ArticlePDF Available

Side Effects Evaluation of the Use of Metformin and Glimepiride Combination In Type 2 Diabetes Mellitus Outpatients

Authors:

Abstract

The combination of metformin and glimepiride can significantly reduce fasting blood glucose, post prandial blood glucose, and HbA1c levels. Side effects that often occur in the use of metformin are gastrointestinal disturbances. This study aims to determine the side effects of using a combination of metformin and glimepiride in outpatient type 2 diabetes mellitus at a hospital in Gianyar. This research is an observational research and data collection is done with a cross sectional approach and analyzed using descriptive methods. Data was taken by looking at the patient's medical record, including name, medical record number, gender, age, drugs given, patient diagnosis, and patient complaints during therapy. Sampling used purposive sampling technique with a total of 70 patients who entered the inclusion criteria. The results show that the number of women (62.86%). The most age range suffering from type 2 diabetes mellitus is 56-65 years (52.86%). The highest percentage of people with type 2 diabetes mellitus had a basic education level (40.00%). The side effects obtained from the combination of metformin and glimepiride in patients with type 2 diabetes mellitus at the hospital were nausea and vomiting (31.43%), flatulence (25.71%), fatigue (17.14%), headache (15.72%), and hypoglycemia (10.00%).
Kajian in silico Penghambatan Spesifik 3C-like Protease SARS-CoV-2
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol. 8 No. 2 tahun 2022
https://medicamento.unmas.ac.id
[99]
Vol.8 No.2 (2022)
halaman 99-103
https://doi.org/10.36733/medicamento.v8i2.3164
e-ISSN: 2356-4814
Evaluasi Efek Samping Penggunaan Obat Kombinasi Metformin dan Glimepiride
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Side Effects Evaluation of the Use of Metformin and Glimepiride Combination
In Type 2 Diabetes Mellitus Outpatients
Ni Nyoman Wahyu Udayani1, I Gusti Agung Ayu Kusuma Wardani1, I Dewa Ayu Anom Yustari Nida2
1Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Indonesia
2Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar, Indonesia,
Jalan Kamboja No 11A Denpasar
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan
penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah yang disebabkan oleh ganguan
sekresi insulin, trauma penurunan kerja insulin,
email korespondensi: udayani.wahyu@unmas.ac.id
atau pun keduanya (Association, 2017). Indonesia
menempati urutan keempat dengan jumlah
penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina
dan Amerika Serikat.
Abstrak: Kombinasi metformin dan glimepiride secara signifikan dapat menurunkan glukosa darah puasa,
glukosa darah post prandial, dan kadar HbA1c. Efek samping yang sering terjadi dalam penggunaan
metformin adalah gangguan saluran cerna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek samping
penggunaan obat kombinasi metformin dan glimepiride pada pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan
di salah satu Rumah Sakit di Kabupaten Gianyar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional
dan pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional dan dianalisis menggunakan
metode deskriptif. Data diambil dengan melihat rekam medis pasien, diantaranya nama, nomor rekam
medis, jenis kelamin, umur, obat yang diberikan, diagnosa pasien, dan keluhan pasien selama terapi.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 70 pasien yang masuk
kriteria inklusi. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah perempuan (62,86%). Rentang usia terbanyak yang
menderita diabetes melitus tipe 2 adalah 56-65 tahun (52,86%). Persentase tertinggi penderita diabetes
melitus tipe 2 tingkat pendidikan dasar (40,00%). Efek samping yang diperoleh pada pemberian kombinasi
obat metformin dan glimepiride pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit tersebut yaitu mual
dan muntah (31,43%), perut kembung (25,71%), cepat lelah (17,14%), sakit kepala (15,72%), dan
hipoglikemia (10,00%).
Kata Kunci: Diabetes melitus tipe 2, efek samping obat, glimepiride, metformin.
