ArticlePDF Available

ANALISIS STRATIGRAFI DAN RUMUSAN SEJARAH GEOLOGI DAERAH LIMBATO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN GORONTALO UTARA, PROVINSI GORONTALO

Authors:

Abstract

Regionally, the research area is composed of volcanic and plutonic rocks. Stratigraphic data of the study area are still regional scale. This study aims to analyze detailed stratigraphic data and formulate the geological history of the Limbato area and its surroundings. The area located at coordinates 0º56’6” - 1º0’10.8” N dan 122º5’56.4” - 122º9’10.8” E, the area of the study is around 45 km². The method used in the research is scientific exploration by conducting a surface geological mapping survey. The geological surface in the form of field data collection and laboratory analysis. Field data in the form of lithology data and laboratory analysis in the form of petrology and petrographic analysis. The stratigraphy of the research area is divided into 4 (four) unofficial units, which are sorted from old to young, namely granodiorite units of Middle Miocene age, volcanic breccia units of Late Miocene to Early Pliocene, andesite units of Middle Pliocene and alluvial units of Holocene age.Stratigraphic analysis of the Limbato area is related to geological history. In the Middle Miocene period subduction formed plutonic rocks that produced granodiorite units, then during the Late Miocene volcanic eruptions resulted in volcanic breccia units. The activity was stopped at the time of the Early Pliocene. After the volcanic activity was stopped, then new magma activity occurred at the time of the Middle Pliocene resulting in an andesite unit. After all rock units have been deposited, an erosion process occurs in older units which results in an alluvial unit.
E-ISSN : 2656-5226
Jurnal Azimut Vol. 2, No. 1, Juni 2019 (65-71)
©2019 Program Studi Geografi UNITAS Padang
https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut
https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut|65
ANALISIS STRATIGRAFI DAN RUMUSAN SEJARAH GEOLOGI
DAERAH LIMBATO, GORONTALO UTARA
Mohamad Riski Rahman1*), Ahmad Zainuri2) , Intan Noviantari Manyoe3)
1,2,3)Teknik Geologi, Universitas Negeri Gorontalo.
*Email: 1*) rahmantgl13@gmail.com2) ahmad.zainuri@ung.ac.id 3) intan.manyoe@ung.ac.id
ABSTRACT
Regionally, the research area is composed of volcanic and plutonic rocks. Stratigraphic data of the study
area are still regional scale. This study aims to analyze detailed stratigraphic data and formulate the
geological history of the Limbato area and its surroundings. The area located at coordinates 0º56’6” -
1º0’10.8” N dan 122º5’56.4” - 122º9’10.8” E, the area of the study is around 45 km². The method used
in the research is scientific exploration by conducting a surface geological mapping survey. The
geological surface in the form of field data collection and laboratory analysis.Field data in the form of
lithology data and laboratory analysis in the form of petrology and petrographic analysis.The
stratigraphy of the research area is divided into 4 (four) unofficial units, which are sorted from old to
young, namely granodiorite units of Middle Miocene age, volcanic breccia units of Late Miocene to
Early Pliocene, andesite units of Middle Pliocene and alluvial units of Holocene age. Stratigraphic
analysis of the Limbato area is related to geological history. In the Middle Miocene period subduction
formed plutonic rocks that produced granodiorite units, then during the Late Miocene volcanic eruptions
resulted in volcanic breccia units. The activity was stopped at the time of the Early Pliocene. After the
volcanic activity was stopped, then new magma activity occurred at the time of the Middle Pliocene
resulting in an andesite unit. After all rock units have been deposited, an erosion process occurs in older
units which results in an alluvial unit.
Keywords: geology, granodiorite, volcanic breccia, andesite.
ABSTRAK
Secara regional daerah penelitian tersusun atas batuan vulkanik dan plutonik. Hingga saat ini data
stratigrafi di daerah penelitian masih berskala regional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis data
stratigrafi detail dan merumuskan sejarah geologi daerah Limbato dan sekitarnya. Daerah penelitian
terletak pada koordinat 0º56’6” - 1º0’10.8” N dan 122º5’56.4” - 122º9’10.8” E dengan luas 45 km².
