Available via license: CC BY-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 18, No. 1, Januari 2023 72
MODIFIKASI ASSESSMENT TOOLS READINESS INDUSTRY 4.0 PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Febrina Agusti*, Muhammad Syarqim Muhfudz, Fajar Tri Risqi, dan Kumaratih
Kumaratungga Dewi
Departemen Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Duta Bangsa Surakarta,
Jl. Pinang Raya No.47, Kampus UDB Cemani, Sukoharjo, Indonesia 57552
(Received: November 15, 2022/ Accepted: February 13, 2023)
Abstrak
Kesiapan menghadapi Industry 4.0 dapat dilakukan dengan melakukan penilaian. Berdasarkan model
penilaian terdahulu menghasilkan kerangka kerja yang dapat dimodifikasi. Tujuan pada penelitian ini
adalah modifikasi alat penilaian kesiapan Industry 4.0 agar dapat sesuai dengan situasi dan kondisi
perusahaan yang ada di Indonesia. Implementasi penilaian akan dilakukan di Kota Surakarta yaitu
perusahaan textile dan rokok. Metode yang digunakan yaitu Metode Delphi dan Analytical Hierarchy
Process (AHP). Hasil dari penelitian yaitu didapatkan 2 indikator baru untuk menilai kesiapan Industri
4.0 yang sudah tervalidasi yaitu Indikator Sosial Teknologi dan Indikator Penelitian dan Pendanaan
yang masuk pada Aspek Organisasi dan Budaya. Penilaian secara keseluruhan pada perusahaan sektor
textile memiliki nilai kesiapan Industri 4.0 sebesar 0,94 dan perusahaan sektor rokok sebesar 0,82,
dimana kedua sektor perusahaan masuk pada kriteria level 1 yaitu tahap awal penerapan Industri 4.0.
Rekomendasi yang dirumuskan untuk langkah preventif kesiapan perusahaan menghadapi Industry 4.0
yaitu inovasi barcode pada kemasan, pembentukan divisi penelitian, inovasi mesin otomasi, dan
sosialisasi industry 4.0.
Kata kunci: modifikasi; kesiapan; alat penilaian; Industri 4.0
Abstract
[Modification of Assessment Tools Readiness Industry 4.0 in Manufacturing Companies] Readiness
for Industry 4.0 can be done by conducting an assessment. Based on the previous assessment model, it
produces a framework that can be modified. The aim of this research is to modify the Industry 4.0
readiness assessment tool so that it is in accordance with the situation and conditions of companies in
Indonesia. The implementation of the assessment will be carried out in Surakarta City, namely textile
and cigarette companies. The method used is the Delphi method and the Analytical Hierarchy Process
(AHP). The results of the study obtained 2 new indicators to assess the readiness of industry 4.0 which
have been validated, namely Social Technology Indicators and Research and Funding Indicators which
are included in Organizational and Cultural Aspects. The overall assessment of the textile sector
companies has an industrial readiness value of 0.94 for industry 4.0 and for cigarette sector companies
of 0.82, where both company sectors are included in the level 1 criteria, namely the initial stage of
implementing Industry 4.0. Recommendations formulated for preventive steps for company readiness
to face Industry 4.0, namely innovation of barcodes on packaging, establishment of research divisions,
innovation of automation machines, and socialization of industry 4.0.
Keywords: modification; readiness; assessment tool; Industry 4.0
1. Pendahuluan
Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh
Kementerian Federal Pendidikan dan Riset, Jerman
pada tahun 2011 dengan nama istilah Industry 4.0.
Industri 4.0 merupakan strategi pengembangan
teknologi baru di bidang industri manufaktur untuk
memberi solusi terhadap megatrend, seperti mass
customization, digitalisasi, dan produk life cycle yang
sangat singkat (Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia, 2018; Tan, dkk., 2019; Timur & Ngakan,
2019). Lebih lanjut, Industri 4.0 dapat ditandai dengan
peningkatan digital manufaktur pada empat faktor yaitu
peningkatan volume data, kekuatan komputasi dan
konektivitas; munculnya analisis, kemampuan dan
kecerdasan bisnis; terjadinya bentuk interaksi baru
antara manusia dan mesin; dan instruksi transfer digital
ke dunia fisik. Berdasarkan strategi tersebut,
perusahaan manufaktur diharapkan mampu
*Penulis Korespondensi.
