ArticlePDF Available

Review Artikel: Hubungan Status Gizi dengan Malaria pada Balita

Authors:

Abstract

Malaria merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit Genus Plasmodium. Kurang gizi merupakan fenomena yang kompleks karena etiologinya multifaktorial dan manifestasi klinisnya bervariasi, kurang gizi akut bermanifestasi sebagai underweight, sedangkan kurang gizi kronis bermanifestasi sebagai stunting. Status gizi berkaitan dengan respons imun terhadap infeksi, disalah satu sisi status gizi juga menjadi faktor penting dari risiko dan prognosis penyakit menular, seperti malaria. Hubungan yang kompleks antara malaria dan kekurangan gizi, dampak individu dari penyakit ini, serta kombinasinya kepada balita sangat besar. Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian malaria pada balita. Serta diharapkan penjelasan dari review ini, masyarakat dapat memperhatikan kesehatan. Dalam menyusun review ini menggunakan metode studi literatur dalam bentuk referensi primer berupa jurnal nasional dan internasional 10 tahun terakhir. Kemudian, dalam menyusun ulasan ini menggunakan media online yaitu Google Scholar. Dari hasil perbedaan hasil ini, kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pekerjaan orang tua, kekebalan tubuh, pengetahuan orang tua, dan tempat tinggal.
261
Journal of Pharmaceutical and Sciences |Volume 6|No.1|JAN-MAR|2023|pp.261-265
Electronic ISSN : 2656-3088
Homepage: https://www.journal-jps.com
REVIEW ARTICEL
JOURNAL OF PHARMACEUTICAL AND SCIENCES
Electronic ISSN: 2656-3088
Homepage: https://www.journal-jps.com
JPS |Volume 6 | No. 1 | JAN-MAR | 2023 |pp.261-265
Articel Review: Relationship Between Nutritional Status and Malaria in under-five
children
Review Artikel: Hubungan Status Gizi dengan Malaria pada Balita.
Lhidya Halizah Malik1*), Indah Laily Hilmi1), Salman1)
1)Program Studi Farmasi, Universitas Singaperbangsa Karawang, Karawang, Jawa Barat,
Indonesia.
Author e-mail: lhidyahalizahmalik@gmail.com
ABSTRACT
Malaria is an infection caused by parasites of the genus Plasmodium. Malnutrition is a complex phenomenon
because its aetiology is multifactorial, and its clinical manifestations vary; acute malnutrition manifests as
underweight, while chronic malnutrition manifests as stunting. Nutritional status is related to the immune
response to infection. On the one hand, nutritional status is also essential in the risk and prognosis of infectious
diseases, such as malaria. The complex relationship between malaria and malnutrition, the personal impact of
these diseases and their combination on children under five is enormous. The aim was to determine the
relationship between nutritional status and malaria incidence in children under five. It is also hoped that the
explanation from this review will make the public pay attention to health in compiling this review, using the
literature study method in the form of primary references in the form of national and international journals for
the last ten years. Then, in compiling this review using online media, namely Google Scholar. From the results
of this difference in results, it may be caused by several factors, such as parental occupation, immunity,
parental knowledge, and place of residence.
Keywords: Malaria; Nutritional Status; Toddler
ABSTRAK
Malaria merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit Genus Plasmodium. Kurang gizi merupakan
fenomena yang kompleks karena etiologinya multifaktorial dan manifestasi klinisnya bervariasi, kurang gizi
akut bermanifestasi sebagai underweight, sedangkan kurang gizi kronis bermanifestasi sebagai stunting.
Status gizi berkaitan dengan respons imun terhadap infeksi, disalah satu sisi status gizi juga menjadi faktor
penting dari risiko dan prognosis penyakit menular, seperti malaria. Hubungan yang kompleks antara malaria
dan kekurangan gizi, dampak individu dari penyakit ini, serta kombinasinya kepada balita sangat besar.
Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian malaria pada balita. Serta
diharapkan penjelasan dari review ini, masyarakat dapat memperhatikan kesehatan. Dalam menyusun review
ini menggunakan metode studi literatur dalam bentuk referensi primer berupa jurnal nasional dan internasional
10 tahun terakhir. Kemudian, dalam menyusun ulasan ini menggunakan media online yaitu Google Scholar.
Dari hasil perbedaan hasil ini, kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pekerjaan orang tua,
kekebalan tubuh, pengetahuan orang tua, dan tempat tinggal.
Kata kunci: Malaria; Status Gizi; Balita
262
Journal of Pharmaceutical and Sciences |Volume 6|No.1|JAN-MAR|2023|pp.261-265
Electronic ISSN : 2656-3088
Homepage: https://www.journal-jps.com
PENDAHULUAN
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan
oleh parasit Genus Plasmodium (Bantoyot et al.,
2014). Malaria adalah penyakit endemis yang
sering dijumpai di seluruh dunia, terutama pada
daerah tropis (Lee et al., 2016). Nyamuk tidak dapat
hidup dikelembaban rendah dan tempat
berkembang biak mereka biasanya diperluas oleh
curah hujan. Parasit plasmodium dipengaruhi oleh
suhu, perkembangannya akan melambat jika suhu
turun dan akan berhenti jika suhu tinggi, karena itu
parasit plasmodium ditemukan di daerah beriklim
sedang (Roberts & Matthews, 2016). Lingkungan
yang tidak sehat didukung oleh perilaku hidup yang
tidak bersih dan menjadi penyebab utama
penyebaran penyakit menular termasuk malaria
(Munizar et al., 2015).
