ArticlePDF Available

Aktivitas pegagan (Centella asiatica) pada dermatologi

Authors:

Abstract

Pegagan (Centella asiatica L.) is a herbal plant used in dermatology that has activity in treating skin diseases and skin lesions such as excoriations, burns, hypertrophic scars, antioxidants, anti-aging, skin whitening, and as a cosmetic ingredient. This review aims to collect data regarding the activity of Centella asiatica herb extracts in dermatology in both preclinical and clinical trial identification is done by searching literature through media Science Direct and Google Scholar using the keywords ''Centella asiatica'', ''Gotu kola'', ''dermatology'', ''cosmetics'', and ''whitening''. The search was based on the inclusion and exclusion criteria that had been set. The literature results show that the chemical constituents of Centella asiatica, such as asiaticoside, madecassoside, asiatic acid, and madecassic acid, are phytochemicals that play an essential role in the pharmacological activity of Centella asiatica in dermatology as a treatment and skin care. In both preclinical and clinical tests, it was shown that administration of Centella asiatica was capable of proliferating fibroblasts, activating the Smads pathway, increasing collagen synthesis, reducing metalloproteinase activity by increasing collagen deposition, and reducing melanin content in melanocytes so that it can modulate melanogenesis by inhibiting the expression of tyrosinase mRNA.
237
Jurnal Sains Farmasi & Klinis
p-ISSN: 2407-7062 | e-ISSN: 2442-5435
homepage: http://jsfk.ffarmasi.unand.ac.id
DOI : 10.25077/jsfk.9.3.237-244.2022
REVIEW ARTICLE J Sains Farm Klin 9(3):237–244 (Desember 2022) | DOI: 10.25077/jsfk.9.3.237-244.2022
Pendahuluan
Kulit merupakan organ terluar dan terbesar dengan
struktur berlapis yang berperan untuk melindungi tubuh
dari lingkungan bahaya seperti bahan kimia, panas, racun,
cedera dan patogen. Kulit dapat dibagi menjadi epidermis
yang memiliki fungsi sebagai pelindung, dermis terletak
di pembuluh darah dan menghasilkan sel-sel kulit [1,2].
Penggunaan produk dari tanaman herbal merupakan salah
satu cara mengatasi masalah kulit. Saat ini, penggunaan
produk kosmetik perawatan dan pengobatan kulit dengan
bahan alam lebih disukai karena keamananya [3]. Pegagan
(Centella asiatica (L ). Urban) merupakan salah satu tanaman
herbal yang digunakan dalam dermatologi [4].
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban), sinonim
Hydrocotyle asiatica L. dari famili Apiaceae, dikenal dengan
nama umum gotu kola atau Indian pennywort yang tumbuh
di daerah tropis seperti Asia, Oseania, Afrika dan Amerika.
Pegagan merupakan tumbuhan herba yang terdiri dari
ujung daun bulat, dengan tangkai daun biasanya memiliki
tingginya sekitar 20 cm [5]. Pegagan tumbuh di daerah
tropis atau sedang dengan ketinggian mencapai 15-25 cm.
Akar tumbuh vertikal ke bawah, tanaman ini berwarna
hijau. memiliki tangkai hijau
panjang dengan puncak bulat
yang memberikan tekstur halus.
Daun terhubung dengan 2-6
cm panjang petioles perikardial.
Bunganya kecil (kurang dari 3 mm)
berwarna putih, merah, pink, atau
Arcle history
Received: 01 Okt 2022
Accepted: 13 Des 2022
Published: 30 Des 2022
Access this arcle
Review : Aktivitas Pegagan (Centella asiatica (L.)
Urban) pada Kulit
(Review: Centella asiatica (L.) Urban activity in dermatology)
Larysa Fernenda, Arba Pramundita Ramadhani, & Yandi Syukri*
Jurusan Farmasi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia
ABSTRACT: Pegagan (Centella asiaca L.) is a herbal plant used in dermatology that has acvity in treang skin diseases and skin
lesions such as excoriaons, burns, hypertrophic scars, anoxidants, an-aging, skin whitening, and as a cosmec ingredient. This
review aims to collect data regarding the acvity of Centella asiaca herb extracts in dermatology in both preclinical and clinical
trial idencaon is done by searching literature through media Science Direct and Google Scholar using the keywords ''Centella
asiaca'', ''Gotu kola'', ''dermatology'', ''cosmecs'', and ''whitening''. The search was based on the inclusion and exclusion
criteria that had been set. The literature results show that the chemical constuents of Centella asiaca, such as asiacoside,
madecassoside, asiac acid, and madecassic acid, are phytochemicals that play an essenal role in the pharmacological acvity of
Centella asiaca in dermatology as a treatment and skin care. In both preclinical and clinical tests, it was shown that administraon
of Centella asiaca was capable of proliferang broblasts, acvang the Smads pathway, increasing collagen synthesis, reducing
metalloproteinase acvity by increasing collagen deposion, and reducing melanin content in melanocytes so that it can modulate
melanogenesis by inhibing the expression of tyro sinase mRNA.
Keywords: Centella asiatica (L.) Urban; pegagan; dermatology; cosmetic; whitening.
ABSTRAK: Pegagan (Centella asiaca (L.) Urban) merupakan salah satu tanaman herbal digunakan dalam dermatologi yang memiliki
akvitas dalam pengobatan penyakit kulit dan lesi kulit seper ekskoriasi, luka bakar, bekas luka hipertrok, anoksidan, anaging,
pemuh kulit serta sebagai bahan kosmek. Review ini bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai akvitas ekstrak herba
pegagan pada dermatologi baik pada uji preklinis maupun uji klinis. Idenkasi dilakukan dengan mencari literatur melalui media
Science Direct dan Google Scholar dengan menggunakan kata kunci ‘’Centella asiaca’’, “pegagan”, ‘’dermatology’’, ‘’cosmecs’’,
dan ‘’whitening’’. Pencarian didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Hasil literatur menunjukan
kandungan kimia pegagan seper asiakosida, madekasosid, asam asiaka dan asam madekasik merupakan tokimia yang
berperan penng pada akvitas farmakologi pegagan pada dermatologi sebagai pengobatan dan perawatan kulit. Pada pengujian
baik preklinis maupun klinis menunjukkan bahwa pemberian pegagan mampu proliferasi broblas, mengakan jalur Smads,
meningkatkan sintesis kolagen, menurunkan akvitas metaloproteinase dengan meningkatkan deposisi kolagen dan mengurangi
kandungan melanin dalam melanosit sehingga dapat memodulasi melanogenesis dengan menghambat ekspresi mRNA rosinase.
Kata kunci: Centella asiatica (L.) Urba;, pegagan; kulit; kosmetik; pemutih kulit.
*Corresponding Author: Yandi Syukri
Jurusan Farmasi Universitas Islam Indonesia, Umbulmartani, Ngemplak,
Sleman Regency, Special Region of Yogyakarta 55584 | Email: yandisyukri@uii.ac.id
Review : Aktivitas pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)... Fernenda et. al.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 09 No. 03 | Desember 2022
238
ungu [6].
Pegagan merupakan salah satu tanaman herbal yang
digunakan dalam kulit yang direkomendasikan dalam
pengobatan penyakit dan lesi kulit seperti ekskoriasi,
luka bakar, bekas luka hipertrok atau eksim [7]. Ekstrak
pegagan juga dapat digunakan sebagai bahan kosmetik
[8]. Kandungan terpenting yang diisolasi dari pegagan
adalah saponin triterpenoid yang dikenal sebagai centelloids.
Saponin dapat mencapai 1-8% dari semua komponen
pegagan. Centellosides utama adalah saponin triterpenoid
pentasiklik tipe ursane dan oleanane . Senyawa yang
terpenting dari pegagan karena aktivitas farmakologisnya
adalah asiatikosida, madekasosid, asam asiatika dan asam
madekasik [9].
Review ini bertujuan untuk mengumpulkan data
mengenai aktivitas ekstrak tanaman herbal pegagan pada
kulit baik pada uji preklinis maupun uji klinis. Pegagan
telah digunakan dalam pengobatan penyakit kulit serta
perawatan kulit. Senyawa aktif dari pegagan yang memiliki
aktitas pada kulit adalah asiatikosida, madekasosid, asam
asiatika dan asam madekasik.
Metode Penelitian
Pengumpulan data terkait aktivitas pegagan pada
kulit dilakukan dengan menggunakan media elektronik
atau database berupa Science Direct, dan Google Scholar.
