ArticlePDF Available

Abstract

This study aims to explore parents' perceptions of the importance of togetherness in the family and to examine the types of physical activities carried out by the family, including frequency, nature, and constraints. Methods Semi-structured telephone interviews were conducted with 35 parents of children aged 10 to 12 who attended schools in low, middle, and high socioeconomic status environments. Interviews were transcribed using verbatim, anonymized, and analyzed. The results showed that most parents valued family involvement in physical activity as necessary. The benefits of joint activities can increase parent-child interaction and communication, take advantage of the time together, improve mental health and physical fitness, and control weight. However, it was found that families rarely did physical activities together as a family unit, and any activities done together were usually sedentary. Schedule complexity hinders the implementation of activities with the family, in addition to busy lifestyles, differences in ages and interests of children and adults, lousy weather, and lack of access to facilities, transportation, and activity costs. In conclusion, family-based interventions must be prioritized for implementation in accommodating complex family demands and needs by taking into account the affordability and capabilities of the family. Keywords: Physical Activity, Family Interaction, Togetherness Values, Mental Health.
Journal of Telenursing (JOTING)
Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2023
e-ISSN: 2684-8988
p-ISSN: 2684-8996
DOI : https://doi.org/10.31539/joting.v5i1.5829
549
NILAI KEBERSAMAAN DALAM KELUARGA
Miskiyah1, Ira Kusumawaty2, Yunike Yunike3
Poltekkes Kemenkes Palembang1,2,3
irakusumawaty@poltekkespalembang.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi orang tua tentang pentingnya
kebersamaan dalam keluarga, dan mengkaji jenis kegiatan fisik yang dilakukan
keluarga, mencakup frekuensi, sifat dan hambatan. Metode Wawancara telepon semi-
terstruktur dilakukan terhadap 35 orang tua dari anak sekolah berusia 10 hingga 12
tahun yang bersekolah pada sekolah di lingkungan status sosial ekonomi rendah,
menengah dan tinggi. Wawancara ditranskrip menggunakan verbatim, dianonimkan
dan dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas orang tua menilai keterlibatan
keluarga dalam aktivitas fisik sebagai hal yang penting, dan manfaat melaksanakan
aktivitas bersama berpeluang meningkatkan interaksi dan komunikasi orang tua-anak,
memanfaatkan waktu kebersamaan, meningkatkan kesehatan jiwa dan kebugaran fisik
serta mengendalikan berat badan. Namun ditemukan keluarga yang jarang melakukan
aktivitas fisik bersama sebagai satu unit keluarga, dan aktivitas apa pun yang
dilakukan bersama biasanya bersifat menetap. Kerumitan jadwal menjadi penghambat
dilaksanakannya kegiatan bersama keluarga, disamping gaya hidup yang sibuk,
perbedaan usia dan minat anak-anak dan orang dewasa, cuaca buruk, dan kurangnya
akses ke fasilitas, transportasi dan biaya kegiatan. Simpulan, intervensi berbasis
keluarga harus diprioritaskan untuk diimplementasikan dalam mengakomodir tuntutan
dan kebutuhan keluarga yang kompleks dengan mempertimbangkan keterjangkauan
dan kemampuan keluarga.
Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Interaksi Keluarga, Nilai Kebersamaan, Kesehatan Jiwa
ABSTRACT
This study aims to explore parents' perceptions of the importance of togetherness
in the family and to examine the types of physical activities carried out by the
family, including frequency, nature, and constraints. Methods Semi-structured
telephone interviews were conducted with 35 parents of children aged 10 to 12
who attended schools in low, middle, and high socioeconomic status
environments. Interviews were transcribed using verbatim, anonymized, and
analyzed. The results showed that most parents valued family involvement in
physical activity as necessary. The benefits of joint activities can increase parent-
child interaction and communication, take advantage of the time together,
improve mental health and physical fitness, and control weight. However, it was
found that families rarely did physical activities together as a family unit, and any
activities done together were usually sedentary. Schedule complexity hinders the
implementation of activities with the family, in addition to busy lifestyles,
differences in ages and interests of children and adults, lousy weather, and lack of
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 549-559
550
access to facilities, transportation, and activity costs. In conclusion, family-based
interventions must be prioritized for implementation in accommodating complex
family demands and needs by taking into account the affordability and
capabilities of the family.
Keywords: Physical Activity, Family Interaction, Togetherness Values, Mental
Health
PENDAHULUAN
Manfaat aktivitas fisik secara teratur bagi kesehatan berbagai usia sudah banyak
dikenal. Mengurangi risiko penyakit kronis seperti obesitas, diabetes tipe 2 dan
penyakit kardiovaskular, disamping berkontribusi terhadap peningkatan kesehatan
jiwa dan kesejahteraan (Wong et al., 2023; Wilson et al., 2022). Fenomena saat ini
menunjukkan bahwa faktor risiko saat usia anak dapat berdampak berkelanjutan saat
memasuki usia dewasa, misalnya obesitas, hyperinsulinemia (Brown et al., 2016)
sehingga meningkatkan morbiditas, kematian dini, peningkatan beban pribadi, sosial
dan keuangan akibat penyakit yang diderita.
Melakukan aktivitas fisik bersama keluarga menjadi sangat penting sebagai
upaya untuk mengoptimalkan kesehatan dan kesejahteraan anak dan orang tua
(Guagliano et al., 2020). Terlepas dari segudang manfaat aktivitas fisik secara teratur,
mayoritas anak-anak dan orang tua yang tinggal di negara-negara maju seperti Inggris,
Amerika Serikat dan Indonesia tidak memenuhi rekomendasi untuk aktif beraktivitas
fisik bersama keluarga. Berbagai korelasi aktivitas fisik antara orang tua dan anak-
anak telah diidentifikasi di literatur, termasuk aksesibilitas dan keterjangkauan ikatan
aktivitas, ketersediaan waktu, motivasi pribadi dan keterpaparan fisik secara aktif
(Petersen et al., 2020). Misalnya tanggung jawab terkait dengan pengasuhan anak dan
kewajiban keluarga sering dikutip menjadi penghambat beraktivitas fisik di kalangan
ibu, dengan minimnya publikasi yang mendeskripsikan hambatan aktivitas fisik anak
bersama ayah (Trisnadi & Andayani, 2021; Yunike et al., 2022).