Di Indonesia sendiri malaria masih menjadi
masalah pada masyarakat, angka yang terjangkit
malaria masih cukup tinggi untuk di daerah pulau
Jawa dan Bali (Abdussalam et al., 2016). Pada
tahun 2020 diperkirakan ada 241 juta kasus malaria
di seluruh dunia dan diperkirakan jumlah kematian
akibat malaria mencapai 627.000 jiwa. Pada tahun
2010 menurut laporan dari Annual Parasite
Incidence (API) kasus malaria yang ada di
Indonesia mencapai 1,8 per 1.000 penduduk dan
mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 1,96
per 1.000 penduduk, dan mengalami penurunan
hingga mencapai titik terendah pada tahun 2019
menjadi 0,84 per 1.000 penduduk. Sedangkan pada
tahun 2020 naik menjadi 0,93 per 1.000 penduduk
dengan ditemukannya ada 250.644 kasus malaria,
dan 216.380 kasusnya atau 86% kasus tersebut
ada di Provinsi Papua. Annual Parasite Incidence
(API) Provinsi Papua tahun 2020 sebesar 64,03 per
1000 penduduk dan Kota Jayapura sebesar 89,35
per 1000 penduduk (Mofu, 2022).
Malaria banyak terjadi pada balita, prevalensi
pada balita paling tinggi kemungkinan dikarenakan
kurangnya imunitas pada balita, berbeda dengan
orang dewasa yang memiliki imunitas yang cukup
(Kinansi & Wurisastuti, 2020). Malaria dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor manusia,
nyamuk, parasit dan lingkungan. Kurang gizi dapat
meningkatkan risiko terhadap beberapa penyakit
infeksi (Ramdany & Samaran, 2019). Pada balita
malaria ditakutkan dapat mengakibatkan kecatatan
permanen seperti tuna ganda dan lumpuh, akibat
parasit yang menyerang otak dan menyebabkan
berat badan ketika lahir kecil. Padahal masa balita
perkembangan fisik dan pertumbuhan anak
penting, karena anak masih rawan terhadap
gangguan kesehatan (Nofianti, 2014).
Indonesia sampai saat ini menjadi negara
dengan status gizi yang menjadi salah satu faktor
pada status kesehatan masyarakat, dan penderita
gizi buruk kebanyakan pada balita (Lee et al., 2016).
Kurang gizi merupakan fenomena yang kompleks
karena etiologinya multifaktorial dan manifestasi
klinisnya bervariasi, kurang gizi akut bermanifestasi
sebagai underweight, sedangkan kurang gizi kronis
bermanifestasi sebagai stunting (Das et al., 2018).
Kurang gizi biasanya disebabkan oleh asupan
makanan yang buruk juga disertai dengan penyakit
menular, sarta menjadi penyebab mendasar
penyakit menular penyebab keematian anak (Gari
et al., 2018). Status gizi berkaitan dengan respon
imun terhadap infeksi, disalah satu sisi status gizi
juga menjadi faktor penting dari risiko dan prognosis
penyakit menular. Pola interaksi sinergis dua arah
ini, dimana status gizi yang lebih buruk secara
negatif mempengaruhi perkembangan dan evolusi
infeksi, yang mengarah pada memperburuknya
status gizi, merupakan fenomena penting untuk
memahami dinamika populasi yang terinfeksi dan
untuk menetapkan strategi pengendalian penyakit
ini (Ferreira et al., 2015).
Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa
infeksi malaria dapat mempengaruhi penurunan
status gizi anak balita. Namun, ada juga yang
menyebutkan bahwa kejadian malaria tidak
berhubungan dengan status gizi pada balita.
Sementara, malaria dan kekurangan gizi menjadi
penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi di
pedesaan sub-Sahara Afrika. Di daerah tersebut
ditemukan anak-anak yang memiliki kekurangan
gizi kronis berisiko lebih tinggi mengalami penyakit
malaria. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa
balita di Harcourt Nigeria memiliki tingkat parasit
lebih tinggi dan berisiko mengalami mordibitas
dibandingkan dengan kelompok umur 5-8 tahun
sehingga memerlukan gizi yang cukup untuk
menahan dampak negatif dari malaria (Nofianti,
2014).
Mengingat hubungan yang kompleks antara
malaria dan kekurangan gizi, dampak individu dari
penyakit ini, serta kombinasinya kepada balita
sangat besar. Oleh karena itu, pemahaman tentang
hubungan antara kedua penyakit ini sangat penting
untuk kesehatan masyarakat (Gone et al., 2017).
Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan
antara status gizi dan dengan malaria pada balita .
263
Journal of Pharmaceutical and Sciences |Volume 6|No.1|JAN-MAR|2023|pp.261-265
Electronic ISSN : 2656-3088
Homepage: https://www.journal-jps.com
Serta diharapkan penjelasan dari review ini,
masyarakat dapat memperhatikan kesehatan.
METODE PENELITIAN
Dalam menyusun review ini menggunakan
metode studi literatur dalam bentuk referensi primer
berupa jurnal nasional dan internasional 10 tahun
terakhir. Jurnal yang digunakan dalam review arikel
ini berjumlah 13 jurnal yang berkaitan dengan
hubungan antara status gizi dengan malaria pada
balita. Kemudian, dalam menyusun review ini
menggunakan media online yaitu Google Scholar.
HASIL DAN DISKUSI
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di
masyarakat terutama di beberapa negara
berkembang yang menyerang anak-anak, populasi
yang sangat rentan dengan morbiditas dan
mortalitas tertinggi. Malaria sering hidup
berdampingan dengan penyakit lain, dan status
sosial ekonomi yang rendah lebih lanjut
mengganggu perkembangan populasi yang terkena
(Alexandre et al., 2015). Malaria pada anak umur
kurang dari satu tahun dapat terjadi dengan cara
transfusi darah, atau secara kongenital antara ibu
dan janin melalui tali pusat pada bayi karena ibunya
menderita malaria. Balita mempunyai risiko
terserang malaria berat, hal ini disebabkan karena
imunitas yang dimiliki relatif rendah serta terjadi
penurunan imunitas yang diperoleh secara pasif.
Berbagai dampak yang ditimbulkan akibat malaria
pada anak khususnya pada balita, yaitu
menurunkan status nutrisi anak (Kinansi &
Wurisastuti, 2020).