Pencarian literature dilakukan dengan menggunakan kata
kuci yaitu ‘’Centella asiatica’’, “pegagan”, ‘’dermatology’’,
‘’cosmetics’’, dan ‘’whitening’’. Literatur yang digunakan
merupakan artikel berbahasa inggris dan bahasa Indonesia.
Selain itu artikel juga disaring berdasarkan tipe artikel
berupa review artikel dan research artikel.
Kriteria inklusi artikel yang diterima yaitu artikel yang
terpublikasi dalam bahasa inggris dan bahas Indonesia,
tersedia dalam teks lengkap, dengan rentang waktu 10
tahun terakhir. Artikel mengandung pembahasan terkait
Centella asiatica, dermatology, cosmetics dan whitening. Kriteria
eksklusi yaitu artikel yang tidak menggunakan aktivitas
pegagan dalam dermatologi.
Hasil dan Diskusi
Preparasi Ekstrak Pegagan
Studi farmakologis dan klinis yang dilakukan pada
ekstrak pegagan terkait dengan ekstrak air atau alkohol
yang tidak ditentukan dan ekstrak yang ditentukan,
sebagaimana tersaji pada Tabel 1. Penelitian farmakologi
pada pegagan meliputi ekstrak : titrated extract of Centella
asiatica (TECA) dan total triterpenoid fraction of Centella
asiatica (TTFCA), keduanya mengandung asam asiatik
(30%), asam madekasik (30%), asiatikosida (40%) dan
total triterpenic fraction (TTF) yang terdiri dari asam asiatika
dan asam madekasik (60%) serta asiatikosida (40%) [10].
Namun, informasi tentang produk obat menunjukkan
bahwa semua ekstrak yaitu TECA, TTFCA, TTF dan
Centella asiatica total triterpenic fraction (CATTF) serta estratto
titolato di Centella asiatica (ETCA) merupakan akronim
berbeda dari ekstrak yang sama, terkandung dalam preparat
yang digunakan yaitu Madecassol®, Centellase® atau
Blastoestimulina®. Ekstrak ini termasuk 40% asiatikosida
dan 60% campuran asam asiatika dan madekasik. Uji
klinis dilakukan dengan menggunakan TECA dan ETCA
(Estratto Titolato di Centella asiatica) atau ekstrak yang
diproduksi secara komersial yaitu Centella asiatica total
triterpenic fraction (CATTF) dan TTFCA serta saponin
triterpenoid terisolasi, terutama asiatikosida, madekasosid
dan asam asiatika [10,11].
Sediaan pegagan yang digunakan pada pengobatan
konvensional diaplikasikan dalam bentuk oral (tablet dan
tetes), obat topikal (salep dan bedak), dalam bentuk injeksi
(sc, im) dan sediaan homeopati eksternal atau internal
[10]. Penggunaan yang direkomendasikan oleh European
Medicines Agency (EMEA) yaitu satu sampai dua tablet
(10 mg/tablet.), tiga kali sehari untuk orang dewasa dan
setengah dari dosis untuk anak di bawah usia 3 tahun
dalam kasus luka yang tidak sembuh, bekas luka pertrok
atau keloid dalam fase aktif. Untuk penggunaan luar,
pengobatan pendukung lokal untuk meningkatkan fase
granulasi ulkus dan luka yang tidak sembuh, yaitu krim
1% yang direkomendasikan. Disinfeksi luka diperlukan
sebelum perawatan dengan total triterpenoid fraction of Centella
Asiatica (TTFCA). Selain itu, salep 1% dan bubuk 2%
dapat digunakan untuk perawatan luka yang tidak sembuh.
Dua hingga tiga aplikasi salep dan satu sampai tiga kali
sehari yang direkomendasikan dalam bentuk powder [11].
Aktivitas Pegagan pada Kulit
Pegagan sebagai Penyembuh Luka
Pegagan memiliki aktivitas dalam pengobatan
penyembuhan luka, luka yang terinfeksi, luka bakar dan
bekas luka hipertrok pasca operasi. Penyembuhan luka
merupaka proses biologis kompleks yang melibatkan
koagulasi, inamasi, produksi sitokin, migrasi sel, proliferasi
dan diferensiasi, angiogenesis, sintesis, dan remodeling
matriks ekstraseluler (termasuk produksi dan deposisi
kolagen). Kolagen tipe I dan III adalah komponen utama
dari matriks ekstraseluler kulit. Kedua jenis ini berperan
penting dalam proses penyembuhan luka. Akibatnya,
terjadi proliferasi sel epitel dan kontraksi luka [12–14].
Review : Aktivitas pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)... Fernenda et. al.
239
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 09 No. 03 | Desember 2022
Ekstrak pegagan memiliki senyawa triterpen dan campuran
triterpenoid yang telah terbukti memiliki efek penyembuhan
luka dalam beberapa penelitian [7]. Aktivitas triterpen pada
pegagan yaitu asam asiatik, asam madekasik, asiatikosida
dan madekasosid merupakan komponen utama pegagan
untuk penyembuhan luka pada uji in vitro dan in vivo.
TECA memiliki mekanisme pada modulasi ekspresi gen
yang terlibat dalam angiogenesis dan penyembuhan luka.
TECA dapat melakukan perubahan ekspresi hyaladherin
dan sitokin yang menyebabkan penurunan proteolisis
dalam matriks ekstraseluler, sehingga terakumulasi kolagen
dan bronektin. Perubahan proangiogenik dalam ekspresi
sejumlah faktor pertumbuhan terdeteksi [15].
Uji in vivo penyembuhan luka pada ekstrak air pegagan
sediaan salep, krim dan gel 1% dengan penggunaan tiga kali
sehari selama 24 hari pada luka terbuka pada tikus terdapat
peningkatan proliferasi sel dan sintesis kolagen dilokasi
luka dengan peningkatan kolagen. Luka yang dirawat
mengalami epitelialisasi lebih cepat dan tingkat kontraksi
luka lebih tinggi dibandingkan dengan luka kontrol. Proses
penyembuhan paling baik dengan formulasi sediaan
gel [16]. Ekstrak pegagan dapat mempersingkat proses
penyembuhan luka pada pasien diabetes. Studi kontrol
random pada 200 pasien diabetes diobati dengan dua
kapsul ekstrak pegagan (50 mg asiatikosida/kapsul) tiga
kali sehari. Hasil menunjukkan bahwa adanya kontraksi
luka lebih baik daripada kelompok plasebo sehingga
ekstrak pegagan dapat menekan pembentukan jaringan
parut [17].
Pegagan sebagai Penyembuhan Luka Infeksi
Asiatikosida memiliki aktivitas dalam penyembuhan
luka termasuk pada luka yang terinfeksi. Studi in vitro
telah dikaji pada broblas dermal manusia dengan analisis
DNA microarray membuktikan bahwa dengan adanya
asiatikosida perubahan ekspresi gen diamati. Gen-gen ini
bertanggung jawab untuk proliferasi sel, proses siklus sel,
dan sintesis matriks ekstraseluler. Selanjutnya, level mRNA
prokolagen tipe I dan tipe III dan level protein meningkat
sebagai respons terhadap asiatikosida [13].
Studi lain menunjukkan bahwa asiatikosida secara
signikan menginduksi sintesis kolagen tipe I pada
broblas kulit manusia. Sintesis kolagen tipe I dirangsang
oleh transformasi growth factor β (TGF-β). Protein Smad
mengirimkan sinyal ke hilir dari reseptor TGF-β ke dalam
nukleus. Mengikuti pengikatan TGF- β ke reseptornya,
Smads yang diatur reseptor (disebut R-Smads, yang
meliputi Smad 1, 2, 3, 5 dan 8) difosforilasi dan kemudian
ditranslokasi ke nukleus yang bertindak sebagai pengatur
ekspresi gen target (gen kolagen tipe I). Asiatikosida dalam
fosforilasi terinduksi Smad2 dan Smad3. Interaksi antara
Smad3 dan Smad4 setelah stimulasi dengan asiatikosida
juga diamati. Terbukti bahwa asiatikosida menginduksi
translokasi kompleks Smad3-Smad4 ke dalam nukleus.
Selain itu, fosforilasi Smad2 dan sintesis kolagen tipe I yang
diinduksi oleh asiatikosida tidak dihambat oleh SB431542
(inhibitor reseptor I kinase TGF-β-aktivator jalur Smad).
Sehingga asiatikosida menginduksi sintesis kolagen tipe
I melalui aktivasi jalur Smad dengan cara TβRI kinase-
independen [18].