Penelitian terdahulu tidak memperlihatkan hambatan keluarga dalam
beraktivitas secara fisik, dengan demikian temuan ini berpeluang memperluas literatur
yang menunjukkan bahwa faktor individu berpengaruh terhadap aktivitas fisik
keluarga. Hambatan tambahan yang dilaporkan untuk aktivitas fisik keluarga di
penelitian ini termasuk cuaca buruk, kurangnya akses ke fasilitas di daerah setempat
dan kurangnya transportasi dan keuangan. Umumnya melaporkan hambatan untuk
partisipasi orang dewasa dalam aktivitas fisik, dan tidak mengherankan jika mereka
membatasi peluang aktivitas fisik keluarga serta peluang individu untuk aktivitas.
Hambatan keuangan, transportasi dan akses yang dominan dilaporkan oleh orang tua
dari sekolah rendah dibandingkan kelompok orang tua lainnya (Ruíz-Roso et al.,
2020; Tate et al., 2017).
Banyak orang tua mengidentifikasi manfaat kenikmatan dan kesehatan, seperti
berupa kesehatan mental, pengendalian berat badan dan kebugaran fisik sebagai alasan
untuk mengambil bagian dalam aktivitas fisik sebuah keluarga. Meskipun sebagian
besar orang tua mengakui potensi manfaat dari berpartisipasi dalam aktivitas fisik,
setiap orang tua melaporkan bahwa mereka keluarga benar-benar melakukan sedikit
atau tidak ada aktivitas fisik bersama sebagai unit keluarga selama seminggu. Itu
paling umum untuk keluarga anggota untuk berpartisipasi dalam kegiatan secara
terpisah. Dua alasan paling umum diberikan untuk ini adalah bahwa banyak anak
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 549-559
551
berpartisipasi dalam tim olahraga dan lainnya kegiatan fisik terorganisir yang tidak
memungkinkan untuk keluarga bersama berpartisipasi, dan bahwa anak-anak mereka
menjadi lebih mandiri dan lebih suka menghabiskan waktu dengan teman-teman
mereka atau melakukan hal-hal sendiri (Gavin et al., 2016).
Kebutuhan untuk lebih banyak intervensi berbasis keluarga sering dikutip dalam
literatur (Aulia et al., 2018; Brown et al., 2016). Namun hingga saat ini belum jelas
bagaimana caranya orang tua menghargai aktivitas fisik sebagai aktivitas berbasis
keluarga. Belum juga diketahuinya bentuk dan cara keluarga berpartisipasi dalam
aktivitas fisik bersama-sama, disertai faktor yang mempengaruhi partisipasi berbasis
keluarga dalam beraktivitas fisik secara teratur. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi bagaimana aktivitas fisik dalam keluarga dilakukan secara aktif
bersama.
METODE PENELITIAN
Studi ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh teman sebaya dan orang tua pada
aktivitas fisik, yang melibatkan anak berusia 10-12 tahun, berjumlah 35 anak. Untuk
tujuan dari penelitian ini, 35 orang tua (31 perempuan dan empat laki-laki)
mengajukan diri untuk berpartisipasi dalam wawancara telepon, untuk mengetahui
persepsi orang tua yang ditimbulkan tentang pentingnya aktivitas fisik berbasis
keluarga, frekuensi kebersamaan keaktifan keluarga dan hambatan untuk
berpartisipasi bersama dalam aktivitas fisik berbasis keluarga. Anak-anak dan orang
tua mereka orang tua direkrut dari 6 sekolah dasar di Indonesia. Untuk mengumpulkan
informasi dari sekolah yang mewakili berbagai keragaman ekonomi di daerah
setempat. Sekolah dipilih berdasarkan status sekolah berdasarkan karakteristik secara
umum lokasi sekolah berdasarkan kondisi ekonomi penduduk setempat. Keenam
sekolah yang direkrut, masing-masing dua sekolah yang berlokasi di daerah sosial
ekonomi bawah, menengah dan atas. Penamaan asal sekolah anak diberikan dalam
rumusan sekolah bawah, sekolah menengah dan sekolah atas Meskipun metode
rekrutmen ini menggambarkan tentang sekolah, namun memungkinkan pengumpulan
data dari orang tua yang anaknya bersekolah di lingkungan sekitar status ekonomi
yang beragam di seluruh kota dan juga dijaga kerahasiaan peserta karena alamat
rumah pun dirahasiakan.
Sesi pengarahan oleh peneliti diselenggarakan bagi semua siswa berusia 10-12
tahun di sekolah. Dalam sesi ini anak-anak diberikan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam kelompok fokus terkait aktivitas fisik bersama teman-teman mereka. Informasi
tentang kelompok fokus anak-anak dipulangkan bersama anak-anak dengan
permintaan orang tua untuk berpartisipasi dalam wawancara tentang aktivitas fisik
keluarga. Informed consent tertulis diperoleh dari semua orang tua yang menyetujui
untuk terlibat dalam penelitian, dengan orang tua memberikan informasi kontak
telepon untuk jadwal wawancara. Studi ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian
Poltekkes Kemenkes Palembang. Wawancara melalui telepon lebih dapat diterima
karena memberikan kenyamanan bagi kelompok orang tua. Wawancara dilakukan
pada bulan September hingga Desember 2022 dengan durasi berkisar 20-30 menit.
Proses wawancara direkam menggunakan handphone dan perekam suara, dan
dilakukan dengan menggunakan pertanyaan semistruktur. Pertanyaan berfokus pada
pentingnya aktivitas fisik bersama keluarga di dalam dan di luar rumah pada hari kerja
setelah anak pulang sekolah dan akhir pekan, faktor yang mempengaruhi kebersamaan
dalam keluarga pergi di akhir pekan, dan hambatan keluarga untuk berpartisipasi
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 549-559
552
dalam aktivitas fisik bersama. Seluruh rangkaian rekaman wawancara ditranskrip
secara verbatim dan dianonimkan, dengan peneliti kedua mendengarkan rekaman dan
memeriksa transkrip untuk mengetahui akurasinya. Perbedaan antara transkrip
direkonsiliasi oleh peneliti ketiga. Konsisten dengan analisis isi konvensional,
transkrip dibaca baris demi baris dan diberi kode yang menggambarkan isi tanggapan,
berdasarkan kode yang muncul, peneliti merumuskannya dalam kategori dan terakhir
dinyatakan dalam rumusan tema.