E-mail: febrinaagusti@gmail.com
J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 18, No. 1, Januari 2023 73
meningkatkan produktivitas, respon pasar dengan lebih
cepat dan dapat bersaing secara global (Berger, 2014;
Tan, dkk., 2019).
Industri 4.0 telah menjadi isu yang sering
didengar dalam berbagai forum di Indonesia. Saat ini,
Indonesia sedang menghadapi transformasi Industri 4.0
seperti halnya negara di seluruh dunia. Berdasarkan
Tan, dkk. (2019), Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan posisi
daya saing perusahaan manufaktur secara global dari
posisi ke-41 menjadi ke-39 dunia dari 138 negara yang
tercatat oleh Global Competitiveness Report tahun
2016-2017. Perusahaan manufaktur sendiri merupakan
salah satu sektor ekonomi yang berkontribusi besar
dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Mahfudz
dan Dharma, 2021). Sehingga saat perusahaan
manufaktur dapat bersaing di dunia secara tidak
langsung akan meningkatkan perekonomian negara.
Maka untuk mencapai target dan tujuan tersebut, salah
satu solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan memacu
perusahaan manufaktur agar terus melakukan inovasi
dengan implementasi Industri 4.0.
Inovasi dalam Industri 4.0 mengarah pada
peningkatan kompleksitas proses produksi di suatu
perusahaan (Schuh, dkk., 2014; Gokalp, dkk., 2017;
Muller, dkk, 2018). Perusahaan manufaktur
menghadapi ketidakpastian akan besarnya biaya
investasi yang diperlukan untuk mengakuisisi
teknologi baru dan dampak keseluruhan pada model
bisnis. Berdasarkan beberapa studi menunjukkan
bahwa perusahaan manufaktur memiliki permasalahan
serius untuk memahami keseluruhan gagasan dan
konsep Industri 4.0 (Schumacher, dkk., 2016). Selain
itu juga mengalami kesulitan dalam menentukan
kesiapan menghadapi Industri 4.0, sehingga gagal
menetapkan rencana strategis (Basl, 2017; Basl, 2018;
Botha, 2018).
Kesiapan menghadapi Industri 4.0 dapat
dilakukan dengan melakukan penilaian (Shinohara,
2017; Utomo, dkk., 2019). Berdasarkan penilaian yang
dilakukan, perusahaan akan mengetahui kesiapan
Industri 4.0 dan dapat menyusun rencana strategis
(Batchkova, dkk., 2018; Tan, dkk., 2019; Hanafiah,
dkk, 2018). Lebih lanjut, terdapat beberapa model alat
penilaian (assessment tools) kesiapan Industri 4.0 yaitu
The Connected Enterprise Maturity Model, RB
Industry 4.0 Readiness Index, IMPULS-Industry 4.0
Readiness, VDMA’s IMPULS-Stiftung, Industry
4.0/Digital Operations Self Assessment, The Singapore
Smart Industry Readiness Index, dan INDI 4.0
(Indonesia Industry 4.0 Readiness Index) (Exner, dkk.,
2017; Tan, dkk., 2019; Lichtblau, dkk., 2021).
Kota Surakarta merupakan salah satu kota
dengan jumlah perusahaan manufaktur besar dan
sedang lebih dari 126 perusahaan. Perusahaan-
perusahaan di Kota Surakarta tersebut terdiri dari
sektor yaitu sektor makanan, sektor pakaian jadi, sektor
tekstil, sektor kimia, sektor percetakan, sektor furnitur,
sektor karet plastik, dan sektor rokok. Sektor yang
paling banyak yaitu sektor tekstil sebanyak 24
perusahaan dan sektor rokok sebanyak 5 perusahaan
(BPS, 2019).
Berdasarkan model-model penilaian tersebut
menghasilkan kerangka kerja yang akan digunakan dan
dimodifikasikan dalam penelitian. Tujuan pada
penelitian ini, modifikasi alat penilaian (assessment
tools) kesiapan Industri 4.0 agar dapat sesuai dengan
situasi dan kondisi perusahaan yang ada di Indonesia.
