BookPDF Available

Perencanaan Struktur Bangunan Dengan Program SAP 2000 Vr.16

Authors:

Abstract and Figures

Penulisan buku ini berangkat dari pengalaman penulis selama mengajar siswa SMK dan mahasiswa yang mengalami kendala dalam memahami perkuliahan dan penyelesaian tugas yang terkait dengan perhitungan struktur bangunan. Buku ini tersusun dalam enam bab dan langsung diberikan contoh-contoh soal penyelesaian dalam perencanaan struktur bangunan. Contoh-contoh penyelesaian ini dikumpulkan oleh penulis berdasarkan pengalaman penulis selama ini dalam proses belajar mengajar, membimbing tugas mahasiswa dan aktivitasnya penulis sebagai praktisi di dunia jasa konsultan teknik dan konstruksi bangunan khususnya bangunan gedung.
Content may be subject to copyright.
ISBN. 978-602-71148-6-9
STRUKTUR BANGUNAN
DENGAN PROGRAM SAP 2000 Vr. 16
Nanang Saiful Rizal, ST., MT.
ii
PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN
DENGAN PROGRAM SAP 2000 Vr. 16
Nanang Saiful Rizal, ST., MT.
iii
PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN
DENGAN PROGRAM SAP 2000 Vr. 16
Penulis :
Nanang Saiful Rizal, ST. MT.
ISBN : 978-602-71148-6-9
Editor :
Zaind
Penyunting :
Rahmat
Desain sampul dan tata letak :
Rahmat
Penerbit :
LPPM Unmuh Jember
Redaksi :
Jl. Karimata 49 Jember
Telp. (0331) 336728
Fax. (0331) 337957
email : lppm@unmuhjember.ac.id
Distributor Tunggal :
LPPM Unmuh Jember
Jl. Karimata 49 Jember
Telp. (0331) 336728
Fax. (0331) 337957
email : lppm@unmuhjember.ac.id
Cetakan Kedua, Mei 2020
Hak cipta dilindung undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun
tanpa ijin tertulis dari penerbit
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan sanjungan hanya bagi Allah semata, yang telah
melimpahkan semua Karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan buku Perencanaan Struktur
Bangunan dengan SAP 2000 Vr. 16. Penulisan buku ini berangkat
dari pengalaman penulis selama mengajar siswa SMK dan
mahasiswa yang mengalami kendala dalam memahami
perkuliahan dan penyelesaian tugas yang terkait dengan
perhitungan struktur bangunan.
Buku ini tersusun dalam enam bab dan langsung diberikan
contoh-contoh soal penyelesaian dalam perencanaan struktur
bangunan. Contoh-contoh penyelesaian ini dikumpulkan oleh
penulis berdasarkan pengalaman penulis selama ini dalam proses
belajar mengajar, membimbing tugas mahasiswa dan
aktivitasnya penulis sebagai praktisi di dunia jasa konsultan
teknik dan konstruksi bangunan khususnya bangunan gedung.
Selanjutnya kami menyadari bahwa dalam penulisan buku
ini masih terdapat banyak kekurangan, selanjutnya masukan dan
kritik yang membangun senantiasa kami nantikan. Akhirnya
semoga buku ini dapat bermanfaat.
Jember, Mei 2020
Nanang Saiful Rizal, ST., MT.
v
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ............................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................... v
BAB I PERENCANAAN KUDA-KUDA
1.1. Data-data Perencanaan ....................................... 1
1.2. Pembebanan ....................................................... 2
1.3. Input Data Material ............................................. 3
1.4. Input Pembebanan ............................................. 9
1.5. Analisis Struktur .................................................. 13
BAB II PERENCANAAN BAJA RINGAN
2.1. Data-data Perencanaan ....................................... 19 48
2.2. Jenis Pembebanan ............................................... 20
2.3. Input Data material ............................................. 21
2.4. Input Pembebanan .............................................. 28
2.5. Analisis Struktur .................................................. 30
BAB III PERENCANAAN PORTAL
3.1. Data-data Perencanaan ....................................... 34 112
3.2. Penentuan Jenis Material & Pembebanan ........... 35
3.3. Input Data Material & Penampang Frame ............ 37
3.4. Input Data Pembebanan ...................................... 50
3.5. Analisis Struktur .................................................. 55
BAB IV PERENCANAAN PLAT
4.1. Data-data Perencanaan ....................................... 68 112
4.2. Penggambaran Plat ............................................. 69
4.3. Analisis Struktur Plat............................................ 75
BAB V PERENCANAAN PONDASI
5.1. Data-data Perencanaan ....................................... 80
5.2. Hasil Analisis ........................................................ 80
5.3. Penulangan Pondasi ............................................ 82
BAB VI PERENCANAAN TANGGA
6.1. Data-data Perencanaan ....................................... 84
vi
6.2. Input Data Material dan Dimensi Tangga ............. 85
6.3. Input Data Pembebanan ...................................... 92
6.4. Analisis Struktur Tangga ...................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 102
1
1.1. Data-data Perencanaan
Pada perencanaan struktur bangunan gedung 2 lantai, secara
umum terdiri dari perencanaan atap, portal, plat dan pondasi.
Dalam perencanaan atap, dapat dibuat konstruksi dari baja WF
dan galvalum atau baja ringan. Adapun data-data yang dibutuhkan
dalam perencanaan konstruksi baja sebagai berikut :
Profil rencana : WF.200.100. 5,5.
Mutu Baja : fy 400
Peruntukan : Gedung sekolah
Gambar 1.1. Tampak depan rencana gedung
2
Gambar 1.2. Denah penempatan kuda-kuda
1.2. Jenis Pembebanan
Beban yang terjadi pada struktur atap terdiri dari beban mati,
beban hidup dan beban angin. Beban mati terdiri dari beban
sendiri konstruksi baja dan beban mati tambahan dari genteng
dan beban gording, sedangkan beban hidup berupa beban orang
yang naik ke atap untuk kegiatan operasional maupun perbaikan
atap. Nilai beban hidup sesuai dengan PPIUG (Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung) tahun 1983. Adapun
perhitungan pembebanan yang terjadi pada atap sebagai berikut :
a). Beban mati tambahan (D)
Beban genteng : 50 kg/m2 sesuai dengan PPIUG Tahun 1983
Beban gording : 20 kg/m
b). Beban hidup (L)
Beban hidup ditentukan 100 kg/m2 sesuai dengan PPIUG tahun
1983
c). Beban angin (W)
Tekanan angin : 40 kg/m2 (PPIUG tahun 1983)
: 0.02 x α 0.4 = c
: 0.02 x 36˚ - 0.4 = 0.36
Angin tekan : c x w
: 0.36 x 40 kg/m2
: 14.4 kg/m2
Angin hisap : - 0.4 x w
: - 0.4 x 40 kg/m2
: -16 kg/m2
3
1.3. Input Data Material
Setelah dilakukan penentuan mutu material baja dan rencana
penempatan kuda-kuda dan beban-beban yang terjadi, maka data-
data tersebut di input dalam SAP 2000 Vr.16. Adapun tahapan
dalam menginput data-data pada program SAP 2000 Vr.16 sebagai
berikut :
1. Gambar grid
Buka SAP2000 Vr.16
Pilih menu File > New Model
Ubah satuan unitnya menjadi KN,m,C setelah itu pilih Grid Only
untuk menggambar grid.
Gambar 1.3. Pemilihan model-model struktur
2. Masukkan variabel pada X, Y, Z sesuai dengan gambar
tersebut. Number of Grid Lines merupakan parameter untuk
jumlah grid pada bidang X, Y, Z. Grid Spacing merupakan
parameter jarak antar grid pada bidang X, Y, Z. First Line
Locations merupakan titik awal penentuan grid.
Jika selesai pilih OK.
Satuan Unit
Pemilihan Grid
4
Gambar 1.4. Penentuan koordinat kuda-kuda
Gambar. 1.5 Tampilan 2D dan 3D grid kuda-kuda
3. Input data material
Pilih menu Define > Matelials > Add New Material. Kemudian
satuan unitnya diganti N, mm, C.
5
Gambar 1.5. Pembuatan material baru kuda-kuda
Gambar 1.6. Penentuan properties materials
Ubah beberapa parameter sesuai dengan data-data material
sebagai berikut :
Nama material : Steel Kuda-kuda Baja
Fy : 250 Mpa
Nama Material
Mutu Baja
6
Fu : 400 Mpa
Jika selesai pilih OK
4. Input profil kuda-kuda
Pilih menu Define > Sections Properties > Frame Sections.
Add New Property. Selanjutnya dipilih profil I / Wide Flange
Gambar 1.7. Pemilihan profil kuda-kuda
Dicoba profil WF 200.150, kemudian diisi data ukuran profil
WF 200.100 dengan rincian sebagai berikut :
H (t3) : 200 mm
B (t2), (t2b) : 150 mm
t1 (tw) : 10 mm
t2 (tf), (tfb) : 10 mm
Material : Kuda-kuda Baja
7
Gambar 1.8. Memasukkan ukuran profil kuda-kuda
Setelah itu klik OK.
5. Gambarkan profil WF.200.100 ke dalam grid kuda-kuda.
Dalam pengambaran profil kuda-kuda sesuai dengan gambar
rencana.
Untuk mempermudah menggambar kuda-kuda, klik yz view
pada tampilan toolbar.
