah saudara-
saudara yang lain.
Jurnal Flourishing, 3(5), 2023, 175187
181
“Jadi kalau masih ada pasangan kadang kan masih ada ziarah kesana-kesana, itu masih
ikut Bapak. Tapi sekarang istilahnya kadang apa ya kegiatan istilah nya yang sering rutin ikut
itu kalau ke kegiatan kekeluargaan, kayak kondangan, ngelayat ke keluarga besar masih ikut.”
W1.P2.8NOV22.146
“Silaturahmi, terus istilahnya kalau di kampung itu kan masih ikut tahlil rutin itu kan juga
njalin silaturahmi sama tetangga. Selama kondisi sehat, mesti yang sering hadir itu Bapakku.
Tapi kalau keluarga besar, istilahnya apa itu, kumpulnya kalau saat ini itu seringnya kalau
rombongan. Rombongan itu istilahnya kalau keluar bareng-bareng. Kalau main ke rumah
saudaranya, kalau pas ada perlu ada waktu luang, sepedaan pun disempatkan. Nengokin
saudara yang tua-tua itu sering, sambil sepedaan. Bapaknya gitu, jadi nggak harus ditemani
yang di rumah.” W1.P2.8NOV22.163
Di masa tuanya saat ini dengan keadaan sudah tidak ada pasangan, P1 juga menjelaskan
bahwa dirinya membeli kebutuhan dengan uang sendiri. Anaknya (P2) menjelaskan bahwa
ayahnya juga berangkat sendiri saat membeli kebutuhan pribadi dengan menaiki sepeda
kayuh untuk sekalian berolahraga.
“Ono anu tambahan, tambahan iku susu anlene, susu anlene iku lek pane ate entek iku ya
tuku. Awalnya dibelikan sama anaknya. Tapikan saya punya uang sendiri.” W1.P1.8NOV22.152
“Awalnya dibelikan sekarang sudah sama sepedaan beli sendiri. Dadine kadang wes beli
sendiri yang lainnya biar anak-anak. Tapi kayak kebutuhan pribadi itu kadang masih kayak susu,
istilahnya susu itu masih serng pakai uang pribadi kalau Bapak. Soalnya masih duitnya banyak.
Masih punya uang.” W1.P2.8NOV22.153
“Sekalian buat olahraga pinginnya (tidak mau naik sepeda motor dan memilih sepeda
kayuh). Jadi kalau kemana-mana itu, istilahnya kalau berobat, Bapak kan dianter digonceng, tapi
kalau ke sawah atau mau jalan-jalan kemana pakai sepeda sendiri. Sekalian olahraga.
W1.P2.8NOV22.157
Kemudian untuk partisipan kedua, Y1 menjelaskan bahwa ada kegiatan yang sering
dilakukan bersama-sama dengan anak-anak juga saat masih ada pasangan maupun sudah tidak
ada pasangan, yaitu bersih-bersih rumah bersama dan makan bersama. Selain itu Y1 juga
semakin termotivasi untuk menjalani kehidupan karena adanya kehadiran seorang cucu dan
meskipun jarang untuk kumpul keluarga besar, namun tetap dapat untuk kegiatan bersama
keluarga kecil atau anaknya yang tinggal bersama di rumahnya.
“Eee itu masih sering dilakukan seperti bersih - bersih rumah, makan bersama.”
W1.Y1.14NOV22.022
“Yaa kalau dulu keluar sama bapak, jalan-jalan, sekarang gaada ya karena ada corona
juga tambah ga keluar sekarang, tapi kalau sekarang yang bikin semangat ya bersih - bersih
rumah, main sama cucu.” W1.Y1.14NOV22.026
“Kalau kumpul sama keluarga besar ya engga, jarang. Kumpulnya sama yang disini-sini
saja paling kegiatannya makan - makan bareng becanda sama cucu itu sebulan sekali atau dua
minggu sekali.” W1.Y1.14NOV22.036
Jurnal Flourishing, 3(5), 2023, 175187
182
Lalu untuk partisipan ketiga, S1 menjelaskan bahwa setelah kehilangan pasangan,
partisipan menyibukkan diri dengan melakukan aktivitas sehari-hari termasuk bertemu
dengan teman-temannya. Selain itu S1 tidak membatasi dirinya untuk melakukan berbagai
aktivitas sehari-hari dan kesibukannya bertemu teman-temannya.