Balita yang memiliki riwayat infeksi malaria dan
yang tidak berbeda status gizinya, stunting dan
normal. Penyakit infeksi merupakan salah satu
penyebab langsung terjadinya masalah kurang gizi
pada balita. Sebagaimana anak yang mendapatkan
makanan cukup baik namun sering terinfeksi
penyakit dapat menderita kurang gizi karena
menurunkan imunitas dan nafsu makan dimana bila
berkelanjutan akan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangannya. Stunting atau kurang gizi
menggambarkan adanya gangguan pertumbuhan
tinggi badan dalam kurun waktu cukup lama.
Stunting tidak hanya karena kekurangan makanan
dalam kurun waktu cukup lama tetapi dapat karena
penyakit berulang seperti malaria (Wurisastuti &
Suryaningtyas, 2017).
Dari yang ditunjukkan oleh tabel 1,
kemungkinan perbedaan hasil ini dikarenakan dari
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi malaria,
seperti pekerjaan orang tua, kekebalan tubuh dari
seseorang, pengetahuan orang tua, tingkat
pendidikan orang tua dan tempat tinggal.
Anak yang orang tuanya bekerja kurang
mendapatkan perhatian karena kesibukan dari
orangtuanya, sehingga anak berisiko mengalami
penyimpangan perkembangan. Pengaruh orang tua
yang bekerja tidak hanya berpengaruh terhadap
fungsi kognitif pada anak tetapi juga dapat
mempengaruhi sosial, emosional, psikologis,
kesehatan, kemandirian anak, dan status gizi anak
(Kinansi & Wurisastuti, 2020). Ibu yang tidak
bekerja diharapkan dapat menghabiskan waktu
untuk merawat anak-anaknya (Nofianti, 2014).
Balita merupakan kelompok yang paling rentan
terhadap penyakit malaria karena belum dapat
melindungi diri dari gigitan nyamuk dan daya tahan
tubuh yang tidak maksimal. Daya tahan tubuh yang
bagus terhadap malaria penting bagi anak untuk
melindunginya dari malaria tersebut dan karena
sifat khusus sel darah merah relatif tahan terhadap
reproduksi parasit malaria (Nofianti, 2014). Anak-
anak seringkali rentan terhadap malaria, terutama
pada anak yang kekurangan gizi. Infeksi ini akan
parah pada balita karena sistem kekebalan tubuh
yang belum matang, sedangkan pada usia yang
produktif terjadi karena menurunnya daya tahan
tubuh (Munizar et al., 2015).
Pengetahuan yang baik tentang penularan
malaria akan dapat membantu upaya pencegahan
terjadinya penularan malaria sehingga masyarakat
menjadi mampu untuk bertindak, mencegah, dan
mampu melindungi diri dari serangan penyakit ini.
Gejala penyakit malaria yang penting dan harus
diketahui oleh orangtua adalah panas tinggi,
menggigil, dan sakit kepala. Gejala penyakit malaria
berupa panas dan menggigil merupakan gejala
malaria yang paling umum diketahui oleh
masyarakat. Jika masyarakat dapat menerapkan
beberapa tindakan mencegah malaria yang
direkomendasikan oleh otoritas kesehatan
setempat dan bahkan jika semua tindakan
diterapkan, upaya ini akan lebih efektif dalam
mencegah malaria dalam keluarga (Nofianti, 2014).
Peran ibu dalam memberikan nutrisi yang baik
untuk anaknya yang terkena infeksi berpengaruh
signifikan daripada penyakit infeksi itu sendiri.
Pendidikan orang tua yang rendah merupakan
risiko untuk terjadinya keterlambatan perkemba-
264
Journal of Pharmaceutical and Sciences |Volume 6|No.1|JAN-MAR|2023|pp.261-265
Electronic ISSN : 2656-3088
Homepage: https://www.journal-jps.com
ngan anak, ini disebabkan pengetahuan dan
kemampuan dalam memberikan nutrisi yang baik
untuk perkembangan anaknya berpengaruh nyata.
Tingkat pendidikan orang tua juga menentukan cara
asuh dan kualitas stimulasi dan nutrisi yang
diberikan kepada anak balitanya. Tingkat
pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang
penting dalam tumbuh kembang anak. Karena
dengan pendidikan yang baik, maka ibu dapat
menerima segala informasi dari luar terutama
tentang tumbuh kembang anak yang baik. Peran
ibu terutama dalam mendidik anak usia prasekolah
sangat penting karena ibu adalah guru pertama
dalam pendidikan anak untuk mengembangkan
perkembangannya. Salah satu subsistem yang
menjadi sebuah kesatuan adalah tingkat pendidikan
ibu yang mendukung untuk perkembangan anak di
keluarga tersebut. Tingkat pendidikan ibu adalah
jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh ibu
sebagai bekal agar dapat mendidik anak-anaknya
dengan baik dan benar. Bagi keluarga dengan
tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah
menerima informasi kesehatan khususnya tentang
cara mendidik balita seharihari (Kinansi &
Wurisastuti, 2020).
Di perdesaan sanitasi yang buruk dan penyakit
menular seperti malaria yang mudah menjangkiti
anak kecil, dan gizi buruk pada balita masih tinggi.
Di beberapa perdesaan banyak yang masih
menjadi tempat perkembangbiakan malaria yaitu
berupa kolam yang jernih, aliran air yang lambat,
kubangan kerbau, sawah, parit, dan irigasi. Perlu
pencegahan stunting dan malaria pada balita,
khususnya di daerah pedesaan. Pencegahan
tersebut berupa pengendalian nyamuk malaria dan
peningkatan gizi balita. Pencegahan stunting pada
balita dapat dengan memberikan MPASI yang
cukup gizi atau dengan pemberian program
makanan tambahan untuk balita. Pencegahan
malaria pada balita dapat dengan tidur dalam
kelambu untuk balita serta perbaikan sanitasi
lingkungan di wilayah pedesaan dengan cara
mengalirkan genangan sungai atau membasmi
tempat-tempat perindukan nyamuk malaria
(Wurisastuti & Suryaningtyas, 2017).
