Content uploaded by Agung Novianto Margarena
Author content
All content in this area was uploaded by Agung Novianto Margarena on May 31, 2023
Content may be subject to copyright.
PENGANTAR BISNIS PARIWISATA:
Perhotelan, Food and Beverage Service, dan
Pengembangan Destinasi Wisata
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak
eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25
tidak berlaku terhadap:
i. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk
keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk
kepentingan penelitian ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk
keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah
dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk
Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan,
Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta
atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi
Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf
d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
PENGANTAR BISNIS PARIWISATA:
Perhotelan, Food and Beverage Service, dan
Pengembangan Destinasi Wisata
Della Maghfira Napu, S.Par., MM.Par.
Era Agustina Yamini, S.E., M.Sc.
Wildan Nurhidayat, S.Pd., MM.Par.
Frankie Jan Salean, S.E., M.P.
Winda Gafrilia Prianka, MM.Par.
Muhammad Syakib Asqalani Rifai, MM.Par.
Delfta Tunjung Baswarani, M.Par.
Untung Novianto, S.Par., M.M.
Siti Fadlina, S.T., MPPar
Pandu Sapto Desmantyo, MM.Par.
Dr. I Made Darsana, S.E., M.M.
Ahmad Rimba Dirgantara, S.I.Kom., MPPar
Dr. Firman Sinaga, SST.Par., M.Si.Par., CHT.
Agung Novianto Margarena, S.E., M.M.
Editor:
Dr. Miko Andi Wardana, S.T., M.Si.
Penerbit:
CV. Intelektual Manifes Media
Jalan Raya Puri Gading Cluster Palm Blok B-8
Kabupaten Badung, Bali
www.infesmedia.co.id
Anggota IKAPI
No. 034/BAI/2022
PENGANTAR BISNIS PARIWISATA:
Perhotelan, Food and Beverage Service, dan
Pengembangan Destinasi Wisata
Della Maghfira Napu, S.Par., MM.Par.
Era Agustina Yamini, S.E., M.Sc.
Wildan Nurhidayat, S.Pd., MM.Par.
Frankie Jan Salean, S.E., M.P.
Winda Gafrilia Prianka, MM.Par.
Muhammad Syakib Asqalani Rifai, MM.Par.
Delfta Tunjung Baswarani, M.Par.
Untung Novianto, S.Par., M.M.
Siti Fadlina, S.T., MPPar
Pandu Sapto Desmantyo, MM.Par.
Dr. I Made Darsana, S.E., M.M.
Ahmad Rimba Dirgantara, S.I.Kom., MPPar
Dr. Firman Sinaga, SST.Par., M.Si.Par., CHT.
Agung Novianto Margarena, S.E., M.M.
Editor:
Dr. Miko Andi Wardana, S.T., M.Si.
Tata Letak:
Erma Yuliani
Desain Cover:
Erma Yuliani
Ukuran:
Unesco: 15,5 x 23 cm
Halaman:
XIV, 242
ISBN:
978-623-09-3470-4
Terbit Pada:
Mei, 2023
Hak Cipta 2023 @ Intelektual Manifes Media dan Penulis
Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis
PENERBIT INTELEKTUAL MANIFES MEDIA
(CV. Intelektual Manifes Media)
Jalan Raya Puri Gading Cluster Palm Blok B-8
Kabupaten Badung, Bali
www.infesmedia.co.id
i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat-Nyalah buku dengan judul Pengantar
Bisnis Pariwisata dapat selesai disusun dan berhasil diterbitkan.
Kehadiran Buku Pengantar Bisnis Pariwisata ini disusun oleh para
akademisi dan praktisi dalam bentuk buku kolaborasi. Walaupun jauh
dari kesempurnaan, tetapi kami mengharapkan buku ini dapat
dijadikan referensi atau bacaan serta rujukan bagi akademisi ataupun
para profesional mengenal Bisnis Pariwisata.
Sistematika penulisan buku ini diuraikan dalam empat belas bab yang
memuat tentang definisi dan konsep dasar bisnis pariwisata, etika
dalam bisnis pariwisata, standarisasi penyelenggaraan pariwisata
ramah muslim, struktur industri pariwisata, industri perhotelan,
industri pelayanan food & beverage, pengembangan destinasi wisata,
pemasaran promosi wisata, keamanan dan keselamatan pariwisata,
kepuasan pelanggan dalam bisnis pariwisata, perubahan iklim dan
dampaknya terhadap bisnis pariwisata, konservasi dan pembangunan
berkelanjutan dalam bisnis pariwisata, konservasi dan pembangunan
inovasi dalam bisnis pariwisata dan peran pemerintah dalam bisnis
pariwisata.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang
telah berkontribusi penuh dalam seluruh rangkaian penyusunan
sampai penerbitan buku ini. Secara khusus, terima kasih kami
sampaikan kepada Intelektual Manifes Media (Infes Media) sebagai
inisiator buku ini. Buku ini tentunya banyak kekurangan dan
keterbatasan, saran dari pembaca sekalian sangat berarti demi
perbaikan karya selanjutnya. Akhir kata, semoga buku ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca.
Mei, 2023
Editor.
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB 1 DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA ........ 1
Definisi dan Konsep Bisnis Pariwisata ......................................................... 1
Manfaat Bisnis Pariwisata .................................................................................. 6
Perkembangan Bisnis Pariwisata ................................................................... 11
BAB 2 ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA ...................................... 17
Pengertian Etika ...................................................................................................... 17
Hubungan Etika dan Bisnis ................................................................................ 20
Bisnis Pariwisata ..................................................................................................... 20
Etika dalam Bisnis Pariwisata .................................................................... 21
BAB 3 STANDARISASI PENYELENGGARAAN PARIWISATA RAMAH
MUSLIM ....................................................................................................... 27
Perkembangan Pariwisata Ramah Muslim ................................................ 27
Hukum dan Peraturan .......................................................................................... 30
Penyelenggaraan Pariwisata Ramah Muslim ............................................ 32
BAB 4 STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA...................................... 43
Pariwisata Sebagai Prime Mover...................................................................... 43
Industri Pariwisata ................................................................................................ 44
Struktur Industri Pariwisata ............................................................................. 47
Linkage Dan Multiplier Industri Pariwisata ....................................... 52
BAB 5 INDUSTRI PERHOTELAN ........................................................... 59
Sejarah Perhotelan ................................................................................................. 59
Mengenal Industri Perhotelan .......................................................................... 64
Klasifikasi Hotel ....................................................................................................... 69
Status Hotel Berdasarkan Kepemilikan ....................................................... 73
Bisnis Perhotelan .................................................................................................... 74
BAB 6 INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE ......................... 83
Perkembangan Industri Food & Beverage.................................................. 83
Pelayanan Food & Beverage Pasca Pandemi Covid-19......................... 87
Jenis-Jenis Restoran Pelayanan Food & Beverage di Indonesia ....... 93
BAB 7 PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA ................................103
Pendahuluan .......................................................................................................... 103
Pentingnya Pengembangan Destinasi Wisata ........................................ 103
Siklus hidup pengembangan destinasi wisata ....................................... 106
Sumber Daya Pariwisata .................................................................................. 109
Faktor-faktor Perencanaan Destinasi Wisata ........................................ 110
Prinsip Pariwisata Berkelanjutan ................................................................ 110
iv
Dampak Pembangunan Pariwisata ............................................................. 112
BAB 8 PEMASARAN DAN PROMOSI WISATA..................................119
Pendahuluan .......................................................................................................... 119
Pemasaran ............................................................................................................... 121
Perencanaan Pemasaran .................................................................................. 121
Riset Pemasaran ................................................................................................... 123
Implementasi Pemasaran ................................................................................ 126
Pengendalian dan Evaluasi Pemasaran..................................................... 129
BAB 9 KEAMANAN DAN KESELAMATAN PARIWISATA...............137
Pendahuluan .......................................................................................................... 137
Keamanan Pariwisata ........................................................................................ 138
Keselamatan Pariwisata ................................................................................... 144
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Atraksi
Adventure Tourism di Kawasan Air Terjun Aling-Aling Sambangan,
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali .............................................................. 148
BAB 10 KEPUASAN PELANGGAN DALAM BISNIS PARIWISATA155
Pendahuluan .......................................................................................................... 155
Konsep Kepuasan Pelanggan ......................................................................... 157
Perlunya kepuasan pelanggan dalam bisnis pariwisata ................... 162
Pengukuran kepuasan pelanggan ................................................................ 165
Strategi Kepuasan Pelanggan ......................................................................... 169
Loyalitas pelanggan ............................................................................................ 174
BAB 11 PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA TERHADAP
BISNIS PARIWISATA .............................................................................179
Pentingnya Pelestarian Lingkungan dalam Kepariwataan .............. 179
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pariwisata................................... 182
Dampak Perubahan Iklim yang Ekstrim ................................................... 185
Peluang Bisnis Pariwisata Tetap menjanjikan....................................... 188
BAB 12 KONSERVASI DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DALAM BISNIS PARIWISATA ..............................................................193
Perkembangan Konservasi dan Pembangunan Berkelanjutan ..... 193
Definisi Konservasi dan Pembangunan Berkelanjutan ..................... 197
Kebijakan Terkait Konservasi dan Pembangan Keberlanjutan ..... 199
Studi Kasus Konservasi dan Pembangunan Keberlanjutan ............ 202
Kesimpulan ............................................................................................................. 205
BAB 13 KONSERVASI DAN PEMBANGUNAN INOVASI DALAM
BISNIS PARIWISATA .............................................................................209
Pendahuluan .......................................................................................................... 209
Kriteria Inovasi ..................................................................................................... 221
Studi Kasus Inovasi Hospitality dan Tourism Dari Penelitian
Terdahulu ................................................................................................................ 222
v
BAB 14 PERAN PEMERINTAH DALAM BISNIS PARIWISATA .....231
Fungsi Kolaborasi ................................................................................................ 231
Dukungan Regulasi Pemerintah ................................................................... 233
Implementasi Peran Pemerintah ................................................................. 236
vi
1
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
BAB 1
DEFINISI DAN KONSEP DASAR
BISNIS PARIWISATA
Della Maghfira Napu, S.Par., MM.Par.
Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Di Sumedang
Definisi dan Konsep Bisnis Pariwisata
Pariwisata berkaitan erat dengan pelayanan yang didorong oleh
permintaan wisatawan dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginannya, berdasarkan motivasi yang dimiliki, dipuaskan oleh
pemasaran yang terkonsentrasi dari berbagai penyelenggara yang
menyediakan produk dan layanan wisata sehingga terpenuhi segala
kebutuhan. Pariwisata bersifat dinamis dan bervariasi serta tidak
hanya berkaitan dengan waktu luang meskipun sebagian besar
kegiatan wisata dilakukan pada waktu luang. Pariwisata diartikan
sebagai perjalanan yang dilakukan oleh manusia ke suatu tempat yang
menyediakan beragam aktivitas dan pelayanan sehingga dapat
dinikmati oleh wisatawan berdasarkan kebutuhan tujuan wisata,
ketersediaan fasilitas, daya tarik serta transportasi.
Tujuan pariwisata mengarah ke destinasi yang tujuannya dapat
tercapai baik melalui fasilitas potensial, iklim atau tradisi budaya di
destinasi tersebut. Selain itu, pariwisata merupakan kegiatan yang
melintasi sektor-sektor konvensional; ekonomi, sosial, budaya dan
lingkungan. (Walton, 2023) berpendapat bahwa pariwisata merujuk
kegiatan memanfaatkan waktu dari runitinas keseharian melalui
2
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
rekreasi, relaksasi, kesenangan, serta memanfaatkan layanan
pariwisata.
Bisnis pariwisata dipahami sebagai keseluruhan dari semua usaha
yang secara langsung mengadakan barang atau jasa untuk
memfasilitasi kegiatan wisata. Bisnis pariwisata sangat berkaitan erat
dengan bisnis perjalanan sehingga menjadi sangat penting untuk
memaksimalkan jumlah wisatawan dengan mempertimbangkan
preferensi wisatawan dalam memilih destinasi wisata, baik domestik
maupun internasional, untuk tujuan rekreasi, sosial, bisnis bahkan
kesehatan. Pemangku kepentingan dalam perjalanan dan pariwisata
berkisar dari jaringan hotel global, jalur pelayaran dan pelabuhan laut,
serta bandara dan maskapai penerbangan yang menghasilkan
miliaran dolar setiap tahun. Setiap negara pasti memiliki produk
pariwisata unggulan yang mampu menarik wisatawan untuk datang
dengan berbagai motif perjalanan. Kenyamanan dan fasilitas yang
tersedia di tempat tujuan terkadang bertindak sebagai motivator
perjalanan. Oleh karena itu, setiap bisnis pariwisata sepatutnya
dikelola dengan baik demi terwujudnya pengalaman yang berkesan
dan positif bagi wisatawan.
Menurut (UNWTO, 2022), produk pariwisata merupakan sinergi
elemen yang berwujud dan tidak berwujud dengan cakupan: SDA,
budaya dan buatan, atraksi, fasilitas, layanan serta kegiatan yang
menjadi inti dari pemasaran destinasi. Memadukan dan memberikan
pengalaman berkesan bagi wisatawan secara holistik. Produk
pariwisata diberi harga serta dipasarkan melalui distribusi dan sistem
siklus pariwisata.
3
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
Indonesia mengatur sektor bisnis pariwisata (KEMENPAREKRAF,
2009) melalaui UUK Tahun 2009 No. 10, Pasal 14 yaitu:
1. Daya tarik wisata,
2. Kawasan pariwisata
3. Jasa transportasi wisata
4. Jasa perjalanan wisata
5. Jasa makanan dan minuman
6. Penyediaan akomodasi
7. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi
8. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan
pameran;
9. Jasa informasi pariwisata
10. Jasa konsultan pariwisata
11. jasa pramuwisata
12. Wisata tirta dan
13. Spa.
Industri jasa dapat dipahami sebagai industri yang terdiri dari
perusahaan bisnis yang terutama menghasilkan uang melalui
penyediaan barang atau jasa tidak berwujud. Terlepas dari kenyataan
bahwa industri pariwisata adalah industri jasa, ia memiliki banyak
elemen berwujud dan tidak berwujud. Elemen berwujud utama
meliputi transportasi, akomodasi, dan komponen lain dari industri
perhotelan. Unsur-unsur utama yang tidak berwujud berhubungan
dengan tujuan perjalanan wisatawan.
4
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
Produk inti pariwisata pada dasarnya terdiri dari transportasi,
akomodasi, dan atraksi, baik yang dibangun maupun yang alami.
5
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
Produsen dari layanan ini termasuk transportasi udara, air, jalan raya
dan kereta api, hotel atau bentuk lain dari akomodasi wisata dan
berbagai bentuk fasilitas yang dibangun dan dirancang untuk menarik
wisatawan rekreasi dan bisnis, seperti bangunan bersejarah atau situs
warisan, taman hiburan, tempat konferensi dan pameran dan tujuan
lainnya.
Operator tur dapat dilihat sebagai wholesalers karena mereka
membeli berbagai produk wisata yang berbeda (seperti kursi
maskapai penerbangan, kamar hotel, dan restoran) dalam jumlah
besar, kemudian mengemasnya lalu dipasarkan ke agen perjalanan
atau bahkan langsung ke wisatawan. Dengan membeli beberapa
produk dan jasa individual dan menyajikannya sebagai produk
tunggal paket liburan yang berarti bahwa peran mendasar wholesalers
adalah untuk membeli produk secara massal dan mengaturnya
menjadi paket wisata yang bisa menjadi pilihan bagi agen perjalanan
dan wisatawan.
Terlepas dari layanan inti produsen, berbagai layanan tambahan dan
pendukung berinteraksi dalam sistem distribusi. Untuk kenyamanan,
ini dapat dibagi menjadi organisasi sektor publik (yang didanai,
dikendalikan atau diatur melalui pemerintah pusat atau daerah) dan
sektor swasta mencakup; organisasi pariwisata nasional, seperti
kantor pariwisata, bandara atau pelabuhan laut milik publik,
dokumentasi paspor dan visa, dan layanan tambahan lainnya seperti
lembaga pendidikan dan pelatihan publik yang menawarkan kursus di
bidang pariwisata.
Sebagian besar wisatawan lebih condong menyambangi tempat yang
berbeda setiap tahun daripada kembali ke destinasi yang sama setiap
6
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
liburan. Hal ini memberi tekanan besar pada tujuan untuk memilih
dengan hati-hati segmen pasar yang dituju. Akhirnya, pariwisata
adalah harga dan pendapatan elastis. Permintaan akan sangat
dipengaruhi oleh perubahan harga dan pendapatan yang relatif kecil.
Elastisitas harga mengacu pada hubungan antara harga yang
dibebankan dan jumlah yang diminta. Ketika permintaan elastis
terhadap harga, itu berarti bahwa perubahan kecil pada harga akan
menghasilkan jumlah permintaan yang lebih besar dan total
pendapatan yang dihasilkan akan meningkat.
Setiap daerah dianugerahkan sampai batas tertentu dengan sumber
daya alam, yang meliputi ciri fisik, iklim, dan keindahan alam daerah
tersebut. Setiap daerah memiliki kombinasi unik dari karakteristik
sumber daya alam. Karakteristik yang paling penting untuk pariwisata
adalah daya tarik yang ditimbulkan oleh perbedaan suhu, variasi
pemandangan dan jumlah kesempatan rekreasi yang dimungkinkan
oleh sumber daya.
Manfaat Bisnis Pariwisata
Bisnis pariwisata memberikan manfaat jika dilihat dari beberapa
aspek:
1. Aspek ekonomi
Manfaat utama bisnis pariwisata bagi suatu negara adalah
ekonomi karena memberikan kesempatan untuk penciptaan
lapangan kerja dan memiliki posisi strategis dalam peningkatan
devisa negara. Pendapatan devisa dari sektor pariwisata
Indonesia mencapai US$4,26 miliar pada 2022. Nilai tersebut
telah melonjak hingga 769,39% dibandingkan pada tahun
sebelumnya (Widi, 2022). Pariwisata dapat merangsang usaha
7
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
bisnis baru dan mempromosikan citra yang lebih positif di suatu
daerah. Berikut Tabel 1 mengenai pengaruh ekonomi terhadap
masyarakat lokal:
Tabel 1.1.
Pengaruh Ekonomi Terhadap Masyarakat Lokal
Jenis dampak pada
peluang ekonomi lokal
Implementasi praktek
Langsung: kesempatan kerja
dan usaha bagi mereka yang
bekerja di sektor pariwisata
• Perekrutan, pelatihan, dan
promosi bagi staf lokal.
• Akses kelompok-kelompok
yang kehilangan haknya
seperti perempuan, pemuda
dan minoritas untuk
mendapatkan pekerjaan.
• Keterkaitan dengan UKM
yang memproduksi produk
atau jasa pariwisata.