“Terus kesibukan saya sehari-hari, mobil itu ya.. mobil itu keluar cuman ya keluar makan.
Sama teman-teman. Disana ada kuliner, ooh.. besok deh. Saya siap-siap. Tapi ya warung-warung
tradisional itu. Jadi keluar cuman itu. Bapak ini cuman masak ya bisa, masak nasi bisa banget
itu. Masak mie, bisa banget itu. Kalo lauk sayur, itu kira-kira bisa saya pake makan itu 4-5 hari.
Sama teman-teman. Disini itu ya, pagi itu sudah dateng teman-teman. Jam 7, yang mau ke sawah
sama nyapa, pasti mampir ke sini, ngomong-ngomong disini ngopi disini. Setiap hari pasti ke
sini. Ada orang 7 itu, pasti ke sini tiap hari. Jagong-jagong.” W2.S1.8NOV22.109
“...ya kumpul. Kumpul gitu… W2.S1.8NOV22.111
“...ngga saya batasi….” W2.S1.8NOV22.113
Setelah aktivitas terdapat sikap yang berhubungan dengan aspek meningkatkan
persistensi. Dalam hal ini masing-masing partisipan menjelaskan mengenai bagaimana cara
pandang mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang memengaruhi perilaku
partisipan di mata orang lain.
Partisipan pertama, P1 menjelaskan bahwa dirinya tidak memiliki sedikitpun keinginan
untuk menikah lagi. P1 memiliki pendapat bahwa dengan tidak memikirkan untuk menikah
lagi, hal ini dapat menjadi obat untuk mengatasi rasa kehilangan istrinya sendiri.
“...Orang-orang itu kan lek ngomong sakenake kon rabi neh, ngene-ngene, tapi nggak ada
sedikitpun kalau itu. Wong dulu tu anu.” W1.P1.8NOV22.055
“O ho o - ho o. Iyo ditinggal mak e iku aku wes ora ndue pikiran nggolek sisian maneh,
termasuk yo iku, tombone rumangsaku lo, awakdewe kan ndue pendapat dewe ngunu.”
W1.P1.8NOV22.075
Selain itu, partisipan P1 dan anaknya (P2) juga mengurangi aktivitas hariannya karena
partisipan lebih mengutamakan kesehatannya. Partisipan P1 juga berpikir bahwa selama
bekerja pintar saja tidak cukup karena hal tersebut tidak menjamin seseorang melakukan
segala hal sehingga antara kesehatan dan pintar serta pengalaman perlu adanya
keseimbangan.
“Aku ki lek ngomong ora pegawe, ora wong biasa, lek e ora ngerti, ngertine kurang akeh,
pinter nyambut gae tok oleh bayar, engkok sampe tuek yo raiso apa-apa”
W1.P1.8NOV22.065
“Berkurang nya memang banyak Mbak (aktivitasnya). Setidaknya Bapak itu masih
memikirkan kesehatannya. Ini kalau nggak tak pakai aktivitas, daripada aku sakit. Jadi
tetep ke sawah cuman aktivitasnya nggak seperti dulu” W1.P2.8NOV22.089
Partisipan P1 merupakan sosok yang lugu dan jujur, terlihat dari banyaknya
masyarakat yang meminta bantuan pada partisipan P1 untuk menjualkan barang dari
masyarakat sekitar sementara partisipan P1 tidak meminta upah lebih. Partisipan P1
Jurnal Flourishing, 3(5), 2023, 175187
183
beranggapan bahwa menjadi orang yang jujur dan lugu akan membantu dirinya di
kehidupannya.
