Available via license: CC BY-NC-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
39
ANALISA DATA MAGNETOMETER DENGAN MENGGUNAKAN
TRANSFORMASI REDUKSI KE KUTUB DAN KE EQUATOR
(STUDI KASUS DI PERAIRAN PANTAI ANCOL)
MAGNETOMETER DATA ANALYSIS USING
REDUCTION TRANSFORMATION TO THE POLE AND TO THE EQUATOR
(CASE STUDY IN ANCOL BEACH WATERS)
R. Situmeang1, Dikdik S. Mulyadi2, Stanislaus Arianto3
1Prodi S1 Hidrografi, Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut, Indonesia
2 Dosen dan Peneliti Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut
3 Peneliti PT. Hidronav Tehnikatama
E-mail: rapilositumeang@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian dengan menggunakan metode magnetik di Perairan Pantai Ancol telah
dilaksanakan. Data medan magnet total diukur menggunakan Magnetometer G-882 dan
wahana kapal dengan jumlah lintasan yaitu sebanyak 12 lintasan. Data anomali medan
magnetik total selanjutnya dilakukan koreksi diurnal/IGRF (International Geomagnetic
Reference Field) untuk menghasilkan data intensitas anomali medan magnetik lokal. Data
anomali magnetik lokal selanjutnya di transformasi reduksi ke kutub dan reduksi ke equator.
Pola kontur intensitas anomali medan magnetik lokal hasil reduksi ke kutub dan reduksi ke
equator digunakan untuk mengidentifikasi anomali medan magnetik lokal di lokasi penelitian
tersebut. Kemudian dilakukan Analisa untuk membandingkan hasil kontur intensitas
anomali magnetik lokal pada kedua metode transformasi tersebut. Berdasarkan dari hasil
pengolahan dengan metode transformasi ke kutub dan equator, anomali kemagnetan yang
tadinya dipole dapat berubah menjadi monopole tetapi menjadi tidak beraturan, arah kontur
dan nilai objek magnetik sangat berbeda. Perkiraan jarak kabel dengan indikator warna
tertinggi setelah di overlaykan ke PLI No.86A tahun 2013 dengan menggunakan metode
transformasi reduksi ke kutub sekitar 30,72 meter. Sebaliknya dengan menggunakan
metode transformasi reduksi ke equator perkiraan jarak kabel dengan indikator warna
tertinggi setelah di overlaykan ke PLI No.86A tahun 2013 sekitar 3,21 meter.
Kata Kunci: Data Magnetometer, Reduksi ke Kutub, Reduksi ke Equator
ABSTRACT
Research using the magnetic method in Ancol Coastal Waters has been carried out. The
total magnetic field data is measured using a Magnetometer G-882 and a ship ride with a
total of 12 tracks. The total magnetic field anomaly data is then subjected to diurnal
correction/IGRF (International Geomagnetic Reference Field) to produce local magnetic
field anomaly intensity data. The local magnetic anomaly data is then reduced to the poles
and reduced to the equator. The intensity contour pattern of the local magnetic field anomaly
resulting from reduction to the poles and reduction to the equator is used to identify local
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
40
magnetic field anomalies at the study site. Then an analysis is performed to compare the
results of local magnetic anomaly intensity contours in the two transformation methods.
Based on the results of processing using the transformation method to the poles and the
equator, magnetic anomalies that were previously dipoles can turn into monopoles but
become irregular, the contour directions and magnetic object values are very different. The
estimated cable distance with the highest color indicator after being overlaid to PLI No.86A
2013 using the reduction to pole transformation method is around 30.72 meters. On the
other hand, using the reduction to equator transformation method, the estimated cable
distance with the highest color indicator after being overlaid with PLI No.86A 2013 is around
3.21 meters.
Keywords: Magnetometer Data, Reduction to Pole, Reduction to the Equator.
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi yang sangat
pesat sampai merambah ke seluruh penjuru
tanah air, yang berimplikasi terhadap
perkembangan dari segala aspek kehidupan
masyarakat, sehingga menimbulkan berbagai
perubahan yang signifikan dalam berbagai
bidang. Perkembangan dan kemajuan
teknologi khususnya di bidang survei
kelautan juga meningkat dengan pesat,
dengan mengikuti standar ketelitian yang
ditetapkan oleh IHO (International
Hydrographic Organization). Standar
ketelitian ini digunakan untuk standar kualitas
data hasil survei yang sesuai dengan IHO
(International Hydrographic Organization) S-
44 edisi VI tahun 2020. Dalam aspek teknis,
untuk melaksanakan kegiatan seperti definisi
di atas disebut dengan survei hidrografi.
