Dengan dua komoditas pertanian dan perikanan yang dikembangkan, pertanian minapadi menuai pro dan kontra di kalangan petani. Petani dengan tingkat individualism yang tinggi cenderung mengalami kesulitan untuk menjalankan usahatani ini karena minapadi membutuhkan modal, waktu, dan tenaga yang lebih banyak. Akan tetapi, dengan adanya kelompok, kesuksesan usahatani minapadi dapat tercapai. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan usahatani minapadi adalah jenis inovasi, aktor yang berperan, dan proses diseminasi inovasi. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi inovasi minapadi di Kabupaten Sleman dan (2) mengidentifikasi aktor-aktor yang berperan dalam diseminasi inovasi minapadi di Kabupaten Sleman. Penelitian dilakukan di tiga kelompok tani minapadi di Kabupaten Sleman. Data diperoleh melalui observasi dan in-depth interview dengan mewawancarai informan antara lain ketua kelompok, petani, penyuluh, dan pamong desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis inovasi mulai dari inovasi pra-budidaya, inovasi budidaya, dan inovasi pascabudidaya meiputi pemanenan dan pemasaran. Komunikasi yang digunakan yaitu komunikasi dialogis dan komunikasi kelompok. Proses diseminasi melibatkan ketua kelompok tani dan penyuluh pertanian secara intens dan juga pamong desa sebagai role model. Hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan diseminasi inovasi ialah dengan mengadakan studi banding kelompok tani.
Colleges and other research institutions are a potential source of new technology generation. Every year a lot of new technologies are produced, but the number that can be applied directly by society is very limited. For this reason, the most effective method of technology dissemination is needed so that the process of adoption, diffusion and application of new technology from research results is optimal. This study aims to determine the most effective method of disseminating new technology research results according to the view of beef cattle breeders on smallholders farming in West Nusa Tenggara. The research was conducted in 10 districts/cities in West Nusa Tenggara from January to July 2018 using a survey method equipped with a questionnaire. The number of respondents was 816 people determined by purposive random sampling. There are 17 technology dissemination methods studied which are divided into three groups, namely technology demonstration, interpersonal communication and information dissemination. Data were analyzed descriptively. The results showed 9.69% of respondents chose technology degree as the most effective method of dissemination; 8.6% chose field meetings and 8.59% chose exhibition. Based on the dissemination method group, the technology demonstration was the most effective with 7.61% of respondents choosing; 6.9% interpersonal communication and 5.0% information dissemination. In conclusion, there were no respondents who only chose one method of dissemination that was the most effective, but most chose a combination of the three groups of dissemination methods. Keywords Informasi Artikel Abstrak Sejarah Artikel Diterima: 01-11-2020 Direvisi: 29-12-2020 Dipublikasi: 31-12-2020 Perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian lainnya adalah sumber penghasil teknologi baru yang sangat potensial. Setiap tahun dihasilkan teknologi baru sangat banyak, namun jumlah yang dapat diterapkan langsung oleh masyarakat sangat terbatas. Untuk itu, diperlukan metode diseminasi teknologi yang paling efektif agar proses adopsi, diffusi dan penerapan teknologi baru hasil penelitian lebih optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode diseminasi teknologi baru hasil penelitian yang paling efektif menurut pandangan peternak sapi potong pada peternakan rakyat di Nusa Tenggara Barat. Penelitian dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat bulan Januari-Juli 2018 dengan metode survai yang dilengkapi questioner. Jumlah responden sebanyak 816 orang ditetapkan secara purposive random sampling. Ada 17 metode diseminasi teknologi yang diteliti yang dibagi tiga kelompok, yaitu demonstrasi teknologi, interpersonal komunikasi dan penyebaran informasi. Data dianalisis secara diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan 9,69% responden memilih gelar teknologi sebagai metode diseminasi yang paling efektif; 8,6% memilih temu lapang dan 8,59% memilih pameran. Berdasarkan kelompok metode diseminasi maka demontrasi teknologi paling efektif dengan 7,61% responden yang memilih; komunikasi interpersonal 6,9% dan penyebaran informasi 5,0%. Simpulannya tidak ada responden yang hanya memilih satu metode diseminasi yang paling efektif, tetapi sebagian besar memilih kombinasi dari tiga kelompok metode diseminasi. Kata kunci Diseminasi teknologi Peternak sapi potong
