ArticlePDF Available

Program Pendampingan Guru Pada Rancangan Program Ekoliterasi di Sekolah Inklusi

Authors:

Abstract

Background: Adanya kesulitan pengorganisasian pada implementasi program ekoliterasi sebagai salah satu program penguatan literasi di SD Sukowinangun. Kesulitan terbesar yang dirasakan adalah kurangnya kemampuan tim literasi sekolah untuk merencanakan dan mengembangkan program ekoliterasi dan implementasinya. Untuk meningkatkan keterampilan tim literasi di sekolah dalam merencanakan program ekoliterasi yang relevan dengan kebutuhan pengembangan diri siswa. Metode: Mitra program pendampingan ini adalah SDN 2 Sukowinangun Magetan, dengan jumlah guru yang didampingi adalah 7, dan metode yang dilaksanakan adalah dengan melakasankan analisisis masalah dan kebutuhan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan program, dan evaluasi pendampingan. Hasil: Program workshop dengan materi Identifikasi Perencanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SD berbasis Ekoliterasi telah terlaksana dengan maksimal. Selanjutnya rancangan program dan pendampingan pembuatan Lembar Kerja Siswa pada program ekoliterasi telah diselesaikan. Target program tercapai di mana tim literasi sekolah membuat rancangan program ekoliterasi selama 1 semester serta menjabarkannya dalam bentuk kegiatan terperinci dilengkapi dengan instrument penguatan pemahaman ekoliterasi. Berdasarkan pendampingan, workshop dan evaluasi yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa materi telah tersampaikan dengan baik dan mitra memberikan respon positif atas pelaksanaan.
solma@uhamka.ac.id|441
Doi: https://doi.org/10.22236/solma.v11i3.10518
Jurnal SOLMA, 11(3): 441-450; 2022
Program Pendampingan Guru Pada Rancangan Program Ekoliterasi di
Sekolah Inklusi
Sri Lestari1, Dewi Tryanasari 1*, Alfina Fitria Rahmasari 1
1Universitas PGRI Madiun, Jl. Setiabudi No 85 Madiun, Jawa Timur, Indonesia, 63119
*Email koresponden: dewi@unipma.ac.id
ARTICLE INFO
A B S T R A K
Article history
Received: 14 Jul 2022
Accepted: 16 Nov 2022
Published: 10 Dec 2022
Background: Adanya kesulitan pengorganisasian pada implementasi program ekoliterasi
sebagai salah satu program penguatan literasi di SD Sukowinangun. Kesulitan terbesar
yang dirasakan adalah kurangnya kemampuan tim literasi sekolah untuk merencanakan
dan mengembangkan program ekoliterasi dan implementasinya. Untuk meningkatkan
keterampilan tim literasi di sekolah dalam merencanakan program ekoliterasi yang
relevan dengan kebutuhan pengembangan diri siswa. Metode: Mitra program
pendampingan ini adalah SDN 2 Sukowinangun Magetan, dengan jumlah guru yang
didampingi adalah 7, dan metode yang dilaksanakan adalah dengan melakasankan
analisisis masalah dan kebutuhan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan program, dan
evaluasi pendampingan. Hasil: Program workshop dengan materi Identifikasi Perencanaan
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SD berbasis Ekoliterasi telah terlaksana
dengan maksimal. Selanjutnya rancangan program dan pendampingan pembuatan
Lembar Kerja Siswa pada program ekoliterasi telah diselesaikan. Target program tercapai
di mana tim literasi sekolah membuat rancangan program ekoliterasi selama 1 semester
serta menjabarkannya dalam bentuk kegiatan terperinci dilengkapi dengan instrument
penguatan pemahaman ekoliterasi. Berdasarkan pendampingan, workshop dan evaluasi
yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa materi telah tersampaikan dengan baik
dan mitra memberikan respon positif atas pelaksanaan.
Kata kunci:
Ekoliterasi;
P5;
sekolah inklusi;
pelatihan guru
A B S T R A C T
Keyword:
Eco-literacy;
P5;
inclusive schools;
teachers’ workshop
Background: There were organizational difficulties in implementing the eco-literacy
program as a literacy-strengthening program at SD Sukowinangun. The biggest difficulty
felt is the lack of ability of the school literacy team to plan and develop eco-literacy
programs and their implementation. To improve the skills of the literacy team in schools
in planning Eco-literacy programs that are relevant to students' self-development needs.