• Dorongan dan bantuan bagi
para wisatawan untuk
menikmati kegiatan ekonomi
lokal.
• Usaha patungan dan bagi
hasil untuk donasi kepada
masyarakat setempat.
Tidak langsung:
kesempatan kerja dan usaha
bagi mereka yang berada di
• Keterkaitan dengan usaha
lokal dan/atau kecil yang
memasok makanan serta
barang dan jasa lainnya.
8
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
sektor lain sebagai pemasok
pariwisata
• Membimbing bisnis lokal
untuk memenuhi standar
pengadaan.
Dinamis: dampak ekonomi
pada masyarakat secara
umum
•Pengembangan
infrastruktur baru dengan
cara yang melengkapi atau
membantu memenuhi
kebutuhan lokal (misalnya
untuk air, transportasi, dan
listrik).
• Mendukung usaha kecil dan
klaster untuk memanfaatkan
pertumbuhan pasar dan
skala ekonomi oleh bisnis
pariwisata.
• Pengakuan dan tindakan
untuk mengatasi hambatan
khusus bagi perempuan
dalam pekerjaan dan usaha.
• Pemanfaatan sumber daya
alam dengan cara yang
menghargai tradisi dan
kebutuhan lokal, serta
keterlibatan penduduk lokal
dalam perencanaan bersama.
9
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
• Perencanaan dan dukungan
untuk ekonomi lokal jika
terjadi bencana alam.
• Dukungan untuk asosiasi
bisnis lokal dan institusi lokal
lainnya seperti universitas
dan pusat pelatihan.
• Investasi keterampilan
sumber daya manusia yang
dapat dialihkan ke daerah
lain.
(Caroline Ashley, 2007)
2. Aspek lingkungan
Lingkungan yang menarik menarik bagi wisatawan, baik alam
maupun buatan, dan pengembangan pariwisata di suatu wilayah
pasti mempengaruhi daya tarik disekitarnya. Istilah “lingkungan”
mengacu pada pengaturan fisik di mana aktivitas wisata
berlangsung, yang berupa resort, kota bersejarah, pegunungan,
desa wisata, situs minat budaya termasuk museum dan monumen
nasional dan yang memberikan rangsangan kepada wisatawan
untuk bepergian.
Kualitas dari lingkungan, baik alam maupun buatan manusia,
sangat penting untuk pariwisata. Namun, hubungan pariwisata
dengan lingkungan sangat kompleks. Dampak negatif dari
pengembangan pariwisata secara bertahap dapat merusak dan
merugikan sumber daya lingkungan yang menjadi penopangnya.
Namun, untuk melayani wisatawan, sejumlah pembangunan
10
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
diperlukan. Jalan harus dibangun untuk membuat area tersebut
dapat diakses; akomodasi sebagai tempat tinggal wisatawan dan
restoran untuk memberi makan dan minum wisatawan harus
tersedia. Ciri khas lingkungan akan dibiarkan sealami mungkin
dengan tetap memberikan manfaat bagi wisatawan yang melihat
dan menikmatinya.
Di sisi lain, pariwisata memiliki potensi untuk menciptakan
dampak menguntungkan pada lingkungan dengan berkontribusi
pada perlindungan dan konservasi lingkungan. Pariwisata telah
terbukti memberikan dampak positif juga dalam aspek-aspek
tertentu dengan cara meningkatkan kesadaran akan pentingnya
pelestarian lingkungan dengan membiayai proyek-proyek
konservasi.
3. Aspek Sosial dan Budaya
Pariwisata memiliki dampak yang berbeda pada aspek sosial dan
budaya kehidupan di wilayah tertentu, tergantung pada kekuatan
budaya dan agama di wilayah tersebut. Interaksi antara
wisatawan dan masyarakat tuan rumah dapat menjadi salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat sehingga
wisatawan seyogyanya memiliki kepekaan terhadap adat istiadat
dan tradisi setempat. Maka dari itu, pentingnya melestarikan
warisan budaya lokal suatu daerah, menjaga tradisi arsitektur
dan warisan leluhurnya serta memberdayakan masyarakat
setempat dalam membuat kerajinan khas daerah yang unik dan
dipasarkan kepada wisatawan.
Pada tahun 2022, culture immersion mulai digaungkan dan
mengalami peningkatan peminat di Indonesia. Konsep ini
11
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
bertujuan untuk memahami realitas sosial dan budaya di luar
tujuan wisata biasa (Fana, Buhalis, & Lin, 2019). Ada puluhan
desa wisata dikembangkan dan menghadirkan gaya wisata
sehingga wisatawan bisa langsung berinteraksi dengan
penduduk lokal. Culture immersion adalah kegiatan wisata di
mana wisatawan datang ke tempat yang sangat berbeda dengan
tempat tinggal mereka. Tujuan utama dari wisata culture
immersion adalah untuk menyerap, memahami, hingga
mempelajari budaya dari masyarakat setempat. Tema wisata ini
mampu memberi keuntungan untuk masyarakat lokal secara
ekonomi dan sosial. Ada beberapa pilihan terbaik desa wisata
yang bisa dikunjungi dan dinikmati oleh wisatawan, yaitu Desa
Pujon di Malang, Desa Penglipuran di Bali dan Desa Nglanggeran
di Yogyakarta serta beberapa desa wisata yang bisa ditemukan di
Jawa Timur. Wisatawan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
sehari-hari masyarakat setempat. Tema wisata ini bisa membuat
wisatawan yang berkunjung merasakan pengalaman baru dan
banyak ilmu yang diserap. Dengan banyaknya pilihan desa wisata
dan paket perjalanan yang memudahkan pengunjung, tren culture
immersion diprediksi akan melembak di Indonesia.
Perkembangan Bisnis Pariwisata
Pariwisata merupakan industri terbesar di dunia yang diakui sebagai
alat dominan untuk pertumbuhan ekonomi. Bisnis pariwisata
dipandang sebagai sektor yang paling menguntungkan dan
berkembang pesat karena mencakup beragam orang, aktivitas,
fasilitas, pelayanan dan daerah tujuan wisata. Di Indonesia, kunjungan
wisatawan mancanegara pada tahun 2022 mencapai 5,47 juta,
12
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
mengalami kenaikan sebesar 251,28 % dibandingkan dengan jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2021 (Statistik,
2023). Pariwisata menawarkan berbagai keuntungan, termasuk
keuntungan ekonomi bagi negara-negara yang menarik banyak
pengunjung, karena uang yang mereka keluarkan tidak hanya untuk
masa tinggal mereka yang sebenarnya, tetapi juga untuk kegiatan
bisnis.
Semakin berkembangnya bisnis pariwisata di suatu negara maka
semakin baik pula pertumbuhan ekonominya. Saat ini setiap orang
yang berkecimpung di bidang pariwisata dapat dengan mudah
mendapatkan keuntungan jika dikelola dengan baik. Pariwisata
menjadi ujung tombak setiap daerah karena mendiversifikasi basis
ekonomi daerah dan memperluas pasar tenaga kerja. Selain itu,
pariwisata memiliki potensi untuk meningkatkan relasi bisnis antara
negara, dapat menciptakan peluang hiburan dan rekreasi,
meningkatkan nilai mata uang, membuka peluang pertukaran budaya,
sedangkan bagi wisatawan, tentu mengarah pada peningkatan
kebahagiaan, kesejahteraan, pendidikan dan kualitas hidup.
Dari sudut pandang ekonomi dan sosial, perkembangan industri
perjalanan dan pariwisata tercermin dalam peningkatan permintaan
penduduk untuk berbagai barang dan jasa wisatawan yang terus
meningkat, permintaan yang merangsang sektor manufaktur dan jasa,
yang mengarah ke peningkatan aktivitas ekonomi dan konsumsi,
terlepas dari evolusi tren pasar yang normal. Akibatnya, peningkatan
konsumsi pariwisata ini, yang disebabkan oleh pergerakan musiman
wisatawan secara besar-besaran menuju tujuan wisata tertentu dan
13
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
peningkatan jumlah pengunjung, yang menguntungkan bagi
perkembangan ekonomi yang kompleks di beberapa kawasan wisata.
Dengan kata lain, sejalan dengan peningkatan permintaan akan
layanan wisata, penawaran layanan yang berbeda telah berkembang
secara bertahap, dimana volume dan strukturnya menuntut kesiapan
dari bisnis pariwisata dan peningkatan berkelanjutan dari program
ekonomi dan organisasi yang mampu memandu layanan yang
diberikan oleh wisatawan.
Meningkatnya volume dan kompleksitas layanan pariwisata telah
menghasilkan perkembangan industri pariwisata nyata yang
membenarkan memperlakukan fenomena pariwisata sebagai cabang
yang berbeda dari pertumbuhan ekonomi di dunia. Berdasarkan
sifatnya, fenomena pariwisata sangat kompleks, dengan implikasi
sosial, politik, budaya dan ekonomi yang mendalam. Tidak seperti
sektor jasa lainnya, industri pariwisata tetap merupakan konsekuensi
yang perkembangannya pada setiap tahap hanya dapat dipastikan
berkorelasi erat dengan tingkat perkembangan cabang ekonomi dunia
lainnya serta didukung oleh teknologi yang telah memegang peran
penting selama lebih dari satu dekade dengan membantu bisnis dalam
meminimalkan biaya, mengefektifkan waktu, menjaring lebih banyak
wisatawan, dan meningkatkan pengalaman wisatawan sehingga
memperoleh manfaat besar dari tren teknologi untuk pemesanan
hotel, pemilihan restoran, layanan wisatawan, dan komunikasi yang
lebih baik.
14
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
DAFTAR PUSTAKA
Caroline Ashley, P. D. (2007). The Role of the Tourism Sector in
Expanding Economic Opportunity. Cambridge.
Fana, D. X., Buhalis, D., & Lin, B. (2019). A tourist typology of online
and face-to-face social contact: Destination immersion and
tourism encapsulation/decapsulation. Annals of Tourism
Research, 2.
J, C. H., & Claires, H. (2012). THE BUSINESS OF TOURISM, tenth Edition.
New York: Pearson.
KEMENPAREKRAF. (2009). Undang-Undang Kepariwisataan No.10
tahun 2009. Jakarta: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Statistik, B. P. (2023). Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada
Desember 2022 mencapai 895,12 ribu kunjungan dan Jumlah
penumpang angkutan udara internasional pada Desember 2022
naik 14,87 persen. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
UNWTO. (2022). PRODUCT DEVELOPMENT. Spain: UNWTO.
Walton, J. K. (2023). Tourism. Retrieved from Encyclopedia Britannica:
https://www.britannica.com/topic/tourism
Widi, S. (2022). Pendapatan Devisa Pariwisata Indonesia Melejit pada
2022. Jakarta Pusat: dataindonesia.id.
15
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
Biodata Penulis
Della Maghfira Napu, S.Par., MM.Par.
Penulis menempuh pendidikan strata 1 pada
program Manajemen Pemasaran Pariwisata di
Universitas Pendidikan Indonesia pada
Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial dan lulus pada
tahun 2015. kemudian melanjutkan studi di
Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung
(POLTEKPAR NHI BANDUNG) di Program
Manajemen Pariwisata dengan konsentrasi
Administrasi Pariwisata. Saat ini penulis aktif
sebagai dosen di Program S1 Studi Industri Pariwisata Universitas
Pendidikan Indonesia, Kampus di Sumedang.
Email Penulis: dellamaghfira@gmail.com
16
DEFINISI DAN KONSEP DASAR BISNIS PARIWISATA
17
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
BAB 2
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
Era Agustina Yamini, S.E., M.Sc.
Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang diartikan identik
dengan moral atau moralitas. Moral atau moralitas adalah nilai yang
dianut atau dipercaya keabsahannya di lingkungan masyarakat.
Komitmen moral merupakan merupakan perwujudan nilai-nilai moral
yang meliputi persaudaraan, kejujuran, kerjasama, kasih-sayang,
kemurahan hati, tanggung-jawab, loyalitas, disiplin, integritas
pribadi/integritas moral, pemberlakuan yang manusiawi. Dalam
integritas pribadi setiap orang dituntut untuk mempunyai rasa malu,
rasa bersalah, dan rasa menyesal.
Etika membahas nilai serta norma moral yang mengatur perilaku
manusia baik sebagai individu atau kelompok dan institusi di dalam
masyarakat. Sedangkan norma merupakan aturan atau konvensi yang
diberlakukan di masyarakat baik secara tersurat atau tersirat (yang
bersifat informal dan tradisional).
Terdapat pengertian etika menurut para ahli, antara lain:
1. Menurut Sorgarda Poerbakawatja, pengertian etika adalah suatu
ilmu yang memberikan arahan, acuan, serta pijakan kepada suatu
tindakan manusia.
2. K. Bertens mendefinisikan etika merupakan nilai dan norma
moral yang menjadi suatu acuan bagi umat manuasia, baik secara
18
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
individual atau kelompok dalam mengatur semua tingkah
lakunya.
3. Drs. H. Burhanudin Salam menyatakan bahwa etika merupakan
suatu cabang ilmu filsafat yang membahas nilai-nilai dan juga
norma yang dapat menentukan suatu perilaku manusia ke dalam
kehidupannya.
Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa etika merupakan suatu hal yang erat kaitannya dengan hal-hal
yang mengatur kegiatan sosial suatu individu dalam menjalani
kehidupan untuk diri sendiri dan juga untuk sekitarnya. Dengan kata
lain, etika berkenaan dengan hal-hal yang mengatur tindakan manusia
dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya, apakah masuk kedalam
kategori baik atau kategori buruk.
Teori Etika
Terdapat beberapa klasifikasi teori etika dengan masing-masing
pandangan yang berbeda dalam melihat etika, diantaranya:
1. Teori etika normatif, merupakan etika yang menetapkan
berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki
oleh manusia atau apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
serta tindakan yang memiliki nilai dalam hidup manusia. Etika
normatif menjelaskan mengenai apa yang sebenarnya harus
dilakukan oleh manusia sebagai mahkluk sosial terhadap
sekitarnya, dengan cara melakukan tindakan yang baik dan
menghindari tindakan yang buruk.
2. Teori etika deontologi, merupakan etika yang memiliki
pandangan bahwa penilaian baik atau buruknya suatu perilaku
didasari pada penilaian oleh individu apakah tindakan yang
19
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
hendak dilakukan tersebut apakah tindakan yang baik sehingga
memiliki manfaat atau merupakan tindakan buruk yang
merugikan. Menurut Immanuel Kant (1724-1804) dalam Bertens
(2000), bahwa melakukan tindakan baik merupakan suatu
kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia.
3. Teori etika teleologi, memandang bahwa nilai etika diukur
dari tujuan yang dicapai oleh pelaku kegiatan, artinya suatu
perilaku akan dinilai baik jika bertujuan untuk kebaikan. Dalam
pandangan teori teleologi ini, sesuatu yang akan dicapai adalah
sesuatu yang baik dan mempunyai akibat yang baik. Contohnya,
tindakan mencuri yang dilakukan seorang ayah yang memiliki
tujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, akan dipandang
baik tanpa melihat fakta bahwa perilaku ayah tersebut masuk
dalam kategori melanggar hukum. Namun, sebaliknya apabila
tindakan tersebut tujuannya adalah untuk kejahatan, maka akan
dinilai jahat. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa etika teologi
akan mengkategorikan suatu tindakan baik atau buruk
tergantung dari situasi yang dihadapi. Dalam teori ini terdapat
dua aliran, yaitu aliran egoism etis dan aliran utilitarianisme.
Aliran egoisme etis memandang bahwa tindakan yang dilakukan
setiap orang pada dasarnya untuk memenuhi hasrat atau
kebutuhan pribadi serta menguntungkan diri sendiri. Sedangkan
aliran utilitarianisme memandang bahwa suatu perbuatan adalah
baik jika memberikan manfaat, namun manfaat tersebut harus
berdampak tidak hanya untuk satu atau dua orang saja, namun
untuk masyarakat luas.
20
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
Hubungan Etika dan Bisnis
Etika merupakan ilmu filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab. Bisnis merupakan kegiatan individu atau sekelompok orang
yang menciptakan nilai melalui penciptaan produk untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat serta memperoleh keuntungan melalui
transaksi. Karena kegiatan bisnis ini da hubungannya dengan orang
lain, sehingga diperlukan etika dalam menjalankannya.
Etika bisnis merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
kegiatan bisnis mencakup seluruh aspek dalam bisnis yang memiliki
hubungan baik secara individu, organisasi (perusahaan) ataupun
masyarakat dengan memperhatikan norma dan moralitas yang
berlaku secara menyeluruh dalam aspek bisnis dan kehidupan sosial.
Sehingga, segala tindakan yang dilakukan oleh para pelaku bisnis
dalam mencapai tujuannya menitikberatkan kepentingan sosial, serta
memperhatikan adat, budaya dan fenomena sosial.
Bisnis Pariwisata
Pariwisata adalah kegiatan bisnis yang pergerakannya cukup cepat
serta melibatkan banyak pihak yang keberadaannya mempengaruhi
keberlangsungan hidup berbagai sektor bisnis. Menurut Megawati
(2021) terdapat beberapa peran penting bisnis pariwisata, antara
lain:
1. Pariwisata memberikan ruang bagi setiap orang untuk saling
memahami dan menghormati
2. Kawasan pariwisata menjadi sarana bagi setiap individu
maupun masyarakt umum untuk memenuhi kebutuhannya
21
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
3. Pariwisata merupakan pendukung pembangunan berkelanjutan
4. Pariwisata mendorong pengembangan warisan budaya
Berdasarkan penjelasan peran penting pariwisata di atas, maka
terlihat pentingnya pariwisata yang berkelanjutan bagi suatu wilayah,
sehingga diharapkan bisnis pariwisata terus mendapatkan perhatian
dan inovasi dari masa ke masa. Inovasi dalam industri pariwisata
memunculkan tantangan baru bagi pelaku usaha, yaitu mengenai etika
dalam bisnis pariwisata. Etika tersebut misalnya seperti, bagaimana
standar kesehatan untuk produk makanan dan minuman, pola
konsumsi masyarakat yang berubah dampak dari hadirnya wisatawan
asing, serta eksploitasi sumber daya alam yang berubah.
Etika dalam Bisnis Pariwisata
Bisnis pariwisata menjadi penggerak utama ekonomi yang telah
diakui di seluruh dunia. Namun, hal tersebut juga membawa dampak
negatif bagi lingkungan, sehingga perlu untuk disadari pentingnya
etika pada bisnis pariwisata (Khan, 2014). Etika menjadi komponen
penting dalam bisnis pariwisata dalam 10 tahun terkakhir, karena
ketika bisnis pariwisata tidak mengedepankan etika dalam
menjalankan bisnisnya, akan berpengaruh pada keberlanjutannya.
