Available via license: CC BY-NC-SA 4.0
Content may be subject to copyright.
EPI SUPRIANI SIREGAR, FATIN NADIFA TARIGAN
625
Abstract
This research method was quantitative approach. The population of this study was the fifth grade students
from 32 participating students at SDN 060880. In this study a proportional random sampling formula
was used. For collecting the data, it used surveys on learning opportunities and student motivation in
schools. Analysis of research data used simple linear regression. The results showed that: (1) the
significance value was 0.030; because 0.030 < 0.05 H0 was rejected and H1 was accepted, from a learning
institution. (2) R yields 0.210, ie. the low relationship between learning opportunities at school and
motivation (3) The coefficient of determination (R2) 0.044 indicates this contribution of the influence of
the independent variable is 4.4%. It indicates that 4.4% of students' learning motivation was influenced by
the institution. Meanwhile, learning at school, 95.6% is influenced by factors outside of school as discussed
in the study.
Keywords: Interests, Facilities, Study
Abstrak: Metode penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas lima dari 32 siswa berpartisipasi di SDN 060880. Pada penelitian ini digunakan rumus
sampling acak proporsional. Untuk pengumpulan data, itu menggunakan survei tentang peluang
belajar dan motivasi siswa di sekolah. Analisis data penelitian menggunakan regresi linier sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) nilai signifikansi 0,030; Karena 0,030 < 0,05 H0 ditolak dan
H1 diterima, dari lembaga pembelajaran. (2) R menghasilkan 0,210, yaitu hubungan yang rendah
diantara kesempatan belajar di sekolah dan motivasi (3) Koefisien determinasi (R2) 0,044
menunjukkan kontribusi pengaruh variabel bebas sebesar 4,4%. Hal ini menunjukkan bahwa 4,4%
motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh institusinya Sedangkan pembelajaran di sekolah, 95,6%
dipengaruhi oleh faktor di luar sekolah. dibahas dalam penelitian.
Kata Kunci: Minat, Fasilitas, Belajar
PENDAHULUAN
Untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia perlu adanya sebuah pendidikan yang
berkualitas, pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk membangun potensi manusia.
Seperti yang dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
Jurnal Eduscience (JES)
Volume 9, No.3
Desember, Tahun 2022
Submit : 10 September 2022
Accepted : 16 November 2022
PENGARUH FAKTOR FASILITAS SEKOLAH TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SDN 060880
1EPI SUPRIANI SIREGAR, 2 FATIN NADIFA TARIGAN
1,2 UNIVERSITAS PEMBINAAN MASYARAKAT INDONESIA
1episupsiregar1216@gmail.com, 2nadifafatin11@gmail.com
No. Kontak 08126335777
EPI SUPRIANI SIREGAR, FATIN NADIFA TARIGAN
626
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Pendidikan bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk
mencapai tujuan pendidikan diperlukan bantuan dari masyarakat, upaya pemerintah dalam
mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu diselenggarakanya pendidikan melalui tiga
jalur sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 13 ayat (1) yang berbunyi:
“jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal”. Jalur pendidikan formal
dilaksanakan di sekolah dan perguruan tinggi, pendidikan nonformal dilaksanakan melalui taman
pendidikan Al-Quran(TPA), khursus dan lain sebagainya, sedangkan pendidikan informal
dilaksanakan didalam keluarga dan lingkungan. Salah satu jenjang pendidikan formal yaitu sekolah
dasar (SD). Pada sekolah dasar (SD) pendidikan berfungsi memberikan bekal dasar pengembangan
kehidupan, baik kehidupan pribadi maupun masyarakat. Pada pencapaian tujuan pendidikan perlu
dilakukannya belajar, Whittaker dalam Aunurrahman (2014) mengemukakan belajar adalah proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman belajar. Untuk
mencapai tujuan dari pendidikan memang perlu adanya kegiatan belajar, Aunurrahman (2014)
“mengemukakan beberapa ciri umum kegiatan belajar yaitu (1).
Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja, (2) Belajar
merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan. (3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan
tingkah laku. ”Motivasi dan belajar menurut Uno (2014) “Merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi”. Sehingga kegiatan belajar diperlukan adanya motivasi dalam diri siswa, karena
menurut Gray dalam Majid (2013) mendefinisikan motivasi sebagai sejumlah proses yang bersifat
internal dan eksternal bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan
presistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Sedangkan hakikat motivasi belajar
menurut Uno menyebutkan (2014) dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Motivasi belajar sangat diperlukan dalam suatu
proses pembelajaran, agar siswa memiliki semangat dalam mencapai tujuan pendidikan. Bedasarkan
dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang menjadi
pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan. Prawira (2011)
menyatakan secara lebih khusus jika orang menyebutkan motivasi belajar yang dimaksudkan tentu
segala sesuatu yang ditunjukkan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang yang
melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi
yang lebih baik lagi . Jadi motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dalam diri
maupun dari luar diri siswa dengan menciptakan serangkaian usaha menyediakan kondisi-kondisi
tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Sejalan dengan hal ini Makmun (2009) mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang dapat
dijadikan indikator dalam pengukur motivasi, diantaranya:
(1) Durasinya kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan
kegiatan).
(2) Frekuensinya kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu).
EPI SUPRIANI SIREGAR, FATIN NADIFA TARIGAN
627
(3) Persistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.
(4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk
mencapai tujuan.
(5) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan untuk mencapai tujuan.
(6) Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target,dan idolanya) yang
hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
(7) Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa
banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
(8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.
Motivasi belajar menurut Dimyati dan Mujiono dalam Lukman Sunadi (2013) terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhinya yaitu (1) cita-cita atau aspirasi siswa (2) kemampuan belajar (3)
kondisi jasmani dan rohani siswa (4) kondisi lingkungan kelas (5) unsur-unsur dinamis belajar (6)
upaya guru dalam membelajarkan siswa. Kondisi lingkungan kelas dalam belajar mempengaruhi
motivasi belajar yang dimaksud dengan kondisi lingkungan kelas yaitu kenyamanan tempat belajar
dan juga fasilitas belajar yang memadai.
Menurut Imron dalam Anjayani (2013) menjelaskan bahwa lingkungan fisik dan unsur dinamis
dalam belajar mempengaruhi motivasi belajar. Lingkungan fisik yang dimaksud adalah berupa
kenyamanan ruang belajar dengan ketersediaan fasilitas belajar yang memadai. Unsur dinamis dalam
belajar adalah persiapan alat, bahan dan suasana belajar serta pemanfaatan sumber-sumber belajar.
Fasilitas dalam Heryati dan Muhsin (2014) diartikan sebagai sesuatu yang dapat memudahkan dan
melancarkan pelaksanaan suatu usaha. Usaha ini dapat berupa benda-benda ataupun uang. Jadi,
fasilitas dapat disamakan dengan sarana. Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan
dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan
pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien (Arikunto dan Yuliana 2008).
Sedangkan dalam Barnawi dan Arifin (2012) sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan,
bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sejalan
dengan yang dikemukaan oleh The Liang Gie (2003) bahwa “untuk belajar yang baik hendaknya
tersedia fasilitas yang memadai antara lain tempat belajar, alat, waktu dan lain-lain. Jadi pada
prinsipnya fasilitas belajar adalah sesuatu yang memudahkan untuk belajar”.
Fasilitas merupakan sarana yang dapat digunakan untuk menunjang kelancaran proses belajar
siswa. Dalam Barnawi dan Arifin (2012) Fasilitas belajar dapat diklasifikasi menjadi 3, yaitu (1) Habis
Tidaknya (habis pakai dan tahan lama), (2) Bergerak tidaknya (bergerak dan tidak bergerak), (3)
Hubungan dalam proses pembelajaran (alat pelajaran, alat peraga, dan media pembelajaran).
Karena fasilitas dapat diklasifikasikan tentunya banyak macamnya, dari berbagai macam fasilitas
belajar dinilai dapat menunjang berjalannya proses pembelajaran dengan baik. Untuk menilai suatu
sekolah memiliki fasilitas belajar yang cukup atau tidak dapat di sesuaikan dengan standar fasilitas
belajar yang ada, menurut Barnawi dan Arifin (2012) sarana dan fasilitas belajar memiliki standar
untuk (1) Ruang Kelas, (2) Ruang Perpustakaan, (3) Laboratorium IPA, (4) Ruang Pimpinan, (5)
Ruang Guru, (6) Tempat Beribadah, (7) Ruang UKS, (8) Jamban, (9) Gudang, (10) Tempat Bermain
atau Berolahraga. Beberapa penelitian dengan variabel hampir sama telah banyak dilakukan.