Pegagan sebagai Penyembuh Bekas Luka Hipertrok
Pasca Operasi
Pengaruh asiatikosida pada sintesis kolagen dan
proliferasi broblast yang berasal dari keloid juga
diselidiki. Bekas luka keloid terjadi akibat patologis pada
penyembuhan luka yang ditandai oleh hiperproliferasi
broblas keloid, kelebihan produksi matriks ekstraseluler,
aktivitas sitokin dan faktor pertumbuhan yang
menyimpang. Jalur TGF-β terutama TGF-β1 terlibat dalam
pembentukan keloid. Penyembuhan luka yang lama dapat
menyebabkan ketidakseimbangan dalam ekspresi TGF-β1
yang dapat menyebabkan gangguan broproliferatif
dan pembentukan bekas luka yang berlebihan. Smad3
dapat mengatur produksi kolagen dalam broblast
dermal yang dirangsang oleh TGF-β. Asiatikosida dapat
menghambat protein reseptor TGF-β dan ekspresi
mRNA, meningkatkan protein Smad7, ekspresi mRNA,
dan tidak mengubah ekspresi Smad2, Smad3, Smad4, dan
Smad2 dan Smad3 terfosforilasi (pengurangan ekspresi
Tabel 1. Jenis ekstrak pegagan yang diteliti
Ekstrak Komposisi ekstrak Referensi
TECA (trated extract of Centella asiaca)asam asiak (30%), asam madecassic (30%), asiacoside (40%) [10]
TTFCA (total triterpenoid fracon of Centella
asiaca)asam asiak (30%), asam madecassic (30%), asiacoside (40%) [10]
TTF (total triterpenic fracon)asam asiak dan asam madekasat (60%) serta asiacosidesida (40%) [10]
Review : Aktivitas pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)... Fernenda et. al.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 09 No. 03 | Desember 2022
240
TGF-βR1 menyebabkan penurunan ekspresi R-Smads)
pada bekas luka keloid. Smad7 sebagai penghambat Smads
bertindak sebagai pengatur umpan balik negatif yang
merupakan antagonis dari R-Smads. Sehingga asiatikosida
memiliki peran ganda dalam proses penyembuhan luka
dan mencegah pembentukan bekas luka [19]. Pengaruh
asiatikosida pada sel kulit manusia normal pada studi
in vitro membuktikan bahwa asiatikosida memiliki
pengaruh proliferasi broblas dermal kulit manusia serta
meningkatkan laju migrasi dan mempercepat perlekatan
sel kulit [20].
Pegagan sebagai Antioksidan
Ekstrak etanol pegagan dapat meningkatkan
sintesis kolagen tiga kali lipat dari sel broblas manusia
dibandingkan dengan kontrol. Sintesis kolagen tertinggi
ditemukan pada ekstrak pegagan yaitu 50 mg/mL. Ekstrak
ini menunjukkan aktivitas pembersihan radikal DPPH yang
signikan dengan penghambatan 84% pada konsentrasi 1
mg/mL. Aktivitas tersebut dibandingkan dengan ekstrak
biji anggur dan vitamin C [21]. Triterpenoid ursane dapat
menekan produksi nitrit oksida (NO) dan sekresi TNF-α
di lipopolisakarida yang merangsang sel RAW 264.7
sehingga senyawa asiatikosida memilik efek anti inamasi
pada pegagan [22].
Pegagan sebagai Penyembuhan Luka Bakar
Madekasosid memiliki efek penyembuhan luka bakar
melalui peningkatan aktivitas antioksidan, meningkatkan
sintesis kolagen dan mempengaruhi angiogenesis. Sebuah
studi histopatologis menunjukkan bahwa madekasosid
dapat meringankan inltrasi sel inamasi dan peningkatan
epitelisasi yang dihasilkan dari proliferasi dermal
broblas. Senyawa uji pada dosis 1 dan 24 mg/kg dapat
menurunkan kadar oksida nitrat dan malonil kandungan
dialdehida pada jaringan yang terbakar. Madekasosid dapat
meningkatkan tingkat glutathione tereduksi dan hidroksi
prolin, indikator sintesis kolagen pada luka bakar kulit.
Sehingga efek positif pada proliferasi broblast dan
sintesis kolagen selama perbaikan pada penyembuhan
luka bakar. Efek dari madekasosid pada penyembuhan
luka melibatkan beberapa mekanisme diantaranya
sintesis kolagen, aktivitas antioksidan serta percepatan
angiogenesis yang berperan dalam pembentukan jaringan
granulasi baru pada proliferasi [12]. Ekstrak pegagan
memiliki efek pada sayatan dan luka bakar dalam penelitian
hewan percobaan. Jenis ekstrak yang digunakan dalam
penelitian seperti hexane, methanol , ethyl acetate dan air
dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka. Ekstrak
dengan etil asetat memiliki asam asiatik adalah yang paling
aktif [23]. Uji in vivo pada penyembuhan luka bakar,
dilakukan uji pada mencit dan terdapat adanya pengaruh
pada tingkat berbagai sitokin diproduksi di tempat luka
bakar. Perbaikan dalam penyembuhan luka bakar dapat
mempromosikan angiogenesis selama penyembuhan luka
yang terjadi sebagai akibat dari stimulasi produksi faktor
pertumbuhan endotel vaskular (VEGF). Sel epitel dan
kontraksi pada luka yang terjadi dibuat lebih kecil oleh
aktivitas myobroblasts [24].
Pegagan sebagai Antiinamasi
Asiatikosida secara oral menunjukkan efek antipiretik
dan anti inamasi yang kuat pada tikus yang diobati
dengan lipopolisakarida. Efek ini dapat menghambat
mediator proinamasi, termasuk kadar tumor necrosis factor
alpha (TNF-α) dan interleukin-6 (IL-6), ekspresi protein
cyclooxygenase-2 (COX-2) dan produksi prostaglandin E
(PGE2), serta aktivitas myeloperoxidase hati. Asiatikosida
dapat meningkatkan tingkat antiinamasi IL-10 dalam
serum dan mengatur ekspresi heme oxygenase-1 (HO-1),
enzim yang melindungi hati [25].
Pegagan dalam Kosmetik sebagai Agen Antiaging
Pegagan telah digunakan sebagain agen anti
photoaging yang efektif terutama dalam peningkatan
kolagen tipe I yang berkurang seiring bertambahnya usia.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Pegagan
memiliki aktivitas antiinamasi pada kultur kulit manusia
dengan pengaplikasian ekstrak pegagan 1% dalam standar
2 mg/kultur [26]. Kandungan asiatikosida mengandung
sifat antioksidan yang berperan dalam mengurangi
aktivitas ROS dalam sistem tubuh [27,28]. Penebalan
jaringan kolagen epidermal dan pengurangan pada
kedalaman dan volume kerutan yang signikan diamati
pada 70% sukarelawan yang diuji dengan 0,5 ekstrak
pegagan selama 6 minggu [29]. Dikarenakan madekasosid
dapat menginduksi ekspresi kolagen dengan mengaktifkan
jalur pensinyalan yaitu Smad dan menginduksi proliferasi
broblast serta peningkatan kadar hydroxyproline yang
menyebabkan peningkatan epitelisasi [8,30]. Pada uji coba
klinis secara acak pada 20 peserta wanita berusia 45-60
tahun dengan pengaplikasian topikal 0,1% madekasosid
dengan 5% vitamin C pada kulit mereka. Pada perawatan
selama enam bulan, menghasilkan adanya peningkatan
yang signikan pada kekencangan, elastisitas dan hidrasi
pada kulit dengan tes biometrologi yang sesuai. Sehingga
terdapat efek yang menguntungkan pada pegagan pada
perbaikan kulit oleh madekasosid sebagai penginduksi
ekspresi kolagen yang dikenal dengan mengaktifkan
jalur pensinyalan SMAD. Pada penelitian sebelumnya,
Review : Aktivitas pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)... Fernenda et. al.
241
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 09 No. 03 | Desember 2022
terdapat efek yang menguntungkan dari 5% vitamin C
pada kulit photoaging, yang dihasilkan dari stimulasi
sintesis kolagen dalam broblas dan kontrol enzim
matriks metalloproteinase yang bertanggung jawab dalam
degradasi kolagen, sementara pada kulit yang menua, kadar
vitamin C dalam jaringan berkurang secara signikan.
Dengan demikian, campuran vitamin C dan madekasosid
merupakan kombinasi yang menguntungkan dari dua
senyawa aktif dengan mekanisme aktivitas yang berbeda
yaitu efek aditif atau sinergis yang dapat menyebabkan
remodeling dari dermis supersial [30]. Ekstrak kombinasi
pegagan, Camellia sinensis dan Glycine max extract (CCGE)
dapat secara signikan meningkatkan elastisitas dan
kekencangan kulit terkait penuaan [31].