Gambar 1.9. Tampilan toolbar view
6. Klik draw frame / cable element pada toolbar.
Proses penggambaran kuda-kuda dengan profil WF 200.100
seperti yang disajikan pada gambar 1.10.
Nama Profil
Penampang profil
8
Gambar 1.10. Proses penggambaran kuda-kuda dalam grid
7. Tumpuan pada kuda-kuda berupa sendi. Cara memasang
tumpuan yaitu dengan tekan klik bagian tumpuan kuda-kuda.
Pilih Assign > Joint > Restraints, pilih opsi sendi seperti yang
disajikan pada gambar 1.11.
Gambar 1.11. Pemilihan tumpuan pada kuda-kuda
Kemudian klik OK.
Lakukan hal yang sama pada semua kuda-kuda sehingga
diperoleh gambar kuda-kuda seperti pada gambar 1.12.
9
Gambar 1.12. Tampilan 2D dan 3D kuda-kuda dan tumpuan
1.4. Input Pembebanan
1. Pilih Define > Load Pattern, setelah itu ditentukan jenis-jenis
beban ke dalam opsi sebagai berikut :
a. Beban mati (D), berupa beban profil itu sendiri. Type :
Dead, diisi angka 1 pada Self Weight Multiplier kemudian
klik Add New Load Pattern.
b. Beban mati tambahan (D), berupa beban gording dan
genteng (termasuk usuk dan reng atap). Type : Dead, diisi
angka 0 pada Self Weight Multiplier kemudian klik Add
New Load Pattern.
c. Beban hidup (L), berupa beban kerja sesuai dengan pada
parameter beban di atas. Type : Live, diisi angka 0 pada
Self Weight Multiplier kemudian klik Add New Load
Pattern.
d. Beban angin (W), berupa beban angin sesuai dengan pada
parameter beban di atas. Type : Wind, diisi angka 0 pada
Self Weight Multiplier kemudian klik Add New Load
Pattern.
10
Gambar. 1.13. Penentuan jenis dan tipe pembebanan
2. Pilih Define > Load Combinations, masukkan jenis-jenis beban
ke dalam opsi sebagai berikut :
a. Pilih Add New Combo, sehingga tampil kotak dialog seperti
gambar 1.15.
b. Susun kombinasi pembebanan dengan anggapan sebagai
berikut :
= 1,2.Beban mati (D) x 1,2.Beban mati tambahan (D)
x 1,6.Beban hidup (L) x 1,6.Beban angin (W)
c. Pada bagian Load Combinations Name ketik COMB1.
d. Setelah semua beban dikalikan faktor skala kemudian klik
OK, sehingga tampil kotak dialog Define Load
Combinations.
e. Kemudian klik OK.
11
Gambar. 1.14. Penentuan kombinasi pembebanan
3. Memasukkan nilai-nilai beban pada kuda-kuda yang
ditransfer melalui gording sebagai beban terpusat.
a. Beban mati tambahan
Beban genteng : 50 kg/m2
= (P x L x B. genteng) / Jumlah gording
= (4.32 x 3 x 50) / 4 = 162 kg
Beban gording : 20 kg/m
= Panjang gording x B. gording
= 3 x 20 = 60 kg
Total beban mati tambahan : 162 kg + 60 kg = 222 kg
b. Beban hidup
Beban hidup : 100 kg/m2
= (P x L x B. hidup) / Jumlah gording
= (4.32 x 3 x 100) / 4 = 324 kg
c. Beban angin
Angin tekan = (P x L x B. angin) / Jumlah gording
= (4.32 x 3 x 14,4) / 4 = 46,66 kg
Angin hisap = (P x L x B. angin) / Jumlah gording
= (4.32 x 3 x 16,0) / 4 = 51,84 kg
12
4. Masukkan distribusi beban pada Assign > Frame Load > Point
Load. Dilakukan perubahan unit satuan menjadi Kgf,m,C
kemudian masukkan jenis beban, selanjutnya pada point
load masukkan jarak dan nilai beban seperti dalam gambar
1.15.
Gambar 1.15. Distribusi beban mati tambahan
Gambar 1.16. Ploting beban mati tambahan
Jenis Beban
Input
beban
titik
13
5. Untuk beban hidup dimasukkan dengan langkah-langkah
seperti pada beban mati tambahan, sedangkan beban angin
tekan dan hisap dimasukkan dengan posisi menekan dan
menjauhi kuda-kuda secara horisontal ke sumbu Y. Adapun
hasil ploting beban hidup disajikan pada gambar 1.17.
Gambar 1.17. Ploting beban hidup pada kuda-kuda
1.5. Analisis Struktur
1. Pilih Analyze > Set Analysis Option > Space Frame , kemudian
klik OK. Selanjutnya pilih lagi Analyze > Run Analysis,
kemudian kursor diletakkan pada MODAL, kemudian MODAL
dinonaktifkan dengan klik Do Not Run Case. Setelah itu klik
Run Now.
Gambar 1.18. Pengaturan running pada beberapa
jenis pembebanan
14
2. Setelah dilakukan running, maka secara otomatis nilai gaya-
gaya dalam (momen, gaya geser, gaya aksial dan torsi) telah
diketahui. Untuk mengetahui nilai gaya-gaya dalam, caranya
pilih Display > Show Forces/Stresses > Frames/Cables/Tendons
Gambar 1.19. Menu untuk menampilkan
gaya-gaya dalam
Gambar. 1.20. Momen 3-3 pada kuda-kuda 2D dan 3D
Kombinasi
Beban
15
3. Untuk mengetahui gaya-gaya dalam yang bekerja pada setiap
titik frame dan gaya-gaya dalam maksimum, pilih frame yang
ditinjau lalu klik kanan sehingga tampil kotak dialog seperti
pada gambar 1.21.
Gambar 1.21. Gaya-gaya dalam pada kuda-kuda
4. Untuk melakukan analisis kekuatan struktur pada kuda-kuda
pilih Design > Steel Frame Design > View/Revise Preferences.
Untuk menyesuaikan dengan Peraturan Baja Indonesia SNI
03-1729-2000, maka pada View/Revise Preferences pilih AISC-
LRFD93.
16
Gambar. 1.22. Penetapan parameter desain baja
5. Untuk cek rasio kapasitas penampang atau rangka kuda-kuda
atap, selanjutnya pilih Design > Steel Frame Design > Start
Design/Check of Structure.
Gambar 1.23. Tampilan hasil cek rasio kapasitas
Penyesuaian
dengan SNI
17
Pada gambar 1.23 merupakan hasil cek struktur dengan SAP
2000 Vr.16, nilai rasio kapasitas penampang pada frame
kuda-kuda secara otomatis akan ditampilkan.
6. Untuk mengetahui secara detail rasio kapasitas penampang
pada setiap frame, maka klik kanan frame sehingga tampak
kotak dialog seperti pada gambar 1.24. Untuk mengetahui
informasi detail klik Details.
Gambar 1.24. Detail desain pada frame
Gambar 1.25. Detail gaya-gaya dalam pada frame
18
7. Jika semua frame telah memiliki rasio kapasitas penampang
kurang dari 1, maka analisis struktur telah selesai. Namun jika
ada frame yang nilai rasio kapasitas penampang lebih dari 1
maka dilakukan perencanaan ulang dengan memperbesar
dimensi atau ukuran dari profil baja WF.
19
2.1. Data-data Perencanaan
Dalam melakukan perencanaan atap baja ringan pada gedung 2
lantai menggunakan data-data sebagai berikut :
a. Mutu Baja Ringan : fy 550 Mpa
: fu 550 Mpa
b. Jarak Antar Kuda-kuda : 1,2 meter
c. Kemiringan atap : 35
Gambar 2.1. Tampak depan bangunan
20
Gambar 2.2. Model rencana konstruksi baja ringan
2.2. Jenis Pembebanan
Pada atap gedung 2 lantai terdiri dari beban mati, beban hidup,
beban angin dan beban air hujan. Dalam contoh ini,
direncanakan beban mati terdiri dari beban rangka baja ringan
sendiri, sedangkan beban mati tambahan berupa genteng,
gording dan plafon. Adapun nilai pembebanan yang terjadi pada
konstruksi baja ringan sebagai berikut :
1. Beban mati
Merupakan beban rangka baja ringan sendiri
2. Beban mati tambahan
a. Beban genteng : 10 kg / m2 x 1.2
: 12 kg/m
b. Beban reng : 10.24 / m2 x 1.2
: 12.3 kg/m
c. Beban plafon : 11 kg / m2 x 1.2
: 13.2 kg/m
3. Beban air hujan : 20 kg / m2 x 1.2
: 24 kg/m
4. Beban angin : (-0.40) x 25 kg/m2
: 10 kg/m
5. Beban hidup/kerja : 68 kg / m2 x 1.2
: 81.6 kg/m
21
2.3. Input Data Material
1. Dalam memulai pengambaran kuda kuda baja ringan
dilakukan dengan menentukan gridnya terlebih dahulu. Untuk
mempermudah menentukan grid dilakukan dengan membuat
tabel dalam MS Excel
2. Tabel yang dibuat meliputi nama grid, koordinat dan jarak
pada grid X,Y,Z seperti yang disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Penentuan koordinat pada grid
Grid Y
Nama Grid
Kordinat (k)
Jarak (j)
A
0.00
B
0.71
0.71
C
1.42
0.71
D
2.01
0.59
E
2.41
0.40
F
2.81
0.40
G
3.21
0.40
H
3.61
0.40
I
4.01
0.40
J
4.41
0.40
K
4.81
0.40
L
5.21
0.40
M
5.61
0.40
N
6.01
0.40
O
6.41
0.40
P
6.81
0.40
Q
7.21
0.40
R
7.61
0.40
S
8.20
0.59
T
8.61
0.41
U
9.02
0.41
22
Grid Z
Nama Grid
Kordinat (k)
Jarak (j)
1.00
0.00
2.00
0.44
0.44
3.00
0.51
0.07
4.00
0.72
0.21
5.00
1.01
0.29
6.00
1.43
0.42
7.00
1.99
0.56
8.00
2.55
0.56
9.00
3.11
0.56
10.00
3.39
0.28
Grid X
Nama Grid
Kordinat (k)
Jarak (j)
K1
0.00
K2
1.20
1.20
K3
2.40
1.20
K4
3.60
1.20
K5
4.80
1.20
K6
6.00
1.20
K7
7.20
1.20
K8
8.40
1.20
K9
9.60
1.20
K10
10.80
1.20
K11
12.00
1.20
K12
13.20
1.20
K13
14.40
1.20
K14
15.60
1.20
K15
16.80
1.20
K16
18.00
1.20
23
Pada rumus koordinat (k) adalah kordinat diatasnya + jarak.
