Available via license: CC BY-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
176
Original Article
Received May 2023 / Revised May 2023 / Accepted June 2023
Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi
p-ISSN: 2716-151X e-ISSN: 2722-869X
Pengaruh Pencemaran Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) dan
Tembaga (Cu) terhadap Produksi Klorofil pada Tanaman Daun
Tombak (Sagittaria lancifolia)
Effects of Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) and Copper (Cu)
Pollution on Chlorophyll Production in Sagittaria lancifolia
Salsa Nabila1*, Alfin Fatwa M Afifudin1, Rony Irawanto2
1 Biologi, UIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia
2 Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Indonesia
*Corresponding author: nabilaasalsaa28@gmail.com
Abstrak. Pencemaran lingkungan merupakan isu global yang mendesak untuk diselesaikan,
terutama oleh detergen dan logam berat. Salah satu strategi yang efektif dalam membersihkan
atau mengurangi polutan dalam lingkungan adalah melalui pemanfaatan tumbuhan atau
fitoremediasi. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respons tanaman daun
tombak (Sagittaria lancifolia) terhadap pencemaran Linear alkylbenzene sulfonate (LAS) dan
tembaga (Cu) serta dampaknya terhadap kadar klorofil. Metode penelitian yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap dengan delapan perlakuan dan tiga pengulangan. Perlakuan
terdiri dari kontrol (S0), LAS dengan konsentrasi 10 ppm (S1), 30 ppm (S2), dan 50 ppm (S3),
tembaga dengan konsentrasi 3 ppm (S4), serta kombinasi LAS dan tembaga dengan
konsentrasi yang sama (S5-S7). Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian LAS dengan
konsentrasi rendah (10 ppm) merangsang produksi klorofil pada tanaman daun tombak,
sementara konsentrasi yang lebih tinggi (30 ppm dan 50 ppm) menghambatnya. Pemberian
tembaga tunggal dengan konsentrasi 3 ppm meningkatkan produksi klorofil. Interaksi antara
LAS dan tembaga pada beberapa kombinasi perlakuan menghasilkan efek yang berbeda pada
kadar klorofil. Tanaman pada kontrol menunjukkan kadar klorofil yang stabil selama periode
pengamatan.
Kata Kunci: Fitoremediasi; Klorofil; Linear alkylbenzene sulfonate; Sagittaria lancifolia;
Tembaga (Cu)
DOI: http://dx.doi.org/10.55241/spibio.v4i2.162
1. Pendahuluan
Pencemaran lingkungan menjadi
masalah global yang semakin
mendesak untuk diatasi [1]. Salah satu
metode yang menarik untuk
membersihkan atau mengurangi
polutan dalam lingkungan adalah
fitoremediasi [2]. Fitoremediasi
melibatkan penggunaan tanaman dan
mikroorganisme yang terkait untuk
mendegradasi, mengubah, atau
177
menyerap polutan dari lingkungan [3].
Fitoremediasi memiliki banyak
keunggulan, seperti biaya yang relatif
rendah, sifat ramah lingkungan, dan
kemampuan untuk memulihkan area
yang terkontaminasi secara alami [4].
Pada penelitian fitoremediasi, pemilihan
tanaman yang tepat sangat penting
untuk dilakukan. Tanaman harus
memiliki kemampuan untuk bertahan
dan tumbuh dengan baik dalam
lingkungan yang tercemar, serta
mampu menyerap dan mengakumulasi
polutan dengan efektif [5]. Salah satu
tanaman yang menarik untuk penelitian
fitoremediasi adalah tanaman daun
tombak (Sagittaria lancifolia).
Tanaman daun tombak adalah tanaman
air yang umum ditemukan di rawa-rawa,
danau, sungai, dan habitat air tawar
lainnya [6], [7]. Tanaman ini memiliki
karakteristik yang memungkinkannya
untuk bertahan dalam kondisi yang
tidak ideal, termasuk lingkungan yang
tercemar. Selain itu, tanaman daun
tombak memiliki kemampuan untuk
menyerap logam berat dan senyawa
organik seperti Linear Alkylbenzene
Sulfonate (LAS) [8], [9]
Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS)
adalah senyawa deterjen yang sering
ditemukan dalam air limbah domestik
dan industri [10]. Peningkatan
penggunaan detergen LAS telah
menyebabkan peningkatan
kontaminasi LAS dalam lingkungan air.