Modifikasi dilakukan pada penyusunan indikator,
penentuan bobot setiap indikator, penyusunan tata cara
Gambar 1. Alur Penelitian
Studi Pendahuluan
Studi Literatur & Lapangan
Identifikasi Indik ator
Identifikasi indikator dan pemangku kepentingan
Validasi Indikator
1. Kuesioner Delphi
2. Pengolahan dan rekap indikator dengan Metode Delphi
Pembobotan Indikator
1. Kuesioner Pembobotan
2. Perhitungan nilai consistency ratio (CR)
3. Perhitungan bobot dengan Analitycal Heirarcy Proces s (AHP)
Hasil T ahap I
Hasil val idasi indikator dan bobot kepentingan indikator
Pengumpulan Data Penilaian Keinovatifan Perusahaan
Penyebaran kuesioner pada perusahaan manufaktur Kota Surakarta
Hasil Tahap II
Tingkat k einovatifan perusahaan dan rekomendasi terpilih
Tahap I Penentuan Indikator
Tahap II Penerapan Penilaian
J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 18, No. 1, Januari 2023 74
penilaian, dan penentuan tingkat dalam nilai kesiapan
perusahaan. Dalam rangka modifikasi tersebut,
penelitian ini akan menggunakan metode Delphi untuk
memvalidasi indikator penelitian dan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk
menentukan bobot kepentingan dari setiap indikator.
2. Metode Penelitian
Penelitian termasuk dalam penelitian deskriptif
yang menggunakan dua pendekatan sekaligus yaitu
kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif
diaplikasikan dalam melakukan penarikan data dengan
kuesioner untuk menentukan dan memvalidasi
indikator. Pendekatan kuantitatif diaplikasikan saat
menghitung data kuesioner bobot kepentingan
indikator dan menghitung nilai tingkat kesiapan
perusahaan. Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap I
adalah penentuan indikator dan tahap II adalah
pelaksanaan penilaian. Alur penelitian ini dimulai dari
studi literatur dan identifikasi masalah hingga
didapatkan hasil seperti pada Gambar 1.
Tahap I penentuan indikator dilakukan dalam
tiga tahap, yaitu: identifikasi indikator, validasi
indikator, dan pembobotan indikator. Identifikasi
Indikator adalah mengumpulkan beberapa indikator
dari penelitian sebelumnya (Kementerian Perindustrian
Republik Indonesia, 2018). Indikator yang digunakan
dalam penelitian ini tercantum pada Tabel 1. Validasi
Indikator, pada tahap ini indikator-indikator telah
dikumpulkan menggunakan Metode Delphi. Pemilihan
perusahaan manufaktur skala besar dan sedang sebagai
objek penelitian ini didasarkan pada banyaknya jumlah
tenaga kerja dan teknologi yang digunakan pada
perusahaan. Responden memiliki kualifikasi yaitu
menguasai sistem produksi pada perusahaan, mampu
menjelaskan manajemen perusahaan, dan pengambil
keputusan dalam perusahaan. Responden Metode
Delphi pada penelitian ini yaitu pimpinan perusahaan
tekstil dan rokok sebanyak 4 orang yang terdiri dari
general manager, manajer produksi, manajer
personalia, dan kelapa bagian produksi. Metode Delphi
salah satu metode yang memodifikasi teknik
brainwriting dan survei (Ngamsomsuke, dkk., 2011;
Oyola, dkk., 2012; Oyola, dkk., 2019; Purwanggono,
dkk., 2022a; Purwanggono, dkk., 2022b ) yang dapat
menampung pendapat ahli. Metode ini, menggunakan
bantuan kuesioner untuk memperoleh pendapat para
ahli. Tujuan dari metode ini untuk mendapatkan
konsensus paling banyak dari para ahli.
Pembobotan Indikator, pembobotan pada
indikator yang sudah divalidkan menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) (Saaty, 2008;
Purwanggono, dkk., 2022a; Purwanggono, dkk.,
2022b), dengan rumus sebagai berikut:
Perhitungan nilai Indikator
= Indikator × Indikator (1)
Perhitungan nilai aspek
1 = SV
1
+ SV
2
+ SV
3
(2)
Perhitungan nilai kesiapan
C =
(3)
Tahap II pelaksanaan penilaian dilakukan dalam
dua tahap, yaitu: penilaian dan rekomendasi.