Contoh untuk grid Y pada grid C = koordinat B (0.71) + jarak
(0.71) = 1.42
3. Setelah tabel dalam MS.Excel selesai dibuat, maka buka
SAP.2000 Vr.16 dan unit satuan diubah menjadi KN, m, C
kemudian pilih Grid Only.
Gambar 2.3. Pemilihan model struktur yang akan dibuat
4. Pada Quick Grid Lines untuk parameter XYZ digunakan default
dengan parameter yang sudah ada, sebab akan menggunakan
Edit grid data untuk memasukan tabel 2.1 ke dalam grid.
a. Klik kanan pada display pilih Edit Grid Data > Modify /
Show System > OK.
b. Pada masing-masing grid X, Y, Z dilakukan copy dari
MS.Excel kemudian paste ke dalam masing-masing grid
tersebut lalu klik OK.
Satuan
Unit
Opsi Grid
24
Gambar 2.4. Gambar grid X,Y,Z yang telah dibuat
Adapun tampilan frame kuda-kuda baja ringan pada Program
SAP.2000 Vr.16 setelah koordinat pada tabel 2.1 dimasukkan.
Gambar 2.5. Tampilan frame yang telah dibuat
5. Sebelum menentukan dimensi profil baja ringan terlebih
dahulu ditentukan karakteristik material yang digunakan.
Adapun data spesifikasi mutu material sebagai berikut :
a. Bahan baja ringan : Alumunium Zincalume
b. Berat jenis : 72. 594 kN/m3
c. Modulus elasitisitas : 200.000 Mpa
25
d. Tegangan tarik : 550 MPa
e. Tegangan leleh : 550 Mpa
Langkah pertama klik Define > Materials > Add New
Material > OK
Masukan data spesifikasi baja ringan kedalam kotak dialog
Material Property Data dengan uraian sebagai berikut :
a. Material name and display color : Alu- Zinc
b. Weight per unit volume : 72.5937 kN/m3 dengan
mengubah dulu satuan unitnya kN, m, C
c. Modulus Elasticity, E : 200.000 Mpa dengan
mengubah dulu satuan unitnya N, mm, C
d. Minimum Yield Stress, Fy : 550 Mpa
e. Minimum Tensile Stress, Fy : 550 Mpa
f. Kemudian klik OK
Gambar 2.6. Penentuan spesifikasi material
6. Profil baja ringan yang dipakai untuk perencanaan gedung
dua lantai ini memakai profil C.75.065
a. Pilih Define > Sections Properties > Frame Sections > Add
New Properties kemudian klik OK.
Nama Material
Satuan Unit
Berat
jenis
material
Modulus
elastisitas
Tegangan leleh
Tegangan tarik
26
b. Pada Frame Sections Property Type pilih Cold Formed > C
Sections. Sebelum itu, ubah dahulu unit satuan menjadi
KN, mm, C agar mempermudah dalam memasukan
parameter profil baja ringan.
Gambar 2.7. Pemilihan bentuk frame baja ringan
c. Masukan parameter dimensi profil sebagai berikut :
Sections name : C75.065
Outside height : 75
Outside witdh : 40
Thicknees : 0.65
Radius : 1.5
Lip depth : 10
Lalu klik OK.
7. Menggambar rangka baja ringan pada grid dengan tahapan
sebagai berikut :
a. Pilih draw frame / cable element pada toolbar sebelah kiri
windows SAP2000
b. Pada properties of object, opsi sections gunakan profil
C75.065
c. Setelah itu dilakukan penggambarkan rangka baja ringan.
Adapun gambar rangka baja ringan yang telah dibuat pada
grid dengan SAP2000 Vr.16 disajikan pada gambar 2.8.
Jenis profil
Profil C
27
Gambar 2.8. Pemilihan bentuk frame baja ringan
d. Tumpuan pada kuda-kuda direncanakan berupa sendi. Klik
titik tumpuan lalu Pilih menu Assign > Joint > Restraints
e. Saat muncul kotak dialog seperti pada gambar 2.9, klik
simbol sendi lalu klik OK.
f. Jumlah frame pada kuda-kuda baja ringan ada 18 buah, maka
untuk menggambar frame yang lainnya pilih Crtl+A pilih
menu Edit > Replicate
g. Pada opsi dx dimasukkan nilai 1.2 yang berarti jarak antar
kuda-kuda.
h. Pada Number masukkan nilai 18 yang berarti jumlah kuda-
kuda
i. Klik OK.
Hasil replikasi frame kuda-kuda baja ringan pada semua grid
disajikan pada gambar 2.10.
28
Gambar 2.9. Kotak dialog replikasi frame
Gambar 2.10. Hasil replikasi frame baja ringan pada semua grid
2.4. Input Pembebanan
Untuk memasukkan beban beban yang terjadi pada rangka atap
baja ringan sesuai dengan nilai beban yang telah dihitung pada sub bab
sebelumnya dan caranya hampir sama dengan input pembebanan pada
kuda-kuda dengan profil baja WF. Adapun rincian langkah-langkah
input pembebanan sebagai berikut :
1. Pilih Define > Load Patterns
2. Masukkan beban yang terjadi pada rangka baja ringan :
29
a. Beban mati (D), berupa beban profil itu sendiri. Type :
Dead, diisi angka 1 pada Self Weight Multiplier kemudian
klik Add New Load Pattern.
b. Beban mati tambahan (D), berupa beban gording,
genteng, usuk dan reng atap. Type : Dead, diisi angka 0
pada Self Weight Multiplier kemudian klik Add New Load
Pattern.
c. Beban Kerja (L), berupa beban kerja sesuai dengan pada
parameter beban di atas. Type : Live, diisi angka 0 pada
Self Weight Multiplier kemudian klik Add New Load
Pattern.
d. Beban Angin (W), berupa beban angin sesuai dengan pada
parameter beban di atas. Type : Wind, diisi angka 0 pada
Self Weight Multiplier kemudian klik Add New Load
Pattern.
3. Untuk memasukan beban yang terjadi sesuai dengan data di
atas, pilih batang yang akan diberi beban lalu pilih menu
Assign > Frame Load > Distributed
4. Pada Load Pattern Name pilih beban mati tambahan.
5. Pada Uniform Load dimasukkan nilai beban mati tambahan
sebesar 61.5 kg/m2.
6. Tampilan beban mati tambahan pada rangka baja ringan
disajikan pada gambar 2.11. Untuk memasukkan nilai beban
lainnya menggunakan cara seperti yang diuraikan diatas.
Gambar 2.8. Tampilan hasil distribusi beban tambahan
30
2.5. Analisis Struktur
Setelah semua nilai beban telah dimasukkan, maka dapat
dilakukan analisis. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
analisis struktur baja ringan adalah :
1. Pilih menu Analyze > Run Analyze
2. Pada menu Set Load Cases to run pastikan kolom Action telah
Run semua
3. Klik Run Now
Gambar 2.9. Tampilan proses run rangka baja ringan
4. Setelah proses running berjalan maka Program SAP2000
Vr.14 memberikan tampilan rangka yang mengalami
deformasi akibat beban-beban yang bekerja.
Gambar 2.10. Tampilan rangka yang terdeformasi
31
5. Untuk mengetahui gaya-gaya dalam seperti momen, gaya
geser, dan gaya aksial, pilih Display > Show Forces / Stresses
> Frame / Cable / Tendons.
6. Pada tampilan Member Force / Stress Diagram For Frame,
untuk mengetahui gaya yang terjadi pada masing-masing
beban pilih Case/Combo Name
7. Pada opsi Component adalah pilihan macam-macam gaya
yang terjadi, pilih Moment 3-3 > klik OK.
Gambar 2.11. Kotak dialog untuk menampilkan
diagram Momen 3-3
8. Untuk mengetahui rasio kapasitas penampang klik
Start Cold Formed pada toolbar. Hasil analisis strukturnya
disajikan pada gambar 2.13.
