Content uploaded by Hartini Hartini
Author content
All content in this area was uploaded by Hartini Hartini on Aug 17, 2023
Content may be subject to copyright.
QUALITY OF WORK LIFE, PROFESSIONAL COMPETENCE AND THE IMPACT ON
ORGANIZATIONAL COMMITMENTS MEDIATED BY WORK SATISFACTION
Hartini
antyhartini@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: 1) Pengaruh Quality of Work Life
terhadap kepuasan kerja. 2) Pengaruh kompetensi profesional terhadap kepuasan kerja. 3)
Pengaruh Quality of Work Life terhadap komitmen organisasi. 4) Pengaruh kompetensi profesional
terhadap komitmen organisasi. 5) Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan expost facto. Penelitian ini dilakukan di Kota
Makassar, Sulawesi Selatan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang
mengabdi pada jenjang sekolah dasar dengan status sekolah negeri yang berjumlah 21 sekolah dan
diambil 30% dengan jumlah 102 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis jalur (path analysis) dengan pemodelan Structural Equation Modeling (SEM)
program AMOS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Quality of Work Life berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja; (2) kompetensi profesional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja; (3) Quality of Work Life berpengaruh positif dan signifikan
terhadap komitmen organisasi; (4) komptensi profesional berpengaruh positif dan signifikan
terhadap komitmen organisasi; (5 kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
komitmen organisasi. Temuan ini menjadi masukan bagi para kepala sekolah untuk lebih
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi guru.
ABSTRACT
This research aimed to analyze: (1) the effect of quality of work life on the work satisfaction; (2)
the effect of professional competence on the work satisfaction; (3) the effect of the quality of work
life on the organizational commitments; (4) the effect of the professional competence on the
organizational commitments; (5) the effect of the work satisfaction on the organizational
commitments. The population in this study were all teachers who served at the elementary school
level with the status of public schools, amounting to 21 schools and 30% with a total of 102 people.
The method used on the research was the path analysis with the Structural Equation Modeling
(SEM) AMOS. The research result indicated that: (1) the quality of work life had a positive and
significant effect on work satisfaction; (2) the professional competence had a positive and
significant effect on work satisfaction; (3) the quality of work life had a positive and significant
effect on organizational commitments; (4) the professional competence had insignificant effect on
the teacher performance; (5) the intrinsic motivation had a positive and significant effect on the
organizational commitments. This finding will provide input for the school to recognize the
importance of work satisfaction and organizational commitments in the development of teacher
performance. Further research and practical implications are discussed.
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia sangat berperan penting bagi kemajuan organisasi, tidak terkecuali dalam
dunia pendidikan. Lembaga pendidikan memiliki pengaruh yang sangat kuat di dalam
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, melalui pendidikan terjadi sebuah proses
transformasi nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi (Hamidi et al., 2016; Hartini, 2021b,
2022b; Lai et al., 2019; Muhammad et al., 2021; Sopian & Hartini, 2023)
Pendidikan formal diawali sejak seoarang anak memasuki sekolah dasar hingga ke jenjang
perguruan tinggi. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
meningkatkan kualitas kehidupan dan martabat manusia dalam rangka mewujudukan tujuan
pendidikan nasional di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Berkaitan dengan hal tersebut, persoalan
mendasar yang dihadapi dalam sistem pendidikan nasional yang telah berlangsung lama, yaitu
aspek profesi seorang guru. Sebab, seorang guru selalu dituntut untuk memenuhi berbagai
persyaratan seperti, kualifikasi pendidikan profesi, kompetensi keilmuan, kemampuan komunikasi
yang efektif, etos kerja, kreativitas dan produktivitas, komitmen kerja yang tinggi, pengembangan
diri, serta kompetensi yang baik (Hartini, 2021a, 2022a; Muhammad et al., 2021; Siri et al., 2020;
Surbakti, 2017).
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan sumber daya manusia yang
kreatif dalam mencapai tujuan pendidikan. Seorang guru memiliki tanggung jawab dalam
mencetak generasi muda yang berkualitas dan kompeten. Sebagai tenaga pendidik, banyak
persoalan yang dihadapi di dalam menjalankan tugas-tugasnya. Ketidakpuasan di dalam bekerja
salah satunya merupakan masalah yang sering dialami oleh para guru. Masalah penilaian,
penghasilan, lingkungan kerja, fasilitas yang kurang memadai, promosi, serta kurangnya
mengikuti pelatihan dan pengembangan sering menjadi keluhan para pendidik. Apabila guru
merasa puas, maka guru tersebut akan bekerja dengan penuh semangat di dalam menjalani
aktivitas mengajar, sehingga kualitas belajar bagi peserta didik semakin meningkat. Sebaliknya,
jika guru tidak puas di dalam bekerja, maka hal itu akan memiliki dampak kualitas mengajarnya.
Akibatnya, guru kurang maksimal di dalam memberikan materi di kelas. Dengan demikian,
kualitas pendidikan dipengaruhi oleh tingkat kepuasan kerja pendidik (Ertürk, 2022; Hamidi et al.,
2016; Normiyati & Wardhana, 2022; Noor, A & Nzilano, 2018).