Tabel 1. Hasil literatur review
No.
Penulis
Judul
Hasil
1
Nofianti, T. (2014)
Kejadian Malaria dan Status
Gizi Balita di Kabupaten
Manokwari Provinsi Papua
Barat
Status gizi dan malaria memiliki
hubungan
2
Ramdany, R., &
Samaran, E. (2019)
Hubungan Status Gizi dan
Perilaku Masyarakat dengan
Kejadian Malaria di Wilayah
Kerja Puskesmas Klasaman
Kota Sorong
Status gizi dan malaria tidak
memiliki hubungan yang
signifikan
3
Alexandre, M. A. A.,
Benzecry, S. G., et al.
(2015)
The Association Between
Nutritional Status and Malaria
in Children From A Rural
Community in The Amazonian
Region: A Longitudinal Study
Status gizi dan malaria memiliki
hubungan
4
Gone, T., Lemango, F.,
Eliso, E., et al. (2017).
The Association Between
Malaria and Malnutrition
Among Under-Five Children in
Shashogo District, Southern
Ethiopia: A Case-Control Study
Status gizi dan malaria memiliki
hubungan yang signifikan
265
Journal of Pharmaceutical and Sciences |Volume 6|No.1|JAN-MAR|2023|pp.261-265
Electronic ISSN : 2656-3088
Homepage: https://www.journal-jps.com
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari hasil review jurnal ini
bahwa hubungan antara status gizi dengan malaria
bisa saling berhubungan atau tidak, karena ada
beberapa faktor pendorong yaitu, pekerjaan orang
tua, kekebalan tubuh, pengetahuan orang tua,
tingkat pendidikan orang tua dan tempat tinggal.
REFERENSI
Abdussalam, R., Siregar, R., Lestari, E. D., Salimo,
H., Ilmu, D., Anak, K., Kedokteran, F.,
Sebelas, U., Selatan, K. S., Abdussalam, R.,
Siregar, R., Lestari, E. D., & Salimo, H. (2016).
Profil Infeksi Plasmodium, Anemia dan Status
Nutrisi pada Malaria Anak di RSUD Scholoo
Keyen, Kabupaten Sorong Selatan. Sari
Pediatri, 17(6), 446449.
Alexandre, M. A. A., Benzecry, S. G., Siqueira, A.
M., Vitor-Silva, S., Melo, G. C., Monteiro, W.
M., Leite, H. P., Lacerda, M. V. G., & Alecrim,
M. das G. C. (2015). The Association between
Nutritional Status and Malaria in Children from
a Rural Community in the Amazonian Region:
A Longitudinal Study. PLoS Neglected
Tropical Diseases, 9(4), 115. https://doi.org-
/10.1371/journal.pntd.0003743
Bantoyot, F. (2014). Profil Malaria Pada Anak Di
Brsd Luwuk Kabupaten Banggai Provinsi
Sulawesi Tengah Periodejanuari 2011-
Desember 2013. E-CliniC, 2(1), 17.
https://doi.org/10.35790/ecl.2.1.2014.3743
Das, D., Grais, R. F., Okiro, E. A., Stepniewska, K.,
Mansoor, R., Van Der Kam, S., Terlouw, D. J.,
Tarning, J., Barnes, K. I., & Guerin, P. J.
(2018). Complex interactions between malaria
and malnutrition: A systematic literature
review. BMC Medicine, 16(1), 114.
https://doi.org/10.1186/s12916-018-1177-5
Ferreira, E. D. A., Alexandre, M. A., Salinas, J. L.,
De Siqueira, A. M., Benzecry, S. G., De
Lacerda, M. V. G., & Monteiro, W. M. (2015).
Association between anthropometry-based
nutritional status and malaria: A systematic
review of observational studies. Malaria
Journal, 14(1), 123. https://doi.org/10.1186-
/s12936-015-0870-5
Gari, T., Loha, E., Deressa, W., Solomon, T., &
Lindtjørn, B. (2018). Malaria increased the risk
of stunting and wasting among young children
in Ethiopia: Results of a cohort study. PLoS
ONE, 13(1), 116. https://doi.org/10.1371-
/journal.pone.0190983
Gone, T., Lemango, F., Eliso, E., Yohannes, S., &
Yohannes, T. (2017). The association
between malaria and malnutrition among
under-five children in Shashogo District,
Southern Ethiopia: A case-control study.
Infectious Diseases of Poverty, 6(1), 411.
https://doi.org/10.1186/s40249-016-0221-y
Kinansi, R. R., & Wurisastuti, T. (2020).
Perkembangan Anak Usia 36-59 Bulan
dengan Status Gizi Normal yang Menderita
Malaria di Indonesia Bagian Timur Tahun
2018. Buletin Penelitian Kesehatan, 48(3),
157168. https://doi.org/10.22435/bpk.v48i3-
.3112
Lee, J. E. N., Tatura, S. N. N., & Lestari, H. (2016).
Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat
Kepadatan Parasit Malaria Pada Anak. E-
CliniC, 4(1), 16. https://doi.org/10.357-
90/ecl.4.1.2016.11000
Mofu, R. M. (2022). Lingkungan Biologi, Perilaku
dan Stetus Gizi dengan Kejadian Malarian di
Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi. Jurnal
Ilmiah Obsgin, 14(1), 153164.
Munizar, Mudatsir, & Mulyadi. (2015). Hubungan
Faktor Umur dan Status Gizi dengan
Kerentanan Fisik Masyarakat Terhadap
Resiko Wabah Malaria Di Kemukiman
Lamteuba Kecamatan Seulimum Aceh Besar.
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 15(1), 2935.