Beban yang
terjadi
Macam gaya
32
Gambar 2.12. Tampilan diagram momen 3-3
9. Dari gambar 2.13, terlihat bahwa beberapa rangka memiliki
warna merah yang berarti rasio kapasitas penampangnya
lebih dari satu, yang berarti penampang tidak memenuhi
persyaratan yang diijinkan oleh peraturan untuk struktur
baja ringan.
10. Agar rasio kapasitas penampangnya kurang dari satu, maka
perlu dilakukan dengan memperbesar dimensi profil atau
mengubah bentuk konstruksi rangka baja ringan tersebut.
Gambar 2.13. Tampilan rasio kapasitas pada frame
33
11. Untuk mengetahui lebih detail rasio kapasitas dari masing
masing frame kuda-kuda baja ringan, klik frame yang dipilih
kemudian klik kanan.
Gambar 2.14. Tampilan informasi detail
nilai tegangan pada frame
12. Dari tampilan pada gambar 2.24, klik Summary dapat
diketahui lebih detail hasil desain frame.
Gambar 2.15. Tampilan detail gaya-gaya dalam pada frame
34
3.1. Data-data Perencanaan
Pada perencanaan portal gedung 2 lantai, terdiri dari beberapa
elemen struktur diantaranya : sloof, kolom, balok dan ring balok.
Adapun data-data yang dibutuhkan dalam perencanaan struktur
portal gedung adalah :
Mutu Beton : K-250
Mutu Baja : fy 400
Fungsi gedung : ruang sekolah
Gambar. 3.1. Tampak depan gedung
35
Gambar 3.2. Tampilan struktur portal 3D
Dimensi elemen struktur portal untuk perencanaan gedung 2
lantai disajikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Dimensi balok, sloof, kolom dan ring balok
3.2. Penentuan Jenis Material dan Pembebanan
Adapun penentuan jenis material dan pembebanan pada elemen
struktur portal disajikan pada Gambar 3.2, dengan ketentuan
sebagai berikut :
No
Jenis
Dimensi
Kode
Lebar
(B)
Tinggi
(H)
1
Balok 40 x 60
40 cm
60 cm
B40/60
2
Balok 20 x 30
20 cm
30 cm
B20/30
3
Sloof 15 x 20
15 cm
20 cm
S15/20
4
Kolom 45 x 45
45 cm
45 cm
K45/45
4
Ring Balok 15 x 25
15 cm
25 cm
RB15/25
36
a. Semua bahan dari beton bertulang dengan property : berat
jenis = 2,403 x 10-3 kg/cm3, modulus elastisitas (E) = 200000
kg/cm2, rasio poisson (U) = 0,2, koefisien ekspansi suhu (A) =
9,9 x 10-6, modulus geser (G) = 105606,82 dan kuat tekan beton
f’c = 250 kg/cm2.
b. Semua kolom ukurannya = 45x45 cm2, balok tepi = 40x60 cm2,
balok tengah = 20x30 cm2, sloof = 15x20 cm2, ring balok =
15x25 cm2.
c. Beban beban pada balok dan sloof sebagai berikut :
Beban mati disalurkan lewat balok meliputi beban plat
sendiri, beban rangka plafond, meja kursi dan almari di
dalam ruangan kelas ditentukan sebesar 360 kg/m2.
Beban hidup disalurkan lewat balok ditentukan sebesar 200
kg/m2.
Beban mati (D) :
q1D = 1,5 m x 360 kg/m2 = 540 kg/m
q2D = 1,5 m x 360 kg/m2 = 540 kg/m
Beban hidup (L) :
q1L = 1,5 m x 200 kg/m2 = 300 kg/m
q2L = 1,5 m x 200 kg/m2 = 300 kg/m
Pada balok yang terletak di tengah plat lantai maka
menerima beban mati (D) dan hidup (L) dari kanan dan
kiri plat.
37
Beban mati disalurkan lewat balok dan sloof berupa beban
dinding batu bata dan plesteran dinding ditentukan sebesar
300 kg/m2.
Beban mati (D) :
qD = 300 kg/m2 x tinggi dinding
= 300 kg/m2 x 3,5 m
= 1.050 kg/m
d. Beban pada kolom berupa beban titik yang terletak pada ujung
atas kolom. Beban tersebut berasal dari beban yang terjadi
struktur kuda-kuda.
e. Kombinasi pembebanan ditentukan : 1,2 D + 1,6 L
3.3. Input Data Material dan Penampang Frame
1. Pilih menu File > New Model
Selanjutnya akan ditampilkan kotak dialog New Model seperti
Gambar 3.3. Pada kotak dialog New Model, unit satuan dirubah
kgf, m, C kemudian pilih Grid Only.
Gambar 3.3. Pilihan model pada template
38
Gambar 3.4. Pengisian koordinat frame
2. Masukkan variabel pada X, Y, Z sesuai dengan gambar
tersebut. Number of Grid Lines merupakan parameter untuk
jumlah grid pada bidang X, Y, Z. Grid Spacing merupakan
parameter jarak antar grid pada bidang X, Y, Z. First Line
Locations titik awal penentuannya grid. Jika selesai pilih OK.
3. Klik dua kali garis arah X pada toolbar untuk merubah jarak
antar grid, kemudian ordinat x4 dirubah dari 10.5 menjadi 8.5
Gambar 3.5. Penggantian jarak antar frame
39
4. Klik ikon XZ pada toolbar untuk mengubah tampilan sumbu X-Y
menjadi tampilan X-Z. Selanjutnya akan ditampilkan antarmuka
SAP 2000 vr. 14 dengan jendela X-Z Plane dan 3D-View.
Gambar 3.5. Tampilan 3D pada grid
5. Pilih menu Define > Materials > Modify/Show Material. Unit
satuan dirubah menjadi Kgf, cm, C.
Gambar 3.5. Pemilihan material baru
Isi dan ubah parameter sesuai dengan jenis material, Jika
selesai klik OK.
40
Gambar 3.6. Pengisian data-data material
6. Penentuan dimensi kolom pada elemen struktur dapat
dilakukan dengan langkah-langkah berikut :
Pilih menu Define > Section Properties > Frame Section.
Selanjutnya ditampilkan kotak dialog Frame Properties seperti
Gambar 3.7.
Gambar 3.7. Kotak dialog frame sections
41
Klik ikon Add New Property.
Selanjutnya ditampilkan kotak dialog Add Frame Section
Property seperti pada Gambar 3.8.
Pada ikon Frame Section Property Type pilih Concrete.
Gambar 3.8. Kotak dialog add frame section property
7. Selanjutnya tampil kotak dialog Add Frame Section Property
ditampilkan pilihan bentuk penampang concrete seperti
Gambar 3.9. Pada kelompok Click to Add a Concrete Section
klik ikon Rectangular.
8. Setelah klik ikon Rectangular, pada Section Name ketik
K45/45 kemudian ditentukan Depth (t3) = 0.45 dan Width (t2)
= 0.45. Klik tombol Concrete Reinforcement. Selanjutnya
ditampilkan kotak dialog Reinforcement Data seperti Gambar
3.10.
42
Gambar 3.9. Memilih bentuk struktur beton
Gambar 3.10. Penentuan dimensi atau ukuran kolom
43
9. Pada kelompok Design Type, pilih tombol Column. Pada
kelompok Reinforcement Configuration, pilih tombol
Rectangular.
Gambar 3.11. Pengisian type desain struktur
44
Gambar 3.12. Hasil pendefinisian kolom K45/45
10. Penentuan dimensi balok pada elemen struktur dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : Pilih
menu Define > Section Properties > Frame Section.
Selanjutnya ditampilkan kotak dialog Frame Properties.
Klik ikon Add New Property.
Selanjutnya tampil kotak dialog Add Frame Section Property
seperti Gambar 3.13.
Pada ikon Frame Section Property Type, pilih Concrete.
Gambar 3.13 Penambahan penampang baru frame
45
Selanjutnya tampil kotak dialog Add Frame Section Property,
pada ikon Click to Add a Concrete Section, pilih ikon
Rectangular.
Gambar 3.14. Pemilihan bentuk struktur beton
Selanjutnya tampil kotak dialog Rectangular Section seperti
pada Gambar 3.15. Pada Dimensions, tentukan Depth (t3) =
0.6 dan Width (t2) = 0.4. Klik tombol Concrete Reinforcement.
Selanjutnya tampil kotak dialog seperti pada Gambar 3.15.
Gambar 3.15. Penentuan dimensi atau ukuran balok
46
Gambar 3.16. Pengisian jenis frame
dan tebal lapisan penutup beton
Pada kelompok Design Type, pilih tombol Beam. Pada
kelompok Concrete Cover to Longitudinal Rebar Center
tentukan Top dan Bottom adalah 0.04.
Klik OK untuk menutup kotak dialog.
Gambar 3.17. Hasil pendefinisian penampang balok B40/60
47
11. Penentuan dimensi balok 20x30 (B20/30), ring balok 15x25
(RB15/25), dan sloof 15x20 (S15/20 dapat dilakukan seperti
langkah-langkah pada pendefinisian Balok 40x60 (B40/60).
Gambar 3.18. Hasil dari pendefinisian semua elemen struktur
12. Gambar profil kedalam grid
Klik Draw > Draw Frame/Cable/Tendon pada toolbar
Gambar profil semua elemen struktur sesuai dengan posisi
dengan gambar rencana.