Implementasi alat penilaian ini dilakukan pada
perusahaan manufaktur di sektor yang mayoritas Kota
Surakarta sebanyak 2 perusahaan. Perusahaan
manufaktur yang menjadi responden pada penelitian ini
yaitu perusahaan sektor tekstil dan perusahaan sektor
rokok. Responden dari setiap perusahaan yang dipilih
Tabel 1. Indikator Penilaian Kesiapan Industri 4.0 pada Perusahaan Manufaktur (Kementerian Perindustrian
Republik Indonesia, 2018)
No.
Kode
Keterangan
1.
A1
: Aspek Manajemen dan Organisasi
I11
: Strategi dan Kepemimpinan
I12
: Investasi menuju Industri 4.0
I13
: Kebijakan Inovasi
2.
A2
: Aspek Orang dan Budaya
I21
: Pengembangan Kompetensi
I22
: Budaya
I23
: Keterbukaan terhadap Perubahan
3.
A3
: Aspek Produk dan Layanan
I31
: Pelayanan Berbasis Data
I32
: Produk Cerdas
I33
: Kustomisasi Produk
4.
A4
: Aspek Teknologi
I41
: Keamanan Cyber
I42
: Konektivitas
I43
: Mesin/Sistem Cerdas
I44
: Digitalisasi
5.
A5
: Aspek Operasi Pabrik
I51
: Penyimpanan dan Sharing Data
I52
: Rantai Pasok dan Logistik Cerdas
I53
: Proses yang Otonom
I54
: Sistem Perawatan Cerdas
*A= Aspek; I= Indikator
J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 18, No. 1, Januari 2023 75
telah memiliki kriteria memahami terkait sistem
produksi yang ada dalam perusahaan, mengetahui
secara keseluruhan perancangan produksi, dan
memiliki wewenang penuh dalam melakukan inovasi
dalam perusahaan. Nilai yang sudah didapatkan
berdasarkan perhitungan tahap II dan menentukan
tingkat kesiapan Industri 4.0 dengan cara melihat Tabel
2. Kemudian, melakukan penyusunan rekomendasi
sebagai langkah preventif perusahaan menghadapi
perkembangan Industri 4.0.
3. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan metode Delphi yang digunakan
untuk memvalidasi indikator yang akan digunakan dari
sebanyak 17 indikator dinyatakan valid. Pada metode
Delphi ini juga dihasilkan satu aspek baru yaitu Aspek
Pengetahuan yang terdiri dari 2 indikator baru yaitu
Indikator Sosial Teknologi berkaitan dengan
pelaksanaan sosialisasi pada perusahaan terkait Industri
4.0 dan Indikator Penelitian dan Pendanaan berkaitan
dengan pelaksanaan penelitian dan pengembangan
manajemen di perusahaan. Berdasarkan 2 indikator
tersebut maka dilakukan metode Delphi putaran kedua,
yang mana menghasilkan 19 indikator dari 6 aspek
yang valid dan dapat digunakan untuk menghitung
bobot indikator. Tabel 3. merupakan indikator bagi
kesiapan Industri 4.0.
Indikator yang valid pada metode Delphi
kemudian dihitung bobot dengan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP). Indikator dinyatakan
konsisten (CR ≤ 0,1) dan dapat digunakan untuk
perhitungan kesiapan Industri 4.0 dari perusahaan
manufaktur. Tabel 4. merupakan bobot untuk setiap
indikator dan aspek pada kesiapan Industri 4.0.
Hasil nilai kesiapan Industri 4.0 dari perusahaan
manufaktur di kota Surakarta diperoleh dari
perhitungan persamaan (3) yaitu mengalikan nilai
indikator dengan bobot indikator kemudian
menjumlahkan menjadi satu. Berdasarkan penilaian
secara keseluruhan pada perusahaan sektor tekstil
memiliki nilai kesiapan Industri 4.0 sebesar 0,94 dan
perusahaan sektor rokok sebesar 0,82, dimana kedua
sektor perusahaan masuk pada kriteria level 1 yaitu
tahap AWAL penerapan Industri 4.0.