“Iku Alhamdulillah sing kuoso iku mlaku sak mlaku iku anu aku memange wong temen
rumangsaku, wong lugu. Dadi uwong iku seneng mbek aku. “le, dollen iki, dolno iki! Sakpiro
regane sakmene?” iki tak dol payu sakmunu, aku diperseni. Sing nuku yo merseni aku. Iku yo
Alhamdulillah aku ngarani hasil sing bersih termasuk ora , aku gak mbathi” W1.P1.8NOV22. 69
Partisipan Y1, partisipan melakukan kegiatan bersama keluarga agar hubungan antar
keluarga tetap akrab meskipun kegiatan tersebut tidaklah rutin dilakukan. Kegiatan tersebut
seperti melakukan sarapan bersama atau makan malam bersama. Partisipan Y1 juga sering
berdiskusi dengan keluarga mengenai rencana ke depan, baik setelah ditinggal suami atau
sesudah. Partisipan beranggapan dengan mendiskusikan dengan orang terdekat maka dapat
membantu dirinya dalam mengambil keputusan dan menyusun sebuah rencana ke depan.
“Ga, gaada yang rutinan, ya biasa aja sama bapak dan keluarga yaa kayak makan pagi
sama malam bersama, tapi kalau siang ga ada karena pulangnya ga bareng”
W1.Y1.14NOV22.018
“Sekarang ya ada rencana cuma belum terlaksana juga soalnya ya sama suami diskusinya,
tapi sekarang diskusi sama anak, kemarin saja mau wawancara saja diskusi sama anak”
W1.Y1.14NOV22.032
Partisipan Y1 juga memiliki hubungan yang baik dengan tetangga sekitar. Partisipan Y1
tidak membatasi dirinya ketika bertemu orang lain dan sering mengikuti pengajian dan
kegiatan bersama para tetangga. Hal tersebut dilakukan untuk mengakrabkan diri dengan para
tetangga meskipun setelah ditinggal pasangan, partisipan sudah jarang keluar rumah.
“Kalau sama tetangga ya akrab, engga membatasi diri, dulu sering ikut pengajian,
kegiatan sama tetangga” W1.Y1.14NOV22.038
“Kalau sama keluarga ya masih akrab, kalau sama tetangga juga masih akrab cuma sudah
jarang keluar selama bapak gaada, paling bantu bantu kegiatan masak masak begitu.”
W1.Y1.14NOV22.040
Kemudian untuk partisipan S1, berpendapat bahwa tidak ada perempuan lain yang bisa
menggantikan pasangannya. Partisipan S1 tidak pernah memikirkan untuk menikah kembali
karena alasan tidak ada yang dapat menggantikan mendiang pasangannya sehingga partisipan
S1 memilih setia bersama pasangannya tersebut. Partisipan S1 berpendapat bahwa hubungan
suami istri perlu dilandasi rasa kesatuan, kekompakan, dan tidak saling menyalahkan
sehingga ketika berhadapan dengan masalah baru dapat mengatasinya bersama. Partisipan S1
juga berpendapat bahwa segala hal yang dilakukan perlu berkomunikasi dengan pasangan
salah satunya izin untuk bekerja.
“yah kan sudah terbiasa seperti itu. Tapi berdua itu.. kompak gituloh. Ngga ada saling
menyalahkan. Emang awalnya kita, dengan sejarah seperti itu, akhirnya kita bisa melangkah.