Robbins dan Judge (2008) seperti yang dikutip dalam (Audha et al., 2017) mengungkapkan bahwa
kepuasan kerja merupakan perasaan positif mengenai pekerjaan yang dilakukan seseorang sebagai
hasil dari evaluasi dari beberapa karakteristik. Kepuasan kerja akan tercapai apabila organisasi
memperhatikan lingkungan di mana individu bekerja, khususnya yang berkaitan dengan rekan
kerja, atas, kondisi kerja, dan faktor lainnya yang dapat berpengaruh terhadap sikap dan tingkah
laku seseorang di dalam pekerjaannya. Teori dua faktor yaitu hygiene factors dan motivation
factors yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg menyatakan bahwa hygiene factors terdiri atas
kondisi kerja, kompensasi, keamanan di dalam bekerja, supervisi, dan hubungan dengan rekan
kerja, dan apabila faktor-faktor tersebut tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan ketidakpuasan,
sedangkan faktor kepuasan atau faktor motivator terdiri atas sifat pekerjaan, prestasi, promosi,
pengembangan diri, penghargaan, pekerjaan yang menantang (Lai et al., 2019; Grellety et al.,
2015; Habibi & Hartini, 2023)
Masih terkait dengan pentingnya peranan guru dalam dunia pendidikan, (Lai et al., 2019; Mulyani,
2021) menyatakan bahwa peran guru sangat penting dalam menyelenggarakan pendidikan formal
yang memerlukan kinerja yang tinggi. Selain itu, komitmen terhadap organisasi sebagai
penyelenggara pendidikan yakni sekolah. Komitmen organisasi menurut Meyer et al., dan Robbins
dan Judge (2009) dalam (Mulyani, 2021) adalah tindakan individu dalam mempertahankan
keanggotaannya di dalam organisasi. Komitmen organisasi merupakan suatu kondisi di mana
individu dapat mengidentifikasikan diri dalam organisasi serta merasa menjadi bagian di dalam
organisasi tersebut, sehingga memiliki keinginan yang kuat untuk bertahan dan mewujudkan
tujuan organisasi tempat ia bekerja. Porter dan Steer, 1982 dalam (Noor, A & Nzilano, 2018)
mentatakan bahwa komitmen organisasi guru merupakan bentuk ekspresi, identitas, keinginan
untuk menjadi bagian dari suatu organisasi, dan berupaya turut serta di dalam kemajuan organisasi
tersebut. Komitmen organisasi dipengaruhi oleh variabel kepuasan kerja (Lai et al., 2019; Surbakti,
2017). Akan tetapi, pernyataan ini dibantah oleh temuan dari (Bagis et al., 2021) bahwa antara
kepuasan kerja dan komitmen organisasi memiliki pengaruh yang negatif.
Lebih lanjut, menurut (Mulyani, 2021), banyak faktor yang turut memengaruhi komitmen
organisasi di antaranya kualitas kehidupan kerja, kepuasan kerja dan sebagainya. Kualitas
kehidupan kerja merupakan kesesuaian mengenai tuntutan pekerjaan dengan pemenuhan
kebutuhan yang dapat menciptakan kondisi kerja yang kondusif yang berkaitan erat dengan
kesejahteraan karyawan, dan Quality of Work Life (QWL). Karyawan merasakan dukungan
atasannya yang mendengarkan keluhan dan kekhawatiran mereka, merasa dihargai dan dihormati,
sehingga terintegrasi dalam lingkungan kerja yang baik, dan akan berdampak terhadap kinerja
organisasi. Peningkatan kinerja organisasi dapat mendorong produktivitas kerja (Leitão et al.,
2019; Noor, A & Nzilano, 2018; Surbakti, 2017). Quality of Work Life (QWL) yang lebih baik
merupakan salah satu kunci untuk mempertahankan karyawan yang berkualitas dan termotivasi
yang mengarah pada peningkatan layanan (Nayak & Sahoo, 2015).
Quality of Work Life (QWL) didefinisikan oleh Cascio yang merupakan pelopor utama Quality of
Work Life bahwa Quality of Work Life dapat diartikan sebagai serangkaian kondisi dan praktik dari
tujuan organisasi misalnya, pemerkayaan pekerjaan, sistem promosi, supervisor, keterlibatan
karyawan, serta kondisi kerja yang nyaman (Kholik, 2020). Menurut Allen & Meyer dalam
(Ilmawan & Fajrianthi, 2021; Siti Haerani, Sumardi, Wardhani Hakim, 2018; Hartini, 2021c;
Audha et al., 2017) komitmen organisasi sebagai suatu konstruk psikologis yang merupakan
karakteristik hubungan antara satu organisasi dengan organisasi lainnya yang memiliki implikasi
terhadap keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam organisasi.
Dengan demikian, komitmen organisasi berperan dalam peningkatan efektivitas kerja yang sangat
penting di dalam organisasi. Quality of Work Life berpengaruh positif dan signifikan terhadap
komitmen organisasi yang terdiri atas komitmen afektif (affective commitment), komitmen
continuance (continuance commitment), dan komitmen normatif (normative commitment).
Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Priambodo, 2016) menyatakan bahwa
Quality of Work Life tidak berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi. Di sisi lain,
terkait dengan pengaruh Quality of Work Life terhadap kepuasan kerja, (Handayani & Purwanto,
2018) juga berbeda dengan temuan dari (Ilmawan & Fajrianthi, 2021; Siti Haerani, Sumardi,
Wardhani Hakim, 2018; Hartini, 2022a; Audha et al., 2017; Hamidi et al., 2016) menurut
(Handayani & Purwanto, 2018) Quality of Work Life sama sekali tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap kepuasan kerja.