Nilai kesiapan Industri 4.0 berdasarkan 5 aspek
yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 2. Pada
perusahaan sektor tekstil diketahui nilai aspek yang
paling tinggi ke paling rendah. Aspek Operasi Pabrik
(A5) sebesar 1,01, hal ini dipengaruhi oleh perusahaan
sudah mengimplementasikan teknologi dalam
Tabel 2. Kriteria Tingkat Kesiapan Industri 4.0 pada Perusahaan Manufaktur (Kementerian Perindustrian
Republik Indonesia, 2018)
No
Level
Nilai
Kriteria Kesiapan
1
0
0-0,50
Perusahaan BELUM siap menerapkan Industri 4.0
2
1
0,51-1,50
Perusahaan berada dalam tahap AWAL penerapan Industri 4.0
3
2
1,51-2,50
Perusahaan berada dalam tahap SEDANG menerapkan Industri 4.0
4
3
2,51-3,50
Perusahaan berada dalam tahap MATANG menerapkan Industri 4.0
5
4
3,51-4,00
Perusahaan SUDAH menerapkan Industri 4.0
Tabel 3. Indikator Tingkat Kesiapanan Industri 4.0 pada Perusahaan Manufaktur (Hasil Olah Data, 2022)
No.
Kode
Keterangan
1.
A1
: Aspek Manajemen dan Organisasi
I11
: Strategi dan Kepemimpinan
I12
: Investasi menuju Industri 4.0
I13
: Kebijakan Inovasi
2.
A2
: Aspek Orang dan Budaya
I21
: Pengembangan Kompetensi
I22
: Budaya
I23
: Keterbukaan terhadap Perubahan
I24
: Sosial Teknologi*
I25
: Penelitian Dan Pendanaan*
3.
A3
: Aspek Produk dan Layanan
I31
: Pelayanan Berbasis Data
I32
: Produk Cerdas
I33
: Kustomisasi Produk
4.
A4
: Aspek Teknologi
I41
: Keamanan Cyber
I42
: Konektivitas
I43
: Mesin / sistem cerdas
I44
: Digitalisasi
5.
A5
: Aspek Operasi Pabrik
I51
: Penyimpanan dan Sharing Data
I52
: Rantai Pasok dan Logistik Cerdas
I53
: Proses yang Otonom
I54
: Sistem Perawatan Cerdas
*) Indikator baru
J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 18, No. 1, Januari 2023 76
menyimpan, mentransfer, dan mengolah data maupun
pada logistik dan rantai pasok. Aspek Teknologi (A4)
sebesar 0,94, hal ini dipengaruhi oleh perusahaan sudah
mulai beralih dan terdapat rencana masa depan untuk
mengkoneksikan maupun mengganti mesin manual
dengan mesin otomatis. Aspek Produk dan Layanan
(A3) sebesar 0,94, hal ini dipengaruhi oleh perusahaan
memiliki rencana jangka panjang untuk
mengembangkan pelayanan sesuai data konsumen dan
mengkolaborasikan produk sesuai kebutuhan
pelanggan. Aspek Manajemen dan Organisasi (A1)
sebesar 0,84, hal ini dipengaruhi oleh terdapatnya
dukungan, investasi, dan keinginan dari pimpinan
perusahaan untuk mentransformasikan menjadi
perusahaan berbasis Industri 4.0. Aspek Orang dan
Budaya (A2) sebesar 0,80, dipengaruhi oleh kebijakan
dan pelaksanaan pengembangan kompetensi bagi para
pekerja.
Pada perusahaan sektor rokok diketahui nilai
aspek yang paling tinggi ke paling rendah. Aspek
Operasi Pabrik (A5) sebesar 0,90, hal ini dipengaruhi
oleh perusahaan berencana mengimplementasikan
teknologi pada logistik dan rantai pasok. Aspek
Teknologi (A4) sebesar 0,90, hal ini dipengaruhi oleh
perusahaan berencana mengkoneksikan maupun
mengganti mesin manual dengan mesin otomatis.
Aspek Produk dan Layanan (A3) sebesar 0,69, hal ini
dipengaruhi oleh perusahaan belum memiliki rencana
Gambar 2. Nilai setiap Aspek Kesiapanan Industri 4.0 pada Perusahaan Manufaktur (Hasil olah data, 2022)
Tabel 4. Bobot dan Nilai Aspek dan Indikator Tingkat Kesiapanan Industri 4.0 pada Perusahaan Manufaktur (Hasil
olah data, 2022)
No.
