Content uploaded by Joko Mulyono
Author content
All content in this area was uploaded by Joko Mulyono on Oct 04, 2023
Content may be subject to copyright.
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
29
KRISIS PUPUK DUNIA DAN DAMPAKNYA BAGI INDONESIA
GLOBAL FERTILIZER CRISIS AND ITS IMPACT ON INDONESIA
Muhrizal Sarwani
Analis Kebijakan Utama, Kementerian Pertanian
Joko Mulyono
Analis Kebijakan Muda, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Sumardjo Gatot Irianto
Analis Kebijakan Utama, Kementerian Pertanian
Abstrak
Krisis pupuk dunia disebabkan meningkatnya harga bahan baku pupuk, perang Rusia dan Ukraina,
pandemi Covid-19, perubahan iklim, bencana alam, dan pembatasan ekspor oleh produsen. Makalah
ini mengulas krisis pupuk dunia dan dampaknya terhadap Indonesia. Kajian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif, melalui studi literatur. Data sekunder diperoleh dari dokumen,
jurnal, buku, dan website. Hasil Kajian menunjukkan harga pupuk melonjak cukup tinggi mencapai
125%. Konsumsi pupuk dunia terus meningkat mencapai 199,88 juta ton, sementara di Indonesia
konsumsi pupuk subsidi 8,73 juta ton/tahun. Rusia merupakan negara pengekspor pupuk dan
berkontribusi besar terhadap perdagangan pupuk dunia. Pupuk yang diimpor oleh Brasil, India,
Amerika, China, Eropa, dan Indonesia mencapai 46,8 juta ton (62%). Impor pupuk Indonesia berasal
dari Rusia dan Belarus mencapai 31,76%. Krisis pupuk dunia berdampak pada peningkatan harga
pupuk non subsidi dan anggaran pupuk subsidi, serta berkurangnya volume pupuk subsidi. Dari
aspek sosial ekonomi, pendapatan dan daya beli petani berkurang, ekspor turun, impor naik, inflasi,
dan kemiskinan. Dari aspek ketahanan pangan, memicu terjadinya krisis pangan dan stabilitas
ekonomi. Implikasinya dalam jangka pendek hingga menengah tidak ada perubahan kebijakan
subsidi pupuk, justru membangun sistem subsidi yang lebih efisien dan efektif. Peningkatan efisiensi
penggunaan pupuk, didukung dengan pengawalan dan pendampingan oleh penyuluh dan
stakeholder lainnya.
Kata kunci: krisis. pupuk. dampak, Indonesia
Abstract
World fertilizer crisis caused by fertilizers materials price increases, Russia and Ukraine wars,
pandemic, climate change, natural disaster, and export restrictions. This paper reviews world
fertilizer crises and its impact on Indonesia. This study uses qualitative descriptive approach,
through literature studies. Secondary data obtained from document, journals, books, and websites.
The study show that fertilizer prices have soared (125%). World fertilizer consumption increase
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
30
reaching 199.88 million tons, while in Indonesia consumes 8.73 million tons/year of subsidized
fertilizer. Russia is a fertilizer exporting country and contributes for world fertilizer trade. Fertilizers
imported by Brazil, India, America, China, Europe, and Indonesia reached 46.8 million tonnes 62%),
31.76%. of Indonesia fertilizer is imported from Russia and Belarus. World fertilizer crisis effected
the price of non-subsidized fertilizers increased and budget for subsidized fertilizers, and reducing
subsidized fertilizers volume. From socio-economic aspect, income and farmers purchasing power
have decreased, exports decreasing, imports increasing, inflation, and poverty. From food security
aspect, triggering a food crisis and economic stability. The implication there is no change for
fertilizer subsidy policy on short to medium term, instead build a more efficient and effective subsidy
system. Increased efficiency in fertilizers use, supported by escort and assistance by extension and
other stakeholders.
Keywords: crisis, fertilizer, impact, Indonesia
A. PENDAHULUAN
Pada saat pembukaan acara
konferensi negara-negara G20 tanggal 15
November 2022, Presiden Joko Widodo
menyampaikan bahwa krisis pupuk dapat
memicu krisis lanjutan berupa krisis
pangan terutama pada negara-negara
berkembang, dan jika tidak diselesaikan
maka bisa menjadi krisis pangan dunia.
Langka pupuk dapat memicu menurunnya
produksi dan bahkan gagal panen di
berbagai belahan dunia terutama pada 48
negara berkembang yang memiliki tingkat
kerawanan pangan yang tinggi.
Harga pupuk dunia terus
mengalami lonjakan sejak akhir 2020.
Selama periode Januari 2021-Januari 2022
mengalami peningkatan sebesar 125%, dan
pada periode Januari 2022-Maret 2022
mengalami kenaikan sebesar 117%
(Hebebrand dan Laborde 2022a).
Mengutip data dari Fertilizer Dashboard
yang dikembangkan oleh Laborde (2022)
melalui Food Export & Fertilizer
Restriction Tracker harga urea hampir
menyentuh US $ 1.000 per ton pada bulan
April 2022.
Melonjaknya harga pupuk global
dipicu oleh beberapa faktor (Grebmer et
al., 2022; Arndt et al., 2022) diantaranya
adalah (i) pandemi Covid-19 yang
menghambat produksi dan distribusi
pupuk, (ii) kondisi geopolitik berupa
perang Rusia-Ukraina, dimana Rusia
merupakan pemasok pupuk N, P dan K
yang tergolong besar di dunia, (iii)
kebijakan pembatasan ekspor pupuk oleh
beberapa negara penghasil pupuk, dan (iv)
bencana alam yang terjadi pada pusat-pusat
produksi pupuk berdampak pada
kerusakan sarana prasarana produksi
pupuk dan distribusi pupuk.
Situasi pupuk global tentu sangat
berpengaruh terhadap situasi pupuk
domestik Indonesia. Pada awal tahun 2022
harga pupuk urea non-subsidi mengalami
peningkatan berkisar 78,57%-114,29%.
Pupuk urea non-subsidi pada akhir tahun
2020 sebesar Rp 280.000,- per sak (50 kg)
sedangkan pada tahun 2022 harga urea di
Pulau Jawa mencapai Rp 500.000,-,
bahkan di luar Pulau Jawa mencapai Rp
600.000,- per sak (50 kg). Harga pupuk
NPK Mutiara non-subsidi dilaporkan
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
31
meningkat sebesar 2-3 kali lipat, dimana
harga tahun 2022 sebesar Rp 900.000-
1.500.000,- sedangkan harga tahun 2020
Rp 400.000,- per sak (50 kg). Harga pupuk
NPK Phonska non-subsidi meningkat
sebesar 52,94%, dari Rp 170.000,- tahun
2020 menjadi Rp 260.00,- per sak (25 kg)
tahun 2022 (Tempo, 10 Januari 2022).