Methods: The partner of this mentoring program is SDN 2 Sukowinangun Magetan, with
the number of teachers being assisted is 7, and the method used is to carry out the problem
and needs analysis, activity planning, program implementation, and mentoring
evaluation. The workshop program with material on Project Planning Identification of
Strengthening Pancasila Student Profiles (P5) in eco-literate-based elementary schools has
been carried out optimally. Results: Furthermore, program design and assistance in
making Student Worksheets in the eco-literacy program have been completed. The
program target was achieved when the school literacy team designed an eco-literacy
program for one semester and described it as detailed activities equipped with
instruments to strengthen eco-literacy understanding. Based on the assistance,
workshops, and evaluations that have been carried out, it can be seen that the material
has been appropriately conveyed, and the partners have responded positively to the
implementation.
© 2022 by authors. Lisensi Jurnal Solma, UHAMKA, Jakarta. Artikel ini bersifat open access yang didistribusikan di bawah syarat
dan ketentuan Creative Commons Attribution (CC-BY) license.
J U R N A L S O L M A
ISSN: 2614-1531 | https://journal.uhamka.ac.id/index.php/solma
Jurnal SOLMA, 11 (3), pp. 441-450; 2022
solma@uhamka.ac.id|442
Doi: https://doi.org/10.22236/solma.v11i3.10518
PENDAHULUAN
Literasi secara sederhana dimaknai sebagai kemampuan membaca dan menulis. Seiring
dengan perkembangan zaman, makna literasi bergeser meluas menjadi keterampilan dalam
menyikapi teks dari berbagai sudut pandang berkaitan dengan pemecahan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Literasi merupakan keterampilan yang penting dikuasai siswa untuk
menguasai keterampilan lain dalam hidup dan kehidupan (Bearne, 2003; Dawe & We, 2016; Yunus
Abidin, Tita Mulyadi, 2017). Berdasarkan pernyataan tersebut, keterampilan literasi penting
diajarkan kepada siswa.
Jenjang pendidikan dasar, merupakan pondasi bagi siswa pada jenjang selanjutnya. Dalam
hal ini ketercapaian kompetensi pada jenjang pendidikan dasar akan mendukung penguasaan
keterampilan pada jenjang selanjutnya. Oleh karena itu, penekanan keterampilan literasi di SD
sangat penting dilakukan. Melalui pencanangan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pemerintah
berupaya untuk menumbuhkan kebiasaan baik berliterasi pada siswa serta meningkatkan
keterampilan literasi dengan terarah dan terencana. GLS berlaku di setiap jenjang sekolah dari SD
sampai SMA pada sekolah biasa, sekolah luar biasa, maupun sekolah inklusi (Yeşiltaş et al., 2016;
Yudhanti, 2013). Dari ketiga jenis sekolah tersebut, saat ini sekolah inklusif masih menjadi pusat
perhatian.
Pendidikan inklusif merupakan wujud komitmen pemerintah untuk meratakan hak akses
pendidikan bagi warga negara. Eigen & Kaucak (2012) menyatakan bahwa pendidikan inklusi
menyelengggarakan pendidikan dengan memberikan kesempatan kepada siswa berkebutuhan
khusus untuk belajar pada sekolah umum. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan simpati, empati,
penghargaan serta rasa syukur pada siswa yang tidak berkebutuhan khusus. Sebaliknya dengan
berbaur, siswa berkebutuhan khusus bisa membangun kepercayaan diri, eksistensi, serta
kemandirian. Dengan demikian pembentukan kepribadian sebagai salah satu hal penting dalam
proses pendidikan bisa dilaksanakan secara kontekstual.
Hasil penelitian Rombot, 2017 menyimpulkan bahwa ada beberapa kendala yang ditemukan
dalam mengimplementasikan pendidikan inklusi di Indonesia. Kendala-kendala itu misalnya
minimnya sarana penunjang sistem pendidikan inklusi, terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan
yang dimiliki oleh para guru sekolah inklusi, kurangnya dukungan program inklusi oleh orang tua
siswa yang tidak berkebutuhan khusus, serta minimnya pengembangan program inklusi seringkali
ditemukan di lapangan (Pacheco2015.Pdf, n.d.). Bertitik tolak dari masalah tersebut maka program
nyata yang bisa langsung diaplikasikan oleh guru di sekolah inklusi perlu dikembangkan.
