Available via license: CC BY-NC-ND 4.0
Content may be subject to copyright.
Kajian in silico Penghambatan Spesifik 3C-like Protease SARS-CoV-2…
Jurnal Ilmiah Medicamento • Vol. 8 No. 2 • tahun 2022
https://medicamento.unmas.ac.id
[99]
Vol.8 No.2 (2022)
halaman 99-103
https://doi.org/10.36733/medicamento.v8i2.3164
e-ISSN: 2356-4814
Evaluasi Efek Samping Penggunaan Obat Kombinasi Metformin dan Glimepiride
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Side Effects Evaluation of the Use of Metformin and Glimepiride Combination
In Type 2 Diabetes Mellitus Outpatients
Ni Nyoman Wahyu Udayani1•, I Gusti Agung Ayu Kusuma Wardani1, I Dewa Ayu Anom Yustari Nida2
1Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas Mahasaraswati Denpasar, Indonesia
2Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar, Indonesia,
Jalan Kamboja No 11A Denpasar
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan
penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah yang disebabkan oleh ganguan
sekresi insulin, trauma penurunan kerja insulin,
• email korespondensi: udayani.wahyu@unmas.ac.id
atau pun keduanya (Association, 2017). Indonesia
menempati urutan keempat dengan jumlah
penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina
dan Amerika Serikat.
Abstrak: Kombinasi metformin dan glimepiride secara signifikan dapat menurunkan glukosa darah puasa,
glukosa darah post prandial, dan kadar HbA1c. Efek samping yang sering terjadi dalam penggunaan
metformin adalah gangguan saluran cerna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek samping
penggunaan obat kombinasi metformin dan glimepiride pada pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan
di salah satu Rumah Sakit di Kabupaten Gianyar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional
dan pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional dan dianalisis menggunakan
metode deskriptif. Data diambil dengan melihat rekam medis pasien, diantaranya nama, nomor rekam
medis, jenis kelamin, umur, obat yang diberikan, diagnosa pasien, dan keluhan pasien selama terapi.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 70 pasien yang masuk
kriteria inklusi. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah perempuan (62,86%). Rentang usia terbanyak yang
menderita diabetes melitus tipe 2 adalah 56-65 tahun (52,86%). Persentase tertinggi penderita diabetes
melitus tipe 2 tingkat pendidikan dasar (40,00%). Efek samping yang diperoleh pada pemberian kombinasi
obat metformin dan glimepiride pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit tersebut yaitu mual
dan muntah (31,43%), perut kembung (25,71%), cepat lelah (17,14%), sakit kepala (15,72%), dan
hipoglikemia (10,00%).
Kata Kunci: Diabetes melitus tipe 2, efek samping obat, glimepiride, metformin.
Abstract: The combination of metformin and glimepiride can significantly reduce fasting blood glucose,
post prandial blood glucose, and HbA1c levels. Side effects that often occur in the use of metformin are
gastrointestinal disturbances. This study aims to determine the side effects of using a combination of
metformin and glimepiride in outpatient type 2 diabetes mellitus at a hospital in Gianyar. This research
is an observational research and data collection is done with a cross sectional approach and analyzed
using descriptive methods. Data was taken by looking at the patient's medical record, including name,
medical record number, gender, age, drugs given, patient diagnosis, and patient complaints during
therapy. Sampling used purposive sampling technique with a total of 70 patients who entered the
inclusion criteria. The results show that the number of women (62.86%). The most age range suffering
from type 2 diabetes mellitus is 56-65 years (52.86%). The highest percentage of people with type 2
diabetes mellitus had a basic education level (40.00%). The side effects obtained from the combination
of metformin and glimepiride in patients with type 2 diabetes mellitus at the hospital were nausea and
vomiting (31.43%), flatulence (25.71%), fatigue (17.14%), headache (15.72%), and hypoglycemia
(10.00%).
Keywords: glimepiride, metformin, side effects of drugs, type 2 diabetes mellitus.