Abstract: The combination of metformin and glimepiride can significantly reduce fasting blood glucose,
post prandial blood glucose, and HbA1c levels. Side effects that often occur in the use of metformin are
gastrointestinal disturbances. This study aims to determine the side effects of using a combination of
metformin and glimepiride in outpatient type 2 diabetes mellitus at a hospital in Gianyar. This research
is an observational research and data collection is done with a cross sectional approach and analyzed
using descriptive methods. Data was taken by looking at the patient's medical record, including name,
medical record number, gender, age, drugs given, patient diagnosis, and patient complaints during
therapy. Sampling used purposive sampling technique with a total of 70 patients who entered the
inclusion criteria. The results show that the number of women (62.86%). The most age range suffering
from type 2 diabetes mellitus is 56-65 years (52.86%). The highest percentage of people with type 2
diabetes mellitus had a basic education level (40.00%). The side effects obtained from the combination
of metformin and glimepiride in patients with type 2 diabetes mellitus at the hospital were nausea and
vomiting (31.43%), flatulence (25.71%), fatigue (17.14%), headache (15.72%), and hypoglycemia
(10.00%).
Keywords: glimepiride, metformin, side effects of drugs, type 2 diabetes mellitus.
Original Article
| Ni Nyoman Wahyu Udayani
[100]
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol. 8 No. 2 tahun 2022
https://medicamento.unmas.ac.id
Kasus baru DM Tipe 2 diperkirakan
meningkat tiap tahunnya dari 8 per 1000 pasien
menjadi 15 per 1000 pasien pada tahun 2050.
Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan
jumlah penderita DM sebanyak 2-3 kali lipat
(Kroon, L.A. dan Williams, 2013). Sedangkan
International Diabetes Federation (IDF)
memprediksi kenaikan jumlah penderita DM di
Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi
14,1 juta pada tahun 2035 (Perkumpulan
Endrokrinologi Indonesia (PERKENI), 2015).
Diperkirakan sekitar 50% penderita DM
belum terdiagnosis di Indonesia. Hanya dua per
tiga dari yang terdiagnosis mendapatkan
pengobatan baik farmakologis maupun non
farmakologis. Berdasarkan data tersebut, hanya
sepertiga yang terkendali dengan baik (Joddy
Sutama Putra et al., 2017) .
Antidiabetik oral akan optimal jika
diberikan dengan dosis yang tepat seperti
golongan sulfonilurea yaitu glimepiride. Obat
golongan ini dapat meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas. Kombinasi dengan
metformin dapat mengurangi produksi glukosa
hati, dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan
perifer (American Diabetes Association (ADA),
2015).
Kombinasi metformin dan glimepiride
secara signifikan dapat menurunkan glukosa darah
puasa, glukosa darah post prandial, dan kadar
HbA1c. Hemoglobin glikosilasi atau yang biasa
disebut HbA1c merupakan hemoglobin yang
berikatan dengan glukosa. Selain itu juga mampu
menurunkan kolesterol total dan trigliserida,
menurunkan LDL dan meningkatkan HDL,
sehingga dapat mengurangi resiko kardiovaskuler
pada pasien (Furdiyanti, H.N., 2017).
Terapi dengan kombinasi obat dapat
menyebabkan reaksi obat yang merugikan berupa
efek samping. Prevalensi munculnya efek samping
terkait
pemberian
terapi obat anti diabetes pada
pasien diabetes melitus rawat jalan tidak
diketahui secara pasti karena masih minimalnya
penelitian tentang hal tersebut (Khotimah, 2013).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik
untuk melakukan penelitian terkait evaluasi efek
samping penggunaan obat kombinasi metformin
dan glimepiride pada pasien diabetes melitus tipe
2 rawat jalan di salah satu Rumah Sakit di Gianyar.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian
observasional yang bersifat deskriptif,
pengumpulan data dilakukan secara retrospektif,
yaitu diambil dari data rekam medis pasien rawat
jalan yang didapatkan di bagian Instalasi Rekam
Medis RS X di Gianyar.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pasien Diabetes
Melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di RS X
di Gianyar periode tahun 2019, mendapatkan obat
kombinasi metformin dan glimepiride yang
memenuhi kriteria inklusi.
1. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini
yaitu, pasien diabetes melitus tipe 2 rawat
jalan yang berumur diatas 17 tahun yang
menggunakan kombinasi metformin dan
glimepiride di Rumah X di Gianyar.
2. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini
yaitu: Pasien dengan rekam medis yang tidak
lengkap/ rekam medis yang hilang.
Teknik Pengumpulan Data
Data diambil dengan melihat rekam medis
pasien, diantaranya nama, jenis kelamin, umur,
obat yang diberikan, dosis, diagnosa pasien, dan
keluhan pasien selama terapi.
Analisis Data
Data yang diperoleh selama penelitian
tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan
dianalisis secara deskriptif, dengan menghitung
jumlah dan persentase kejadian efek samping.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis
Kelamin.
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin,
didapatkan bahwa pasien dengan jenis kelamin
perempuan lebih banyak menderita diabetes
melitus tipe 2 daripada laki-laki yaitu sebesar
Evaluasi Efek Samping Penggunaan Obat Kombinasi Metformin dan Glimepiride
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol. 8 No. 2 tahun 2022
https://medicamento.unmas.ac.id
[101]
62,86%. Perempuan lebih banyak mengalami
diabetes melitus tipe 2 karena perempuan
memiliki komposisi lemak tubuh lebih tinggi
dibandingkan laki-laki sehingga perempuan lebih
cepat gemuk dan menyebabkan peningkatan
kadar gula (Kartika & W, 2011). Laki-laki juga
memiliki risiko tinggi terkena diabetes melitus tipe
2 apabila pola hidup yang tidak sehat, sehingga
jenis kelamin sebenarnya bukanlah salah satu
faktor risiko diabetes melitus (W Udayani, H
Meriyani, 2017).
Tabel 1. Karakteristik Pasien DM tipe 2
No.
Jumlah
(n)
Persentase
(%)
Jenis Kelamin
1
26
37,14
2
44
62,86
Total
70
100,0
Umur (tahun)
1
0
0,00
2
1
1,43
3
6
8,57
4
22
31,43
5
37
52,86
6
4
5,71
Total
70
100,0
Tingkat Pendidikan
1
28
40,00
2
12
17,14
3
20
28,57
4
10
14,29
Total
70
100,0
Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan
Umur.
Berdasarkan karakteristik umur, pasien
paling banyak mengalami diabetes melitus tipe 2
adalah pasien dengan umur antara 56-65 tahun
yaitu sebesar 52,86%. Prevalensi diabetes melitus
tipe 2 meningkat seiring dengan usia (Kroon, L.A.
dan Williams, 2013). Banyaknya penderita
diabetes melitus tipe 2 pada umur diatas 50 tahun
karena pada seseorang yang berusia lebih dari 50
tahun dengan pengaturan diet glukosa yang
rendah akan mengalami penyusutan sel-sel beta
pankreas. Sel beta pankreas yang tersisa pada
umumnya masih aktif, tetapi sekresi insulinnya
semakin berkurang. Pada usia ini umumnya
manusia mengalami penurunan fungsi fisiologis
dengan cepat, sehingga terjadi defisiensi sekresi
insulin karena gangguan pada sel beta pankreas
dan resistensi insulin (Khotimah, 2013).
Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan
Tingkat Pendidikan.