Nofianti, T. (2014). Kejadian Malaria dan Status Gizi
Balita di Kabupaten Manokwari Provinsi
Papua Barat. Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
10(04), 180190. https://core.ac.uk/dow-
nload/pdf/296266201.pdf
Ramdany, R., & Samaran, E. (2019). Hubungan
Status Gizi Dan Perilaku Masyarakat Dengan
Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas
Klasaman Kota Sorong. Nursing Arts, 11(2),
1621. https://doi.org/10.36741/jna.v11i2.66
Roberts, D., & Matthews, G. (2016). Risk factors of
malaria in children under the age of five years
old in Uganda. Malaria Journal, 15(1), 111.
https://doi.org/10.1186/s12936-016-1290-x
Wurisastuti, T., & Suryaningtyas, N. H. (2017).
Perbedaan Karakteristik Demografi dan
Riwayat Infeksi Menurut Status Gizi Balita di
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 20(1), 1015.
... Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), balita menyumbang sebagian besar kasus malaria yang berujung pada kematian, dengan Plasmodium falciparum menjadi penyebab utama di banyak daerah endemik. (Malik, Hilmi, and Salman 2023). Anak-anak di bawah lima tahun berisiko mendapatkan malaria berat karena imunitas mereka relatif rendah dan penurunan imunitas yang diperoleh secara pasif. ...
Article
Full-text available
Malaria is the most common malarial disease, causing high morbidity and mortality rates, especially in the countries where the disease is most common. Because the Balinese immune system is not fully developed, they are particularly vulnerable to malaria. This study reviews the literature on malaria infections and risk factors for malaria in malaria-affected areas within the region where the disease is most prevalent. This study analyses literature from many sources of information, such as journal articles, reports from health organizations, and other research documents that have been published in the last few years. The research findings identify various factors that influence the onset of malaria in under five years old, including as Numerous factors can contribute to malaria in a baby, including environmental factors, educational attainment of parents and guardians, use of insecticidal mosquito net, use of mosquito repellent, age factor, and economic position. The study's findings indicate that malaria inside malaria-affected areas remains low despite various preventive measures taken. The primary risk factor that was identified included poverty, insufficient health facilities, low use of insecticidal mosquito net, as well as environmental conditions that hindered the growth of Anopheles. In addition, changes in climate also negatively impact the distribution and growth of mosquito vectors, increasing the risk of malaria. The main findings of this study suggest that more comprehensive and long-term research is needed to combat malaria in bats. This payment must be used to support increasing access to health services, educating the public about the importance of malaria prevention, and implementing community-based interventions. The information obtained from this literature review is hoped to serve as a foundation for more effective planning and execution of policies to reduce malaria rates in endemic areas.
Article
Full-text available
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Genus Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Hingga saat ini malaria masih menjadi masalah kesehatan global yang utama karena sering menimbulkan KLB, berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta dapat mengakibatkan kematian. Insiden malaria pada penduduk Indonesia tahun 2013 menurun dibanding tahun 2007 tetapi di Papua Barat mengalami peningkatan tajam. Hal ini menempatkan Papua Barat di posisi ke-3 propinsi dengan prevalensi malaria tertinggi setelah Papua dan Nusa Tenggara Timur dan Kota Sorong menjadidaerahdengan jumlah penderita malaria tertinggi di Propinsi Papua Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan perilaku masyarakat terhadap kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Klasaman Kota Sorong. Hipotesis penelitian yaitu status gizi dan perilaku masyarakat berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Klasaman Kota Sorong. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Klasaman Kota Sorong. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan desain case-control study. Variabel independen adalah status gizi, penggunaan kelambu, penggunaan obat anti nyamuk, dan kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari, sedangkan variabel dependen adalah kejadian malaria.Sampel adalah penderita malaria sebanyak 144 yang terdiri dari 72 kasus dan 72 kontrol. Kasus adalah penderita malaria sedangkan kontrol bukan penderita malaria, dengan matching menurut umur dan jenis kelamin. Teknik penarikan sampel untuk kelompok kasus yaitu simple random sampling dan kelompok kontrol yaitu purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan pengamatan menggunakan checklist. Uji statistik bivariat menggunakan Odds Ratio dengan α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi, penggunaan kelambu, penggunaan obat anti nyamuk dan kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Klasaman Kota Sorong tahun 2016. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang lebih luas dengan jumlah sampel yang lebih besar agar diketahui seberapa besar variabel tersebutmempengaruhi kejadian malaria, karena seperti yang kita ketahui bahwa penyakit malaria merupakan interaksi dari berbagai faktor yang berhubungan dengan status gizi dan perilaku termasuk penggunaan kelambu, obat anti nyamuk dan kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari
Article
Full-text available
Background: The prevalences of severe acute malnutrition, moderate acute malnutrition and low birth weight (LBW) in West Papua Province is higher than the national prevalence. Malaria disease, especially in an infant, is also of concern in this province. Manokwari District is regarded as malaria endemic area due to the high morbidity rate in the entire district. Objective: To determine the incidence of malaria, nutritional status of children and to analyze the relationship between two of them. Method: The methodology that used in this research is cross-sectional design conducted in four health centers in Manokwari with a sample of 100 children aged two to five years. The data were analyzed using Chi-Square analysis and logistic regression analysis. Results: The incidence rate of malaria in Manokwari district is high. This is because the number of an infant that was infected highly and lowly by malaria do not vary much. Results show that 42% children suffering from severe malaria, particularly tropical malaria type, with a frequency of more than two times in six months so that it had a direct effect on appetite and weight. Average nutritional status based on weight/height and height/age is normal while according to weight/age is not normal. Infants with severe and moderate acute malnutrition are not found in this study. Conclusion: The incidence rate of malaria in children under five in the district of Manokwari is high, the nutritional status of children under five in the past are in the normal category and at the time of the study were not normal, this is due at the time of the study many infants experience pain and therefore contributes to the appetite that directly affects body weight of infants. Furthermore, it is known that there is a relationship between the incidence of malaria by the nutritional status of children in the district of Manokwari.