Kecepatan angin, pencahayaan, kelembaban dan suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh dalam produksi telur. Ayam KUB atau Ayam Kampung Unggulan Balitbangtan adalah strain ayam petelur baru yang mempunyai kemampuan maksimal dalam berproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh kecepatan angin, pencahayaan, kelembaban, dan suhu terhadap produktivitas telur Ayam KUB fase layer pada umur minimal 43 minggu. Data diperoleh dengan desain penelitian cross-sectional melalui pengukuran dan perhitungan terhadap data populasi. Rata-rata faktor lingkungan berupa kecepatan angin, pencahayaan, kelembaban dan suhu adalah secara berurutan yaitu 1.46 m/s, 17.53 lux, 72.11%, dan 27.71oC. Produktivitas telur Ayam KUB Petelur umur 43-46 minggu adalah 66.11%. Seluruh faktor lingkungan secara bersama-sama memberikan pengaruh sebesar 31.4% terhadap produktivitas telur Ayam KUB.
Penelitian ini dilakukan di Desa Bojonglongok Kecamatan Parakansalak Kabupaten Sukabumi tahun 2018. Peneliian menggunakan model usaha ayam lokal unggul Balitbangtan yang diusahakan inti dan kelompok peternak plasma. Sebelum penelitian dimuali terlebih dahulu dilakukan koordinasi dengan Dinas setempat. Data primer diperoleh dari peternak langsung dan data sekuder diperoleh dari Dinas setempat. Data primer dan data sekunder dianalaisis secara diskriptif, kuantitatf dan analisis ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi usaha pembibitan ayam lokal unggul balitbangtan skala peternakan rakyat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, produksi DOC rata-rata setiap periode penetasan/minggu pada periode awal sebanyak 408 ekor, meningkat menjadi 2 kali lipat, seiring dengan meningkatnya produksi telur. Periode ke-12 produksi DOC mencapai sebanyak 1.212 ekor. Rataan produksi DOC sampai 12/periode penetasan sebanyak 814 ekor/periode.Keuntungan peternak sebesar Rp.4.160.000 atau sebesar Rp.693.333/bulan. Persentasi tingkat keuntungan atas biaya sebesar 6,33%/periode atau sebesar 1,05%/bulan dengan tingkat efisiensi R/C sebesar 1,06. Secara ekonomi usaha pembibitan ayam lokal unggul di inti dan di kelompok peternak plasma dapat di pertahankan usahanya.
Ayam KUB adalah ayam Kampung Unggul Badan Litbang Pertanian yang mempunyai produksi telur tinggi. Produksi yang tinggi ini membuka peluang DOC ayam KUB untuk dikembangkan menjadi ayam potong. Hal ini dilakukan mengingat permintaan ayam kampung potong semakin hari semakin meningkat. Kajian lebih lanjut tentang sifat nutrisi, fisik dan sensori daging ayam KUB perlu dilakukan untuk memberikan gambaran kepada masyarakat tentang kualitas daging ayam KUB. Kajian ini bertujuan untuk memperoleh data/informasi tentang sifat nutrisi, fisik dan sensori daging ayam KUB di Jawa Tengah. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu daging ayam KUB, daging broiler, daging ayam kampung dan daging ayam pejantan. Sifat fisik meliputi nilai pH dan keempukan, sedangkan sifat nutrisi tercermin dari kadar air, protein dan lemak. Sampel diuji dengan uji sensori dengan melibatkan 30 panelis semi terlatih terhadap sifat sensori daging yang meliputi warna, tekstur serat, aroma, keempukan dan rasa. Data sifat fisik dan nutrisi disajikan secara deskriptif. Data uji sensori dianalisis dengan metode ANOVA dan jika terdapat perbedaan nyata maka akan dilanjutkan dengan uji DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daging ayam KUB memiliki kandungan protein dan lemak yang lebih tinggi dibanding daging ayam lainnya. Secara fisik (keempukan), daging ayam KUB belum bisa menyerupai daging ayam kampung. Uji sensori menunjukkan bahwa dari segi aroma, keempukan dan rasa, keempat perlakuan dinilai sama oleh panelis. Warna daging ayam KUB pucat dan berbeda dengan daging yang lain yang memiliki warna putih dan menarik. Tekstur serat daging ayam KUB berserat sampai dengan berserat agak kasar sama dengan broiler dan ayam kampung. Ayam KUB berpeluang untuk dikembangkan sebagai ayam potong dengan perbaikan manajemen pakan dan pemeliharaan untuk memperbaiki warna daging.