Gambar 3.19. Portal pada view X-Z @ Y=18
48
Gambar 3.20. Portal pada view Y-Z @ X=7
Klik pada setiap titik perletakan untuk menentukan jenis
tumpuan. Tumpuan direncanakan sebagai jepit, maka titik
perletakan di klik seperti Gambar 3.21.
Gambar 3.21. Penentuan tumpuan portal
13. Pilih menu Assign > Joint > Restraints.
Selanjutnya tampil kotak dialog Joint Restraints seperti
Gambar 3.22.
49
Gambar 3.22. Pada dialog joint restraints dipilih jepit
Pada Fast Restraints, klik ikon peletakan jepit yaitu gambar
paling kiri kemudian Klik OK.
Maka akan terlihat hasil peletakan jepit seperti pada Gambar
3.23.
Gambar 3.23. Hasil akhir penggambaran perletakan
50
3.4. Input Data Pembebanan
Dalam menentukan pembebanan pada portal dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Pilih menu Define > Load Pattern, selanjutnya ditampilkan
kotak dialog Define Load Pattern seperti Gambar 3.24.
Gambar 3.24. Penentuan jenis beban pada portal
2. Pada kotak masukan Load Pattern Name, isikan beban mati
DEAD, Klik Modify Load Pattern. Pada kotak masukan Load
Pattern Name, isikan beban mati LIVE. Pada menu drop-down
Type, klik tanda segitiga dan pilih LIVE. Pada kotak masukan
Self Weight Multipiler, isikan berat sendiri yaitu : 0
Klik Add New Load Pattern
Klik OK untuk menutup kotak dialog tersebut.
Gambar 3.25. Pendefinisian beban mati dan beban hidup
3. Pilih menu Define > Load Combinatian > Add New Combo
Selanjutnya ditampilkan kotak dialog Load Combinatian Data
seperti Gambar 3.26.
51
Gambar 3.26. Proses penentuan jenis kombinasi pembebanan
4. Pada kotak masukan Load Combinatian Name, isikan beban
mati COMB1. Pada menu kotak Scala Factor isikan : 1,2 Klik
Add. Pada kotak masukan Load Case Name, klik tanda segitiga
dan pilih LIVE. Pada menu kotak Scale Factor isikan : 1,6. Klik
OK untuk menutup kotak dialog tersebut.
Gambar 3.27. Penentuan beban kombinasi pada portal
52
5. Penentuan beban pada elemen struktur dilakukan dengan klik
batang balok B20/30, B40/60 yang bentangnya 3m maka
batang akan ditampilkan terputus-putus. Kemudian pilih
menu Assign > Frame Loads > Distributed. Selanjutnya
ditampilkan kotak dialog Frame Distributed Load seperti
Gambar 3.28
Gambar 3.28. Distribusi pembebanan pada balok
6. Pada menu drop-down Load Pattern Name, klik tanda segitiga
dan pilih DEAD.
Pada kelompok Load Type and Direction, klik tombol
Forces.
Pada menu drop-down Coord Sys, klik tanda segitiga dan
pilih Global.
Pada menu drop-down Direction, klik tanda segitiga dan
pilih Gravity.
Pada kelompok Option, pilih tombol Add to Existing Loads.
53
Pada kelompok Trapezodial Loads, pilih ikon Relatife
Distance from End-I.
Pada kotak masukan Distance = 0, ketik Load = 0.
Pada kotak masukan Distance = 1.5, ketik Load = 3450.
Pada kotak masukan Distance = 1.5, ketik Load = 3450.
Pada kotak masukan Distance = 1.5, ketik Load = 3450.
Pada kotak masukan Uniform Loads, ketik Load = 0.
Gambar 3.29. Pengisian beban trapezoidal pada
B20/30,B40/60 dengan bentang 3 m
Klik OK untuk menutup kotak dialognya.
Ulangi langkah-langkah tersebut untuk menentukan Beban
Hidup (LL) dan Beban mati (DL) pada balok yang lainnya.
7. Untuk pemasangan beban terpusat pada kolom dilakukan
dengan klik ujung atas Kolom (K45/45) maka batang akan
ditampilkan tanda silang.
Pilih menu Assign > Join Loads > Forces. Selanjutnya tampil
kotak dialog Joint Forces seperti pada Gambar 3.34.
54
Gambar 3.34 . Pemasangan beban terpusat
pada kolom K45/45
Pada menu drop-down Load Pattern Name, klik tanda segitiga
dan pilih DEAD.
Pada bagian Loads, pilih Force Global Z masukkan atau ketik
Force Global Z = -570
Pada kelompok Coordinate System, klik segitiga pilih Global.
Pada kelompok Option, pilih tombol Add to Existing Loads.
Gambar 3.35. Pengisian nilai pembebanan pada kolom
Klik OK untuk menutup kotak dialognya.
Ulangi langkah-langkah tersebut untuk menentukan Beban
Hidup (LL).
55
3.5. Melakukan Analisis Struktur
Pilih menu Analyze > Run Analisis.
Selanjutnya tampil kotak dialog Set Load Cases to Run seperti
pada Gambar 3.36.
Gambar 3.36. Setting kasus pembebanan untuk running
Adapun hasilnya seperti pada Gambar 3.37
Gambar 3.37. Tampilan deformasi struktur pada portal
a. Mendesain Beton
Untuk menyesuaikan dengan SNI
Pilih pada menu View<Revise Preferences
Selanjutnya tampil kotak dialog Concrete Frame Design
Preferences for ACI 318-99 seperti pada Gambar 3.38.
56
Pilih Desain Code : ACI 318-99
Masukan atau ganti nilai Phi (Bending-Tension) di
kolom Value = 0.8.
Masukan atau ganti nilai Phi (Compression Tied) di
kolom Value = 0.65.
Masukan atau ganti nilai Phi (Compression Spiral) di
kolom Value = 0.7.
Masukan atau ganti nilai Phi (Shear) di kolom Value =
0.6.
Klik OK untuk menutup kotak dialognya.
Gambar 3.38. Penyesuaian dengan desain SNI
Pilih menu Design > Concrete Frame Design > Strat
Design/ Check Of Structure.
Selanjutnya tampil kotak dialog Longitudinal Reinforcing
Area seperti pada Gambar 3.39.
57
Gambar 3.39. Tampilan luas ratio penulangan
pada portal
b. Cek Kesesuaian Design
Pilih menu Design > Concrete Frame Design > Very all Members
Passed.
Selanjutnya tampil kotak dialog All concrete frames passed the
stress/capacity check or are designed seperti yang disajikan pada
Gambar 3.40 yang berarti semua disain sudah memenuhi syarat
kapasitas.
Gambar 3.40. Tampilan bahwa desain sudah
memenuhi syarat kapasitas
Klik OK untuk menutup kotak dialognya.
c. Hasil Penulangan dengan SAP 2000
Pilih salah satu frame yang akan ditinjau kemudian klik kanan,
maka akan tampil seperti yang disajikan pada Gambar 3.41.
Pada contoh ini dipilih balok ukuran B20/30, B40/60 dan kolom
K45/45 yang dilingkari pada gambar 3.39.
58
i. Penulangan pada Balok 20/30
1. Pada ujung balok
Gambar 3.41. Tampilan hasil informasi desain balok 20/30
Klik Summary maka akan muncul tampilan seperti pada gambar
3.42.
Gambar 3.42. Data hasil desain balok 20/30
a. Tulangan lentur balok 20/30 :
Tulangan atas
Luas total diperlukan = 5,974 cm2
Digunakan tulangan : 4 Ф 14 = 6,160 cm2
59
Tulangan bawah
Luas total diperlukan = 2,795 cm2
Digunakan tulangan : 2 Ф 14 = 3,080 cm2
b. Tulangan geser balok 20/30 :
Av/S = 0.040 cm2/cm = 0,40 mm2/mm
Jarak maksimum
Phi*Vs = 2625,510 kg
Vs = 2625,510/0.6 = 4375,167 kg = 42920 Newton
fc = 250 kg/cm2 = 24,5 Mpa
fy = 4200 kg/cm2 = 412,0 Mpa
1/3. . bw. d = 1/3. . 300. (300-40)
= 128693 Newton > Vs
Dipakai ketentuan S maks = 600 mm, atau
s maks = ½ d = 1/2. (300-40) = 130
s maks = 130 mm, digunakan s = 100 mm
Luas geser maksimum
Vu = 5241,607 kg
Phi*Vc = 2616,097 < Vu.....Diperlukan tulangan
geser dengan Av/S = 0,40 mm2/mm.
Digunakan Ф 10 .... Av = 2. π/4. 102 = 157 mm2
S = 157/0.4 = 392,5 mm
Digunakan tulangan Ф 10 - 100
2. Pada tengah balok
Gambar 3.43. Tampilan hasil informasi desain balok 20/30
60
Klik Summary maka akan muncul tampilan seperti pada gambar
3.44.