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei geologi permukaan.Survei geologi permukaan
berupa pengambilan data lapangan dan analisis laboratorium. Data lapangan berupa data litologi dan
analisis laboratorium berupa analisis petrologi dan petrografi. Stratigrafi daerah penelitian tersusun atas 4
(empat) satuan tidak resmi yang jika diurutkan dari tua ke muda yaitu satuan granodiorit berumur miosen
tengah, satuan breksi vulkanik berumur miosen akhir hingga pliosen awal, satuan andesit berumur
pliosen tengah dan satuan alluvial berumur holosen. Analisis stratigrafi daerah Limbato berhubungan
dengan sejarah geologi. Pada kala Miosen Tengah terjadi penunjaman membentuk batuan terobosan yang
menghasilkan satuan granodiorit, kemudian pada kala Miosen Akhir terjadi letusan gunungapi yang
menghasilkan satuan breksi gunungapi. Aktivitas tersebut terhenti pada kala Pliosen Awal. Setelah
aktifitas gunungapi terhenti kemudian terjadi aktifitas magma baru pada kala Pliosen Tengah sehingga
menghasilkan satuan andesit. Setelah seluruh satuan batuan terendapkan, kemudian terjadi proses erosi
pada satuan-satuan yang lebih tua yang menghasilkan satuan endapan alluvial.
Kata kunci: geologi, granodiorit, breksi gunungapi, andesit.
Jurnal Azimut Vol. 2, No. 1, Juni 2019 (65-71)
https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut|66
1. PENDAHULUAN
Pertemuan lempeng Laut Maluku,
lempeng Laut Sulawesi, dan Mikrokontinen
Banggai-Sula berimplikasi terhadap
pembentukan lajur vulkanik dan lajur
plutonik di Lengan Utara Sulawesi.
Perkembangan ini berlangsung sejak
paleogen hingga neogen (Simandjuntak,
1992). Aktivitas vulkanik dan plutonik di
Lengan Utara Sulawesi terekam di daerah
penelitian berupa satuan-satuan litologi.
Satuan-satuan litologi yang terbentuk
akibat aktivitas vulkanik dan plutonik ini
didukung oleh hasil penelitian Bachri, et.al.,
(1993). Daerah penelitian tersusun oleh
Diorit Boliohuto (Tmbo) yang merupakan
produk aktivitas plutonik dan Breksi
Wobudu (Tpwv) merupakan produk
aktivitas vulkanik.
Berdasarkan latar belakang, secara
regional daerah penelitian merupakan
produk akitivitas plutonik dan aktivitas
magmatisme pada masa lalu. Data stratigrafi
daerah penelitian masih berupa data
regional. Tujuan dilakukan penelitian ini
untuk menganalisis data stratigrafi daerah
penelitian secara rinci dan merumuskan
sejarah geologi. Penelitian geologi rinci
daerah Limbato diharapkan dapat
memberikan informasi kegeologian bagi
pemerintah sebagai pihak pengambil
keputusan berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya geologi dan bencana di daerah
Ilotidea.
2. METODE
2.1 Lokasi Penelitian
Daerah penelitian berdasarkan terletak
pada koordinat 0º56’6” - 1º0’10.8” N dan
122º5’56.4” - 122º9’10.8” E dengan luas
daerah 45 Km². Secara administrasi daerah
penelitian mencakup dua kecamatan yakni
Kecamatan Tolinggula dan Kecamatan
Biau, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi
Gorontalo (Gambar 1).
Gambar 1.Peta lokasi penelitian.