CATTLE FARMERS’S RESPONSE ON APPLICATION OF ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) TEGNOLOGY IN TONDEGESAN VILLAGE KAWANGKOAN DISTRICT, MINAHASA REGENCY. The government encourages the cattle farming industry through science and technology to increase the productivity of livestock businesses in order to be able to increase the livestock population. The objective of this study was to determine the farmer's response to the adoption of artificial insemination technology (IB) at the village of Tondegesan Dua, Kawangkoan District, Minahasa Regency and to evaluate their knowledge on artificial insemination motivation and technology adoption (IB) in Tondegesan two Village, Kawangkoan District, Minahasa Regency. Data sources were based on primary and secondary data. Data collection were conducted by observation and interview method. The farmer population were involving 42 farmers following artificial insemination and not following artificial insemination activities, but they were aware of artificial insemination technology. The number of samples taken were 30 farmers. Determination of the sample was purposively taken at the village of Tondegesan Dua. The measurement of the research indicator was carried out by applying a Likert scale. Test was done on the relationship between the variables of farmer response to artificial insemination. The results showed that the farmer's responses to artificial insemination were in a fairly good category based on the results of the study. It can be concluded that the farmer's response to the artificial insemination was quite good. Keywords: Farmer motivation, artificial Insemination technology, Tondegesan Dua village.
The development of livestock sub-sector is one of the strategic choices in supporting the national economy. Technological innovation plays a very big role in efforts to increase productivity and food production, especially livestock. Livestock groups are a good way to apply innovation to breeders. Institutional livestock is expected to be a means to increase technology adoption. This study aims to analyze the factors that affect the adoption of technology in dairy goat breeders. This research was conducted in Lembah Meru, Jember in August-September 2016, using descriptive method of case study. The results showed that internal factors such as age, educational level, farming experience, number of family members, livelihood, income level, motivation, and number of livestock ownership have no significant effect on technology adoption rate. Factors of age, education level, number of family members, and type of livelihood have a positive value on the rate of technology adoption. The capability of breeders in managing innovation shows high yields such as: (1) adaptability with innovation; (2) the ability to refine innovation; (3) the ability of commitment to innovation; (4) the ability to implement innovation; And (5) the ability to manage the available resources.
p>Dissemination of innovation of research results/agricultural assessment is an important communication activity in the process. Problems of dissemination agricultural innovation with technology adoption department, aerial result and socio-economic development of farmers. The gap between ideal conditions and the conditions under construction is an interesting thing to look at. This paper is for the process and implementation of dissemination of agricultural innovation, strategy dissemination of agricultural innovation. This paper is a review of some relevant literature and research results. The strategy of dissemination of agricultural innovation can be divided into two, while at the central and regional levels with the understanding of user innovation and the needs or preferences of users of agricultural innovation. Sources of agricultural innovation at the central level derived from IAARD and as a user are BPPSDMP, technical directorate general, business actors (industry / business / private), and main actors (farmers). The dissemination channels that can be done are dominated through electronic media with extensive coverage and print media (books and journals), as well as some interpersonal media (meeting and meeting forums). The support of facilities and facilities becomes a decisive tool for the user's ability to access agricultural innovation. The source of agricultural innovation at the regional level is BPTP with village extensionists as intermediate users and farmers as end users. The role of extensionists and community leaders as motivators is still dominant at the farm level. Thus dissemination channels can be done through interpersonal media such as demonstration plots, technology titles, field meetings, or group meetings. At the level of the Region that is urgently needed.