Jadi jatuh (bangkrut), itu berat itu... juga ngga saling menyalahkan.” W1.S1.024
“... saya pergi dengan izin istri saya. ke sana itu, saya cari kerja….” W1.S1.026
Jurnal Flourishing, 3(5), 2023, 175187
184
“nah kesatuan pendapat, kesatuan hati sama istri tuh disini. Sampai sekarang itu, saya
pikir ndak ada cewek yang sebaik istri saya. Menurut saya pribadi. Saya ajak suka duka sampai
mondok, untuk dia berat” W1.S1.8NOV22.042
“Ko mau ikut sama saya. meskipun kebutuhan sehari-hari masih dari orang tua dari
keluarga dia, tapi ibu tetep setia.” W1.S1.8NOV22.050
“Perhatiannya ibu itu, kalau mau denger itu, kalo ada kegiatan itu pasti ibu yang
ngasih dan menyiapkan. Jangan pake baju itu ke acara ini, gitu. Sampai saya berangkat kerja,
sepatu sudah siap itu. Makanya saya bilang, ngga ada perempuan yang seperti ibu. ya karena itu
tuh. Saya belum ketemu cerita dari teman soal suami istri yang begitu. Saya itu emang jelas,
belum pernah ngelanggar apa-apa. Ya mungkin kalo saya neglanggar ya ngga sengaja. Namanya
kepala desa, ya pasti dihormati orang. Kalo masalah perempuan.. teman yang ajak ya pasti ada
tapi saya ngga pernah mikir kaya gitu.. ngga pernah. Maka ketika jadi kepala desa, saya banyak
istighfar. Saya ngga pernah melirik orang lain” W1.S1.8NOV22.054
Sementara itu, Partisipan Z1 melakukan aktivitasnya bersama dengan pasangannya dan
melakukan diskusi untuk merencanakan tujuan kedepan sama halnya seperti partisipan Y1
dengan melibatkan anak-anaknya dalam diskusi tersebut. Meskipun pasangan partisipan Z1
telah tiada, partisipan masih berdiskusi dengan anak-anaknya walaupun tidak seintensif
seperti dulu. Partisipan Z1 juga masih menjaga hubungan dengan lingkungan sekitar karena
menurut partisipan Z1, hubungan tidak boleh sampai renggang dan haruslah tetap menjaga
seperti saudara.
“Iya, kalau dulu itu sebelum suami meninggal saya selalu rundingan ya saya anak saya
diajak” W1.Z1. 14NOV22.032
“Ya tetap berlanjut, tapi tidak terlalu intensif, karena kan memang anak – anak harus kita
ajak” W1.Z1. 14NOV22.037
“Ya anak selalu kita awasi selalu kita peringatkan, tapi tidak kasar, ya guyon ya apay a
diselingi guyon biar anak tidak merasa tertekan, kalua tertekan kan ya gimana biar santai”
W1.Z1. 14NOV22.046
“Iya saya masih sering, kemarin ikut pengajian ke pondok tapi pasti diantar kalu sendiri
saya tidak berani” W1.Z1. 14NOV22.057
“Ya lebih rekat kan karena jangan sampai hubungannya rusak, kalau bisa malah lebih
rekat sama tetangga gitu” W1.Z1. 14NOV22.061
3.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat penjelasan mengenai
berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para lansia tersebut untuk dapat bangkit dari
kesedihannya itu serta menjadikan diri mereka untuk lebih positif. Syah dan Mulyadi (2016)
menjelaskan terkait dengan teori aktivitas, bahwa seorang lansia dapat dikatakan berhasil
apabila lansia tersebut tetap beraktivitas seaktif mungkin dengan tetap menjaga hubungan
sosialnya secara fisik maupun emosional. Hal ini juga berhubungan dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan bahwa tema sikap menjelaskan terkait dengan cara pandang dalam
menjalin hubungan dengan orang lain. Selain itu aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh para
Jurnal Flourishing, 3(5), 2023, 175187
185
lansia berhubungan dengan aspek mengarahkan perhatian dengan melakukan aktivitas
tertentu di setiap harinya.
Selain itu Amalia (2017) menjelaskan bahwa lansia harus tetap menjalankan aktivitas
yang berguna di kesehariannya untuk tetap menjaga kesehatan fisik maupun jiwanya.