Pupuk subsidi juga terdampak
terhadap situasi pupuk global melalui
meningkatnya harga pokok penjualan
(HPP). Anggaran subsidi bisa
membengkak karena besaran subsidi pupuk
oleh pemerintah dihitung dari selisih antara
harga pokok penjualan (Rp/Kg) yang
dikeluarkan oleh produsen pupuk dikurangi
dengan harga eceran tertinggi (HET) yang
ditetapkan oleh pemerintah. Selisih ini
kemudian dikalikan dengan volume pupuk
yang disalurkan kepada petani. Hasil inilah
yang menjadi besaran anggaran subsidi
(APBN) yang dibayarkan kepada produsen
pupuk setiap tahunnya.
Dampak lainnya tentu saja terkait
dengan produktivitas dan produksi
komoditas pertanian. Peningkatan harga
pupuk dapat menyebabkan petani
mengurangi dosis pemupukan agar biaya
produksi berkurang, akibatnya terjadi
penurunan produktivitas dan produksi
komoditas pertanian. Menurut Fahmid et
al. (2022), kenaikan harga eceran tertinggi
(HET) pada pupuk bersubsidi berdampak
pada pengurangan penggunaan pupuk
berakibat pada penurunan produktivitas
padi sebesar 0,09 ton/ha, penurunan
produksi nasional sebesar 0,94 juta ton, dan
penurunan luas panen nasional sebesar
186.219 ha.
Penurunan produksi pertanian
menjadi pemicu peningkatan impor,
dimana harga pangan yang diimpor telah
mengalami peningkatan akibat mahalnya
harga pupuk. Tingginya harga pangan
menyebabkan daya beli masyarakat turun.
Peningkatan harga pupuk menyebabkan
daya saing komoditas pertanian menjadi
rendah, akibat kualitas produknya turun
Kebutuhan pupuk (N, P, K) untuk
pertanian di dunia tahun 2020 sebesar
200,57 juta ton, sedangkan produksi pupuk
dunia mencapai 212,93 juta ton
(FAOSTAT, 2020), sehingga surplus
pupuk. Rusia merupakan produsen dan
pengekspor pupuk terbesar di dunia,
sehingga dalam kondisi perang seperti saat
ini mengganggu produksi dan ekspor
pupuknya. Di Indonesia kebutuhan pupuk
mencapai 6,53 juta ton, sedangkan produksi
hanya 4,95 juta ton sehingga mengalami
defisit, yang dipenuhi melalui impor dari
negara produsen seperti Rusia yang saat ini
sedang perang dengan Ukraina.
Beranjak dari uraian diatas, perlu
dikaji dampak dari krisis pupuk dunia
terhadap Indonesia, sehingga dapat disusun
strategi antisipasinya. Kajian ini bertujuan
untuk mengulas tentang krisis pupuk dunia
dan dampaknya terhadap Indonesia. Lebih
terperinci akan dibahas mengenai
fenomena lonjakan harga pupuk dunia,
perkembangan konsumsi pupuk dunia,
negara-negara eksportir dan importir pupuk
dunia, kebutuhan dan konsumsi pupuk di
Indonesia, dan dampaknya terhadap
Indonesia dari aspek harga pupuk, sosial
ekonomi petani, dan ketahanan pangan.
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
32
B. KERANGKA KONSEPTUAL
Pupuk merupakan faktor penentu
produktivitas dan produksi pertanian.
Implementasi pemupukan harus memenuhi
5 tepat, yaitu tepat jenis, jumlah, waktu,
tempat, dan cara agar sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan efisien (Mansyur
et al, 2021). Pengetahuan petani dalam
pengelolaan unsur hara yang efisien
menjadi faktor kunci dalam efisiensi
penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk
anorganik secara terus menerus dan
berlebihan menyebabkan degradasi
kesuburan tanah, merubah sifat fisik, kimia
dan biologi tanah (Maghfoer, 2018; Purba
et al., 2021; dan Purbosari et al., 2021).
Pupuk berkontribusi sekitar 20-40%
terhadap peningkatan produksi tanaman.
Merujuk hasil penelitian Wulandari (2018),
pupuk dan irigasi merupakan faktor utama
yang berpengaruh terhadap peningkatan
produksi padi di Indonesia. BPS (2017),
dalam satu siklus produksi pertanian,
proporsi biaya pupuk terhadap biaya
usahatani pajale sekitar 4,97-13,44%.
Proporsi biaya pupuk untuk padi sawah
sebesar 9,43% atau dengan nilai nominal
sekitar Rp 774.545/ha/MT. Data terbaru
yang disampaikan oleh Siagian dan
Soetjipto (2020) maupun oleh Fahmid et
al., (2022) bahwa kontribusi biaya pupuk
terhadap total biaya produksi padi di
Indonesia berkisar 10-30%.
Kebutuhan pupuk dalam negeri
tinggi dan terus meningkat. Selama ini,
pemenuhan kebutuhan pupuk dalam negeri
dipenuhi dari produksi dalam negeri dan
impor. Produksi dalam negeri tidak mampu
mencukupi kebutuhan yang mencapai 6,53
juta ton. Di satu sisi, dalam periode 2018-
2020, impor pupuk N, P, K berkurang, pada
tahun 2018 impor pupuk N sebesar 513.433
ton, turun menjadi 424.899 ton tahun 2020,
sedangkan untuk pupuk P dari 874.258 ton
(2018) turun menjadi 612.004 ton (2020),
dan pupuk K dari 2,18 juta ton (2018) turun
menjadi 1,79 juta ton tahun 2020. Hal ini
disebabkan karena pandemi Covid-19,
perang Rusia-Ukraina, pembatasan ekspor,
yang berdampak pada kebutuhan pupuk
dalam negeri semakin tidak terpenuhi.
Krisis pupuk dunia berpengaruh
terhadap kondisi pupuk nasional, yang
mengakibatkan peningkatan harga dan
kelangkaan pupuk. Kondisi ini disikapi
oleh petani dengan mengurangi dosis
pemupukan agar biaya produksi tidak
melonjak, sehingga produksinya turun. Hal
ini menyebabkan terjadinya inflasi, dampak
lanjutannya akan terjadi krisis pangan yang
dapat mengganggu ketahanan pangan.
Menurut FAO (2006), dimensi
ketahanan pangan meliputi ketersediaan
pangan, akses makanan, pemanfaatan, dan
stabilitas. Istilah ketahanan pangan muncul
saat konferensi pangan dunia tahun 1974:
“Availability at all times of adequate world
food supplies of basic foodstuffs to sustain
a steady expansion of food consumption
and to offset fluctuations in production and
prices”.
C. RUMUSAN MASALAH
Peningkatan harga bahan baku
pupuk, perang Rusia-Ukraina, pandemi
Covid-19, perubahan iklim dan bencana
alam, serta pembatasan ekspor oleh
produsen pupuk menyebabkan krisis pupuk
di tingkat global maupun nasional. Krisis
pupuk menyebabkan penurunan produksi
dan gagal panen, berdampak pada negara-
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
33
negara yang memiliki kerawanan pangan
yang tinggi. Periode 2021-2022 harga
pupuk dunia mengalami kenaikan 125%
(Hebebrand dan Laborde 2022a).