Abstrak
Diseminasi inovasi hasil penelitian dan pengkajian pertanian merupakan aktivitas komunikasi yang penting dalam mendorong terjadinya proses penyebaran dan penerapan teknologi dalam suatu sistem sosial pedesaan. Permasalahan diseminasi inovasi pertanian umumnya terkait dengan kesenjangan adopsi teknologi, kesenjangan hasil dan kendala sosial-ekonomi petani. Kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi riil dalam implementasi diseminasi inovasi pertanian merupakan hal yang menarik untuk dicermati. Tulisan ini bertujuan mengidentifikasi proses dan implementasi diseminasi inovasi pertanian, dan merekomendasikan strategi diseminasi inovasi pertanian. Tulisan ini merupakan hasil review dari beberapa literatur dan hasil penelitian yang relevan. Strategi diseminasi inovasi pertanian dapat dipilah menjadi dua, yakni di tingkat pusat dan daerah dengan memperhatikan pengguna inovasi dan kebutuhan atau preferensi pengguna inovasi pertanian. Sumber inovasi pertanian di tingkat pusat berasal dari Badan Litbang Pertanian dan sebagai pengguna adalah BPPSDMP, direktorat jenderal teknis, pelaku usaha (industri/pengusaha/swasta), dan pelaku utama (petani). Saluran diseminasi yang digunakan dapat didominasi melalui media elektronik dengan daya jangkau yang luas dan media cetak, serta sebagian berupa media interpersonal (forum pertemuan seperti rapat pimpinan maupun pameran). Dukungan ketersediaan prasarana dan sarana berupa jaringan internet dan perangkatnya menjadi faktor penentu bagi kemampuan pengguna dalam mengakses inovasi pertanian. Sumber inovasi pertanian di tingkat daerah adalah BPTP dengan Penyuluh Pertanian Lapangan sebagai pengguna antara dan petani sebagai pengguna akhir. Peran penyuluh dan tokoh masyarakat sebagai motivator masih dominan di tingkat petani. Dengan demikian, saluran diseminasi yang digunakan dapat didominasi melalui media interpersonal seperti demplot, gelar teknologi, temu lapang, ataupun pertemuan kelompok. Di tingkat daerah dukungan kelembagaan petani yang dinamis sangat diperlukan. </p
Information technology based on cyber extension is one of agricultural communication tools to achieve farmers welfare. Cyber extension is a technology innovation to accelerate communication of agricultural information to the user , so that information can be obtained more quickly, precisely and relevant to farmer demands.The study aimed to analyze the effectiveness and behavior of farmers in using cyber extension as a medium of communication and information in support of agricultural development. The study method was survey with 86 farmer as sample respondents. The data were analyzed descriptively and using path analysis. The results show that the effectiveness of cyber extension is influenced by the farmer characteristics, farmers interaction and farmer perception. The effectiveness of cyber extension is the most strongly influenced by farmer characteristics (coefficient rate 0.328 ), and can be seen from the availability of information technology facilities and motivation of farmers to seek required information for farming activities. On the other hand, farmer's behavior is directly influenced by farmer perception and farmer effectiveness in using cyber extension. In addition, cyber extension is strongly effective to influence farmer behaviour with a coefficient of 0.413.
