ArticlePDF Available

Peran Perilaku Guru dalam Menciptakan Disiplin Siswa

Authors:

Abstract

Tujuan penulisan ini untuk memberikan uraian bahwa perilaku guru berperan dalam menciptakan disiplin siswa. Adapun hasil yang diuraikan diketahui perilaku guru dalam kedisiplinan dan diimplementasikan pada saat melaksanakan proses belajar mengajar akan dapat memberikan contoh kepada siswa sehingga akan membentuk siswa yang disiplin, sebab sifat dasar siswa adalah menjadikan guru sebagai panutannya. Adapun perilaku guru yang perlu menjadi dasar penerapan disiplin yang akan memberikan contoh kepada siswa yaitu: 1) Disiplin dalam Kehadiran, 2) Disiplin dalam melaksanakan aturan sekolah, 3) Berpakaian rapi, bersih dan sopan, 4) Mampu mengendalikan diri dalam mengatasi permasalahan, 5) Menciptakan hubungan kekeluargaan antara sesama, 6) Berempati, 7) Bertutur kata dan bersikap sopan santun, 8) Selalu menjaga kesesuaian antara perkataan dengan perbuatan, 9) Tidak pernah bosan membimbing siswa agar selalu disiplin dalam belajar dan mengikuti aturan yang ada. Kata Kunci : Perilaku; Guru; Disiplin; Siswa.
1
AFoSJ-LAS, Vol.2, No.4, 30 Desember 2022 (hal: 1-7) e-ISSN.2776-2408 ; p-ISSN 2798-9267
All Fields of Science J-LAS
Jurnal Penelitian
Availabel Online: https://j-las.lemkomindo.org/index.php/AFoSJ-LAS/index
Peran Perilaku Guru dalam Menciptakan Disiplin
Siswa
The Role of Teacher Behavior in Creating Student
Discipline
Khairuddin Tampubolon1*, Nunti Sibuea2
1,2Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia
Coresponding Author*: khoir.tb@gmail.com
Abstrak.
Tujuan penulisan ini untuk memberikan uraian bahwa perilaku guru berperan dalam
menciptakan disiplin siswa. Adapun hasil yang diuraikan diketahui perilaku guru dalam
kedisiplinan dan diimplementasikan pada saat melaksanakan proses belajar mengajar
akan dapat memberikan contoh kepada siswa sehingga akan membentuk siswa yang
disiplin, sebab sifat dasar siswa adalah menjadikan guru sebagai panutannya. Adapun
perilaku guru yang perlu menjadi dasar penerapan disiplin yang akan memberikan
contoh kepada siswa yaitu: 1) Disiplin dalam Kehadiran, 2) Disiplin dalam
melaksanakan aturan sekolah, 3) Berpakaian rapi, bersih dan sopan, 4) Mampu
mengendalikan diri dalam mengatasi permasalahan, 5) Menciptakan hubungan
kekeluargaan antara sesama, 6) Berempati, 7) Bertutur kata dan bersikap sopan
santun, 8) Selalu menjaga kesesuaian antara perkataan dengan perbuatan, 9) Tidak
pernah bosan membimbing siswa agar selalu disiplin dalam belajar dan mengikuti
aturan yang ada.
Kata Kunci : Perilaku; Guru; Disiplin; Siswa.
Abstract.
The purpose of this writing is to provide a description that teacher behavior plays a role
in creating student discipline. As for the results described, it is known that the teacher's
behavior in discipline and implemented when carrying out the teaching and learning
process will be able to provide an example to students so that it will form disciplined
students, because the nature of students is to make the teacher as a role model. As for
teacher behavior that needs to be the basis for applying discipline which will set an
example to students, namely: 1) Discipline in Attendance, 2) Discipline in implementing
school rules, 3) Dress neatly, cleanly and politely, 4) Able to control oneself in overcoming
problems, 5 ) Creating family relationships among others, 6) Empathizing, 7) Speaking
and being polite, 8) Always maintaining the harmony of words with deeds, 9) Never
getting tired of guiding students to always be disciplined in learning and following existing
rules.
Keywords: Behavior; Teacher; Discipline; Student.
2
PENDAHULUAN
Karya ilmiah ini dimulai dengan melakukan observasi disalah satu sekolah yaitu
pasantren Darussalam Batubara selanjutnya dicari referensi berupa artikel, buku dan karya
tulis para ahli, sehingga diharapkan akan memberikan hasanah ilmu dalam upaya
menciptakan disiplin siswa.