Pemerintah harus menyusun
strategi untuk mengantisipasi dampaknya
terhadap Indonesia. Berdasarkan kondisi
tersebut, beberapa pertanyaan yang penting
untuk dibahas antara lain: 1. Bagaimana
kondisi pupuk dunia?, seperti fenomena
lonjakan harga pupuk di dunia,
perkembangan konsumsi pupuk dunia,
negara-negara eksportir dan importir
pupuk, kebutuhan dan konsumsi pupuk
nasional; 2. Apa dampak krisis pupuk
dunia terhadap Indonesia?, seperti harga
pupuk di Indonesia, sosial ekonomi petani,
dan ketahanan pangan Indonesia, 3.
Bagaimana strategi pemerintah dalam
mengantisipasi kondisi tersebut.
D. METODE PENELITIAN
Kajian ini fokus pada dampak krisis
pupuk dunia terhadap Indonesia dan
strategi untuk mengantisipasinya. Kajian
ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif, melalui studi literatur untuk
memberikan gambaran mengenai krisis
pupuk global dan dampaknya terhadap
Indonesia, sehingga dapat disusun strategi
antisipasinya. Untuk memperkaya
bahasannya, didukung data dan informasi
faktual yang diperoleh dari observasi
lapang. Data yang dikumpulkan merupakan
data sekunder, yang diperoleh dari
dokumen, jurnal, buku, dan website,
meliputi data dan informasi mengenai
perkembangan harga pupuk dunia,
konsumsi pupuk dunia, negara eksportir
dan importir pupuk, kebutuhan dan
konsumsi pupuk Indonesia, harga pupuk di
Indonesia, dampak terhadap sosial ekonomi
dan ketahanan pangan.
E. PEMBAHASAN
E.1. Krisis Pupuk Dunia
Fenomena Lonjakan Harga Pupuk
Dunia
Perkembangan harga pupuk dunia
(N, P, dan K) mengalami peningkatan
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2018-
2022) sebesar 105%, sedangkan pada
periode 1 tahun terakhir (2021-2022)
mengalami peningkatan sebesar 125%
(Hebebrand dan Laborde 2022a).
Perkembangan harga pupuk (N, P, dan K)
tahun 2006-2022 disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1.
Perkembangan Harga Pupuk Dunia Tahun 2006-2022 (Sumber: Hebebrand dan Laborde,
2022a, diolah)
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
34
Mengapa harga pupuk global bisa
melonjak?. Fenomena ini dapat dijelaskan
dari melonjaknya harga bahan baku pupuk
seperti gas alam (bahan baku pupuk n),
batuan fosfat (bahan baku pupuk P maupun
KCL yang dipicu pandemi Covid 19,
perang rusia-ukraina yang berkepanjangan
serta kebijakan pembatasan ekspor oleh
negara penghasil pupuk untuk
mengamankan pasokan pupuk dan
produksi pangan dalam negeri.
Gas alam merupakan bahan baku
dan sumber energi dalam produksi amonia
dan urea (bahan dasar pupuk n). gas alam
berkontribusi 70-80% dari biaya total
produksi amonia/urea. harga gas alam
mengalami peningkatan terutama di Eropa
dan asia dan semakin diperparah sejak
perang Rusia-Ukraina pada Februari 2022.
Implikasinya produsen pupuk di Eropa
menurunkan kapasitas produksi amonia
dan urea sebesar 55%. Sementara itu,
China, yang memproduksi urea melalui
gasifikasi batubara, juga menurunkan
produksi urea karena naiknya harga
batubara. Selain itu, China juga mulai
mengambil kebijakan penghapusan
kapasitas produksi dari penggunaan
batubara karena dianggap sudah tidak
efisien (Hebebrand dan Laborde 2022a).
Situasi ini juga berkontribusi
terhadap peningkatan harga pupuk dunia.
Sementara itu, batuan fosfat yang
merupakan bahan baku utama pupuk P juga
mengalami peningkatan harga, yang
mendorong naiknya harga pupuk P.
Demikian halnya pupuk K juga meningkat
seiring tingginya harga energi, tingginya
permintaan, dan terbatasnya pasokan.
Pandemi Covid-19 dan bencana alam
(badai) di Amerika bagian tenggara (US
Southeast) yang merupakan pusat produksi
pupuk, menyebabkan terganggunya
produksi dan transportasi (distribusi)
pupuk, sehingga juga mengganggu
pasokan pupuk global, yang pada akhirnya
memicu kenaikan harga pupuk global.
Perang Rusia-Ukraina menambah
parah situasi pupuk global, antara lain
menyebabkan gangguan perdagangan di
laut hitam yang mendorong kenaikan biaya
perdagangan dan ketidakpastian ekspor
pupuk dari Rusia dan Belarusia. Rusia dan
Ukraina merupakan dua dari lima negara
pengekspor pupuk (N, P, dan K) terbesar di
dunia. Rusia merupakan pengekspor utama
pupuk nitrogen dunia dengan share 14,69%
(7,02 juta ton) (FAOSTAT, 2020),
pengekspor kedua terbesar pupuk kalium
dunia, dan pengekspor ketiga terbesar
pupuk P dunia (FAO, 2022a; Balaji dan
Babu, 2022). Rusia menyumbang lebih
dari 15% terhadap ekspor pupuk (N, P, K)
global tahun 2020 (UNCTAD 2022).
Beberapa negara sangat tergantung
terhadap pasokan pupuk Rusia. Pada tahun
2021-2022, Rusia merupakan pemasok
pupuk terbesar kelima di India (Balaji dan
Babu, 2022). Brazil juga sangat tergantung
pada pasokan pupuk Rusia. Selain itu,
Rusia termasuk eksportir gas alam terbesar
di dunia (UNCTAD, 2022) dan batubara
terbesar ketiga dengan kontribusi 15% dari
ekspor global tahun 2019 (OECD 2022).
Kontribusi Rusia terhadap perdagangan
global gas alam mencapai 20%. Empat
puluh persen (40%) kebutuhan gas alam
European Union dipasok dari Rusia
(Glauber dan Laborde 2022a).