SDN Sukowinangun 2 adalah salah satu sekolah yang ditunjuk sebagai penyelenggara
sekolah inklusi di Kabupaten Magetan. Berdasarkan hasil analisis keterlaksanaan program,
ditemukan bahwa pendidikan inklusi di SDN Sukowinangun 2 tidak berjalan dengan baik. Oleh
karena itu pada tahun 2019 melalui kerjasama antara Kabupaten Magetan dengan Universitas PGRI
Madiun (UNIPMA) dilaksanakan pendampingan pada sekolah pada aspek kelengkapan sarpras,
web sekolah, perpustakaan, kegiatan proyek seni, serta penguatan literasi melalui ekoliterasi dan
pembelajaran inovatif. Hasil penelitian Tryanasari dan Kartikasari HS pada tahun 2021
menunjukkan bahwa program ekoliterasi bisa mengurangi ketidakfokusan pada siswa slow learner
di SDN Sukowinangun sebesar 40%. Namun dalam penelitian tersebut, juga ditemukan bahwa
Jurnal SOLMA, 11 (3), pp. 441-450; 2022
solma@uhamka.ac.id|443
Doi: https://doi.org/10.22236/solma.v11i3.10518
kepala sekolah mengalami kesulitan pengorganisasian pada implementasi program ekoliterasi
sebagai salah satu program penguatan literasi di SD Sukowinangun. Kesulitan terbesar yang
dirasakan kepala sekolah adalah kurangnya kemampuan tim literasi sekolah untuk merencanakan
dan mengembangkan program ekoliterasi dan implementasinya. Bertitik tolak dari situasi tersebut
maka perlu adanya pendampingan terhadap tim literasi dalam hal ini adalah guru di SDN
Sukowinangun untuk menguatkan kemampuan dalam perencanaan dan pengembangan program
ekoliterasi.
METODE PELAKSANAAN
Implementasi program pendampingan guru pada program ekoliterasi di SDN Sukowinangun
dilaksanakan selama semester 1 tahun 2022/2023 dilaksanakan selama 6 Bulam, dimulai pada bulan
April tahun 2022 sampai dengan September 2022. Metode pelaksanaan kegiatan ini disajikan secara
ringkas pada tabel di bawah ini.
Tabel 1: Metode Pelaksanaan Pendampingan
No
Keterangan
1
Menggali dan memetakan kendala spesifik yang terjadi
di lapangan serta kebutuhan sesuai dengan solusi yang
ditawarkan
2
Rancangan kegiatan pendampingan serta penetapan
kesepakatan waktu
Menetapkan waktu pelaksanaan, penanggung jawab,
serta sumber daya yang dibutuhkan.
3
Penguatan pengetahuan literasi dasar dan ekoliterasi
Penguatan perencanaan program literasi
Pendampingan perencanaan ekoliterasi
4
Angket kepuasan terhadap pendampingan
Pemetaan tindak lanjut
Selanjutnya, setelah kegiatan workshop dan pendampingan penguatan pelaksanaan P5 dan
literasi, maka peserta memberikan respon atau evaluasi pelaksanaan kegiatan. Evaluasi pertama
berkaitan dengan pemahaman materi dan evaluasi kedua berkaitan dengan pelakasanaan rangkaian
kegiatan. Teknik pengumpulan data diperoleh dari hasil dan quesionaire guru pada dua evaluasi
tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis masalah dan kebutuhan
Kegiatan pendampinagn di SDN Sukowinangun 2 Kabupaten Magetan diawali dengan proses
penelitian pendahuluan untuk menganalisis masalah serta memetakan kebtuhan. Dalam proses
tersebut diperoleh data mengenai profil sekolah, masalah berkaitan dengan ekoliterasi serta
kebutuhan sekolah berkaitan dengan proses pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan literasu
dan implementasi kegiatan pada kurikulum operasional sekolah.
SDN Sukowinangun 2 Kabupaten Magetan adalah sekolah inklusi tingkat dasar di Kabupaten
Jurnal SOLMA, 11 (3), pp. 441-450; 2022
solma@uhamka.ac.id|444
Doi: https://doi.org/10.22236/solma.v11i3.10518
Magetan yang berlokasi di Jalan Kunti No. 41. Sebagai sekolah inklusi SDN Sukowinangun 2 Magetan
menerapkan layanan pendidikan yang menyertakan semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus
atau ABK. Proses pembelajaran dilakukan dengan menyesuaikan kebutuhan anak tanpa kebutuhan
khusus (ATBK) dan ABK melalui adaptasi kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan sarana
prasarananya.
SDN Sukowinangun 2 Magetan memiliki tenaga pendidik yang berjumlah 9 orang. Saat ini
jumlah siswa di SDN Sukowinangun Magetan berjumlah 91 anak, 33 di antaranya adalah siswa ABK.
Profil SDN Sukowinangun 2 Kabupaten Magetan, menunjukkan bahwa pada tahun 2022, pada kelas
1 dan 4 wajib menerapkan kurikulum merdeka di mana ada tiga komponen utama yang harus
dijalankan yaitu pada tataran intrakurikuler, ekstrakurikuler dan peoyek penguatan profil pelajar
Pancasila (P5) . Sedangkan pada kelas yang lain menggunakan kurikulum 2013. Penerapan kurikulum
kombinasi ini tentunya membutuhkan pencermatan dari sisi penerapan. Benang merah yang dapat
ditarik dari keduanya adalah titik berat pada kemampuan literasi yang harus dikuasai dengan baik
oleh siswa sebagai dasar pembentukan karakter (Siskandar & Rahmawati, 2009).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru tim GLS, di SDN
Sukowinangun Gerakan literasi yang dilakukan belum mempunyai spesifikasi yang khusus sesuai
dengan analisis kebutuhan dan konteks sosial, geografis, dan budaya masyarakat lingkungan sekolah.