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan arti yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh makhluk hidup.
Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir,
bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik
fisik maupun non fisik.
Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap
lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi dua, yakni :
bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit),
dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit)
Bentuk Perilaku
Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan tindakan, namun
demikian tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan
tindakannya saja, perilaku dapat pula bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan,
motivasi dan persepsi.
Perilaku manusia itu dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Perilaku yang refleksi adalah perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap
stimulus yang mengenai organisme tersebut. Perilaku ini terjadi dengan sendirinya,
secara otomatis. Stimulus yang diterima oleh organisme atau individu tidak sampai ke
pusat susunan syaraf atau otak, sebagai pusat kesadaran, sebagai pusat pengendalian
dari perilaku manusia. Stimulus diterima oleh reseptor, begitu langsung respons timbul
melalui afektor, tanpa melalui pusat kesadaran atau otak. Misalnya: reaksi kedip mata
bila kena sinar, gerak lutut bila kena sentuhan palu, menarik jari bila jari kena api dsb.
2. Perilaku yang non-refleksi. Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran
atau otak. Dalam kaitan ini stimulus setelah diterima oleh respon kemudian diteruskan
ke otak sebagai pusat syaraf, pusat kesadaran, baru kemudian terjadi respon melalui
efektor.proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran ini disebut proses
psikologi. Perilaku atas dasar proses psikologi inilah disebut aktivitas psikologi.
Pada perilaku manusia, perilaku psikologis inilah yang dominan, perilaku yang
banyak pada diri manusia, dan adanya perilaku yang refleksif.
3
Bloom (1956), membedakannya menjadi 3 macam bentuk perilaku, yakni Coqnitive,
Affective dan Psikomotor, Ahli lain menyebut Pengetahuan, Sikap dan Tindakan, Sedangkan
Ki Hajar Dewantara, menyebutnya Cipta, Rasa, Karsa atau Peri akal, Peri rasa, Peri tindakan.
Bentuk perilaku dilihat dari sudut pandang respon terhadap stimulus, maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Perilaku tertutup, Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang
terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka, Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus
tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
Faktor yang mempengaruhi perilaku
Dalam ilmu psikologis dan juga perkembangan, terdapat beberapa faktor- faktor yang
berperan penting terhadap perilaku manusia itu sendiri yang berkaitan dengan teori dan
konsep perilaku dalam psikologi tadi. Diantaranya:
1) Faktor biologis
Dalam faktor ini perilaku manusia akan sangat mempengaruhi dan juga dengan
situasi serta lingkungan dimana dia berada. Interaksi psikologi sosial juga cukup
mempengaruhi tingkah laku dan juga perilaku seseorang. Contohnya saja ketika
ketika kita merawat anak dan juga adanya motif biologis lain yang dapat
mempengaruhi perilaku manusia.
2) Faktor sosiopsikologis
Dalam faktor ini terdapat sebuah komponen emosional dari kehadiran faktor
sosiopsikologis pada seseorang. Komponen yang satu ini berkaitan dengan
komponen kognitif dan juga kehadiran aspek intelektual manusia. Komponen yang
satu ini juga berpengaruh pada kebiasaan dan juga kemauan individu untuk
melakukan berbagai tindakan.
3) Sikap
Sikap juga sangat mempengaruhi perilaku seseorang, dimana di dalamnya terdapat
tingkah laku atau tindakan seseorang, persepsi da juga cara berfikir seseorang yang
di dalam dirinya merasa bahwa apa yang telah dilakukannya akan berkaitan dengan
sebuah situasi dan juga nilai yang ada di dalam dirinya.
Sikap juga sangat mempengaruhi dari adanya daya pendorong seseorang dalam
melakukan motivasi pada orang lain yang ada disekitarnya. Sehingga dalam hal ini
juga bisa menimbulkan sebuah pengalaman yang cukup baik.
4) Faktor emosi
Hal yang satu ini akan berpengaruh pada tingkah laku atau perilaku seseorang.
Dimana faktor emosi ini lah yang membuat mood mempengaruhi segala hal yang
kita lakukan. Kemudian terjadi perubahan persepsi dalam stimuli dalam
merangsang alat indra. Untuk intensitas nya sendiri memang tergantung dari diri
4
orang tersebut, bisa dalam skala ringan, namun bisa juga dalam skala yang cukup
kuat.