Gambar 3.44. Data hasil desain balok 20/30
a. Tulangan lentur balok 20/30 :
Tulangan atas
Luas total diperlukan = 1,733 cm2
Digunakan tulangan : 2 Ф 14 = 3,080 cm2
Tulangan bawah
Luas total diperlukan = 1,733 cm2
Digunakan tulangan : 2 Ф 14 = 3,080 cm2
b. Tulangan geser balok 20/30 :
Av/S = 0.017 cm2/cm = 0,170 mm2/mm
Jarak maksimum
Phi*Vs = 1096,789 kg
Vs = 1096,789/0.6 = 1827,982 kg = 17932,5 Newton
fc = 250 kg/cm2 = 24,5 Mpa
fy = 4200 kg/cm2 = 412,0 Mpa
1/3. . bw. d = 1/3. . 300. (300-40)
= 128693 Newton > Vs
Dipakai ketentuan S maks = 600 mm, atau
s maks = ½ d = 1/2. (300-40) = 130
s maks = 130 mm, digunakan s = 100 mm
61
Luas geser maksimum
Vu = 1553,108 kg
Phi*Vc = 2616,097 > Vu.....Tidak perlu pembatasan
tulangan minimum dan hanya dibatasi jarak
maksimum saja.
Digunakan tulangan Ф 10 - 100
ii. Penulangan pada Balok 40/60
1. Pada ujung balok
Gambar 3.45. Tampilan informasi desain balok 40/60
Klik Summary maka akan muncul tampilan seperti yang disajikan
pada gambar 3.46.
Gambar 3.46. Data Desain Concrete Balok 40/60
62
a. Tulangan lentur balok 40/60 :
Tulangan atas
Luas total diperlukan = 2,152 cm2
Digunakan tulangan : 3 Ф 14 = 4,620 cm2
Tulangan bawah
Luas total diperlukan = 1,072 cm2
Digunakan tulangan : 2 Ф 14 = 3,080 cm2
b. Tulangan geser balok :
Av/S = 0 cm2/cm = 0 mm2/mm
Jarak maksimum
Phi*Vs = 0 kg
Vs = 0/0.6 = 0 kg = 0 Newton
fc = 250 kg/cm2 = 24,5 Mpa
fy = 4200 kg/cm2 = 412,0 Mpa
1/3. . bw. d = 1/3. . 300. (300-40)
= 128693 Newton > Vs
Dipakai ketentuan S maks = 600 mm, atau
s maks = ½ d = 1/2. (600-40) = 280
s maks = 280 mm, digunakan s = 250 mm
Luas geser maksimum
Vu = 5052,146 kg
Phi*Vc = 11269,339 > Vu.....Tidak perlu
pembatasan tulangan minimum dan hanya dibatasi
jarak maksimum saja.
Digunakan tulangan Ф 10 250
2. Pada tengah balok
Gambar 3.47. Tampilan informasi desain balok 40/60
63
Klik Summary maka akan muncul tampilan seperti yang disajikan
pada gambar 3.48.
Gambar 3.48. Data Desain Concrete Balok 40/60
c. Tulangan lentur balok 40/60 :
Tulangan atas
Luas total diperlukan = 0,535 cm2
Digunakan tulangan : 2 Ф 14 = 3,080 cm2
Tulangan bawah
Luas total diperlukan = 1,516 cm2
Digunakan tulangan : 3 Ф 14 = 4,620 cm2
d. Tulangan geser balok :
Av/S = 0 cm2/cm = 0 mm2/mm
Jarak maksimum
Phi*Vs = 0 kg
Vs = 0/0.6 = 0 kg = 0 Newton
fc = 250 kg/cm2 = 24,5 Mpa
fy = 4200 kg/cm2 = 412,0 Mpa
1/3. . bw. d = 1/3. . 300. (300-40)
= 128693 Newton > Vs
Dipakai ketentuan S maks = 600 mm, atau
s maks = ½ d = 1/2. (600-40) = 280
s maks = 280 mm, digunakan s = 250 mm
64
Luas geser maksimum
Vu = 585,149 kg
Phi*Vc = 11269,339 > Vu.....Tidak perlu
pembatasan tulangan minimum dan hanya dibatasi
jarak maksimum saja.
Digunakan tulangan Ф 10 - 250
iii. Penulangan pada Kolom 45/45
Gambar 3.49. Tampilan informasi desain kolom 45/45
Klik Summary maka akan di munculkan tampilan seperti pada
gambar 3.50.
.
Gambar 3.50. Data hasil desain kolom 45/45
65
1. Tulangan lentur kolom :
Luas total diperlukan = 20.250 cm2
Digunakan tulangan : 14 Ф 14 = 21.540 cm2
2. Tulangan geser kolom :
Av/S = 0.038 cm2/cm = 0,38 mm2/mm
Jarak maksimum
Phi*Vs = 3634,979 kg
Vs =563634,979/0.6 =6058,298 kg = 59432 Newton
fc = 250 kg/cm2 = 24,5 Mpa
fy = 4200 kg/cm2 = 412,0 Mpa
1/3. . bw. d = 1/3. . 450. (450-67)
= 284363 Newton > Vs
Dipakai ketentuan S maks = 600 mm, atau
s maks = ½ d = 1/2. (450-67) = 191,5
s maks = 190 mm, digunakan s = 150 mm
Luas geser maksimum
Vu = 4885,764 kg
Phi*Vc = 9659,97 > Vu.....Tidak perlu pembatasan
tulangan minimum
Digunakan tulangan besi Ф 10 - 150
3.6. Menampilkan Gaya-gaya Dalam Struktur
Untuk menampilkan hasil gaya-gaya dalam berupa bidang momen
pada struktur portal, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Pilih menu Display > Show Forces/Stresses > Frames/Cables.
b. Selanjutnya ditampilkan kotak dialog Member Forces Diagram
for Frames.
c. Pada kelompok Case/Combo, klik tanda segitiga menu drop-
down Case/Combo Name dan pilih COMB1.
d. Pada kotak dialog Member Forces Diagram for Frames
kelompok Component, pilih tombol Moment 3-3.
e. Pada kelompok Scaling, pilih Auto.
f. Pada kelompok Options, pilih Show Values on Diagram
g. Klik OK.
66
Gambar 3.51. Tampilan momen 3-3 pada beban kombinasi
Selanjutnya tampil bidang momen pada portal karena beban
kombinasi seperti pada gambar 3.52.
Gambar 3.52. Bidang momen pada portal
karena beban kombinasi
Selanjutnya klik kanan pada balok atau kolom yang ditinjau,
maka akan tampil kotak dialog Diagrams for Frame Object.
67
Pada ikon Case pilih COMB1, sedangkan pada Display Options
pilih Show Max.
Maka akan tampil nilai gaya dan momen pada ujung frame, gaya
geser dan momen maksimum serta defleksi struktur, seperti
yang disajikan pada gambar 3.53.
Gambar 3.53. Gaya dan momen maksimum pada kolom
68
4.1. Data-data Perencanaan
Pada perencanaan plat lantai, data-data yang dibutuhkan dalam
perencanaan plat lantai adalah :
Mutu Beton (f’c) : 20 Mpa
Mutu Baja (fy) : 240 Mpa
Tebal plat : 12 cm
Ukuran plat : 3 x 3 m
Gambar. 4.1. Tampak depan gedung
69
Gambar. 4.2. Denah gedung sekolah
Untuk memodelkan struktur plat, diambil 1 pias plat dengan
ukuran 3 x 3 m.
Gambar. 4.3. Gambar model 1 pias plat
4.2. Penggambaran Plat dan Inputing Data
a. Menggambar plat
Penentuan dimensi plat dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
Pilih menu Define > Section Properties > Area Section.
Selanjutnya ditampilkan kotak dialog Sections seperti
Gambar 4.4.
70
Gambar. 4.4. Kotak dialog untuk penambahan section baru
Klik ikon Add New Section
Selanjutnya tampil kotak dialog Add New Section seperti
pada Gambar 4.5.
Pada section name ketik nama Plat, klik type Shell Thin,
material name pilih beton atau concrete. Pada bagian
Thickness ketik 0,12 untuk Membrane dan ketik 0,12,
kemudian klik OK.
Kemudian klik ikon
Selanjutnya ditampilkan kotak dialog Display Option For
Active Window seperti pada Gambar 4.6.
Pada kotak dialog Display Option For Active Window,
pada bagian General klik Fill Object kemudian klik OK.
Pilih menu View > Set 2D View kemudian tampil kotak
dialog seperti pada Gambar 4.7.
Selanjutnya klik X-Y Plane kemudian klik OK. Pilih ikon
Quick Draw Area Element, pada Properties of Object
pilih plat selanjutnya klik tanda panah pada tempat
rencana plat sehingga diperoleh gambar plat seperti
pada gambar 4.8.
71
Gambar 4.5. Kotak dialog penentuan material dan tebal plat
Gambar 4.6. Pengaturan tampilan gambar frame dan plat
72
Gambar 4.7. Perubahan tampilan 2D X-Y Plane
Gambar 4.8. Hasil penggambaran plat pada portal
Pilih menu Select > Select > Properties > Area Section
Selanjutnya ditampilkan kotak dialog seperti Gambar
4.9. kemudian pilih plat dan klik OK.
73
Gambar 4.9. Pemilihan jenis section yang akan dianalisis
Pilih menu Edit > Edit Areas > Devide Areas Properties >
Area Section.
Selanjutnya ditampilkan kotak dialog Section seperti
Gambar 4.10. Ketik angka 2 pada Along Edge from Point 1
to 2 dan pada Along Edge from Point 1 to 3.
Gambar 4.10. Penentuan devide area pada plat
Selanjutnya terlihat tampilan seperti pada gambar 4.11.