Selain Quality of Work Life, faktor lain yang turut berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan
komitmen organisasi adalah kompetensi profesional guru. Kompetensi seorang guru merupakan
ujung tombak di dalam meningkatkan sumber daya manusia yang unggul. Apabila suatu lembaga
pendidikan atau sekolah mampu meghasilkan output yang baik, maka dengan sendirinya kepuasan
kerja guru akan tercipta, sehingga rencana, proses, dan evaluasi telah mencapai hasil yang
maksimal. Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja guru (Ratnasari
et al., 2021; Annisa Triantie, Chiar, 2016; Basriani, 2016; Supiyanto, 2015).
Beberapa hasil penelitian mengenai guru yang tersertifikasi, belum diperoleh hasil yang optimal,
sehingga memiliki dampak terhadap peningkatan mutu pendidikan. Sertifikasi tidak memiliki
pengaruh yang cukup kuat terhadap perbaikan mutu pendidikan. Salah satu faktor penyebabnya
adalah rendahnya komitmen guru terhadap profesi yang dijalaninya. Komitmen dipengaruhi oleh
kompetensi profesional. Secara implisit, rendahnya komitmen guru di dalam bekerja merupakan
indikator berupa kesetiaan, kesadaran dan tanggung jawab yang diemban dalam proses
pembelajaran di kelas, sehingga menimbulkan sikap dan perilaku negatif terhadap pekerjaannya,
sedangkan dalam proses belajar mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan yang cukup
kompleks, guru harus memiliki strategi khusus dalam mencapai tujuan pembelajaran, dibutuhkan
profesionalisme yaitu keahlian, komitmen dan keterampilan. Selain itu, seorang guru yang
profesional wajib memiliki kompetensi dasar, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut, akan
mendukug efektivitas di dalam kegiatan pembelajaran (Siri et al., 2020).
Spencer dan Spencer dalam (Ahyanuardi, Hambali, 2018) menyatakan bahwa kompetensi
merupakan suatu karakteristik dasar seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan
kriteria yang ditentukan serta kombinasi antara pengetahuan, keterampilan, pemahaman, sikap,
keingingan dan tindakan seseorang di dalam bekerja. Kompetensi profesional memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap komitmen guru di dalam melaksanakan tugasnya (Ahyanuardi, Hambali,
2018). Kompetensi dan komitmen organisasi sangat berhubungan erat dengan kepuasan kerja yang
ada di lingkungan sekolah. Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dan
komitmen organisasi (Basriani, 2016). Akan tetapi, temuan dari (Mirsya, 2022) berbeda dengan
penelitian sebelumnya, menurutnya kompetensi tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap
komitmen organisasi.
Berkaitan dengan komitmen kerja, peneliti mengkaji mengenai kepuasan kerja dan komitmen kerja
guru pada tingkat Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Makassar. Berdasarkan hasil observasi
awal, ditemukan bahwa kualitas kehidupan kerja (Quality of Work Life) guru yang bertugas di
sekolah dasar negeri di Makassar masih rendah. Hal ini terbukti masih adanya ketidaksesuaian
antara imbalan tunjangan dengan tanggung jawab yang diembannya, pemberian THR yang tidak
merata, kondisi kerja yang kurang kondusif, kurangnya kesempatan guru untuk mengembangkan
keterampilan dan keahlian, hubungan dengan rekan kerja dan atasan kurang terjalin dengan baik.
selain itu, terkait dengan kompetensi profesional, sebagian guru masih belum optimal di dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Kondisi seperti ini menyangkut komitmen guru. Guru
dituntut untuk menjadi tenaga profesional dan memiliki komitmen yang tinggi. Akan tetapi,
kesadaran guru mengenai pentingnya komitmen pada sekolah terhadap peningkatan dan
pengembangan kualitas sekolah masih sangat rendah. Dalam mencapai visi dan misi sekolah,
diperlukan komitmen dari para guru dengan memperhatikan faktor-faktor terkait kebijakan dan
peningkatan komitmen guru di sekolah. Menurut (Hartini & Heri, 2021; Muhammad et al., 2021;
Surbakti, 2017), komitmen organisasi guru perlu ditingkatkan, sebab hal ini dapat memengaruhi
perilaku guru di dalam proses pembelajaran, interaksi dengan peserta didik, hubungan dengan
rekan kerja, hubungan dengan atasan, serta peningkatan produktivitas.
Sebagai perbandingan, (ERTÜRK, 2022) melakukan penelitian terhadap 368 guru yang bekerja di
sekolah dasar di Turki. Menurut temuan ini, persepsi guru tentang kepuasan kerja, quality of work
life, dan kondisi kerja, cenderung rendah. Guru tidak memiliki kontrol diri yang cukup atas
pekerjaan mereka. Di sisi lain penelitian yang dilakukan oleh (Noor, A & Nzilano, 2018) terhadap
60 orang guru di Tanzania, dengan menggunakan indikator; pekerjaan itu sendiri, gaji, promosi,
dan kondisi kerja. Hasil kajiannya menunjukkan bahwa banyak ketidakpuasan yang dialami para
guru dari beberapa aspek termasuk jam kerja, beban kerja, fasilitas yang tersedia, kondisi kerja,
penilaian kerja.