Emosi juga bisa membuat perhatian lebih meningkat pada sesuatu hal yang
membuat kita tegang, dimana di dalamnya berkaitan juga dengan rangsangan
fisiologi, detak jantung yang kuat da juga naiknya tekanan darah seseorang.
5) Komponen kognitif
Untuk faktor yang satu ini akan berkaitan dengan sebuah kepercayaan seseorang,
dimana komponen kognitif dalam sikap merupakan sesuatu hal yang ada di dalam
keyakinan, serta sesuatu yang membuat kita membenarkan atau tidak
membenarkan. Kepercayaan ini juga bisa menimbulkan sebuah sikap perspektif
seseorang dalam menentukan sikapnya pada orang yang ada disekitarnya.
METODE
Metode penulisan ini dilakukan dengan mencari sumber referensi terkait bahsan dan
defenisi dari para ahli. Kemudian dilakukan perbandingan dengan sekolah yang diteliti yang
dalam hal ini yaitu Pasantren darussalam guntur batubara. Selanjutnya dilakukan observasi
kebenaran teori yang digunakan dengan mengamati perilaku guru dan siswa dan
melakukan wawancara dengan guru dan mahasiswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Pembentukan Perilaku
Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari
dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain :
Persepsi, Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya.
Motivasi, Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai sutau
tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk
perilaku
Emosi, Perilaku juga dapat timbul karena emosi, Aspek psikologis yang
mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, sedangkan keadaan
jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan), Manusia dalam mencapai kedewasaan
semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi akan berkembang sesuai
dengan hukum perkembangan, oleh karena itu perilaku yang timbul karena emosi
merupakan perilaku bawaan.
Belajar diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku dihasilkan dari praktek-
praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964) mengatakan bahwa belajar adalah
suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu.
Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan. Penelitian Rogers
(1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku
baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
a. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.
5
c. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,
dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan
sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat
langgeng (Notoatmodjo: 2003).
Berdasarkan pendapat Sardiman (2014), Djamarah (2010), dan Usman (2013)
mengenai peran guru, dapat disimpulkan 10 indikator peran guru yang diteliti, yakni peran
guru sebagai informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, mediator, evaluator,
pembimbing, demonstrator, dan pengelola kelas.
Sedangkan Indikator kedisiplinan siswa tersebut meliputi: (1) dapat mengatur
waktu belajar di rumah, (2) rajin dan teratur belajar, (3) perhatian yang baik saat belajar di
kelas, dan (4) ketertiban diri saat belajar. Berkaitan dengan hal tersebut,
Murtini (2010: 11) menyebutkan tiga aspek kedisiplinan, yaitu disiplin dalam
keluarga, disiplin di lingkungan sekolah, dan disiplin dalam masyarakat. Contoh sikap
disiplin belajar di rumah, antara lain: (1) menggunakan waktu belajar dengan baik; (2)
mengerjakan tugas rumah dari guru; (3) belajar mengaji atau les di rumah; dan (4)
menggunakan waktu untuk istirahat.
Adapun disiplin sekolah dapat dilakukan sebagai berikut: (1) berangkat sekolah
tepat waktu; (2) selalu bersikap hormat dan sopan santun terhadap guru; (3) melaksanakan
tugas yang diberikan guru; (4) menegakkan disiplin dan tata tertib; (5) menjaga nama baik
sekolah; (6) belajar dengan tekun dan penuh tanggung jawab; dan (7) menanyakan materi
pelajaran yang belum jelas.
Berdasarkan apek-aspek kedisiplinan Murtini (2010) dan Tu’u (2004) yang telah
diuraikan, dapat dikategorikan menjadi lima indikator kedisiplinan siswa sebagai berikut:
1) Disiplin masuk sekolah, yaitu aktif masuk sekolah, artinya siswa aktif berangkat
sekolah dan tidak pernah membolos. Ketepatan waktu masuk sekolah dan kelas,
yaitu siswa berangkat sekolah sebelum bel tanda masuk berbunyi, dan siswa tepat
waktu memasuki kelas setelah jam istirahat.