Berdasarkan karakteristik tingkat
pendidikan, hasil yang diperoleh yaitu pendidikan
tingkat dasar yang terbanyak menderita diabetes
melitus tipe 2 dan terendah yaitu tingkat
pendidikan tinggi. Pendidikan secara tidak
langsung berhubungan dengan pengetahuan
pasien (Zahtamal, 2007). Hasil studinya
menunjukkan terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian diabetes melitus
dan sebagai faktor protektif terhadap diabetes
melitus. Pendidikan menjadi modal yang baik bagi
seseorang untuk meningkatkan pola pikir dan
perilaku sehat, karena itu pendidikan dapat
membantu seseorang untuk memahami penyakit
dan gejala-gejalanya (Irawan, 2010). Berbagai
studi menunjukkan terdapat hubungan bermakna
antara tingkat pendidikan dengan kejadian
diabetes melitus tipe 2 sehingga penelitian ini
sesuai dengan literatur dan penelitian
sebelumnya.
Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan
Dosis Obat
Berdasarkan dosis pemakaian obat
pasien, pada pemakaian dosis metformin 500 mg
3x1 pada pagi, siang dan malam hari dan
glimepiride 2 mg 1x1 pada pagi hari yang
mengalami efek samping mual dan muntah
sebanyak 30,64%, perut kembung sebanyak
27,42%, cepat lelah sebanyak 17,74%, sakit kepala
sebanyak 14,52%, dan hipoglikemia sebanyak
9,68%. Sedangkan pada pemakaian dosis
metformin 500 mg 2x1 dan glimepiride 2 mg 1x1
yang mengalami efek samping mual dan muntah
sebanyak 37,50%, perut kembung sebanyak
12,50%, cepat lelah sebanyak 12,50%, sakit kepala
sebanyak 25,50%, dan hipoglikemia sebanyak
12,50%. Efek samping mual dan muntah paling
banyak terjadi pada kedua hasil tersebut
dikarenakan metformin menyebabkan efek
samping cukup besar yaitu sekitar 7%-26%
(American Pharmacist Association, 2012). Selain
| Ni Nyoman Wahyu Udayani
[102]
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol. 8 No. 2 tahun 2022
https://medicamento.unmas.ac.id
itu dosis pemakaian metformin yang lebih banyak
yaitu 3x1 500 mg dan 2x1 500 mg. Dari hasil
penelitian ini dapat dilihat bahwa pemakaian dosis
yang berbeda tetap dapat menyebabkan efek
samping, tergantung dari kondisi pasien itu
sendiri.
Tabel 2. Karakteristik Pasien DM tipe 2 Berdasarkan Dosis Obat dan Efek Samping
Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Efek
Samping
Efek samping yang dialami pasien dengan
menggunakan obat kombinasi metformin dan
glimepiride yaitu mual dan muntah sebanyak
31,34%, angka ini tidak jauh dari pustaka yaitu antara
7%-26%. Pasien dengan keluhan perut kembung
25,71% sedangkan dalam Pustaka sebesar 12%.
Mual, muntah, dan perut kembung diakibatkan dari
mekanisme kerja metformin yaitu menurunkan
kadar glukosa guna menimbulkan penurunan
glukoneogenesis hati. Efek samping yang sering
terjadi dalam penggunaan metformin adalah
gangguan saluran cerna (Oktarlina, R.Z, dan
Gumantara, 2017). Efek samping cepat lelah
sebanyak 17,14% sedangkan dalam literatur yaitu
9%. Efek samping sakit kepala sebanyak 15,72% yang
dalam literatur efek samping dari sakit kepala 6%.
Perbedaan persentase efek samping yang diperoleh
dalam penelitian dengan literatur karena setiap
pasien memiliki respon tubuh yang berbeda-beda
dan tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Efek
samping hipoglikemia sebesar 10,00% sedangkan
menurut (American Pharmacist Ascotiation, 2017)
sebanyak 1%-2%. Hasil yang diperoleh jauh dari
literatur karena pemberian obat jangka panjang
tanpa memperhatikan asupan makanan pasien,
dapat menyebabkan keadaan hipoglikemia
(Oktarlina, R.Z, dan Gumantara, 2017). Timbulnya
mual, pusing, merupakan gejala awal dari
hipoglikemia akibat penggunaan obat golongan
Sulfonilurea. Hipoglikemia dapat terjadi karena
sesuai dengan mekanisme aksinya yaitu stimulasi sel
beta pankreas untuk meningkatkan produksi Insulin
yang dapat menurunkan kadar glukosa darah (Ogbru,
O., Williams, E., Marks, 2015).