Beberapa hasil kajian dari peneliti terdahulu mengenai komitmen organisasi. Namun, kebanyakan
peneliti mengkaji mengenai komitmen organisasi para karyawan di bidang organisasi bisnis. Oleh
karena itu, peneliti mencoba untuk meneliti mengenai komitmen organisasi guru di sekolah. Dalam
hal ini, adalah komitmen guru sekolah dasar negeri di Kota Makassar. Sebab, karakteristik
pekerjaan karyawan di perusahaan berbeda dengan karakteristik pekerjaan guru di sekolah.
Menurut kajian empirik beberapa penelitian mengenai pengaruh Quality of Work Life, kompetensi
profesional, dan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi seperti hasil temuan dari (Lai et al.,
2019; Mulyani, 2021; Surbakti, 2017) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Namun, hasil ini berbeda dengan temuan dari (Bagis
et al., 2021) yang menyatakan bahwa antara kepuasan kerja dan komitmen organisasi memiliki
pengaruh yang negatif. Selain itu, pengaruh Quality of Work Life terhadap kepuasan kerja,
(Ilmawan & Fajrianthi, 2021; Mulyani, 2021; Kholik, 2020; Siti Haerani, Sumardi, Wardhani
Hakim, 2018; Hartini et al., 2017; Audha et al., 2017; Ertürk, 2022) menemukan bahwa Quality
of Work Life memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap kepuasan kerja. Temuan tersebut
terbantahkan oleh hasil kajian dari (Handayani & Purwanto, 2018) bahwa Quality of Work Life
sama sekali tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Dalam penelitiannya,
(Tamhir, 2019; Kholik, 2020; Mulyani, 2021) menyatakan bahwa Quality of Work Life juga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Akan tetapi, (Priambodo, 2016)
menemukan hal yang berbeda, menurutnya bahwa Quality of Work Life tidak berpengaruh
signifikan terhadap komitmen organisasi.
Lebih lanjut, menurut (Ratnasari et al., 2021; Deswarta, 2017; Annisa Triantie, Chiar, 2016;
Basriani, 2016; Supiyanto, 2015; Siri et al., 2020), profesional berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja guru. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian dari (Lestari, 2021) yang
menyatakan bahwa kompetensi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Hal
yang sama mengenai pengaruh kompetensi profesional terhadap komitmen organisasi
(Ahyanuardi, Hambali, 2018; Basriani, 2016) menemukan bahwa kompetensi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Namun, temuan dari (Mirsya, 2022) menyatakan
bahwa kompetensi tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap komitmen organisasi.
Berdasarkan research gap yang telah dikemukakan, maka peneliti mencoba mengkonfirmasi ulang
mengenai pengaruh Quality of Work Life, kompetensi profesional terhadap komitmen organisasi
dan menggunakan variabel kepuasan kerja sebagai variabel intervening dengan mengambil objek
penelitian Sekolah Dasar Negeri se-Kota Makassar. Adapun alasan lain dilakukannya penelitian
ini adalah: 1) Kepuasan kerja yang dirasakan guru masih rendah terutama yang masih berstatus
tenaga honorer, 2) Rendahnya kesadaran guru mengenai pentingnya meningkatkan komitmen
organisasi di lingkungan sekolah, 3) Variabel komitmen organisasi yang banyak digunakan
peneliti lain untuk mengkaji mengenai komitmen organisasi karyawan di perusahaan. Oleh sebab
itu, peneliti mengkaji komitmen organisasi guru di lingkungan sekolah. Di samping itu, variabel
Quality of Work Life, kompetensi profesional terhadap komitmen organisasi dan menggunakan
variabel kepuasan kerja sebagai variabel intervening belum banyak digunakan oleh peneliti
sebelumnya, 4) Peneliti berkeinginan untuk memberikan sumbangsih terhadap bidang keilmuan
yang menyangkut beberapa variabel yang memengaruhi komitmen orgnisasi guru di sekolah.
TINJAUAN LITERATUR
Quality of Work Life
Kinerja karyawan berkaitan dengan beberapa faktor yang memengaruhi kondisi kerja, lingkungan
kerja, kesejahteraan karyawan, serta Quality of Work Life (Hartini, 2021c; Leitão et al., 2019).
Quality of Work Life yang baik merupakan kunci dalam memotivasi dan mempertahankan
karyawan yang akan mendorong karyawan untuk bekerja secara maksimal dan mencapai kinerja
sesuai yang diharapkan (Nayak & Sahoo, 2015). Menurut (Tamhir et al., 2019) bahwa Quality of
Work Life merupakan salah satu bentuk filosofi manajemen yang diterapkan mengelola organisasi
secara umum, dan mengelola sumber daya manusia secara khusus. Quality of Work Life memiliki
pengaruh yang cukup kuat terhadap kepuasan kerja (Kholik, 2020; Mulyani, 2021)
Kompetensi Profesional
Dalam kegiatan yang berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah, guru harus memiliki empat
kompetensi, yaitu: kompetensi profesional, kompetensi, pedagogik, kompetensi sosial, dan
kompetensi kepribadian. Mcintyre dan Cooper dalam (Siri et al., 2020) menyatakan bahwa
kompetensi profesional yang dimiliki oleh seorang guru berkaitan dengan pengetahuan tentang
pembelajaran dan perilaku manusia, pengetahuan menengai bidang studi yang diajarkan, sikap
yang baik, hubungan dengan lingkungan, serta keterampilan dan teknik mengajar yang efektif
dalam memberi pelajaran kepada siswa. Hal tersebut mengacu pada Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Standar Kompetensi Guru. Guru yang mengajar sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki, akan memiliki keterampilan yang baik di dalam mengajar. Kompetensi yang
dimiliki para guru juga berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Selanjutnya (Muhammad et
al., 2021) menyatakan bahwa kompetensi profesional sangat dibutuhkan sebagai suatu
karakteristik yang esensial bagi individu di dalam melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan
pendidikan. Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja (Deswarta,
2017; Ratnasari, 2021). Di sisi lain, kompetensi profesional juga memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap komitmen organisasi (Ahyanuardi, Hambali, 2018; Basriani, 2016).