2.2 Tahapan Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah melakukan pemetaan
geologi permukaan dengan pengambilan
data lapangan dan analisis data di
laboratorium. Adapun metode ini dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan berupa persiapan
administrasi, studi literatur dan persiapan
peralatan lapangan. Peralatan lapangan yang
digunakan berupa alat penerima GPS
(Global Positioning Satellites) garmin, palu
geologi, kompas geologi tipe brunton,
komparator mineral dan besar butir, loupe
perbesaran 30 x 60, kamera digital, kantong
sampel, HCL, alat tulis geologi, dan peta
topografi 1:25.000.
2. Tahap studi pendahuluan
Tahap studi pendahuluan berupa
interpretasi peta topografi dan interpretasi
citra satelit SRTM (Shuttle Radar
Topography Mission).
3. Tahap penelitian lapangan
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui
tatanan geologi di daerah penelitian meliputi
observasi singkapan dan litologi.
Jurnal Azimut Vol. 2, No. 1, Juni 2019 (65-71)
https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut|67
4. Tahap pengolahan dan analisis data
Tahap pengolahan dan analisis data
dilakukan di laboratorium. Analisis
laboratorium yang dilakukan adalah analisis
petrologi dan petrografi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Stratigrafi daerah penelitian dianalisis
dari hasil pengamatan lapangan dan analisis
laboratorium yaitu analisis petrologi dan
analisis petrografi sehingga didapatkan
urutan satuan batuan daerah penelitian. Jika
diurutkan dari umur yang tertua hingga yang
termuda maka diperoleh satuan granodiorit,
satuan breksi gunungapi, satuan andesit dan
satuan endapan alluvial.
3.1 Stratigrafi
1. Satuan Granodiorit
Penyusun satuan granodiorit terdiri dari
batuan granodiorit berwarna abu-abu segar,
masif, ukuran butir faneritik (kasar),
hipokristalin, ekuigranural, subhedral-
anhedral. Komposisi mineral penyusun
batuan ini berupa plagioklas dengan nilai
presentase sekitar 50%, 40%, 40%, kuarsa
dengan nilai presentase sekitar 30%, 20%,
15%, kalsit dengan nilai presentase sekitar
15%, 10%, 5%, hornblende dengan nilai
presentase sekitar 30%, 30%, 15%, biotit
dengan nilai presentase sekitar 15%, 10%,
5%.
Hasil pengamatan mikroskopis pada
sampel satuan menunjukkan litologi dengan
ukuran kristal 0,05-1,8 mm. Tekstur
berdasarkan derajat kristalinitas
hipokristalin, tekstur berdasarkan hubungan
antar kristal equigranular, faneritik.
Komposisi mineral terdiri dari mineral
plagioklas (kelimpahan mineral dalam
batuan melimpah 35%), hornblende
(kelimpahan mineral dalam batuan
melimpah 11%), orto-piroksen (kelimpahan
mineral dalam batuan umum 9%) dan
mineral opak (kelimpahan mineral dalam
batuan jarang 2%). Masa dasar kuarsa
mikrokristalin. Bentuk mineral tabular.
Batuan mengalami alterasi rendah (IA=0.06)
yang ditunjukkan dengan kehadiran mineral
sekunder berupa mineral kalsit dengan
kelimpahan mineral dalam batuan umum
6%.
Gambar 2. Peta geologi daerah penelitian.
Gambar 3. Singkapan tegak granodiorit di
daerah penelitian dan kenampakan xenolith
basalt pada batuan granodiorit.
Jurnal Azimut Vol. 2, No. 1, Juni 2019 (65-71)
https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut|68
Gambar 4.Sayatan tipis batuan granodiorit.
Satuan granodiorit merupakan batuan
terobosan dimana menerobos satuan lebih
tua membentuk retas (dyke), hal ini
didukung dengan adanya kenampakan
xenolit pada singkapan berupa batuan beku
basalt, diduga batuan ini menerobos satuan
batuan yang lebih tua. Penentuan umur
satuan ini mengacu pada Bachri, et.al.,
(1993), yaitu berumur Miosen Tengah
sehingga dapat disebandingkan dengan
Formasi Diorit Boliohuto.