dalam hal ini, proses literasi dilaksanakan dengan membiasakan siswa membaca 10 sampai dengan 15
menit di awal pembelajaran namun belum mengarah pada pembinaan kompetensi khusus serta belum
dirumusakn secara terstruktur. Penyebab utama dari kondisi tersebut adalah tim belum mampu
membuat rancangan kegiatan literasi secara baik. Pada tahun 2019, sebenarnya ada pendampingan
materi kegiatan ekoliterasi secara global di SDN Sukowinangun, namun sayangnya baru sampai pada
pemahaman dasar dan terkendala dengan Pandemi sehingga tidak bisa dieksekusi dengan baik.
Bertitik tolak dari masalah tersebut, maka perlu dilaksanakan penyegaran ulang terhadap materi
ekoliterasi, pendampingan perencanaan program pada tim, sekaligus mengaitkan konten ekoliterasi
dengan tuntutan kurikulum merdeka dan kurikulum 2013. Bertitik tolak dari pemetaan masalah serta
analisis kebutuhan, tim merencanakan kegiatan pendampingan yang diuraikan pada sub bagian
perencanaan kegiatan.
2. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan pendampingan dilaksanakan melalui kesepakatan antara tim dan kepala
sekolah dengan acuan masalah serta analisis kebiutuhan. Berdasarkan kesepakatan, diputuskan
bahwa proses penyegaran materi ekoliterasi akan digabungkan dengan materi P5 pada kurikulum
merdeka sehingga ekoliterasi diharapkan akan muncul sebagai kegiatan literasi yang bersinergi
dengan kegiatan P5. Adapun materi yang disajikan meliputi materi dasar literasi, Gerakan literasi
sekolah, Ekoliterasi dan prinsip-prinsipnya, dimensi, elemen, tema dan sub tema P5 serta
implementasinya. Penyampaian materi berlangsung selama 2 kali pertemuan dengan durasi waktu
pada masing-masing materi maksimal 50 menit.
Selanjutnya setelah ada proses penyampaian materi, dilakukan pembentukan tim P5 oleh
kepala sekolah dan tim ditugaskan untuk membuat draft rancangan kegiatan P5 yang diselaraskan
dengan ekoliterasi pada kelas 1 dan 4. Sedangkan tim GLS yang sebelumnya sudah ada diminta untuk
membuat draft rancangan kegiatan Ekoliterasi yang diterapkan oleh kelas 2,3,5, dan 6 pada kurikulum
2013.
Jurnal SOLMA, 11 (3), pp. 441-450; 2022
solma@uhamka.ac.id|445
Doi: https://doi.org/10.22236/solma.v11i3.10518
3. Pelaksanaan Kegiatan
Pada dasarnya ada dua kegiatan utama yang dilaksanakan oleh tim pada proses
pendampingan yaitu kegiatan penyampaian materi dan kegiatan pendampingan tim GLS serat P5.
Kegiatan tersebut secara rinci diuraikan sebagai berikut.
a. Kegiatan penyampaian materi
Pelaksanaan penyampaian materi terbagi pada minggu pertama bulan Agustus meliputi
materi dasar tentang literasi, ekoliterasi, serta GLS. Pokok permasalahan yang dibicarakan pada
penyampaian materi literasi adalah tentang definisi litrasi secara sederhana dan kompleks serta jenis
dan pengembangan literasi di sekolah dasar. Selanjutnya materi dikerucutkan pada ekoliterasi,
pengertian, ciri, tujuan, serta manfaat dan kontekstualitas ekoliterasi pada lingkungan sekolah
(Wiyono, 2016). Dari kedua materi tersebut, guru diminta untuk memasukkan rancangan
pembelajaran di kelas berkaitan dengan materi. Selanjutnya dari hasil brain storming materi yang
berkaitan dengan ekoliterasi, tim melakukan coaching kepada kelompok guru untuk merumuskan
program GLS yang bisa dilaksanakan secara serentak. Umoan balik yang didapatkan dari peserta
adalah bahwa 70 % dari guru mampu memahami pemaknaan dasar literasi dan ekoliterasi, sedangkan
50% mampu menarik simpulan program GLS yang akan dilaksanakan berkaitan dengan ekoliterasi.
Hasil wawancara terhadap guru dan kepala sekolah menyatakan bahwa perlu dilaksanakan tindak
lanjut berupa diskusi untuk program GLS serta kelengkapanya. Diputuskan setelah penyampaian
materi tahap 2, tim UNIPMA akan memberikan pendampingan dalam perancancangan program
ekoliterasi pada GLS.