Original Article
| Ni Nyoman Wahyu Udayani
[100]
Jurnal Ilmiah Medicamento • Vol. 8 No. 2 • tahun 2022
https://medicamento.unmas.ac.id
Kasus baru DM Tipe 2 diperkirakan
meningkat tiap tahunnya dari 8 per 1000 pasien
menjadi 15 per 1000 pasien pada tahun 2050.
Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan
jumlah penderita DM sebanyak 2-3 kali lipat
(Kroon, L.A. dan Williams, 2013). Sedangkan
International Diabetes Federation (IDF)
memprediksi kenaikan jumlah penderita DM di
Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi
14,1 juta pada tahun 2035 (Perkumpulan
Endrokrinologi Indonesia (PERKENI), 2015).
Diperkirakan sekitar 50% penderita DM
belum terdiagnosis di Indonesia. Hanya dua per
tiga dari yang terdiagnosis mendapatkan
pengobatan baik farmakologis maupun non
farmakologis. Berdasarkan data tersebut, hanya
sepertiga yang terkendali dengan baik (Joddy
Sutama Putra et al., 2017) .
Antidiabetik oral akan optimal jika
diberikan dengan dosis yang tepat seperti
golongan sulfonilurea yaitu glimepiride. Obat
golongan ini dapat meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas. Kombinasi dengan
metformin dapat mengurangi produksi glukosa
hati, dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan
perifer (American Diabetes Association (ADA),
2015).
Kombinasi metformin dan glimepiride
secara signifikan dapat menurunkan glukosa darah
puasa, glukosa darah post prandial, dan kadar
HbA1c. Hemoglobin glikosilasi atau yang biasa
disebut HbA1c merupakan hemoglobin yang
berikatan dengan glukosa. Selain itu juga mampu
menurunkan kolesterol total dan trigliserida,
menurunkan LDL dan meningkatkan HDL,
sehingga dapat mengurangi resiko kardiovaskuler
pada pasien (Furdiyanti, H.N., 2017).
Terapi dengan kombinasi obat dapat
menyebabkan reaksi obat yang merugikan berupa
efek samping. Prevalensi munculnya efek samping
terkait
pemberian
terapi obat anti diabetes pada
pasien diabetes melitus rawat jalan tidak
diketahui secara pasti karena masih minimalnya
penelitian tentang hal tersebut (Khotimah, 2013).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik
untuk melakukan penelitian terkait evaluasi efek
samping penggunaan obat kombinasi metformin
dan glimepiride pada pasien diabetes melitus tipe
2 rawat jalan di salah satu Rumah Sakit di Gianyar.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian
observasional yang bersifat deskriptif,
pengumpulan data dilakukan secara retrospektif,
yaitu diambil dari data rekam medis pasien rawat
jalan yang didapatkan di bagian Instalasi Rekam
Medis RS X di Gianyar.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pasien Diabetes
Melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di RS X
di Gianyar periode tahun 2019, mendapatkan obat
kombinasi metformin dan glimepiride yang
memenuhi kriteria inklusi.
1. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini
yaitu, pasien diabetes melitus tipe 2 rawat
jalan yang berumur diatas 17 tahun yang
menggunakan kombinasi metformin dan
glimepiride di Rumah X di Gianyar.
2. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini
yaitu: Pasien dengan rekam medis yang tidak
lengkap/ rekam medis yang hilang.
Teknik Pengumpulan Data
Data diambil dengan melihat rekam medis
pasien, diantaranya nama, jenis kelamin, umur,
obat yang diberikan, dosis, diagnosa pasien, dan
keluhan pasien selama terapi.
Analisis Data
Data yang diperoleh selama penelitian
tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan
dianalisis secara deskriptif, dengan menghitung
jumlah dan persentase kejadian efek samping.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis
Kelamin.