Medan magnet bumi merupakan salah satu
mekanisme pertahanan bumi dari adanya
serangan radiasi dan sampah-sampah
angkasa. Medan magnet bumi ini membentuk
dua buah kutub magnet Sudut yang dibentuk
dari penyimpangan medan magnet bumi
dengan arah geografis bumi disebut juga
dengan sudut inklinasi (Santosa et al., 2012).
Aplikasi dari kegiatan survei hidrografi
memiliki tujuan utama untuk kepentingan
keselamatan pelayaran dan kerekayasaan
seperti pemasangan pipa dan kabel bawah
laut. Untuk mengetahui posisi pipa dan kabel
bawah laut perlu dilaksanakan pendeteksian
anomali kemagnetan bumi. Banyak sekali
metode-metode yang telah dikembangkan
untuk pemetaan struktur bawah permukaan
tersebut. Salah satu dari metode tersebut
adalah metode geomagnetik.
Metode geomagnetik adalah metode
yang digunakan untuk menyelidiki kondisi
permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat
kemagnetan yang diidentifikasikan oleh
kerentangan magnet batuan (Gozali et al.,
2019). Secara spesifik untuk survei anomali
kemagnetan bumi disebut dengan survei
geomagnet, yaitu survei untuk mengetahui
anomali kemagnetan lokal. Kekuatan medan
magnet yang berupa nilai anomaly tiap
wilayah berbeda-beda, tergantung dari jenis
batuan penyusun daerah tersebut (Rohayati,
2019). Perbedaan maupun selisih nilai
kemagnetan yang terdapat pada suatu
daerah disebut juga dengan anomali
kemagnetan bumi lokal, dimana nilai yang
dimiliki lebih tinggi dari pada nilai regionalnya.
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
41
Kabel komunikasi bawah
laut adalah kabel yang diletakkan di bawah
laut dengan teknologi tinggi, untuk
menghubungkan telekomunikasi antar
negara-negara. Komunikasi kabel bawah laut
pertama membawa data telegrafi. Generasi
berikutnya membawa komunikasi telepon,
dan kemudian data komunikasi. Seluruh
kabel modern menggunakan teknologi optik
fiber untuk membawa data digital, yang
kemudian juga untuk membawa data telepon,
internet, dan juga data pribadi (Suharyanto,
2021). Operator telekomunikasi di Indonesia
pada era 1990-an sudah menggunakan kabel
laut untuk menghubungkan pulau-pulau di
Nusantara. Penggunaan kabel laut serat optik
memiliki banyak keuntungan dibandingkan
menggunakan Digital Micro wave (Radio
Terrestrial) yang memiliki keterbatasan pada
bandwidth, sehingga trend kedepan
penggunaan kabel serat optik akan semakin
banyak baik di darat maupun di laut.
Penggelaran kabel laut dilakukan oleh kapal
kabel (Cableship) yang dirancang khusus
untuk menggelar kabel laut, Cableship
memiliki keistimewaan, karena tidak dapat
menggelar pada lokasi air dangkal, sehingga
untuk area air dangkal (Shore End) biasanya
menggunakan Barge Cable, yang mampu
sampai pada ke dalam air 1 meter (Nugroho
et al, 2022).
Magnetometer adalah sebuah
instrumen pengukuran yang digunakan untuk
dua tujuan umum, yaitu untuk mengukur
magnetisasi bahan magnetik seperti
feromagnet, atau untuk mengukur kekuatan
arah medan magnet (juga dikenal sebagai
Gaussmeter atau magnetometer survei)
(Telford et al, 1979). Melihat sejarahnya
Magnetometer pertama kali ditemukan oleh
Carl Friedrich Gauss pada tahun 1833 dan
perkembangan penting dalam abad ke-19
termasuk Hall Effect yang masih banyak
digunakan. Magnetometer juga dapat
digunakan untuk menggambarkan bentuk
dari benda magnetik di dasar laut (Brooks,
2002). Dengan menggunakan magnetometer
ini maka dapat membantu para surveyor
untuk mendeteksi pipa bawah laut di wilayah
perairan Indonesia.