Pegagan sebagai Pelembab Kulit
Ekstrak pegagan dapat menghambat aktivitas enzim
hyaluronidase, anti inamasi dan reepitelisasi. Ekstrak
pegagan menunjukkan bahwa ekstrak pegagan memiliki
elastase, matrix metalloproteinase dan penghambat
hyaluronidase efek yang kuat. Pada penelitian, formulasi
serum dengan kandungan ekstrak pegagan, gliserin, dan
hyaluronic acid (HA) dapat menghidrasi dengan mekanisme
perpanjangan waktu serta aktivitas penghambatan
hyaluronidase pada ekstrak pegagan sehingga memiliki
efek pelembab yang tahan lama hingga 24 jam [32].
Pegagan sebagai Pemutih Kulit
Pegagan memiliki aktivitas sebagai penghambat
enzim tirosinase dengan nilai penghambatan sebesar
31,25% pada konsentrasi 1,67 mg/mL sehingga
berpotensi sebagai inhibitor sebagai bahan aktif pemutih
kulit yang diformulasikan dalam bentuk sediaan kosmetik
[33]. Kandungan utama pegagan yaitu asam asiatik,
asiatikosida dan asam madekasik yang efektif untuk
meregenerasi jaringan kulit, efek memperbaiki matriks
ekstraseluler dengan produksi kolagen, mengurangi
kandungan melanin dalam melanosit sehingga dapat
memodulasi melanogenesis dengan menghambat ekspresi
mRNA tirosinase. Melanogenesis merupakan proses hasil
pigmentasi melalui sintesis dan pengiriman melanin. Tiga
enzim kunci yaitu tirosinase, protein terkait tirosinase 1
(TRP1) dan TRP2, metabolisme melanin dari L- tirosin.
Enzim sintesis melanin diatur oleh microphthalmia-asso
Tabel 2. Efek pegagan pada dermatologi
Ekstrak Komposisi ekstrak Referensi
Penyembuh luka Memiliki mekanisme pada modulasi ekspresi gen yang terlibat dalam angiogenesis dan
penyembuhan luka [15]
Penyembuh luka infeksi
Fibroblas kulit manusia dengan analisis DNA microarray atau perubahan ekspresi gen
yang bertanggung jawab untuk proliferasi sel, proses siklus sel, dan sintesis matriks
ekstraseluler
[13]
Penyembuh luka bekas luka hipertrok Fibroblast turunan keloid, dapat meningkatkan sintesis kolagen dan menormalisasi
proses penyembuhan [19]
Penyembuh luka bakar Pada luka bakar, meningkatkan aktas anoksidan, sintesis kolagen, meningkatkan
angiogenesis [12]
Anoksidan Meningkatkan sintesis kolagen dengan uji DPPH pada sel broblast manusia [21]
Aninamasi
Menghambat mediator proinamasi (TNF-α dan IL-6, ekspresi protein COX-2 dan
produksi PGE2, myeloperoxidase, meningkatkan aninamasi IL-10 dan mengatur
ekspresi heme oxygenase-1 (HO-1)
[25]
Agen Anaging
Peningkatan kolagen pe I dan menurunkan fotodimerisasi min sehingga dapat melind-
ungi DNA dari kerusakan akibat sinar ultraviolet. Penurunan ekspresi ekspresi interleukin
1α dapat mendukung potensi aninamasi. Densikasi jaringan kolagen epidermal dapat
mengatasi kerusakan kulit yang disebabkan oleh peradangan.
[26]
Pelembab kulit Menghambat akvitas enzim hyaluronidase, an inamasi, reepitelisasi dan memiliki
elastase, matrix metalloproteinase dan penghambat hyaluronidase [32]
Pemuh kulit
meregenerasi jaringan kulit, efek memperbaiki matriks ekstraseluler dengan produksi
kolagen, mengurangi kandungan melanin dalam melanosit sehingga dapat memodulasi
melanogenesis dengan menghambat ekspresi mRNA rosinase
[4]
Bahan umum kosmek (selulit)
Peningkatan metabolisme lisin dan proline, asam amino yang membangun molekul
kolagen, meningkatkan sintesis tropokol lagen, dan mukopolisakarida pada jaringan ikat
sehingga terjadi peningkatan nutrisi jaringan dan smulasi vaskular
[38]
Review : Aktivitas pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)... Fernenda et. al.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 09 No. 03 | Desember 2022
242
ciated transcription factor (MITF). Ekstrak TECA dapat
mengurangi kandungan melanin dalam melanosit. Selain
itu, asiatikosida yang terkandung dalam TECA memodulasi
melanogenesis dengan menghambat ekspresi mRNA
tirosinase . Penurunan kadar mRNA tirosinase dimediasi
melalui MITF. Asiatikosida menghambat MITF dengan
menurunkan anitas pengikatan DNAnya. Sehingga
ekstrak pegagan memiliki efek menguntungkan pada
penyakit hiperpigmentasi untuk memutihkan kulit [4].
Pada studi in vitro dengan menggunakan broblas dermal
manusia, terbukti bahwa pegagan memiliki pengaruh yang
besar terhadap pengendapan protein matriks ekstraseluler,
merangsang proliferasi broblas, meningkatkan sintesis
kolagen, menurunkan aktivitas metaloproteinase sehingga
meningkatkan deposisi kolagen [7]. Pada penelitian lain,
ekstrak air dari pegagan menunjukkan pengurangan
tertinggi kandungan melanin hingga 20% lebih banyak dari
kelompok kontrol ketika diperiksa dengan sel melanoma
B16F10, sehingga menunjukkan efek pemutihan kulit
yang signikan [34]. Pegagan memiliki aktivitas pemutihan
kulit dengan menghambat tirosinase. Didapatkan hasil
sekresi total fenol total pegagan tertinggi diperoleh
pada kondisi optimal dan menghasilkan peningkatan
yang signikan dalam aktivitas pegagan [35]. Formulasi
pegagan menggunakan sistem delivery phytosome dengan
metode penguapan pelarut, dan pembawa primernya
adalah fosfolipid menunjukkan bahwa hasil analisis
histologis pegagan dapat menghambat hiperkeratosis
dan sel mast yang diproliferasi oleh phytosome pegagan
pada konsentrasi (5, 10, dan 20 μL/mL) . Hasil analisis
histologis yang disebabkan oleh tosom yang menghambat
produksi induksi nitrat oksida dalam lipopolisakarida (1
μL/mL ) RAW 264,7 makrofag. Inltrasi sel inamasi
dan pengurangan produksi inducible nitric oxide synthase
(iNOS) dan protein cyclooxygenase-2 (COX-2) terjadi pada
konsentrasi tersebut [36,37].
Pegagan sebagai Bahan Umum Kosmetik
Pegagan sebagai bahan kosmetik yang digunakan
untuk selulit dan strech mark. Selulit atau yang dikenal
sebagai liposklerosis merupakan perubahan non inamasi
dalam jaringan adiposa subkutan yang disebabkan
oleh peningkatan volume sel lemak atau peningkatan
pembelahan jaringan ikat yang menyebabkan penyempitan
pembuluh darah kecil. Sehingga menyebabkan
gangguan metabolisme pada jaringan adiposa subkutan,
mengakibatkan sel-sel lemak mengembang pada jaringan
ini, terutama di sekitar pinggul, bokong, perut, paha, dan
lengan [8]. Pada penelitian, terdapat pengaruh triterpen
pegagan pada peningkatan metabolisme lisin dan proline,
asam amino yang membangun molekul kolagen. Selain
itu, senyawa ini meningkatkan sintesis tropokol lagen,
dan mukopolisakarida pada jaringan ikat dan hasilnya
menunjukan adanya peningkatan nutrisi jaringan dan
stimulasi vaskular [38]. Uji in vivo pada studi histopatologi
menunjukkan bahwa pada pasien yang mengkonsumsi
ekstrak pegagan, diameter sel lemak (adiposit) menurun
di kedua bagian tubuh yang diteliti dengan dominasi
perubahan positif di bagian gluteofemoral. Dalam
penelitian terjadi penurunan brosis interadipocyte [39].
Toksisitas
Penggunaan pegagan dalam dosis yang dianjurkan
tidak memiliki efek beracun/toksik dan jarang terjadi
efek samping. Namun, kemungkinan dapat terjadi reaksi
alergi dan terbakar yang digunakan secara eksternal.
Pada pemberian oral, dosis anjuran pegagan dapat
menyebabkan dispepsia, mual, sakit kepala dan overdosis
dapat menyebabkan pusing [8].