Lembaga industri pariwisata kelas dunia, United Nations World
Tourism Organization membentuk lambaga amal yaitu Global Code of
Ethics for Tourism (GCET) dengan tujuan untuk dapat mewujudkan
kegiatan wisata yang beretika dan meminimalisir dampak negatif
kegiatan pariwisata, baik dari penyelenggara maupun dari wisatawan
itu sendiri. GCET memberikan prinspip-prinsip pada bisnis
pariwisata, antara lain adalah sebagai berikut:
22
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
1. Pariwisata ikut berkontrubisi dalam toleransi dan saling
menghormati antar bangsa
2. Pariwisata merupakan media yang dapat dimanfaatkan secara
individu ataupun kelompok sebagai pemenuhan kebutuhan
3. Pariwisata merupakan sektor yang mempengaruhi keberlanjutan
4. Pariwisata merupakan kegiatan yang banyak menggunakan
warisan budaya, sehingga diharapkan untuk menjaga
kelestariannya
5. Hak bagi pekerja bidang pariwisara dan pelaku bisnis pariwisata
6. Media dapat digunakan pada bisnis pariwisata, karena dapat
membantu kegiatan promosi, namun diharapkan untuk
digunakan dengan hati-hati
Etika dalam kegiatan bisnis pariwisata menjadi hal penting yang patut
untuk diterapkan, mengingat kegiatan bisnis ini membawa pengaruh
yang memberikan dampak, tidak hanya pada sektor ekonomi, namun
juga pada sosial, budaya serta lingkungan. Berbagai etika harus
diperhatikan, misalnya dalam etika kepada konsumen, etika dalam
bermedia, serta etika dalam menyikapi lingkungan sekitar tempat
wisata (Khan, 2014). Selain etika yang perlu diperhatikan oleh para
pelaku bisnis pariwisata, etika juga perlu dimiliki oleh para
wisatawan, seperti perilaku atau tindakan paara wisatawan selama
berlibur yang diharapkan tidak membawa dampak buruk bagi
lingkungan tempat yang dikunjungi, masyarakat sekitar dan
lingkungan sosial.
Etika bisnis pariwisata tidak hanya berfokus pada bagaimana para
pelaku bisnis tersebut melaksanakan kegiatan bisnisnya dan juga
bagaimana etika wisatawan selama berwisata. Etika bisnis pariwisata
23
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
juga diharapkan fokus pada karyawan yang bekerja pada industri
tersebut, karena bisnis pariwisata merupakan sektor yang musiman.
Artinya, industry dikenal sering memutuskan hubungan kerja dengan
karyawan bila menghadapi kondisi-kondisi tertentu yang
menyebabkan turunnya jumlah wisatawan (Khan, 2014).
24
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
DAFTAR PUSTAKA
Budi, P. (2019). Etika Bisnis: Suatu Pendekantan dan Aplikasinya
terhadap Stakeholders. CV IRDH: Malang.
Buhalis, D., Harwood, T., Bogicevic, V., Viglia, G., Beldona, S., &
Hofacker, C. (2019). “Technological disruptions in services:
lessons from tourism and hospitality,” Journal of Service
Management, Vol. 30 No 4, pp. 484-506.
Khan, S. (2014). “Tourism Business: An Ethical Dimension,”
International Journal of Hospitality and Tourism Systems, vol. 7,
no. 2, pp. 63-70.
Mahariani, E. (2020). Manajemen Pariwisata. Widina Bakti Persada:
Bandung.
Megawati, V. ; Pratono, A. H.; Mulya, T.W.; Prima, D.A (2021).
“Membangun Etika Bisnis dalam Industri Pariwisata Melalui
Program Pengabdian Masyarakat di Ketapanrame, Mojokerto,
Jawa Timur,” Jurnal Pengabdian Masyarakat Abdimasku, vol. 4,no.
3, pp. 311-319.
Myung, E. (2018). “Progress in Hospitality Ethics Research: A Review
and Implications for Future Research,” International Journal of
Hospitality & Tourism Administration, Vol 19 No 1, pp. 26-51.
2018
Reynolds, D. (2000). “An Exploratory Investigation Into Behaviourally
Based Success Characteristics of Food Service Managers”. Journal
of Hospitality & Tourism Research, Vol 24 No 1, pp. 92-103.
Widyani, A. A. D. (2020). Etika Bisnis: Perspektif Teori dan Praktis. CV
Noah Aletheia: Bali.
25
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
Biodata Penulis
Era Agustina Yamini, S.E., M.Sc.
Penulis lahir di Mataram, 22 Agustus 1991 yang
memulai pengetahuannya pada bidang
Manajemen pada tahun 2009 melalui jenjang S1
pada program studi Manajemen di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram.
Setelah menempuh jenjang S-1, penulis
melanjutkan pendidikannya ke jenjang S-2 pada
program Magister Sains Manajemen Universitas
Gadjah Mada. Penulis mengambil fokus pada
Manajemen Pemasaran, dan beberapa
penilitian yang dilakukan adalah menitikberatkan pada perilaku
konsumen. Penulis fokus meneliti pada bidang pariwisata pada dua
tahun terakhir. Saat ini penulis aktif sebagai dosen program studi
Manajemen di Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dan juga
menjadi pengelola unit usaha UNISA Yogyakarta.
Email Penulis: eraakhair22@gmail.com
26
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
27
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
BAB 3
STANDARISASI PENYELENGGARAAN
PARIWISATA RAMAH MUSLIM
Wildan Nurhidayat, S.Pd., MM.Par.
Universitas Pendidikan Indonesia
Perkembangan Pariwisata Ramah Muslim
Salah satu strategi dalam rangka menggarap peluang pasar industri
pariwisata yang diusung pemerintah melalui Kementrian Pariwisata
dengan menjadikan Indonesia sebagai pariwisata halal terbaik.
Momentum yang didapat adalah ketika pariwisata Indonesia mampu
memikat dunia dengan berhasil menduduki 5 nominasi dari 14
kategori dalam World Halal Travel Awards (WHTA) 2015. Dalam
ajang wisata halal bergengsi tersebut, Indonesia berhasil
mendapatkan 3 penghargaan yaitu; 1) Destinasi wisata terbaik, 2)
Destinasi bulan madu terbaik, dan 3) Hotel ramah keluarga terbaik.
Lombok menjadi destinasi halal terbaik. Selain itu, Indonesia perlahan
menunjukan perbaikan dalam kategori Best Destinations for Muslim
Travelers untuk negara anggota OIC (Organization of Islamic
Cooperation) dengan menekankan aspek layanan dan fasilitas ramah
muslim seperti:
Tabel 3.1
Top 10 OIC Destinations
Peringkat
Perubahan
Peringkat GMTI
2021
DESTINASI
SKOR
1
0
Malaysia
74
2
2
Indonesia
70
2
1
Saudi Arabia
70
28
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
2
0
Turkey
70
5
0
Unite Arab Emirates
66
6
0
Qatar
64
7
1
Iran
63
7
3
Jordan
63
9
-1
Bahrain
62
9
-2
Singapore
62
Sumber: (MASTERCARD-CRESCENTRATING, 2022)
Pariwisata halal menjadi fenomena yang berkembang serta menjadi
isu strategis pemerintah dalam mengembangkan pariwisata
Indonesia, hal tersebut berdasarkan 1) berpeluang menjadi pasar
terbesar wisata ramah muslim, 2) Indonesia berpotensi menjadi
destinasi utama wisata ramah muslim dunia, 3) terobosan membawa
Indonesia menjadi destinasi utama wisata ramah muslim kelas dunia.
Sumber: (KEMENPAR, 2015)
Isu strategis tersebut dipicu berdasarkan tren global wisata halal.
Beberapa Negara non-muslim bahkan mempersiapkan kebutuhan
umat muslim demi menunjang kenyamanan dan keamanan dalam
menikmati waktu berkunjung di negaranya. Bukan tanpa alasan,
beberapa faktor berkembangnya wisata halal dinilai mempunyai
prospek yang cerah dalam meningkatkan perekonomian dari sektor
industri pariwisata (Mastercard & CrescentRating, 2017) (Mastercard
& Crescentrating, 2017), di antaranya adalah:
1. Pertumbuhan populasi muslim yang semakin berkembang di
bandingkan dengan agama lain. Diperkirakan pada tahun 2030
mencapai 26% dari populasi di dunia dan semakin bertambah
cepat dari populasi dunia secara keseluruhan pada tahun 2050.
2. Uang yang berputar dari sektor perjalanan wisatawan muslim
diperkirakan mencapai 220 miliar USD dan total pengeluaran
29
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
wisatawan muslim diproyeksikan mencapai 300 miliar USD di
tahun 2026.
3. Meningkatnya akses terhadap informasi perjalanan. teknologi
yang berkembang pesat terus mengubah industri ini terintegrasi
melalui internet di berbagai platform. Akses yang lebih baik ke
internet melalui penggunaan smartphone juga memberdayakan
lebih banyak wisatawan muslim melakukan lebih banyak
perjalanan dengan berbagai pilihan.
4. Dengan mayoritas muslim yang mewakili Negara ekonomi
berkembang seperti Indonesia, Malaysia, Turki, dan Negara di
kawasan teluk. Bisnis perjalan diproyeksikan akan tumbuh
dengan cepat. Hal ini dijadikan sebagai peluang bisnis yang
dapat menarik banyak wisatawan untuk berkunjung.
Pertumbuhan ini disumbangkan dari meningkatnya sektor MICE
(Meeting, Incentives, Conferences, and Events). Selain itu
pendorong utama pertumbuhan dari bisnis ini adalah
meningkatnya jumlah professional muslim.
5. Kenaikan layanan muslim friendly. Hal ini menciptakan siklus
yang baik serta menciptakan lebih banyak kesempatan bagi
wisatawan muslim untuk berpergian ke seluruh dunia dengan
rasa aman.
6. Meningkatnya kalangan menengah baik dari negara dengan
mayoritas muslim seperti negara di kawasan Asia Timur;
Malaysia, Indonesia, wilayah Eropa Barat dan Amerika Utara
dengan populasi muslim yang mulai tumbuh. Hal ini diikuti
dengan tingkat pendidikan, skil, dan profesionesionalisme yang
tinggi menjadikan penghasilan dari gaji otomatis meningkat.
30
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
Konsep pariwisata halal berkembang dan mulai diterima secara
umum seiring berkembangnya segmen wisatawan muslim di industri
perjalanan dunia. Segala aspek mengenai kebutuhan wisatawan
muslim dalam berwisata tidak luput menjadi perhatian demi
menciptakan rasa aman dan kenyamanan dalam menikmati waktu
berkunjung. Pariwisata halal merupakan aktifitas wisata yang
didukung layanan dan fasilitas dalam memenuhi kebutuhan
wisatawan Muslim (Battour, 2018; N. Wildan & M.N. Della, 2021;
Sofyan, 2017). Dalam memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim dalam
berwisata, suatu destinasi memerlukan pedoman atau standarisasi
yang sesuai dengan ajaran dan syariat Islam.
Hukum dan Peraturan
Dalam menyelenggarakan pariwisata ramah muslim tentunya
dibutuhkan acuan yang tepat sehingga penerapan di sektor usaha
pariwisata mempunyai standar yang jelas dalam mengaplikasikannya.
Kebijakan penyelenggaran pariwisata ramah muslim yang diterapkan
oleh Indonesia mengalami perjalanan dinamis. Pada tahun 2014,
pemerintah menetapkan peraturan Menteri Pariwisata dan Ekraf No.
II tentang pedoman hotel berbasis syariah. Berbeda dengan hotel
pada umumnya, hotel syariah dinilai sebagai akomodasi yang secara
detail memperhatikan kebutuhan tamu muslim sesuai syariat Islam.
Terbitnya pedoman operasional hotel berbasis keislaman tentu
memberikan kesepahaman yang sama dengan acuan yang
terstandarisasi. Namun peraturan ini hanya bertahan selama dua
tahun, pada tahun 2016 ditetapkan Peraturan Menteri Nomor XI
mengenai pencabutan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekraf No. II.
31
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
Pedoman ketentuan hotel syariah kemudian bertumpu pada
ketentuan hotel syariah dalam Fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional)
Nomor 108 Tahun 2016 terkait dengan pedoman penyelanggaraan
pariwisata berdasarkan prinsip syariah. Dalam Fatwa ini,
menghasilkan pedoman penyelanggaraan pariwisata syariah yang
memiliki relevansi dengan 13 jenis usaha pariwisata yang tertuang
dalam pasal XiV dalam UU Kepariwisataan No. X tahun 2009. Prinsip
penyelenggaraan meliputi; 1) Traveler, 2) Biro Perjalanan Wisata
berbasis Syariah (BPWS), 3) Pengusaha di sektor Pariwisata, 4)
Syariah Hotel, 5) Pemandu Wisata, dan 6) Pijat terapi.
MUI (Majelis Ulama Indonesia) berperanan penting dalam
terselenggaranya pariwisata ramah muslim. MUI memiliki peran lain
seperti memberikan fatwa halal dalam produk. Dalam memenuhi
kebutuhan wisatawan muslim dalam berwisata, suatu destinasi
memerlukan produk atau atribut wisata yang sesuai dengan ajaran
syariat Islam, karena dapat membantu dalam memasarkan destinasi
halal dengan menyesuaikan layanan dan produk yang dapat
memberikan kepuasan wisatawan muslim sehingga dapat
meningkatkan jumlah wisatawan pertumbuhan ekonomi (Battour et
al., 2017). Produk yang tersertifikasi halal dapat memberikan jaminan
keamanan bagi para wisatawan khususnya para wisatawan muslim.
Hal ini selaras dengan legalitas yang diakui oleh pemerintah sehingga
konsumen mendapatkan keamanan dan jaminan secara hukum sesuai
dengan UU Tahun 1999 No. VIII mengenai perlindungan untuk
konsumen. Sejak terbitnya UU Tahun 2014 No. 33 tentang Jaminan
untuk Produk Halal, Sertifikasi Halal merupakan kewajiban bagi
pelaku usaha di Indonesia.
32
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
B.P.J.P.H, L.P.P.O.M MUI bertugas sebagai Lembaga yang memeriksa
kehalalan, dan MUI merupakan tiga pihak yang terkait dalam proses
penerbitan sertifikasi-halal. B.P.J.P.H bertugas sebagai pelaksana
jaminan produk halal. L.P.P.O.M MUI bertugas memeriksa berkas,
membuat jadwal pelaksanaan audit, rapat para auditor, menerbitkan
memorandum, menyampaikan berita acara hasil audit pada rapat
komisi fatwa MUI. MUI melalui komisi fatwa menerbitkan fatwa
produk yang halal. Berikut alur sertifikasi halal;
Gambar 3.1.
Alur Sertifikasi Halal
Sumber: (LPPOM MUI, 2022)
Penyelenggaraan Pariwisata Ramah Muslim
Pada tahun 2019, pemerintah melalui kementerian Pariwisata
kemudian menerbitkan panduan penyelenggaraan pariwisata halal.
penerbitan panduan tersebut diharapkan mampu mendorong
pengembangan penyelenggaraan pariwisata ramah muslim, sehingga
Indonesia mempunyai produk pariwisata ramah musim berskala
33
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
internasional serta dapat menarik wisatawan muslim dunia.
(Kementerian Pariwisata, 2019).
Panduan penyelenggaraan pariwisata halal, meliputi usaha; 1) hotel,
2) restoran, 3) spa, dan 4) biro perjalanan wisata. Pelaku usaha
pariwisata yang memiliki sertifikat Sertifikasi Usaha, dapat beroperasi
sesuai persyaratan dan ketentuan yang berlaku. Jenis usaha
pariwisata halal digolongkan menjadi tingkatan klasifikasi 1 - 3.
Berikut salah satu bentuk pedoman penyelenggaraan usaha hotel.
restoran, spa, dan biro perjalanan akan disajikan secara rinci melalui
lampiran.
34
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
Tabel 3.2
Hotel Klasifikasi 1 - 3
(1) Aspek
(2) Unsur
(3) Sub-Unsur
Produk
Toilet umum
1. Terdapat penyekat urinoir untuk menjaga pandangan
2. Terdapat peralatan yang praktis di urinoir dan kloset untuk
bersuci dengan air
Kamar tidur tamu
1. Terdapat sajadah jika diperlukan tamu
2. Terdapat sajadah di kamar tamu jika diperlukan tamu
Kamar tidur tamu
(tambahan untuk
klasifikasi 2)
1. Terdapat sajadah
2. Terdapat jadwal waktu shalat yang tertulis.
3. Terdapat Al-Quran
4. Tidak terdapat akses pornografi dan tindakan asusila
5. Terdapat tanda dilarang merokok di dalam kamar.
6. Terdapat buku doa.
7. Makanan dan minuman harus berlogo halal resmi
35
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
Kamar mandi tamu
1. Terdapat peralatan yang praktis di urinoir dan kloset untuk
bersuci dengan air
2. Terdapat peralatan yang baik untuk berwudhu di kamar mandi
tamu
3. Kamar mandi tamu tertutup
Dapur
1. Terdapat sertifikat halal
Ruang karyawan
1. Terdapat peralatan yang baik untuk bersuci di kloset
karyawan
2. Terdapat penyekat urinoir untuk menjaga pandangan
3. Terdapat peralatan yang baik untuk berwudhu di kamar mandi
karyawan.
Ruang karyawan
(tambahan untuk
klasifikasi 2)
1. Terdapat tempat tertutup untuk berganti pakaian
2. Terdapat ruang solat yang bersih dan terawat
3. Terdapat perlengkapan shalat yang terawat dan bersih.
Ruang ibadah
1. Dengan kondisi bersih dan terawat;
36
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
2. Terdapat pembatas/pemisah di area shalat laki-laki dan
perempuan
3. Terdapat perlengkapan shalat yang baik dan terawat.
4. Terdapat sirkulasi udara serta tersedia alat pendingin atau
kipas angin.
5. Pencahayaan yang terang.
6. Tempat wudhu yang terpisahantara laki-laki dan perempuan
7. Kondisi tempat wudhu yang bersih dan terawat.
8. Terdapat instalasi air bersih untuk berwudhu.
Ruang ibadah
(tambahan untuk
klasifikasi 2)
1. Terdapat saluran pembuangan berkondisi baik untuk bekas air
wudhu.
Lobby (tambahan
Klasifikasi 2)
1. Terdapat bacaan Islami dan/atau memiliki pesan moral
37
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
Front office
(tambahan Klasifikasi
3)
1. Terdapat informasi tertulis tidak menerima pasangan yang
bukan mahram
Interior dan ornament
(tambahan Klasifikasi
2)
1. Jika terdapat ornamen lukisan, patung, dan hiasan, tidak
mengarah pada bentuk kemusyrikan dan pornografi.