EPI SUPRIANI SIREGAR, FATIN NADIFA TARIGAN
628
Fenomena Penelitian yang pernah dilakukan oleh orang lain, yang tentunya ini menjadi acuan dalam
penelitian ini, diantaranya dilakukan Yulianti Anjayani (2013) dengan judul “Pengaruh Fasilitas
Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Produktif Atministrasi Perkantoran
SMK Negeri 3 Bandung”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas belajar berpengaruh positif
dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif atministrasi
perkantoran SMK Negeri 3 Bandung. Selanjutnya ada penelitian dari Lukman Sunadi (2013) dengan
judul “Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS di SMA Muhamadiyah 2 Surabaya”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak sekolah SDN 060880 baik itu terhadap kepala
sekolah, wakil kurikulum, wali kelas V dan guru-guru yang mengajar di lokal kelas v SDN 060880
tersebut, penulis mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi kurangnya motivasi belajar antara
lain adalah kurangnya fasilitas belajar, kurangnya guru, dan juga kondisi geografis sekolah tersebut.
Berhubung begitu banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, disini peneliti hanya akan
meneliti apakah benar fasilitas belajar di sekolah khususnya didalam kelas dapat mempengaruhi
motivasi belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono 2013). Metode penelitian digunakan untuk memahami dan
memecahkan masalah pada suatu penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode
penelitian kuantitatif. Penelitian ini meneliti tentang pengaruh fasilitas belajar di sekolah terhadap
motivasi belajar siswa kelas V SDN 060880. Penelitian ini menggunakan simple random sampling karena
setiap anggota populasi mempunyai peluang sama untuk menjadi anggota sampel yang pengambilannya
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada. Dalam pengambilan jumlah sampel
peneliti menggunakan tabel Issac and Michael dengan taraf kesalahan 5%. Telah diketahui jumlah
populasi yaitu 32 siswa maka dengan melihat tabel Isac and Michael jumlah anggota sampel sebanyak
50 siswa yang ada di kelas V SDN 060880 .
Dalam penelitian ini, sampel yang akan diambil berupa sampel proporsi karena populasi di
setiap sekolah berbeda. Arikunto (2013) berpendapat bahwa ada kalanya banyaknya subjek yang
terdapat pada setiap wilayah tidak sama. Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel yang representatif,
pengambilan subjek dari setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding (proporsional) dengan
banyaknya subjek pada masing-masing lokal pada kelas V SDN 060880”.
EPI SUPRIANI SIREGAR, FATIN NADIFA TARIGAN
629
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam pengujian validitas item angket uji coba, diketahui n = 32 dengan dk = n-2 maka r tabel
pada taraf kesalahan 0,05 sebesar 0,374. “Suatu item dikatakan valid yaitu manakala nilai dari
rhitung> rtabel” (Priyatno, 2014: 55). Oleh karena itu, nilai rhitung dari masing-masing item pada
output Correlations dibandingkan dengan nilai rtabel agar diketahui item yang valid. Rekap hasil
perhitungan uji validitas terdapat pada lampiran 10. Berdasarkan rekap hasil perhitungan uji
validitas, terdapat beberapa item yang valid dan yang tidak valid. Dari 26 item pada angket fasilitas
belajar yang telah diuji cobakan, terdapat 21 item pernyataan yang valid. Sementara itu, terdapat 5
item yang tidak valid. Sedangkan pada angket motivasi belajar, dari 24 item yang telah diuji cobakan
terdapat 20 item yang valid. Sementara item yang tidak valid ada 4.
Tabel 1. Validasi Instrumen
Valid
Jumlah
Tidak Valid
Jumlah
1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15,
17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26.
21
4, 5, 10, 16,
19.
5
1, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
20
2, 4, 5, 11.
4
1. Reabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan metode Cronbach Alpha.
pengujian reliabilitas ini menggunakan software Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi
22. Langkah-langkah uji reliabilitas yaitu pilih Analyze – Scale – Reliability Analiysis. Pada kotak
dialog Reliability Analyze, item-item yang valid dimasukkan pada kotak items. Selanjutnya pada
Statistics, pada bagian Descriptives for pilih Scale if item deleted. Kemudian Continue, pada Model
pilih Alpha lalu OK. Hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada output Reliability Statistics
dilihat angka pada Cronbach’s Alpha. Output hasil perhitungan reliabilitas. Sebelum melakukan
perhitungan dengan menu tersebut, data yang dimasukan harus dipastikan hanya data item yang
valid saja. Menurut Sekaran dalam Priyatno (2014), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik,
sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik.