Kode
Bobot
Nilai Tekstil
Nilai Rokok
Rekomendasi
1.
A1
0,21
0,84
0,69
Pimpinan perusahaan sebaiknya mendukung transformasi
Industri 4.0 pada perusahaan baik dalam bentuk pendanaan
maupun pemahaman pengetahuan, seperti mengganti mesin
menjadi otomatis (Nicolitte, 2018) dan workshop
pemahaman Industri 4.0 pada seluruh level perusahaan (Sen,
dkk., 2019).
I11
0,14
1,00
0,69
I12
0,52
0,69
0,69
I13
0,33
1,00
0,69
2.
A2
0,08
0,84
0,69
Sosialisasi terkait perubahan Industri 4.0 pada perusahaan,
perusahaan membentuk divisi penelitian yang bekerja sama
dengan perguruan tinggi bertujuan mengembangkan
pengetahuan (Sen, dkk., 2019).
I21
0,15
0,69
0,69
I22
0,21
1,00
0,69
I23
0,15
1,00
0,69
I24
0,30
0,69
0,69
I25
0,19
0,69
0,69
3.
A3
0,12
0,80
0,69
Perusahaan sebaiknya dapat mengembangkan dan
mengkolaborasikan produk berdasarkan perkembangan
teknologi dengan masih memegang teguh warisan terdahulu.
Seperti penambahan stiker atau kode pada kemasan produk
tanpa mengubah originalitas produk (Hasil diskusi).
I31
0,14
0,56
0,69
I32
0,34
1,00
0,69
I33
0,52
1,00
0,69
4.
A4
0,20
0,94
0,90
Perusahaan sebaiknya mulai mengkoneksikan sistem
informasi dengan proses produksi dengan tetap
memperhitungkan dan mempertimbangkan keamanan
maupun biaya produksi. seperti aplikasi dengan mesin yang
digunakan (Gokalp, 2017; Li, dkk., 2019).
I41
0,73
0,78
0,69
I42
0,11
0,78
0,69
I43
0,16
0,78
0,69
I44
0,29
0,56
0,69
5.
A5
0,40
1,01
0,90
Perusahaan sebaiknya mengimplementasikan teknologi
dalam menyimpan, mentransfer, dan mengolah data maupun
pada logistik dan rantai pasok. Seperti penggunaan aplikasi
digital untuk integrasi inventori dengan mesin (Zhou, 2016).
I51
0,57
0,78
0,69
I52
0,13
0,69
0,69
I53
0,22
1,00
0,69
I54
0,37
0,69
0,69
*A= Aspek; I= Indikator; bold= Nilai Indikator Terendah
J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 18, No. 1, Januari 2023 77
maupun keinginan untuk mengembangkan dan
mengkolaborasikan produk sesuai keinginan pelanggan
atau dapat dikatakan perusahaan masih memegang
teguh warisan terdahulu. Aspek Manajemen dan
Organisasi (A1) sebesar 0,69, hal ini dipengaruhi oleh
terdapatnya rencana perusahaan untuk mendukung,
investasi, dan keinginan dari pimpinan perusahaan
untuk mentransformasikan menjadi perusahaan
berbasis Industri 4.0. Aspek Orang dan Budaya (A2)
sebesar 0,69, dipengaruhi oleh masih kurangnya
kesadaran karyawan akan SOP bekerja dan perlunya
kebijakan dan pelaksanaan pengembangan kompetensi
bagi para pekerja.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai
dari setiap indikator kesiapan Industri 4.0 seperti pada
Tabel 4. Kemudian dapat disusun rekomendasi
berdasarkan indikator-indikator yang memiliki nilai
rendah. Penyusunan rekomendasi untuk indikator-
indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
4. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian didapatkan 2 indikator
baru untuk menilai kesiapan Industri 4.0 yang sudah
tervalidasi yaitu Indikator Sosial Teknologi dan
Indikator Penelitian dan Pendanaan yang masuk pada
Aspek Organisasi dan Budaya. Indikator tersebut
digunakan dalam implementasi penilaian kesiapan
Industri 4.0 di perusahaan sektor tekstil dan perusahaan
sektor rokok di Kota Surakarta. Hasil perhitungan
kesiapan menunjukkan nilai Aspek Organisasi dan
Budaya yang paling rendah yaitu perusahaan sektor
tekstil sebesar 0,80 dan perusahaan sektor rokok
sebesar 0,69, hal ini dipengaruhi oleh masih kurangnya
pelatihan maupun kesadaran terhadap perubahan
industri terutama Industri 4.0. Penilaian secara
keseluruhan pada perusahaan sektor tekstil memiliki
nilai kesiapan Industri 4.0 sebesar 0,94 dan perusahaan
sektor rokok sebesar 0,82, dimana kedua sektor
perusahaan masuk pada kriteria level 1 yaitu tahap
AWAL penerapan Industri 4.0. Pada penelitian ini
memiliki keterbatasan yaitu metode dan alat ukur yang
dikembangkan masih terbatas dan membutuhkan
pengujian lebih lanjut dengan mengimplementasikan
alat ukur tersebut untuk mengukur perusahaan-
perusahaan yang lebih luas cakupannya di Indonesia
dan dari berbagai sektor perusahaan.