Sehingga, dalam hal ini lansia tidak boleh terus untuk selalu dilayani, hal ini dikarenakan malah
akan memicu munculnya penyakit dan penderitaan hingga meninggal dunia.
Teori dukungan sosial juga berkaitan dengan hasil penelitian ini. dimana dalam hal ini
motivasi yang didapat oleh para partisipan untuk menjalankan hidup di kehidupan selanjutnya
adalah karena anak dan cucu nya. Menurut Priastana, dkk. (2018) bahwa dukungan sosial
dapat memengaruhi kondisi yang dialami lansia saat kehilangan pasangan hidup. Menurut
Priastana, dkk. (2018) yang mengutip Davies et al., 2016; Jacobson et al., (2017), hal ini
dikarenakan dukungan sosial dapat menjadi solusi dari adanya gejala cemas dan depresi yang
dialami lansia yang digunakan selama fase pemulihan saat kematian pasangannya. Selain itu
menurut Priastana, dkk. (2018) yang mengutip Martin-Matthews et al., (2013) adalah bahwa
keluarga berperan untuk memberikan penguatan dan dapat berpengaruh pada penguatan diri
lansia untuk bisa menjadi lebih mandiri tanpa pasangannya.
Penelitian juga menunjukkan bahwa partisipan masing-masing memiliki rata-rata
tujuan hidup yang sama yakni mereka memiliki tujuan hidup yang termotivasi dan menjadi
semangat karena anak-anaknya maupun cucunya. Hal ini berkaitan dengan optimisme, dimana
dalam hal ini, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tiyaningsih & Sulandari
(2021) menjelaskan bahwa lansia yang masih memiliki keinginan dan semangat untuk dapat
bangkit kembali dalam kondisi yang baru atau tidak pernah dirasakan sebelumnya saat
ditinggal pasangan adalah bentuk dari adanya sifat optimis dan mereka dianggap mampu
untuk melanjutkan hidupnya kedepan dengan melakukan berbagai kegiatan yang baik atau
positif, yang mana dalam hal ini menurut Suwarsi dan Handayani (2017), semangat yang
dimiliki oleh para lansia ini berkaitan dengan ciri-ciri individu yang optimis, yang mana
penelitiannya menjelaskan ciri optimis menurut, bahwa diantara cirinya yaitu selalu siap jika
dihadapkan dengan kesulitan, hal ini digambarkan dengan optimis terhadap harapan dan masa
depan yang lebih baik.
Jurnal Flourishing, 3(5), 2023, 175187
186
Gambar 1. Peta Konsep
4. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa motivasi hidup
lansia yang ditinggal pasangan di kabupaten Malang dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu
tujuan hidup, aktivitas, sikap serta perasaan. Berdasarkan keempat aspek tersebut didapatkan
bahwa subjek lansia yang ditinggal pasangan memiliki tujuan hidup untuk mendukung anak-
anaknya menuju kesuksesan, mampu hidup tanpa pasangan dengan amalan dan keuangan
yang stabil, dan tujuan hidup untuk hidup nyaman dan selalu sehat. Lansia juga melakukan
aktivitas yang mendukung pemenuhan tujuan hidupnya baik kegiatan kemasyarakatan
maupun keagamaan, serta memiliki sikap dan perasaan yang memandang hidup ketika
ditinggal pasangan harus tetap berjuang untuk mencapai tujuan dan rencana hidup yang susun.
Daftar Rujukan
Amalia, D. I. (2017). Indikator praktik sehat secara mental pada lanjut usia berdasarkan dukungan sosial
keluarga (studi kualitatif di kabupaten Lumajang).
Aprilia, Sri Mujiani Nur. (2018). Motivasi hidup pada lansia di panti werdha. Fakultas Psikologi: Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta. (online) http://eprints.uad.ac.id/10831/
Arsanti, T. A. (2009). Hubungan antara penetapan tujuan, self-efficacy dan kinerja. Jurnal Bisnis dan Ekonomi,
16(2), 24262.