Kebijakan pembatasan ekspor
pupuk sejumlah negara produsen
utama menyebabkan berkurangnya
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
35
pasokan pupuk global. Data dari
Food Export dan Fertilizer Restrictions Tr
acer, yang dikembangkan oleh Laborde,
(2022b) menunjukkan bahwa pupuk
(setara nutrien/hara) N, P dan K
terkontraksi atau berkurang terhadap pasar
global masing-masing 21,6% untuk pupuk
N, 20.9% untuk pupuk P dan 20,2% untuk
pupuk K akibat adanya restriksi ekspor oleh
negara produsen pupuk. Misalnya China,
melakukan kebijakan pembatasan
ekspor pupuk untuk mengamankan
ketersediaan pupuk hingga Desember
2022, sehingga menyebabkan kontraksi
pasokan pasar global berkurang masing-
masing 10,6% pupuk N, 11,4% pupuk P
dan 1,2% pupuk K. Situasi tersebut
menyebabkan langka pupuk di pasar global
yang mendorong naiknya harga pupuk
dunia. Dampak melonjaknya harga pupuk
dunia menyebabkan beberapa negara
mengalami lonjakan harga di pasar
domestik. Di India harga pupuk DAP
(Diammonium Phosphate) eceran
meningkat lebih 10% (Februari-Mei 2022)
dan harga pupuk MOP (Muriate of Potash)
meningkat 5,4% (Balaji dan Babu 2022).
Sementara itu, perkembangan harga
pupuk di Indonesia juga terpengaruh oleh
melonjaknya harga pupuk dunia. Harga
pupuk non-subsidi jenis urea pada tahun
2021 di kisaran Rp 5.000,- sampai Rp
8.000,- per kg, tetapi awal tahun 2022
sudah mengalami kenaikan harga pada
kisaran Rp 13.000,- sampai Rp 15.000,- per
kg. Harga pupuk non-subsidi jenis NPK
tahun 2021 sebesar Rp 8.000,- per kg,
meningkat pada kisaran Rp 14.000,- sampai
Rp 15.000,- per kg pada awal tahun 2022.
Sementara itu, harga pupuk subsidi
mengikuti HET yang diatur pemerintah
berdasarkan Permentan 10/2022 dimana
harga Urea berada pada harga Rp. 2300/kg
dan NPK pada harga Rp. 3000/kg. Namun.
disparitas harga tersebut sangat rawan
terjadinya penyelewengan, sehingga perlu
pengawasan yang ketat agar pemberian
pupuk subsidi tepat sasaran.
Perkembangan Konsumsi Pupuk Dunia
Konsumsi pupuk dunia terus
meningkat sejalan dengan ditemukannya
varietas-varietas tanaman yang responsif
terhadap penggunaan pupuk kimia. Pada
tahun 1965, konsumsi pupuk dunia sekitar
46.31 juta ton dimana 40% merupakan
pupuk N. Setelah 56 tahun kemudian,
konsumsi pupuk dunia sudah mencapai
199,88 juta ton dimana 55,42% merupakan
pupuk N (Fernandez, 2022).
Konsumsi pupuk dunia didominasi
oleh Asia Timur (61.936 juta ton) dan Asia
Selatan (38.694 juta ton) yang mencapai
50% dari total konsumsi dunia. Konsumsi
pupuk Amerika Latin dan Carribean
(28.817 juta ton), Amerika Utara (25.730
juta ton) dan Uni Eropa (17.312 juta ton).
Negara-negara Asia Timur dan Selatan
khususnya China dan India memiliki luasan
lahan dan komoditas yang besar, selain
dikonsumsi sendiri sebagian juga di ekspor.
Demikian halnya Amerika Selatan
khususnya Brasil dan Amerika Utara,
merupakan negara-negara yang memiliki
luas lahan pertanian yang besar pengekspor
pangan dunia. Konsumsi pupuk dunia
disajikan pada Gambar 2.
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
36
Gambar 2.
Konsumsi Pupuk Dunia (Sumber: Fernandez, 2022)
Negara Eksportir dan Importir Pupuk
Negara-negara eksportir terbesar
dunia pupuk Nitrogen (N), Phosphat (P),
dan Kalium Karbonat (K) antara lain Rusia,
China, Qatar, Morocco, Canada, dan
Belarus. Dari 38% pupuk N yang
diproduksi oleh negara-negara produsen,
50% pupuk P dan 80% pupuk K yang
diperdagangkan di pasar internasional.
Kontribusi Rusia, China, dan Qatar
terhadap perdagangan global pupuk
Nitrogen (N) mencapai 33% atau 15,52 juta
ton, masing masing 15%, 13%, dan 5%.
China, Morocco, dan Rusia merupakan tiga
negara teratas perdagangan global pupuk
Phospat (P) dengan kontribusi mencapai
57% (12,16 juta ton), masing-masing
25%,18%, dan 14%. Canada, Rusia, dan
Belarus menyumbang 71% (24,53 juta ton)
terhadap perdagangan global pupuk
Kalium (K), masing-masing 34%, 19,%,
dan 18% (Hebebrand dan Laborde (2022a).
Negara eksportir pupuk disajikan pada
Gambar 3.
Rusia merupakan negara yang
berkontribusi besar dalam perdagangan
pupuk global, baik Nitrogen (N), Phospat
(P), dan Kalium Karbonat (K). Rusia
merupakan negara terbesar pengekspor
pupuk Nitrogen yang mencapai 15% (7,19
juta ton), sedangkan untuk pupuk Kalium
kontribusinya sekitar 17%-19% (6,47 juta
ton), dan untuk pupuk Phosphat 14% (2,95
juta ton) (Hebebrand dan Laborde 2022a);
Glauber dan Laborde 2022a).
Total impor pupuk tahun 2019
mencapai 74,8 juta ton, sedangkan
kebutuhan pupuk untuk pertanian mencapai
186,6 juta ton (40,1%). Enam negara
terbesar pengimpor pupuk dunia pada tahun
2019 adalah Brasil, India, Amerika, China,
Eropa, dan Indonesia. Total pupuk yang
diimpor pupuk oleh keenam negara tersebut
mencapai 46,8 juta ton (62%). Brasil
merupakan negara pengimpor terbesar
pupuk dunia yaitu 14,8 juta ton (20%),
India 11,9 juta ton (16%), Amerika 9,2 juta
ton (12%), China 5,2 juta ton (7%), Eropa
3,2 juta ton (4%), dan Indonesia 2,3 juta ton
(3%). Impor pupuk Indonesia 31,76%
berasal dari Rusia dan Belarus (Hebebrand
dan Laborde 2022a). Negara importir
pupuk terbesar dunia disajikan pada
Gambar 4.
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
37
Gambar 3.
Negara Eksportir Pupuk Terbesar Dunia (Sumber: Hebebrand dan Laborde, 2022a, diolah)
15%
13%
5%
67%
Nitrogenous
Russian Federation China Qatar Others
25%
18%
14%
43%
Phosphate
China Morocco Russian Federation Others
34%
19%
18%
29%
Potash
Canada Russian Federation Belarus Others
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No. 1 Tahun 2023
38
Gambar 4.
Negara Importir Pupuk Terbesar Dunia (Sumber: Hebebrand dan Laborde, 2022a, diolah)
Kebutuhan dan Konsumsi Pupuk di
Indonesia
Kebutuhan pupuk Indonesia
termasuk besar khususnya untuk pupuk
subsidi dan pupuk untuk kelapa sawit.
Yang terakhir ini adalah komoditas yang
memiliki luas lahan terbesar di dunia dan
menjadi andalan ekspor kita, sehingga
memerlukan jumlah pupuk yang banyak.