Dari pendapat di atas dapat diambil keputusan jika r11> 0,6 maka reliabel, sedangkan jika r11<
0,6 maka tidak reliabel. Dalam penelitian ini, perhitungan dari 21 item fasilitas belajar yang valid
didapatkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,858. Dapat diketahui bahwa data hasil uji coba angket
motivasibelajar dinyatakan lolos uji reliabel, karena dapat dibuktikan dengan (0,858 > 0,6).
Sedangkan dari 20 item motivasi belajar yang valid didapatkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,908
maka diketahui bahwa data hasil uji coba angket fasilitas belajar di sekolah dinyatakan lolos uji
reliabel. Hal ini dibuktikan dengan (0,908 > 0,6). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka
reliabilitas angket dinyatakan baik karena lebih dari 0,8. Dengan demikian 21 item pada angket
fasilitas belajar dan 20 item angket motivasi belajar yang telah valid dan reliabel digunakan sebagai
instrumen penelitian dalam penelitian ini.
EPI SUPRIANI SIREGAR, FATIN NADIFA TARIGAN
630
2. Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Seperti halnya variabel motivasi belajar, analisis deskriptif variabel fasilitas belajar juga
dilakukan dengan analisis indeks. Analisis indeks digunakan untuk mengetahui persepsi umum
responden mengenai sebuah variabel yang diteliti (Ferdinand 2006).
1) Analisis Deskriptif Variabel Minat Belajar
Analisis deskriptif variabel motivasi belajar dilakukan dengan analisis indeks. Analisis
indeks digunakan untuk mengetahui persepsi umum responden mengenai sebuah variabel
yang diteliti pada kelas VSDN 060880.
2) Analisis Deskriptif Variabel Fasilitas Belajar
Seperti halnya variabel motivasi belajar, analisis deskriptif variabel fasilitas belajar juga
dilakukan dengan analisis indeks. Analisis indeks digunakan untuk mengetahui persepsi
umum responden mengenai sebuah variabel yang diteliti pada sekolah SDN 060880.
b. Uji Prasyarat Analisis
Menurut Riduwan (2013) pengujian persyaratan analisis dilakukan apabila peneliti
menggunakan analisis parametrik, maka harus dilakukan pengujian persyaratan analisis
terhadap asumsi-asumsinya seperti homogenitas untuk uji perbedaan (komparatif), normalitas
dan linearitas untuk uji korelasi dan regresi. Analisis akhir yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi sederhana, sehingga uji prasyarat yang digunakan adalah uji normalitas
dan uji linieritas.
c. Uji Normalitas
Sugiyono (2013) berpendapat bahwa statsistik parametris digunakan berdasarkan asumsi
bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal. Uji normalitas harus
dilakukan terlebih dahulu, bila data tidak normal, maka statistik parametris tidak bisa
digunakan, sehingga statistik yang bisa digunakan adalah statistik nonparametris.
Menurut Priyatno (2014) uji normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu (a)
Uji Liliefors; (b) Metode One Sample KolmogorovSmirnov. Dalam penelitian ini uji normalitas
dilakukan dengan cara One Sample Kolmogorov-Smirnov. Peneliti menggunakan bantuan
program SPSS versi 22. Untuk menghitung normalitas data dengan rumus one sampel.
Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut: klik Analyze –Nonparametric Tests – Legacy
Dialogs-1 Sample K-S. Kemudian memasukkan variabel fasilitas belajar di sekolah dan
motivasi belajar ke kotak Variable List. OK (Priyatno 2014).
Hasil uji normalitas dengan uji one sample dapat dilihat pada output Tests of Normality bagian
kolmogorov-smirnov pada nilai Sig. (signifikansi). Data normal jika sig> α, untuk taraf
signifikan (α) 5%. “Jika signifikansi lebih dari 0,05, maka data berdistribusi normal (Priyatno
2014).
EPI SUPRIANI SIREGAR, FATIN NADIFA TARIGAN
631
d. Uji Linearitas
Setelah uji normalitas, tahap selanjutnya yaitu uji linieritas. Uji linieritas digunakan untuk
melihat garis regresi antara X (fasilitas belajar) dan Y (minat belajar) membentuk garis linier
atau tidak. Jika tidak linier maka analisis regresi tidak dapat dilanjutkan. Dalam perhitungan
uji linieritas, peneliti menggunakan program SPSS versi 20 dengan langkah-langkah sebagai
berikut: Klik Analyze – Compare Means – Means. Masukkan variabel fasilitas belajar (X)
kedalam kotak Dependent List, sementara variabel motivasi belajar (Y) dimasukkan pada
kotak Independent List. Pilih kotak dialog options dan mengaktifkan bagian Test for linearity.