2. Satuan Breksi Gunungapi
Penyusun satuan breksi vulkanik
berupa batuan breksi gunungapi berwarna
abu-abu kehitaman, warna lapuk coklat,
ukuran butir kerikil-kerakal, membulat
hingga membulat tanggung, pemilahan
sedang, kemas terbuka, porositas buruk.
Fragmen polimik berupa batuan andesit,
basalt, granodiorit, dan scoria. Selain itu,
hadir mineral penyusun batuan breksi
gunungapi berupa plagioklas putih
berbentuk tabular, berukuran 1 mm, kalsit
putih susu dan gelas vulkanik berwarna
hitam yang terkandung pada matriks.
Gambar 5.Kenampakan bidang kontak
antara satuan breksi gunungapi dan satuan
granodiorit.
Hasil pengamatan mikroskopis pada
sampel satuan ini menunjukkan fragmen
litologi batuan beku basa (basalt) berbentuk
subrounded, bentuk butir >0,1-2,0 mm,
bentuk kristal <0,01 mm, sortasi buruk,
kemas terbuka dan kompak. Komposisi
mineral berupa plagioklas (kelimpahan
mineral dalam batuan melimpah 13%)
klino-piroksen (kelimpahan mineral dalam
batuan melimpah 20%), mineral opak
(kelimpahan mineral dalam batuan sangat
melimpah 50%) dan mikrolit plagioklas
(kelimpahan mineral dalam batuan
melimpah 17%). Mineral sekunder klorit
dengan kelimpahan mineral dalam batuan
jarang 5%.
Batuan beku basa (basalt), berwarna
coklat kehijauan, tekstur batuan kristalin,
ukuran kristal 0,05-1,2 mm, tekstur afanitik.
Komposisi mineraltersusun atas olivin dan
klinopiroksen dengan kelimpahan fragmen
dalam batuan jarang 5%.
Gambar 6. Kenampakan sayatan tipis batuan
breksi gunungapi
Penentuan umur satuan ini mengacu
pada bukti lapangan yang diamati oleh
Advokaatet.al., (2017), yaitu Miosen-
Pliosen sehingga dapat disebandingkan
dengan Formasi Breksi Wobudu. Hasil
observasi lapangan menunjukkan bahwa
satuan ini diendapkan secara tidak selaras di
atas satuan granodiorit sehingga umur
satuan ini diperkirakan berumur Miosen
Akhir hingga Pliosen Awal.
3. Satuan Andesit
Penyusun satuan andesit berupa batuan
andesit berwarna hitam kehijauan, masif,
Jurnal Azimut Vol. 2, No. 1, Juni 2019 (65-71)
https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut|69
porfiroafanitik, inequigranular,
hipokristalin, dan berbentuk euhedral.
Komposisi mineral yang teramati terdiri dari
plagioklas dan piroksen.
Gambar 7. Kenampakan bidang kontak
antara satuan andesit dan breksi gunungapi
Gambar 8.Kenampakan sayatan tipis batuan
andesit
Hasil pengamatan mikroskopis pada
sampel satuan ini menunjukkan litologi
dengan ukuran kristal <0,1-0,8 mm. Tekstur
berdasarkan derajat kristalinitas
hipokristalin, tekstur berdasarkan hubungan
antar kristal hipidiomorfik, porfiroafanitik,
dan tekstur khusus vitrofirik.
Komposisi fenokris berupa plagioklas
(kelimpahan mineral dalam batuan sangat
melimpah 35%,), klino-piroksen
(kelimpahan mineral dalam batuan
melimpah 12%), kuarsa mikrokristalin
(kelimpahan mineral dalam batuan umum
5%) dan mineral opak (kelimpahan mineral
dalam batuan umum 6%). Massa dasar
berupa material gelas dengan kelimpahan
mineral dalam batuan sangat melimpah
38%. Kehadiran mineral sekunder berupa
mineral klorit dengan kelimpahan mineral
dalam batuan jarang 4%.