Terdapat risiko hepatotoksisitas pegagan pada
manusia yang dirawat selama 20-60 hari [40]. Pengobatan
dengan ekstrak pegagan selama lebih dari 6 minggu
tidak dianjurkan dan istirahat 2 minggu sebelumnya
aplikasi berikutnya. Tidak terdapat informasi tentang
interaksi kandungan pegagan dengan obat lain dan efek
teratogenik pada janin serta keamanan penggunaan oleh
wanita menyusui sehingga kandungan ekstrak tidak
direkomendasikan [41].
Kesimpulan
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) memiliki
aktivitas pada kulit sebagai penyembuh luka, luka infeksi,
luka bakar, keloid, antioksidan, antifotoaging, antiinamasi,
pemutih kulit, pelembab serta selulit yang telah dibuktikan
dengan uji preklinis maupun klinis. Beberapa senyawa
aktif yang berperan pada dermatolgi adalah asiatikosida,
madekasosid, asam asiatika dan asam madekasik. Selain
itu, pegagan terbukti aman/tidak toksik dan jarang terjadi
efek samping.
Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi
yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah pendanaan
penelitian program kompetitif nasional tahun anggaran
2022 berdasarkan keputusan kuasa pengguna anggaran
direktorat riset, teknologi, dan pengabdian kepada
masyarakat nomor 033/ E5/PG.02.00/2022.
Review : Aktivitas pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)... Fernenda et. al.
243
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 09 No. 03 | Desember 2022
Referensi
[1]. Wang M, Luo Y, Wang T, Wan C, Pan L, Pan S, et al. Arcial Skin
Percepon. Adv Mater Deereld Beach Fla. 2021;33(19):e2003014.
hps://doi.org/10.1002/adma.202003014
[2]. Ali S, Shabbir M, Shahid N. The Structure of Skin and Transdermal
Drug Delivery System-A Review. Res J Pharm Technol. 2015;8(2):103.
hps://doi.org/10.5958/0974-360X.2015.00019.0
[3]. Draelos ZD. Cosmeceucals: What’s Real, What’s Not. Dermatol Clin.
2019;37(1):107–15. hps://doi.org/10.1016/j.det.2018.07.001
[4]. Kwon KJ, Bae S, Kim K, An IS, Ahn KJ, An S, et al. Asiacoside, a
component of Centella asiaca, inhibits melanogenesis in B16F10
mouse melanoma. Mol Med Rep. 2014;10(1):503–7. hps://doi.
org/10.3892/mmr.2014.2159
[5]. microjpam07. Accession in Centella asiaca; Current Understanding
and Future Knowledge [Internet]. Journal of Pure and Applied
Microbiology. 2018. Available from: hps://microbiologyjournal.
org/accession-in-centella-asiatica-current-understanding-and-
future-knowledge/
[6]. Polash SA, Saha T, Hossain MS, Sarker SR. Phytochemical contents,
anoxidant and anbacterial acvity of the ethanolic extracts of
Centella asiaca(L.) Urb.leaf and stem. Jahangirnagar Univ J Biol Sci.
2017;6(1):51–7. hps://doi.org/10.3329/jujbs.v6i1.33731
[7]. Bylka W, Znajdek-Awiżeń P, Studzińska-Sroka E, Dańczak-Pazdrowska
A, Brzezińska M. Centella asiaca in dermatology: an overview.
Phytother Res PTR. 2014;28(8):1117–24. hps://doi.org/10.1002/
ptr.5110
[8]. Bylka W, Znajdek-Awiżeń P, Studzińska-Sroka E, Brzezińska M.
Centella asiaca in cosmetology. Adv Dermatol Allergol Dermatol
Alergol. 2013;30(1):46–9. hps://doi.org/10.5114/pdia.2013.33378
[9]. James J, Dubery I. Idencaon and Quancaon of Triterpenoid
Centelloids in Centella asiaca (L.) Urban by Densitometric TLC.
JPC - J Planar Chromatogr - Mod TLC. 2011;24:82–7. hps://doi.
org/10.1556/JPC.24.2011.1.16
[10]. Brinkhaus B, Lindner M, Schuppan D, Hahn EG. Chemical,
pharmacological and clinical prole of the East Asian medical
plant Centella asiaca. Phytomedicine Int J Phytother Phytopharm.
2000;7(5):427–48. hps://doi.org/10.1016/s0944-7113(00)80065-
3
[11]. EMA. European Medicines Agency [Internet]. European Medicines
Agency. [cited 2022 Nov 22]. Available from: hps://www.ema.
europa.eu/en
[12]. Liu M, Dai Y, Li Y, Luo Y, Huang F, Gong Z, et al. Madecassoside
isolated from Centella asiaca herbs facilitates burn wound
healing in mice. Planta Med. 2008;74(8):809–15. hps://doi.
org/10.1055/s-2008-1074533
[13]. Lu L, Ying K, Wei S, Liu Y, Lin H, Mao Y. Dermal broblast-associated
gene inducon by asiacoside shown in vitro by DNA microarray
analysis. Br J Dermatol. 2004;151(3):571–8. hps://doi.org/10.1111/
j.1365-2133.2004.06146.x
[14]. Lu L, Ying K, Wei S, Fang Y, Liu Y, Lin H, et al. Asiacoside inducon for
cell-cycle progression, proliferaon and collagen synthesis in human
dermal broblasts. Int J Dermatol. 2004;43(11):801–7. hps://doi.
org/10.1111/j.1365-4632.2004.02047.x
[15]. Coldren CD, Hashim P, Ali JM, Oh S-K, Sinskey AJ, Rha C. Gene
expression changes in the human broblast induced by Centella
asiaca triterpenoids. Planta Med. 2003;69(8):725–32. hps://doi.
org/10.1055/s-2003-42791
[16]. Sunilkumar null, Parameshwaraiah S, Shivakumar HG. Evaluaon of
topical formulaons of aqueous extract of Centella asiaca on open
wounds in rats. Indian J Exp Biol. 1998;36(6):569–72.
[17]. Paocharoen V. The ecacy and side eects of oral Centella asiaca
extract for wound healing promoon in diabec wound paents. J
Med Assoc Thail Chotmaihet Thangphaet. 2010;93 Suppl 7:S166-
170.
[18]. Lee J, Jung E, Kim Y, Park J, Park J, Hong S, et al. Asiacoside
induces human collagen I synthesis through TGFbeta receptor I
kinase (TbetaRI kinase)-independent Smad signaling. Planta Med.
2006;72(4):324–8. hps://doi.org/10.1055/s-2005-916227
[19]. Tang B, Zhu B, Liang Y, Bi L, Hu Z, Chen B, et al. Asiacoside suppresses
collagen expression and TGF-β/Smad signaling through inducing
Smad7 and inhibing TGF-βRI and TGF-βRII in keloid broblasts.
Arch Dermatol Res. 2011;303(8):563–72. hps://doi.org/10.1007/
s00403-010-1114-8
[20]. Lee J-H, Kim H-L, Lee MH, You KE, Kwon B-J, Seo HJ, et al. Asiacoside
enhances normal human skin cell migraon, aachment and
growth in vitro wound healing model. Phytomedicine Int J Phytother
Phytopharm. 2012;19(13):1223–7. hps://doi.org/10.1016/j.
phymed.2012.08.002
[21]. Hashim P, Sidek H, Helan MHM, Sabery A, Palanisamy UD, Ilham
M. Triterpene composion and bioacvies of Centella asiaca.
Molecules. 2011;16(2):1310–22. hps://doi.org/10.3390/
molecules16021310
[22]. Nhiem NX, Tai BH, Quang TH, Kiem PV, Minh CV, Nam NH, et al. A
new ursane-type triterpenoid glycoside from Centella asiaca leaves
modulates the producon of nitric oxide and secreon of TNF-α in
acvated RAW 264.7 cells. Bioorg Med Chem Le. 2011;21(6):1777–
81. hps://doi.org/10.1016/j.bmcl.2011.01.066
[23]. Somboonwong J, Kankaisre M, Tansira B, Tansira MH. Wound
healing acvies of dierent extracts of Centella asiaca in
incision and burn wound models: an experimental animal
study. BMC Complement Altern Med. 2012;12:103. hps://doi.
org/10.1186/1472-6882-12-103
[24]. Kimura Y, Sumiyoshi M, Samukawa K-I, Satake N, Sakanaka M.
Facilitang acon of asiacoside at low doses on burn wound
repair and its mechanism. Eur J Pharmacol. 2008;584(2–3):415–23.
hps://doi.org/10.1016/j.ejphar.2008.02.036
[25]. Wan J, Gong X, Jiang R, Zhang Z, Zhang L. Anpyrec and an-
inammatory eects of asiacoside in lipopolysaccharide-treated
rat through up-regulaon of heme oxygenase-1. Phytother Res PTR.