Article
Full-text available
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor umur dan status gizi dengan kerentanan fisik masyarakat terhadap resiko wabah malaria di Kemukiman Lamteuba Kecamatan Seulimum Aceh Besar. Data dalam penelitian ini diolah dengan teknik analisa chi square test, sedangkan objek penelitian ini adalah faktor umur dan status gizi dengan kerentanan fisik masyarakat terhadap resiko wabah malaria.Sebanyak 98 responden di di Kemukiman Lamteuba Kecamatan Seulimum Aceh Besar diambil dengan teknik Proporsional Random Sampling. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur dan status gizi dengan kerentanan fisik masyarakat terhadap penyakit malaria di wilayah Kerja Puskesmas Lamteuba Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar (P≤0,05). Untuk itu Perlu adanya peningkatan status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus malaria, pembersihan lingkungan secara rutin dapat mengurangi perkembangan vektor Pemasangan kawat kasa, penanaman padi secara serempak serta diselingi dengan penanaman palawija, pemasangan genteng kaca, tidak menanam tanaman perkebunan di sekitar rumah, pembersihan lingkungan, reboisasi dan pelarangan penebangan pohon. Pada masyarakat dianjurkan memakai busana tertutup jika akan melakukan aktivitas malam hari untuk menghindari gigitan nyamuk. (JKS 2015; 1: 29-35) Kata Kunci : Umur, status gizi, kerentanan fisik masyarakat, wabah malaria Abstract. The purpose of this study is to find out the relationship between age factor and nutritional status and society physical vulnerability toward the risk of malaria epidemic in Lamteuba villages sub-district of Seulimum Aceh Besar. The data in this research were analyzed by using chi square test analysis technique, while the objects of the research were age factor and nutritional status and society physical vulnerability toward the risk of malaria epidemic. 98 respondents in Lamteuba villages sub-district of Seulimum Aceh Besar were taken by using proportional random sampling. The research shows that there is a relationship between age and nutritional status and the physical vulnerability of the society towards malaria disease in Lamteuba's Work Health Center in Seulimum sub-district of Aceh Besar (P≤0,05). Therefore, it needs the improvement of the nutritional status of society in order to prevent an increasing in malaria cases, regular environmental clean-up to reduce the development of vector of wire netting installation, simultaneously rice cultivation which is interspersed with second crops cultivation, skylight installation, not to plant plantation crops around the house, environmental cleaning up, reforestation and tree logging banning. To the society is encouraged to wear covered clothes when going to perform activities at night to avoid mosquito bites. (JKS 2015; 1: 29-35)
Article
Full-text available
Background: Despite substantial improvement in the control of malaria and decreased prevalence of malnutrition over the past two decades, both conditions remain heavy burdens that cause hundreds of thousands of deaths in children in resource-poor countries every year. Better understanding of the complex interactions between malaria and malnutrition is crucial for optimally targeting interventions where both conditions co-exist. This systematic review aimed to assess the evidence of the interplay between malaria and malnutrition. Methods: Database searches were conducted in PubMed, Global Health and Cochrane Libraries and articles published in English, French or Spanish between Jan 1980 and Feb 2018 were accessed and screened. The methodological quality of the included studies was assessed using the Newcastle-Ottawa Scale and the risk of bias across studies was assessed using the GRADE approach. The preferred reporting items for systematic reviews and meta-analyses (PRISMA) guideline were followed. Results: Of 2945 articles screened from databases, a total of 33 articles were identified looking at the association between malnutrition and risk of malaria and/or the impact of malnutrition in antimalarial treatment efficacy. Large methodological heterogeneity of studies precluded conducting meaningful aggregated data meta-analysis. Divergent results were reported on the effect of malnutrition on malaria risk. While no consistent association between risk of malaria and acute malnutrition was found, chronic malnutrition was relatively consistently associated with severity of malaria such as high-density parasitemia and anaemia. Furthermore, there is little information on the effect of malnutrition on therapeutic responses to artemisinin combination therapies (ACTs) and their pharmacokinetic properties in malnourished children in published literature. Conclusions: The evidence on the effect of malnutrition on malaria risk remains inconclusive. Further analyses using individual patient data could provide an important opportunity to better understand the variability observed in publications by standardising both malaria and nutritional metrics. Our findings highlight the need to improve our understanding of the pharmacodynamics and pharmacokinetics of ACTs in malnourished children. Further clarification on malaria-malnutrition interactions would also serve as a basis for designing future trials and provide an opportunity to optimise antimalarial treatment for this large, vulnerable and neglected population. Trial registration: PROSPERO CRD42017056934 .
Article
Full-text available
Introduction Given the high prevalence of malnutrition in a malaria-endemic setting, improving nutritional status could serve as a tool to prevent malaria. However, the relationship between the two conditions remains unclear. Therefore, this study assessed the association between under-nutrition and malaria among a cohort of children aged 6 to 59 months old. Methods Two cohorts of children were followed for 89 weeks in a rural Rift Valley area of Ethiopia. In the first approach (malaria-malnutrition), a cohort of 2,330 non-stunted and 4,204 non-wasted children were included to assess under-nutrition (outcome) based on their previous malaria status (exposure). In the second approach (malnutrition–malaria), a cohort of 4,468 children were followed-up to measure malaria (outcome), taking under-nutrition as an exposure. A weekly home visit was carried out to identify malaria cases. Four anthropometry surveys were conducted, and generalized estimating equation (GEE) method was used to measure the association between undernutrition and malaria. Results The prevalence of stunting was 44.9% in December 2014, 51.5% in August 2015, 50.7% in December 2015 and 48.1% in August 2016. We observed 103 cases with 118 episodes of malaria, 684 new stunting and 239 new wasting cases. The incidence rate per 10,000 weeks of observation was 3.8 for malaria, 50.4 for stunting and 8.2 for wasting. Children with malaria infection, [Adjusted Odds Ratio (AOR) = 1.9; 95% Confidence Interval (CI), 1.2–2.9)] and younger age (AOR = 1.3; 95% CI, 1.1–1.5) were more likely to be stunted. Furthermore, children with malaria infection (AOR = 8.5; 95% CI, 5.0–14.5) and young age group (AOR = 1.6; 95% CI, 1.2–2.1) were more likely to be wasted. However, stunting and wasting were not risk factors of subsequent malaria illness. Conclusions Malaria infection was a risk factor for stunting and wasting, but stunting or wasting was not associated with subsequent malaria illness. As our study shows that malaria is a risk factor for stunting and wasting, a close follow-up of the nutritional status of such children may be needed. Trial registration PACT R2014 11000 882128 (8 September 2014).