HASIL PENELITIAN
Tiga puluh lima orang tua yang terlibat dalam penelitian ini telah mewakili tiga
kelompok sesuai pengukuran status sekolah. Struktur keluarga dilaporkan oleh seluruh
keluarga, dengan 33 peserta mengidentifikasi diri mereka sebagai menikah dan dua
peserta mengidentifikasi diri mereka sebagai orang tua yang bercerai atau tunggal.
Jumlah anak di setiap keluarga berkisar antara satu sampai tiga anak dan tinggal
bersama.
Dirasakan pentingnya mengambil bagian dalam aktivitas fisik sebagai sebuah
aktivitas penting bagi keluarga. Mayoritas orang tua menganggap keterlibatan
keluarga secara fisik sangat penting bagi kehidupan keluarga. Beberapa orang tua
mengungkapkan pentingnya aspek sosial dan promosi kehidupan keluarga sebagai
alasan untuk terlibat dalam fisik aktivitas sebagai keluarga. Secara khusus,
mempertahankan komunikasi orang tua-anak dan menghabiskan waktu bersama
sebagai sebuah keluarga secara konsisten dicatat oleh orang tua sebagai aspek positif
dari melakukan aktivitas fisik bersama.
meningkatkan kehidupan keluarga, membuat kita berbicara, itu terjadi
kami merasa lebih baik dan itu memberi saya, sebagai orang tua dan
anak-anak, memberi waktu untuk mendengarkan, jika meluangkan waktu
untuk pergi dan melakukannya sesuatu dengan anak-anak, seperti bahkan
hanya berjalan ke sekolah sungguh menakjubkan bahan pembicaraan
orang tua dengan anak pada saat itu”. (Ibu, sekolah tinggi)
. . . sangat menyenangkan bagi kita untuk menghabiskan waktu bersama
dan itu, jika kita telah melakukan semua aktivitas fisik kita bersama-sama
hanya akan menghabiskan waktu bersama anak Anda. (Ibu, sekolah
rendah)
Sejumlah orang tua menyatakan kesenangan sebagai alasan untuk beraktifitas
dalam keluarga. Alasan tambahan untuk pentingnya terlibat aktivitas fisik sebagai
keluarga termasuk peningkatan kesejahteraan, kontrol berat badan dan manfaat
kesehatan.
Saya tidak akan menganggap diri saya sebagai olahragawan tetapi ketika
kita melakukan aktivitas fisik, baik itu hanya untuk bersenang-senang
membuat kami bahagia. (Ibu, sekolah menengah)
. . . Saya tidak senang berlari atau berada di gym atau sesuatu seperti itu
tetapi ketika saya melakukan sesuatu dengan keluarga ada kepuasan nyata
tentang itu, dan benar-benar merasakan hal yang baik. . . . (Ibu, sekolah
menengah)
Karena menurut saya dia [anak berusia 11 tahun] butuh, dia butuh sisi
selain hanya aktivitas fisiknya, dia senang menghabiskan waktu bersama
saya. . . (Ibu, sekolah rendah)
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 549-559
553
Namun, beberapa orang tua kurang menekankan pada nilai aktif secara fisik
bersama sebagai satu keluarga. Mereka menyatakan hal tersebut menghabiskan waktu
bersama sebagai sebuah keluarga sangat penting, namun, jenis kegiatan tidak terlalu
penting.
. . . selama kita terlibat sepenuhnya sebagai sebuah keluarga, selama kita
terlibat sebagai keluarga yang penting bagi saya, apakah itu melalui
aktivitas fisik atau hal lain yang tidak terlalu penting. . . (Ibu, sekolah
menengah)
. . . Kami bermain game bersama tapi itu tidak terlalu fisik, itu permainan
papan jadi tidak terlalu fisik. . . (Ibu, sekolah rendah)
Frekuensi berpartisipasi dalam aktivitas fisik bersama sebagai sebuah keluarga
Semua orang tua menyatakan pentingnya aktivitas fisik bagi keluarga mereka
dan melaporkan berbagai kegiatan dalam seminggu. Namun keluarga tidak benar-
benar terlibat dalam sebagian besar kegiatan bersama selama seminggu, terlepas dari
apakah aktivitasnya bersifat fisik atau berinteraksi di alam. Orang tua menekankan
bahwa selama seminggu anak-anak berpartisipasi dalam klub olahraga sepulang
sekolah atau kegiatan sosial lainnya di luar rumah ketika orang tua tidak bisa
berpartisipasi, atau bahwa setiap anggota keluarga 'melakukan hal mereka sendiri' baik
di dalam maupun di luar rumah selama seminggu.
Dengan kita semua bersama tidak selalu jujur. Mereka semua, cenderung
melakukannya sendiri (Ibu, sekolah menengah). Sejujurnya, kami
cenderung tidak melakukan banyak hal, saya pulang terlambat dan hal-hal
seperti itu. . . (Ibu, sekolah rendah).
Hampir setiap hari seseorang keluar dan kita tidak harus melakukannya
bersama-sama. Itu sebabnya saya berpikir saya bisa menjalani sepanjang
minggu, dan kami tidak melakukan aktivitas bersama-sama. (Ibu, sekolah
menengah).
Kegiatan yang Paling Umum Dilakukan Bersama
Sebagai keluarga selama minggu itu makan bersama, menonton TV/DVD,
menghabiskan waktu di taman dan bermain papan atau video game. Sembilan orang
tua menyatakan bahwa pada kesempatan langka ketika keluarga mereka aktif bersama
selama seminggu, aktivitas fisik adalah produk sampingan dari aktivitas lain seperti
berjalan-jalan dengan anjing, berjalan-jalan ke toko-toko lokal atau mengunjungi
tetangga atau teman, dan berjalan ke dan dari sekolah bersama. Jika cuacanya tepat
dan jelas kami akan tenang sering mengajak anjing jalan-jalan karena dia suka
. . . Dia orang yang sangat aktif di luar ruangan jadi kami melakukan ini
cukup sering . . . kami cukup sering mengambil anjing untuk berjalan . .
