Sistem belajar konvensional di sekolah makin diyakini sebagai sistem yang sudah tidak efektif lagi. Berbagai konsep yang menyangkut kemampuan otak, kecerdasan, dan kreativitas, berkembang makin jauh, dan makin menguatkan argumentasi yang ingin mengoreksi kelemahan sistem belajar yang selama ini berlaku secara konvensional. Sekolah dan perguruan tinggi sebagai kelembagaan pendidikan formal belum
... [Show full abstract] banyak menghasilkan sumber daya manusia unggul yang secara individu maupun kolektif mampu menggerakkan perubahan dan pembaruan yang dapat menciptakan akselerasi pembangunan untuk kemajuan bangsa. Selama 60 tahun paska kemerdekaan, pembangunan nasional cenderung bergerak lamban, tanpa akselerasi atau lompatan pertumbuhan. Pembangunan terlalu banyak mengalami distorsi, tidak konsisten dengan skenarionya, sehingga tidak menampakkan visi yang jelas dan tegas. Kelemahan sumber daya manusia di banyak aspek menjadi penyokong utama permasalahan nasional ini. Komunitas pendidikan kita harus mengakui bahwa pendidikan sebagai bagian dari sistem pembangunan nasional belum mampu membangun kecerdasan komunal masyarakat sebagai kekuatan bersama untuk membangun kemajuan. Kecerdasan komunal merupakan kecerdasan kolektif masyarakat yang dibangun oleh kecerdasan individual yang mampu membentuk masyarakat intelektual yang memiliki kearifan sosial, yang memiliki unsur-unsur kecakapan berpikir, idealisme, etos, solidaritas, kreativitas, kekuatan politik, dll. Secara umum, sistem pendidikan belum dapat mengatasi lima aspek kelemahan pada hasil pendidikan kita (educational outcome), yaitu : Pertama, kelemahan mengembangkan power of character ; sistem pendidikan kita belum mampu mengembangkan karakter dan moral anak didik dalam rangka menegakkan nilai-nilai dan integritas manusia Indonesia. Beberapa fenomena sosial seperti egoisme pribadi/kelompok, melemahnya solidaritas, konflik sosial, korupsi, kurangnya tanggung jawab, krisis identitas, tidak percaya diri, dan sebagainya merupakan indikasi lemahnya sistem pendidikan kita membangun power of character. Kedua, kelemahan mengembangkan power of leadership ; konsep mengenai leadership kurang dipahami dan disosialisaikan dalam pendidikan kita. Konsep yang sangat baik untuk mengembangkan manusia unggul ini masih multi interpretasi, dan pengertiannya cenderung direduksi sebatas kepandaian menjadi pemimpin (managing capability). Padahal jika arti dan maknanya dipahami dengan benar, dan diaplikasikan dalam pembelajaran, berpotensi mengembangkan penguasaan leadership di kalangan anak didik sebagai modal untuk melahirkan kreativitas, inovasi, kearifan, dan kemandirian. Kekuatan leadership sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan dinamika perubahan di berbagai kehidupan.