Kolam renang
(tambahan Klasifikasi
2)
1. Berada dalam ruangan dan/atau terhindar dari pandangan
secara umum
Pelayanan
Kantor depan
1. Memberikan informasi masjid yang terdekat dengan hotel
2. Memberikan informasi jadwal shalat
3. Memberikan informasi restoran dan/atau rumah makan halal.
Kantor depan
(tambahan Klasifikasi
2)
1. Memberikan informasi kegiatan yang bernuansa Islami (bila
ada)
2. Terdapat perlengkapan shalat yang bersih dan terawat.
Tata graha
1. Terdapat perlengkapan shalat yang bersih dan terawat.
38
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
2. Menyediakan ruangan atau area untuk shalat Jumat (jika tidak
ada masjid yang dekat dengan hotel).
Tata graha (tambahan
Klasifikasi 2)
1. Tersedia jadwal waktu shalat
2. Tersedia Al-Quran
3. Tersedia buku doa
4. Menyediakan ruangan atau area untuk shalat Jumat (jika tidak
ada masjid yang dekat dengan hotel).
5. Tidak menyediakan makanan dan minuman non halal
Makan dan minum
1. Terdapat pilihan makanan dan minuman halal
2. Terdapat ta'jil pada bulan Ramadhan.
3. Terdapat makan sahur pada bulan Ramadhan.
Public bar (tambahan
Klasifikasi 2)
1. Tidak terdapat minuman beralkohol
Olahraga, rekreasi dan
Kebugaran (tambahan
Klasifikasi 2)
1. Mengatur jadwal penggunaan sarana kebugaran untuk pria
dan wanita
39
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
1. Menunjuk instruktur kebugaran pria khusus untuk pria, serta
wanita khusus untuk wanita
Kolam renang
(tambahan Klasifikasi
2)
1. Mengatur jadwal penggunaan kolam renang untuk pria dan
wanita.
Spa (apabila ada)
1. Pelayanan spa hanya melayani pijat kesehatan dan perawatan
kecantikan
2. Menunjuk terapis pria khusus untuk pria dan terapis wanita
khusus untuk wanita
3. Layanan terapis menghindari menyentuh dan melihat area
sekitar organ intim.
Spa (apabila ada)
(tambahan Klasifikasi
2)
1. Bak rendam tidak digunakan secara bersama-sama (apabila
tersedia)
2. Aktivitas olah fisik dan jiwa (apabila tersedia) tidak mengarah
pada kemusyrikan
40
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
Keramahtamahan
(tambahan Klasifikasi
2)
1. Mengucapkan salam untuk memulai komunikasi
Fasilitas hiburan
1. Tidak terdapat fasilitas hiburan yang mengarah pada
pornografi, pornoaksi, dan tindakan asusila
Fasilitas hiburan
(tambahan Klasifikasi
2)
1. Penggunaan musik baik secara langsung atau rekaman tidak
bertentangan dengan nilai dan etika seni dalam Islam
2. Terdapat pilihan saluran TV khusus yang bernuansa Islami
Pengelolaan
Manajemen usaha
1. Terdapat Sistem Jaminan Halal
Sumber daya manusia
1. Karyawan dan karyawati memakai seragam yang sopan
Sumber: (Kementerian Pariwisata, 2019)
41
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
DAFTAR PUSTAKA
Battour, M. (2018). Muslim Travel Behavior in Halal Tourism.
Mobilities, Tourism and Travel Behavior - Contexts and
Boundaries, 1–14. https://doi.org/10.5772/intechopen.70370
Battour, M., Ismail, M. N., Battor, M., & Awais, M. (2017). Islamic
tourism: an empirical examination of travel motivation and
satisfaction in Malaysia. Current Issues in Tourism, 20(1), 50–67.
https://doi.org/10.1080/13683500.2014.965665
KEMENPAR. (2015). Laporan Akhir Kajian Pengembangan Wisata
Syariah. In Laporan Akhir Kajian Pengembangan Wisata Syariah
(Issue Syariah Tourism).
http://www.ssrn.com/abstract=2916590
LPPOM MUI. (2022). PROSEDUR SERTIFIKASI HALAL. Global Halal
Center.
Mastercard, & CrescentRating. (2017). MasterCard-CrescentRating
Global Muslim Travel Index 2017. May, 1–54.
https://doi.org/10.1287/mnsc.2015.2270
MASTERCARD-CRESCENTRATING. (2022). MASTERCARD-
CRESCENTRATING GLOBAL MUSLIM TRAVEL INDEX 2022
Mastercard-CrescentRating.
N. Wildan, & M.N. Della. (2021). The influence of halal tourism
destination attributes on tourist satisfaction in Bandung. In C. U.
A. D. T. M. R. O. R. Y. Y. Ahmad Hudaiby Galih Kusumah (Ed.),
Promoting Creative Tourism: Current Issues in Tourism Research
(1st ed.). Routledge.
Sofyan, R. (2017). Prospek Bisnis Pariwisata Syariah. Buku Beta.
42
ETIKA DALAM BISNIS PARIWISATA
Biodata Penulis
Wildan Nurhidayat, S.Pd., MM.Par.
Penulis merupakan lulusan pendidikan strata
1 Pendidikan Bahasa Perancis di Universitas
Pendidikan Indonesia pada Fakultas
Pendidikan Bahasa dan Seni pada tahun 2009.
Pengalaman praktisi, penulis pernah bekerja
±5 tahun di Industri Pariwisata, bidang
Hospitality di Perusahaan Perancis. Tahun
2016, penulis memutuskan untuk melanjutkan
studi di Sekolah Tinggi Pariwisata NHI
Bandung (POLTEKPAR NHI BANDUNG) di
Program Manajemen Pariwisata dengan
konsentrasi Manajemen Perhotelan. Saat ini penulis aktif sebagai
dosen di Program S1 Studi Industri Pariwisata Universitas Pendidikan
Indonesia, kampus di Sumedang.
Email Penulis: wildannurhidayat@upi.edu
43
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
BAB 4
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
Frankie Jan Salean, S.E., M.P.
Universitas Kristen Artha Wacana
PARIWISATA SEBAGAI PRIME MOVER
Pariwisata adalah salah satu sector yang paling progresif dalam
industri di berbagai Negara. Saat ini pariwisata dapat disimpulkan
sebagai sektor utama ekonomi (Prime Mover) oleh karena pariwisata
merupakan bagian dari struktur ekonomi yang terkait dengan banyak
sub sector lainnya sehingga pariwisata memiliki dampak pada hampir
semua industri lainnya. Karena merupakan salah satu industri
terbesar, maka dengan sendirinya sector ini dapat menyerap banyak
tenaga kerja dan sekaligus memberikan kontribusi pada
perekonomian suatu Negara dalam porsi yang cukup besar. Bila
dikelola secara baik maka semua orang akan mendapatkan
keuntungan dari sector pariwisata. Dalam arti luas, industri
pariwisata adalah total semua bisnis yang secara langsung
berhubungan dengan upaya menyediakan barang atau layanan untuk
memfasilitasi semua kaitan kebutuhan sector tersebut, misalnya
transportasi, jasa kuliner, perhotelan, jasa keuangan, berbagai bisnis
kesenangan dan rekreasi serta masih banyak lagi usaha yang terkait
lainnya.
Industri pariwisata adalah kategori bisnis dan layanan yang luas yang
berfokus pada penyediaan barang dan jasa bagi para wisatawan.
Industri ini mencakup semuanya sub sector yang terkait, mulai dari
44
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
hotel, restoran, perusahaan transportasi, operator tur, atraksi, dan
jasa serta barang pendukung lainnya. Pariwisata selain dapat
memberikan kesempatan unik bagi pengunjung untuk menjelajahi
berbagai budaya dan tempat yang belum pernah mereka akses
sebelumnya, juga menjadi bagian penting dalam perekonomian suatu
negara karena kedatangan pengunjung akan membawa nilai tambah
dalam kegiatan ekonomi daerah tersebut, terutama dalam bentuk
pembelanjaan mata uang asing pada komunitas lokal. Disisi lain
dampak aktivitas pariwisata dengan semua sub sector pendukungnya
akan dapat menciptakan lapangan kerja.
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan
semakin baiknya jaringan infrastruktur transportasi maka Industri
pariwisata terus berkembang menjadi salah satu industri terbesar dan
merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di
dunia saat ini. Organisasi pariwisata dunia, dalam hal ini UN-WTO
memperkirakan pada tahun 2024 internasional turis akan mencapai
1,8 milyar travelers. Secara total, tingkat pertumbuhan kunjungan
wisatawan diperkirakan 5,1 persen per tahun. Untuk wilayah Asia
Timur dan Pasifik, bahkan diperkirakan dapat dicapai pertumbuhan
yang lebih tinggi yaitu 6,8 persen, angka ini akan bertambah seiring
dengan menurunnya kasus Pandemi Covid-19, sejak awal tahun 2023
yang lalu.
INDUSTRI PARIWISATA
Menurut WTO (1993) ”Pariwisata meliputi kegiatan orang-orang yang
bepergian dan tinggal di tempat-tempat di luar kebiasaan atau diluar
lingkungan mereka, selama kurun waktu tidak lebih dari satu tahun
berturut-turut untuk tujuan rekreasi, bisnis, dan lainnya. Karena itu
45
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
dalam prakteknya banyak sekali aktivitas yang terkait yang
mendukung kegiatan pariwisata. Aktivitas terkait ini dikelompokan
dalam suatu industry yang selanjutnya kita sebut Industri Pariwisata.
Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling
terkait, dalam rangka menghasilkan barang dan jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
David Weaver dan Laura Lawton (2014:41) mendefenisikan struktur
industry pariwisata sebagai “the sum of the industrial and commercial
activities that produce goods and services wholly or mainly for tourist
consumption. Broad categories commonly associated with the tourism
industry include accommodation, transportation, food and beverage,
tour operations, travel agencies, commercial attractions and
merchandising of souvenirs, duty-free products and other goods
purchased mainly by tourists” dengan kata lain Industri pariwisata
dapat didefinisikan sebagai jumlah dari kegiatan industri dan
komersial yang menghasilkan barang dan jasa seluruhnya terutama
untuk konsumsi wisatawan. Secara umum yang terkait dengan
industri pariwisata termasuk jasa akomodasi, transportasi, penjualan
produk makanan dan minuman, jasa operasi tur, jasa agen perjalanan,
penyedia jasa atraksi komersial dan perdagangan suvenir atau produk
bebas pajak, dan barang lain yang dibeli terutama oleh wisatawan.
Industri pariwisata, sebagaimana diuraikan lebih lanjut oleh Weaver
dan Lawton (2014;140) mencakup usaha-usaha yang menyediakan
barang dan jasa seluruhnya atau sebagian untuk konsumsi wisatawan.
Walaupun demikian beberapa produk dari aspek industri pariwisata
relatif mudah untuk diidentifikasi sebagai bagian dari bisnis
pariwisata (misalnya akomodasi dan biro perjalanan), tetapi produk
46
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
barang atau jasa yang lain (misalnya transportasi dan restoran) lebih
sulit dibedakan menjadi komponen atau bagian dari industry
pariwisata, karena dimanfaakan atau dikonsumsi juga oleh sector
nonwisata.
Pembahasan mengenai struktur Industri Pariwisata, tidak terlepas
dari struktur pasar berbagai produk barang dan jasa yang terkait
dengan kebutuhan sector ini. Struktur Industri Pariwisata mengacu
pada organisasi dan karakteristik pasar yang saling berhubungan satu
dengan lainnya. Industri perjalanan dan pariwisata dianggap oleh
banyak orang sebagai industri terbesar di dunia. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika struktur industri pariwisata cukup kompleks yang
melibatkan banyak komponen pariwisata. Dengan pemahaman
seperti ini dapat dibayangkan betapa banyaknya para pihak, orang
bahkan organisasi / institusi yang terlibat dalam pasar sector
pariwisata atau dalam struktur industry pariwisata.
Para pihak, orang atau institusi yang terlibat dalam industry
pariwisata meliputi perusahaan swasta yang berorientasi pada profit
hingga badan amal dan LSM, pemerintah, system keamanan, bahkan
masyarakat sosial. Masing-masing dengan peran yang berbeda-beda.
Dengan kata lain struktur industri perjalanan dan pariwisata itu
kompleks karena terdiri dari berbagai organisasi komersial dan non-
komersial yang saling terkait. Walaupun demikian industri perjalanan
dan pariwisata sebagian besar dipimpin oleh sektor swasta yang
didominasi oleh perusahaan tersebut berskala kecil dan menengah.
Dalam jumlah yang terbatas terdapat pula industry pariwisata
berskala internasional yang melibatkan jaringan perusahaan
multinasional, seperti jaringan bisnis akomodasi (hotel) berbintang
47
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
dan jasa transportasi (udara) dan jasa pelayanan tour travel serta jasa
pelaksanaan event kegiatan wisata.
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
Sebagaimana diketahui bahwa industry pariwisata merupakan
perpaduan dari berbagai produk barang dan jasa, yang secara kolektif
terintegrasi menawarkan produk akhir kepada konsumen khusus
yaitu wisatawan. Berbagai komponen produk wisata tersebut
selanjutnya akan dibahas sebagai suatu konsep industri pariwisata.
Struktur industry pariwisata ini melibatkan berbagai produk barang
dan jasa seperti atraksi, akomodasi aksesibilitas, amenitas, kegiatan,
penduduk lokal, turis, dan lainnya.
Gambar 4.1.
Struktur Industri Pariwisata
Lesley Pender dan Richard Sharpley, dalam bukunya The Management
of Tourism (2005:6) mengatakan Pariwisata adalah suatu fenomena
yang kompleks, industry ini merupakan bisnis multisektoral karena
48
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
mencakup industri yang berbeda sektor. Sementara B. Quattrociocchi;
F. Mercuri; M. Perano; M. Calabrese dalam artikel Tourism Supply Chain
& Strategic Partnerships For Managing The Complexity In Tourism
Industry (2017) berpendapat bahwa struktur industry pariwisata
paling tidak terdiri dari lima (5) kelompok sector industry yang secera
ringkas dapat digambarkan sebagaimana gambar berikut ini. Struktur
industry pariwisata terdiri dari; transport sector, tourist activities,
hotel industry, food and baverage dan assocated sectors. Berikut ini
deskripsi masing-masing industry yang terlibat atau merupakan
bagian dari struktur industry pariwisata secara keseluruhan.
1. Transportations (transportasi)
Struktur industry pariwisata yang pertama adalah transportasi.
Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi atau
pengangkutan sangat dibutuhkan karena sangat menentukan
jarak dan waktu dalam suatu perjalanan pariwisata. Transportasi
baik transportasi darat, udara, maupun laut merupakan suatu
unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-
gejala pariwisata. Terdapat lima (5) komponen penting dalam
industry transportasi, yaitu: transportasi laut, transportasi udara,
kereta api, trasportasi darat dan pedestrian.
2. Attractions dan Activities (daya Tarik dan aktivitas)
Salah satu tujuan utama wisatawan berkunjung ke suatu tempat
oleh karena adanya daya Tarik dan aktivitas yang mendorong
mereka melakukan perjalanan. Daya Tarik (Attractions) yang
secara umum dapat digolongkan menjadi site
attractions dan event attractions.
49
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen
dengan lokasi yang tetap yaitu tempat-tempat wisata yang ada di
daerah tujuan wisata seperti kebun binatang, museum dan
lainnya. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang
berlangsung sementara dan lokasinya dapat diubah atau
dipindah dengan mudah seperti festival- festival, pameran, atau
pertunjukan- pertunjukan kesenian daerah. Sementara Activities
dapat berupa pertemuan-pertemuan, rapat-rapat, konferensi,
workshop, seminar, symposium atau semua aktivitas yang
memiliki konsekuensi berpindahnya orang dari luar kota menuju
tempat aktivitas berlangsung. Ini adalah struktur industry
pariwisata yang pertama yang menjadi alasan mengapa orang
melakukan perjalanan dari tempat asalnya.
3. Acomodation dan amenities (akomodasi dan fasilitasnya)
Akomodasi adalah salah satu industry penting dalam model
struktur industry pariwisata sebagaimana digambarkan pada
gambar 1 yang diadopsi dari Tourism Supply Chain & Strategic
Partnerships For Managing The Complexity In Tourism Industry
(2017:65) dalam konteks ini dilengkapi lagi dengan industry
amenities. Industri ini tidak saja dalam bentuk hotel tetapi
termasuk akomodasi seperti bungalo, asrama (dormitories), vila,
hostel pemuda (youth hostels), pondok pelancong (travellers
lodge), rumah sewa (home stay) dan bahkan ruang capsul yang
saat ini mulai berkembang sebagai jasa akomodasi murah.
Sementara amenities atau fasilitas penginapan dapat berupa
Support Industries yaitu toko souvenir, toko cuci pakaian,
pemandu, daerah festival, dan fasilitas rekreasi (untuk kegiatan),
50
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
maupun amenitas lainnya seperti jalan raya, tempat rekreasi,
taman bermain, taman, pasokan air dan listrik, penerangan jalan,
pekerjaan umum dan utilitas, layanan public lainnya.
4. Food and culinary (Makanan dan Kuliner)
Wisatawan yang melakukan perjalanan biasanya tertarik juga
untuk menikmati makanan local dan wisata kuliner setempat.
Wisata kuliner biasa disebut juga wisata gastronomi, dilakukan
oleh individu yang mencari pengalaman kuliner untuk
memperluas pemahaman mereka tentang budaya atau gaya
hidup saat bepergian. Dalam konteks yang berbeda wisata
makanan tidak hanya memperluas selera wisatawan, tetapi juga
memberi mereka pengalaman dan pengetahuan tentang
hubungan antara makanan dan adat istiadat setempat
masyarakat setempat. Mereka mencari pengalaman kuliner
autentik yang memaparkan mereka pada rasa, tekstur, dan tradisi
baru.
Dampak industry pariwisata kuliner bermanfaat bagi
pertumbuhan ekonomi lokal. Namun, ada juga kerugiannya yang
dapat menantang komunitas dan menghancurkan warisan
budayanya untuk mencari keuntungan. Menurut WFTA,
wisatawan umumnya menghabiskan sekitar 25%-30% dari
anggaran perjalanan mereka untuk menikmati makanan dan
minuman lokal. Hal ini bisa berarti peningkatan keuntungan bagi
masyarakat lokal serta anggaran pemerintah daerah karena pajak
yang dikenakan pada makanan yang dibeli oleh wisatawan.
Peningkatan pendapatan ini dapat memberikan kemampuan
kepada pemerintah daerah untuk berinvestasi dalam pemasaran
51
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
kepada wisatawan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan
keuntungan bagi toko, restoran, hotel, dan layanan transportasi
lokal. Peningkatan wisata kuliner juga dapat menanamkan
kebanggaan pada budaya lokal dan membantu memastikan
tingkat pengangguran tetap rendah oleh karena para pekerja
industry kuliner dapat melakukan bisnisnya sepanjang waktu,
terutama pada saat liburan dan waktu kunjungan wisatawan.