2) Disiplin dalam mengikuti pelajaran di sekolah, yaitu aktif mengikuti pelajaran,
artinya siswa selalu aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas, tidak menganggu
teman saat pelajaran berlangsung, dan memperhatikan penjelasan guru dengan
sungguh-sungguh, serta mengerjakan soal latihan yang diberikan guru, baik secara
individu maupun kelompok.
3) Disiplin dalam mengerjakan tugas, yaitu konsisten dan mandiri mengerjakan tugas
yang diberikan guru, artinya siswa tetap konsisten dan mandiri dalam mengerjakan
tugas yang diberikan walaupun guru tidak berada di kelas. Disiplin dalam mengikuti
ulangan, maksudnya siswa dapat menerapkan sikap disiplin dalam ulangan dengan
mengerjakan soal ulangan sendiri, tidak mencontek saat ulangan berlangsung, dan
berusaha mengerjakannya sendiri sesuai kemampuan yang dimiliki.
6
Mengumpulkan tugas tepat waktu, yaitu siswa mampu mengerjakan tugas sesuai
waktu yang telah ditentukan.
4) Disiplin belajar di rumah, yaitu aktif dan mandiri belajar di rumah, artinya siswa
tetap aktif dan mandiri belajar di rumah tanpa ada tekanan dari luar. Mengerjakan
PR yang diberikan guru, maksudnya siswa mengerjakan PR di rumah bukan di
sekolah dan tidak mencontek PR teman. Meluangkan waktu belajar di rumah secara
optimal, artinya siswa selalu meluangkan waktu untuk belajar di rumah.
5) Disiplin dalam menaati tata tertib di sekolah, yaitu memakai seragam sesuai
peraturan, artinya siswa memakai seragam sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan oleh pihak sekolah. Mengikuti upacara, yaitu siswa selalu mengikuti
upacara sesuai jadwal yang telah ditentukan. Membawa peralatan sekolah setiap
hari. Menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan sekolah, artinya siswa selalu
menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan sekolah. Mengerjakan tugas piket,
yaitu siswa selalu mengerjakan tugas piket sesuai jadwalnya.
Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa guru harus memperhatikan perlakunya
dan Perilaku guru akan memberikan contoh dan mengajarkan disiplin kepada siswa, sesuai
dengan pepatah yang mengatakan “guru kencing berdiri murid kencing berlari”.
Adapun perilaku guru yang perlu menjadi dasar penerapan disiplin yang akan
memberikan contoh kepada siswa yaitu:
1. Disiplin dalam Kehadiran
2. Disiplin dalam melaksanakan aturan sekolah
3. Berpakaian rapi, bersih dan sopan
4. Mampu mengendalikan diri dalam mengatasi permasalahan
5. Menciptakan hubungan kekeluargaan atara sesama
6. Berempati
7. Bertutur kata dan bersikap sopan santun
8. Selalu menjaga kesesuan perkataan dengan perbuatan
9. Tidak pernah bosan membimbing siswa agar selalu disiplin dalam belajar dan
mengikuti aturan yang ada.
KESIMPULAN
Dari hasil uraian di atas diketahui perilaku guru dalam kedisiplinan dan
diimplementasikan pada saat melaksanakan proses belajar mengajar akan dapat
memberikan contoh kepada siswa sehingga akan membentuk siswa yang disiplin, sebab
sifat dasar siswa adalah menjadikan guru sebagai panutannya. Adapun perilaku guru yang
perlu menjadi dasar penerapan disiplin yang akan memberikan contoh kepada siswa yaitu:
1) Disiplin dalam Kehadiran, 2) Disiplin dalam melaksanakan aturan sekolah, 3) Berpakaian
rapi, bersih dan sopan, 4) Mampu mengendalikan diri dalam mengatasi permasalahan, 5)
Menciptakan hubungan kekeluargaan atara sesama, 6) Berempati, 7) Bertutur kata dan
bersikap sopan santun, 8) Selalu menjaga kesesuaian perkataan dengan perbuatan, 9) Tidak
pernah bosan membimbing siswa agar selalu disiplin dalam belajar dan mengikuti aturan
yang ada.
7
DAFTAR PUSTAKA
Makplus (2015), Definisi dan Pengertian Perilaku Menurut Para Ahli, Url:
http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-perilaku-
menurut-ahli.html
Widoyoko, Eko Putro. 2015. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wiyani, Novan Ardy. 2013. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas
yang Kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Ahmadi, H. Abu dan Widodo Supriyono.2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Elazhari, Khairuddin Tampubolon, (2021). Pengaruh Motivasi Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru Di SMP Negeri 2 Tanjung Balai, AFoSJ-LAS: Journal All Field of Science J-
LAS, V.1,no.1, (1-12).