LAS dapat mencemari ekosistem
perairan dan berdampak negatif pada
organisme hidup di dalamnya. Selain
LAS, logam berat seperti tembaga (Cu)
juga merupakan polutan yang umum
ditemukan dalam lingkungan tercemar.
Logam berat dapat bersifat toksik dan
berbahaya bagi organisme hidup,
termasuk manusia [11]. Tembaga (Cu)
merupakan logam berat yang memiliki
aktivitas biologis tinggi dan rentan
terhadap bioakumulasi dalam
organisme hidup [12]. Peningkatan
konsentrasi tembaga dalam lingkungan
dapat mengganggu ekosistem dan
menghambat pertumbuhan tanaman
serta organisme lainnya [11].
Untuk mengetahui seberapa kuat
tanaman dalam mengatasi cekaman
polutan, dapat dilakukan dengan
mengukur kadar klorofil pada tanaman
[13]. Hal ini karena pada beberapa
penelitian fitoremediasi yang telah
dilakukan tanaman mengalami
gangguan morfologi merupa klorosis
dan nekrosis, yang mana gangguan
tersebut berkaitan dengan klorofil pada
daun [2]. Klorofil pada dasarnya adalah
pigmen hijau yang terlibat dalam proses
fotosintesis tanaman. Pengukuran
jumlah klorofil dapat memberikan
gambaran tentang kesehatan tanaman
dan efisiensi fotosintesisnya [14]. Pada
umumnya, tanaman yang terpapar
polutan akan mengalami stres, yang
dapat mempengaruhi jumlah dan fungsi
klorofil dalam daun [15]. Untuk itu,
pengukuran klorofil pada daun tanaman
dapat digunakan sebagai indikator
untuk mengevaluasi respons tanaman
daun tombak terhadap cekaman LAS
dan tembaga.
Berdasarkan paparan tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi tingkat kesehatan
tanaman dan efisiensi fotosintesis
melalui pengukuran jumlah klorofil pada
daun. Dengan demikian, penelitian ini
dapat melengkapi dan memperkaya
pemahaman tentang respons tanaman
terhadap pencemaran. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan
wawasan baru tentang potensi
fitoremediasi tanaman daun tombak
dalam mengatasi pencemaran LAS dan
tembaga, serta memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang
respons tanaman terhadap cekaman
polutan.
178
2. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental dengan rancangan
berupa Rancangan Acak Lengkap.
Penelitian ini dilakukan selama bulan
Oktober 2022 di rumah kaca
pembibitan, Kebun Raya Purwodadi-
BRIN. Lebih lanjut, penelitian ini
dilakukan dengan delapan perlakuan
dan tiga pengulangan. Adapun
perlakuan tersebut adalah kontrol (S0),
LAS 10 ppm (S1), LAS 30 ppm (S2),
LAS 50 ppm (S3), Cu 3 ppm (S4), LAS
10 ppm + Cu 3 ppm (S5), LAS 30 ppm
+ Cu 3 ppm (S6), dan LAS 50 ppm + Cu
3 ppm (S7).
Alat yang digunakan pada penelitian ini
meliputi reaktor berupa bak plastik 5L,
gelas ukur, gunting stek, cutter,
klorofilmeter Opti-Sciences CCM-200
plus (Chlorophyll Content Meter), dan
ATK. Adapun bahan yang digunakan
meliputi air, larutan CuSO4 1000 ppm,
Linear Alkylbenzene Sulfonates (LAS)
100%, dan tanaman daun tombak
(Sagittaria lancifolia).