5. Asosiasi dan Jasa Lainnya
Selain asosiasi regulator yang menjadi tanggung-jawab
pemerintah, maka industri lain yang terkait dengan bisnis
pariwisata adalah perusahaan jasa yang tergabung dalam asosiasi
jasa pariwisata, antara lain jasa operator tur, asosiasi badan
pengatur seperti Asosiasi Profesional Pariwisata Indonesia
(ASPPI), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI),
ASITA atau Asosiasi Travel Agen, Himpunan Pramuwisata
Indonesia (HPI) termasuk juga asosiasi jaringan internasional
seperti ; World Tourism Organisation (WTO), World Traveland
Tourism Council (WTTC), International Air Transport Association
(IATA), dan lain-lainnya. Organisasi asosiasi ini adalah lembaga
atau badan pengatur yang fungsi utamanya adalah mengatur dan
mengawasi kebijakan dan aktivitas yang terkait dalam industry
pariwisata.
Pelaku bisnis atau industry utama dari struktur asosiasi pariwisata
adalah agen perjalanan dan operator tur yaitu perusahaan yang
menawarkan layanan pariwisata kepada pelanggan atau wisatawan.
Industri ini adalah perusahan yang memberikan produk dan layanan
perjalanan dan pariwisata kepada masyarakat pengguna jasa
52
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
pariwisata dengan menawarkan produk pariwisata kepada klien
dengan menyusun berbagai paket akomodasi, transportasi, layanan
atraksi, aktivitas lainnya yang menjadi alasan orang melakukan
perjalanan wisata. Ruang lingkup layanan asosiasi pariwisata ini
meliputi beberapa unsur pokok produk industri pariwisata yang
dibutuhkan wisatawan, dari sejak meninggalkan kediamannya hingga
kembali ke asalnya, yang merupakan satu paket, yaitu:
1. Jasa-jasa travel agent untuk mengurus dokumen perjalanan,
seperti passport, exit permit, visa, ataupun tiket pesawat terbang.
2. Jasa-jasa pelayanan taksi atau coach-bus untuk transportasi
Selma melakukan perjalanan wisata.
3. Jasa-jasa maskapai penerbangan (airlines) yang akan membawa
wisatawan ke tempat tujuan yang dikehendaki.
4. Jasa-jasa akomodasi penginapan (accommodation) ditempat yang
dituju selama berkunjung di daerah tujuan.
5. Jasa-jasa tour operator untuk kegiatan sightseeing tour ke obyek-
obyek wisata.
6. Jasa-jasa pelayanan yang diberikan oleh obyek wisata dalam
bentuk atraksi, dan entertainment di tempat yang dikunjungi.
7. Jasa-jasa souvenir, handycraft centre, dan sebagainya
LINKAGE DAN MULTIPLIER INDUSTRI PARIWISATA
Seperti yang telah kita ketahui bahwa dari gambaran tentang struktur
industri pariwisata Nampak bahwa industry ini memiliki struktur
yang kompleks karena ciri khas produk wisata yang melibatkan
banyak pihak, karena itu para ekonomi dapat melakukan kajian atau
analisis dengan melihat keterkaitan (linkage) antar pelaku bisnis
dalam industry pariwisata, dengan cara mengamati rantai pasok
53
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
pariwisata secara khusus. Kalau rantai pasok secara umum adalah
pergerakan barang atau jasa dari produsen kepada pengguna akhir.
Dalam hal pariwisata, beberapa produk bukanlah produk akhir dari
suatu rantai pasokan, tetapi dapat saja berupa penggabungan
berbagai layanan dari berbagai sector ekonomi, misalnya jasa
transportasi, penyedia rumah makan dan lainnya. .
Industri pariwisata memiliki keterkaitan (linkage) yang kompleks
karena kekhasan produk wisata. Misalnya agar dapat menjalankan
fungsinya secara efektif organisasi perjalanan seperti biro perjalanan
atau operator tur perlu bekerja sama dengan erat dengan banyak
organisasi lainnya. Gambar di bawah menunjukkan berbagai
keterkaitan yang ada dalam industri pariwisata. Seperti yang bisa kita
lihat, biro perjalanan perlu memiliki hubungan dekat tidak hanya
penyedia jasa akomodasi dan transportasi tetapi juga dengan
organisasi pemerintah seperti Kementerian Pariwisata, Kementerian
Luar Negeri, Perusahaan Perbankan & Asuransi dll
Gambar 4.1.
Ilustrasi Model Lingake Industri Pariwisata
54
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
ampak bahwa analisis keterkaitan antar sector dalam industry
pariwisata penting dilakukan ketika membahas struktur industry
pariwisata, agar dapat diketahui seberapa kuat hubungan atau
pengaruh antar sector dalam industry pariwisata,. Analisis linkage
biasanya dimulai dengan mengkaji kekuatan dari hubungan antar
sektoral, baik keterkaitan kedepan (Forward Linkage) maupun
keterkaitan kebelakang (Backward Linkage) antara pariwisata dan
industri lain dalam perekonomian lainnya. Forward Linkage
menganalisis keterkaitan antar sector dari pariwisata sebagai
pemasok ke industri lain dalam ekonomi sedangkan Backward
Linkage menganalisis hubungan atau keterkaiktan relatif sector
pariwisata dengan produk barang atau jasa yang dibutuhkannya.
Dengan analisis seperti ini dapat diketahui pengaruh atau dorongan
yang timbul dari berkembangnya sector pariwisata bagi
perekonomian Negara atau daerah kita.
Tujuan utama dari analisis semacam ini adalah untuk
meningkatkan konsumsi barang dan jasa yang dapat diperoleh secara
kompetitif dari sumber lokal, serta juga bertujuan untuk menciptakan
lapangan kerja sambil menghasilkan dan mempertahankan potensi
perolehan devisa negara yang timbul dari berkembangnya sektor
pariwisata. Namun analisis seperti ini membutuhkan metode khusus
atau alat (tools) ekonometrik yang dapat dipelajari secara khusus
dalam kesempatan yang lain. Ketika membahas mengenai struktur
industry pariwisata, maka para ekonom dapat memperluas analisis
dengan menggunakan alat atau metode seperti ini.
Analisis multiplier dalam industry pariwisata juga
merupakan satu hal penting yang dalam kaitan dengan pembahasan
55
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
mengenai struktur industry pariwisata. Hal ini dilakukan mengingat
setiap ada tambahan pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan
tentu saja merupakan pendapatan bagi daerah yang dikunjungi.
Tambahan pengeluaran dan pendapatan ini akan semakin berlipat
(multiplier) oleh karena aktivitas dalam sector pariwisata sangat
kompleks dan melibatkan banyak sub sector lainnya, sebagaimana
telah dijelaskan dalam penjelasan mengenai linkage sebelumnya.
Setiap pembelanjaan yang dilakukan oleh wisatawan otomatis akan
menjadi pendapatan bagi masyarakat local. Tambahan pendapatan
bagi masyarakat local pada gilirannya akan meningkatkan
pengeluaran mereka baik untuk konsumsi maupun untuk investasi,
demikian seterusnya. Dengan melakukan analisis multiplier, para
ekonomi dapat mengetahui bidang usaha atau sub sector mana saja
yang dorongan multiplier nya besar, dan sub sector mana saja yang
secara cepat akan mendorong tumbuhnya perekonomian nasional di
daerah tersebut.
Efek positif pariwisata terhadap ekonomi suatu Negara
meliputi berbagai faktor seperti tingkat lapangan kerja, nilai tukar,
pendapatan penduduk, devisa, dan lainnya. Efek positif dari
pariwisata membantu perekonomian negara dengan meningkatkan
jumlah lapangan kerja di negara tersebut. Ketika tingkat lapangan
kerja meningkat maka pendapatan penduduk negara tersebut secara
otomatis meningkat pula. Penduduk menggunakan pendapatan ini
untuk meningkatkan standar hidup mereka. Karenanya pendapatan
dan standar hidup penduduk meningkat karena pariwisata.
Efek Pengganda Ekonomi (multiplier) dipandang sebagai
salah satu faktor positif terpenting dalam industri pariwisata. Efek
56
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
Pengganda Ekonomi adalah situasi di mana pendapatan yang
diperoleh melalui kegiatan pariwisata digunakan untuk
pengembangan industri lebih lanjut. Karena Efek Pengganda
Ekonomi, aliran uang dari industri pariwisata terus meningkat yang
mengakibatkan fasilitas lebih tertata dan berkembang. Selain itu
Pariwisata adalah kegiatan yang juga membantu menyeimbangkan
impor dan ekspor negara sehingga nilai tukar dapat dikelola.
57
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
DAFTAR PUSTAKA
A. Yoeti, Oka. (1997). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT
Pradnya Paramita. Jakarta
A. Yoeti, Oka, (1985). Pemasaran Pariwisata. Angkasa Offset, Bandung.
Addin, M. (2014). Tinjauan Kesadaran Merek Pariwisata Indonesia
“Wonderful Indonesia”. Bulletin Penelitian Destinasi Pariwisata,
Volume 1 Nomor 133144.
Bahar, Herman. (2002). Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta
David Weaver dan Laura Lawton. (2014), Tourism Management, John
Wiley & Sons Australia, Ltd.
Stephen J. Page, (2009). Tourism Management Managing For Change
Butterworth-Heinemann Jordan Hill, Burlington, USA
Lesley Pender and Richard Sharpley, (2005). The Management of
Tourism. SAGE Publications Ltd 1 Oliver’s Yard 55 City Road
London.
Leiper, N. (2004). Tourism Management. Australia: Person Hospitality
Press.
Muhammad Ashoer dkk. (2021). Ekonomi Pariwisata, Yayasan Kita
Menulis, Medan
Bernardino Quattrociocchi, dkk. (2017). Tourism Supply Chain &
Strategic Partnerships For Managing The Complexity In Tourism
Industry Enlightening Tourism. A Pathmaking Journal, Vol 7, No.1.
58
STRUKTUR INDUSTRI PARIWISATA
Biodata Penulis
Frankie Jan Salean, S.E., M.P.
Penulis lahir di Kupang – Nusa Tenggara
Timur, menyelesaikan studi Sarjana pada
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga, pada tahun 1989, kemudian
melanjutkan studi pada program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Jogjakarta. Sejak tahun 1990 bekerja sebagai
Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas
Kristen Artha Wacana Kupang, sampai saat
ini. Penulis memiliki kepakaran dibidang
Manajemen Keuangan Publik. Sejak tahun
2019, penulis tertarik untuk memperdalam
bidang pariwisata sebagai bentuk dukungan perhadap program studi
manajemen pariwisata ditempat penulis bekerja. Dalam karier
sebagai dosen professional, penulis aktif sebagai peneliti dibidang
kepakarannya tersebut. Beberapa karya penelitian dan tulisan telah
dipublikasikan secara luas dalam beberapa media dan jurnal, antara
lain; Seri Book Chapter PERILAKU ORGANISASI dan, ORGANISASI &
MANAJEMEN. Selain itu penulis terlibat aktif bersama beberapa
lembaga dalam berbagai project seperti; ILO (Jaminan Sosial Pekerja
Ekonomi Informal di Indonesia), Public Expenditure Analysis
(Kerjasama World Bank, Australian Indonesia Partnership dan
Provinsi NTT), serta sebagai expert dalam penyusunan Rencana Induk
Pariwisata Provinsi NTT dan beberapa daerah kota/kabupaten lain.
Email Penulis: frankie_ukaw@yahoo.com
59
INDUSTRI PERHOTELAN
BAB 5
INDUSTRI PERHOTELAN
Winda Gafrilia Prianka, MM.Par.
Universitas ‘Aisyiyah Bandung
Sejarah Perhotelan
Pada abad ke -18 di London inggris kata hotel digunakan sebagai hotel
garni yang merupakan rumah besar dilengkapi dengan sarana tempat
menginap atau tempat tinggal yang disewakan baik secara harian,
mingguan dan bulanan. Istilah "hotel" pertama kali digunakan di
masyarakat umum pada tahun 1797 dan merupakan turunan dari kata
Prancis "hostel", yang berasal dari bahasa Latin "hospes". Losmen
adalah nama yang diberikan untuk fasilitas akomodasi yang
digunakan oleh para pelancong di Inggris sebelum kata hotel
digunakan. Definisi "hotel" dan "penginapan" identik dalam
nomenklatur resmi. Suwithi, dkk. (2008) meringkas evolusi nama,
tujuan, dan peran hotel dalam buku mereka Akomodasi Perhotelan.
Moniker "Penginapan" yang dikenal dengan hotel dapat dipahami
sebagai orang yang menyewakan sebagian rumahnya kepada mereka
yang membutuhkan tempat tinggal. Kamar sewaan sering digunakan
bersama oleh beberapa orang. Sejak abad pertama Masehi,
perusahaan persewaan kamar ini menjadi terkenal. Nama lain
perusahaan persewaan kamar yang sering digunakan ini adalah
"Lodge", yang mengacu pada perusahaan yang hanya menawarkan
penginapan kepada para pelancong. Tanggung jawab, kewajiban, dan
fasilitas "Penginapan" telah berkembang seiring dengan peradaban.
60
INDUSTRI PERHOTELAN
Meski masih dalam tahap sangat mendasar, sejumlah fasilitas telah
ditambahkan, antara lain penyediaan air untuk mandi serta makanan
dan minuman. Industri jasa penginapan ini didukung lebih lanjut oleh
penciptaan uang pada abad keenam M, dan mencapai puncaknya
selama Revolusi Industri di Inggris antara tahun 1750 dan 1790.
Revolusi Industri di Inggris mempercepat ekspansi ekonomi dan
komersial, mendorong mobilisasi pekerja dari rumah ke tempat kerja,
dan bahkan mendorong perdagangan internasional. Akibat keadaan
ini, semakin banyak orang yang berpindah dari satu lokasi ke lokasi
lain, sehingga meningkatkan kebutuhan akan layanan hotel. Keadaan
ini semakin mendorong berkembangnya sektor jasa akomodasi
(penginapan), baik dari segi jumlah pelanggan maupun volume
pendapatan. Di Canterbury, Inggris, sebuah penginapan tercatat pada
tahun 1129, tetapi penginapan tertua di Amerika Serikat berasal dari
tahun 1607 di sana. Sebuah hotel dengan 73 kamar, yang dikenal
sebagai City Hotel, dibangun di New York City pada tahun 1794.
Meskipun cara pengoperasian City Hotel pada awalnya tampak aneh,
pada akhirnya dengan cepat menjadi buah bibir dan pusat dari semua
peristiwa di kota. Sejak saat itu, semakin banyak orang yang mengenal
kata "hotel". Selain itu, ketika fokus pembangunan ekonomi bergeser
dari Inggris ke Amerika Serikat, hotel mulai bermunculan di sana. Di
Amerika Serikat, sebuah hotel yang dikenal sebagai "The Tremont
House" dibuka pada tahun 1829. Beberapa ahli kemudian
menganggap pendirian ini sebagai awal dari keramahan kontemporer.
Hotel "The Tremont House" adalah yang pertama menyediakan
konfigurasi kamar tunggal dan ganda, kunci individual untuk setiap
kamar, pasokan air minum, layanan pelayan, dan masakan Prancis
61
INDUSTRI PERHOTELAN
untuk industri perhotelan. Bahkan hotel ini mulai terkenal dan
menjadi titik persinggahan yang populer. Dalam upaya untuk lebih
meningkatkan kualitas dan memberikan pengalaman yang
memuaskan kepada pelanggannya, The Tremont House adalah hotel
pertama yang menawarkan pendidikan dan memilih sendiri anggota
stafnya. Hotel tidak menyediakan pendingin atau pemanas untuk
setiap kamar saat itu, juga tidak menawarkan layanan toilet. Ini
sekarang adalah suatu keharusan. Hotel ini telah dibuka selama 20
tahun hingga ditutup untuk renovasi. Tidak dapat disangkal bahwa
kesuksesan Tremont House memicu perkembangan hotel-hotel lain,
yang kemudian bersaing satu sama lain untuk meningkatkan kualitas
penawaran dan fasilitasnya. Industri perhotelan mengalami
perubahan signifikan pada awal abad ke-20, termasuk pengenalan
hotel kelas menengah yang mengutamakan kepraktisan daripada
kemewahan dan keterjangkauan bagi pelancong bisnis dan wisatawan
yang benar-benar membutuhkannya. Hotel-hotel ini juga berkembang
pesat.
Sejarah Hotel di Indonesia
Meski Indonesia sudah terkenal di industri perjalanan sejak sebelum
Perang Dunia I, ribuan pelancong masih berwisata ke sana setiap
tahun. Suwithi, dkk (2008). mengklaim bahwa meskipun tidak banyak
hotel di Indonesia selama masa penjajahan Belanda, mereka memang
ada. Hotel-hotel besar berskala internasional mulai bermunculan di
mana-mana setelah masa kemerdekaan, terutama di kota-kota besar
seperti Jakarta, Denpasar, Bandung, Surabaya, Medan, Semarang,
Yogyakarta, dan lain-lain. Menurut catatan, pengunjung mancanegara
selalu disambut di Hotel Des Indes di Jakarta, Hotel Savoy Homann di
62
INDUSTRI PERHOTELAN
Bandung, dan Hotel Bali Beach di Bali. Setelah negara merdeka pada
tahun 1945, hotel-hotel bersejarah di Indonesia mulai bermunculan.
Ir. Sukarno, sering dikenal sebagai Bung Karno, adalah presiden
pertama Indonesia. Ia memulai pembangunan berbagai hotel yang
nantinya akan menjadi bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Penginapan tersebut antara lain Samudra Beach Hotel di Yogyakarta,
Bali Beach di Bali, dan Hotel Indonesia di Jakarta. Selain itu, Oka A.
Yoeti (2001) memberikan gambaran singkat tentang perhotelan
Indonesia. Berawal dari masa penjajahan Belanda, hotel telah
dibangun di sejumlah kota, antara lain:
1. Pilihan hotel Jakarta termasuk Hotel Des Indes, Hotel Der
Nederlanden, Hotel Royal, Hotel Rijswijk,
2. Hotel Sarkies dan Oranje (sekarang Hotel Majapahit) di Surabaya.
3. Hotel Du Pavilion di Semarang
4. Hotel Istana, Malang
5. Hotel Slier,
6. Grand Hotel Yogyakarta, sekarang dikenal sebagai Hotel Inna
Garuda,
7. Bandung: Pension Van Hangel (Panghegar), Savoy Homann, dan
Preanger
8. Hotel Salak di Bogor.
Seiring kemajuan industri pariwisata, khususnya di Bali, industri
perhotelan mulai berkembang pesat. Tiga tahun setelah dibukanya
Bandara Ngurah Rai sebagai pelabuhan internasional, dibangunlah
Hotel Bali Beach. Dengan pertumbuhannya saat ini, Bali menjadi
semakin ramai dengan pengunjung internasional yang dapat
ditemukan bahkan di daerah yang tidak dikenal. Mirip dengan Bali,
63
INDUSTRI PERHOTELAN
tempat lain mengalami peningkatan wisatawan. tempat wisata di
malang jawa timur yang ada beberapa diantaranya. Daerah Batu
dengan lereng pegunungan, kebun apel, dan Selekta, tujuan wisata
yang sukses membudidayakan tulip sedemikian rupa sehingga
suasananya sebanding dengan di Belanda, paling menonjol dan paling
populer di kalangan wisatawan. 90 kilometer selatan Surabaya, di kota
Malang dan Batu yang berhawa sejuk, industri perhotelan
berkembang pesat. Pemkot Malang masih mengelola beberapa hotel
yang dibangun pada masa kolonial, seolah-olah ingin melestarikan
peninggalan sejarah. Misalnya, Hotel Pelangi, salah satu hotel tertua di
kota ini dan dikenal sebagai "kota pelajar". Hotel yang terletak di Jalan
Merdeka ini masih menjadi salah satu tempat menginap para tamu,
bahkan menawarkan koleksi kenangan sejarah yang indah melalui
gambar-gambar yang ditempel di dinding hotel. Namun, suasana
perhotelan di Bandung sama semaraknya. Tumbuhnya beberapa
industri, antara lain industri makanan, retail, home industri, café, dan
factory outlet, telah meningkatkan pariwisata di Kota Kembang.