Selama ini Pusat Hidro-Oseanografi TNI
AL (Pushidrosal) dalam melaksanakan
penelitian kabel bawah laut di perairan
Indonesia hanya melakukan proses minimum
curvature gridding control setting dan di
overlaykan pada Peta Laut Indonesia yang
sesuai dengan area penelitian, sehinga
analisa dari hasil pengolahan data
geomagnet sulit untuk di interpretasikan dan
posisi kabel bawah laut tidak mendekati
sebenarnya/tidak sesuai dengan yang sudah
ada di Peta Laut Indonesia. Berdasarkan hal
tersebut maka pada penelitian ini dititik
beratkan pada metode tranformasi reduksi ke
kutub dan reduksi ke equator. Diharapkan
dengan menggunakan metode ini dapat
mempermudah interpretasi data geomagnet
dan sesuai dengan posisi kabel bawah laut
yang sudah ada di Peta Laut Indonesia. Data
penelitian ini berupa data yang diambil
mahasiswa STTAL, pada tahun 2021 di
Perairan Ancol.
METODOLOGI
Penelitian Ini menggunakan sumber
data yang diambil oleh mahasiswa STTAL,
pada tahun 2021 di Perairan Ancol. Data
yang diambil dari Data Magnetometer G-882.
Jenis data penelitian yang digunakan adalah
data sekunder. Penelitian ini menggunakan
objek berupa dasar kedalaman di perairan
pantai ancol yang mendeteksi anomali
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
42
kemagnetan. Area yang digunakan adalah
peta laut Indonesia nomor 86A Tahun 2013,
skala 1:20.000 dengan koordinat 60 6’
15,516” S - 1060 50’ 16,559” T; 60 6’ 6,968”S -
1060 50’ 8,181” T; 60 6’ 0,221” S - 1060 50’
14,132” T; 60 6’ 7,441”S - 1060 50’22,332” T.
area penelitian seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Area penelitian di Perairan Pantai
Ancol.
Figure 1. Research area in Ancol Coastal
Waters.
Teknik analisis data dilakukan setelah
selesai proses koreksi harian/IGRF, maka
akan didapatkan intensitas anomali medan
magnetik total. Nilai IGRF selalu diperbaharui
setiap 5 tahun sekali yang didapatkan dari
hasil rata-rata pengukuran selama satu tahun
pada daerah dengan luasan sekitar 1 km²
(Margiono et al, 2017). Data IGRF dapat di
akases dengan memasukan koordinat
penelitian pada website
https://www.ngdc.noaa.gov/geomag/calculat
or Sedangkan data variasi harian dapat
diunduh di laman website
http://www.intermagnet.org. Data intensitas
anomali medan magnetik total selanjutnya
ditransformasi reduksi ke kutub dan reduksi
ke equator sehingga menghasilkan intensitas
anomali medan magnetik total hasil
transformasi reduksi ke kutub dan reduksi ke
equator.
Data intensitas anomali medan
magnetik total hasil transformasi reduksi ke
kutub dan reduksi ke equator selanjutnya
diplotkan dengan menggunakan Software
Oasis Montaj dan didapatkan peta kontur
intensitas anomali medan magnetik total hasil
transformasi reduksi ke kutub dan reduksi ke
equator. Peta kontur intensitas anomali
medan magnetik total hasil transformasi
reduksi ke kutub dan reduksi ke equator
digunakan untuk proses interpretasi data.
Proses analisa data dilakukan dengan
melihat pola kontur intensitas anomali
magnetik total transformasi reduksi ke kutub
dan reduksi ke equator kemudian
dilaksanakan perbandingan analisa data
antara dua metode tersebut. Diagram alir
penelitian seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram alir penelitian.
Figure 2. Research flowchart.
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
43
HASIL DAN PEMBAHASAN
Akuisisi data survei Magnetometer di
laksanakan dengan tujuan untuk mengambil
data anomali atau kemagnetan target
menggunakan single fish magneto.