Sementara itu, pupuk subsidi
diperuntukkan bagi petani yang
menggarap lahan untuk komoditas
pertanian (tanaman pangan, perkebunan,
hortikultura, hijauan ternak dan perikanan
tambak) yang luas garapannya kurang dari
2 ha.
Selama 5 tahun terakhir (2017-
2021), rata-rata konsumsi pupuk subsidi
adalah 8,73 juta ton dengan rincian 3,89
juta ton urea; 2,60 juta ton NPK; 0,69 juta
ton SP-36; 0,88 juta ton ZA dan 0,66 juta
ton Organik (Direktorat Pupuk dan
Pestisida, 2022). Konsumsi tertinggi
terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar 9,35
juta ton dan terendah pada tahun 2021
sebesar 7,91 juta ton. Dari jumlah tersebut
67% dikonsumsi oleh tanaman pangan,
31% dikonsumsi untuk tanaman
perkebunan dan hanya 2% yang
dikonsumsi oleh tanaman Hortikultura.
Perkembangan konsumsi pupuk subsidi
tahun 2017-2021 disajikan pada Gambar
5.
20%
16%
12%
7%
4%
3%
38%
Negara Importir Pupuk
Brazil
India
United States of America
China
European Union
Indonesia
0thers
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No. 1 Tahun 2023
39
Gambar 5.
Perkembangan Konsumsi Pupuk Subsidi Tahun 2017-2021 (Sumber: Direktorat Pupuk dan
Pestisida, 2022)
Sementara itu, konsumsi pupuk
non- subsidi untuk tanaman perkebunan
khususnya kelapa sawit yang tercatat
melalui pesanan khusus di Direktorat
Pupuk dan Pestisida selama 2016-2020
pernah mencapai angka 14 juta ton NPK
(2016), tetapi kemudian menurun drastis
pada tahun berikutnya (Direktorat Pupuk
dan Pestisida, 2022). Gangguan harga
sawit ditambah dengan kenaikan harga
pupuk sangat mempengaruhi perusahaan
swasta mempraktekkan pemupukan yang
terlihat dari jumlah pupuk yang dipesan
melalui Direktorat Pupuk dan pestisida.
Pada tahun 2016, jumlah pupuk yang
dipesan oleh perusahan sawit meningkat
seiring peningkatan harga kelapa sawit.
Tahun 2016, harga kelapa sawit
mengalami peningkatan dibanding tahun
sebelumnya, yaitu dari Rp 1.356/kg
menjadi Rp1.477/kg. Secara umum dapat
disebutkan bahwa kebutuhan minimal
agar tanaman pangan dan perkebunan
serta hortikultura dapat tetap berproduksi
dengan baik kebutuhan pupuk di dalam
negeri adalah 8-9 juta ton untuk pupuk
subsidi dan 4 juta ton untuk pupuk non
subsidi. Fluktuasi penggunaan pupuk oleh
perusahaan sawit disajikan pada Gambar
6.
Gambar 6.
Fluktuasi Penggunaan Pupuk Oleh Perusahaan Sawit Melalui Pesanan Khusus
(Sumber:Direktorat Pupuk dan Pestisida 2022) dan Kementan, 2022, diolah)
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No. 1 Tahun 2023
40
Demikian juga untuk harga CPO,
pada awal tahun 2016 sampai dengan awal
2017 cenderung meningkat, tetapi mulai
pertengahan 2017 sampai dengan akhir
2019 cenderung turun. Hal ini tentunya
berpengaruh terhadap konsumsi pupuk
oleh petani kelapa sawit. Perkembangan
CPO bulanan tahun 2015-2022 disajikan
pada Gambar 7.
Gambar 7.
Harga CPO Bulanan Tahun 2015 – 2022 (Sumber: Anonim, 2022)
E.2. Dampak Krisis Pupuk
Kondisi Pupuk Domestik
Krisis pupuk global berdampak langsung
terhadap peningkatan harga pupuk
domestik. Harga pupuk non-subsidi di
Indonesia sejak akhir tahun sudah
meningkat 100% dibandingkan harga
sebelumnya. Harga pupuk non-subsidi
jenis urea pada tahun 2021 di kisaran Rp
5.000,- sampai Rp 8.000,- per kg, tetapi
awal tahun 2022 sudah mengalami
kenaikan harga pada kisaran Rp 13.000,-
sampai Rp 15.000,- per kg. Harga pupuk
non-subsidi jenis NPK tahun 2021 sebesar
Rp 8.000,- per kg, meningkat pada kisaran
Rp 14.000,- sampai Rp 15.000,- per kg
pada awal tahun 2022. Sementara itu,
harga pupuk subsidi mengikuti HET yang
diatur pemerintah berdasarkan Permentan
10/2022 dimana harga Urea berada pada
harga Rp. 2300/kg dan NPK pada harga
Rp. 3000/kg. Disparitas harga yang besar
antara pupuk subsidi dan non-subsidi
sangat rawan terhadap penyelewengan,
sehingga perlu pengawasan yang ketat
agar pemberian pupuk subsidi tepat
sasaran.
Kenaikan harga pupuk dunia dan
domestik bisa berpengaruh terhadap
situasi pupuk subsidi karena jumlah
anggaran tetap, volume pupuk subsidi
yang disediakan anjlok sebagai dampak
melambungnya harga bahan baku pupuk
dan energi. Dampak negatif lainnya,
utang pemerintah dalam bentuk kurang
bayar (dibayar setelah audit) membengkak
akibat naiknya harga pokok penjualan
(HPP) kepada PT Pupuk Indonesia
sebagai pelaksana Public Service
Obligation (PSO) untuk penyediaan dan
pendistribusian pupuk subsidi di
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
41
Indonesia. Menyiasati harga pupuk yang
melambung, Pemerintah memutuskan
hanya mensubsidi pupuk Urea dan NPK,
dengan pemberlakuan Permentan 10/2022
yang dimulai bulan Oktober 2022. Itupun
hanya diperuntukkan bagi petani yang
akan mengusahakan komoditas padi,
jagung, kedelai, cabai merah, bawang
merah, bawang putih, tebu rakyat, kakao,
dan kopi. Hanya 9 komoditas yang boleh
menggunakan pupuk subsidi dari semula
70 jenis komoditas (termasuk perikanan
tambak).
Disparitas harga pupuk subsidi dan
non-subsidi yang semakin besar akan
memicu penyelewengan terhadap pupuk
subsidi. Bentuk penyelewengan yang
mungkin terjadi, seperti penyelundupan
pupuk, penyalinan pupuk bersubsidi
menjadi non-subsidi, dan penyelewengan
lainnya. Pembatasan jenis komoditas yang
memperoleh pupuk subsidi, juga dapat
memicu terjadinya penyelewengan
terhadap validitas data petani penerima
dan nantinya akan digunakan di luar 9
komoditas tersebut. Selain itu, pupuk
palsu akan semakin merajalela, sehingga
lagi-lagi petani menjadi korbannya.