2013;27(8):1136–42. hps://doi.org/10.1002/ptr.4838
[26]. Maramaldi G, Togni S, Franceschi F, La E. An-inammaging
and anglycaon acvity of a novel botanical ingredient from
African biodiversity (CentevitaTM). Clin Cosmet Invesg Dermatol.
2013;7:1–9. hps://doi.org/10.2147/CCID.S49924
[27]. Zahara K, Bibi Y, Tabassum S. Clinical and therapeuc benets
of Centella asiaca. Pure Appl Biol. 2014;3:152–9. hps://doi.
org/10.19045/bspab.2014.34004
[28]. Saputri I, Damayanthi E. PENAMBAHAN PEGAGAN (Centella asiaca)
DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP
SIFAT FISIKO-KIMIA COOKIES SAGU. J Gizi Dan Pangan. 2015;10(2).
hps://doi.org/10.25182/jgp.2015.10.2.%p
[29]. Linda Yulian W. A. Efekvitas ekstrak centella asiaca dalam
nanoparkel kitosan terhadap akvitas proliferasi sel broblas dan
keranosit sintesis kolagen I, III dan ekspresi protein aquaporin-3
secara in vitro = The Eecveness of centella asiaca in chitosan
nanoparcles to the acvity of cell proliferaon collagen synthesis I,III
and protein expression of aquaporin-3 in vitro [Internet]. Universitas
Indonesia Library. Universitas Indonesia; 2016 [cited 2022 Nov 28].
Available from: hps://lib.ui.ac.id
[30]. Haek M, Mac-Mary S, Le Bitoux M-A, Creidi P, Seité S, Rougier A,
et al. Clinical, biometric and structural evaluaon of the long-term
eects of a topical treatment with ascorbic acid and madecassoside
in photoaged human skin. Exp Dermatol. 2008;17(11):946–52.
hps://doi.org/10.1111/j.1600-0625.2008.00732.x
[31]. Tilaar M, Tilaar K, M M, Junardy FD, Puspitosari D, Priyadi YS, et al.
Study on the Safety and Ecacy of Indonesian Combinaon Plant
Extract in Cosmecs. J Young Pharm. 2017;9(1s):s52–5. hps://doi.
org/10.5530/jyp.2017.1s.14
[32]. Milani M, Sparavigna A. The 24-hour skin hydraon and barrier
funcon eects of a hyaluronic 1%, glycerin 5%, and Centella
asiaca stem cells extract moisturizing uid: an intra-subject,
randomized, assessor-blinded study. Clin Cosmet Invesg Dermatol.
2017;10:311–5. hps://doi.org/10.2147/CCID.S144180
[33]. Sungthong B, Phadungkit M, Phadungkit M, Phadungkit M. An-
Tyrosinase and DPPH Radical Scavenging Acvies of Selected Thai
Herbal Extracts Tradionally Used as Skin Toner. Pharmacogn J.
2015;7(2):97–101. hps://doi.org/10.5530/pj.2015.2.3
Review : Aktivitas pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)... Fernenda et. al.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis | Vol. 09 No. 03 | Desember 2022
244
Copyright © 2022 The author(s). You are free to share (copy and redistribute the material in any medium or format) and adapt (remix, transform, and build upon the
material for any purpose, even commercially) under the following terms: Attribution — You must give appropriate credit, provide a link to the license, and indicate if
changes were made. You may do so in any reasonable manner, but not in any way that suggests the licensor endorses you or your use; ShareAlike — If you remix,
transform, or build upon the material, you must distribute your contributions under the same license as the original (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
[34]. Goo Y-M, Kil YS, Sin SM, Lee DY, Jeong WM, Ko K, et al. Analysis
of anbacterial, an-inammatory, and skin-whitening eect of
Centella asiaca (L.) Urban. J Plant Biotechnol. 2018;45(2):117–24.
hps://doi.org/10.5010/JPB.2018.45.2.117
[35]. Seo SB, Kim YM. Improving Cosmec Acvity by
Opmizing Centella asiaca Extracon Process. Nat Prod
Commun. 2019;14(7):1934578X19867188. hps://doi.
org/10.1177/1934578X19867188
[36]. Ju Ho P, Jun Sung J, Ki Cheon K, Jin Tae H. An-inammatory eect of
Centella asiaca phytosome in a mouse model of phthalic anhydride-
induced atopic dermas. Phytomedicine. 2018;43:110–9. hps://
doi.org/10.1016/j.phymed.2018.04.013
[37]. Susilawa Y, Chaerunisa AY, Purwaningsih H. Phytosome drug delivery
system for natural cosmeceucal compounds: Whitening agent and
skin anoxidant agent. J Adv Pharm Technol Res. 2021;12(4):327–
34. hps://doi.org/10.4103/japtr.JAPTR_100_20
[38]. Goldman MP, Hexsel D. Cellulite: Pathophysiology and Treatment.
CRC Press; 2010. 215 p.
[39]. Rossi AB, Vergnanini AL. Cellulite: a review. J Eur Acad Dermatol
Venereol JEADV. 2000;14(4):251–62. hps://doi.org/10.1046/
j.1468-3083.2000.00016.x
[40]. Jorge OA, Jorge AD. Hepatotoxicity associated with the ingeson of
Centella asiaca. Rev Espanola Enfermedades Dig Organo Of Soc
Espanola Patol Dig. 2005;97(2):115–24. hps://doi.org/10.4321/
s1130-01082005000200006
[41]. Gohil KJ, Patel JA, Gajjar AK. Pharmacological Review on
Centella asiaca: A Potenal Herbal Cure-all. Indian J Pharm Sci.
2010;72(5):546–56. hps://doi.org/10.4103/0250-474X.7851.
... Saponins make up approximately 1-8% of the total gotu kola ingredients. Ursane-and oleanane-type pentacyclic triterpenoid saponins are primary centellosides (Fernenda et al., 2022). Alkaloids, saponins, tannins, flavonoids, steroids, and triterpenoids are components of gotu kola plants that are used as active ingredients in cosmetic preparations (Juliadi & Juanita, 2002;Sutardi, 2016). ...
Article
Acne is an inflammatory skin condition caused by sebaceous follicles and characterized by skin inflammation in the form of a buildup of bacteria and oil that clogs pores and causes acne. Centella asiatica (L.) Urb., often known as gotu kola, has antibacterial properties that inhibit Propionibacterium acnes, thereby reducing papules, pustules, and nodules. Antioxidants, asiatic acid, and madecassic acid found in gotu kola (Centella asiatica (L.) Urb.) can treat wounds. Skin damaged by acne can be repaired and rejuvenated with gotu kola antioxidants, which also help collagen formation more quickly in the skin. This research aims to examine the ability of gotu kola (Centella asiatica (L.) Urb.) extract to inhibit acne-causing bacteria (Propionibacterium acnes) resulting from a literature review. This research method is a literature review or literature review. Research journals that met the inclusion criteria (activity test results suppressing bacterial growth activity) were collected, and a journal summary was made. A summary of the research journals is included in the table sorted by the year of publication of the journal. Based on the results of a literature review carried out by researchers, Gotu kola can be extracted using the maceration method by soaking the plant material in an extraction solvent such as ethanol or water for a specified time. This process was used to remove the active components from the plant material. The inhibition zone formed was evaluated to determine the effectiveness of the extracts or preparations containing gotu kola extract in preventing bacterial growth ...
Article
The therapeutic efficacy of various phytoconstituents is improved by the use of phytosome, innovative drug delivery methods based on phytochemicals, by enhancing their absorption, bioavailability, and therapeutic availability. This exceedingly complex type of herbal formulation contains the active phytoconstituent of the herbal extract and is joined by a phospholipid molecule. They also operate as vesicular systems for a wide range of fascinating and important phytoactives. The phytosome method produces startlingly tiny spheres or cells, which is advantageous in keeping active phytochemical contents from being destroyed by the stomach environment. Phytosome also produce pharmacokinetic and pharmacodynamic effects that are more potent than those of conventional herbal extracts. Phytosome demonstrated increased pharmacokinetics and pharmacodynamic response when compared to conventional botanical extracts. Through the use of phytosome technology, the bioavailability of several of the most widely used herbal extracts, such as milk thistle, Ginkgo biloba, grape seed, green tea, hawthorn, ginseng, etc., has been improved. These drug-phospholipid complexes can be produced as a liquid solution, suspension, emulsion, syrup, lotion, gel, cream, tablet, capsule, powder, or granule. The purpose of this review is to emphasize the application of how the phytosome technology has helped to improve the bioavailability and absorbance of the cosmeceuticals.