Diharapkan dalam pelaksanaan pengolahan
data geomagnet nanti akan menghasilkan
visualisasi gambaran anomali kemagnetan di
area kabel yang sesuai dengan posisi kabel
pada PLI No. 86A. Data yang diperoleh
setelah akusisi data survei single magneto
nantinya akan di olah menggunakan software
oasis montaj 8.4. Pada software ini akan
dilaksanakan cleaning raw data, interpolate,
koreksi IGRF/harian, menampilkan project
anomali lokal, kemudian dilakukan metode
transformasi reduksi ke kutub dan
transformasi reduksi ke equator. Hasil project
dari metode transformasi ke kutub dan ke
equator akan dilakukan analisa dan
perbandingan seperti pada Gambar 3 dan 4.
Gambar 3. Visualisasi Anomali Objek Magnetik.
Figure 3. Visualization of Magnetic Object Anomalies.
Gambar 4. Proses Interpolasi Data Anomali Objek Magnetik di overlaykan ke PLI No.86A 2013.
Figure 4. Interpolation Process of Magnetic Object Anomaly Data is overlaid to PLI No.86A 2013.
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
44
Hasil pengolahan data geomagnet
menunjukan banyak data anomali
kemagnetan yang tidak dapat diinterprestasi
dan masih mengandung nilai objek magnetik
dipole, namun apabila hasil project di
overlaykan pada PLI No. 86A, maka posisi
kabel tidak mendekati sebenarnya/tidak
sesuai dengan indikator warna nilai tertinggi
anomali kemagnetan (anomali objek
magnetik mulai dari angka terendah 0.3 nT
sampai dengan paling tinggi 4.4 nT).
Perkiraan jarak kabel dengan indikator warna
tertinggi setelah di overlaykan ke PLI No.86A
tahun 2013 sekitar 15,24 meter. Hasil
visualisasi dari pengoahan seperti pada
Gambar 5 dan 6.
Gambar 5. Visualisasi Anomali Objek Magnetik setelah di RTP.
Figure 5. Visualization of Magnetic Object Anomaly after RTP.
Gambar 6. Proses Interpolasi Data Anomali Objek Magnetik RTP di overlaykan ke PLI No.86A.
Figure 6. Interpolation Process of RTP Magnetic Object Anomaly Data Overlaid on PLI No.86A.
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
45
Dengan menggunakan metode
transformasi reduksi ke kutub, anomali objek
magnetik yang tadinya dipole dapat berubah
menjadi monopole tetapi tidak dapat
mempermudah interpretasinya dan arah
konturnya berubah ke atas. Apabila hasil
project di overlaykan pada PLI No. 86A tahun
2013, diketahui posisi kabel tidak sesuai
dengan indikator warna nilai tertinggi anomali
kemagnetan dan terjadi perubahan nilai
anomali objek magnetiknya (mulai dari angka
terendah -3.5 nT sampai dengan paling tinggi
8.9 nT). Perkiraan jarak kabel dengan
indikator warna tertinggi setelah di overlaykan
ke PLI No.86A tahun 2013 sekitar 30,72
meter. Hasil visualisasi dari pengolahan
dapat dilihat pada gambar 7 dan 8.
Gambar 7. Visualisasi Anomali Objek Magnetik setelah di RTE
Gambar 7. Visualisasi Anomali Objek Magnetik setelah di RTE.
Gambar 8. Proses Interpolasi Data Anomali Objek Magnetik RTE di overlaykan ke PLI
No.86A.
Gambar 8. Proses Interpolasi Data Anomali Objek Magnetik RTE di overlaykan ke PLI No.86A
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
46
Dengan menggunakan metode
transformasi reduksi ke equator, anomali
objek magnetik yang tadinya dipole dapat
berubah menjadi monopole untuk
mempermudah interpretasinya dan arah
konturnya berubah kebawah. Apabila hasil
project di overlaykan pada PLI No. 86A tahun
2013, maka posisi kabel mendekati
sebenarnya/sesuai dengan dengan indikator
warna nilai tertinggi anomali kemagnetan dan
terjadi perubahan nilai anomali objek
magnetiknya (mulai dari angka terendah -0.5
nT sampai dengan paling tinggi 3.6 nT).
Perkiraan jarak kabel dengan indikator warna
tertinggi setelah di overlaykan ke PLI No.86A
tahun 2013 sekitar 3,21 meter. Seperti pada
Gambar 9 dan 10.
Gambar 9. Selisih Jarak Posisi Kabel Bawah Laut dengan Indikator Warna Tertinggi dari RTP.