(Ayah, sekolah menengah)
Kami terkadang berjalan-jalan bersama mengunjungi tetangga (Ibu,
sekolah menengah) . . . Saya orang tua tunggal jadi jika ini adalah minggu
yang normal, maka mungkin hanya berjalan ke toko-toko untuk
mendapatkan sesuatu . . . atau melihat sekilas di taman jika cuaca baik-
baik saja. . . (Ibu, sekolah rendah)
. . . mereka mengajak jalan-jalan hewan peliharaannya juga. Ya, saya
pikir itu cukup besar. . . kita berjalan ke sekolah bersama dan kami
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 549-559
554
berjalan pulang dari sekolah bersama . . . itulah yang kita semua lakukan
bersama. (Ibu, sekolah rendah)
Orang tua menyatakan lebih umum melakukan sesuatu bersama-sama
sebagai akeluarga selama akhir pekan. Namun, meskipun orang tua
menyatakan mereka melakukan lebih banyak aktivitas bersama di akhir
pekan, jelasnya kegiatan ini menunjukkan bahwa itu lebih umum di rumah
tangga dengan dua orang tua untuk setiap orang tua untuk berpasangan
dengan satu atau lebih dari anak-anak mereka untuk menyediakan
transportasi ke kegiatan atau berpartisipasi dalam aktivitas dengan anak
tertentu, daripada menjadi aktif sebagai satu kesatuan keluarga yang
utuh.. . . terutama jika cuacanya bagus. . . (Ibu, sekolah menengah)
Pada hari Sabtu pagi dia latihan bulu tangkis, dan seperti ini akhir pekan
mendatang dia akan berada di tempat latihan sepak bola. . . kadang-
kadang kita akan pergi dengan teman-teman, seperti kita mungkin pergi ke
taman dan kemudian pergi berenang. . . (Ibu, sekolah rendah)
. . . hampir tanpa gagal baik hari Sabtu atau Minggu tergantung pada
komitmen pekerjaan saya. . (Ayah, sekolah menengah)
Hambatan untuk Berpartisipasi dalam Aktivitas Fisik sebagai Sebuah Keluarga
Dua hambatan yang paling sering dilaporkan untuk berpartisipasi aktivitas fisik
bersama selama seminggu dan akhir pekan itu perbedaan usia dan minat anak-anak
mereka dan tantangannya melekat dalam menjalani kehidupan sibuk yang orang tua
merasa berkontribusi untuk keseluruhan kurangnya waktu untuk melakukan hal-hal
bersama-sama sebagai sebuah keluarga.
. . . karena sebelumnya mereka mulai melakukan pelatihan sepak bola . . .
saya dan anak-anak adalah anggota klub olahraga . . . dan saya biasa
meminumnya beberapa kali seminggu. . . dan mereka biasa berenang atau
mereka digunakan untuk melakukan hal mereka sendiri ketika kami
sampai di sana karena satu menyukai tenis, yang satu menyukai bola
basket dan yang lainnya menyukai sepak bola dan saya biasanya pergi ke
gym, jadi mereka melakukannya sendiri.
. . . seperti yang saya katakan dengan dua anak laki-laki bermainsepak
bola dan hal-hal seperti itu sekarang. . . tidak ada waktu untuk
melakukannya. . . (Ibu, sekolah rendah)
. . . Saya pikir, melakukannya bersama-sama itu sulit karena seperti putri
saya mungkin ingin pergi dan bermain dengan teman-temannya di taman
dan dia tidak benar-benar menginginkannya dengan kakaknya jadi karena
perbedaan usia karena dia 11 dan dia 6
. . . sekarang dia mencapai 11, sepertinya begitu semakin jelas bahwa apa
yang ingin dia lakukan adalah sangat berbeda dengan apa yang ingin dia
lakukan. Setelah mengatakan bahwa saya masih jenis melakukan hal-hal
dengan mereka bersama-sama tetapi lebih sulit ... Saya pikir pekerjaan
adalah penghalang bagi saya. Saya ingin tidak harus bekerja berjam-
jam. . . (Ibu,sekolah rendah)
Hambatan lain untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik bersama sebagai
keluarga termasuk cuaca buruk dan komitmen kerja orang tua. Selain itu,
orang tua dari sekolah berpendapatan rendah sering dikutip kurangnya
akses ke fasilitas di daerah setempat, transportasi terbatas dan uang
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 549-559
555
sebagai penghalang aktivitas fisik keluarga. Terkadang ini adalah kasus,
sangat terbatas atau kita tidak melakukan apa-apa sama sekali karena
kita baru saja kehabisan waktu. . . (Ibu, sekolah rendah)
Dalam lingkungan rumah, maksud saya kita berdua, saya suami dan saya,
kami berdua bekerja shift jadi biasanya hanya itu salah satu dari kami di
sini jadi mereka, anak-anak akan mengerjakan tugas sekolah, menonton
TV di malam hari. . . Kami tidak melakukan banyak hal setelah mereka
pulang sekolah. (Ibu, sekolah menengah)
. . . karena saya bekerja di siang hari jadi ketika saya pulang Saya perlu
menyiapkan makanan. . . dan saat dia [anak kelas 6] memiliki pekerjaan
rumah yang harus dilakukan. . . (Ibu, sekolah rendah)
Ya, kami biasa pergi berenang bersama keluarga setiap hari Jumat yang
fantastis dan sekarang karena mereka telah menutupnya dari kolam
renang kita tidak bisa. Ini bukan berenang gratis. Dia hanya 'kelas
saja'. . . jadi ya. . . itu adalah penghalang dan saya pikir, saya pikir kolam
renang mengambil benar-benar mahal keluarga . . . (Ibu, sekolah rendah)
PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan wawancara individu untuk menyelidiki persepsi
orang tua tentang pentingnya partisipasi keluarga dalam aktivitas fisik, jumlah,
keteraturan dan jenis keterlibatan keluarga dalam aktivitas fisik yang menetap, dan
sikap orang tua terhadap faktor-faktor yang membatasi partisipasi keluarga mereka
dalam aktivitas fisik. Temuan yang dilaporkan di sini menambah secara signifikan
atas literatur saat ini karena hanya ada sedikit informasi yang dipublikasikan tentang
pentingnya persepsi orang tua, frekuensi dan sifat aktivitas fisik keluarga.