Book
Full-text available
Buku "Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Luka" ini merupakan panduan komprehensif yang dirancang untuk membantu tenaga medis dan perawat dalam menangani pasien dengan berbagai jenis luka. Dengan memadukan teori dan praktik, buku ini mengulas anatomi dan fisiologi kulit, yang menjadi dasar penting dalam memahami proses penyembuhan luka. Pembaca akan diajak untuk mengenali klasifikasi luka berdasarkan waktu penyembuhan, sifat luka, serta struktur lapisan kulit yang terlibat. Setiap bab dalam buku ini disusun secara sistematis, dimulai dari penilaian awal kondisi pasien, hingga strategi perawatan primer dan sekunder yang tepat untuk berbagai tipe luka. Selain itu, buku ini juga membahas secara rinci mengenai penatalaksanaan nyeri, pencegahan infeksi, dan peran nutrisi dalam mendukung proses penyembuhan. Buku ini juga menyoroti pentingnya pendekatan psikologis dalam perawatan pasien dengan luka, yang sering kali diabaikan, namun sangat krusial untuk kesembuhan total pasien. Tidak lupa, buku ini juga mencakup pembahasan mengenai komplikasi yang mungkin terjadi dan bagaimana cara mencegah serta menanganinya dengan baik. Dengan bahasa yang mudah dipahami dan disertai contoh-contoh kasus, buku ini menjadi sumber referensi yang sangat bermanfaat bagi para perawat, mahasiswa Keperawatan, dan profesional kesehatan lainnya yang terlibat dalam perawatan luka.
Article
Full-text available
Invasive alien plant species (IAPS) pose a growing ecological threat, disrupting native ecosystems and biodiversity while challenging traditional conservation efforts. Ageratina adenophora, Chromolaena odorata, and Mikania micrantha, belonging to the Banmara species, pose a significant threat to agriculture, resulting in crop loss and increased production costs. Their detrimental effects on floral, faunal organisms, and ecosystems make them a substantial menace to biodiversity. Out of 219 alien flowering plant species, 30 are identified as invasive, resulting in adverse environmental outcomes and impacting agricultural production. Remarkably, two notable Banmara species, C. odorata and M. micrantha, rank among the world’s top 100 most invasive alien species in agroecosystems and rangelands. Additionally, A. adenophora is on the alert list of the European and Mediterranean Plant Protection Organization (EPPO). The presence of Banmara species is more prevalent in central and eastern Nepal, particularly in the Tarai, Siwalik, and Middle Mountain regions, showing a high degree of invasion. A. adenophora and C. odorata have invaded the High Mountain region and the High Himalayas, while M. micrantha is more prevalent in the Terai and upper hilly regions of Nepal. These invasive species disrupt forests, shrublands, wetlands, and agricultural ecosystems, causing ecological imbalances, habitat degradation, and adverse effects on biodiversity. The negative impacts resulting from the biological invasion of Banmara species seem to be on the rise in Nepal; however, national policy and management responses appear insufficient to address the issue adequately. The findings of this study highlight the urgent need to address the challenges posed by these invasive plant species. This comprehensive review synthesizes current knowledge regarding Banmara species, emphasizing their ecological consequences and the pressing need for effective management strategies. By comprehending these repercussions and implementing robust management strategies, the impact of Banmara species can be minimized, safeguarding native biodiversity and ecosystem integrity.
Article
Full-text available
Pegagan merupakan bahan alami yang sudah sering digunakan sebagai bahan dasar kosmetik, salah satunya dalam memformulasikan sabun mandi cair sebagai bahan dasar ekstrak daun pegagan, tanaman ini megandung senyawa fitokimia alkaloid, saponin, tannin, flavonoid, triterpenoid, glikosida asiatikosida. Senyawa tannin dan flavonoid yang berpotensi sebagai anti oksidan yang dapat menangkap radikal bebas sehingga sangat bermanfaat bagi kulit. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan serta percobaan pada bentuk asli pada bukan sabun batangan berbahan dasar inti sari daun pegagan dengan penambahan minyak lavender sebagai pemberi aromaterapi. Tahapan dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimental dimana untuk setiap formula di variasikan dengan konsentrasi ekstrak 5%, 7,5%, 10% kemudian dilanjutkan dengan ukuran rukunnya daam parameter uji bentuk sabun langsung mandi ngalir. Pengujian bentuknya terdiri dari empat formula dalam waktu 4 minggu yang lewat pengawasan uji organileptis, homogenitas, berat macam, uji pH, viskositas, naiknya busa, uji hedonik serta uji iritasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat Sabun cair memiliki bentuk, warna, bau yang stabil, tidak berubah dan tak ada percikan dalam hal ini bisa ditafsiri formulasi pada sabun mandi cair adalah homogen, bobot jenis dengan hasil sesuai yang disyaratkan SNI 06-4085 (1996), pH yang dihasilkan 6,8 ;6,7 ;6,4 ;6,5 memenuhi SNI 4085:2017,viskositas sesuai dengan SNI 06-4085 (1996) yang berkisar 400-4000 cps, tinggi busa yang memperlihatkan sabun paling bagus pada formula 3 dengan tinggi 15 cm, sedangkan pada uji hedonik sediaan sabun mandi cair dengan ekstrak 5 % lebih banyak di sukai oleh panelis, dan tidak mengalami iritasi pada kulit. Berdasarkan SNI 06-4085 (1996), adalah uji sensori, penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa mutu sabun cair yang mengandung ekstrak pegagan memenuhi persyaratan sabun cair bermutu tinggi., homogenitas, bobot jenis, viskositas, tinggi busa dan uji pH dengan standart SNI 4085:2017.
Article
Full-text available
Plants have been used as traditional medicine since ancient times for treating the diseases, metabolite active compounds from plants have excellent bioactivity, and pharmacological properties from plants are used as skin whitening agent and antioxidant in multiple mechanisms of action. However, these compounds have physicochemical limitations in terms of its poor solubility and penetration into the cells membrane. Phytosome drug delivery system can be the primary choice to improve the physicochemical properties, which allows increasing the effectiveness. This review aimed to summarize and discuss the phytosome formulations of potential active compounds as skin whitening agent and skin antioxidant, which obtained from Scopus, PubMed, and Google Scholar databases. We assessed that the main purpose of these phytosome formulations was to improve penetration, stability, and solubility of the active compounds. These studies proved that phytosome formulations can improve the physicochemical characteristics and effectiveness of compounds. The phytosome drug delivery system becomes a promising modification technique for natural compounds due to the ability to improve the physicochemical properties and increase the effectiveness. Phytosome formulation could be the excellent approach for cosmeceutical product with good effectivity in the future.
Article
Full-text available
Skin is the largest organ, with the functionalities of protection, regulation, and sensation. The emulation of human skin via flexible and stretchable electronics gives rise to electronic skin (e-skin), which has realized artificial sensation and other functions that cannot be achieved by conventional electronics. To date, tremendous progress has been made in data acquisition and transmission for e-skin systems, while the implementation of perception within systems, that is, sensory data processing, is still in its infancy. Integrating the perception functionality into a flexible and stretchable sensing system, namely artificial skin perception, is critical to endow current e-skin systems with higher intelligence. Here, recent progress in the design and fabrication of artificial skin perception devices and systems is summarized, and challenges and prospects are discussed. The strategies for implementing artificial skin perception utilize either conventional silicon-based circuits or novel flexible computing devices such as memristive devices and synaptic transistors, which enable artificial skin to surpass human skin, with a distributed, low-latency, and energy-efficient information-processing ability. In future, artificial skin perception would be a new enabling technology to construct next-generation intelligent electronic devices and systems for advanced applications, such as robotic surgery, rehabilitation, and prosthetics.
Article
Full-text available
This study showed the use of Centella asiatica as a good source of compounds for skin therapy and antioxidant activation cosmetics. The goal of this study was to provide cosmeceutical activity data about the extraction yield and total phenol content of C. asiatica by optimizing the focused high ultrasound (INEFU) and ultrasound extraction (UE) conditions. Under optimal extraction conditions, that is, 1800 W for 45 minutes and 500 W for 45 minutes, 28.73% and 30.21% (w/w) of the highest extraction yields and polyphenol contents were obtained, respectively. For the skin whitening activity, tyrosinase inhibitory activity was observed at 61.52% in INEFU extracts, which was circa 20.3% higher than that of UE extracts (51.11%). To reduce melanin production in Clone M-3 cells, 86.9% melanin production was observed following the addition of control, water extraction relative to the control without a sample, and 79.6% and 74.5% were found in UE and INEFU conditions, respectively. In conclusion, the highest total phenol secretion was obtained under optimal conditions and resulted in a significant improvement in the cosmetic activities of C. asiatica extracts.