Diperlukan langkah-langkah antisipatif
berupa pengawasan yang ketat melibatkan
pihak penegak hukum.
Bagi para petani yang bukan
penerima pupuk subsidi, diluar yang
mengusahakan 9 komoditas harus bersiap
menerima risiko penurunan pendapatan
yang signifikan, karena komponen biaya
produksinya meningkat. Khusus
komoditas sawit, bisa jadi juga akan
memukul produksi sawit nasional, karena
pengurangan penggunaan pupuk oleh
petani sawit rakyat atau perusahaan sawit
untuk mengkompensasi harga pupuk yang
tinggi. Pada saat harga sawit bagus
maupun harga pupuk terjangkau (tahun
2016), mereka menggunakan pupuk untuk
pertanaman sawit dalam jumlah optimal.
Tetapi saat harga sawit mulai turun dan
harga pupuk juga mulai bergerak naik
maka penggunaan pupuk sudah sangat
drastis turun.
Sosial Ekonomi Petani
Kenaikan harga pupuk dunia
berpengaruh terhadap harga dan
ketersediaan pupuk dalam negeri.
Kenaikan harga pupuk ditambah dengan
kelangkaan pupuk menyebabkan petani
mengurangi dosis pemupukan, baik dari
jumlah maupun jenis pupuknya. Hal ini
berdampak pada menurunnya
produktivitas dan produksi, sehingga
pendapatan petani berkurang. Penurunan
pendapatan petani dapat mempengaruhi
daya beli petani, yang dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi. Dampak
lanjutannya, meningkatnya kemiskinan
dan menurunnya standar hidup, serta
terjadinya ketidakstabilan sosial.
Penurunan produksi komoditas pertanian
di tingkat petani secara akumulasi
menyebabkan turunnya produksi nasional,
yang berkontribusi terhadap turunnya
ekspor, sehingga mengurangi devisa dan
pajak negara . Selain itu, akan
mengganggu kecukupan pangan dalam
negeri. Ketidakcukupan pangan bisa
berdampak sosial di masyarakat.
Antisipasi yang dapat dilakukan
oleh pemerintah dalam upaya mencukupi
kecukupan pangan melalui kebijakan
impor. Namun, di beberapa negara telah
melakukan pembatasan ekspor pangan
untuk menjamin ketersediaan pangan
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
42
dalam negerinya akibat situasi krisis
global. Hal ini menjadi salah satu pemicu
kenaikan harga pangan dunia. Harga yang
tinggi tersebut mendorong tingginya suku
bunga, biaya pinjaman meningkat di
negara-negara berkembang, sehingga
melakukan devaluasi mata uang yang
berdampak pada impor pangan menjadi
lebih mahal (UN Global Crisis Response
Group on Food, Energy and Finance
2022).
Ketahanan Pangan
Kenaikan harga pupuk dunia, saat
ini sangat sulit dihindari terutama oleh
negara-negara yang kebutuhan pupuknya
sebagian dipenuhi dari impor tidak
terkecuali Indonesia. Bagi negara-negara
importir pupuk, produksi pertanian sangat
terganggu dengan kenaikan harga pupuk
tersebut. Petani harus mengeluarkan biaya
tambahan untuk membayar input harga
pupuk yang naik (Hebebrand dan Laborde
2022b). Lonjakan harga pupuk berdampak
pada pertanian dan produksi pangan,
sehingga memicu terjadinya krisis
pangan, yang pada akhirnya mengganggu
ketahanan pangan.
Invasi Rusia ke Ukraina dan
pandemi Covid-19 yang masih terjadi
sampai saat ini, mendorong negara-negara
produsen pupuk dan pangan menerapkan
kebijakan pembatasan ekspor untuk
melindungi input petaninya dan
mengamankan pasokan pangannya.
Kondisi ini memicu meroketnya harga-
harga komoditas pangan global, yang
dapat mengganggu ketahanan pangan
yang pada akhirnya menimbulkan
terjadinya krisis pangan. Index harga
pangan FAO pada September 2022 rata-
rata sebesar 136,3 poin (FAO 2022b).
Invasi Rusia terhadap Ukraina
mengancam ketahanan pangan global (UN
Global Crisis Response Group on Food,
Energy and Finance 2022). Kebijakan
pembatasan ekspor tersebut, tentunya
dapat mengurangi pendapatan negara
melalui pajak dan devisa. Menurut
Laborde dan Mamun (2022); Laborde et
al. (2022), pembatasan ekspor dan
langkah langkah kebijakan perdagangan
lainnya menyebabkan meningkatnya
harga pangan global, dan memiliki
konsekuensi terhadap hilangnya
pendapatan produsen di negara-negara
pengekspor, serta dapat memperburuk
terjadinya kelaparan.
Penurunan kapasitas ekspor dari
Rusia dan Ukraina ditambah dengan
kenaikan harga pupuk mendorong
kenaikan pangan dunia dan mengancam
ketahanan pangan global (OECD 2022).
Kenaikan harga pangan dapat
menimbulkan terjadinya inflasi dan
menurunkan daya beli masyarakat.
Negara dengan penghasilan rendah, yang
mengimpor pangan dari Rusia dan
Ukraina untuk memenuhi kebutuhan
pangan (FAO 2022a); (UNCTAD 2022),
seperti negara yang berada di Afrika
Barat, Asia Barat dan Tengah mengalami
defisit pangan dan mengalami
peningkatan kekurangan gizi (Glauber
dan Laborde 2022b). Di Asia Selatan,
terjadi lonjakan harga pangan yang
berdampak terjadinya inflasi (Balaji dan
Babu 2022).
Ketergantungan negara-negara
pada impor pupuk dan meningkatnya
inflasi makanan dan non makanan
menimbulkan kekhawatiran stabilitas
ekonomi (Balaji dan Babu 2022).
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
43
Kerusuhan yang terjadi di Sri Lanka
merupakan sebuah contoh faktual
terjadinya krisis pupuk yang berdampak
terhadap terjadinya krisis pangan.
Hebebrand dan Laborde (2022)
memprediksi hal yang disampaikan di atas
yaitu harga pupuk yang tinggi
berkontribusi terhadap meningkatnya
kekhawatiran keamanan pangan global.
F. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
KEBIJAKAN
KESIMPULAN
Krisis pupuk terjadi di level global
termasuk Indonesia, dan dampaknya
bersifat masif dan sistemik. Dalam satu
tahun terakhir (2021-2022) harga pupuk
mengalami lonjakan cukup tinggi
mencapai 125%, akibat kenaikan harga
bahan baku pupuk, gas alam dan batuan
fosfat yang dipicu oleh pandemic Covid-
19, perang Rusia-Ukraina, dan
pembatasan ekspor negara produsen
pupuk. Rusia merupakan negara
pengekspor pupuk terbesar dan memiliki
kontribusi besar dalam perdagangan
global pupuk. Indonesia termasuk negara
importir pupuk selain India, Amerika,
China, dan Eropa. Impor pupuk Indonesia
berasal dari Rusia dan Belarus mencapai
31,76%. Pupuk yang diimpor oleh Brasil,
India, Amerika, China, Eropa, dan
Indonesia mencapai 46,8 juta ton (62%).