5. Ucapan Terima Kasih
Terima kasih disampaikan kepada LPPM
Universitas Duta bangsa Surakarta, Fakultas Sains dan
Teknologi, dan Program Studi Teknik Industri yang
telah membantu terlaksananya penelitian. Penelitian ini
didukung finansial secara langsung oleh Penelitian
Internal Universitas Duta Bangsa Surakarta Tahun
2022.
6. Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik BPS. (2019).
https://surakartakota.bps.go.id/statictable/2019/
11/25/104/banyaknya-perusahaan-industri-
pengolahan-besar-sedang-dan-tenaga-kerja-
menurut-kelompok-industri-di-kota-surakarta-
tahun-2018.html.
Basl, J. (2017). Pilot Study of Readiness of Czech
Companies to Implement the Principles of
Industry 4.0. Management and Production
Engineering Review, 8(2), 3-8.
Basl, J. (2018). Analysis of Industry 4.0 Readiness
Indexes and Maturity Models and Proposal of
The Dimension for Enterprise Information
Systems. In Research and Practical Issues of
Enterprise Information Systems: 12th IFIP WG
8.9 Working Conference, CONFENIS 2018,
Held at the 24th IFIP World Computer
Congress, WCC 2018, Poznan, Poland,
September 18–19, 2018, Proceedings 12 (pp.
57-68). Springer International Publishing.
Batchkova, I.. A., Popov, G.T., Inanova, Ts.A., &
Belev, Y.A. (2018). Assessment of Readiness
for Industry 4.0. International Scientific Journal
Industry 4.0, 3(6), 288-291.
Berger, R.. (2014). Industry 4.0 The new industrial
revolution: How Europe will succeed, Think
Act Industry 4.0.
Botha, A.P. (2018). Rapidly Arriving Futures: Future
Readiness for Industry 4.0. S. Afr. J. Ind. Eng.
29, 148–160.
Exner, K., Zimpfer, R., dan Stark, R. (2017) Maturity
model and action recommendation: a PSS
capability self-assessment tool for companies.
TU Berlin.
Gokalp, E., Sener, U., & Eren, E. (2017). Development
of an Assessment Model for Industry 4.0:
Industry 4.0-MM”, Middle East Technical
University, Ankara, TurkeyThe 9th CIRP IPSS
Conference: Circular Perspectives on
Product/Services-Systems, Elsevier.
Grufman, N., & Lyons, S. (2020). Exploring Industry
4.0 A readiness assessment for SMEs.
Stockholm University.
Hanafiah, M. H., Soomro, M. A., & Abdullah, N. L.
(2020). Industry 4.0 Readiness Models: A
systematic literature review of model
dimensions. information MDPI, 11(364), 1-13.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.
(2018). Indonesia Industry 4.0 Readiness Index
(Indeks Kesiapan Industri di Indonesia untuk
Bertransformasi Menuju Industri 4.0).
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia,
Indonesia.
Li, Q., Pu, Y., Xu, Z., Wei, H., Tang, Q., Chan, I., Zhou,
J. (2019). Architecture of Integration of
Industrialization and Informatization. OTM
Confederated International Conferences "On
the Move to Meaningful Internet Systems", 5-14.