From: https://j-las.lemkomindo.org/index.php/AFoSJ-LAS/article/view/308.
Khairuddin Tampubolon, Fider Lumbanbatu (2020), Analisis Penggunaan Knalpot
Berbahan Komposit Untuk Mengurangi Tingkat Kebisingan Pada Motor Suzuki Satria,
Jmemme: Journal Of Mechanical Engineering, Manufactures, Materials And Energy,
4(2), 174-182.
From: http://www.ojs.uma.ac.id/index.php/jmemme/article/view/4065
Elazhari, Khairuddin Tampubolon, Ali Mukti Tanjung, dkk (2022). Implementation of the
Guidance Policy for Fostered Citizens at Technical Implementation Unit (UPT) of
Social Services for Homeless and Beggars Binjai, Social Service of North Sumatra
Province; Journal: International Journal of Mechanical Engineering, V.7, No.1(hal:425-
431).
URL: https://kalaharijournals.com/resources/41-60/IJME_Vol7.1_56.pdf.
Elazhari, 2019. Policy In the development of social development in society: Study of
implementation of regional regulation number 4 of 2008 concerning handling of
homeless and beggar in the …
Muhammad Rajali, Elazhari, Khairuddin Tampubolon, (2021). Pencocokan Kurva Dengan
Metode Kuadrat Terkecil dan Metode Gauss. AFoSJ-LAS: Journal All Field of Science J-
LAS, 1(1), 14-22.
From: https://j-las.lemkomindo.org/index.php/AFOSJ-LAS/article/view/9
Khairruddin Tampubolon, & Koto, F. R. (2019). Analisis Perbandingan Efisiensi Kerja Mesin
Bensin Pada Mobil Tahun 2000 Sampai Tahun 2005 Dan Mobil Tahun 2018 Serta
Pengaruh Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Dan Cara Perawatannya Sebagai
Rekomendasi Bagi Konsumen. Jmemme: Journal Of Mechanical Engineering,
Manufactures, Materials And Energy, 3(2), 76-83.
From Http://Ojs.Uma.Ac.Id/Index.Php/Jmemme/Article/View/2773
Roswirman Roswirman, ELAZHARI, Khairuddin Tampubolon(2021) Pengaruh
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru
pada Era New Normal di SMK Swasta PAB 2 Helvetia; AFoSJ-LAS (All Fields of Science
J-LAS),V.1,no.4(hal.316-333).
Khairuddin Tampubolon, Elazhari, dkk (2021); Penyuluhan Tentang Mengenal Mesin
Pompa Air dan Cara Perawatannya di Serikat Tolong Menolong Nurul Iman (STMNI)
Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas; J-LAS (Journal Liaison Academia
and Society);V.1,No.2;(1-8).
... Variabel disiplin dengan dimensi tertinggi antara lain kedisiplinan penerimaan dengan proporsi 80% hasilnya masuk kategori tinggi. Dapat kita simpulkan bahwa kedisiplinan sekolah akan lebih baik apabila siswa dapat melakukan percobaan (Tampubolon & Sibuea, 2022). ...
... Dari sisi kedisiplinan siswa, aspek kedisiplinan dalam menyelesaikan tugas paling rendah yaitu sebesar 68% dengan kategori sedang. Dapat disimpulkan bahwa siswa perlu memperhatikan disiplin ilmu berikut: Disiplin dalam menyelesaikan tugas sekolah, Diantaranya menyelesaikan tugas secara konsisten dan mandiri, mengerjakan tes dengan jujur, dan menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai peraturan sekolah (Tampubolon & Sibuea, 2022). ...