Penelitian ini dilakukan dengan
beberapa tahapan. Pertama dimulai
dengan pengambilan bibit tanaman
daun tombak di lapangan. Tanaman
yang diambil adalah tanaman dengan
tinggi antara 20-30cm dengan kondisi
yang baik dan segar. Setelah itu,
tanaman dilakukan aklimatisasi dalam
wadah besar selama dua minggu di
dalam rumah kaca. Tujuan dari
aklimatisasi ini adalah agar tanaman
dapat beradaptasi dengan lingkungan
yang baru dan dapat mengoptimalkan
kondisinya sebelum perlakuan
fitoremediasi. Sembari menunggu
tanaman teraklimatisasi dilakukan
persiapan larutan kerja yang akan
digunakan. Adapun pembuatan larutan
kerja ini dilakukan dengan
pengenceran pada larutan induk yang
telah disiapkan dengan rumus:
M1xV1=M2xV2
M1: Konsentrasi larutan awal
M2: Konsentrasi larutan yang
diinginkan
V1: Volume air awal
V2: Volume air setelah pengenceran
Setelah proses aklimatisasi selesai dan
larutan pencemar sudah siap,
selanjutnya tanaman kemudian
dimasukkan pada reaktor yang berisi air
2 liter yang telah dimasukkan pencemar
dengan ketentuan satu tanaman pada
satu reaktor. Setelah itu, dilakukan
pengukuran kadar klorofil pada daun
tanaman dengan menggunakan alat
klorofilmeter. Cara pengukurannya
ialah dengan menjepitkan daun pada
scanner sampai muncul angka konstan
dimonitornya kemudian dicatat hasilnya
dengan satuan Chlorophyll Content
Index (CCI). Pengukuran kadar klorofil
dilakukan pada minggu ke-1, minggu
ke-2, dan minggu ke-3 selama
pengamatan pada bagian pangkal,
tengah dan pucuk masing-masing
daun.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini
diperoleh dengan mencatat hasil
pengukuran klorofil selama
pengamatan. Data tersebut dianalisis
secara deskriptif untuk memberikan
pemahaman yang lebih detail tentang
respons tanaman daun tombak
terhadap pencemaran LAS dan
tembaga terhadap produksi klorofil.
Analisis deskriptif melibatkan
penguraian hasil penelitian secara
runtut dan menggunakan grafik atau
tabel pendukung.
179
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan data
pengukuran kadar klorofil pada daun
tanaman daun tombak (Sagittaria
lancifolia) yang telah diberi perlakuan
berbeda selama periode 3 minggu.
Data tersebut mencakup perlakuan
kontrol (S0), konsentrasi LAS (Linear
Alkylbenzene Sulfonate) yang berbeda
(S1, S2, dan S3), konsentrasi tembaga
(Cu) (S4), serta kombinasi LAS dan
tembaga (S5, S6, dan S7). Dalam
pembahasan ini, akan dianalisis
perubahan kadar klorofil pada daun
tanaman daun tombak sebagai respons
terhadap perlakuan yang diberikan.
Tabel 1. Kadar Klorofil Selama Pengamatan
No
Perlakuan
Kode
Kadar Klorofil Rata-Rata (CCI)
Ket
Minggu ke-1
Minggu ke-2
Minggu ke-3
1
Kontrol
S0
34,5
36,3
41,5
7
2
LAS 10 mg/L
S1
37,3
40,9
46,8
9,5
3
LAS 30 mg/L
S2
51,5
52,8
51,5
0
4
LAS 50 mg/L
S3
44,6
42,8
48,6
4
5
Cu 3 mg/L
S4
34,5
40,4
51,2
16,7
6
LAS 10 mg/L + Cu 3 mg/L
S5
30
42,6
31,7
1,7
7
LAS 30 mg/L + Cu 3 mg/L
S6
40,8
33,4
37,9
-2,9
8
LAS 50 mg/L + Cu 3 mg/L
S7
45,2
43,6
48,2
3
Terlihat pada Tabel 1, pada perlakuan
kontrol (S0), yang tidak diberi perlakuan
pencemaran LAS atau tembaga, kadar
klorofil cenderung stabil selama
periode pengamatan 3 minggu. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman daun
tombak dalam kondisi normal mampu
mempertahankan produksi klorofilnya
tanpa adanya stres dari zat pencemar.