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin,
didapatkan bahwa pasien dengan jenis kelamin
perempuan lebih banyak menderita diabetes
melitus tipe 2 daripada laki-laki yaitu sebesar
Evaluasi Efek Samping Penggunaan Obat Kombinasi Metformin dan Glimepiride …
Jurnal Ilmiah Medicamento • Vol. 8 No. 2 • tahun 2022
https://medicamento.unmas.ac.id
[101]
62,86%. Perempuan lebih banyak mengalami
diabetes melitus tipe 2 karena perempuan
memiliki komposisi lemak tubuh lebih tinggi
dibandingkan laki-laki sehingga perempuan lebih
cepat gemuk dan menyebabkan peningkatan
kadar gula (Kartika & W, 2011). Laki-laki juga
memiliki risiko tinggi terkena diabetes melitus tipe
2 apabila pola hidup yang tidak sehat, sehingga
jenis kelamin sebenarnya bukanlah salah satu
faktor risiko diabetes melitus (W Udayani, H
Meriyani, 2017).
Tabel 1. Karakteristik Pasien DM tipe 2
No.
Jumlah
(n)
Persentase
(%)
Jenis Kelamin
1
Laki-Laki
26
37,14
2
Perempuan
44
62,86
Total
70
100,0
Umur (tahun)
1
17-25
0
0,00
2
26-35
1
1,43
3
36-45
6
8,57
4
46-55
22
31,43
5
56-65
37
52,86
6
>65
4
5,71
Total
70
100,0
Tingkat Pendidikan
1
SD
28
40,00
2
SMP
12
17,14
3
SMA
20
28,57
4
Universitas
10
14,29
Total
70
100,0
Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan
Umur.
Berdasarkan karakteristik umur, pasien
paling banyak mengalami diabetes melitus tipe 2
adalah pasien dengan umur antara 56-65 tahun
yaitu sebesar 52,86%. Prevalensi diabetes melitus
tipe 2 meningkat seiring dengan usia (Kroon, L.A.
dan Williams, 2013). Banyaknya penderita
diabetes melitus tipe 2 pada umur diatas 50 tahun
karena pada seseorang yang berusia lebih dari 50
tahun dengan pengaturan diet glukosa yang
rendah akan mengalami penyusutan sel-sel beta
pankreas. Sel beta pankreas yang tersisa pada
umumnya masih aktif, tetapi sekresi insulinnya
semakin berkurang. Pada usia ini umumnya
manusia mengalami penurunan fungsi fisiologis
dengan cepat, sehingga terjadi defisiensi sekresi
insulin karena gangguan pada sel beta pankreas
dan resistensi insulin (Khotimah, 2013).
Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan
Tingkat Pendidikan.
Berdasarkan karakteristik tingkat
pendidikan, hasil yang diperoleh yaitu pendidikan
tingkat dasar yang terbanyak menderita diabetes
melitus tipe 2 dan terendah yaitu tingkat
pendidikan tinggi. Pendidikan secara tidak
langsung berhubungan dengan pengetahuan
pasien (Zahtamal, 2007). Hasil studinya
menunjukkan terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian diabetes melitus
dan sebagai faktor protektif terhadap diabetes
melitus. Pendidikan menjadi modal yang baik bagi
seseorang untuk meningkatkan pola pikir dan
perilaku sehat, karena itu pendidikan dapat
membantu seseorang untuk memahami penyakit
dan gejala-gejalanya (Irawan, 2010). Berbagai
studi menunjukkan terdapat hubungan bermakna
antara tingkat pendidikan dengan kejadian
diabetes melitus tipe 2 sehingga penelitian ini
sesuai dengan literatur dan penelitian
sebelumnya.
Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan
Dosis Obat
Berdasarkan dosis pemakaian obat
pasien, pada pemakaian dosis metformin 500 mg
3x1 pada pagi, siang dan malam hari dan
glimepiride 2 mg 1x1 pada pagi hari yang
mengalami efek samping mual dan muntah
sebanyak 30,64%, perut kembung sebanyak
27,42%, cepat lelah sebanyak 17,74%, sakit kepala
sebanyak 14,52%, dan hipoglikemia sebanyak
9,68%. Sedangkan pada pemakaian dosis
metformin 500 mg 2x1 dan glimepiride 2 mg 1x1
yang mengalami efek samping mual dan muntah
sebanyak 37,50%, perut kembung sebanyak
12,50%, cepat lelah sebanyak 12,50%, sakit kepala
sebanyak 25,50%, dan hipoglikemia sebanyak
12,50%. Efek samping mual dan muntah paling
banyak terjadi pada kedua hasil tersebut
dikarenakan metformin menyebabkan efek
samping cukup besar yaitu sekitar 7%-26%
(American Pharmacist Association, 2012). Selain
| Ni Nyoman Wahyu Udayani
[102]
Jurnal Ilmiah Medicamento • Vol. 8 No. 2 • tahun 2022
https://medicamento.unmas.ac.id
itu dosis pemakaian metformin yang lebih banyak
yaitu 3x1 500 mg dan 2x1 500 mg. Dari hasil
penelitian ini dapat dilihat bahwa pemakaian dosis
yang berbeda tetap dapat menyebabkan efek
samping, tergantung dari kondisi pasien itu
sendiri.