Penentuan umur satuan ini mengacu
pada bukti lapangan yang diamati oleh
Advokaatet.al., (2017), yaitu Miosen-
Pliosen sehingga dapat disebandingkan
dengan Formasi Breksi Wobudu. Hasil
observasi lapangan menunjukkan bahwa
satuan ini diendapkan secara tidak selaras di
atas satuan granodiorit dan satuan breksi
gunungapi sehingga umur satuan ini
diperkirakan berumur Pliosen Tengah.
4. Satuan Endapan Alluvial
Penyusun satuan endapan alluvial
terdiri dari material-material lepas
yangterdiri dari batuan diorit, granodiorit,
breksi gunungapi,andesit, dan basalt yang
berukuran kerikil hinggakerakal.Bentuk
butir membulat hingga membulat tanggung,
setempat pasir bersifat besian, tersusun
ataspecahan batuan, dan sebagian bersifat
lempungan.
Gambar 9.Kenampakan satuan endapan
alluvial.
Endapan dihasilkan oleh aktivitas
Dutula (Sungai) Badihe, Dutula
Kalingkongan, Dutula Bogo-Bogo, Dutula
Moyongo, dan Dutula Uulunga. Satuan
endapan aluvial adalah satuan yang termuda
di daerah penelitian. Satuan endapan aluvial
berumur Holosen, diketahui dari hasil
proses pengendapan yang masih
berlangsung hingga saat ini.
3.2 Sejarah Geologi
Sejarah geologi daerah penelitian di
mulai pada kala Miosen Tengah yang
ditandai dengan adanya gunungapi Tersier,
salah satunya menempati pegunungan
Jurnal Azimut Vol. 2, No. 1, Juni 2019 (65-71)
https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut|70
Boliohuto yang menghasilkan formasi
Diorit Boliohuto. Satuan granodiorit yang
berumur Miosen Tengah disebandingkan
dengan Diorit Boliyohuto. Satuan
granodiorit pada daerah penelitian
menerobos satuan lebih tua, hal ini
didukung dengan adanya kenampakan
xenolit pada singkapan berupa batuan beku
basalt.
Selanjutnya, penunjaman dari utara
keselatan di Laut Sulawesi menghasilkan
kegiatan gunungapi disepanjang
pegunungan utara. Kegiatan gunungapi
tersebut menghasilkan satuan breksi
gunungapi yang merupakan produk Breksi
Wobudu. Satuan breksi gunungapi menutupi
satuan batuan lebih tua pada daerah
penelitian dengan mekanisme aliran yang
berarah relatif timur laut. Diinterpretasi
umur dari satuan breksi gunungapi ini
terbentuk pada Miosen Akhir sampai
Pliosen Awal selama terjadinya
pengendapan.
Pada kala Pliosen Tengah, proses
magmatisme terus berlangsung, ini
diakibatkan aktivitas tunjaman utara yang
masih berlanjut, ditandai dengan
pembentukan produk vulkanik baru, yang
merupakan satuan lava andesit. Batuan
andesit membeku dengan sangat lambat,
dalam perjalanannya ke permukaan
sehingga memiliki ukuran kristal yang
besar. Satuan andesit membentuk intrusi
minor pada zona proksimal hingga ke
daerah penelitian membentuk aliran lava.
Gambar 10. Skematik perkembangan
sejarah geologi daerah penelitian.
Setelah kegiatan magmatisme dan
tektonik terhenti. Pada kala Holosen terjadi
proses eksogen berupa pelapukan dan
erosional. Proses eksogen mengakibatkan
terjadinya rombakan batuan lebih tua berupa
material-material lepas berukuran pasir
sampai bongkah yang terendapkan hingga
membentuk endapan alluvial.
4. SIMPULAN DAN SARAN
Stratigrafi daerah penelitian dibagi
menjadi 4 satuan batuan dari tua ke muda
yaitu satuan granodiorit berumur Miosen
Tengah, satuan breksi gunungapi berumur
Miosen Akhir hingga Pliosen Awal, satuan
andesit berumur pliosen tengah dan satuan
endapan alluvial yang berumur Holosen.