Sementara itu, perlakuan dengan
konsentrasi LAS (S1, S2, dan S3)
menunjukkan pola yang berbeda
terhadap kadar klorofil. Pada minggu
pertama, perlakuan S1 (LAS 10 ppm)
menunjukkan kadar klorofil yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kontrol,
begitu pula pada perlakuan S2 (LAS 30
ppm) menunjukkan peningkatan yang
lebih signifikan. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian LAS dalam
konsentrasi tertentu cenderung
merangsang produksi klorofil pada
tanaman daun tombak. Namun, pada
S3 (LAS 50 ppm) memiliki kadar klorofil
yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan S2. Hal ini mengindikasikan
bahwa konsentrasi LAS yang lebih
tinggi dapat menjadi stresor bagi
tanaman dan menghambat produksi
klorofil. Hasil ini sesuai dengan
penelitian [16] yang menunjukkan
bahwa air limbah detergen dapat
menyebabkan penurunan kandungan
klorofil pada tanaman. Adanya
penurunan ini karena detergen
mengandung bahan kimia surfaktan
yang dapat merusak lingkungan dan
mengganggu pertumbuhan tanaman
[17]. Lebih lanjut, pada pengamatan
minggu pertama, perlakuan S5 (LAS 10
180
ppm + Cu 3 ppm) memiliki kadar klorofil
yang paling rendah dibandingkan
perlakuan lainnya.
Perlakuan dengan Cu tunggal (S4)
menunjukkan peningkatan yang
signifikan dalam kadar klorofil pada
minggu ke-2 dan ke-3. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian
tembaga pada konsentrasi yang
ditentukan dapat memiliki efek positif
terhadap produksi klorofil pada
tanaman daun tombak. Ini karena pada
dasarnya tembaga adalah mikronutrien
yang penting untuk fungsi klorofil dan
proses fotosintesis, sehingga
pemberian tembaga dalam jumlah yang
tepat dapat meningkatkan produksi
klorofil [18]. Lebih lanjut, hasil penelitian
ini juga membuktikan bahwa logam
tembaga (Cu) merupakan salah satu
logam esensial yang dibutuhkan oleh
tanaman.
Selanjutnya, pada perlakuan kombinasi
LAS dan Cu (S5, S6, dan S7), terdapat
variasi dalam respons terhadap kadar
klorofil tergantung pada konsentrasi
LAS yang diberikan. Bahkan pada
perlakuan S6 (LAS 30 ppm + Cu 3 ppm)
menunjukkan penurunan yang
signifikan pada kadar klorofil pada
minggu ke-2 dan ke-3 alih-alih
mengalami peningkatan. Hal ini
menunjukkan bahwa interaksi antara
LAS dan Cu pada konsentrasi tersebut
dapat menghambat produksi klorofil
pada tanaman daun tombak. Selaras
dengan [19] yang memaparkan bahwa
toksisitas antara logam berat dan
detergen dapat menyebabkan stres
pada tanaman hingga mengalami
kematian. Begitu pun dengan perlakuan
S2 yang sama-sama mengandung LAS
30 ppm yang menunjukkan tidak ada
peningkatan kadar klorofil pada daun
tumbuhan.
Jika dilihat pada Tabel 1, pada
perlakuan kombinasi pencemar LAS
dan Cu menunjukkan peningkatan
kadar klorofil yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan perlakuan LAS
tunggal dan Cu tunggal. Hasil ini
menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh adanya interaksi antara
detergen dan logam berat terhadap
pembentukan klorofil pada tanaman.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemberian LAS
dalam konsentrasi yang lebih rendah
dapat merangsang produksi klorofil
pada tanaman daun tombak, sementara
konsentrasi LAS yang lebih tinggi dapat
menghambat produksi klorofil.
Tembaga tunggal dapat meningkatkan
produksi klorofil, tetapi interaksi antara
LAS dan Cu dapat menghasilkan efek
yang berbeda tergantung pada
konsentrasi LAS yang diberikan.