Kegiatan dilanjutkan pada bulan Agustus minggu ke 3 sebab terkendala dengan proses
akreditasi di sekolah. pada minggu ke 3 disampaikan materi tentang P5 serta kaitan tema dengan
dimensi, elemen, dan sub elemen pada kegiatan tersebut dengan pembinaan keterampilan literasi
siswa. Umpan balik yang didapatkan dari peserta, peserta belum memahami P5 secara baik sehingga
perlu dijelaskan ulang perbedaan P5 dengan program ekstrakurikuler serta perwujudtanya. Untuk
itu tim pada bulan September minggu pertama kembali memberikan ulasan P5 namun dilengkapi
dengan ulasan tentang komponen dasar kurikulum merdeka. Selanjutnya tim langsung mengadakan
brain storming dengan guru mengenai perencnaan proyek yang hasilnya diuraikan pada tahap
pendampingan.
b. Kegiatan pendampingan
Kegiatan pendampingan dilaksanakan setelah guru dibekali dengan pengetahuan materi
dasar. Pendampingan dilaksanakan dengan brain storming ide dan coaching dengan hasil cuplikan
rancangan program secara garis besar sebagai berikut.
Identifikasi Perencanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
di SD berbasis Ekoliterasi
Identitas Sekolah : SDN Sukowinangun 02 Magetan
Nama Proyek : Adiwiyata berbasis Ekoliterasi
Tema dipilih : Gaya Hidup Berkelanjutan
Waktu pelaksanaan : semester 1 (126 JP)
Kelas : 1 dan 4
No
Dimensi
Elemen
Kegiatan
Alokasi Waktu
1
Bergotong
royong
Kreatif
Aklhak kepada alam
1. Penghijauan
lingkungan
sekolah
8JP
Jurnal SOLMA, 11 (3), pp. 441-450; 2022
solma@uhamka.ac.id|446
Doi: https://doi.org/10.22236/solma.v11i3.10518
Identifikasi Jadwal P5 di Sekolah:
Hari Sabtu minggu pertama (penghijauan lingkungan sekolah)
Mekanisme Kegiatan:
1. Penghijauan Lingkungan Sekolah:
a. Siswa kelas 1 diminta membawa benih berupa biji sayuran semusim seperti sawi, kangkung,
bayam serta kompos secara berkelompok (ditentukan oleh guru dan diinformasikan kepada
orang tua)
b. Siswa kelas 4 membawa alat-alat perkebunan sederhana secara berkelompok (misalnya sabit,
ember, sekop) dikondisikan oleh guru dan berkoordinasi dengan orang tua
c. Dengan bimbingan guru dan dibantu oleh penjaga sekolah, siswa kelas 4 menyiapkan lahan
kebun sekolah serta membuat label petak berisi nama tanaman dalam berbagai bahasa, kapan
ditanam, bagaimana cara merawatnya
d. Siswa kelas 1 dengan bimbingan guru secara berkelompok menebar benih yang dibawa
e. Guru menjadwalkan perawatan kebun sederhana (menyiram, menyiangi rumput) untuk kelas
1
f. Guru menjadwalkan kelas 4 untuk mengobservasi tumbuh kembang tanaman yang sudah
ditanam serta menuliskanya pada papan observasi
Analisis Kebutuhan:
1. Lahan kebun yang dibagi per kelompok
2. Benih tanaman (kelompok siswa kelas 1)
3. Kompos (kelompok siswa kelas 1)
4. Peralatan pertanian (siswa kelas 4)
5. Kertas labelling yang delaminating (sekolah)
6. Spidol permanen
7. Cat
8. Kuas
9. papan identitas tanaman
10. papan observasi tumbuh kembang
Hasil identifikasi di atas selanjutnya akan dikembangkan pada modul P5 untuk kelas 1 dan 4.
Namun karena waktu yang terbatas, untuk pengembangan modul diagendakan sebagai tindak lanjut
kegiatan pendampingan di tahun pelaksanaan berikutnya. Untuk perancangan GLS yang dihasilkan
bagi kelas 2, 3, 5, dan 6 tertuang dalam tabel berikut ini.