Analisis stratigrafi daerah Limbato
berhubungan dengan sejarah geologi.
Sejarah geologi daerah Limbato dan
sekitarnya dimulai pada kala Miosen
Tengah dimana terjadi penunjaman
membentuk batuan terobosan yang
menghasilkan satuan granodiorit, kemudian
pada kala Miosen Akhir terjadi letusan
gunungapi yang menghasilkan satuan breksi
gunungapi. Aktivitas tersebut terhenti pada
kala Pliosen Awal. Setelah aktifitas
gunungapi terhenti kemudian terjadi
aktifitas magma baru pada kala Pliosen
Tengah sehingga menghasilkan satuan
andesit. Setelah seluruh satuan batuan
terendapkan, kemudian terjadi proses erosi
pada satuan-satuan yang lebih tua yang
menghasilkan satuan endapan alluvial.
Penelitian lebih lanjut di daerah
penelitian dapat dilakukan dengan
menambah luasan daerah penelitian atau
melakukan analisis stratigrafi detail di
sekitar daerah penelitian. Penelitian lanjutan
juga dapat dilakukan terkait basalt yang
Jurnal Azimut Vol. 2, No. 1, Juni 2019 (65-71)
https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut|71
ditemukan peneliti sebagai xenolith pada
singkapan batuan granodiorit.Satuan batuan
di daerah penelitian seperti andesit dan
granodiorit dapat digunakan untuk bahan
baku konstruksi namun dibutuhkan
penelitian lebih lanjut terkait jumlah sumber
daya yang dapat dieksploitasi dan kajian
lingkungannya.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terwujudnya penelitian ini tidak lepas
dari partisipasi dan bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terimakasih yang tulus
kepada Camat Tolinggula, Kepala Desa
Limbato, dan Kepala Desa Potanga yang
telah memberikan izin hingga penelitian ini
terlaksana. Terimakasih kepada Staf
Laboratorium Teknik Geologi yang
memfasilitasi pengolahan data penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Bachri, S., Sukindo, dan Ratman N. (1993).
Geologi Lembar Tilamuta, Sulawesi
skala 1:250.000. Bandung: Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Geologi.
Advokaat, E.L., Hall, R., White, L.T.,
Watkinson, I.M., Rudyawan, A. and
BouDagher-Fadel, M.K., (2017).
Miocene to recent extension in NW
Sulawesi, Indonesia. Journal of
Asian Earth Sciences, 147, pp.378-
401.
Simandjuntak, T.O., (1992). An Outline of
Tectonics of the Indonesian
Region. GeologicalNews leter,
252(3), pp.4-6.
... The slopes class map and 3D topographic model of Olele collaborated with the results of a geological literature study to identify geomorphology and geosites in the Olele area. Geological literature review (Bahutala, 2016;Septian et al, 2019;Rahman et al, 2019;Indarto et al, 2017;Shukla & Sharma, 2017) includes geosite identification and comparison of Olele volcanic breccia with other areas on a local, national, and international scale. ...
... This uniqueness is not owned by the volcanic breccia in Tanjung Kramat. Besides, the rock fragments in the Olele volcanic breccia have a porphyry texture different from the volcanic breccias in the northern part of Gorontalo studied by Rahman et al., (2019). This porphyry texture makes the Olele volcanic breccias have different mineral crystal sizes compared to volcanic breccias in the northern part of Gorontalo. ...
Article
Full-text available
The identification of the potential for eco-geotourism is not sufficient to reveal the potential of the Olele area so that technological innovation is needed to model the design of the eco-geotourism area. The purpose of this research is to make a 3D modeling of Olele eco-geotourism area design based on satellite, geological, and marine data analysis. This research method uses satellite image data technology combined with a literature review. Satellite imagery uses the National Digital Elevation Model (DEMNAS) and National Bathymetry (BATNAS) which are processed and analyzed using the GIS application. Literature review refers to books, journals, and maps related to research topics. The results showed that the Olele region has two potential geosites and four potential ecosites. Satellite image data technology not only produces terrestrial topographical models, bathymetry models, and slope class map but also can show the relationship between openings in Jin Cave controlled by geological structures on land, and the unique relationship between Petrosia lignosa and the Olele underwater carbonate shelf model of Olele. Based on the identification and comparison of geosite and ecosite, the Olele area is unique on a local, national, and international scale.