Perbedaan efek samping yang dialami
pasien dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
usia, obat, adanya penyakit penyerta, dan genetik.
Pada pasien geriatrik, kondisi metabolisme tubuh
sudah menurun yang disebabkan oleh penurunan
fungsi organ 30 -40%. Faktor obat yaitu sifat dan
potensi obat untuk menimbulkan efek samping
seperti pemilihan obat, jangka waktu penggunaan
obat, dan adanya interaksi antar obat. Masing-
masing obat memiliki mekanisme dan tempat kerja
yang berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan
efek samping yang berbeda (Arifin AL., 2011).
Penggunaan metformin memiliki aksi farmakologi
aktivasi reseptor selektif serotonin tipe 3 (5-HT 3)
yang menyebabkan gangguan gastrointestinal
seperti mual dan muntah (Stoppler, 2015).
SIMPUL AN
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa efek samping yang dialami oleh
pasien DM tipe 2 rawat jalan di Rumah Sakit X
periode 2019 pada penggunaan obat kombinasi
metformin dan glimepiride yaitu mual dan muntah
sebanyak 31,43%, perut kembung sebanyak 25,71%,
cepat lelah sebanyak 17,14%, sakit kepala sebanyak
15,72%, dan hipoglikemia sebanyak 10,00%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih peneliti ucapkan
kepada pihak yang membantu dalam penelitian ini
yaitu kepala Rumah Sakit yang telah memberikan izin
serta petugas instalasi rekam medis dan petugas
instalasi farmasi.
No.
Nama Obat dan Dosis
Pemakaian
Total
Pasien
Mual
Muntah
Perut
Kembung
Cepat Lelah
Sakit Kepala
Hipoglikemia
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
1.
Metformin 500mg 3x1
Glimepiride 2mg 1x1
62
19
30,64
17
27,42
11
17,74
9
14,52
6
9,68
2.
Metformin 500mg 2x1
Glimepiride 2mg 1x1
8
3
37,50
1
12,50
1
12,50
2
25,00
1
12,50
Total
70
22
31,43
18
25,71
12
17,14
11
15,72
7
10,00
Evaluasi Efek Samping Penggunaan Obat Kombinasi Metformin dan Glimepiride
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol. 8 No. 2 tahun 2022
https://medicamento.unmas.ac.id
[103]
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA). (2015).
Diagnosis and classification of diabetes melitus.
American Diabetes Care, 38, 816.
American Pharmacist Association. (2017). Drug
Information Handbook: A Clinically Relevant
Resource for All Healthcare Professionals.
American Pharmacist Association. (2012). Drug
Information Handbook with International Trade
Names Index 21st edition. (21st ed.). Lexicomp.
Arifin AL. (2011). Panduan Terapi Diabetes Mellitus
Tipe 2 Terkini. Sub Bagian Endokrinologi &
Metabolisme Bagian / UPF. Ilmu Penyakit
Dalam. Fakultas Kedokteran. UNPAD (/ RSUP
dr. Hasan Sadikin (ed.)).
Association, A. D. (2017). Standards Of Medical Care
In Diabetes.
Furdiyanti, H.N., et. a. (2017). Evaluasi Dosis dan
Interaksi Obat Antidiabetika Oral pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II. Semarang. Universitas
Ngudi Waluyo.
Irawan, I. (2010). Makrovaskular dan
MikrovaskularReduction Type Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia
(Analisis Data Sekunder Risdeskas 2007).
Universitas Indonesia.