Tabel 2. Karakteristik Pasien DM tipe 2 Berdasarkan Dosis Obat dan Efek Samping
Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Efek
Samping
Efek samping yang dialami pasien dengan
menggunakan obat kombinasi metformin dan
glimepiride yaitu mual dan muntah sebanyak
31,34%, angka ini tidak jauh dari pustaka yaitu antara
7%-26%. Pasien dengan keluhan perut kembung
25,71% sedangkan dalam Pustaka sebesar 12%.
Mual, muntah, dan perut kembung diakibatkan dari
mekanisme kerja metformin yaitu menurunkan
kadar glukosa guna menimbulkan penurunan
glukoneogenesis hati. Efek samping yang sering
terjadi dalam penggunaan metformin adalah
gangguan saluran cerna (Oktarlina, R.Z, dan
Gumantara, 2017). Efek samping cepat lelah
sebanyak 17,14% sedangkan dalam literatur yaitu
9%. Efek samping sakit kepala sebanyak 15,72% yang
dalam literatur efek samping dari sakit kepala 6%.
Perbedaan persentase efek samping yang diperoleh
dalam penelitian dengan literatur karena setiap
pasien memiliki respon tubuh yang berbeda-beda
dan tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Efek
samping hipoglikemia sebesar 10,00% sedangkan
menurut (American Pharmacist Ascotiation, 2017)
sebanyak 1%-2%. Hasil yang diperoleh jauh dari
literatur karena pemberian obat jangka panjang
tanpa memperhatikan asupan makanan pasien,
dapat menyebabkan keadaan hipoglikemia
(Oktarlina, R.Z, dan Gumantara, 2017). Timbulnya
mual, pusing, merupakan gejala awal dari
hipoglikemia akibat penggunaan obat golongan
Sulfonilurea. Hipoglikemia dapat terjadi karena
sesuai dengan mekanisme aksinya yaitu stimulasi sel
beta pankreas untuk meningkatkan produksi Insulin
yang dapat menurunkan kadar glukosa darah (Ogbru,
O., Williams, E., Marks, 2015).
Perbedaan efek samping yang dialami
pasien dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
usia, obat, adanya penyakit penyerta, dan genetik.
Pada pasien geriatrik, kondisi metabolisme tubuh
sudah menurun yang disebabkan oleh penurunan
fungsi organ 30 -40%. Faktor obat yaitu sifat dan
potensi obat untuk menimbulkan efek samping
seperti pemilihan obat, jangka waktu penggunaan
obat, dan adanya interaksi antar obat. Masing-
masing obat memiliki mekanisme dan tempat kerja
yang berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan
efek samping yang berbeda (Arifin AL., 2011).
Penggunaan metformin memiliki aksi farmakologi
aktivasi reseptor selektif serotonin tipe 3 (5-HT 3)
yang menyebabkan gangguan gastrointestinal
seperti mual dan muntah (Stoppler, 2015).
SIMPUL AN
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa efek samping yang dialami oleh
pasien DM tipe 2 rawat jalan di Rumah Sakit X
periode 2019 pada penggunaan obat kombinasi
metformin dan glimepiride yaitu mual dan muntah
sebanyak 31,43%, perut kembung sebanyak 25,71%,
cepat lelah sebanyak 17,14%, sakit kepala sebanyak
15,72%, dan hipoglikemia sebanyak 10,00%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih peneliti ucapkan
kepada pihak yang membantu dalam penelitian ini
yaitu kepala Rumah Sakit yang telah memberikan izin
serta petugas instalasi rekam medis dan petugas
instalasi farmasi.