... Studi mekanisme pengendapan merupakan bagian dari kajian mengenai sedimentologi. Kajian sedimentologi yang telah dilakukan di Gorontalo secara umum hanya terfokus membahas mengenai karakteristik dari batuan sedimen yang terbentuk (Permana & Eraku, 2020;Rahman et al., 2019;Amin et al., 2020), namun belum membahas secara spesifik tentang bagaimana material sedimen tertranspor dan terendapkan secara mekanis. ...
Article
Full-text available
The Dolokapa Formation is a sedimentary rock formation formed in a deep-sea depositional environment with a fairly complex level of deformation and tectonic arrangement. Analysis of the sedimentation mechanism is carried out to determine how much tectonic influence on the mechanisms that occur in a depositional environment and the variations in the sedimentation mechanism formed. Research on the sedimentation mechanism needs to be carried out to determine the history of the formation of Gorontalo sedimentary rocks, especially in the Dolokapa Formation which was formed during the Miocene. The purpose of this study is to know the mechanisms of deep-marine sedimentation based on the identification of lithological characteristics, layer stacking patterns, and sedimentary structures. The method used was measuring sections using a range of ropes divided into four measurement paths. After that, a correlation was performed based on the genesis of deep marine formation. Based on the results of processing and analysis of the data, obtained units of lithology that insertion silty-clay, and the sandstone graining insertion of silt. In vertical succession, the layering pattern formed generally thickens upwards which describes the energy of the depositional currents. The sedimentary structure consists of rip up-clast, parallel lamination, graded bedding, convolute, slump, and trace fossils of nereites trace fossils of nereites that characterize the sedimentation of traction currents and turbidite currents in the deep-sea environment. The sedimentation mechanism formed is the traction current mechanism which is a further development of turbidite current and high-low concentration turbidity current mechanism that occurs slowly on a suspension-controlled grain. The stratigraphic relationship of the rock units in the research area is aligned based on the genesis formation that is located in the setting of the deep marine.
Article
Full-text available
Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo. Ditinjau dari fisiografi regional lokasi penelitian termasuk dalam wilayah Pegunungan Selatan Bone-Tilamuta-Modello, sedangkan dari geologi regional terdapat empat formasi batuan di lokasi penelitian yaitu Formasi Diorit Boliohuto, Formasi Tinombo, Formasi Dolokapa, dan Formasi Endapan Danau. Tujuan penelitian ini adalah memetakan jenis dan sebaran litologi yang terdapat di lokasi penelitian berdasarkan analisis petrologi dan petrografi. Metode penelitian dilakukan dengan survei lintasan geologi permukaan berupa pendeskripsian petrologi singkapan batuan serta pengambilan sampel untuk analisis petrografi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa di lokasi penelitian terdapat dua jenis litologi yakni batuan beku dan batuan sedimen. Analisis petrografi membagi jenis litologi di lokasi penelitian menjadi lima satuan batuan : 1. Satuan Andesit tersebar seluas 16% luas lokasi penelitian, 2. Satuan Granodiorit yang menguasai 70% luas lokasi penelitian, 3. Satuan Batupasir sebarannya seluas 4% luas lokasi penelitian, 4. Satuan Tuff tersebar seluas 4% luas lokasi penelitian dan 5. Satuan Aluvial yang tersebar seluas 6% dari luas lokasi penelitian.