Article
Full-text available
Nusa Tenggara Timur (NTT) is one of the provinces with the number of malaria and stunting are high, especially in high risk groups, among them are children under five. Associationof demographic characteristicsand malaria infection history with stunting nutrition status of children under five yearsin NTT is required to know in order to determine effective interventions to overcome the problem of children under five years. The study uses Riskesdas secondary data in 2013.The sample in this analysis were all children under five in NTT who were selected as sample Riskesdas 2013 and have a height measurement values. Analysis using different test that is t-independent. The results of t-tests showed the average difference of children under five height status among children under five living in urban areas and in rural areas (p = 0.003), the average difference height status of children under five among children under five who have a history of malaria infection and without history of malaria (p = 0.00), and there is no the average difference of children under five height status between male and woman (p = 0.056).There is a difference between the nutritional status of stunting children living in rural areas and urban. And there is a difference between the nutritional status of toddlers with a history of malaria and who have no history of malaria. Control of stunting and malaria in children under fiveneed to be developed, especially in rural areas with a high prevalence of malaria and stunting. cross-sector cooperationis needed to enforce stunting and malaria prevention program to control mosquitoesin cluding malaria and nutritional enhancement and improvement ofenvironmental sanitationin rural areas.ABSTRAKProvinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi dengan angka malaria dan stunting yang tinggi terutama pada kelompok beresiko tinggi yaitu balita. Hubungan karakteristik demografi balita dan riwayat infeksi malaria terhadap status gizi balita stunting di Provinsi NTT perlu diketahui guna mengetahui intervensi yang efektif dalam mengatasi permasalahan balita tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbedaan karakteristik demografi balita dan riwayat infeksi malaria menurut status gizi balita stunting dan balita normal di Provinsi NTT. Studi menggunakan data sekunder Riskesdas tahun 2013. Sampel dalam analisis ini adalah seluruh balita di Provinsi NTT yang terpilih menjadi sampel Riskesdas 2013 dan memiliki nilai pengukuran tinggi badan. Analisis menggunakan uji beda yaitu t-independent. Hasil uji beda menunjukkan ada perbedaan rata-rata status tinggi badan balita antara balita yang tinggal di perkotaan dan dipedesaan (p=0,003), ada perbedaan rata-rata status tinggi badan balita antara balita yang memiliki riwayat infeksi malaria dan tidak memiliki riwayat infeksi malaria (p=0,000) serta tidak ada perbedaan rata-rata status tinggi badan balita antara laki-laki dan perempuan (p=0,056). Terdapat perbedaan bermakna antara status gizi balita stunting yang tinggal di pedesaan dan perkotaan. Dan terdapat perbedaan bermakna antara status gizi balita stunting memiliki riwayat penyakit malaria dan yang tidak memiliki riwayat malaria. Pengendalian stunting dan malaria pada balita perlu dikembangkan terutama di daerah pedesaan yang tinggi prevalensi malaria dan stunting. dibutuhkan kerjasama lintas sektor untuk menegakkan program pencegahan stunting dan malaria diantaranya dengan pengendalian nyamuk malaria dan peningkatan gizi balitaserta perbaikan sanitasi lingkungan di wilayah pedesaan.
Article
Full-text available
Background Recent studies have presented conflicting findings about whether malaria is associated with an increased or decreased risk of malnutrition. Therefore, assessing the relationship between these two disastrous diseases in the most vulnerable groups, such as in children aged below 5 years (under-five children), may lead to the discovery of new low-cost and effective aides to current methods of malnutrition prevention in malaria-endemic areas. Therefore, this study was conducted to assess the relationship between malaria and malnutrition among under five children in an area with a high degree of malaria transmission. Methods The study involved comparing malnourished children aged 6–59 months and nourished children of the same age for their past exposure to malaria, in Shashogo District, Southern Ethiopia. A validated structured questionnaire was used to collect home to home socioeconomic data and anthropometric instruments for clinical data. The collected data were analysed using descriptive and inferential statistics by means of EpiData entry software and STATA data analysis software. Results A total of 356 (89 malnourished and 267 nourished) under-five children participated in the study. Previous exposure to Plasmodium infection was found to be a predictor for the manifestation of malnutrition in under-five children (P = 0.02 [OR = 1.87, CI = 1.115–3.138]). Children from a household with a monthly income of less than USD 15 were 4.5 more likely to be malnourished as compared to the other children (P = 0.001 [OR = 0.422, CI = 0.181–0.978]). Conclusion This study found that exposure to Plasmodium has a significant impact on the nutritional status of children. In addition, socio-demographic factors, such as family income, may play a role in determining whether children are malnourished or not and may lead to increased morbidity due to malnourishment in children living in malaria-endemic areas. Therefore, malnutrition control interventions should be consolidated with malaria prevention strategies particularly in high malaria transmission areas. Electronic supplementary material The online version of this article (doi:10.1186/s40249-016-0221-y) contains supplementary material, which is available to authorized users.