No.
Nama Obat dan Dosis
Pemakaian
Total
Pasien
Mual
Muntah
Perut
Kembung
Cepat Lelah
Sakit Kepala
Hipoglikemia
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
1.
Metformin 500mg 3x1
Glimepiride 2mg 1x1
62
19
30,64
17
27,42
11
17,74
9
14,52
6
9,68
2.
Metformin 500mg 2x1
Glimepiride 2mg 1x1
8
3
37,50
1
12,50
1
12,50
2
25,00
1
12,50
Total
70
22
31,43
18
25,71
12
17,14
11
15,72
7
10,00
Evaluasi Efek Samping Penggunaan Obat Kombinasi Metformin dan Glimepiride …
Jurnal Ilmiah Medicamento • Vol. 8 No. 2 • tahun 2022
https://medicamento.unmas.ac.id
[103]
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA). (2015).
Diagnosis and classification of diabetes melitus.
American Diabetes Care, 38, 8–16.
American Pharmacist Association. (2017). Drug
Information Handbook: A Clinically Relevant
Resource for All Healthcare Professionals.
American Pharmacist Association. (2012). Drug
Information Handbook with International Trade
Names Index 21st edition. (21st ed.). Lexicomp.
Arifin AL. (2011). Panduan Terapi Diabetes Mellitus
Tipe 2 Terkini. Sub Bagian Endokrinologi &
Metabolisme Bagian / UPF. Ilmu Penyakit
Dalam. Fakultas Kedokteran. UNPAD (/ RSUP
dr. Hasan Sadikin (ed.)).
Association, A. D. (2017). Standards Of Medical Care
In Diabetes.
Furdiyanti, H.N., et. a. (2017). Evaluasi Dosis dan
Interaksi Obat Antidiabetika Oral pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II. Semarang. Universitas
Ngudi Waluyo.
Irawan, I. (2010). Makrovaskular dan
MikrovaskularReduction Type Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia
(Analisis Data Sekunder Risdeskas 2007).
Universitas Indonesia.
Joddy Sutama Putra, R., Achmad, A., & Rachma
Pramestutie, H. (2017). Kejadian Efek Samping
Potensial Terapi Obat Anti Diabetes Pada
Pasien Diabetes Melitus Berdasarkan Algoritme
Naranjo. Pharmaceutical Journal of Indonesia,
2(2), 45–50.
https://doi.org/10.21776/ub.pji.2017.002.02.3
Kartika, L., & W, S. (2011). Perbandingan Profil
Penggunaan Terapi Kombinasi Insulin pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Unit Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah.
Khotimah, K. (2013). Gambaran Faktor Resiko
Diabetes Melitus Tipe 2 di Klinik dr. Martha
Ungaran. Skripsi, SKM, Program Stdu
Kesehatan Masyarakat. Stikes Ngudi Waluyo.
Kroon, L.A. dan Williams, C. (2013). Diabetes
Mellitus, dalam: Applied Basic and Clinical
Pharmacy.
Ogbru, O., Williams, E., Marks, J. W. (2015). Insulin:
Drug Facts, Side Effects and Dosing.
Oktarlina, R.Z, dan Gumantara, M. P. . (2017).
Perbandingan Monoterapi dan Kombinasi
Terapi Sulfonilurea-Metformin terhadap Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. 6, 55–59.
Perkumpulan Endrokrinologi Indonesia (PERKENI).
(2015). Pengelolaan dan pencegahan diabetes
melitus di Indonesia.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.
004
Stoppler, M. C. (2015). Glucophage Side Effects
Center.
W Udayani, H Meriyani, K. W. (2017). Analisis
Efektivitas Biaya Medis Langsung Penggunaan
Insulin Dan Insulin Kombinasi Oho Pada Pasien
Dm Tipe 2 Rawat Jalan Di Rsup Sanglah
Denpasar. 4(1), 18–24.
Zahtamal, dkk. (2007). Faktor-Faktor Risiko Pasien
Diabetes Melitus. (23(3)). Berita Kedokteran
Masyarakat.