74
Gambar. 4.11. Tampilan plot devide area pada plat
b. Input Beban Pada Plat
Beban yang terjadi pada plat meliputi beban hidup, beban
mati (beban plat sendiri) dan beban mati tambahan (keramik,
spesi dan pasir urug). Adapun langkah-langkahnya adalah :
Pilih plat yang akan diberi beban lalu pilih menu Assign
> Area load > Unifrom (Shell).
Selanjutnya masukkan beban hidup sebesar 200 kg/m2,
kemudian klik OK seperti dalam Kotak Dialog dalam
Gambar 4.12.
Dengan cara yang sama dimasukkan beban mati
tambahan sebesar 120 kg/m2. Kotak Dialog seperti
Gambar 4.12.
75
Gambar. 4.12. Tampilan input beban hidup pada plat
4.3. Analisa Struktur Plat
Setelah beban telah dimasukkan makan analisa sudah siap
dilakukan. Langkah pertama adalah :
a. Pilih menu Analyze > Run Analyze
b. Pada menu Set Load Cases to Run pastikan kolom Action
dalam posisi Run semua
c. Klik Run Now
Gambar. 4.13. Proses Run Analysis
d. Setelah running telah berjalan maka SAP.2000 menunjukkan
rangka yang telah berdeformasi akibat beban yang bekerja.
76
Gambar 4.14. Tampilan deformasi pada plat
e. Untuk mengetahui gaya-gaya dalam seperti momen dan
gaya geser klik show forces / shells .
f. Kemudian pilih M11 dan M22, sehingga diperoleh tampilan
seperti gambar 4.15.
Gambar 4.15. Tampilan momen M11 dan M22
77
g. Untuk mengetahui nilai momen tumpu dan lapangan baik
arah X dan arah Y dilakukan dengan pilih Display<Show
Tables. Sehingga tampil kotak dialog pada gambar 4.16.
kemudian klik OK.
Gambar 4.16. Kotak dialog untuk menampilkan
hasil gaya-gaya dalam
Gambar 4.17. Output gaya-gaya dalam yang terjadi pada plat
78
Gambar 4.18. Display label joint
pada tampilan 2D dan 3D
Untuk menghitung tulangan pada dilakukan tahapan sebagai berikut :
a. Merubah satuan momen (Mu) dari Kgm menjadi Nmm dengan
mengalikan dengan angka 104
b. Menghitung Mn, Rn, m dan dengan persamaan sebagai
berikut : 
 



󰇯
 󰇰
c. Cek nilai , jika nilai minimum ; maka digunakan nilai minimum .
Jika nilai maksimum ; maka digunakan nilai maksimum.
79
d. Menghitung luas tulangan perlu (As perlu) :
As perlu = .b.d
e. Tentukan diameter tulangan dan jarak antar tulangan.
f. Cek luas tulangan ada (As ada) :
As ada = ¼. Π.d2. 1000 / jarak antar tulangan.
g. jika nilai As perlu As ada; maka diameter tulangan dan jarak
tulangan sudah memenuhi syarat.
Adapun nilai momen dan hasil penulangan pada plat disajikan pada
tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil momen arah X dan arah Y termasuk hasil
penulangan tumpu dan lapangan
Dalam arah tegak lurus tulangan pokok harus disediakan tulangan
bagi (demi tegangan suhu dan susut).
Untuk fy = 240
Nilai As adalah : 

Maka : 

= 300 mm2
Diperlukan tulangan D10 250 = 314,28 mm2 > 300 mm2
80
5.1. Data-data Perencanaan
Pada perencanaan pondasi, pondasi berupa pondasi telapak (foot
plate). Adapun data-data yang dibutuhkan dalam perencanaan
pondasi adalah :
Mutu Beton (f’c) : 20 Mpa
Mutu Baja (fy) : 240 Mpa
Rencana uk.pondasi : 1,5 x 1,5 m
Daya dukung tanah : 2 kg/cm2
Kedalaman tanah keras : 1,0 m
5.2. Hasil Analisis
Untuk mengetahui reaksi perletakan yang terjadi pada setiap
pondasi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Pilih Display < Show Tables. Sehingga tampil kotak dialog pada
gambar 5.1, kemudian klik OK.
b. Klik Analysis Results, kemudian klik Joint Output dan klik OK.
c. Kemudian tampil kotak dialog Joint Reactions, kemudian pilih
Joint Reactions sehingga tampil kotak dialog seperti pada
gambar 5.1.
81
Gambar 5.1. Gaya-gaya dalam pada setiap perletakan pondasi
d. Jika ingin memindah output hasil gaya-gaya dalam pada
semua reaksi perletakan, pilih File > Export All Table > To
Excel
Gambar 5.2. Tampilan proses eksport output ke MS. Excel
82
5.3. Penulangan Pondasi
Untuk keperluan praktis perencanaan tulangan pada pondasi foot
plate, maka gaya-gaya dalam yang digunakan adalah yang paling
maksimum dengan tahapan sebagai berikut :
a. Berdasarkan tabel hasil output gaya-gaya dalam, diperoleh
momen maksimum sebesar 5498,71 kgm sedangkan gaya
aksial maksimum sebesar 34806,08 kg.
b. Menghitung tegangan yang terjadi pada pondasi yang nilainya
harus lebih rendah dari tegangan tanah. Untuk menghitung
tegangan pada pondasi terlebih dahulu dihitung total gaya
aksial yang bekerja pada pondasi dengan cara seperti
disajikan pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Perhitungan gaya total yang bekerja pada pondasi
serta tegangan pondasi & tanah
Keterangan :
c = koefisien pengali, kecuali pada berat tanah
merupakan volume pondasi beton dan kolom
p = panjang pondasi (m)
l = lebar pondasi (m)
t = tebal pondasi (m)
A = luas pondasi (m2)
δ = berat jenis beton dan tanah (kg/m3)
Vtotal = jumlah gaya berat (Kg)
Mtotal = momen pada pondasi (Kgm)
83
δ = tegangan pondasi dan tanah (kg/m2)
= 


c. Kemudian dihitung tulangan lentur dan susut seperti pada
tabel 5.2.
Tabel 5.2. Perhitungan tulangan lentur dan susut pada
Pondasi Footplate.
Menghitung Mn, Rn, m dan dengan uraian sebagai
berikut :
o 
o 

o 
󰆒
o


Cek nilai , jika nilai minimum ; maka digunakan nilai
minimum . Jika nilai maksimum ; maka digunakan nilai
maksimum.
Menghitung luas tulangan perlu (As perlu) :
As perlu = .b.d
Tentukan diameter tulangan dan jarak antar tulangan.
Cek luas tulangan ada (As ada) :
As ada = ¼. Π.d2. 1000 / jarak antar tulangan.
jika nilai As perlu As ada; maka diameter tulangan dan
jarak tulangan sudah memenuhi syarat.
84
6.1. Data-data Perencanaan
Pada perencanaan tangga, data-data yang dibutuhkan dalam
perencanaan adalah :
Mutu Beton (f’c) : 20 Mpa
Mutu Baja (fy) : 240 Mpa
Tebal plat tangga : 12 cm
Tebal plat bordes : 15 cm
Gambar. 6.1. Tampak depan gedung
85
Gambar. 6.2. Denah tangga
Data-data tambahan dimensi tangga sebagai berikut :
Tinggi tangga (H) : 3 m
Lebar tangga (OW) : 1 m
Tebal plat tangga : 12 cm
Panjang tangga (SPL) : 3 m
Panjang bordes (RWL) : 1 m
6.2. Input Data Material dan Dimensi Tangga
1. Pilih menu File > New Model
Selanjutnya akan ditampilkan kotak dialog New Model seperti
Gambar 6.3. Pada kotak dialog New Model, unit satuan dirubah
kgf, m, C kemudian pilih Staircases.
Gambar 6.3. Pilihan model pada template
86
2. Pilih Staircase Type-2 kemudian masukkan nilai H, LLW, RLW,
SPL, SW1, SW2, OW sesuai dengan gambar tangga. Jika
selesai pilih OK.
Gambar 6.4. Pengisian parameter dimensi tangga
3. Kemudian terlihat tampilan 2D dan 3D tangga.
Gambar 6.5. Tampilan 2D dan 3D
4. Pilih menu Define > Materials > Modify/Show Material. Unit
satuan dirubah menjadi Kgf, cm, C.
87
Gambar 6.6. Pemilihan material baru
Isi dan ubah parameter sesuai dengan jenis material, Jika
selesai klik OK.
Gambar 6.7. Pengisian data-data material
88
5. Penentuan dimensi bordes dan tangga pada elemen struktur
tangga dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut :
Pilih menu Define > Section Properties > Area Section.
Selanjutnya ditampilkan kotak dialog Frame Properties seperti
Gambar 6.7.
Gambar 6.7. Kotak dialog area sections
6. Klik ikon Add New Section
Selanjutnya ditampilkan kotak dialog Shell Section Data
Property seperti pada Gambar 6.8. Pada ikon Section Name
ketik BORDES. Pada ikon Thickness ketik membrane = 0,15 m
dan Bending = 0,15 m kemudian klik OK.
7. Klik ikon Add New Section
Selanjutnya ditampilkan kotak dialog Shell Section Data
Property seperti pada Gambar 6.8. Pada ikon Section Name
ketik PLAT., pada ikon Thickness ketik membrane = 0,12 m
dan Bending = 0,12 m kemudian klik OK.