Article
Full-text available
This research is motivated by student discipline where students commit disciplinary violations at school. This research aims and focuses on revealing the relationship between identity crisis and student discipline at SMK Negeri 4 Tanjung Jabung Timur. This type of research is quantitative research with correlation methods. The population in this study were all students at SMK Negeri 4 Tanjung Jabung Timur for the 2023-2024 academic year. The sample in this research was 96 students using the purposive sampling technique. The instrument used is a questionnaire (Questionnaire). Data analysis uses the Percentage Test with formula C, Normality Test, Linearity Test and Correlation Test. The research results show that: the level of identity crisis for students at SMK Negeri 4 Tanjung Jabung Timur is in the high category with a percentage of 73%. The level of student discipline at SMK Negeri 4 Tanjung Jabung Timur is in the high category with a percentage of 75%. The Pearson correlation value obtained is interpreted using correlation guidelines, where the calculated r (0.662) is in the range (0.40-0.70) which is interpreted as being in the medium category. It can be concluded that there is a significant relationship between identity crisis and student discipline. From the research results, it is recommended that future researchers be able to use other research methods to strengthen the validity of the research and that future researchers can improve this research by reducing errors in research.
... Mengerjakan soal dengan sabar dan sungguh serta fokus memperhatikan guru saat pembelajaran merupakan hal positif yang perlu dimiliki semua siswa. Pendapat dari (Tampubolon & Sibuea, 2022) Siswa yang memiliki nilai Matematika sedang dan rendah terkadang lupa mengerjakan dan mengumpulkan tugas rumah yang diberikan guru. BAS tidak pernah mengumpulkan tugas rumah yang diberikan guru. ...
Article
Full-text available
Disciplined students can manage their time, including setting priorities for mathematics tasks, completing homework on time, and avoiding procrastination. This study aims to analyse the mathematics learning discipline of grade III students and describe the supporting factors for the mathematics learning discipline of grade III students of Elementary School Muhammadiyah Birrul Walidain. The method used in this research is the descriptive qualitative method. The results prove that 1) discipline has been applied by grade III students in learning mathematics but there is still 1 student whose discipline level is lacking, namely BAS. This requires an evaluation of BAS self-awareness to always apply the character of discipline in everything. 2) Supporting factors for the discipline of learning mathematics of grade III students are self, teacher habituation, parents, student environment, and reward and punishment. Students in learning mathematics have applied disciplinary character, but it still needs individual student awareness, habituation from teachers, and the role of parents so that students do not forget the value of disciplinary character in learning mathematics that has been instilled. This research should be used to students' attention and knowledge in knowing the value of disciplinary character in learning mathematics.
... Hal ini sejalan dengan (Tampubolon & Sibuea, 2022), yang menyatakan bahwa perilaku guru yang patut dicontoh oleh peserta didik termasuk disiplin, berpakaian rapi, serta menjaga kesesuaian perkataan dan perbuatan. Di SMA Negeri 1 Waru, keteladanan guru tidak hanya terkait dengan hubungan sesama manusia, tetapi juga dengan hubungan hambah kepada Tuhan. ...
Article
Full-text available
This study explores the role of exemplary Islamic religious education teachers and morals in shaping students’ social behavior at SMA Negeri 1 Waru. Using a qualitative field approach with descriptive-qualitative-phenomenological methods, the findings highlight that teachers significantly influence students' attitudes and behavior by serving as role models. Teachers are not only educators of religious material but also exemplify integrity, noble morals, and responsibility, inspiring students to develop character traits such as integrity, responsibility, and social care. This is evident in vertical interactions with God, such as congregational prayers and dhikr, which enhance students’ spiritual awareness, and in social interactions, characterized by politeness, collaboration, and mutual support, creating a positive learning environment. Supporting factors include teacher integrity, parental involvement, peer influence, and school facilities and regulations that strengthen social behavior development. However, challenges arise from students’ diverse backgrounds and external global influences, requiring concerted efforts to promote exemplification among stakeholders. Ultimately, the role of teachers as role models not only shapes individual student behavior but also fosters a positive school environment and strengthens the school community at SMA Negeri 1 Waru.
... Many patients with hypertension have taken treatment and avoided the causes of hypertension, and show awareness of the importance of maintaining health through lifestyle changes, such as limiting consumption of fatty foods, avoiding stress, reducing salt consumption, and exercising regularly. It can be concluded that increasing patient knowledge about hypertension contributes to the adoption of better behavior in controlling hypertension, so that blood pressure can be kept under control (Nugraha et al., 2021); (Tampubolon & Sibuea, 2022). ...