Temuan ini menunjukkan pentingnya
pemilihan konsentrasi dan kombinasi
zat pencemar dalam fitoremediasi
untuk meminimalkan dampak negatif
pada produksi klorofil dan
memaksimalkan efisiensi proses
remediasi.
4. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian
fitoremediasi dengan tanaman daun
tombak (Sagittaria lancifolia) yang
terpapar Linear alkylbenzene sulfonate
(LAS) dan tembaga (Cu), dapat ditarik
beberapa kesimpulan di antaranya:
Pemberian LAS dalam konsentrasi
rendah (10 ppm) dapat merangsang
produksi klorofil pada tanaman daun
tombak, sementara konsentrasi yang
lebih tinggi (30 ppm dan 50 ppm) dapat
menghambat produksi klorofil. Selain
itu, pemberian tembaga tunggal (Cu 3
ppm) meningkatkan produksi klorofil
pada tanaman daun tombak. Lebih
lanjut, interaksi antara LAS dan Cu
pada kombinasi tertentu dapat
181
menghasilkan efek yang berbeda pada
kadar klorofil.
Acknowledgements
Terima kasih kepada Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi – Badan Riset dan
Inovasi Nasional, khususnya kepada pengelola koleksi Kebun Raya Purwodadi dan
pembimbing lapangan yang bersedia membantu dan memfasilitasi dalam melakukan
penelitian ini
Daftar Pustaka
[1] S. Angela, H. Karnadi, L. Renaningtyas, and P. Studi Desain Komunikasi Visual,
“Perancangan Fotografi Fashion Sebagai Upaya Mengkritisi Dampak Negatif Fashion
Terhadap Lingkungan,” Jurnal DKV Adiwarna, vol. 1, no. 12, p. 10, Jul. 2018, Accessed:
May 24, 2023. [Online]. Available:
https://publication.petra.ac.id/index.php/dkv/article/view/7408
[2] A. F. M. Afifudin, E. Agustina, N. F. Firdhausi, and R. Irawanto, “Respon Tanaman Daun
Tombak (Sagittaria lancifolia) Dalam Cekaman Logam Berat Tembaga (Cu),” JURNAL
Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, vol. 7, no. 2, pp. 87–93, Jun.
2022, doi: 10.36722/SST.V7I2.1118.
[3] E. M. Mistar, “EFEKTIVITAS TANAMAN KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatic forsk)
SEBAGAI MEDIA PENYERAP MERKURI (Hg),” PERISAI: Jurnal Pendidikan dan Riset
Ilmu Sains, vol. 1, no. 1, pp. 83–89, Oct. 2022, doi: 10.32672/PERISAI.V1I1.65.
[4] N. Hidayati, Tanaman Akumulator Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) untuk
Fitoremediasi, no. Cd. 2020.
[5] F. Salim and S. Tuti, “FITOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI
MENGGUNAKAN EMPAT JENIS RUMPUT,” Journal of Industrial Research (Jurnal Riset
Industri), vol. 8, no. 2, Aug. 2014, Accessed: May 24, 2023. [Online]. Available:
http://bpkimi1.kemenperin.go.id/jriXX/article/view/146
[6] R. Irawanto, N. W. Cahyani, Z. A. Azmi, and E. Setiawan, “Pemberdayaan Masyarakat
dalam Inovasi Budidaya Ikan dengan Teknologi Fitoremediasi di Dusun Kajar - Batu,”
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, Sains dan Pembelajaran, vol. 2, no. 1, pp. 647
– 659–647 – 659, Dec. 2022, doi: 10.29407/SEINKESJAR.V2I1.3087.
[7] A. F. M. Afifudin and R. Irawanto, Fioremediasi Suku Alismataceae. Padang: PT Global
Eksekutif Teknologi, 2022.