Tabel 1: Rancangan Program Ekoliterasi Dalam GLS di SDN Sukowinangun 2
NO
Kegiatan
Keterangan
BULAN KE
1
2
3
4
1
DEAR (drop everything
and read)
Kegiatan membaca bebas,
dilaksanakan setiap hari
Sabtu pagi secara serentak
kemudian dilanjutkan
dengan menuliskan
ringkasan bacaan melalui
bimbingan guru kelas
2
Telling story
Dari ringkasan bacaan pada
minggu berikutnya, siswa
secara bergiliran tampil
untuk menyajikan apa yang
Jurnal SOLMA, 11 (3), pp. 441-450; 2022
solma@uhamka.ac.id|447
Doi: https://doi.org/10.22236/solma.v11i3.10518
dibaca di depan audience
(perwakilan setiap kelas 3
orang)
3
Gelar karya melalui
madding
Melalui bimbingan guru,
siswa menghasilkan poster,
gambar sederhana, karya
sastra sesuai dengan
jenjang kelas yang dipajang
pada Mading sekolah
secara bergantian
4
Pojok Karya
Tulisan siswa baik berupa
fiksi dan non fiksi
dikoordinir oleh guru
untuk diabadikan dalam
bentuk cetak dan dipasang
sebagai salah satu koleksi
perpustakaan
Selanjutnya, setelah kegiatan workshop dan pendampingan penguatan pelaksanaan P5 dan literasi,
peserta memberikan respon atau evaluasi pelaksanaan kegiatan. Evaluasi pertama berkaitan dengan
pemahaman materi dan evaluasi kedua berkaitan dengan pelakasanaan rangkaian kegiatan. Berikut
adalah hasil pendapat dan evaluasi peserta.
Tabel 4.1 Angket Pemahaman Peserta
No.
Pertanyaan
Jawaban
Sangat
Paham
Paham
Cukup
Paham
Kurang
Paham
Tidak
Paham
1.
Saya memahami materi tentang
Paradigma belajar Merdeka
-
4
2
1
2.
Saya memahami materi tentang Literasi
Dasar
6
1
3.
Pelatihan dan Pendampingan
Kurikulum Merdeka dan Penguatan
Ekoliterasi sangat sesuai dan tepat
sasaran
1
4
1
1
4.
Saya memahami dari keseluruhan
materi yang disampaikan oleh pemateri
5
1
1
Jika dituangkan dalam grafik, berikut adalah hasilnya:
Jurnal SOLMA, 11 (3), pp. 441-450; 2022
solma@uhamka.ac.id|448
Doi: https://doi.org/10.22236/solma.v11i3.10518
Gambar 4.1. hasil Angket pemahaman Mitra
Selanjutnya, angket kedua berhubungan dengan respon evaluasi peserta terkait pelaksanaan kegiatan
pendampingan. Berikut hasil tabel respon pserta.
Tabel 4.2 Kepuasan Terhadap Program yang Dilakukan
No.
Pertanyaan
Jawaban
Sangat
Setuju
Setuju
Netral
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak Setuju
1.
Tim memperkenalkan diri dan institusi
dengan sopan dan menjelaskan rencana
program dengan baik
3
4
2.
Tim menyampaikan materi dengan baik
3
4
3.
Pelatihan yang diberikan sesuai dengan
potensi dan permasalahan di sekolah
3
4
4.
Tim memandu praktik dengan baik
3
4
5.
Tim memberikan layanan
pendampingan yang baik
4
3
6.
Tim melayani setiap pertanyaan dan
permasalahan yang disampaikan dan
direspon dengan baik
5
2
7.
Setelah mengikuti pelatihan, saya
berusaha untuk akan menerapkan
materi
1
5
1
Berikut adalah grafik respon evaluasi peserta:
0
1
2
3
4
5
6
7
Pemahaman materi
KM
Pemahaman materi
Literasi
Kesesuaian
Pendampingan
Pemahaman materi
keseluruhan
Evaluasi Peserta terhadap Materi Pendampingan
SP PCP KP TP
Jurnal SOLMA, 11 (3), pp. 441-450; 2022
solma@uhamka.ac.id|449
Doi: https://doi.org/10.22236/solma.v11i3.10518
Berdasarkan evaluasi yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa materi telah tersampaikan
dengan baik dan mitra memberikan respon positif atas pelaksan. Selanjutnya, modul yang telah
disusun akan dimanfaatkan dan diimplementasikan pada saat semester genap tahun ajaran 2022/2023.
KESIMPULAN
Dari kegiatan pendampingan, disimpulkan bahwa tim GLS di SDN Sukowinangun 02
Magetan paling tidak sudah merencanakan kegiatan GLS serta P5 dengan fokus ekoliterasi
meskipun untuk kelengakpan sarana prasarana pendukung masih perlu dilengkapi. Oleh karena
itu diperlukan tindak lanjut pendampingan pada proses melengkapi sarana, instrument pendukung
serta eksekusi program. Bertitik tolak dari hal tersebut, sekolah harus proaktif untuk berkolaborasi
baik dengan penilik sekolah, orang tua, maupun perguruan tinggi. Dengan demikian diharapkan
program bisa berjalan dengan baik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami ucapkan terimakasih kepada LPPM Universitas PGRI Madiun yang telah memberikan
hibah Program Pengabdian Hilirisasi Penelitian (PPHP) tahun 2022 dan kepada kepala sekolah dan
guru SDN Sukowinangun 2 Magetan yang telah berkenan berbagi dan belajar bersama untuk
terlaksanaya program pendampingan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid dan Dian Andayani. (2013). Pendidikan Karakter Perspektif Islam (1st ed.). Rosda Karya.