Firmansyah. (2021). Derita sesak nafas, duda lansia Karangploso Malang gantung diri. kabarmalang.com.
diakses pada tanggal 28 September 2022 dari https://kabarmalang.com/20551/derita-sesak-napas-
duda-lansia-karangploso-malang-gantung-d iri
Heriyanto. (2018). Thematic analysis sebagai metode menganalisa data untuk penelitian kualitatif. ANUVA.
2(3), 317-324
Kristanto, B., & Agustina, R. F. (2018). Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia.
KOSALA: Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(1).
Munandar, I., Hadi, S., & Ardiyani, V. M. (2017). Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kesepian pada
lansia yang ditinggal pasangan di desa Mensere. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(2).
Jurnal Flourishing, 3(5), 2023, 175187
187
Priastana, I. K. A., Haryanto, J., & Suprajitno, S. (2018). Peran dukungan sosial keluarga terhadap berduka kronis
pada lansia yang mengalami kehilangan pasangan dalam budaya pakurenan. Indonesian Journal of
Health Research, 1(1), 20-26.
Primanita, Ni made Diah & Lestari, Made Diah.(2018). Proses penyesuaian diri dan sosial pada perempuan usia
dewasa madya yang hidup melajang. Jurnal Psikologi Udayana. 5(1), 86-98.
Purnamasari, R. (2019). Determinan goal-setting terhadap kinerja pegawai pengelola keuangan. Relevance:
Journal of Management and Business, 2(1).
Pustikasari, A., & Restiana, R. (2019). Dukungan keluarga terhadap motivasi lanjut usia dalam meningkatkan
produktivitas hidup melalui senam lansia. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 11(2), 153-160.
Sugiyono. (2010). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suwarsi, S., & Handayani, A. (2018). Hubungan antara optimisme dan problem focused coping pada mahasiswa
yang sedang menyusun skripsi. Proyeksi: Jurnal Psikologi, 12(1), 35-44.
Syah, L. A., & Mulyadi, M. (2016). Motivasi menikah lagi: Studi kasus pasangan suami istri dari seorang janda
dan duda yang menikah lagi di usia lanjut. Psikoislamika: Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam, 13(2), 47-
52.
Tiyaningsih, F. N., & Sulandari, S. (2021). Optimisme pada wanita lanjut usia yang mengalami kematian
pasangan hidup. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 8(1), 117-130.
... Beberapa orang mungkin merasa kesepian meskipun memiliki dukungan sosial, sementara yang lain mungkin merasa kurang kesepian bahkan tanpa dukungan yang signifikan. Oleh karena itu, sifat hubungan antara dukungan sosial dan kesepian pada lanjut usia bersifat kompleks dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor (Shita Resti Maheswari et al., 2023). ...