Mayoritas orang tua menganggap keterlibatan keluarga secara fisik menjadi
penting atau sangat penting bagi kehidupan keluarga. Beberapa orang tua menganggap
aspek sosial dan promosi kehidupan keluarga sebagai alasan penting untuk terlibat
dalam aktivitas fisik sebagai sebuah keluarga. Secara khusus, mempertahankan
komunikasi orang tua-anak dan menghabiskan waktu bersama sebagai sebuah
keluarga berulang kali dicatat oleh orang tua sebagai aspek positif dalam aktivitas
fisik (Huang et al., 2021). Beberapa orang tua kurang menekankan pada nilai aktif
secara fisik bersama sebagai satu keluarga. Orang tua ini menyatakan bahwa
menghabiskan waktu bersama sebagai sebuah keluarga sangat penting, namun, apakah
aktivitas itu fisik atau menetap tidak terlihat sangat penting. Tidak ada penelitian yang
dipublikasikan yang dapat ditemukan mendukung atau menolak temuan ini. Temuan
kami menunjukkan bahwa aspek sosial dari aktivitas fisik orang tua-anak, khususnya
kesempatan untuk memperluas dan meningkatkan komunikasi bisa dianggap sebagai
keuntungan bagi orang tua. Oleh karena itu, sorotan potensi manfaatnya dapat
meningkatkan kesadaran orang tua terhadap nilai sosial aktivitas fisik dan berfungsi
sebagai motivator untuk meningkatkan aktivitas fisik berbasis keluarga (Huang et al.,
2021; Yunike et al., 2021; Utami, 2021).
Banyak orang tua mengidentifikasi manfaat kenikmatan dan kesehatan, seperti
berupa kesehatan mental, pengendalian berat badan dan kebugaran fisik sebagai alasan
untuk mengambil bagian dalam aktivitas fisik sebuah keluarga. Meskipun sebagian
besar orang tua mengakui potensi manfaat dari berpartisipasi dalam aktivitas fisik,
setiap orang tua melaporkan bahwa mereka keluarga benar-benar melakukan sedikit
atau tidak ada aktivitas fisik bersama sebagai unit keluarga selama seminggu. Itu
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 549-559
556
paling umum untuk keluarga anggota untuk berpartisipasi dalam kegiatan secara
terpisah. Dua alasan paling umum diberikan untuk ini adalah bahwa banyak anak
berpartisipasi dalam tim olahraga dan lainnya kegiatan fisik terorganisir yang tidak
memungkinkan untuk keluarga bersama berpartisipasi, dan bahwa anak-anak mereka
menjadi lebih mandiri dan lebih suka menghabiskan waktu dengan teman-teman
mereka atau melakukan hal-hal sendiri (Gavin et al., 2016). Hasil ini tidak
mengherankan karena anak berusia 10-12 tahun berada pada masa transisi dalam
perkembangannya saat mereka berpindah dari masa kanak-kanak ke remaja dan
banyak mencari peluang untuk meningkatkan otonomi (Lisdahayati et al., 2021).
Sesuai dengan penelitian terdahulu tentang persepsi anak-anak yang berpengaruh
terhadap aktivitas fisik anak usia 10-12 tahun (Greca et al., 2016; Hesketh et al., 2017;
Tay et al., 2021).
Secara kolektif, data orang tua dan anak memperkuat pandangan bahwa usia 10-
12 tahun adalah periode ketika pengaruh orang tua pada aktivitas menjadi kurang jelas
dan pengaruh teman meningkat, hal itu menunjukkan adanya pendekatan ganda orang
tua dan teman untuk meningkatkan aktivitas fisik mungkin sangat efektif pada usia
ini. Orang tua melaporkan bahwa akhir pekan keluarga lebih aktif bersama. Namun,
keluarga belum tentu aktif bersama sebagai satu kesatuan unit keluarga. Hal itu biasa
terjadi dalam rumah tangga dengan orang tua dengan lebih dari satu anak. Keragaman
kegiatan untuk anak-anak yang dilakukan di tempat yang berbeda usia atau tahap
perkembangan menghasilkan penjadwalan yang kompleks. Dua hambatan yang paling
sering dikaitkan dengan aktivitas fisik keluarga dalam penelitian ini adalah usia yang
berbeda dan minat anak-anak yang kontras disertai tantangan yang melekat dalam
gaya hidup sibuk orang dewasa dan anak-anak mereka.
Penelitian terdahulu tidak memperlihatkan hambatan keluarga dalam
beraktivitas secara fisik, dengan demikian temuan ini berpeluang memperluas literatur
yang menunjukkan bahwa faktor individu berpengaruh terhadap aktivitas fisik
keluarga. Hambatan tambahan yang dilaporkan untuk aktivitas fisik keluarga di
penelitian ini termasuk cuaca buruk, kurangnya akses ke fasilitas di daerah setempat
dan kurangnya transportasi dan keuangan. Umumnya melaporkan hambatan untuk
partisipasi orang dewasa dalam aktivitas fisik, dan tidak mengherankan jika mereka
membatasi peluang aktivitas fisik keluarga serta peluang individu untuk aktivitas.
Hambatan keuangan, transportasi dan akses yang dominan dilaporkan oleh orang tua
dari sekolah rendah dibandingkan kelompok orang tua lainnya (Ruíz-Roso et al.,
2020; Tate et al., 2017).
SIMPULAN
Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga dari anak berusia
10-12 tahun jarang berpartisipasi dalam aktivitas fisik bersama unit keluarga yang
lengkap karena tuntutan sekolah, usia dan minat anggota keluarga. Hasil ini
menunjukkan bahwa intervensi berbasis keluarga mungkin lebih efektif jika dirancang
untuk mengakomodasi tuntutan dan kebutuhan keluarga dengan kedua orang tua dan
menyediakan kegiatan yang terjangkau dan beragam yang menarik bagi kepentingan
yang luas.
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 549-559
557
SARAN
Diharapkan menyesuaikan pekerjaan keluarga dan tuntutan sekolah dan
menemukan kegiatan yang menarik bagi setiap anggota keluarga untuk lebih banyak
berpartisipasi dalam aktivitas keluarga. Intervensi berbasis keluarga dirancang untuk
meningkatkan level aktivitas fisik anak-anak tidak harus mencakup partisipasi setiap
anggota keluarga dalam kegiatan pada waktu yang sama. Penting untuk meningkatkan
kesempatan untuk menggabungkan orang tua dengan anak-anak sesuai dengan jenis
kegiatan yang diminati anak, usia anak-anak lain dalam keluarga dan jenis kelamin
anak.
Untuk keluarga berpenghasilan rendah, tambahan dukungan kemungkinan akan
dibutuhkan agar terjangkau sehingga aktivitas fisik dapat diakses dan pembuatan
jaringan pendukung di dalamnya dapat mengakomodasi orang tua yang bekerja. Bukti
kuantitatif menjelaskan bahwa orang tua memainkan kunci berperan dalam
meningkatkan aktivitas fisik anaknya melalui berbagai mekanisme termasuk
memberikan dorongan verbal, transportasi dan dukungan keuangan, dan pemodelan
melalui mereka sendiri partisipasi dalam aktivitas fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, R., Ridho, M., & Rapli, A. (2018). Ketahanan Keluarga: Tinjauan
Kebersamaan Keluarga Menghadapi Tekanan Perekonomian di Kota Jambi.