Bandung melihat peningkatan besar wisatawan, terutama pada akhir
pekan. Alhasil, industri perhotelan Bandung pun menguat. Di dekat
kawasan ramai atau dekat dengan tempat wisata, berbagai kelas hotel
mulai dari kelas melati hingga berbintang dapat diakses dengan
mudah. Pembangunan dan keberadaan hotel di Indonesia
berkembang sangat pesat setelah era rezim Orde Baru. Apalagi kini
berbagai perusahaan "pengelolaan" hotel asing telah berdiri di
beberapa kota besar Indonesia. Wajah arsitektur perhotelan di
Indonesia cukup maju dan kreatif, seiring dengan pertumbuhan
perhotelan Indonesia. Ini adalah standar sejarah baru untuk hotel-
64
INDUSTRI PERHOTELAN
hotel di Indonesia."Perluasan hotel di Indonesia meningkat sangat
cepat, termasuk pertumbuhan villa dan penginapan backpacker serta
jaringan hotel di seluruh dunia dari bintang empat dan lima menjadi
bintang dua dan tiga, semuanya yang berkembang sesuai dengan
sektor pasarnya masing-masing.
Mengenal Industri Perhotelan
Khususnya di akhir pekan, Bandung mengalami lonjakan wisatawan
yang dramatis. Konsekuensinya, sektor perhotelan di Bandung pun
ikut berkembang. Berbagai klasifikasi hotel, dari kelas melati hingga
bintang, berlokasi strategis di kawasan sibuk atau berdekatan dengan
tempat wisata. Mengikuti era rezim Orde Baru, hotel dibangun dan
berkembang pesat di Indonesia. apalagi sekarang beberapa
perusahaan "manajemen" hotel internasional telah berdiri di sejumlah
kota penting di Indonesia. Sejalan dengan berkembangnya hotel-hotel
di Indonesia, wajah arsitektur hotel di sana terbilang modern dan
imajinatif. Namun, ini merupakan tolok ukur sejarah baru untuk hotel
di Indonesia. Selain maraknya vila dan penginapan backpacker,
industri perhotelan Indonesia juga berkembang pesat jaringan
globalnya. berbagai sumber Kamus pelajar tingkat lanjut didefinisikan
oleh Kamus Oxford sebagai "Bangunan tempat makan dan kamar
disediakan untuk pelancong." yang dapat dipahami sebagai struktur
(fisik) yang menawarkan makanan, minuman, dan layanan kamar
kepada pengunjung. Hotel adalah jenis penginapan yang
menggunakan sebagian atau seluruh bangunannya untuk
menyediakan layanan penginapan, makanan dan minuman, dan
layanan tambahan lainnya untuk masyarakat umum yang dikelola
secara komersial, sesuai SK Menparpostel no.KM 37/PW.340/MPPT-
65
INDUSTRI PERHOTELAN
86 tentang peraturan pengusahaan dan pengelolaan hotel. Hotel-hotel
dari semua tingkatan bintang, dari bintang dua dan tiga hingga bintang
empat dan lima, tumbuh sejalan dengan ceruk pasar khusus mereka.
Selain itu, sesuai kutipan Steadmon dan Kasavana dari American Hotel
and Motel Association (AHMA), The definition of a hotel is "an
establishment whose main line of business is the provision of lodging
facilities to members of the general public and which provides one or
more of the following services: food and beverage service, room
attendant service, uniformed service, laundering of linens, and use of
furniture and fixtures.” Dalam buku Industri Perhotelan Suwithi
(2013) yang dapat dipahami sebagai struktur yang dijalankan untuk
mencari keuntungan dengan memberikan akses fasilitas penginapan
kepada masyarakat umum beserta fasilitas layanan berikut: layanan
makanan dan minuman, layanan kamar, layanan bagasi, layanan
binatu, dan kemampuan untuk menggunakan fasilitas/ furnitur dan
ambil dekorasi interior. Hotel didefinisikan sebagai menggunakan
struktur fisik, menawarkan layanan akomodasi, makanan dan
minuman, dan layanan lain yang dimaksudkan untuk masyarakat
umum yang dioperasikan secara profesional dan menguntungkan.
Sektor Hotel dari Sektor Perhotelan "Industri perhotelan" adalah
berbagai sektor komersial yang mencakup industri perhotelan.
Layanan hotel atau penginapan, restoran, pengorganisasian acara,
kapal pesiar, layanan penerbangan, taman hiburan, rumah sakit,
layanan transportasi, dan industri lainnya semuanya berada di bawah
payung bisnis perhotelan. Adanya unsur jasa (service) yang intrinsik
dan tidak dapat dipisahkan dari barang yang disampaikan kepada
klien menyatukan semua disiplin bisnis dalam kategori industri jasa
66
INDUSTRI PERHOTELAN
ini. Pada kenyataannya, faktor kunci yang mempengaruhi
kelangsungan perusahaan sektor jasa seringkali adalah komponen
jasa ini. Di sektor perhotelan, tujuan mendasarnya adalah untuk
meningkatkan dan mempertahankan kebahagiaan klien untuk
menghasilkan pendapatan Kotler, Bowen, & Makens (2017).
Pelanggan akan tetap aktif dan terlibat jika kebutuhan mereka
termasuk yang terkait dengan layanan ditangani pada tingkat fisik dan
non-fisik. Pentingnya komponen jasa dalam kegiatan bisnis saat ini
semakin diakui, tidak hanya di sektor perhotelan tetapi juga di
industri yang secara historis memasarkan barang berwujud. Bisnis
yang secara historis eksklusif menjual barang fisik kini memiliki
kecenderungan untuk mulai mengemas barang mereka dengan
memasukkan komponen layanan terintegrasi untuk menarik lebih
banyak konsumen. Karakteristik hotel Sektor perhotelan berbeda
dengan sektor bisnis atau industri lain karena ciri khasnya. Berikut ini
adalah perbedaan hotel dari sektor bisnis atau industri lain:
1. Sektor perhotelan dikategorikan sebagai usaha padat modal dan
padat karya, artinya pengelolaannya membutuhkan sumber daya
keuangan yang besar dan staf yang cukup besar.
2. Dipengaruhi oleh kondisi dan modifikasi yang terjadi di sektor
ekonomi lokal, politik, sosial, budaya, dan keamanan hotel.
3. Memproduksi dan menjual barangnya di lokasi yang sama dengan
layanan yang diberikan.
4. Melayani tamu hotel dan masyarakat umum nonstop selama 24
jam sehari, 7 hari seminggu.
67
INDUSTRI PERHOTELAN
5. Memperlakukan pelanggan seperti bangsawan sekaligus mitra
bisnis, karena kualitas layanan hotel sangat dipengaruhi oleh
seberapa banyak orang yang memanfaatkan fasilitas hotel.
Menurut item yang tersedia, produk hotel memiliki empat fitur utama,
yaitu:
1. Produk berwujud, termasuk penjualan penginapan, makanan,
minuman, kolam renang, dan barang lainnya.
2. Komoditi tidak berwujud, termasuk kehangatan, kemudahan,
daya tarik, keamanan, dan sebagainya.
3. Hal-hal yang mudah rusak dan segar, seperti buah-buahan,
sayuran, makanan laut, dan daging, tidak tahan lama.
4. Barang tahan lama yang tidak mudah rusak, seperti alkohol,
minuman ringan, furnitur untuk tamu, dan lain sebagainya
Sebuah hotel harus menyertakan jenis ruang tertentu, yang akan
dimasukkan dalam kategorisasi dan kriteria hotel. Area-area ini
meliputi:
1. Kamar Tidur
2. Ruang makan/restouran
3. Funtion room
4. Rekreasi dan olahraga
5. Drugstore
6. Lobby
7. Taman
8. Utilitas
Sebuah hotel beroperasi di sektor jasa dan menciptakan,
menawarkan, dan mengirimkan produk dan layanan kepada klien.
Kerjasama dan pembagian tugas sesuai bidang keahlian diperlukan
68
INDUSTRI PERHOTELAN
untuk melaksanakan penyediaan dan pelayanan barang hotel.
Administrasi hotel berbintang dipisahkan menjadi beberapa divisi
sesuai dengan fungsinya, antara lain:
1. Departemen Kantor Depan (Front Office Departement)
Departemen ini bertugas melakukan reservasi kamar,
memberikan informasi calon pengunjung, menyambut tamu saat
kedatangan (Check-In), mengatur panggilan telepon, mengatur
properti tamu, menyambut tamu saat keberangkatan (Check-In
Out), dan mengatur sambungan telepon.
2. Departemen Tata Graha (Housekeeping Departement)
Departemen yang bertanggung jawab memastikan bahwa ruang
publik hotel, termasuk yang digunakan oleh anggota staf hotel,
restoran, bar, dan kamar tamu, selalu bersih, teratur, dan lengkap.
3. Departemen Makanan dan Minuman (Food & Beverage Service
Departement Service)
divisi yang bertugas menyediakan makanan dan minuman bagi
pengunjung.
4. Departemen Tata Boga (Food Production)
Bertugas menyediakan makanan bagi mereka yang menginap di
hotel, serta bagi orang-orang yang bekerja di sana.
5. Departemen Pemasaran (Marketing Departement)
bertanggung jawab untuk memasarkan barang-barang hotel,
termasuk promosi dan penjualannya.
6. Departemen Akuntansi (Accounting Departement)
dalam tanggung jawab menangani uang yang terkait dengan
pengeluaran dan penerimaan hotel.
7. Departemen Pembeian (Purchasing Departement)
69
INDUSTRI PERHOTELAN
bertanggung jawab untuk memperoleh dan menerima pasokan
atau peralatan untuk kebutuhan hotel.
8. Departemen Teknik (Egeneering Departement)
bertugas melaksanakan tugas perencanaan bangunan,
pemasangan, dan pemeliharaan, serta pemeliharaan peralatan
hotel lainnya.
9. Departemen Keamanan (Security Departement)
bertugas menjaga ketertiban dan keamanan baik di dalam hotel
maupun di area sekitarnya.
10. Departemen Personalia (Personnel Departement)
bertanggung jawab untuk melaksanakan perekrutan dan
pemilihan staf hotel, serta menjaga kesejahteraan dan moral
tenaga kerja serta meningkatkan pelatihan dan keahlian
karyawan hotel.
Klasifikasi Hotel
Dalam industri perhotelan ada beberapa klasifikasi hotel yang dapat
memebedakan mulai dari jenis, ukuran, fungsi, lokasil, dll. Teknik
mengklasifikasikan hotel ke dalam tingkatan berdasarkan kriteria
evaluasi tertentu dikenal sebagai klasifikasi hotel. Hotel dapat
dikategorikan menggunakan berbagai kriteria tergantung pada
kebutuhan mereka. Sebuah hotel mungkin termasuk dalam lebih dari
satu judul. Strategi ini digunakan untuk menarik pasar yang lebih
besar, mempromosikan tingkat hunian yang lebih tinggi, atau pola
hunian yang lebih konsisten.
Hotel dapat dikategorikan dalam beberapa cara, termasuk:
1. Berdasarkan peringkat bintang, hotel diklasifikasikan Jumlah
bintang yang diberikan kepada hotel bergantung pada cocok atau
70
INDUSTRI PERHOTELAN
tidaknya kriteria untuk masing-masing kategori bintang tersebut.
Pengelompokan tersebut sering digambarkan berdasarkan
jumlah bintang, seperti bintang satu, bintang dua, bintang tiga,
dan lain sebagainya. Tanda bintang (*) menunjukkan tingkat atau
kelas hotel, dan semakin banyak bintang yang dimiliki sebuah
hotel, fasilitas dan layanannya harus semakin baik dan ekstensif.
a. Hotel Bintang 1: memiliki kamar mandi dalam, minimal 15
kamar standar, dan ukuran kamar standar minimal 20 m2.
b. Hotel Bintang 2: Mencakup minimal 20 kamar standar,
minimal 1 suite, kamar mandi, telepon, televisi, AC, lobi, dan
fasilitas olahraga dan rekreasi. Kamar standar harus
berukuran minimal 22 meter persegi. Kamar suite harus
berukuran minimal 44 meter persegi.
c. Hotel Bintang 3: memiliki minimal 30 kamar standar, 2 suite,
kamar mandi, telepon, televisi, AC di kamar, ukuran kamar
minimal 24 m2, dan ukuran kamar suite minimal 48 m2.
Bangunan hotel juga memiliki bar, restoran, fasilitas
olahraga, dan area rekreasi, serta staf pramutamu.
d. Hotel Bintang 4: memiliki minimal 59 kamar standar dan 3
suite, kamar mandi, telepon, televisi, AC dengan instalasi air
panas dan dingin di kamar, dan bangunan hotel dilengkapi
dengan lobi dengan luas minimal 100 m2, fasilitas olahraga,
rekreasi kegiatan, restoran, tempat istirahat, toilet umum,
bar, dan menyediakan staf pramutamu hotel.
e. Hotel Bintang 5: memiliki minimal 100 kamar standar,
minimal 4 suite, kamar mandi, telepon, TV, AC dengan
instalasi air panas dan dingin, dan minimal 26 meter persegi
71
INDUSTRI PERHOTELAN
untuk kamar reguler dan 52 meter persegi untuk suite.
Bangunan hotel memiliki lobi dengan luas minimal 100 m2,
restoran, bar, dan layanan kamar 24 jam, serta fasilitas
olahraga, ruang hiburan, tempat peristirahatan, toilet umum,
dan layanan pramutamu hotel.
2. Klasifikasi Hotel Berdasarkan Plan Klasifikasi hotel berdasarkan
Plan dikenal, antara lain:
a. The American Plan metode pengorganisasian tarif hotel di
mana biaya menginap mencakup akomodasi dan biaya
makan. Ada dua bagian dalam The American Plan, yaitu:
(FAP) Full American Plan The Modified American Plan (MAP)
dan tiga kali makan (sarapan, makan siang, dan makan
malam) sudah termasuk dalam tarif akomodasi. Dua
makanan yang termasuk dalam biaya kamar harus termasuk
sarapan.
b. Paket Bermuda dan Paket Kontinental adalah pengaturan
penginapan di mana biaya akomodasi sudah termasuk
sarapan kontinental.
c. Strategi Eropa Tamu yang menginap cukup membayar
akomodasi mereka. Manfaatnya meliputi: • Sistem penagihan
yang praktis dan banyak digunakan yang memfasilitasi
pembayaran saat check-out
3. Klasifikasi hotel berdasarkan ukuran Berdasarkan jumlah kamar
yang disediakan, hotel dapat dikategorikan menurut ukurannya.
Ukuran hotel dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: hotel kecil Ketika
sebuah hotel memiliki kurang dari 150 kamar, itu dianggap kecil.
72
INDUSTRI PERHOTELAN
Hotel kecil Merupakan hotel berukuran sedang, termasuk dalam
salah satu dari dua kategori berikut:
a. Average hotel: jumlah kamar antara 150 sd. 299 kamar.
b. Above average hotel: jumlah kamar antara 300 sd. 600
kamar.
c. Dengan lebih dari 600 (enam ratus) kamar, sebuah hotel
dianggap sebagai hotel besar.
4. Klasifikasi Hotel Berbasis Lokasi Menurut kriteria berbasis lokasi,
hotel dapat dikategorikan ke dalam:
a. Hotel kota Sebuah hotel di kota yang sebagian besar
pengunjungnya bepergian untuk urusan bisnis.
b. Hotel resor adalah hotel yang terletak di lokasi wisata yang
populer, di mana sebagian besar pengunjung datang untuk
bersantai daripada bisnis.
5. Menggunakan niat pengunjung sebagai dasar klasifikasi hotel
Berikut ini adalah klasifikasi hotel tergantung pada tujuan
penggunaan waktu pengunjung di sana:
a. Hotel kantor Ruang rapat dan konferensi sering kali tersedia
di hotel yang sebagian besar pengunjungnya melakukan
perjalanan bisnis.
b. Hotel Resor/Tourism Hotel dengan klien turis domestik dan
internasional yang besar.
c. Hotel kasino adalah sejenis penginapan yang sebagian
propertinya digunakan untuk berjudi.
d. The Pilgrim Hotel, sebuah hotel yang memiliki ruang untuk
beribadah. sebanding dengan penginapan di Lourdes,
Prancis, dan hotel di Arab (selama musim haji).
73
INDUSTRI PERHOTELAN
e. The Cure Hotel menyambut para pelancong yang sedang
menjalani perawatan medis atau pemulihan dari suatu
penyakit.
6. Klasifikasi Hotel berdasarkan Rata-rata Lama Menginap Tamu:
a. hotel untuk wisatawan Rata-rata lama menginap pengunjung
hotel ini adalah satu malam.
b. Hotel dengan beberapa tempat tinggal Rata-rata lama
menginap di hotel ini adalah lebih dari satu malam tetapi
masih hanya satu minggu hingga satu bulan.
c. Hotel dengan tempat tinggal para pengunjung yang
menginap di hotel kami selama sebulan atau lebih.
Status Hotel Berdasarkan Kepemilikan
Ditentukan oleh Kepemilikan Hotel Sekarang ada dua jenis
kepemilikan hotel yang terlibat dalam manajemen mereka: hotel
independen dan hotel berantai. Sebuah hotel dianggap independen
jika tidak berbagi kepemilikan atau manajemen dengan bisnis lain.
Hotel kecil dan menengah yang dijalankan oleh keluarga yang
seringkali tidak mematuhi praktik operasi standar termasuk dalam
kategori ini. Hotel yang tidak dimiliki dan dioperasikan secara
independen dikategorikan sebagai Jaringan Hotel, sering dikenal
sebagai Hotel Rantai. Hotel-hotel ini dibedakan berdasarkan
pengaturan kepemilikan dan manajemen yang mereka miliki dengan
hotel lain dalam organisasi jaringan.