Bearne, E. (2003). Rethinking literacy: communication, representation and text. 98103.
Dawe, H. C., & We, H. C. D. A. (2016). A Study of the Effect of an Educational Program upon Language Development and
Related Mental Functions in Young Children A study of the effect of an educational program. The Journal of Experimental
Educatin, 0973(June), 200209. https://doi.org/10.1080/00220973.1942.11010271
Dewi Tryanasari, Apri Kartikasari HS.Program Ekoliterasi Sebagai Upaya Meningkatkan Fokus Siswa Slow Learner di SDN
Sukowinangun 2 Kabupaten Magetan. Jurnal PTK Vol.2 NO 1 tahun 2021. ISSN: 2747-1977 (Print) / 2747-1969 (Online)
DOI: https://doi.org/10.53624/ptk.v2i1.57
Dewi, T., Septi, A., & Ayu, C. W. (2017). Understanding of Teacher in SDN 2 Kawedanan Toward Learning Literacy.
Proceeding International Seminar of Primary Education, 1, 9195.
Eggen, P., & Kauchak, D. (2012). Strategi dan model pembelajaran: mengajar konten dan keterampilan berpikir.(Terjemahan
Satrio Wahono).
0
1
2
3
4
5
6
Perkenalan
dan informasi
program
Penyampaian
materi
Kesesuaian
pelatihan
Pendampingan Pelayanan Respon
Pendamping
Penerapan
materi
Hasil angket kepuasan Program
ST S N TS STS
Jurnal SOLMA, 11 (3), pp. 441-450; 2022
solma@uhamka.ac.id|450
Doi: https://doi.org/10.22236/solma.v11i3.10518
Rombot, Olivia. 2017. Pendidikan Inklusi . Pendidikan Sekolah Dasar: Universitas Binus: Jakarta
Rosenquest, B. B. (2002). Literacy-Based Planning and Pedagogy That Supports Toddler Language Development infant /
toddler curriculum. Early Chilhood Education Journal, 2002(Infant and Toddlers).
Saribas, D., Kucuk, Z. D., & Ertepinar, H. (2017). Implementation of an environmental education course to improve pre-service
elementary teachers’ environmental literacy and self-efficacy beliefs. International Research in Geographical and
Environmental Education, 26(4), 311326. https://doi.org/10.1080/10382046.2016.1262512.
Siskandar, R., & Rahmawati, I. (2009). Keterampilan Literasi Digital Guru Sekolah Dasar dalam Revolusi. 2.
Wiyono, D. F. (2016). Model pengembangan kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar
Inklusi di Kota Batu (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Yeşiltaş, E., Eryılmaz, Ö., & Pehlivan, A. (2016). Social Problems in Turkish Social Studies Coursebooks and Workbooks.
Universal Journal of Educational Research, 4(4), 856867. https://doi.org/10.13189/ujer.2016.040423
Yudhanti, R. (2013). Kebijakan Hukum Pemenuhan Hak Konstitusional Warga atas Pendidikan Dasar. Pandecta: Research
Law Journal, 7(1). https://doi.org/10.15294/pandecta.v7i1.2360
... Untuk mengatasi tantangan yang ada, pendidik dapat menerapkan beberapa strategi dalam palaksanaan ice breaking . Pendidik perlu merencanakan aktivitas ice breaking dengan baik, mempertimbangkan waktu, tujuan, dan karakteristik siswa (Lestari et al., 2022). Pendidik harus bersikap fleksibel dan siap untuk menyesuaikan aktivitas jika diperlukan, berdasarkan respons siswa. ...
Article
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh temuan guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Sekolah Dasar Islam Raden Fatah Cimanggu yang melaporkan rendahnya antusiasme peserta didik selama pembelajaran di kelas. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan metode inovatif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penerapan ice breaking terhadap motivasi belajar dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di kelas. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, angket, dan internet, dengan sampel sebanyak 37 siswa kelas 5 Sekolah Dasar Islam Raden Fatah Cimanggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan ice breaking berdampak signifikan terhadap aktivitas belajar peserta didik, dengan hasil analisis data menunjukkan skor interval 61–80, yang mencerminkan tingkat keberhasilan yang sangat baik. Peserta didik menjadi lebih termotivasi, dan aktivitas belajar meningkat. Kesimpulannya, penerapan ice breaking dalam pembelajaran PJOK dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa secara efektif, menjadikannya strategi yang relevan untuk diterapkan di lingkungan sekolah dasar.