An effective media dissemination is through electronic media, which includes radio and television. Yet, the farmer character was also influenced to dissemination process. The aim of this studyimproved dissemination method that consider the charactersaudience of radio and television. The study was conducted to 114 respondents, which consist of 57 recipients of the information about KUB chicken through radio and 57 recipients through television media. The respondents was simple randomly selected 50% from total members of each 4 farmer breeder groups, which are 2 groups from Sleman Regency and 2 groups from Bantul Regency. The research was done on July – November 2014. Some observed variables was the farmer characters (age, gender and level of education), knowledge, attitude and farmer motivation for KUB chicken adoption. The knowledge, attitude and respondents motivation were evaluated using questionnaire, which was taken after the respondents received the information through radio or television. The score of questionnare was stated to the interval data, which used Likert scale. Validity andrealibility test of the questionnaire, also normality data were done by SPSS version 21. The differences influenced of radio and television to knowledge, attitude and motivation to adopt the KUB chicken were tested byt-test. The path analysis was used AMOS version 21 to test some factors that affected to the farmer knowledge, attitude and motivation. The result of study shown that television media was well disseminated of innovation than radio, because it should changed the farmer well known and wanted to adopt the KUB chicken.The radio media more suitable for male audience,that had higher motivation than woman.Since accelerating adoption of KUB chicken would be accured if the audience of television mediawere the lower educated farmer, which more motivated than the higher one.
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui sampai sejauh mana empat variabel karakteristik inovasi, yaitu Relative Advantage (Keunggulan Relatif, Compatibility (Kesesuaian), Complexity (Kompleksitas) dan Trialability (dapat diuji-coba) berpengaruh terhadap Decision (keputusan petani dalam mengadopsi inovasi pertanian organik) di kelompok Tani Mandiri Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Penelitian ini melibatkan seluruh anggota kelompok tani sebagai reponden dan analisis regresi linier ganda digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa keempat variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan petani dalam mengadopsi budidaya sayuran secara organik. Variabel Compexity memiliki pengaruh yang negatif terhadap keputusan adopsi budidaya sayuran organik.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis secara komprehensif tentang faktor-faktor yang mendorong masyarakat mengadopsi inovasi yang dikenalkan di Kawasan Minapolitan Kabupaten Kampar. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kampar yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan. Tehnik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi penelitian. Setalah data terkumpul dari setiap infoman penelitian, kemudian akan digunakan metode triangulasi dengan cek and cross cek terhadap hasil tanggapan yang diberikan informan penelitian. Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang bersifat deskriptif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggunakan cara memaparkan data yang diperoleh dari pengamatan kepustakaan dan pengamatan lapangan, kemudian dianalisa dan diinterprestasikan dengan memberikan kesimpulan. Hasil penelitian menemukan bahwa adopsi inovasi lokal yang berlangsung di Kawasan Minapolitan Desa Koto Mesjid mengandung nilai-nilai lokal yaitu nilai kekeluargaan nilai kebersamaan dan nilai senasip sepenanggungan. Keberadaan nilai-nilai lokal yang telah diwariskan oleh para lelehur ternyata mampu menjadi jembatan penghubung bagi masyarakat untuk dibimbing dan diarahkan dalam proses budidaya komoditas ikan patin.
Pemantapan inovasi dan diseminasi teknologi dalam memberdayakan petani
M Syakir
Strategi pengembangan ayam lokal berbasis sumber daya lokal dan berwawasan lingkungan
E Suprijatna
Pengembangan ayam kampung unggul berbasis rumah tangga
I M Munir
D Haryani
A M Alfarizi
R J Malik
M S Putri
Jaringan aktor dalam implementasi peraturan Daerah Kota Magelang nomor 10 tahun 2012 tentang pengarusutamaan gender
Bayu Saputro
Kajian paket teknologi budidaya ayam KUB di Lampung
M Silalahi
R Haevrizen
I Panjaitan
Pengkajian penggemukan ayam persilangan ayam Sentul Terseleksi-KUB dalam mendukung kecukupan pangan asal ternak
A Subiharta
Prabowo
Dampak pendampingan penyuluh terhadap perkembangan ayam KUB dan respon peternak di Daerah Istimewa Yogyakarta