Dalam jaringan hotel ini, kolaborasi dapat mengambil salah satu dari
empat bentuk yang berbeda:
1. Perusahaan Induk Secara khusus, hotel yang merupakan divisi
dari atau dimiliki oleh perusahaan lain. Perusahaan induk akan
74
INDUSTRI PERHOTELAN
memberikan pedoman dan standar manajemen untuk hotel-hotel
yang dimilikinya. Hilton Intercontinental Inc., Intercontinental
Hotels, Hyatt Intercontinental, The Ritz Carlton, Four Seasons,
dan perusahaan jaringan hotel terkenal lainnya ada di antara
mereka.
2. Hotel khusus yang memisahkan kepemilikan dan manajemen
adalah yang berada di bawah manajemen kontrak. Sesuai dengan
perjanjian sebelumnya, pemilik hotel membeli jasa manajemen
dari usaha lain dengan membayar sejumlah uang tertentu.
Contoh: Berdasarkan keahlian mereka di bidangnya, Hilton dan
Sheraton menyediakan layanan ini.
3. Waralaba Semacam kolaborasi manajemen di mana pemilik hotel
mengoperasikan hotelnya dengan strategi atau template yang
dirancang dan dikembangkan oleh bisnis lain atau pendirian
penginapan, atau, dengan kata lain, pemilik "membeli" strategi
atau resep dari bisnis. lainnya, seperti Santika, Hotel Ciputra, Lor-
in, dan Nikko Jakarta.
4. referral service semacam kombinasi hotel yang bersifat otonom
untuk tujuan bersama, seperti yang berkaitan dengan pemasaran,
sistem pemesanan kamar, dan kegiatan lain yang dianggap lebih
menguntungkan jika dilakukan secara bersama-sama, tanpa
harus mengubah struktur kepemilikan. Best Western
International adalah grup semacam ini dan terbesar di dunia.
Bisnis Perhotelan
Industri perhotelan merupakan subsektor dari industri jasa yang
sangat terkait dengan industri pariwisata sehingga tidak mungkin
untuk membedakan keduanya. Di mana pun ada tempat wisata, Anda
75
INDUSTRI PERHOTELAN
bisa mengamati betapa luasnya industri perhotelan. Industri
perhotelan unik karena menggabungkan elemen fisik, tidak berwujud,
mudah rusak, dan tidak mudah rusak. Ada banyak aspek nyata dari
industri perhotelan, seperti penginapan, makanan, minuman, kolam
renang, dan lain-lain. Produk seperti keramahtamahan, kenyamanan,
daya tarik, dan sebagainya tidak asli. Barang hanya bisa langsung
dijual karena mudah rusak, namun bisa disimpan di gudang karena
mudah rusak. Misalnya, akomodasi hotel, makanan terbaru, dan
produk segar. Barang yang tidak mudah rusak termasuk alkohol,
minuman ringan, perlengkapan tamu, dan sebagainya. Dengan
memenuhi kebutuhan dan keinginan pengunjung, industri perhotelan
berupaya memaksimalkan pendapatan. Tujuan dari layanan ini adalah
untuk menciptakan citra hotel yang positif dan untuk menjamin
kelangsungan hidup hotel dalam jangka panjang. Ada sejumlah
langkah yang harus diambil investor atau pemilik perusahaan untuk
menciptakan bisnis perhotelan. Berikut adalah beberapa fase
tersebut:
1. Riset Tentang Target pasar
Hal pertama yang harus dilakukan saat meluncurkan perusahaan
perhotelan adalah riset pasar. Target demografis yang ingin Anda
tuju adalah pengunjung yang pasti berkunjung ke wilayah
tersebut jika ingin membuka hotel di area yang populer. Jangan
lupa tentukan demografisnya, karena wisatawan sering
mengunjungi tempat wisata. Akan lebih mudah untuk
memastikan fasilitas apa yang ditawarkan hotel dengan cara ini.
Penentuan bagian dalam dan luar juga serupa.
76
INDUSTRI PERHOTELAN
2. Pemilihan lokasi strategis
Langkah selanjutnya adalah memilih tempat untuk
mengembangkan hotel setelah menentukan target pasar.
Perusahaan akan berhasil jika Anda memilih lokasi dengan bijak.
Bersabarlah saat memilih tempat untuk itu. Saat memilih lokasi,
cobalah untuk melakukan penelitian yang lebih menyeluruh.
Ingatlah bahwa membeli rumah membutuhkan biaya yang sangat
mahal, jadi sebaiknya Anda tidak bertindak tergesa-gesa.
3. Dirikan bangunan hotel yang berkualitas
Bangun hotel yang indah dan ramah setelah Anda memiliki
properti yang sempurna. Pastikan untuk memberikan perhatian
khusus pada bagaimana struktur bangunan memenuhi standar,
yaitu tahan lama, stabil, kuat, dan sesuai untuk tujuan yang
dimaksudkan. Untuk menjamin bangunan hotel berfungsi dengan
baik dan menjamin keselamatan pekerja dan tamu hotel di
kemudian hari, Anda juga harus mengajukan SLF (Certificate of
Proper Function), sejalan dengan pemahaman industri
perhotelan.
4. Perencanaan desain interior dan eksterior hotel
Desain eksterior dan interior hotel adalah agenda selanjutnya.
Pastikan Anda bisa menatanya se-Instagramable dan secantik
mungkin agar mudah menarik wisatawan baik domestik maupun
mancanegara.
Perlu diketahui bahwa saat ini sudah banyak perusahaan
perhotelan dengan desain yang menarik dan khas. Karena dua
faktor tersebut, banyak pengunjung yang memutuskan untuk
menetap dan menjadikannya rumah sendiri. Selain itu, hotel ini
77
INDUSTRI PERHOTELAN
menawarkan berbagai fasilitas yang lengkap untuk menunjang
kenyamanan pengunjung yang akan menginap di hotel Anda.
5. Menentukan harga sesuai target pasar
Penetapan harga yang Anda putuskan akan menentukan apakah
perusahaan perhotelan Anda berhasil atau gagal. Pastikan untuk
menetapkan harga yang adil dan masuk akal untuk itu sesuai
dengan target pasar yang ingin Anda jangkau. Tetapkan harga
sesuai dengan fasilitas yang disediakan sehingga pengunjung
dapat membandingkan harga sendiri. Pastikan biayanya masuk
akal, terjangkau, dan mampu memberikan hasil yang diinginkan.
Tidak disangka tujuan Anda tidak dapat tercapai jika Anda ingin
menarik wisatawan umum dan backpacker namun tarif hotel
sangat tinggi.
6. Strategi Pemasaran Hotel
Jangan takut untuk memberikan berbagai layanan atau
memberikan hadiah kepada tamu yang menggunakan layanan
hotel Anda agar mereka dapat beriklan secara gratis kepada
orang lain. Taktik pemasaran yang dapat Anda manfaatkan
termasuk menawarkan spesial, memanfaatkan influencer, dan
banyak lagi.
Perekonomian dunia tampaknya bergerak cepat di era globalisasi
saat ini, dan Indonesia adalah salah satu negara yang terkena
dampak dari fenomena ini. Di Indonesia, perekonomian juga
tumbuh pesat, khususnya sektor jasa. Usaha pariwisata
(hospitality) yang merupakan salah satu industri yang mampu
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat, merupakan
78
INDUSTRI PERHOTELAN
salah satu sektor jasa yang telah memantapkan dirinya sebagai
pilar di Indonesia.
Pertumbuhan sektor pariwisata telah meningkatkan kesempatan
kerja, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat,
serta mendorong bisnis lain termasuk kerajinan tangan, suvenir,
transportasi, dan khususnya sektor perhotelan.
Pariwisata dan perhotelan adalah dua sektor yang saling terkait. Hotel
bergantung pada pengunjung tempat wisata sebagai pelanggan
potensial yang akan menginap dan membayar uang hotel. Jika objek
wisata terkenal dan sering dikunjungi, beberapa hotel terdekat juga
akan ditempati. Jika industri pariwisata lemah, tidak ada pengunjung
yang menginap, maka tingkat hunian atau tingkat menginap hotel juga
akan lemah. Karena sulitnya mencari penginapan bagi pengunjung,
maka jumlah wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata juga akan
sedikit.
Pariwisata dan perhotelan adalah dua sektor yang saling terkait. Hotel
bergantung pada pengunjung tempat wisata sebagai pelanggan
potensial yang akan menginap dan membayar uang hotel. Sejumlah
hotel di kawasan tersebut juga akan mampu menampung pengunjung
jika objek wisata tersebut terkenal dan sering dikunjungi. Jika industri
pariwisata lemah, tidak ada pengunjung yang menginap, maka tingkat
hunian atau tingkat menginap hotel juga akan lemah. Begitu pula jika
tidak ada fasilitas hotel yang dekat dengan tempat wisata, maka akan
semakin sedikit orang yang pergi ke sana karena akan sulit mencari
penginapan.
Salah satu aspek terpenting dari bisnis perhotelan adalah layanan
karena memungkinkan pelanggan untuk menentukan apakah hotel
79
INDUSTRI PERHOTELAN
menawarkan layanan pelanggan yang luar biasa atau tidak. Jika hotel
tersebut melakukannya, pelanggan pasti akan senang dan tertarik
untuk tetap tinggal.
80
INDUSTRI PERHOTELAN
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, P., Bowen, J. T., & Makens, J. C. 2017. Marketing for Hospitality
and Tourism. 7th ed. Edinburgh: Pearson Educarion Limited.
Yoeti, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi dan
Implementasi,
Jakarta: Penerbit Buku KOMPAS.
Suwithi, Ni Wayan dan Boham, Cecil Erwin Jr. 2008. Akomodasi
Perhotelan Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.
Suwithi, N.W. 2013. Industri Perhotelan jilid 1. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
81
INDUSTRI PERHOTELAN
Biodata Penulis
Winda Gafrilia Prianka, M.M.Par.
Penulis tertarik terhadap ilmu Manajemen
Perhotelan, pendidikan penulis di mulai pada
strata 1 Universitas Pendidikan Indonesia
dengan jurusan Manajemen Pemasaran
Pariwisata konsentrasi Manajemen Perhotelan
pada tahun 2011 dan selesai pada tahun 2015,
setelah itu penulis bekerja pada bidang
perhotelan kurang lebih selama tiga tahun di
salah satu hotel international chains dijakarta
serta salah satu hotel local chains yang ada di
kota bandung sebelum melanjutkan pendidikan strata 2 di Sekolah
Tinggi Pariwisata Bandung mengambil jurusan Manajemen Pariwisata
dengan konsentrasi Manajemen Perhotelan penulis juga, penulis juga
aktif pada bidang pariwistaa lainnya seperti pada MICE, tour guide.
Saat ini penulis memilih untuk mengabdikan diri sebagai dosen
dibidang Pariwisata pada universitas swasta di kota bandung
(Universitas ‘Aisyiyah Bandung). Penulis memiliki kepakaran pada
bidang Manajemen Perhotelan (Pemasaran Hotel dan Operasional
Hotel), Manjemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen Merek,
penulis juga aktif dalam penulisan penelitian di bidang Perhotelan.
Email Penulis: Winda.gafrilia@gmail.com
82
INDUSTRI PERHOTELAN
83
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
BAB 6
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
Muhammad Syakib Asqalani Rifai, MM.Par.
Universitas ‘Aisyiyah Bandung
Perkembangan Industri Food & Beverage
Industri pelayanan makanan dan minuman di Indonesia merupakan
salah satu sektor yang terus mengalami pertumbuhan yang cukup
signifkan setiap tahun nya. Nevis (2022) dalam websitenya
mengemukakan bahwa perusahaan pelayanan makanan dan
minuman merupakan sebuah kestuan yang terintegrasi yang terlibat
dalam pembuatan seluruh aspek proses makanan dan minuman, cara
pengemasan, cara pengiriman bahan jadi atau mentah dan cara dalam
menyajikan hingga sampai ke dinikmati oleh customer. Didalam
klasifikasi sebuah perusahaan pelayanan makanan dan minuman
diartikan sebagai sebuah titik baru bisnis yang menjadikan makanan
dan minuman sebagai core bisnis utamanya, jenis didalamnya
diantaranya restoran, kafetaria, kafe, kedai, makanan cepat saji, pub &
bar , toko makanan, catering, kedai minuman dan lainnya. Perusahaan
pelayanan minuman memiliki hal yang menarik dan memiliki nilai
utama karena market di Indonesia yang sangat menjanjikan. Hal ini
yang menjadi dasar percepatan setiap calon pengusaha dalam
membuka gerai usaha dalam bidang makanan dan minuman,
modernisasi ini menjadikan hal tersebut sangat menjanjikan jika
dikelola dengan baik dan tepat.
84
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
Nevis (2022) dalam websitenya empat kuartal pada 2019 kesempatan
memiliki usaha kemitraan (franchise) berkembang pesat pada setiap
titik industri pelayanan makanan dan minuman (F&B), dengan
produk-produk yang sedang tren saat seperti kedai kopi lokal,
minuman kekinian Boba dengan banyak pilihan, Cheese tea dengan
varian unik, dan Thai Tea dengan harga kemitraan yang sesuai budget.
Seiring bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, volume
permintaan produk-produk makanan dan minuman terus meningkat.
Brand lokal sebagai UMKM bertumbuh pesat dengan dukungan
pemerintah, Brand luar negeri pun melakukan investasi besar-
besaran di Indonesia. Tren kecintaan terhadap makanan Indonesia
makanan dan minuman (F&B Service) siap saji berkembang dengan
pesat menciptakan lini bisnis baru di bidang pelayanan makanan dan
minuman (F&B Service). Oleh karena itu, seluruh kompetitor
berlomba antar perusahaan dan para pelaku di industri pelayanan
makanan dan minuman (Kecil, Menengah dan Besar) juga demikian
lebih kuat. Dengan jumlah kompetitor yang semakin banyak dan ketat
dalam persaingan, seluruh industri memperkuat fundamental industri
dalam hal food & beverage untuk bersaing perusahaan sejenis lainnya.
Menurut ASEAN Investment Report (2022), Indonesia mempunyai
sektor usaha mikro kecil, dan menengah (UMKM) terbesar di kawasan
ASEAN. Menurut laporan tersebut, jumlah usaha kecil, menengah, dan
mikro di Indonesia akan mencapai sekitar 65,46 juta pada tahun 2021.
Seperti yang ditunjukkan grafik, angka ini jauh lebih tinggi daripada
negara tetangga. Tercatat pada tahun 2021 usaha mikro kecil dan
menengah Indonesia dapat memiliki nilai 97% keseluruhan dalam
angkatan kerja, berkontribusi 60,3% terhadap produk domestik bruto
85
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
(PDB) dan berkontribusi 14,4% terhadap ekspor negara. Usaha kecil,
menengah dan mikro Indonesia memiliki rasio angkatan kerja
tertinggi di ASEAN. Di negara lainnya, UMKM hanya menyerap tenaga
kerja sebesar 35%-85%. Saat ini pemerintah Indonesia sedang
mendorong dan meningkatkan kinerja UMKM di tanah air, salah
satunya melalui strategi digitalisasi pada seluruh industri pelayanan
makanan dan minuman.
Gambar 6.1.
UMKM Terbanyak di ASEAN
Selain itu, perkembangan dalam sektor komersial (restoran, hotel dan
retail makanan danm minuman) pada hari ini memiliki persyaratan
yang sangat ketat kepada setiap pelaku nya untuk bereaksi cepat
terhadap segala perubahan yang ada dalam sektor industri pelayanan
food & beverage setiap tahunnya. Perusahaan-perusahaan juga harus
mampu memenuhi permintaan yang tinggi di setiap lapisan
masyarakat dengan keinginan yang kompleks. Dengan pertumbuhan
permintaan makanan dan minuman yang dinamis, industri pelayanan
86
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
makanan dan minuman (F&B Service) di Indonesia merupakan sektor
manufaktur yang memberikan peluang yang sangat positif. Industri
pengolahan makanan Indonesia menawarkan potensi pasar yang
signifikan bagi pemasok bahan makanan dan bahan baku skala
nasional dan internasional serta penyedia solusi pengolahan nya.
Gambar 6.2.
Jumlah Usaha Penyedia Makanan & Minuman di Indonesia
Sumber : Databoks, 2022
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada tahun 2020 DKI
Jakarta memiliki 5.159 penyedia makanan dan minuman skala
menengah dan besar. Angka tersebut merupakan yang tertinggi
diantara provinsi lain di Indonesia. Terdapat 1.414 pendirian berbagai
usaha penyedia makanan dan minuman di Jawa Barat. Sedangkan
provinsi dengan usaha restoran yang paling sedikit adalah Sulawesi
Barat. Pada tahun 2020, akan ada total 11.223 usaha penyedia
makanan dan minuman di Indonesia. Angka tersebut meliputi 8.042
rumah makan/restoran, 269 usaha katering dan 2.912 usaha pemasok
makanan dan minuman lainnya. Mayoritas atau 53,85% usaha
87
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
pemasok makanan dan minuman berada di pusat perbelanjaan.
Selanjutnya 11,76% usaha pemasok makanan dan minuman berlokasi
di kawasan industri, 8,11% di pusat kuliner dan 22,75% di lokasi
lainnya.
Pelayanan Food & Beverage Pasca Pandemi Covid-19
Tahun 2020 menjadi garis awal virus Covid-19 telah masuk ke
Indonesia. Virus ini telah berdampak negatif di sebagian besar negara-
negara maju. Hal ini menyebabkan perubahan status disetiap negara
menjadi sebuah pandemi. Pada kenyataan nya didalam situasi
pandemi ini, seluruh pergerakan sosial atau keseharian pada
masyarakat yang berkurang secara signifikan. Arahan setiap
pemerintah daerah melahirkan kebijakan dalam pembatasan sosial
berskala besar (PSBB) dan pembatasan sosial (Physical Distancing).
Di bidang pariwisata sendiri, BPS melaporkan jumlah wisman pada
Maret 2020 turun 45,50% dibandingkan dengan Februari 2020.
Perbandingan pada bulan Maret 2019, jumlah wisman turun 64,11%.
Efek penurunan pendapatan yang dirasakan pada situasi pandemi ini
bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang food and
beverage service sangat bervariasi terlihat dari bentuk ukuran
perusahaan (mikro, kecil, menengah, dan besar). Namun, lokasi usaha
dan sektor usaha juga dapat mempengaruhi besar kecilnya penurun
pendapatan. Pada perusahaan yang bergerak dalam bidang
akomodasi dan katering turun sebesar 92,47%. Jika ditarik
kesimpulan bahwa pendapatan turun sebesar 82,25% yang secara
umum berarti 8 dari setiap 10 entrepreneur mengalami penurunan
pendapatan yang drastis.