Article
Full-text available
Aging brings several significant changes in a person's life, and one of the main challenges older people face is loneliness. Loneliness can have a profound impact on the mental and physical well-being of seniors, increasing the risk of mental illness, lowering quality of life, and even accelerating the aging process. This study aims to determine the relationship between family social support and loneliness in older people. The research approach used is a quantitative research approach with correlative descriptive. The population in this study was 42 more senior people, all of whom were elderly. The sample in this study was 42 older adults who met the inclusion and exclusion criteria. In this study, the technique used was the total sampling technique. The results of statistical tests conducted with Chi-square obtained a p-value of 0.1000, informational support p-value of 0.758; reward support a p-value of 0.115, emotional support p-value of 0.767, instrumental support can be concluded that social support from family plays a vital role in influencing the level of loneliness in older people. Families that provide emotional, physical, and social support can help create a supportive environment, strengthen social bonds, and reduce the risk of loneliness in later stages
Article
Full-text available
Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosional, penghargaan/penilaian, informasional dan instrumental. Dukungan keluarga merupakan salah satu unsur yang dapat memotivasi lansia yg ada dikeluarga untuk melakukan kegiatan, salah satunya adalah Senam lansia. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui adanya hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi lansia untuk mengikuti senam . Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan desain cross-sectional.Sampel digunakan total Sampling . Dukungan keluarga sangat penting dalam meningkatkan motivasi lanjut usia sehingga lanjut usia tetap produktif dalam kegiatan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Dalam penenlitian ini belum maksimalnya dukunganyang diberikan oleh keluarga sehingga motivasi lanjut usia untuk mempertahankan produktifitasnya sangat kurang, walaupun demikian tetap memberikan penghargaan kepada keluarga yang telah berusaha memberikan dukungan walaupun hanya berupa dukungan meterial. Dengan demikian diharapakan kepada pihak terkait seperti petugas kesehatan lebih sering lagi memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga , sehingga keluarga dapat memberikan dukungan baik dukungan penilaian, intrumental, informasi dan emosi . Dengan berbagai dukungan yg diberikan oleh keluarga dapat meningkatkan motivasi lania untuk tetap pruduktif untuk mempeertahankan kesehatannya.Kata Kunci: Dukungan keluarga, Motivasi, Lanjut usia.
Article
Full-text available
Remarriage is starting a new marriage relationship between widow or widower with someone. Remarriage of the elderly is commonly happening nowadays. Remarriage is one of the ways done by the elderly to solve problem of loneliness and sexual intercourse loss due to the unavailability of the couples. The focus of this study are, how the motivation of widow and widower couples getting remarried in the elderly age, how the pattern of adaptation of the couples after marriage, and the implication of remarrying in the old age to the family. This research is designed as qualitative research by doing interview, observation, and documentation. The subject taken for this research is a couple of a widow and widower who remarry. The results of data analysis show that motivation possessed by a widow and a widower who remarry in their old age is that they want to elide loneliness and leisure, need of a couple, need composure in worship and need of happiness. The level of happiness within elderly couple who remarries is depend on adaptation process before and after marriage, adapting to each other and to the couple’s children, and support from each of both families.
Article
Full-text available
Artikel ini berjudul Thematic Analysis sebagai Metode untuk menganalisa Data untuk Penelitian Kualitatif. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang apakah itu thematic analysis sekaligus mengilustrasikan bagaimana metode ini digunakan pada salah satu penelitian kualitatif. Thematic analysis Thematic analysis merupakan salah satu cara untuk menganalisa data dengan tujuan untuk mengidentifikasi pola dan menemukan tema melalui data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Thematic analysis telah digunakan pada beberapa penelitian ilmu-ilmu sosial, termasuk ilmu perpustakaan dan informasi. Artikel ini juga menunjukkan bagaimana thematic analisis ini secara teknis diimplementasikan dalam menganalisa sebuah penelitian yang bertujuan untuk memahami literasi informasi peneliti saat menggunakan open access. Penelitian tersebut menemukan empat tema, yaitu pemahaman tentang open access, institutional repository, publikasi dan diseminasi, dan penelusuran informasi. Selain itu, penelitian ini juga berhasil menemukan hubungan antar masing-masing tema.
Article
Full-text available
Introduction. One problem that often escapes attention is when the elderly experience a loss of spouse. This problem can cause psychological disturbance and if not done good handling will also affect the physical elderly. Bali is an area of Indonesia that has a distinctive culture associated residence called Pakurenan. This study analyzes the role of family social support and the resilience of elderly who suffer from chronic sorrow due to lost the partner in Pakurenan culture and the association between them. Methods. This cross-sectional study was conducted with 255 elderly in a simple random sample from a subdistrict in Bali in Indonesia. The data were collected from elderly who gave their informed consent to participate using a personal information form, the Perceived Social Support from Family (PSS-Fa) Scale and The Resilience Scale (RS). Data were assessed by descriptive statistics and Spearman's rho analyses, using SPSS software. Results. The mean age of the elderly in the study was 70.38 years (±5.159 years); 69% of the elderly were female, and 67.8% had low education level. The results indicated that there was a significant positive correlation between the family social support and the resilience (rs = .993; p < .05). Conclusion. This study identified a significant correlation between family social support and the resilience of elderly who suffer from chronic sorrow due to lost the partner in Pakurenan culture. This indicates that the family's social support in Pakurenan culture has a positive impact in increasing resilience in the elderly.