Figure 9. Difference between Underwater Cable Position Distance with the Highest Color Indicator
from the RTP.
Gambar 10. Selisih Jarak Posisi Kabel Bawah Laut dengan Indikator Warna Tertinggi dari RTE.
Figure 10. Difference between Underwater Cable Position Distance with the Highest Color
Indicator from RTE
3.21 m
30.72 m
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
47
Dari hasil pengolahan metode
transformasi reduksi ke kutub dapat diketahui
selisih jarak antara posisi kabel bawah laut
dengan indikator warna tertinggi yang
terdekat dengan posisi kabel bawah laut,
yaitu 30,72 meter.
Sedangkan pada gambar 10 dari hasil
pengolahan metode transformasi reduksi ke
equator dapat diketahui selisih jarak antara
posisi kabel bawah laut dengan indikator
warna tertinggi yang terdekat dengan posisi
kabel bawah laut, yaitu 3,21 meter. Sehingga
ditinjau dari selisih jarak paling dekat antara
posisi kabel bawah laut dengan indikator
warna tertinggi, dalam mendeteksi kabel
bawah laut di daerah equator dapat
menggunakan metode transformasi reduksi
ke equator dikarenakan hasil yang lebih baik
dari pada dengan metode reduksi ke kutub.
KESIMPULAN
Dengan menggunakan metode
transformasi reduksi ke kutub dan reduksi ke
equator, mempermudah interpretasi anomali
data geomagnet, dikarenakan anomali
magnetik dipole dapat menjadi monopole.
Dengan menggunakan metode
transformasi reduksi ke kutub perkiraan jarak
kabel dengan indikator warna tertinggi
setelah di overlaykan ke PLI No.86A tahun
2013 sekitar 30,72 meter. Sebaliknya dengan
menggunakan metode transformasi reduksi
ke equator perkiraan jarak kabel dengan
indikator warna tertinggi setelah di overlaykan
ke PLI No.86A tahun 2013 sekitar 3,21 meter.
Berdasarkan hasil pengolahan dari
metode transformasi reduksi ke kutub dan
transformasi reduksi ke equator, maka
metode yang lebih akurat digunakan untuk
mendeteksi kabel bawah laut di wilayah
perairan Indonesia yaitu menggunakan
metode transformasi reduksi ke equator
(Reduce to Equator).
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada STTAL yang
telah menyediakan Laboratorium Hidros
STTAL sebagai tempat pengolahan dan
analisa. Terimakasih kepada dosen
pembimbing Letkol Laut (KH) Dikdik S.
Mulyadi, S.Si., M.T. dan Bapak Stanislaus
Arianto, S.T., M.T.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks P, (2002) Geophysical Exploration
Methods I, Departement of Geophisics
University of Miskolc, .
Ghozali, A., & Nugroho, H. A. (2019).
Rancang Bangun proton Precession
Magnetometer berbasis Mikrokontroler
ATMEGA 328P. Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi 2009.
Margiono, R., & Setiawan, Y. (2017).
Peningkatan Kualitas Data Medan
Magnet Bumi Indonesia.
Nugroho, E. R., Nugroho, R., Ansya, R. A., &
Kusuma, I. (2022). Perancangan Sistem
Komunikasi Kabel Laut Link Surabaya-
Bawean. Jurnal Ilmiah Giga, 25(1), 28-
34.
Rohayati, E., Purwato, C., Arman, Y., &
Apriansyah. (2019). Interpretasi Data
Anomali Medan Magnetik Total
Transformasi Reduksi ke Kutub di Laut
Flores. PRISMA FISIKA, 7(3) 158-161.
Santosa, B, J., Mashuri, Sutrisno, W. T., Wafi,
A., Salim, R., & Armi. R. (2012).
Interpretasi Metode Magnetik Untuk
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
48
Penentuan Struktur Bawah Permukaan
Di Sekitar Gunung Kelud Kabupaten
Kediri. Jurnal Penelitian Fisika dan
Aplikasinya (JPFA) 2(1): 7.
https://doi.org/10.26740/jpfa.v2n1.p7-
14.
Suharyanto, (2021). “Kabel Telekomunikasi
Bawah Laut,” 10.
Telford, W. M., Geldart, L. P., Sheriff, R. E.
(1979). Applied Geophysics, Second
Edition, Combridge Univercity Press