88
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
Standard operasional prosedur dalam pelayanan makanan dan
minuman dimasa pandemi Covid-19 menjadi suatu acuan dalam
kegiatan segala bentuk pelayanan kepada konsumen berdasarkan
situasi atau fenomena selama pandemi Covid-19 berlangsung. Model
pelayanan ini merupakan upaya seluruh pelaku usaha untuk mencapai
kepuasan pelayanan dan menjaga kesehatan para konsumen. Model
pelayanan mengacu pada protokol kesehatan, aturan protokol
kesehatan dan model pelayanan yang diterapkan pada masa pandemi
Covid-19 dapat diikuti dengan beberapa cara. Peran dalam
menjalankan masa perpindahan pasca pandemi Covid-19, melalui
pmerintahan Kemenperin mendorong setiap sektor dan sub-sektor
pelayanan makanan dan minuman (F&B Service) mempersiapkan diri
dalam menghadapi permintaan tinggi yang konsumtif pada seluruh
lapisan masyarakat yang diperkirakan akan berkembang setelah
adanya pemberian vaksin ke satu dan ke dua. Sektor-sekor strategis
ini menjadi ramalan yang positif pada tahun 2021, mengingat produk
makanan dan minuman olahan matang maupun mentah sangat
dibutuhkan masyarakat.
Gambar 6.3.
Nilai pertumbuhan PDB pada tahun 2021 industri pelayanan
makanan dan minuman di Indonesia
Sumber : Databoks, 2021
89
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
Industri makanan dan minuman merupakan salah satu dari sembilan
subsektor pengolahan nonmigas yang diperkirakan tumbuh pada
tahun 2021. Sedangkan delapan subsektor lainnya dari 17 industri
mengalami kontraksi. Pertumbuhan PDB sektor katering tahun lalu
sejalan dengan kenaikan belanja konsumsi masyarakat atas
permintaan katering (tidak termasuk restoran) sebesar 1,44%.
Diketahui, tahun lalu, industri pengolahan nonmigas meningkat
3,67% year-on-year. Demikian juga industri pengolahan (termasuk
pengolahan migas) akan tumbuh sebesar 3,39% pada tahun 2021
dibandingkan tahun sebelumnya.
Dirjen Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim mengemukakan
bahwa “masyarakat sudah terbiasa mengonsumsi makanan dan
minuman di resto, hotel maupun produk-produk UMKM lebih memilih
untuk membungkus makanan atau memesan makanannya secara
online,”. Pandemi yang telah berlangsung hampir dua tahun ini telah
mengubah pola konsumsi masyarakat. Konsumen yang terbiasa pergi
berbelanja ke pasar, saat ini mengubah cara untuk mendapat
kebutuhannya dengan lebih banyak memanfaatkan jasa pengiriman
daring.
Grab bersama dengan Euromonitor International menerbitkan
laporan bertajuk "Food Delivery Industry Review Report 2021".
Temuan laporan tersebut menunjukkan bahwa mayoritas (60,6%)
alasan utama mengapa konsumen sering menggunakan layanan pesan
antar penjual online adalah karena mereka menikmati kemudahan
layanan yang ditawarkan. Selain alasan kenyamanan, 31,8% dari
mereka yang disurvei memutuskan untuk lebih sering makan di
rumah di kemudian hari. Alasan lain: 29,8% responden mengatakan
90
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
ingin mengeksplorasi dan mencoba jenis makanan baru di aplikasi
layanan pesan antar, dan 29,2% responden mengatakan pesan antar
belanjaan online sudah menjadi kebiasaan.
Gambar 6.4.
Alasan Utama Konsumen Gunakan Layanan Pengiriman Makanan via
Daring
Sumber : Databoks, 2022
Konsep industri 4.0 dalam pemasaran yang sebelumnya dilakukan
secara konvensional beralih menggunakan inovasi pemasaran online.
Sedangkan, dalam bidang logistik dikenalkan dengan istilah
contactless logistic atau sistem yang mengurangi interaksi antar
manusia sehingga konsumen merasa aman. Pasca pandemi telah
membuat teknologi dalam negeri semakin berkembang, para
pengusaha UMKM dan Industri Pangan memperkenalkan percepatan
modernisasi olahan baru beserta keanekaragaman produk-produk
seperti frozen food, teknologi pengemasan lain yang membuat setiap
produk lebih tahan lama dan awet dan olahan produk harian
dalam(RTE) dapat dirasakan langsung dengan menggunakan jasa
pengiriman.
91
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
Di saat Indonesia sedang mengalami resesi dan banyak UMKM yang
kewalahan hingga menutup gerai nya, Perusahaan-perusahaan bidang
jasa pengiriman bertaraf unicorn membuat banyak penawaran bagi
masyarakat yang sedang melakukan PSBB dan Karantina. Grabfood,
Gofood, hingga Shopeefood hadir melalui aplikasinya untuk
menawarkan solusi baru bagi UMKM di bidang pelayanan makanan
dan minuman. Artanti (2020) menjelaskan secara mekanisme dan
perhitungan delivery Grabfood, Gofood, hingga Shopeefood
mengalami peningkatan transaksi sebesar 20% selama pandemi
Covid-19.
Gambar 6.5 .
Makanan Nusantara Jadi Kategori Terbanyak yang Dijual UMKM
Indonesia pada 2022
Sumber : Databoks, 2022
Makanan Nusantara atau makanan daerah merupakan kategori
makanan yang paling banyak dijual oleh Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) di Indonesia. Rasio makanan tersebut memiliki
nilai 42,3% dari perhitungan jumlah narasumber yang disurvei oleh
ARC Institute. Di urutan kedua adalah aneka mi ayam dan bakso
92
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
sebesar 9,6%. Ketiga, kombinasi dengan makanan atau fusion,
mendapat skor 5,8%. Di urutan keempat ada Asian food atau makanan
Asia (India, Thailand, dan Timur Tengah) dengan skor 4,5%. Di urutan
kelima ada western food atau makanan Barat dengan skor 4,3%.
Pengukuran perkembangan digitalisasi UMKM kuliner di Indonesia
dengan menggunakan platform online food delivery (OFD) atau ojek
online. Sedikitnya 1.937 pedagang yang mengikuti survei tersebut
berlokasi di lima wilayah besar Indonesia, antara lain Jabodetabek,
Surabaya, Medan, Makassar, dan Bandung.
Pandemi Covid-19 telah mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia.
Dalam penjelasan oleh Jayani , diantara dimensi sosial yang ada saat
ini memperlihatkan gaya hidup masyarakat Indonesia dalam hal
konsumtif mengenai kuliner keseharian. Berdasarkan hasil studi
perhitungan yang dilakukan oleh Perusahaan Nielsen, bahwa orang
Indonesia memutuskan untuk membeli makanan siap saji secara
online melalui aplikasi dalam angka 2,6 kali dalam seminggu, hal ini
menunjukkan bahwa orang Indonesia banyak memesan pelayanan
makanan dan minuman secara online. Kusumo (2019)
mengemukakan bahwa Grabfood, Gofood, hingga Shopeefood
merupakan layanan jasa pengantaran dan pemesanan makanan dan
minuman di Indonesia berdasarkan banyak nya jumlah database
masyarakat yang memiliki lebih dari dua aplikasi sejenis. Supriyatna
(2020) menjelaskan dalam paparannya salah satu strategi Grabfood,
Gofood, hingga Shopeefood untuk melakukan penjualan melalui
aplikasi adalah sistem promosi untuk seluruh pelanggannya.
Grabfood, Gofood, hingga Shopeefood juga memiliki penawaran yang
93
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
menarik dan spesial harian dari restoran tertentu yang tersedia setiap
hari.
Jenis-Jenis Restoran Pelayanan Food & Beverage di Indonesia
1. Bistro
Bistro merupakan restoran kecil yang menyajikan makanan dan
minuman anggur (wine). Tempat ini sangat sederhana dengan
harga dari setiap makanan dan minumannya sedang. Menunya
terdiri hidangan yang sederhana dan mudah disiapkan dalam
jumlah besar. Bistro ini menyajikan minuman kopi juga.
Pelayanan dalam bentuk informal dan cepat. Bidtro ini mungkin
tidak memiliki menu cetak disetiap meja nya.
2. Brassierie
Brassierie ini adalah restoran dengan gaya formal, yang
menyajikan minuman, hidangan utama (main course), dan menu
makanan lainnya. Konsumen dapat hanya menikmati menu-menu
minuman atau kopi saja. Restoran ini memberikan pelayanan
profesional dan menyajikan menu yang dicetak yang akan
diantarkan oleh setiap waiter/waitress. Para pelayan berseragam
tradisional dengan celemek panjang dan rompi.
3. Coffee Shop
Coffee Shop merupakan restoran yang terutama menyajikan
makanan ringan (Light Meal) dan menu minuman beropreasi 24
jam sehari, sebagian besar hotel berbintang memiliki kedai kopi
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan setiap saat sepanjang
hari. Konsep kedai kopi ini berasal dari Amerika Serikat.
Pelayanan dan suasana dari kedai kopi bersifat Formal dan
sewaktu-waktu bisa informal. Karyawan bekerja dalam tiga shift.
94
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
Fokus utamanya adalah pada operasional 24 jam, layanan cepat,
dan perputaran kursi yang tinggi. Resto ini mungkin dilisensikan
untuk menyajikan anggur dan minuman beralkohol juga .
Meskipun fitur utamanya adalah operasi 24 jam, beberapa kedai
kopi mungkin tutup lebih awal, tergantung pada lokasi mereka.
Hal tersebut akan lebih membuat pengeluaran kecil dari pada
biaya yang dikeluarkan untuk operasional selama waktu tersebut.
4. Spesialty Restaurant
Restoran ini menyajikan hidangan spesial yang merupakan
kekuatannya dan berkontribusi pada citra merek. citra merek.
Restoran ini beroperasi selama jam makan siang dan makan
malam, antara siang dan sore hari, Suasana dan dekorasi restoran
mencerminkan tema khusus restoran. Restoran ini mungkin
mengkhususkan diri pada jenis makanan tertentu seperti ikan
dan keripik, pasta, atau steak, atau dalam jenis masakan tertentu,
misalnya, India, Cina, Italia, Mediterania, dan dan seterusnya.
Hidangan dari wilayah tertentu di suatu negara atau sekte
tertentu juga disebut sebagai masakan etnis. Seragam staf
layanan akan sesuai dengan tradisi daerah atau negara.
Perlengkapan, desain pada peralatan makan dan kartu menu,
musik, dan sebagainya, juga akan
juga akan menggambarkan wilayah tersebut. Staf pramusaji
berseragam menyajikan makanan sesuai dengan tradisi.
Perputaran kursi pada jenis restoran ini rendah dan pendapatan
rata-rata lebih banyak dibandingkan dengan kedai kopi. Sebagai
contoh, Restoran Amaravathi di India selatan mengkhususkan
diri pada masakan Andhra.
95
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
5. Fine Dining Restaurant
Restoran semacam ini terutama melayani kebutuhan segmen
pasar menengah keatas yang ingin merasakan pengalaman
bersantap mewah. Restoran ini dapat menawarkan hidangan dari
satu wilayah atau negara tertentu atau hidangan eksotis dari
berbagai masakan, minuman anggur, minuman beralkohol, dan
makanan pencuci mulut. Restoran ini biasanya buka pada waktu
makan malam. Namun, restoran ini juga dapat beroperasi selama
makan siang tergantung lokasinya. Suasana dan dekorasi
restoran akan elegan dan kaya. Perabotannya terbuat dari kayu
jati dengan pengerjaan yang baik. Kursi makan mungkin memiliki
sandaran tangan. Semua meja akan dilapisi dengan linen
berkualitas baik dan serbet dengan warna yang kontras atau
warna yang sesuai dengan dekorasi.
6. Popular Restaurant
Jenis restoran ini memiliki bentuk informal, namun dijaga secara
higienis dan terletak di area sibuk seperti daerah-daerah dekat
dengan halte bus, stasiun kereta api, area perbelanjaan, dan
sebagainya, melayani kebutuhan kelas menengah dan pelanggan
yang sedang terburu-buru. Restoran ini umumnya cukup besar
dengan jumlah penutup yang lebih banyak. Restoran ini
menyajikan hidangan yang sangat populer dan sangat diminati di
daerah tersebut, dengan cepat, dan dengan harga yang
terjangkau.
Sistem Bawa pulang atau take away tersedia juga bagi para tamu
untuk melakukan pemesanan.
96
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
7. Fast Food
Restoran ini khas tergambar dengan kecepatan layanan dan
harga yang terjangkau dari seluruh item menu. teknologi
pengolahan makanan, pertumbuhan pasar, dan sebagainya, telah
memberikan kontribusi terhadap keberhasilan operasional
makanan cepat saji. Setiap negara atau wilayah dapat menyajikan
makanannya sendiri. kelezatan dan pelayanan dalam makanan
cepat saji outlet. Restoran ini terletak di area yang sangat sibuk
diperkotaan.
8. Night Club
Klub ini beroperasi pada malam hari dan menawarkan makan
malam, dansa, dan hiburan live. Kabaret atau pertunjukan lainnya
adalah daya tarik utama klub malam ini. Para pasangan dapat
menari di lantai dansa. Lantai dansa diiringi musik yang
dibawakan oleh band live atau musik rekaman. Para tamu
diwajibkan mengenakan pakaian formal. Klub malam memungut
biaya masuk. Makan malam dan minuman anggur disajikan di
meja dan para tamu dapat makan malam mereka sambil
menikmati pertunjukan. Namun di beberapa negara Night Klub
tidak diizinkan beroprasional karna budaya atau agama
setempat.
9. Ice Cream Parlour
Tempat ini Menyajikan berbagai jenis es krim seperti sundae,
coupe, bombe, cassata, dan dan seterusnya Es krim ini disimpan
dalam wadah es krim dan disimpan dalam display berpendingin
dengan kaca tembus pandang. Beberapa produsen atau
pengusaha es krim telah memperkenalkan es krim bebas gula dan
97
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
bebas kolesterol saat ini. Modern ini sebuah gerai dapat
diwaralabakan jika diberi wewenang untuk menjual barang atau
mengoperasikan bisnis sesuai dengan arahan dari perusahaan
induk.
10. Cafe
Cafe adalah restoran asal Prancis, terutama menyajikan kopi dan
makanan ringan (Light Meal). Perancis memperkenalkan Cafe
dengan menyajikan makanan ringan bersama dengan kopi dan
kue-kue manis. Banyak pemilik restoran di Indonesia menamai
operasional mereka sebagai kafe bahkan sampai sekarang. Kafe-
kafe ini menyajikan makanan ringan dan makanan khas seperti
sandwich, burger, pizza, kue-kue, dan tren minuman saat ini . Para
pelanggan dilayani di meja dengan mengikuti gaya Amerika, kafe
ini merupakan bisnisyang memiliki perputaran kursi yang bagus
setiap hari nya.
11. Food Court
Food court mengacu pada sejumlah perkumpulan kedai makanan
didalam sebuah lokasi, masing-masing menyajikan makanan dan
minuman yang berbeda. Kasir tunggal menjadi ciri khas salah
satunya, Pelanggan memesan makanan yang mereka ingin
mereka miliki dan mengkonsumsinya di ruang makan bersama.
Jenis hidangan yang ditawarkan mewakili masakan lokal dan
hidangan yang populer secara global. Pujasera nama istilah
lainnya di Indonesia menawarkan hidangan Nusantara, Melayu,
hidangan khas Cina, kue-kue, roti lapis, salad, pizza, burger,
Minuman Tren saat ini, es krim. Pujasera ini dapat ditemukan di
komplek perbelanjaan besar, Pasar Modern, komplek hiburan,
98
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
taman hiburan, bandara, dan sebagainya di mana ada lalu lintas
yang padat dengan orang-orang beraktifitas.
12. Kiosk
Kiosk adalah bangunan kecil permanen atau sementara
permanen atau sementara di trotoar tempat barang-barang
seperti kopi, teh, cokelat, kue kering, makanan ringan, dan
sebagainya. Barang-barang yang dibeli dapat dibawa pulang atau
dikonsumsi di meja yang diatur di dekatnya. Sebagian besar kios
tidak menyediakan tempat duduk.
13. Drive-in
Di restoran drive-in, pelanggan masuk, memarkir kendaraan
mereka di tempat parkir, dan tetap duduk di dalam kendaraan
mereka. Para pelayan mendatangi pelanggan dengan membawa
kartu menu, mengambil pesanan, dan mengantarkan makanan di
atas nampan yang dirancang khusus dan pelanggan tetap mereka
makan. Di Negara Indonesia Drive-in dapat ditemui pada
pelayanan makanan dan minuman cepat saji.
14. Pub & Bar
Tempat ini terutama menyajikan berbagai jenis bir, terutama bir
draft, dan makanan ringan. Awalnya, mereka dimiliki oleh pabrik
bir untuk menjual bir mereka. Di Indonesia Pub & Bar berada
hanya di kota-kota besar dan di lokasi yang Wisata tertentu
seperti Jakarta, Batam, Bali, Yogyakarta, Semarang dan kota
lainnya. bar ini menawarkan semua jenis minuman beralkohol
seperti wiski, rum, gin, vodka, brendi, tequila, anggur, dan bir.
Hotel dan restoran memiliki area berlisensi terpisah untuk
menjual minuman beralkohol. Makanan ringan juga ditawarkan.
99
INDUSTRI PELAYANAN FOOD & BEVERAGE
Hotel juga dapat memiliki bar tambahan dalam sebuah
pelayanannya. tambahan di area layanan/restoran untuk
mengeluarkan anggur (wine), bir, dan minuman beralkohol
selama layanan berlangsung.
15. Ghost Kitchen/ Cloud Kitchen
Ghost Kitchen itu sendiri merupakan karya instalasi dapur virtual
yang menghasilkan produk makanan dan minuman untuk
diantar, masih belum berfungsi Ada dapur atau ruang makan.
Konsep ini mendorong pelaku bisnis untuk berjualan produk
melalui sistem distribusi online, jadi saat ini pelayanannya cepat
dan nyaman karena saat ini banyak diminati banyak orang. Apa
lagi dengan adanya pandemi COVID-19, perintah untuk tetap di
rumah semakin banyak diterapkan dan Pelanggan mulai
memesan lebih sering dari sebelumnya.
Kehadiran konsep Ghost Kitchen kemudian memodernisasi
operasional pemilik restoran dan pemilik waralaba dalam
mempertahankan operasinya dan mengurangi hambatan
ekspansi ukuran perusahaan. Biasanya konsep ghost kitchen
yang hanya menjual brand saja, Restoran ini digunakan oleh
selebriti karena audiens atau pasar yang besar mereka punya. Ini
membuat pemasaran lebih cepat dan lebih efektif. Konsep
pelayanan makanan dan minuman yang menawarkan banyak
keunggulan ini melahirkan konsep virtual waralaba dalam
perkembangan dunia bisnis Food & Beverage di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Artanti, A. ayu. (2020). Transaksi GoFood Naik 20% saat Pandemi.
Medcom.Id.https://www.medcom.id/ekonomi/bisnis/eN406jw
N-transaksi-gofood-naik-20-saat-pandem