333-340.
http://jurnalkibalitbangdajbi.com/index.php/newkiki/article/download/32/22
Brown, H. E., Atkin, A. J., Panter, J., Wong, G., Chinapaw, M. J. M., & Sluijs, E. M.
F. (2016). Family-Based Interventions to Increase Physical Activity in Children:
A Systematic Review, Meta-Analysis and Realist Synthesis. Obesity Reviews,
17(4), 345360. https://doi.org/10.1111/obr.12362
Gavin, J., McBrearty, M., Malo, K., Abravanel, M., & Moudrakovski, T. (2016).
Adolescents’ Perception of the Psychosocial Factors affecting Sustained
Engagement in Sports and Physical Activity. International Journal of Exercise
Science, 9(3), 384411. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27766129/
Greca, J. P. A., Arruda, G. A., Coledam, D. C., Junior, R. P., Teixeira, M., & Oliveira,
A. R. (2016). Student and Parental Perception about Physical Activity in
Children and Adolescents. Revista Andaluza de Medicina Del Deporte, 9(1), 12
16. https://doi.org/10.1016/j.ramd.2015.05.005
Guagliano, J. M., Armitage, S. M., Brown, H. E., Coombes, E., Fusco, F., Hughes, C.,
Jones, A. P., Morton, K. L., & Van Sluijs, E. M. F. (2020). A Whole Family-
Based Physical Activity Promotion Intervention: Findings from the Families
Reporting Every Step to Health (Fresh) Pilot Randomised Controlled Trial.
International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 17(1), 114.
https://doi.org/10.1186/s12966-020-01025-3
Hesketh, K. R., Lakshman, R., & van Sluijs, E. M. F. (2017). Barriers and Facilitators
to Young Children’s Physical Activity and Sedentary Behaviour: A Systematic
Review and Synthesis of Qualitative Literature. Obesity Reviews, 18(9), 987
1017. https://doi.org/10.1111/obr.12562
Huang, T., Zhao, G., Tan, H., Wu, H., Fu, J., Sun, S., Lv, W., He, Z., Hu, Q., & Quan,
M. (2021). Effects of Family Intervention on Physical Activity and Sedentary
Behavior in Children Aged 2.512 Years: A Meta-Analysis. Frontiers in
Pediatrics, 9(August), 110. https://doi.org/10.3389/fped.2021.720830
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 549-559
558
Lisdahayati, L., Kusumawaty, I., Yunike, Y., Azwaldi, A., Astuti, S., & Ramadhanti,
N. (2021). Comparison of Early Childhood Development Rates in Two Different
Types of Kinder Garten. Proceedings of the First International Conference on
Health, Social Sciences and Technology (ICoHSST 2020), 521(ICoHSST 2020),
7782. https://doi.org/10.2991/assehr.k.210415.018
Petersen, T. L., Møller, L. B., Brønd, J. C., Jepsen, R., & Grøntved, A. (2020).
Association between Parent and Child Physical Activity: A Systematic Review.
International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 17(1).
https://doi.org/10.1186/s12966-020-00966-z
Ruíz-Roso, M. B., Padilha, P. V., Matilla-Escalante, D. C., Brun, P., Ulloa, N.,
Acevedo-Correa, D., Peres, W. A. F., Martorell, M., Carrilho, T. R. B., Cardoso,
L. de O., Carrasco-Marín, F., Paternina-Sierra, K., de las Hazas, M. C. L.,
Rodriguez-Meza, J. E., Villalba-Montero, L. F., Bernabè, G., Pauletto, A., Taci,
X., Cárcamo-Regla, R., &valos, A. (2020). Changes of Physical Activity and
Ultra-Processed Food Consumption in Adolescents from Different Countries
During COVID-19 Pandemic: An Observational stUdy. Nutrients, 12(8), 113.
https://doi.org/10.3390/nu12082289
Tate, E. B., Shah, A., Jones, M., Pentz, M. A., Liao, Y., & Dunton, G. F. (2017).
Toward a Better Understanding of the Link Between Parent and Child Physical
Activity Levels: The Moderating Role of Parental Encouragement. Journal of
Physical Activity and Health, 12(9), 12381244.
https://doi.org/10.1123/jpah.2014-0126
Tay, G. W. N., Chan, M. J., Kembhavi, G., Lim, J., Rebello, S. A., Ng, H., Lin, C.,
Shek, L. P., Lança, C., Müller-Riemenschneider, F., & Chong, M. F. F. (2021).
Children’s Perceptions of Factors Influencing Their Physical Activity: A Focus
Group Study on Primary School Children. International Journal of Qualitative
Studies on Health and Well-Being, 16(1), 1980279.
https://doi.org/10.1080/17482631.2021.1980279
Trisnadi, M. C., & Andayani, B. (2021). Program Pengasuhan Positif dengan Co-
Parenting untuk Menurunkan Penerapan Pengasuhan Disfungsional. Gadjah
Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP), 7(1), 74-85.
https://doi.org/10.22146/gamajpp.65280
Utami, F. (2021). Pengasuhan Keluarga terhadap Perkembangan Karakter Disiplin
Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1777
1786. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.985
Wilson, D., Driller, M., Winwood, P., Clissold, T., Johnston, B., & Gill, N. (2022).