Konsumsi pupuk dunia terus
meningkat, pada tahun 2021 mencapai
199,88 juta ton. Konsumsi pupuk subsidi
di Indonesia periode 2018-2021 sebesar
8,73 juta ton/tahun, untuk pupuk urea 3,89
juta, NPK 2,60 juta, ZA 0,88 juta, SP-36
0,69 juta, dan organik 0,66 juta ton.
Kebutuhan minimal pupuk subsidi sekitar
8-9 juta ton/tahun, sedangkan non-subsidi
4 juta ton/tahun.
Dampak krisis pupuk global
menyebabkan peningkatan harga pupuk
non-subsidi, menambah beban anggaran
pupuk subsidi, dan mengurangi volume
pupuk subsidi. Disparitas harga pupuk
subsidi dan non-subsidi memicu
terjadinya penyelewengan. Dampak sosial
ekonomi pada level mikro adalah terjadi
penurunan pendapatan dan keuntungan
petani, penurunan daya beli. Pada level
makro, turunnya devisa dan pajak akibat
menurunnya ekspor, meningkatkan impor
untuk mencukupi kebutuhan pangan
dengan konsekuensi harganya mahal
akibat pembatasan ekspor yang dilakukan
oleh beberapa negara produsen. Kondisi
ini mendorong terjadinya peningkatan
kemiskinan, penurunan standar hidup dan
ketidakstabilan sosial. Dari aspek
ketahanan pangan, krisis pupuk dunia
menyebabkan harga pangan melonjak,
yang dapat memicu terjadinya krisis
pangan sehingga akan mengganggu
ketahanan pangan dan stabilitas
ekonominya.
Implikasinya dalam jangka pendek
hingga menengah tidak ada perubahan
kebijakan subsidi pupuk, justru harus
membangun sistem subsidi yang lebih
efisien dan efektif. Peningkatan efisiensi
penggunaan pupuk, didukung dengan
pengawalan dan pendampingan oleh
penyuluh dan stakeholder lainnya.
IMPLIKASI KEBIJAKAN
Indonesia harus belajar dari pil
pahit kasus Srilanka bahwa kebijakan
yang gegabah berupa pencabutan
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
44
“subsidi” dan mendorong petani hanya
menggunakan pupuk organik dan pupuk-
pupuk bio hayati dalam usaha tani mereka
tidak dapat menyelesaikan masalah dan
bahkan justru menyebabkan kerugian
yang tidak terbatas terhadap ketahanan
pangan bangsa dan negara, bahkan
mendorong terjadinya negara gagal (fail
state). Kita tidak bisa menyarankan
kepada petani menggunakan pupuk
organik atau dalam bentuk lainnya seperti
pupuk bio-hayati, karena unsur hara
utama yang diperlukan tanaman berupa N,
P dan K dalam jumlah besar sebagai bahan
utama penyusun produksi dan
produktivitas tanaman. Sementara pupuk
organik kandungan hara makro N, P dan
K nya dibawah 3%.
Dalam jangka pendek bahkan
menengah, sampai dengan krisis pupuk ini
sudah pulih, disarankan tidak ada
perubahan kebijakan subsidi pupuk.
Peningkatan efisiensi penggunaan pupuk
yang didukung dengan pengawalan dan
pendampingan oleh penyuluh dan
stakeholder lainnya perlu dilakukan.
Pengetahuan petani dalam pengelolaan
unsur hara yang efisien menjadi faktor
kunci dalam efisiensi penggunaan pupuk
dengan menerapkan prinsip 5 Tepat
(jenis, jumlah, waktu, tempat, dan cara).
Indonesia hanya perlu
membangun sistem subsidi yang lebih
efisien dan efektif, tetapi tidak perlu
menghilangkan (phase-out) subsidi pupuk
sebagaimana Sri Lanka, sehingga krisis
pupuk di Indonesia dapat ditanggulangi
dengan baik. Kebijakan subsidi pupuk
yang sudah berjalan 53 tahun sudah
memberikan kontribusi terhadap
swasembada pangan 1984 dan mampu
memenuhi kebutuhan utama bangsa
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Maghfoer MD. (2018). Teknik
Pemupukan Terung Ramah
Lingkungan. Malang ID). Penerbit
Universitas Brawijaya Press.
Mansyur NI, Pudjiwati EH, dan
Murtilaksono A. (2021). Pupuk
dan Pemupukan. Penerbit Syiah
Kuala University Press. ISBN:
978-623-264-326-0. Anggota
IKAPI 018/DIA/2014.
Purba T, Ningsih H, Purwaningsih,
Junaedi AS, Gunawan B,
Junairiah, Firgiyanto R, dan Arsi.
(2021). Tanah dan Nutrisi
Tanaman. Penerbit Yayasan Kita
Menulis. ISBN: 978-623-342-139-
3. Anggota IKAPI 044/SUT/2021.
Jurnal
Purbosari PP, Sasongko H, Salamah Z,
dan Utami NP. (2021).
Peningkatan Kesadaran
Lingkungan dan Kesehatan
Masyarakat Desa Somongari
melalui Edukasi Dampak Pupuk
dan Pestisida Anorganik.
Agrokreatif. Jurnal Ilmiah
Pengabdian kepada Masyarakat.
7(2):131-137.
Siagian RA dan Soetjipto W. (2020). Cost
Efficiency of Rice Farming in
Indonesia: Stochastic Frontier
Approach. Agrise. XX(1): 7-14.
Yanto RA, Sihombing, L, dan Kusuma SI.
(2013). Analisis Perbedaan Harga
Pembelian dan Kelangkaan Pupuk
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
45
Bersubsidi di Kabupaten Karo.
Journal of Agriculture and
Agribusiness Socioeconomics.
2(3).
Fahmid IM, Jamil A, Wahyudi, Agustian
A, Hatta M, Aldillah R, Yofa RD,
Sumedi, Sumaryanto, dan
Susilowati SH. (2022). Study of
Impact of Increasing the Highest
Retail Price of Subsidized
Fertilizer on Rice Production in
Indonesia. De Gruyter. Open
Agriculture. 7:348-359.
https://doi.org/10.1515/opag-
2022-0087.
Dokumen
Direktorat Pupuk dan Pestisida. (2022).
Laporan Tahunan Direktorat
Pupuk dan Pestisida. 2022.
Kementerian Pertanian.
Wulandari N. (2018). Determinants of
Paddy Production in Indonesia;
Study of Government Expenditures
in Food Subsector and Climate
Change. The Degree of Master of
Public Policy, National Graduate
Institute for Policy Studies, Tokyo,
Japan.