Pilih Continue lalu OK. Dua variabel dikatakan memiliki hubungan yang linier, apabila nilai
signifikansinya kurang dari 0,05. Hasil uji linieritas dilihat pada output ANOVA Table pada
kolom Sig.baris Linearity.
e. Analisis Akhir
Analisis akhir dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana dan koefisien
determinasi .
3. Analisis Regresi Sederhana
Teknik statistik untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
sederhana. ”… analisis regresi digunakan untuk memprediksikanseberapa jauh perubahan nilai
variabel dependen, bila nilai variabel independen di manipulasi/dirubah-rubah atau dinaik-
turunkan” (Sugiyono, 2013).
EPI SUPRIANI SIREGAR, FATIN NADIFA TARIGAN
632
Dalam perhitungan analisis regresi sederhana, peneliti menggunakan program SPSS versi 22 dengan
langkah-langkah: Klik Analyze – Regression – Linier. Masukkan variabel fasilitas belajar (X) ke kotak
Dependent dan variabel motivasi belajar (Y) pada kotak Independent (s). Klik Plots - SRESID ke kotak
Y - ZPRED ke kotak X - Continue.
Pengujian hipotesis dilihat pada output Coefficients. Pengujian signifikansi untuk mengetahui
pengaruh vatiabel X terhadap variabel Y yaitu menggunakan thitung jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel
maka H0 diterima, Jika –thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka H0 ditolak. Berdasarkan
Signifikansinya jika sig >0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Namun jika sig < 0,05 H0 ditolak dan
Ha diterima.Untuk memperoleh harga a dan b pada persamaan regresi linier sederhana dapat dilihat
pada output Coefficients pada Unstandardized Coefficients B: constant danfasilitas belajar.
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk menyatakan seberapa besarpengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Rumus koefisien determinasi:
Untuk menghitung koefisien determinasi peneliti menggunakan bantuan program SPSS versi 22
dengan langkah-langkah: Klik Analyze – Regression – Linier. Masukkan variabel fasilitas belajar (X)
ke kotak Dependent dan variabel motivasi belajar pada kotak Independent(s). Klik OK(Priyatno
2014).
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data, pengujian hipotesis serta hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan
peneliti, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Indeks indikator variabel fasilitas belajar di sekolah yang paling dominan terletak pada indikator
“Lemari dan Alat peraga” dengan nilai indeks sebesar 89,72%, sedangkan indeks indikator variabel
fasilitas belajar di sekolah yang paling rendah terletak pada indikator “Soket listrik” dengan nilai
indeks sebesar 71,73%.
2. Indeks indikator variabel motivasi belajar yang paling dominan terletak pada indikator “Tingkat
aspirasinya” dengan nilai indeks sebesar 90,81%, sedangkan indeks indikator variabel motivasi
belajar yang paling rendah terletak pada indikator “Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan”
dengan nilai indeks sebesar 85,83%.
3. Pembandingan antara hasil analisis indeks fasilitas belajar di sekolah dengan motivasi belajar siswa
menunjukkan bahwa total indeks fasilitas belajar di sekolah yang paling rendah dimiliki indikator
“soket listrik”, sedangkan total indeks motivasi belajar paling rendah dimiliki indikator “arah
EPI SUPRIANI SIREGAR, FATIN NADIFA TARIGAN
633
sikapnya terhadap sasaran kegiatan”. Hal tersebut menggambarkan bahwa kurang optimalnya
penggunaan fasilitas belajar di sekolah dapat menyebabkan kurang maksimalnya motivasi belajar
yang tumbuh dari dalam diri siswa. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan fasilitas belajar di sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas V SDN
060880.
DAFTAR PUSTAKA
Amah, N., & Nugroho, A. D. (2016). Pengaruh Fasilitas Sekolah Terhadap Hasil Belajar Akuntansi
Dengan Lingkungan Sosial Sebagai Pemoderasi. Journal of Accounting and Business Education,
2(4).
Anggryawan, I. H. (2019). Pengaruh Fasilitas Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 7(3).