The Effectiveness of a Combined Healthy Eating, Physical Activity, and Sleep
Hygiene Lifestyle Intervention on Health and Fitness of Overweight Airline
Pilots: A Controlled Trial. Nutrients, 14(9), 115.
https://doi.org/10.3390/nu14091988
Wong, M. C., Fung, H., & Yuan, G. F. (2023). The Association between Physical
Activity, Self-Compassion, and Mental Well-Being after COVID-19: In the
Exercise and Self-Esteem Model Revised with Self-Compassion (EXSEM-SC)
Perspective. Healthcare, 11(2), 233. https://doi.org/10.3390/healthcare11020233
Yunike, Y., Kusumawaty, I., & Martini, S. (2021). Mengedukasi Orang Tua Siswa di
Sekolah Alam Palembang tentang Pengasuhan Positif. Jurnal Salingka Abdimas,
1(2), 7882. https://doi.org/10.31869/jsam.v1i2.3037
2023. Journal of Telenursing (JOTING) 5 (1) 549-559
559
Yunike, Y., Kusumawaty, I., Monalisa, M., & Sovia, S. (2022). The Dynamics Of
Parents Experiences Throughout Childrearing. Azerbaijan Medical Journal,
62(08), 41514162. https://repository.poltekkespalembang.ac.id/items/show/5601
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
Article
Full-text available
During the great life-altering challenges brought by Coronavirus 2019, school closures and lack of access to exercise and social interactions may have increased students’ negative emotions. The current research acts as a follow-up study to the development of the EXSEM-SC, using the Repeated Measures Panel Analysis Framework (RMPAF) to examine the stability of the model in revealing the relationship between physical activity, self-compassion, and mental well-being among Hong Kong adolescents. It is also aimed at examining the changes in physical activity, self-compassion, and mental well-being among Hong Kong adolescents between, before, and after the peak of COVID-19 using the EXSEM-SC Model. The RMPAF has involved 572 (60% Female, Mage = 13.63, SD =1.31) Hong Kong secondary school students. Furthermore, using the abductive qualitative approach, a total of 25 (Mage = 14.84, SD = 1.40) students were involved in the in-depth interviews to further investigate the relationships within the EXSEM-SC. The quantitative results showed that the relationship between physical activity and self-compassion could be demonstrated by the EXSEM-SC, with a satisfactory goodness-of-fit index in the SEMs, as well as satisfying model construct consistency. Moreover, it showed no significant differences in the level of physical activity, self-compassion, and mental well-being during and after the peak of COVID-19. The qualitative results demonstrated two new categories within the EXSEM-SC variables, which are personality traits and injuries experiences. With the stability of the EXSEM-SC model among adolescents, it is expected that the physical activity intervention, which is based on the EXSEM-SC model, could also aim at easing Hong Kong adolescent’s mental health issues. In addition, in terms of generating a long-term impact among students, the physical activity and self-compassionate intervention should be promoted among schools. However, the quantitative properties of the two new categories in the qualitative outcomes should be involved in future investigation.
Article
Full-text available
(1) Background: The aim of this study was to evaluate the effectiveness of a three-component nutrition, sleep, and physical activity (PA) program on cardiorespiratory fitness, body composition, and health behaviors in overweight airline pilots. (2) Methods: A parallel group study was conducted amongst 125 airline pilots. The intervention group participated in a 16-week personalized healthy eating, sleep hygiene, and PA program. Outcome measures of objective health (maximal oxygen consumption (VO2max), body mass, skinfolds, girths, blood pressure, resting heart rate, push-ups, plank hold) and self-reported health (weekly PA, sleep quality and duration, fruit and vegetable intake, and self-rated health) were collected at baseline and post-intervention. The wait-list control completed the same assessments. (3) Results: Significant group main effects in favor of the intervention group were found for all outcome measures (p < 0.001) except for weekly walking (p = 0.163). All objective health measures significantly improved in the intervention group when compared to the control group (p < 0.001, d = 0.41–1.04). Self-report measures (moderate-to-vigorous PA, sleep quality and duration, fruit and vegetable intake, and self-rated health) significantly increased in the intervention group when compared to the control group (p < 0.001, d = 1.00–2.69). (4) Conclusion: Our findings demonstrate that a personalized 16-week healthy eating, PA, and sleep hygiene intervention can elicit significant short-term improvements in physical and mental health outcomes among overweight airline pilots. Further research is required to examine whether the observed effects are maintained longitudinally.
Article
Full-text available
Purpose Establishing healthy lifestyle behaviours in primary school children is important, as these behaviours are likely to track into adulthood. This study aimed to explore the factors influencing physical activity (PA) in primary school children through their perspectives. Approach Eleven focus group discussions and one interview were conducted with 52 children (n = 29 girls) aged 9–12 years from two primary schools in Singapore. Data analyses were conducted using thematic analysis, deductively following the socio-ecological model (SEM) and inductively for themes at each SEM level. Results At individual level, children’s perceived enjoyment, health benefits and expectation of rewards motivated them to engage in PA, while time constraints and their apathy towards PA hindered PA engagement. Children’s PA occasions at home were reported to be influenced by parental permission, priorities and availability, and the availability of preferred peers. Physical environmental factors such as opportunities for PA in school, access to facilities for PA and weather influenced children’s time spent on PA and the types of activities they engaged in. Conclusion This study summarized some factors that children have reported to influence their PA behaviour. These findings could help inform future interventions aimed at promoting PA among primary school children in Singapore.
Article
Full-text available
Introduction: To use a quantitative approach to examine the effects of family interventions on physical activity (PA) and sedentary behavior (SB) in children aged 2. 5–12 years. Methods: PubMed, OVID, Web of Science, and others were searched from their inception to May 2020. Intervention studies that examined the effects of family interventions on PA among children aged 2.5–12 years were included in this meta-analysis. Lastly, subgroup analyses were conducted to examine the potential modifying effects of family intervention's characteristics and study quality. Results: Eleven articles met the inclusion criteria for this review. Studies investigated a range of PA outcomes, including moderate-to-vigorous PA (MVPA), total PA (TPA), daily steps, and SB levels. Meta-analysis showed that family intervention had a significant effect on PA [standardized mean difference (SMD) = 0.10; 95% CI = 0.01–0.19], especially for daily steps [weight means difference (WMD) = 1,006; 95% CI = 209–1,803], but not for SB (WMD = −0.38; 95% CI = −7.21–6.46). Subgroup analyses indicated the improvements in PA occurred when children were 6–12 years old, intervention focused on PA only, intervention duration ≤ 10 weeks, and “low risk of bias” study performed. Conclusions: Family intervention may be a promising way to promote children's PA levels, especially for daily steps. Trial Registration: Meta-analysis protocol was registered on PROSPERO: CRD42020193667.