Kepuasan Kerja
Kemajuan suatu lembaga pendidikan atau sekolah berkaitan dengan kepuasan kerja guru.
Kepuasan kerja merupakan suatu elemen dalam mengukur kesuksesan suatu organisasi (Lai et al.,
2019). Mittchell & Larson menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu proses di dalam
menerima kesenangan atau emosi positif yang menentukan kinerja individu. Dengan kata lain,
kepuasan kerja sebagai suatu persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka yang
membawa keuntungan untuk dirinya (Noor, A & Nzilano, 2018). Kepuasan kerja didasari oleh
teori dua faktor (higyene dan motivator) yang dikemukakan oleh Harzberg. Variabel kepuasan
kerja berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi. (Lai et al., 2019; Surbakti, 2017).
Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi terdiri atas tiga komponen, yaitu: komimen afektif, komitmen normatif, dan
komitmen berkelanjutan menurut Allen dan Meyer seperti yang dikutip dalam (Lai et al., 2019;
Muhammad et al., 2021; Noor, A & Nzilano, 2018; Siri et al., 2020). Komitmen afektif
menekankan ketertarikan pada organisasi, individu berupaya mengerahkan seluruh energi mereka
untuk bekerja pada suatu organisasi, dan memiliki keyakinan yang kuat untuk membantu mencapai
tujuan organisasi, serta berupaya untuk mempertahankan keanggotaannya pada organisasi tersebut
(Porter & Steers dalam (Noor, A & Nzilano, 2018). Seorang guru yang memiliki komitmen afektif
yang kuat, dengan keanggotaannya dalam suatu organisasi menjadikan mereka termotivasi untuk
mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, ia berupaya dengan sungguh-sungguh untuk
menjadi guru yang profesional, kreatif, dan inovatif (Tamhir Lukman, Bedjo Sujanto, 2019).
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara
variabel quality of work life, kompetensi profesional, kepuasan kerja, dan komitmen organisasi
guru, sehingga dibangun hipotesis sebagai berikut:
1. (H-1) quality of work life berpengaruh terhadap kepuasan kerja
2. (H-2) kompetensi profesional berpengaruh terhadap kepuasan kerja
3. (H-3) quality of work life berpengaruh terhadap komitmen organisasi
4. (H-4) kompetensi profesional berpengaruh terhadap komitmen organisasi
5. (H-5) kepuasan kerja berpengaruh terhadap komitmen organisasi
Gambar 1. Kerangka Konseptual
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan expost facto dengan
alasan bahwa ingin meneliti peristiwa yang telah terjadi kemudian melihat ke berbagai literatur
untuk mengetahui faktor penyebabnya. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri se-Kota
Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru
yang mengabdi pada jenjang sekolah dasar dengan status sekolah negeri yang berjumlah 21
sekolah dan diambil 30% dengan jumlah 102 orang. Teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan simple random sampling.
Penelitian ini dilakukan pada pada masa pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, pada saat
pengumpulan data kami tetap mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19
sesuai anjuran pemerintah. Sumber data adalah data primer, dan data sekunder, teknik
pengumpulan yang dilakukan melalui observasi, kuisioner, wawancara, dan studi pustaka.
Kuisioner diberikan kepada para guru SD Negeri di Kota Makassar yang berisi pertanyaan dengan
skor setiap jawaban mengacu pada skala Likert. Skor jawaban responden diberikan empat pilihan
jawaban, skor 4 (Sangat Setuju), skor 3 (Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), dan skor 1 (Sangat Tidak
Setuju). Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan teknis analisis Structural
Equation Modeling (SEM) dengan bantuan program AMOS. Sumber data berupa data primer yang
diperoleh langsung dari responden dan data sekunder yang diperolah dari berbagai literatur, jurnal
yang relevan, telaah pustaka. Teknik analisis SEM terdiri atas dua tahap, yaitu 1) Analisis data
kuantitatif deskriptif yang bersumber dari sensus yang dilakukan terhadap orang-orang yang
dijadikan respoden. Pada penelitian kuantitatif ini, pengolahan data dilaksanakan dengan melalui
tahap pemeriksaan (editing), proses kategorisasi atau klasifikasi data (coding), dan proses
pembeberan (tabulating). 2) Analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif dilakukan sejak awal
pengumpulan data di lapangan hingga diperoleh kesimpulan atas sejumlah fenomena yang telah
diamati. Pengolahan dan interpretasi data ditujukan dengan maksud analisis deskriptif yang
mengandung pengertian sebagai usaha menyederhanakan sekaligus menjelaskan bagian-bagian
dari keseluruhan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Realibilitas dan Validitas
Uji instrumen dilakukan untuk memperoleh untuk memperoleh data yang akurat diperlukan
alat pengumpulan data berupa uji validitas dan reliablitas. Uji validitas digunakan untuk
memperoleh kepastian, ketelitian atau ketepatan alat ukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan
konsisitensi alat ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid, apabila dapat mengukur apa
yang akan diukur. Sementara, instrument dikatakan reliabel apabila dapat mengukur apa yang
dimaksud dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di antara subjek. Dengan demikian, data yang
sesuai dengan kenyataan yang ada maka disebut valid. Data yang dapat dipercaya disebut reliabel.