Article
Full-text available
Hypertension is the third leading cause of death in Indonesia, affecting all age groups, and the number of cases continues to increase every year. It is estimated that by 2025, 194 million deaths worldwide will be caused by hypertension and its complications. This research aims to analyze the relationship between the level of knowledge of hypertensive patients and the behavior of hypertensive patients in preventing complications of hypertension at Puskesmas Gunungsari in 2024. This research used an observational analytic design method with a cross-sectional approach that was approved by the Ethics Committee of the UGJ Faculty of Medicine (Ethics Number: 75/EC/FKUGJ/V/2024). The population of this research were hypertensive patients who visited the Gunungsari Health Center, with a sample size of 56 people selected by consecutive sampling. Data were analyzed using univariate and bivariate analysis with the Spearman Test. The results of the research analysis showed a significant relationship between the level of knowledge of hypertensive patients and the behavior of hypertensive patients in preventing complications of hypertension, with a p-value of 0.002 (p < 0.05). The implications in this research highlight the importance of patient education in managing hypertension and preventing its complications. Health centers can use these insights to design targeted educational interventions to improve patient outcomes and reduce the burden of hypertension-related complications.
... Menurut (Tampubolon & Sibuea, 2022) (2015), definisi kreativitas berbeda-beda tergantung bagaimana orang mendefinisikannya. Tidak ada definisi tunggal yang mencerminkan pemahaman yang berbeda tentang kreativitas, juga tidak ada definisi tunggal yang diterima secara universal. ...
Article
The purpose of this study is to describe the concern for environmental cleanliness in schools in determining the character of students. The research method used is a case study with a qualitative approach. This study uses descriptive analysis. Data was obtained by means of interviews, and observations that provide a clear representation of the steps taken to teach students about the surrounding environment. The results of this research will make life healthier, air cooler, learning more comfortable, and classrooms cleaner and disease-free. To create a clean school environment, it is important to instill knowledge about the environment from an early age in order to deepen understanding of the importance of the environment for humans, develop citizens who respect the environment and environmental awareness. Students both in the lower and upper grades can go hand in hand to carry out this activity in the school environment, there is a factor of togetherness, and in student interviews and observations. Each student can see how important it is to maintain the environment to be considered. Students will be more sensitive to the social environment so, whether there is one or not, they will try their best to protect the surrounding environment.
Article
Full-text available
Sikap kedisiplinan dan kemandirian siswa di sekolah sangat diperlukan dalam rangka mendukung proses belajar mengajar di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Salah satu cara yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan disiplin dan kemandirian siswa dalam kegiatan berliterasi yaitu dengan melaksanakan program Gerakan Literasi Sekolah sesuai dengan program pemerintah. Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan nilai karakter disiplin dan kemandirian siswa kelas 3 melalui GLS di SDN Girigondo. Penelitian ini bertujuan mengungkap pentingnya sikap kedisiplinan dan kemandirian siswa pada program Gerakan Literasi Sekolah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan metode pengumpulan data menggunakan observasi, angket kuesioner, dan wawancara terbuka. Hasil analisis observasi, angket, dan wawancara diketahui bahwa tidak semua siswa memenuhi semua indikator disiplin dan mandiri terhadap pelaksanaan GLS. Siswa kelas 3 mendapat kategori sangat baik pada nilai disiplin, namun nilai disiplin pada pelaksanaan GLS siswa yang unggul terdapat dalam indikator tingkah laku yang baik. Sementara itu, dalam indikator mandiri dalam pelaksanaan GLS secara keseluruhan siswa mendapatkan kategori baik, namun siswa lebih unggul dalam indikator bertanggungjawab dalam setiap kegiatan GLS.
Article
Full-text available
This study examines the effectiveness of QRIS usage among the youth in the Blora Regency. This research aims to determine the effectiveness of QRIS as a digital transaction tool and to observe the behavioral patterns of QRIS usage within the youth community in the Blora Regency. Blora Regency was randomly selected as the research area, focusing on a region that has not been widely publicized. The research approach is qualitative, with data from primary sources through questionnaires. A total sampling of 104 respondents, aged 15-35 years residing in Blora Regency, was used. To ensure sufficient information and data saturation, we selected 104 respondents, focusing on respondent variation to identify key elements influencing the phenomenon under study. Data collection in this study employed closed questionnaires, and the data analysis method was qualitative descriptive with content analysis, along with source triangulation for data validity. The use of this method, with random selection of informants from the youth of Blora Regency, allows for diverse perspectives on QRIS, reducing bias in the analysis. The study results indicate that QRIS in Blora Regency is less effective because not all places accept QRIS. To enhance QRIS effectiveness, we need to actively expand the network of places that accept QRIS and increase awareness among the younger generation. Regarding youth behavior towards QRIS, their primary motivation for using QRIS is a personal experience, but the recommendation level of QRIS to others tends to be low. These findings highlight the need to address security issues and improve infrastructure for better QRIS effectiveness.