... Sejalan dengan aspek PkM dalam penilaian pemahaman terhadap bahaya tegangan sentuh dalam program PkM pemahamanan bahaha listrik dengan tingkat pemahaman mencapai 90% (Rahmaniar et al., 2022). Tingkat pemahaman relevan dengan implemensi PkM pada Program Pendampingan Guru Pada Rancangan Program Ekoliterasi di Sekolah Inklusi (Lestari et al., 2022). ...
Article
Full-text available
Perkebunan kelapa sawit yang cukup banyak terutama di Indonesia khususnya di daerah Desa Senembah Binjai Provinsi Sumatera Utara. Dari hasil tanaman sawit terdapat limbah pelepah sawit yang dapat dimanfaatkan lidi sawit menjadi peluang bisnis bagi usaha kecil dan menengah. Pada satu batang terdapat 40 – 50 pelepah daun, dengan panjang 7,5 sampai 9 meter, dengan kisaran daun yang dihasilkan sekitar 250 sampai 400 helai. Peluang usaha ini memerlukan inovasi dan teknologi pengolahan untuk memaksimalkan produksi lidi sawit. Teknologi mesin serut lidi sawit yang dirancang merupakan teknologi yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT) panel surya sebagai energi utama penggerak mesin penyerut lidi sawit. Lokasi produksi lidi sawit dilakukan di Desa Senembah-Binjai oleh kelompok Muda Remaja Mesjid Jamik yang mengelola usaha serut lidi. Kelompok remaja dengan jumlah lebih kurang 20 orang melakukan usaha penyerutan lidi dengan pisau cutter termodifikasi, hanya mampu memproduksi 240 lidi Selama 1 Jam, sedangan dengan memanfaat inovasi serut lidi dengan EBT produksi lidi dapat mencapai 1800 helai dalam 1 Jam. Kepraktisan oleh pengguna menyatakan pemanfaatan mesin sangat praktis (45%) dan praktis (55%) menunjukkan bahwa alat mesin serut lidi mudah digunakan.
Article
Full-text available
In Turkey, the social studies course, which is taught in elementary 5th to 7th grades, prepares students to solve problems they may encounter in their future life. Therefore, the teaching of social problems to help students get to know them is one of the most important issues for the social studies course. The primary aim of this study is to examine how social problems are included in the social studies coursebooks and workbooks. 5th, 6th and 7th grade social studies coursebooks and workbooks were analysed in the study. Document analysis method, which is one of the qualitative research methods, was used in data analysis. The findings of the study showed that the coursebooks and workbooks of the Ministry of National Education included and emphasized more social problems than those of the private publishing companies. Based on the findings, it is suggested that social studies coursebooks and workbooks published by private publishing companies should be modified in such a way that they include and emphasize more social problems.
Article
This study aims to investigate effects of a treatment implemented in an environmental education course on pre-service elementary teachers’ environmental literacy and self-efficacy beliefs. During the course, 58 participants were informed about basic concepts of ecology, went to climate change exhibition, and prepared presentations and reflections about selected environmental problems. Scale of Self-Efficacy Belief towards Environmental Education and Scale of Environmental Literacy were used as pre- and post-tests. The participants’ reflections were analyzed to provide a deeper insight of their understanding of climate change. Results showed that the participants’ environmental attitudes, perception of environmental uses, and self-efficacy beliefs increased significantly, although there was no significant change in their environmental knowledge and concern at the end of the course. Analyses of their reflections indicated an improvement in understanding climate change. The article includes suggestions for overcoming limitations of the study.
  • Doi
Doi: https://doi.org/10.22236/solma.v11i3.10518
Literacy-Based Planning and Pedagogy That Supports Toddler Language Development infant / toddler curriculum
  • Olivia Rombot
Rombot, Olivia. 2017. Pendidikan Inklusi. Pendidikan Sekolah Dasar: Universitas Binus: Jakarta Rosenquest, B. B. (2002). Literacy-Based Planning and Pedagogy That Supports Toddler Language Development infant / toddler curriculum. Early Chilhood Education Journal, 2002(Infant and Toddlers).
Model pengembangan kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar Inklusi di Kota Batu (Doctoral dissertation
  • R Siskandar
  • I Rahmawati
Siskandar, R., & Rahmawati, I. (2009). Keterampilan Literasi Digital Guru Sekolah Dasar dalam Revolusi. 2. Wiyono, D. F. (2016). Model pengembangan kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar Inklusi di Kota Batu (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Kebijakan Hukum Pemenuhan Hak Konstitusional Warga atas Pendidikan Dasar
  • R Yudhanti
Yudhanti, R. (2013). Kebijakan Hukum Pemenuhan Hak Konstitusional Warga atas Pendidikan Dasar. Pandecta: Research Law Journal, 7(1). https://doi.org/10.15294/pandecta.v7i1.2360