Joddy Sutama Putra, R., Achmad, A., & Rachma
Pramestutie, H. (2017). Kejadian Efek Samping
Potensial Terapi Obat Anti Diabetes Pada
Pasien Diabetes Melitus Berdasarkan Algoritme
Naranjo. Pharmaceutical Journal of Indonesia,
2(2), 4550.
https://doi.org/10.21776/ub.pji.2017.002.02.3
Kartika, L., & W, S. (2011). Perbandingan Profil
Penggunaan Terapi Kombinasi Insulin pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Unit Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah.
Khotimah, K. (2013). Gambaran Faktor Resiko
Diabetes Melitus Tipe 2 di Klinik dr. Martha
Ungaran. Skripsi, SKM, Program Stdu
Kesehatan Masyarakat. Stikes Ngudi Waluyo.
Kroon, L.A. dan Williams, C. (2013). Diabetes
Mellitus, dalam: Applied Basic and Clinical
Pharmacy.
Ogbru, O., Williams, E., Marks, J. W. (2015). Insulin:
Drug Facts, Side Effects and Dosing.
Oktarlina, R.Z, dan Gumantara, M. P. . (2017).
Perbandingan Monoterapi dan Kombinasi
Terapi Sulfonilurea-Metformin terhadap Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. 6, 5559.
Perkumpulan Endrokrinologi Indonesia (PERKENI).
(2015). Pengelolaan dan pencegahan diabetes
melitus di Indonesia.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.
004
Stoppler, M. C. (2015). Glucophage Side Effects
Center.
W Udayani, H Meriyani, K. W. (2017). Analisis
Efektivitas Biaya Medis Langsung Penggunaan
Insulin Dan Insulin Kombinasi Oho Pada Pasien
Dm Tipe 2 Rawat Jalan Di Rsup Sanglah
Denpasar. 4(1), 1824.
Zahtamal, dkk. (2007). Faktor-Faktor Risiko Pasien
Diabetes Melitus. (23(3)). Berita Kedokteran
Masyarakat.
... Potensi terjadinya efek samping pada penggunaan antidiabetes sintetik juga semakin meningkat (R. J. S. Putra et al., 2017). Kejadian efek samping paling sering antara lain: mual muntah, kembung, lelah, sakit kepala dan hipoglikemia (Udayani et al., 2022). Hipoglikemia menjadi perhatian khusus karena tidak semua pasien menyadari efek samping tersebut (Shrestha et al., 2017). ...
Article
Full-text available
Natural-based antidiabetic drugs need to be developed as an alternative to synthetic antidiabetic drugs to minimize side effects. Suruhan extract (Peperomia pellucida) is one of the natural ingredients that has antidiabetic activity. In vitro studies show that ethanol extract, hexane extract and purified ethanol extract have antidiabetic effectiveness. This study was conducted to test the antidiabetic activity of purified suruhan extract on alloxan-induced Wistar rats to confirm antidiabetic activity in vivo. A total of 8 test groups, each consisting of 3 rats induced by alloxan 125mg/KgBW and non-fasting blood glucose was checked at 0; 30; 60; 90; 120; and 150 minutes using a glucometer, then the percentage of decrease in blood glucose levels was calculated. Positive control using glibenclamide 0.45mg/KgBW, negative control using CMC-Na 0.5%. The treatment groups consisted of: Extract 20mg/KgBW (E20); Extract 40mg/KgBW (E40); Extract 80mg/KgBW (E80); Purified Extract 20mg/KgBW (P20); Purified Extract 40mg/KgBW (P40); and Purified Extract 80mg/KgBW (P80). Results showed the percentage decrease in blood glucose levels of E20; E40; E80; P20; P40; and P80 respectively: 39.93%; 42.29%; 46.93%; 38.34%; 55.34%; and 66.40%. The percentage decrease in blood glucose levels of the positive control group was 53.71%. The Purified Extract treatment groups of 40mg/KgBW and 80mg/KgBW showed the percentage decrease in blood glucose levels equivalent to and better than the positive control of glibenclamide 0.45mg/KgBW (p<0.05%). The purified extract was shown to have antidiabetic effects in vivo and is promising for use as an alternative antidiabetic drug.