Azma, H. (2019). Pengaruh Fasilitas Belajar, Minat Belajar, Lingkungan Belajar dan Motivasi Belajar
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS SMK Kabupaten Tanah Datar: Kajian.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(2), 387–390.
Chayani, L., & Januardi, J. (2019). PENGARUH FASILITAS SEKOLAH TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 1 PENDOPO PALI. Jurnal Neraca: Jurnal Pendidikan
Dan Ilmu Ekonomi Akuntansi, 3(2), 249–258.
Feriady, M., Harnanik, H., & others. (2012). Pengaruh persepsi siwa tentang keterampilan mengajar
guru dan fasilitas belajar siswa terhadap minat belajar IPS kelas VIII SMP N 3 Purbalingga.
Economic Education Analysis Journal, 1(2).
Kurniasih, U., & Gunawan, H. I. (2021). PENGARUH FASILITAS PERPUSTAKAAN DAN MINAT
BACA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI. Pekobis: Jurnal
Pendidikan, Ekonomi, Dan Bisnis, 5(2), 92–98.
Lubis, A. S., Amalia, A., & Simanjuntak, S. (2021). Pengaruh Fasilitas Sekolah, Biaya Pendidikan Dan
Lokasi Sekolah Terhadap Pengambilan Keputusan Siswa Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke Sma
Al Ulum Terpadu. Journal Of Management Analytical And Solution, 1(1).
Muhamad, H., Efendi, A., & Basori, B. (2019). Pengaruh Fasilitas Belajar Berbasis Teknologi Terhadap
Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Dan Kejuruan, 12(1), 56–64.
Napitupulu, B., & ratna Sari, D. (2019). Pengaruh Fasilitas Belajar Dan Minat Belajar Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kearsipan Di SMK Swasta Jambi Medan TA 2018/2019.
Jurnal Administrasi Dan Perkantoran Modern, 8(3).
Pakpahan, H. (2013). PENGARUH FASILITAS DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP
PERSTASI BELAJAR SISWA DI SMK RAKSANA 2 MEDAN TAHUN AJARAN
2012/2013. UNIMED.
Prihatin, M. S. (2017). Pengaruh fasilitas belajar, gaya belajar dan minat belajar terhadap hasil belajar
mata pelajaran ekonomi siswa kelas X IIS SMA Negeri 1 Seyegan. Jurnal Pendidikan Dan
Ekonomi, 6(5), 443–452.
Rejeki, A. S., & Rozi, F. (2021). Pengaruh Fasilitas Belajar, Lingkungan Keluarga, dan Keterampilan
Guru Mengajar terhadap Minat Belajar. Business and Accounting Education Journal, 2(1), 115–128.
EPI SUPRIANI SIREGAR, FATIN NADIFA TARIGAN
634
Said, S. (2019). Pengaruh Fasilitas Belajar di Rumah terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS
Terpadu Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri. Jurnal PenKomi: Kajian Pendidikan Dan
Ekonomi, 2(2), 33–38.
Syaputra, A., Harahap, RD., Syafitri, I. (2022) An Analysis of Student Learning Challenges in
Elementary School Science Subject. Jurnal Kependidikan Vol 8, No 1
Setyorini, I. D., & Wulandari, S. S. (2021). Pengaruh Media Pembelajaran, Fasilitas dan Lingkungan
Belajar Terhadap Hasil Belajar Selama Pandemi Covid-19. JURNAL PROFIT: Kajian
Pendidikan Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi, 8(1), 19–29.
Tarigan, F. N., & Hasibuan, S. A. (2021). The Effect Of Digital Storytellingto
Improveuniversitystudents’reading Skils And Self Efficacy. Jurnal Education And Development, 9(4),
404-406.
Tarigan, F. N. (2021). Resilience in Online Learning: A Case Study for Language Learners. Journal of
English Education and Linguistics, 2(2), 1-9.The Effect of Image Media on Learning Outcomes of
Class V MIS Students in Siboruangin Village in Information Communication Technology (ICT)
Subjects. (n.d.).
Yanti, L. (2021). Pengaruh Fasilitas Belajar di Rumah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI
SMA Negeri 5 Padangsidimpuan. JURNAL MISI, 4(2).
Zulfia, R., & Syofyan, E. (2015). Pengaruh Fasilitas Belajar Di Rumah, Minat Belajar Dan Motivasi
Belajar Terhadap Hasil Belajar Komputer Akuntansi. Jurnal Kajian Pendidikan Ekonomi, 2(1).