Article
Full-text available
Introduction Moisturizing products are commonly used to improve hydration in skin dryness conditions. However, some topical hydrating products could have negative effects on skin barrier function. In addition, hydrating effects of moisturizers are not commonly evaluated up to 24 hours after a single application. Hyaluronic acid (HA) and glycerin are very well-known substances able to improve skin hydration. Centella asiatica extract (CAE) could exert lenitive, anti-inflammatory and reepithelialization actions. Furthermore, CAE could inhibit hyaluronidase enzyme activity, therefore prolonging the effect of HA. A fluid containing HA 1%, glycerin 5% and stem cells CAE has been recently developed (Jaluronius CS [JCS] fluid). Study aim To evaluate and compare the 24-hour effects of JCS fluid on skin hydration and on transepidermal water loss (TEWL) in healthy subjects in comparison with the control site. Subjects and methods Twenty healthy women, mean age 40 years, were enrolled in an intra-subject (right vs left), randomized, assessor-blinded, controlled, 1-day trial. The primary end points were the skin hydration and TEWL, evaluated at the volar surface of the forearm and in standardized conditions (temperature- and humidity-controlled room: 23°C and 30% of humidity) using a corneometer and a vapometer device at baseline, 1, 8 and 24 hours after JCS fluid application. Measurements were performed by an operator blinded for the treatments. Results Skin hydration after 24 hours was significantly higher (P=0.001; Mann–Whitney U test) in the JCS-treated area in comparison with the control site. JCS induced a significant (P=0.0001) increase in skin hydration at each evaluation time (+59% after 1 hour, +48% after 8 hours and +29% after 24 hours) in comparison with both baseline (P=0.0001) and non-treated control site (P=0.001). TEWL after 24 hours was significantly lower (P=0.049; Mann–Whitney U test) in the JCS-treated area in comparison with the control site (13±4 arbitrary units [AU] vs 16±6 AU). JCS fluid significantly reduced post-stripping TEWL in comparison with baseline after 1, 8 and 24 hours (−52%, −32% and −48%, respectively). In the control site, TEWL was not reduced in comparison with baseline values at each time point’s evaluation. Conclusion A single application of JCS significantly improves skin hydration for up to 24 hours at the same time as improving skin barrier function.
Article
Full-text available
Objective: To look for antioxidant, lightening and anti aging effects from combination of Indonesian plant consist of Centella asiatica, Camellia sinensis and Glycine max extract in propanediol (CCGE). Methodology: The study was carried out using DPPH scavenging activity for antioxidant effect and anti tyrosinase activity for lightening effect. The efficacy test on volunteers was performed using Mexameter MX 16 and Cutometer MPA 580 to measure skin melanin index, elasticity and firmness respectively. The dermatological safety test was conducted using Repeated Opened Patch Test (ROPT) and Single Closed Patch Test (SCPT), while HETCAM test was performed to evaluate irritation at ocular level. Result: At the concentration of 2%, CCGE has DPPH scavenging activity and anti tyrosinase activity of 70.56% and 52.76% respectively compared to ascorbic acid and kojic acid. The efficacy test showed that CCGE significantly increased skin elasticity and firmness after two and four weeks of application compared to base, but showed no significant effect on skin lightening. The dermatological safety test showed that CCGE did not cause any irritation or allergic skin reaction at the concentration of 5% for the ROPT and up to 3% for the SCPT. Meanwhile at the concentration of 5%, CCGE could cause allergic reaction in 4.0% of all subjects. The HETCAM test showed that CCGE is not irritant at the ocular level. Conclusion: These results concluded that CCGE is proven to be safe for human skin as well as at ocular level and could be used as cosmetic active ingredient for anti aging.
Article
Full-text available
Transdermal drug delivery system (TDDS) provides various merits over conventional drug delivery systems such as oral delivery and injections including avoidance of hepatic first pass metabolism, reduction of pain, and possible sustained release of drug. Still, transdermal passage of molecule is tedious due to less permeability of stratum corneum (SC), the outermost layer of the skin. In its intact state the skin is a formidable barrier, resistant to chemicals and tissue-harmful ultraviolet rays and virtually impenetrable to the life threatening microorganisms. The stratum corneum (SC) develops a thin, tough, relatively impermeable membrane which usually provides the rate limiting step in transdermal drug delivery system. To overcome this barrier function chemical permeation enhancers (CPEs) are used that facilitate the absorption of permeate through the skin by temporarily decreasing the impermeability of the skin. The present review article highlights the different layer of skin and the passage of drug through a transdermal patch into the stratum corneum for local or systematic effect.
Article
Full-text available
Centella asiatica belongs to family Apiaceae is a traditionally important plant with wide range of therapeutic potential. Plant is traditionally used to treat a broad range of diseases such as diarrhea, hepatitis, measles, toothache, syphilis, leucorrhoea etc. Madecassic acid, asiatic acid,α-terpinene,α-copaene,β-caryophyllene are some of the important bioactive compounds responsible for its antioxidant, antimicrobial, antiulcer, antifilarial, antiviral and various other activities. Present review provides up to date information related to conventional uses, bioactivities and clinical benefits of Centella asiatica.
Article
Background Centella asiatica phytosome (CA phytosome) has potent antioxidant and anti-inflammatory properties. However, its anti-dermatitic effect has not yet been reported. Purpose We investigated the effects of CA phytosome on inflammatory reponses by macrophages in an atopic dermatitis (AD) mouse model. Study design The effects of CA phytosome on atopic dermatitis were examined by using phthalic anhydride (PA)-induced AD mouse model and RAW 264.7 murine macrophages. Methods An AD-like lesion was induced by a topical application of 5% phthalic anhydride (PA) to the dorsal skin or ear of HR-1 mice. After AD induction, 100 µl (20 µl/cm²) of 0.2% and 0.4% CA phytosome was spread on the dorsal skin and ear of the mice three times a week for four weeks. We evaluated histopathological changes and changes in protein expression by Western blotting for iNOS and COX-2; NF-κB activity was determined by EMSA. We also measured TNF-α, IL-1β, and IgE concentration in the blood of AD mice by ELISA. Results Histological analysis showed that CA phytosome inhibited infiltration of inflammatory cells. CA phytosome treatment inhibited the expression of iNOS and COX-2, activity of NF-κB, and release of TNF-α, IL-1β, and IgE. In addition, CA phytosome (5, 10, and 20 µg/ml) potently inhibited LPS (1 µg/ml)-induced NO production as well as iNOS and COX-2 expression in RAW 264.7 macrophage. Furthermore, CA phytosome inhibited LPS-induced DNA binding activities of NF-κB, and this was associated with the discontinuation of IκBα degradation and subsequent decreases in the translocation of p65 and p50 into the nucleus. Conclusion From our data, CA phytosome application, which operates via NF-κB signaling inhibition, seems to be a promising AD treatment. Herein, we investigated the effects of Centella asiatica phytosome (CA phytosome) on inflammatory responses by macrophages in an atopic dermatitis (AD) mouse model. An AD-like lesion was induced by the topical application of 5% phthalic anhydride (PA) to the dorsal skin or ear of HR-1 mice. After AD induction, 100 µl (20 µl/cm²) of 0.2% and 0.4% CA phytosome was spread on the dorsal skin and ear of the mice three times a week for four weeks. We evaluated dermatitis severity, histopathological changes, and changes in protein expression by Western blotting for iNOS and COX-2; NF-κB activity was determined by gel electromobility shift assay (EMSA). We also measured TNF-α, IL-1β, and IgE concentration in the blood of AD mice by enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). CA phytosome attenuated the development of PA-induced AD. Histological analysis showed that CA phytosome inhibited hyperkeratosis, proliferation of mast cells, and infiltration of inflammatory cells. Furthermore, CA phytosome treatment inhibited the expression of iNOS and COX-2, activity of NF-κB, and release of TNF-α, IL-1β, and IgE. In addition, CA phytosome (5, 10, and 20 µg/ml) potently inhibited lipopolysaccharide (LPS) (1 µg/ml)-induced NO production as well as iNOS and COX-2 expression in RAW 264.7 macrophage cells. Furthermore, CA phytosome inhibited LPS-induced DNA binding activities of NF-κB, and this was associated with the discontinuation of IκBα degradation and subsequent decreases in the translocation of p65 and p50 into the nucleus. From our data, CA phytosome application, which operates via NF-κB signaling inhibition, seems to be a promising AD treatment.