Article
This study aims to describe the problem, the form of optimism, and influential factors of optimism on elder people who experienced loss of the loved ones. This study used quantitative-phenomenology with the data collection used semi-structured interviews. The informants were recruited using purposive sampling technique with the total of five elder widows in Sragen. The data was analyzed using thematic analysis. The information record, member-checking, and data delivery were implemented to maintain data validity and objectivity. The results show that the problem after the loss including the feel of loss, decrease of economic condition, loneliness, and health degradation. In overcoming the problems, they were not easily give up and despair, always accept the changes, and have a good hope on their life events. These ability occured because of the willingness to bounce back, attention and support from the closest people. The importance of optimism lead to a motivation from inside the elder widow to rise up and have positive thoughts on life problems they experienced.
Article
Background : The incidence of depression in elderly people in Indonesia is currently high.Indonesia has entered the era of elderly population. In 2009, the number of people agedover 60 years about 7.18%. Depression is a major mental health problem today. This isvery important because the incidence of depression will badly affects the productivity ofpeople particulary in a developing society.Research purposes : This research was generally aimed to find out the relationshipbetween family support and depression level in elderly as well as specifically to identifyfamily support for elderly and identify depression level in elderly.Subject : Research respondents were elderly people aged 60 years and over in TelukanVillage Sukoharjo District.Method : This research is a correlation research with cross sectional approach to analyzethe relationship betwen family support with depression level in elderly in Telukan VillageSukoharjo District. In this study the researcher used a saturated sampling technique inwhich all members of the population was used as a research respondent accounted for60.Research result : The majority of respondents who good support from their family was58.3% while the rest 41.7% got less support. The majority of were normal category (80%)while those with mild depression by 20%. The results of analysis with PearsonCorrelation obtained p value = 0.000 and value r = - 0.559.Conclusion : There is a significant relationship between family support and the incidenceof depression in the elderly. The higher the family support the lower the incidence ofdepression in the elderly.Keywords: depression, family support, elderly
Article
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh determinan goal-setting yang didimensikan dalam komitmen organisasi, disiplin kerja, dan sistem informasi akuntansi terhadap kinerja pegawai pengelola keuangan pada SKPD di Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu kuesioner dengan 54 responden yang diperoleh dari SKPD di Kota Makassar. Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen organisasi, disiplin kerja, sistem informasi akuntansi berpengaruh positif terhadap Kinerja Pegawai Pengelolaan Keuangan SKPD di Kota Makassar.
Indikator praktik sehat secara mental pada lanjut usia berdasarkan dukungan sosial keluarga (studi kualitatif di kabupaten Lumajang)
  • D I Amalia
Amalia, D. I. (2017). Indikator praktik sehat secara mental pada lanjut usia berdasarkan dukungan sosial keluarga (studi kualitatif di kabupaten Lumajang).
Motivasi hidup pada lansia di panti werdha. Fakultas Psikologi: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
  • Sri Aprilia
  • Mujiani Nur
Aprilia, Sri Mujiani Nur. (2018). Motivasi hidup pada lansia di panti werdha. Fakultas Psikologi: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. (online) http://eprints.uad.ac.id/10831/
Hubungan antara penetapan tujuan, self-efficacy dan kinerja
  • T A Arsanti
Arsanti, T. A. (2009). Hubungan antara penetapan tujuan, self-efficacy dan kinerja. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 16(2), 24262.