Untuk memperoleh data yang valid dan reliabel, maka instrument penelitian yang digunakan untuk
mengukur suatu objek yang akan dinilai, harus memiliki bukti validitas dan reliabilitas. Tabel 1
berikut ini menunjukkan hasil uji reliablitas.
Tabel 1: Hasil Uji Realibilitas dan Validitas
Variabel
Cronbach’s
Alpha
Keterangan
Indikator
Cronbach's
Alpha if
Item Deleted
Keterangan
Komitmen
Organisasi
0.748
Realib.
Y2.1.1
Y2.1.2
Y2.2.1
Y2.2.2
Y2.3.1
Y2.3.2
Y2.4.1
Y2.4.2
Y2.5.1
Y2.5.2
0.789
0.781
0.773
0.783
0.775
0.780
0.774
0.787
0.786
0.790
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Kepuasan
Kerja
0.840
Realib.
Y1.1.1
Y1.1.2
Y1.1.3
Y1.2.1
Y1.2.2
Y1.2.3
Y1.3.1
Y1.3.2
Y1.3.3
Y1.4.1
Y1.4.2
Y1.4.3
0.822
0.822
0.819
0.817
0.818
0.823
0.823
0.821
0.822
0.823
0.830
0.836
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Kompetensi
Profesional
0.835
Realib.
X2.1.1
X2.1.2
X2.2.1
X2.2.2
X2.3.1
X2.3.2
X2.4.1
X2.4.2
X2.5.1
X2.5.2
0.826
0.832
0.815
0.828
0.817
0.826
0.827
0.832
0.825
0.829
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Quality of
Work Life
0.799
Realib.
X1.1.1
X1.1.2
X1.2.1
X1.2.2
X1.3.1
X1.3.2
X1.4.1
0.735
0.750
0.722
0.735
0.722
0.714
0.722
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
X1.4.2
X1.5.1
X1.5.2
X1.6.1
X1.6.2
0.723
0.745
0.742
0.738
0.717
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Data Primer Diolah, 2022
Berdasarkan hasil analisis data yang disajikan pada tabel 1, maka seluruh item pertanyaan
yang diberikan kepada responden memiliki realibilitas dan validitas sesuai standar, sebab hasil
Corrected Item-Total Correlation memiliki nilai lebih dari 0,30. Dengan demikian, hasil ini
dinyatakan telah valid. Sedangkan uji realibitas, hasil analisis melalui Alpha Cronbach
menunjukkan bahwa nilai lebih 0,60 secara keseluruhan variabel yang diteliti, sehingga dapat
dilanjutkan pengolahan ke tahap berikutnya.
1. Quality of Work Life (X1) Berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap Kepuasan Kerja (Y1).
Hasil penelitian ini menyiratkan bahwa apabila tingkat kepuasan kerja yang dimiliki oleh guru
tinggi, maka komitmen afektif, komitmen normatif, dan komitmen berkelanjutan akan lebih
baik. Guru dengan komitmen afektif yang tinggi, maka ia akan tetap bertahan bekerja pada
sekolah tersebut. Guru dengan komitmen normatif yang tinggi, tercermin dari perilakunya di
lingkungan sekolah dengan semangat kerja yang tinggi, demi tercapainya tujuan pendidikan
yang lebih baik. Guru dengan komitmen berkelanjutan, akan menyadari dampaknya jika
meninggalkan sekolah tersebut, serta manfaat yang diperoleh apabila tetap bertahan pada
sekolah tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Meyer & Allen mengenai
tiga aspek dari komitmen organisasi yaitu komitmen afektif, komitmen normatif, dan
komitmen berkelanjutan (Lai et al., 2019)
------------------------------
KESIMPULAN
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 102 guru yang mengabdi pada sekolah dasar
negeri se-Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka
dapat disimpulkan bahwa Quality of Work Life berpengaruh terhadap kepuasan kerja, hal ini
menyiratkan bahwa guru yang memiliki quality of work life yang lebih baik, akan memengaruhi
peningkatan kepuasan kerja di sekolah. Kompetensi profesional berpengaruh terhadap kepuasan
kerja. Hal tersebut menggambarkan bahwa kompetensi profesional yang dimiliki guru berkaitan
dengan kemampuan menguasai pembelajaran, kemampuan menguasai bidang studi yang
diajarkan, akan menciptakan kepuasan kerja yang tinggi. Para guru berusaha meningkatkan
kompetensi yang dimiliki jika mereka puas dalam bekerja.
Quality of Work Life berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Hal ini mencerminkan
bahwa Quality of Work Life yang berkaitan dengan pengembangan karir, partisipasi kerja, imbalan,
dan lingkungan kerja yang baik, akan meningkatkan komitmen organisasi bagi para guru.
Kompetensi profesional berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Kompetensi profesional yang
berkaitan dengan kemampuan di dalam menguasai materi pelajaran, pengembangan profesi, serta
pemahaman wawasan dan landasan pendidikan, akan meningkatkan komitmen mereka untuk
bertahan bekerja pad sekolah tersebut.
Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Hasil
penelitian ini menggambarkan bahwa tinggi rendahnya kepuasan kerja yang dimiliki guru,
memberikan kotribusi terhapa terciptanya komitmen organisasi.
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu solusi bagi pihak sekolah dalam memecahkan
permasalahan yang berkaitan dengan kepuasan kerja para guru serta lebih memperhatikan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap komitmen organisasi yang dirasakan oleh guru-guru, terutama
yang menyangkut Quality of Work Life, kompetensi professional, dan kepuasan kerja. Selain
dukungan dalam bentuk finansial seperti gaji dan imbalan yang diberikan kepada guru, dukungan
yang bersifat nonfinansial seperti kondisi kerja, supervisi, tersedianya fasilitas yang memadai,
promosi, pengembangan karir yang merupakan faktor motivator perlu dipertimbangan bagi pihak
terkait.
Dalam penelitian ini hanya menggunakan empat variabel yaitu, Quality of Work Life,
kompetensi profesional, kepuasan kerja, dan komitmen organisasi guru dengan memilih strata
sekolah dasar sebagai objek penelitian di satu kota. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk
mengembangkan beberapa variabel yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja guru dengan
objek penelitian yang lebih variatif di beberapa wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyanuardi, Hambali, dan K. (2018). Pengaruh Kompetensi Pedagogik Dan Profesional Guru
Sekolah Menengah Kejuruan Pasca Sertfikasi Terhadap Komitmen Guru Melaksanakan
Proses Pembelajaran. Jurnal Inovasi Vokasional Dan Teknologi, 18(1), 67–74.
https://doi.org/10.24036/invotek.v18i1.169
Annisa Triantie, Chiar, F. (2016). Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Profesional
Terhadap Kepuasan Kerja Guru. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 5(1),
1–14. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/13639
Audha Rifqy Ardian, Patricia Dhiana Paramita, Edward Gagah P, D. (2017). DAMPAK
KUALITAS KERJA DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP KOMITMEN
ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA DAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING. Journal of Management, 3(3), 2–11.
Bagis et al., 2021. (2021). Job Satisfaction As a Mediation Variables on the Effect of
Organizational Culture and Organizational Commitment To Employee Performance. Russian
Journal of Agricultural and Socio-Economic Sciences, 111(3), 72–82.
Basriani, A. (2016). Pengaruh kompetensi dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja dan
kinerja dosen ( studi pada yayasan pendidikan persada bunda pekanbaru). Jurnal Tepak
Manajemen Bisnis, VIII(1), 21–34.
Deswarta. (2017). PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN
KERJA DAN KINERJA DOSEN FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN
SULTAN SYARIF KASIM RIAU. Jurnal Valuta, 3(1), 19–39.
ERTÜRK, R. (2022). The Effect of Teachers’ Quality of Work Life on Job Satisfaction and
Turnover Intentions. International Journal of Contemporary Educational Research, March.
https://doi.org/10.33200/ijcer.1022519
Grellety, E., Babakazo, P., Bangana, A., Mwamba, G., Lezama, I., Zagre, N. M., Ategbo, E. A.,
Bentham, J., Di Cesare, M., Bilano, V., Bixby, H., Zhou, B., Stevens, G. A., Riley, L. M.,
Taddei, C., Hajifathalian, K., Lu, Y., Savin, S., Cowan, M. J., … Ryan, K. (2015). Pengaruh
kecerdasan emosional. In Food and nutrition bulletin (Vol. 12, Issue 3, p. 210).
https://www.google.com.my/#q=SHAKE+Technical+Package+for+Salt+Reduction+%0Aht
tp://www.wcrf.org/int/policy/our-policy-work/curbing-global-sugar-
consumption%0Ahttp://link.springer.com/article/10.1007/s11936-012-0182-
9%5Cnhttp://link.springer.com/article/10.
Habibi, D., & Hartini, H. (2023). Pengelolaan Kinerja Berbasis Balanced Scorecard pada KPPBC
TMP Merak. Https://Www.Researchgate.Net/Publication/372992250.
Hamidi, H., Jufri, A. W., & Karta, W. (2016). Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja Dan Kinerja
Guru Terhadap Kepuasan Kerja Guru Sma Negeri Di Kota Mataram. Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan, 1(1), 186–197. https://doi.org/10.29303/jipp.v1i2.14
Handayani, I., & Purwanto, E. (2018). Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Niatan
Berhenti Kerja Dengan Mediasi Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan. Journal of Business
& Applied Management, 11(1). https://doi.org/10.30813/jbam.v11i1.1073
Hartini, H., Normiyati, N., & Wardhana, A. (2022). Kecerdasan Emosional, Motivasi Berprestasi,
dan Self-esteem serta Pengaruhnya terhadap Kepuasan Kerja Guru. Jurnal Manajemen (Edisi
Elektronik), 13(02), 150–164. https://doi.org/10.32832/jm-uika.v13i2.5625
Hartini. (2021a). Konsep Dasar Manajemen. In MSDM (Digitalisasi Human Resources). Bandung:
Media Sains Indonesia.
Hartini. (2021b). Peran MSDM dalam Menghadapi Era Digital. In MSDM (Digitalisasi Human
Resources). Bandung: Media Sains Indonesia.
Hartini. (2021c). Person Organization Fit (P-O Fit), Quality of Work Life, dan Keadilan
Organisasi. Pekalongan: Penerbit NEM.
Hartini. (2022a). Konsep dan Tantangan MSDM Era Kini. In Pengantar Manajemen SDM di Era
Modern. Bandung: Media Sains Indonesia.