Article
Full-text available
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas program pengasuhan positif dengan co-parenting untuk menurunkan penerapan pengasuhan disfungsional. Penelitian ini dilakukan melalui eksperimen kuasi dengan desain untreated control group design with dependent pretest and posttest samples dan analisisnya menggunakan Mann Whitney U Test dan Wilcoxon Sign Rank Test. Partisipan berjumlah 10 pasang orang tua dan terbagi dalam kelompok kontrol dan eksperimen. Penerapan pengasuhan disfungsional diukur melalui skala pengasuhan disfungsional yang disusun oleh Subekti. Hasil penelitian membuktikan “Program Pengasuhan Positif Dengan Co-parenting” efektif untuk menurunkan penerapan pengasuhan disfungsional (posttest-pretest z = -2,958, p = 0,003 (p < 0,05)). Hasil analisis kualitatif juga menunjukkan adanya perubahan dalam praktik co-parenting meliputi, terbentuknya kesepakatan dalam membuat aturan untuk anak, ayah lebih peka terhadap kebutuhan pasangan, dan adanya keterbukaan mengungkapkan harapan serta dukungan yang dibutuhkan pasangan.
Article
Full-text available
Karakter adalah nilai yang khas, watak, ataupun kepribadian yang terbentuk dan menjadi jati diri pada orang tersebut. Disiplin adalah bagian dari karakter yang harus dimiliki oleh setiap individu sebagai bekal baginya untuk masa yang akan datang. Perkembangan karakter dipengaruhi pola pengasuhan yang diterima oleh anak dari orang tua. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis pengasuhan keluarga terhadap perkembangan karakter disiplin anak usia dini. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode kajian pustaka, menelaah dan mengumpulkan berbagai sumber-sumber ilmiah yang kemudian dihubungkan dengan penelitian untuk memecahkan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultur pengasuhan dari keluarga khususnya orang tua memiliki keterkaitan dengan perkembangan karakter disiplin anak. Perkembangan karakter disiplin anak dipengaruhi oleh pola pengasuhan, masing-masing gaya pengasuhan otoriter, pengasuhan demokratis, dan pengasuhan permisif yang diterapkan dalam keluarga yang mempengaruhi perkembangan anak dimasa depan.
Article
Full-text available
Introduction: This study assessed the feasibility and acceptability of FRESH (Families Reporting Every Step to Health), a theory-based child-led family physical activity (PA) intervention delivered online. We also assessed the preliminary effectiveness of the intervention on outcomes of interest and whether pre-specified criteria were met to progress to a full-scale definitive trial. Methods: In a three-armed randomised pilot trial, 41 families (with a 7-11-year-old index child) were allocated to a: 'family' (FAM), 'pedometer-only' (PED), or a no-treatment control (CON) arm. The FAM arm received access to the FRESH website, allowing participants to select step challenges to 'travel' to target cities around the world, log their steps, and track progress as families virtually globetrot. FAM and PED arms also received family sets of pedometers. All family members could participate in the evaluation. Physical (e.g., fitness, blood pressure), psychosocial (e.g., social support), behavioural (e.g., objectively-measured PA), and economic (e.g., expenditure for PA) data were collected at baseline, 8- and 52-weeks. Results: At 8- and 52-weeks, 98 and 88% of families were retained, respectively. Most children liked participating in the study (> 90%) and thought it was fun (> 80%). Compared to the PED (45%) and CON (39%) arms, a higher percentage of children in the FAM (81%) arm reported doing more activities with their family. Adults agreed that FRESH encouraged their family do more PA and made their family more aware of the amount of PA they do. No notable between-group differences were found for childrens' minutes in moderate-to-vigorous PA. Sizeable changes of 9.4 (95%CI: 0.4, 18.4) and 15.3 (95%CI: 6.0, 24.5) minutes in moderate-to-vigorous PA was found for adults in the FAM group compared to those in the PED or CON groups, respectively. No other notable differences were found. Conclusion: This study demonstrates feasibility and acceptability of the FRESH intervention. All progression criteria were at least partially satisfied. However, we failed to recruit the target sample size and did not find a signal of effectiveness on PA particularly long-term or in children. Further refinements are required to progress to a full-scale trial. Trial registration: This study was prospectively registered ( ISRCTN12789422 ) on 16/03/2016.
Article
Full-text available
Aim: to describe physical activity and ultra-processed foods consumption, their changes and sociodemographic predictors among adolescents from countries in Europe (Italy and Spain) and Latin America (Brazil, Chile, and Colombia) during the SARS-CoV-2-pandemic period. Methods: Cross-sectional study via web survey. International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) and weekly ultra-processed food consumption data were used. To compare the frequencies of physical activity status with sociodemographic variables, a multinomial logistic and a multiple logistic regression for habitual ultra-processed foods was performed. In final models, p < 0.05 was considered significant. Results: Sample of 726 adolescents, mostly females (59.6%) aged 16-19 years old (54.3%). Adolescents from Latin America presented odds ratio (OR) 2.98 (CI 95% 1.80-4.94) of being inactive and those whose mothers had higher level of education were less active during lockdown [OR 0.40 (CI 95% 0.20-0.84)]. The habitual ultra-processed consumption was also high during this period in all countries, and more prevalent in Latin America. Conclusion: A higher prevalence of inactivity was observed in this population, but reductions of physical activity and habitual ultra-processed consumption during the pandemic were more pronounced in Latin America. Our findings reinforce the importance of promoting a healthy lifestyle, i.e., exercise and diet, during periods of social isolation.
Article
Pengasuhan positif berimplikasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dan jika tidak terlaksana, akan berpeluang suramnya masa depan anak. Kemampuan orang tua dalam berkomunikasi efekti dan, menegakkan aturan secara konsisten menentukan keberhasilan penerapan pola asuh yang positif. Bagaimanapun juga orang tua menjadi kunci keberhasilan penerapan pengasuhan positif disertai keterlibatan guru sebagai orang tua di sekolah. Kegiatan pengabdian bertujuan meningkatkan pemahaman dan kemampuan orang tua dalam memberikan pengasuhan positif. Sebanyak 34 orang tua siswa telah dilibatkan dalam kegiatan yang mengiplementasikan metoda ceramah interaktif, diskusi kelompok terarah serta dilengkapi pemanfaatan media audio visual yang berisikan materi pengasuhan positif. Penilaian keberhasilan pelaksanaan edukasi dilakukan dengan membandingkan antara nilai peserta sebelum memperoleh edukasi serta setelah mengikuti edukasi. Penilaian dilakukan dengan memberikan pertanyaan tertutup disertai alternatif jawaban. Orang tua menjadi penentu keterlaksanaan pengasuhan positif secara optimal disertai dukungan dan kerjasama guru. Diperlukan keseriusan dan konsistensi orang tua dalam menerapkan pola asuh positif melalui komunikasi efektif dan kedisiplinan penegakkan aturan.