Chapter
Full-text available
Wilayah geologi kompleks yang terletak di tepi tenggara benua Eurasia adalah Indonesia. Kegempaan tinggi dan vulkanisme sebagai hasil dari subduksi menjadi tanda bahwa Indonesia berbatasan dengan zona tektonik aktif (Badaru dkk, 2019). Indonesia didominasi oleh gunung api yang terjadi karena zona subduksi dari lempeng Eurasia dan lempeng Indo�Australia. Menurut Manyoe dan Bahutala (2017), pertemuan dari tiga lempeng makro yaitu India-Australia, lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia menyebabkan Indonesia memiliki banyak gunungapi. Karena adanya interaksi antara lempeng Eurasia, Pasifik, dan India-Australia menyebabkan Indonesia termasuk dalam jalur gunungapi Pasifik (Pasific Ring of Fire) (Tolodo dkk, 2017). Pertemuan antara lempeng Laut Maluku, lempeng Laut Sulawesi, dan Mikrokontinen Banggai-Sula berimplikasi terhadap pembentukan lajur vulkanik dan lajur plutonik di Lengan Utara Sulawesi. Perkembangan ini berlangsung sejak paleogen hingga neogen (Rahman dkk, 2019). Daerah Gorontalo merupakan bagian dari lajur volkano-plutonik Sulawesi Utara yang dikuasai oleh batuan gunung api Eosen - Pliosen dan batuan terobosan (Manyoe dkk, 2015). Proses geomorfologi sangat menentukan pembentukan sebuah bentang lahan. Proses geomorfologi adalah sebuah proses yang dapat dipengaruhi oleh tenaga pembentuk permukaan bumi. Tenaga tersebut dapat berupa tenaga eksogen (angin, air, gletser, atau intervensi manusia), juga dapat berupa tenaga endogen (tektonik dan vulkanik). Setiap tenaga tersebut akan menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap lahan yang dibentuknya. Pembentukan lahan tersebut akan memengaruhi kondisi fisik alam dan sosial ekonomi masyarakat sekitar (Hartono dan Sudradjat, 2018). Aktivitas gunung merapi juga dapat mempengaruhi kondisi geomorfologi di suatu wilayah.
Chapter
Full-text available
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis, memiliki dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau. Indonesia adalah negara yang memiliki zona geologi yang komplek sebab indonesia terletak di tepi bagian tenggara benua eurasia,indonesia sendiri berbatasan dengan zona tektonik yang aktif di tandai dengan tingginya tingkat terjadinya gempa. Sedangkan sulawesi sendiri di bentuk oleh tiga lempeng utama yaitu zona konvergensi kompleks Eurasia, Pasifik dan lempeng kerak Australia. (Badaru dkk,2019). Hal ini menyebabkan terjadi proses vulkanik tektonik salah satunya menyebabkan adanya potensi panas bumi. (Manyoe,2020). Salah satu potensi geotermal terdapat di gorontalo yaitu pada daerah Bongongayu (Manyoe,2018). Analisis geomorfologi juga selalu dalam pemetaan bentang alam vuklanik. (Handayani,2015). Pada daerah timur indonesia khususnya memiliki kompleks ofiolit yang biasa disebut dengan lajur ofiolit. Batuan yang mengandung nikel biasanya terdapat pada peridotit dan serpentinit yang terbentuk pada proses pelapukan di daerah tropis yang sangat intensif. (Hasria,2019). Batuan yang mengalami pelapukan dan terolah baik secara kimia akan mengahasilkan endapan nikel laterit. Batuan yang menghasilkan endapan nikel laterit biasanya terdiri dari batuan ultramafik seperti dunite,harzburgit,lhierzolit,serpentinit,piroksenit,websterit dan wehrlit. Batuan mafik juga termasuk seperti basalt dan gabro. Pengkayaan supergen merupakan unsur-unsur logam yang terkandung dan mengalami leahing serta terkonsentrasi ke dalam satu zona atau lebih. Pengkayaan menyebabkan batuan ultramafic yang banyak mengandung Ni mengalami proses kimia serta kontak dengan air permukaan atau air tanah sehingga mengalami proses pengkayaan mineral berat seperti Ni,Fe dan lainnya.(Waluyo).
ResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.