Hartini. (2022b). Tinjauan Umum Manajemen. In Manajemen Sumber Daya Manusia: Perspektif
Manajerial dan Sosial. Bandung: Media Sains Indonesia.
Hartini, H., & Heri, H. (2021). Information Management in Principal Decision Making and Its
Impact on Learning Effectiveness. Jurnal Online Manajemen ELPEI, 1(2), 144–154.
Ilmawan, M. R. B., & Fajrianthi, F. (2021). Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja terhadap Perilaku
Kerja Inovatif dengan Di mediasi Komitmen Organisasi Pada Karyawan. Buletin Riset
Psikologi Dan Kesehatan Mental (BRPKM), 1(1), 541–550.
https://doi.org/10.20473/brpkm.v1i1.26721
Kholik, N. (2020). Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja dan Kompetensi terhadap Komitmen
Organisasional dengan Mediasi Kepuasan Kerja (Studi pada Perawat Badan Layanan Umum
Daerah Rumah Sakit Umum Kajen Kabupaten Pekalongan). Jurnal Mahasiswa Pasca
Sarjana Stikubank, 1(1), 1–14.
Lai, E., Fei, E., Gregory, C., & Han, K. (2019). the Influence of School Climate, Teachers’
Commitment, Teachers’ Motivation on Teachers’ Work Performance Through Teachers’ Job
Satisfaction. International Journal of Advanced Research in Education and Society, 1(3), 23–
35. http://myjms.moe.gov.my/index.php/ijares
Leitão, J., Pereira, D., & Gonçalves, Â. (2019). Quality of work life and organizational
performance: workers’ feelings of contributing, or not, to the organization’s productivity.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 16(20), 1–18.
https://doi.org/10.3390/ijerph16203803
Lestari, S. E. (2021). MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ( Studi pada
Pegawai Negeri Sipil Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Kebumen ). Universitas Putra Bangsa.
Mirsya, I. (2022). Budaya Organisasi, Kompensasi, dan Kompetensi terhadap Organizational
Citizenship Behaviour (OCB) dengan Komitmen Organisasi Sebagai Pemediasi. Journal of
Business and Economics (JBE) UPI YPTK, 7(1), 1–11.
https://doi.org/10.35134/jbeupiyptk.v7i1.139
Muhammad, A., Basir-Cyio, M., & Hasanuddin, B. (2021). The Influence of Organizational
Commitment, Competence, Academic Atmosphere on Motivation and Performance (Study
on State Elementary School Teachers in Region 3T: Lagging, Frontier, Outermost).
International Journal of Research and Innovation in Social Science, 05(09), 60–75.
https://doi.org/10.47772/ijriss.2021.5908
Mulyani, S. (2021). Pentingnya Kualitas Kehidupan Kerja, Stres Kerja, dan Kepuasan Kerja dalam
meningkatkan Komitmen Organisasi Guru. Jurnal Ketopong Pendidikan, 1(1), 46–59.
https://doi.org/10.19166/jkp.v1i1.3553
Nayak, T., & Sahoo, C. K. (2015). Quality of Work Life and Organizational Performance: The
Mediating Role of Employee Commitment. Journal of Health Management, 17(3), 263–273.
https://doi.org/10.1177/0972063415589236
Noor, A & Nzilano, J. L. (2018). The Influence of Teachers ’ Job Satisfaction and Commitment in
Teaching Public Primary Schools in Tanzania. Journal of Education and Practice, 9(1), 56–
63.
Priambodo, A. (2016). Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi
Melalui Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia
III Cabang Tanjung Perak Surabaya). Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 5(1), 1–10.
Ratnasari, S. langgeng. (2021). Pengaruh Kompetensi, Motivasi, Dan Kreatifitas Terhadap Kinerja
Guru Melalui Kepuasan Kerja. Manajemen Pendidikan, 16(1), 1–12.
https://doi.org/10.23917/jmp.v16i1.11149
Siri, A., Supartha, I. W. G., Sukaatmadja, I. P. G., & Rahyuda, A. G. (2020). Does teacher
competence and commitment improve teacher’s professionalism. Cogent Business and
Management, 7(1). https://doi.org/10.1080/23311975.2020.1781993
Siti Haerani, Sumardi, Wardhani Hakim, R. M. and H. (2018). The Influence of Person-
Organization Fit and Quality of Work Life on Employee;s Performance. International
Journal of Business and Management Studies, 7(2), 465–475.
https://doi.org/10.26737/jtmb.v4i1.492
Sopian, R., & Hartini. (2023). Analisis SWOT sebagai Dasar Penetapan Strategi Bersaing pada
PT Andalan Tekonologi Mandiri. Www.Researchgate.Net.
Supiyanto, Y. (2015). Pengaruh Kompensasi, Kompetensi Dan Komitmen Organisasional
Terhadap Kepuasan Dan Kinerja. Jurnal Economia, 11(2), 118.
https://doi.org/10.21831/economia.v11i2.8281
Surbakti, R. (2017). Pengaruh Motivasi Kerja, Kepribadian, dan Kepuasan Kerja terhadap
Komitmen Guru MAN 2 Padangsidimpuan. Thesis, Universitas Negeri Medan.
http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/%0APENGARUH
Tamhir Lukman, Bedjo Sujanto, N. K. (2019). the Effect of Job Design and Quality of Work Life
Toward Affective. 10(03), 1535–1542.