Article
Full-text available
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis dimana terapi pengobatannya dilakukan seumur hidup dan membutuhkan biaya yang sangat besar. Bervariasinya penggunaan terapi insulin atau kombinasi insulin dengan OHO (Obat Hipoglikemik Oral) pada pasien DM tipe 2 mengakibatkan adanya perbedaan dalam biaya dan efektivitas terapinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis terapi insulin dan kombinasi insulin dengan antidiabetik oral yang digunakan dan total biaya medis langsung yang dikeluarkan oleh pasien tiap bulannya serta mengetahui terapi insulin yang paling cost-effective pada pasien DM tipe 2 di rawat jalan RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara restropektif dari unit catatan rekam medis pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUP Sanglah Denpasar dari bulan Februari sampai Mei 2017. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 70 pasien. Analisis efektivitas biaya dilakukan dengan menghitung biaya medis langsung. Efektivitas terapi diukur berdasarkan hasil kadar GDP mencapai target selama 3 bulan terapi. Metode ACER digunakan untuk menganalisa jenis terapi insulin yang paling cost-effective. Hasil penelitian menunjukkan jenis terapi insulin atau kombinasi insulin dengan OHO yang digunakan untuk pasien DM tipe 2 beserta total biaya medis langsung tiap bulannya yaitu, insulin tunggal aspart sebesar Rp 381.857,00, kombinasi insulin aspart dengan insulin glargine dan kombinasi insulin glulisine dengan insulin glargine menunjukkan biaya yang sama sebesar Rp 596.057,00, kombinasi insulin glargine dengan metformin sebesar Rp 274.880,00 sedangkan kombinasi insulin aspart dan insulin glargine dengan metformin menunjukkan biaya yang sama dengan kombinasi insulin glusiline dan insulin glargine dengan metformin yaitu sebesar Rp 603.737,00. Berdasarkan perhitungan ACER, terapi insulin yang paling cost-effective adalah kombinasi insulin glargine dengan metformin sebesar Rp 4,32 persentase efektivitas terapi.
Article
The American Diabetes Association (ADA) "Standards of Medical Care in Diabetes" includes the ADA's current clinical practice recommendations and is intended to provide the components of diabetes care, general treatment goals and guidelines, and tools to evaluate quality of care. Members of the ADA Professional Practice Committee, a multidisciplinary expert committee (https://doi.org/10.2337/dc20-SPPC), are responsible for updating the Standards of Care annually, or more frequently as warranted. For a detailed description of ADA standards, statements, and reports, as well as the evidence-grading system for ADA's clinical practice recommendations, please refer to the Standards of Care Introduction (https://doi.org/10.2337/dc20-SINT). Readers who wish to comment on the Standards of Care are invited to do so at professional.diabetes.org/SOC.