Article
Full-text available
Penulisan skripsi merupakan tahapan penting dalam pendidikan tinggi yang seringkali memerlukan waktu dan usaha besar bagi 40 mahasiswa. Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam bidang akademik telah meningkat pesat, termasuk dalam penulisan skripsi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis optimalisasi penggunaan kecerdasan buatan dalam penulisan skripsi, dengan perspektif hukum dan ekonomi. Adapun hasil kegiatan ini diketahui penggunaan kecerdasan buatan dalam penulisan skripsi secara rata-rata diperoleh nilai 76 % nilai posiitif. Pemahaman tentang AI dengan nilai pemahaman tertinggi yaitu 92 % dan pemahaman tentang Tantangan penggunaan AI menjadi nilai terendah yaitu: 60 %. kemudian dari hasil keseluruhan dapat diketahui bahwa penggunaan kecerdasan buatan dalam penulisan skripsi memberikan banyak keuntungan dalam hal efisiensi dan kualitas tulisan. Namun, tantangan hukum dan ekonomi tetap menjadi hambatan dalam adopsi teknologi ini. Oleh karena itu, diperlukan regulasi yang jelas mengenai penggunaan AI dalam dunia akademik untuk memastikan bahwa penggunaan teknologi ini tetap sesuai dengan prinsip etika dan hak cipta yaitu melalui Panduan Penggunaan Generative Artificial Intelligence (Gen Ai) pada Pembelajaran di Perguruan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi 2024 yang berfokus pada integrasi teknologi AI dalam pembelajaran dan penulisan skripsi di perguruan tinggi. Dengan pendekatan yang benar dan pemahaman yang jelas tentang aspek hukum dan ekonomi, AI dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan mempercepat proses akademik.
Article
Full-text available
Revolusi teknologi informasi telah membawa dampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan, termasuk perguruan tinggi. Urgensi peningkatan kompetensi dosen dengan AI terletak pada kemampuan teknologi ini untuk membantu dosen menghadapi tantangan pendidikan abad ke-21. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengkaji strategi peningkatan kompetensi dosen melalui pemanfaatan AI, sekaligus mengidentifikasi peluang dan tantangan yang dihadapi dalam implementasinya. Adapun kesimpulannya penerapan AI dalam perguruan tinggi memiliki potensi besar untuk meningkatkan kompetensi dosen, baik dalam hal pengajaran, penelitian, maupun administrasi akademik. Namun, diperlukan pendekatan strategis untuk mengatasi hambatan implementasi, seperti pelatihan teknologi dan peningkatan infrastruktur. Penerapan AI dalam administrasi akademik memberikan peluang besar untuk meningkatkan kompetensi dosen dengan cara mengurangi beban administratif dan menyediakan dukungan berbasis data. Dengan implementasi yang terencana dan dukungan pelatihan yang memadai, AI dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam mendorong efisiensi dan produktivitas dalam dunia pendidikan.
Article
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada mahasiswa tentang optimalisasi pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kesadaran hukum dan ekonomi masyarakat desa. Dengan pendekatan daring, program ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang potensi teknologi sebagai alat pemberdayaan masyarakat. Metode yang digunakan meliputi pelatihan daring, diskusi interaktif, dan simulasi kasus. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa mahasiswa mampu memahami konsep dasar hukum dan ekonomi serta cara memanfaatkan teknologi untuk membantu masyarakat desa. Edukasi ini berkontribusi dalam mencetak generasi muda yang peka terhadap isu sosial dan memiliki keterampilan praktis dalam pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini tidak hanya membekali mahasiswa dengan pemahaman teknologi, tetapi juga meningkatkan empati dan tanggung jawab sosial mereka dalam mendukung pembangunan desa yang berkelanjutan. Harapannya, edukasi semacam ini dapat terus dilakukan untuk mendorong peran mahasiswa dalam menghadirkan solusi inovatif di bidang hukum dan ekonomi masyarakat desa.
ResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.