Article
Full-text available
Background Malaria is the leading cause of morbidity in Uganda with 90–95 % of the population at risk and it contributing to approximately 13 % of under-five mortality. The aim of this study was to investigate the relationship between the malaria status of children under the age of 5 years old in Uganda and selected socio-economic, demographic and environmental factors, as well as to identify significant risk factors associated with malaria. Methods This study made use of data collected from the 2014 Malaria Indicator Survey conducted in Uganda. Two test procedures for malaria in children under the age of 5 years old were carried out. Due to the complex survey design, a generalized linear mixed model was used to test for associations between several independent variables and the response variable, which was whether a child tested positive or negative for malaria according to the microscopy test. Results The sample in this study was made up of 4939 children. Of those children, 974 tested positive for malaria, resulting in an observed malaria prevalence of 19.7 %. The socio-economic factors closely related to the risk of malaria were main floor material, main wall material and availability of electricity in the household. The event of indoor residual spraying (IRS) significantly reduced a child’s risk of malaria. An older child was associated with a higher risk of malaria, however their risk decreased with an increase in cluster altitude and an increase in their caregiver’s education level. Conclusion Although there has been a significant increase in the use of mosquito nets since the previous Malaria Indicator Survey done in 2009, particularly in the use of insecticide-treated nets (ITNs) and long-lasting insecticidal nets (LLINs), these control measures alone may not be sufficient. IRS will be a key strategy in reaching the malaria goals set by the government of Uganda. Supplementing these control measures with education of appropriate and consistent use of ITNs and LLINs, as well as education of practicing safe living habits, such as reducing outdoor activities during peak biting hours of a mosquito, can go a long way in aiding the reduction of the burden of malaria in Uganda.
Article
Full-text available
Background: Multiple studies in various parts of the world have analysed the association of nutritional status on malaria using anthropometric measures, but results differ due to the heterogeneity of the study population, species of the parasite, and other factors involved in the host and parasite relationship. The aim of this study was to perform a systematic review on the inter-relationship of nutritional status based on anthropometry and malarial infection. Methods: Two independent reviewers accessed the MEDLINE and LILACS databases using the same search terms related to malaria and anthropometry. Prospective studies associating anthropometry and malaria (incidence or severity) were selected. References from the included studies and reviews were used to increase the review sensitivity. Data were extracted using a standardized form and the quality of the prospective studies was assessed. Selected articles were grouped based on exposures and outcomes. Results: The search identified a total of 1688 studies: 1629 from MEDLINE and 59 from LILACS. A total of 23 met the inclusion criteria. Five additional studies were detected by reading the references of the 23 included studies and reviews, totaling 28 studies included. The mean sample size was 662.1 people, ranging from 57 to 5620. The mean follow-up was 365.8 days, ranging from 14 days to 1 year and 9 months, and nine studies did not report the follow-up period. Prospective studies assessing the relationship between malaria and malnutrition were mostly carried out in Africa. Of the 20 studies with malarial outcomes, fifteen had high and five had average quality, with an average score of 80.5 %. Most anthropometric parameters had no association with malaria incidence (47/52; 90.4 %) or parasite density (20/25; 80 %). However, the impact of malnutrition was noted in malaria mortality and severity (7/17; 41.2 %). Regarding the effects of malaria on malnutrition, malaria was associated with very few anthropometric parameters (8/39; 20.6 %). Conclusions: This systematic review found that most of the evidence associating malaria and malnutrition comes from P. falciparum endemic areas, with a significant heterogeneity in studies' design. Apparently malnutrition has not a great impact on malaria morbidity, but could have a negative impact on malaria mortality and severity. Most studies show no association between malaria and subsequent malnutrition in P. falciparum areas. In Plasmodium vivax endemic areas, malaria was associated with malnutrition in children. A discussion among experts in the field is needed to standardize future studies to increase external validity and accuracy.
Article
Malaria is a disease caused by protozoan parasites of the genus Plasmodium. Malaria remains a public health problem in the world. In Indonesia in the last five years Paracite Annual Incidence (API) has been successfully reduced from 1.96 per 1000 population (2008) to 1.69 per 1000 population (2012). In 2010 the incidence of malaria by age group, based on the characteristics of the respondents was highest in the age of 1-4 years (23.9%), according to the characteristics of sex, obtained in men is higher than women. In Central Sulawesi, incidence of malaria in 2011 was 3.08%. In 2008, the highest incidence of malaria in Central Sulawesi contained in Buol district, Donggala and Banggai. This study aims to determine the profile of malaria in children in BRSD Banggai Central Sulawesi period January 2011 - December 2013. This study is a retrospective descriptive study, by accessed the medical records of study subjects. The result of experiment include 75 sample with distribution male a little more than female, age group 1-4 years, low Hb value, and moderate malnutrition is the most include in this experiment.The type of Plasmodium is dominated by Plasmodium vivax.Keywords: malaria, Plasmodium, malnutrition, BRSD Luwuk Abstrak: Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Protozoa dari genus Plasmodium. Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Di Indonesia dalam lima tahun terakhir Annual Paracite Incidence (API) telah berhasil diturunkan dari 1,96 per 1000 penduduk (2008) menjadi 1,69 per 1000 penduduk (2012) Pada tahun 2010 insiden malaria menurut golongan umur, berdasarkan karakteristik respondenpaling tinggi pada umur 1-4 tahun (23,9%), untuk karakteristik menurut jenis kelamin, didapatkan pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Di Provinsi Sulawesi Tengah insiden malaria tahun 2011 sebesar 3,08 %. Pada tahun 2008, insiden malaria tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah terdapat di Kabupaten Buol, Donggala dan Banggai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil malaria pada anak di BRSD Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari 2011 – Desember 2013. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif retrospektif, yaitu dengan mengakses data rekam medis subyek penelitian. Hasil penelitian, didapatkan sampel 75 anak dengan distribusi jeniskelaminlaki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan jenis kelamin perempuan, golonganumur 1-4 tahun nilai Hb rendah dan status gizi mal nutrisi sedang paling banyak ditemukan. Jenis Plasmodium yang mendominasi adalah Plasmodium vivax.Kata Kunci :malaria, Plasmodium,malnutrisi, BRSD Luwuk