[8] A. F. M. Afifudin and R. Irawanto, “Translocation Mechanism of Lanceleaf Arrowhead
(Sagittaria lancifolia) on Copper (Cu) and Phytoremediation Ability,” EnvironmentAsia,
vol. 15, no. 3, pp. 84–94, Sep. 2022, doi: 10.14456/EA.2022.50.
[9] H. Fitrihidajati, E. Kustiyaningsih, and F. Rachmadiarti, “The Ability of Sagittaria lancifolia
as Phytoremediator on Detergent Solution,” Journal of Physics: Conference Series, vol.
1569, no. 4, 2020, doi: 10.1088/1742-6596/1569/4/042072.
[10] R. N. Fatikasari et al., “Effectiveness of Hydrilla verticillata and Lemna minor as
Phytoremediator LAS in Domestic Waste Detergent,” LenteraBio : Berkala Ilmiah
Biologi, vol. 11, no. 2, pp. 263–272, Feb. 2022, doi:
10.26740/LENTERABIO.V11N2.P263-272.
[11] R. Adhani and Husaini, Logam Berat Sekitar Manusia. Banjarmasin: Lambung
Mangkurat University Press, 2017. Accessed: Apr. 04, 2023. [Online]. Available:
182
http://eprints.ulm.ac.id/2238/
[12] H. Setiawan and E. Subiandono, “KONSENTRASI LOGAM BERAT PADA AIR DAN
SEDIMEN DI PERAIRAN PESISIR PROVINSI SULAWESI SELATAN,” Indonesian Forest
Rehabilitation Journal, vol. 3, no. 1, pp. 67–79, 2015, doi: 10.9868/IFRJ.3.1.67-79.
[13] F. Arif Cahyo Wibowo, R. Septiana Mieske Putri, A. Syarifuddin, and M. Tatag, “SISTEM
PERBAIKAN EKOFISIOLOGI TANAMAN SENGON (Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen ) DI KECAMATAN WAGIR, 161 MALANG,” Jurnal Hutan Tropis, vol. 8, no. 2,
pp. 161–171, Jul. 2020, doi: 10.20527/JHT.V8I2.9063.
[14] D. I. Yama and H. Kartiko, “PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN KLOROFIL PAKCOY
(Brassica rappa L) PADA BEBERAPA KONSENTRASI AB MIX DENGAN SISTEM
WICK,” Jurnal Teknologi, vol. 12, no. 1, pp. 21–30, Feb. 2020, doi:
10.24853/jurtek.12.1.21-30.
[15] S. Subaryanti, Y. C. Sulistyaningsih, D. Iswantini, and T. Triadiati, “Pertumbuhan dan
Produksi Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) pada Ketinggian Tempat yang
Berbeda,” Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, vol. 25, no. 2, pp. 167–177, Jan. 2020, doi:
10.18343/jipi.25.2.167.
[16] T. Cahyanto, T. Sudjawarwo, S. Larasati, and A. Fadillah, “FITOREMEDIASI AIR LIMBAH
PENCELUPAN BATIK PARAKANNYASAG, TASIKMALAYA MENGGUNAKAN KI APU
(Pistia stratiotes L.),” Scripta Biologica, vol. 5, no. 2, pp. 83–89, Jul. 2018, doi:
10.20884/1.SB.2018.5.2.778.
[17] D. Putriarti et al., “Kemampuan Hydrilla verticillata Sebagai Agen Fitoremediasi Linear
Alkylbenzene Sulphonate (LAS) Detergen,” in Prosiding Seminar Nasional Biologi,
2021, vol. 1, no. 2, pp. 1025–1035. doi: 10.24036/PROSEMNASBIO/VOL1/294.
[18] A. S. Pranata, Meningkatkan Hasil Panen dengan Pupuk Organik. Jakarta: PT
AgroMedia Pustaka, 2010.
[19] H. Harada, M. Kurauchi, R. Hayashi, and T. Eki, “Shortened lifespan of nematode
Caenorhabditis elegans after prolonged exposure to heavy metals and detergents,”
Ecotoxicology and Environmental Safety, vol. 66, no. 3, pp. 378–383, Mar. 2007, doi:
10.1016/J.ECOENV.2006.02.017.