Lichtblau, K., Stich, V., Bertenrath, R., Blum, M.,
Bleider, M., Mallack, A., Schmitt, K., Schmitz,
E., & Schroter, M. (2015). Impuls Industrie 4.0
Readiness, Impuls-Stiftung des VDMA.
Mahfudz, M. S., & Dharma, I. G. B. B. (2021). Analisis
Model Pengukuran Readiness Industry 4.0 pada
Industri Manufaktur. Seminar Nasional Teknik
Industri Universitas Gadjah Mada. ISBN 978-
623-92050-3-4, 69-73.
Muller, J. M., Kiel, D., & Voigt, K. (2018). What Drive
the Implementation of Industry 4.0? The Role of
J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 18, No. 1, Januari 2023 78
Opportunity and Challenges in the Context of
Sustainability. Journal of Sustainability, 2018.
Ngamsomsuke, W., Hwang, T.C., & Huang, C.J.
(2011). Sustainable culture heritage tourism
indicators. International Conference on Social
Science and Humanity, 5, 516-519.
Nicoletti, B. (2018). The future: procurement 4.0. In:
Agile Procurement. Cham: Palgrave Macmillan,
189-230.
Oyola, M.L., Blancas, F.J., Gonzalez, M., & Caballero,
R. (2012). Sustainable tourism indicators as
planning tools in cultural destinations.
Ecological Indicators, 18, 659-675.
Oyola, M.L., Contreras, I., & Blancas, F.J. (2019). An
operational non-compensatory composite
indicator: measuring sustainable tourism in
Andalusian urban destinations. Ecological
Economic, 159, 1-10.
Purwanggono, B., Purwaningsih, R., Bachtiar, A.,
Agusti, F., & Dharaka, K. P. (2022a).
Assessment Tingkat Keinovatifan Perusahaan
Manufaktur Dengan Studi Kasus PT. Volta
Indonesia Semesta. J@ti Undip: Jurnal Teknik
Industri, 17(2). 128-133.
Purwanggono, B., Purwaningsih, R., Bachtiar, A.,
Agusti, F., and Dharaka, K. (2022b).
Manufacturing Company Innovative Level
Assessment Case Study of Volta Indonesia
Semesta Incorporated. International
Conference on Informatics, Multimedia, Cyber
and Information System (ICIMCIS). 249-253,
doi: 10.1109/ICIMCIS56303.2022.10017989.
Schuh, G., Potente, T., Varandani, R., & Schmitz, T.
(2014). Global Footprint Design Based on
Genetic Algorithms – An Industry 4.0
Perspective. CIRP Annals - Manuf. Technology,
63(1), 433–436.
Schumacher, A., Erol, S., & Sihn, W. (2016). A
Maturity Model for Assessing Industry 4.0
Readiness and Maturity of Manufacturing
Enterprises. Procedia CIRP, 52, 161-166.
Sen, T.H., Andhika, A., Ariyanti, F.D., Soebandrija,
K.E.N. 2019). Pengembangan Model
Pengukuran Kesiapan Industri 4.0 untuk
Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Jurnal
Penelitian dan Aplikasi Sistem & Teknik
Industri (PASTI), 13(2), 106-120
Shinohara, A. (2017), Critical Success Factors for
Digital Manufacturing Implementation in the
Context of Industry 4.0, Proceedings of the
Industrial and Systems Engineering
Conference.
Tan, H. S. R., Soebandrija, K. E. N., & Ariyanti, D.
(2019). Pengembangan Model Pengukuran
Kesiapan Industri 4.0 Untuk Manufaktur di
Indonesia. Jurnal Penelitian dan Aplikasi
Sistem & Teknik Industri (PASTI), 13(2), 106-
120.
Timur, A., & Ngakan. (2019). Indonesia Industry 4.0
Readiness Index (INDI 4.0). Tangerang Selatan:
Kementerian Perindustrian.
Utomo, Satrio, & Setiastuti, N. (2019). Industri 4.0 :
Pengukuran Tingkat Kesiapan Industri Tekstil
Dengan Metode Singapore Smart Industry
Readiness Index. Jurnal Nasional Informatika
dan Teknologi Jaringan, 3(2).
Zhou, K., Liu, T., & Zhou, L. (2016). Industry 4.0:
towards future industrial opportunities and
challenges. 12th International Conference on
Fuzzy Systems and Knowledge Discovery, 2147-
2152.