Article
ABSRACT Background: Diabetes Mellitus (DM) remains a health problem in Indonesia as well as in many other countries. According to Medical Record of Regional Hospital of Arifin Achmad Riau Province, the incidence of DM still high among endocrine, nutrition and metabolic diseases. About 188 cases of DM had recorded in the year 2003, 221 case in the year 2004 and 158 case in 2005. One of the strategies to decrease and manage this disease is by the screening risk factors besides an adequate therapy. Objective: To assess the risk factors for DM such as age, family history of diabetes, dietary habits, knowledge about DM and type of personality amongst patient with DM. Methods: A case-control study was conducted on 154 patient from Regional Hospital of Arifin Achmad Riau Province. Cases included 79 patient identified as a DM and controls include 75 patient who did not suffer DM. Data of age, family history of diabetes, dietary habits and type of personality was taken by questionnaire diabetes risk factors. Data of risk factors was obtained by a questionnaire given to 2 groups (case and control group). Results: There was association between several risk factors and incidence of DM, include; age [odds ratio (OR) = 6, 45; p= 0,000, PAR= 0, 84], family history of DM (OR= 3, 75; p = 0,001, PAR= 0, 73), knowledge about DM (OR= 0, 13; p = 0,000, PAR= -6, 7/as a protective factor). However, there was evidence of a no association between type of personality and incidence of DM (OR= 50.4; p = 0,479, PAR= 0, 98) and also dietary habits (OR= 1, 06; p = 0,896, PAR= 0 06) Conclusion: These findings suggest a complex interaction among age factor, family history of diabetes, knowledge about DM, dietary habits and type of personality with the incidence of DM in Regional Hospital of Arifin Achmad Riau Province. PENDAHULUAN Diabetes Melitus (DM) pada saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan menurunkan mutu sumber daya manusia. Penderita DM di seluruh dunia pada tahun 2025 berkisar 333 juta orang (5,4%). Berdasarkan catatan organisasi kesehatan dunia tahun 1998, Indonesia menduduki peringkat keenam dengan jumlah penderita diabetes terbanyak setelah India, Cina, Rusia, Jepang, dan Brasil. 1 Penderita DM di Indonesia semakin meningkat. Hal ini dapat diketahui bahwa pada tahun 1995 terdapat lebih kurang 5 juta penderita DM di Indonesia dengan peningkatan sekitar 230 ribu penderita setiap tahun, sehingga pada tahun 2025 penderita diabetes di Indonesia diperkirakan akan mencapai 12 juta orang. Peningkatan terjadi akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan/jenis makanan yang dikonsumsi sampai berkurangnya kegiatan jasmani. Hal ini terjadi terutama pada kelompok usia dewasa ke atas pada seluruh status sosial-ekonomi. 2 Selain itu, peningkatan jumlah kasus DM terjadi karena kurangnya tenaga kesehatan, peralatan pemantauan dan obat-obatan tertentu, terutama di daerah terpencil serta belum ada keseragaman dalam mengelola pasien DM oleh dokter di lini depan. 1 Berdasarkan data Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Provinsi Riau diketahui bahwa insiden DM masih merupakan penyakit yang tinggi angka kasusnya di antara penyakit endokrin, nutrisi dan metabolik. Sebanyak 188 kasus tercatat pada tahun 2003, 221 kasus di tahun 2004 dan 158 kasus pada tahun 2005. 3 Berkaitan dengan permasalahan DM tersebut khususnya di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau perlu dilakukan adanya skrining terhadap faktor risiko DM, sehingga penanganan dan pencegahan kasus DM dapat dilakukan lebih terarah dan disesuaikan dengan kondisi setempat serta dapat mengurangi jumlah penderita DM. Untuk itu, penelitian yang akan dilaksanakan adalah "faktor-faktor risiko apa sajakah yang menjadi determinan kasus DM di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau".
Diagnosis and classification of diabetes melitus
American Diabetes Association (ADA). (2015). Diagnosis and classification of diabetes melitus. American Diabetes Care, 38, 8-16.
Drug Information Handbook: A Clinically Relevant Resource for All Healthcare Professionals
American Pharmacist Association. (2017). Drug Information Handbook: A Clinically Relevant Resource for All Healthcare Professionals.
Drug Information Handbook with International Trade Names Index 21st edition
American Pharmacist Association. (2012). Drug Information Handbook with International Trade Names Index 21st edition. (21st ed.). Lexicomp.
Panduan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2 Terkini
  • A L Arifin
Arifin AL. (2011). Panduan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2 Terkini. Sub Bagian Endokrinologi & Metabolisme Bagian / UPF. Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran. UNPAD (/ RSUP dr. Hasan Sadikin (ed.)).
Evaluasi Dosis dan Interaksi Obat Antidiabetika Oral pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
  • H N Furdiyanti
Furdiyanti, H.N., et. a. (2017). Evaluasi Dosis dan Interaksi Obat Antidiabetika Oral pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Semarang. Universitas Ngudi Waluyo.