Website
Anonim. 2022. Palm Oil Monthly Prices.
https://www.indexmundi.com/com
modities/?commodity=palm-
oil&months=120, diakses 20
Desember 2022)
Arndt C, Diao X, Dorosh P, Pauw K, and
Thurlow J. 2022. Russia-Ukraine
War and the Global Crisis: Impacts
on Poverty and Food Security in
Developing Countries. Global
Crisis: Country Series. Country
Brief 20.
https://doi.org/10.2499/p15738col
l2.136382.
https://ebrary.ifpri.org/utils/getfil
e/collection/p15738coll2/id/13638
2/filename/136594.pdf
Balaji SJ and Babu S. 2022. The Ukraine
War and its Food Security
Implications for India. Policy
Note. September, 2022.
https://ebrary.ifpri.org/utils/getfil
e/collection/p15738coll2/id/13638
0/filename/136591.pdf
BPS. 2017. Nilai Produksi dan Biaya
Produksi Per Musim Tanam Per
Hektar Budidaya Tanaman Padi
Sawah, Padi Ladang, Jagung, dan
Kedelai, 2017.
https://www.bps.go.id/statictable/
2019/04/10/2055/nilai-produksi-
dan-biaya-produksi-per-musim-
tanam-per-hektar-budidaya-
tanaman-padi-sawah-padi-
ladang-jagung-dan-kedelai-
2017.html
FAO. 2022a. The Importance of Ukraine
and The Russian Federation for
Global Agricultural Markets and
The Risks Associated with the War
in Ukraine. Information Note. Juni
10, 2022 Update.
https://www.fao.org/3/cb9013en/c
b9013en.pdf
FAO. 2022b. FAO Food Price Price
Index.
https://www.fao.org/worldfoodsitu
ation/foodpricesindex/en/
FAOSTAT. 2020. Fertilizer by Nutrient.
https://www.fao.org/faostat/en/#d
ata/RFN
Fernandez L. 2022. Consumption of
Agricultural Fertilizer Worldwide
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
46
in 2021.
https://www.statista.com/statistics
/1265868/global-fertilizer-
consumption-by-nutrient-and-
region/
Glauber J and Laborde D. 2022a. How
will Russia’s Invasion of Ukraine
Affect Global Food Security?.
February 24, 2022.
https://www.ifpri.org/blog/how-
will-russias-invasion-ukraine-
affect-global-food-security
Glauber J and Laborde D. 2022b. How
Russia’s Invasion of Ukraine is
Affecting Global Agricultural
Markets. Report.
https://ww.aei.org/research-
products/report/how-russias-
invasion-of-ukraine-is-affecting-
global-agricultural-markets/.
https://www.aei.org/research-
products/report/how-russias-
invasion-of-ukraine-is-affecting-
global-agricultural-markets/
Grebmer KV, Bernstein J, Wiemers M,
Reiner L, Bachmeier M, Hanano
A, Towey O, Chéilleachair RN,
Foley C, Gitter S, Larocque G, and
Fritschel H. 2022. Global Hunger
Index: Food Systems
Transformation and Local
Governance Food Systems
Transformation and Local
Governance.
https://www.globalhungerindex.or
g/pdf/en/2022.pdf
Heberbrand C and Laborde D. 2022a.
High Fertilizer Prices Contribute
to Rising Global Food Security
Concerns. April 25, 2022.
https://www.ifpri.org/blog/high-
fertilizer-prices-contribute-rising-
global-food-security-concerns
Heberbrand C and Laborde D. 2022b.
Short-Them Policy Considerations
to Respond to Russia-Ukraine
Crisis Disruptions in Fertilizer
Availability and Affordability.
Juni 8, 2022.
https://www.ifpri.org/blog/short-
term-policy-considerations-
respond-russia-ukraine-crisis-
disruptions-fertilizer
Kementerian Pertanian. 2022. Laporan
Rata-Rata Harga Produsen
Perdesaan Tingkat Nasional
(tahunan). https://pertanian.go.id/.
Laborde D. 2022a Fertilizer Prices- World
Markets: Fertilizer Dashboard.
https://public.tableau.com/app/pr
ofile/laborde6680/viz/Fertilizer_D
ashboard/FertilizerDashboard
Laborde D. 2022b. Current Restrictions
on Fertilizer Trade: Food &
Fertilizer Export Restrictions
Tracker.
https://public.tableau.com/app/pr
ofile/laborde6680/viz/ExportRestr
ictionsTracker/FoodExportRestric
tionsTracker?publish=yes
Laborde D and Mamun A. 2022.
Documentation for Food and
Fertilizers Export Restriction
Tracker: Tracking Export Policy
Responses Affecting Global Food
Markets During Crisis. IFPRI.
Food and Fertilizer Policy Tracker.
Working Paper 2. April 2022.
https://www.ifpri.org/blog/how-
will-russias-invasion-ukraine-
affect-global-food-security
Laborde D, Mamun A, and Parent M.
2022. Documentation for the
Jurnal Analis Kebijakan | Vol. 7 No.1 Tahun 2023
47
Covid-19 Food Trade Policy
Tracker: Tracking Government
Responses Affecting Global Food
Markets During the Covid-19
Crisis. IFPRI. Food and Fertilizer
Trade Policy Tracker. Working
Paper 1. April 2022.
https://ebrary.ifpri.org/utils/getfil
e/collection/p15738coll2/id/13371
1/filename/133921.pdf
OECD. 2022. The Impacts and Policy
Implications of Russias
Aggression Against Ukraine on
Agricultural Markets. Policy
Responses: Ukraine Tackling the
Policy Challenges.
https://www.oecd.org/ukraine-
hub/policy-responses/the-impacts-
and-policy-implications-of-russia-
s-aggression-against-ukraine-on-
agricultural-markets-0030a4cd/
Tempo. 2022. Petani: Harga Pupuk
Nonsubsidi Naik Tidak Wajar
sampai 100 Persen.
https://bisnis.tempo.co/read/1548
257/petani-harga-pupuk-
nonsubsidi-naik-tidak-wajar-
sampai-100-
persen#:~:text=Berdasarkan%20
catatan%20SPI%20hingga%20pe
kan,kenaikan%20menjadi%20Rp
%20380%20ribu.
UNCTAD. 2022. Global Impact of War in
Ukraine On Food, Energy And
Finance Systems: A Three
Dimensional Crisis. Brief No. 1.
April 13, 2022.
https://unctad.org/system/files/offi
cial-document/un-gcrg-ukraine-
brief-no-1_en.pdf
UN Global Crisis Response Group on
Food, Energy and Finance. 2022.
Global Impact of the War in
Ukraine: Billions of People Face
the Greatest Cost-of-Living Crisis
in A Generation. Brief No. 2. Juni
8, 2022.
https://news.un.org/pages/wp-
content/uploads/2022/06/GCRG_
2nd-Brief_Jun8_2022_FINAL.pdf