89
Gambar 6.8. Kotak dialog add frame section property
8. Selanjutnya pada tampilan 2 Dimensi X-Y Plane@ Z=2 blok
semua BORDES, kemudian Assign>Area>Sections sehingga
tampil kotak dialog Area Section. Pilih BORDES lalu klik OK.
9. Selanjutnya pada tampilan 3 Dimensi blok semua PLAT
TANGGA kemudian pilih Assign>Area>Sections sehingga
tampil kotak dialog Area Section. Pilih PLAT TANGGA lalu klik
OK.
90
Gambar 6.9. Kotak dialog area section
Gambar 6.9. Hasil pendefinisian BORDES
Gambar 6.10. Hasil pendefinisian PLAT TANGGA
91
10. Pada toolbar pilih Set YZ View untuk merubah tumpuan pada
BORDES menjadi jepit, sehingga diperoleh tampilan seperti
gambar 6.11.
Gambar 6.11. Tampilan 3D dan 2D tumpuan pada BORDES
11. Kemudian klik semua perletakan pada BORDES, pilih
Assign<Joint<Restraints sehingga tampil kotak dialog seperti
pada gambar 6.12. Pilih Rotation about 1,2,3 kemudian klik
klik OK.
Gambar 6.12. Kotak dialog Joint Restraints
92
Gambar 6.13. Tampilan 2D Joint Restraints
6.3. Input Data Pembebanan
Dalam menentukan pembebanan pada tangga dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pilih menu Define > Load Pattern, selanjutnya ditampilkan
kotak dialog Define Load Pattern seperti Gambar 6.14.
Gambar 6.14. Penentuan jenis beban pada tangga
2. Pada kotak masukan Load Pattern Name, isikan beban mati
Type pilih DEAD, pada Modify Load Pattern ketik 1 kemudian
klik Add New Load Pattern
3. Lakukan hal yang sama pada Beban Mati Tambahan dan
Beban Hidup, Namun pada Modify Load Pattern ketik 0
kemudian klik Add New Load Pattern kemudik klik OK.
93
Gambar 6.12. Pendefinisian beban mati dan beban hidup
4. Pilih menu Define > Load Combinatian > Add New Combo
Selanjutnya ditampilkan kotak dialog Load Combinatian Data
seperti Gambar 6.13.
Gambar 6.13. Kotak dialog kombinasi pembebanan
5. Pada kotak masukan Load Combinatian Name, ketik COMB1
pada Load Case Name, pilih Beban Mati dan menu kotak
Scala Factor isikan angka 1,2 Klik Add.
94
6. Selanjutnya pada Load Case Name, pilih Beban Mati Tambahan
dan menu kotak Scala Factor isikan angka 1,2 Klik Add. Pada
Load Case Name, pilih Beban Hidup dan menu kotak Scala Factor
isikan angka 1,6 Klik Add dan Klik OK.
Gambar 6.14. Penentuan beban kombinasi pada tangga
7. Beban yang terjadi pada plat meliputi Beban Hidup, Beban Mati
(beban PLAT TANGGA dan BORDES) dan Beban Mati Tambahan
(keramik, spesi dan pasir urug). Adapun langkah-langkahnya
adalah :
Pilih plat tangga yang akan diberi beban lalu pilih menu
Assign > Area load > Unifrom (Shell).
Selanjutnya masukkan Beban Hidup sebesar 250 kg/m2,
kemudian klik OK seperti dalam Kotak Dialog dalam Gambar
6.15.
Dengan cara yang sama dimasukkan Beban Mati Tambahan
sebesar 120 kg/m2.
Lakukan hal yang sama pada BORDES.
95
Gambar. 6.15. Tampilan input beban hidup pada tangga
6.4. Analisis Struktur Tangga
Setelah semua beban telah dimasukkan pada plat tangga dan
bordes, maka analisa sudah siap dilakukan. Langkah pertama
adalah :
a. Pilih menu Analyze > Run Analyze
b. Pada menu Set Load Cases to Run pastikan kolom Action
dalam posisi Run semua
c. Klik Run Now
Gambar. 6.16. Proses Run Analysis
d. Setelah running telah berjalan maka SAP2000 menunjukkan
struktur tangga yang telah berdeformasi akibat beban yang
bekerja.
96
Gambar 6.17. Hasil deformasi pada struktur tangga
e. Untuk mengetahui gaya-gaya dalam seperti momen dan
gaya geser klik show forces / shells .
f. Kemudian pilih M11 dan M22, sehingga diperoleh tampilan
seperti gambar 6.17 dan 6.18.
g. Untuk mengetahui nilai momen tumpu dan lapangan baik
arah X dan arah Y dilakukan dengan pilih Display<Show
Tables. Sehingga tampil kotak dialog pada gambar 6.18.
kemudian klik OK.
Gambar 6.17. Tampilan hasil momen M11
97
Gambar 6.18. Tampilan hasil momen M22
Gambar 6.19. Kotak dialog untuk menampilkan
hasil gaya-gaya dalam pada struktur Tangga
98
Gambar 6.20. Output gaya-gaya dalam pada struktur tangga
Gambar 6.21. Display label joint pada tampilan 3D
99
Untuk merencanakan tulangan pokok pada struktur tangga dilakukan
tahapan sebagai berikut :
a. Merubah satuan momen (Mu) dari Kgm menjadi Nmm
dengan mengalikan dengan angka 104
b. Menghitung Mn, Rn, m dan dengan persamaan sebagai
berikut : 




󰇯
 󰇰
c. Cek nilai , jika nilai minimum ; maka digunakan nilai
minimum . Jika nilai maksimum ; maka digunakan nilai
maksimum.
d. Menghitung luas tulangan perlu (As perlu) :
As perlu = .b.d
e. Tentukan diameter tulangan dan jarak antar tulangan.
f. Cek luas tulangan ada (As ada) :
As ada = ¼. Π.d2. 1000 / jarak antar tulangan.
g. jika nilai As perlu As ada; maka diameter tulangan dan jarak
tulangan sudah memenuhi syarat.
Adapun nilai momen dan hasil penulangan pada plat tangga dan
bordes disajikan pada tabel 6.1.
100
Tabel 6.1. Hasil momen arah X dan arah Y termasuk hasill
tulangan pokok pada plat tangga dan bordes
Dalam arah tegak lurus tulangan pokok harus disediakan tulangan
bagi (demi tegangan suhu dan susut).
Untuk fy = 240
Nilai As adalah : 

Maka :
a. Untuk plat tangga : 

= 300 mm2
Diperlukan tulangan D10 250 = 314,28 mm2 > 300 mm2
b. Untuk bordes : 

= 375 mm2
Diperlukan tulangan D10 200 = 392,86 mm2 > 375 mm2
101
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010. Video Tutorial SAP 2000. Bamboomedia, Bali.
Darmadi, Ir. MM. Modul-SAP 2000. https://darmadi18.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 10 Juni 2014.
Gunawan, Ir. Rudy. 1988. Tabel Profil Konstruksi Baja. Kanisius,
Yogyakarta
Kusuma, Ir. Gideon H., M.Eng dan Dr. Ir. Takim Andriono. 1996. Desain
Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa.
Erlangga, Jakarta.
Pramono, Handi, dkk. Desain Konstruksi Plat dan Rangka Beton
Bertulang dengan SAP 2000 Vr.09. Andi, Yogyakarta
Vis, Ir. W.C. dan Ir. Gideon H. Kusuma, M.Eng. 1993. Dasar-dasar
Perencanaan Beton bertulang. Erlangga, Jakarta.
Vis, Ir. W.C. dan Ir. Gideon H. Kusuma, M.Eng. 1993. Grafik dan Tabel
Perhitungan Beton bertulang. Erlangga, Jakarta.
102
Nanang Saiful Rizal, ST., MT., lahir di
Lumajang 5 April 1978. Pendidikan SD Curah
Petung 01, SMPN 3 dan SMAN 2 ditempuh di Kota
Kelahiran dan pada tahun 1995 melanjutkan studi
S1 di Jurusan Teknik Pengairan (Sipil Hidro)
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, yang
diselesaikan pada tahun 1999. Pada tahun 2004
melanjutkan studi S2 dengan Beasiswa Dirjen
DIKTI Kemendikbud RI di Program Studi Teknik
Sipil Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang,
yang diselesaikan pada tahun 2006. Sejak tahun
2001 diterima sebagai staff pengajar di Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Jember. Jabatan yang pernah
diemban diantaranya sebagai Kepala Laboratorium
Teknik Sipil, Ketua Jurusan Teknik Sipil dan
Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah
Jember.
Disamping mengajar di Jurusan Teknik Sipil
juga aktif dalam kegiatan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat serta membimbing
mahasiswa dalam program kreativitas mahasiswa
(PKM) dan Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS).
Beberapa kegiatan penelitian yang telah dilakukan
yang didanai Kemendikbud adalah Penelitian Dosen
Pemula, Penelitian Hibah Bersaing, Penelitian
Strategis Nasional dan Penelitian MP3EI. Dalam
kegiatan pengabdian diantaranya dalam program
Ipteks bagi Masyarakat (IbM), Ipteks bagi Inovasi
dan Kreatifitas Kampus (IbIKK), Program Hi Link,
KKN Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat
(PPM) dan Iptekda LIPI.
Selain itu juga terlibat dalam kegiatan
profesi diantaranya: IATPI, HATHI, ASTTI dan
asosiasi profesi lainnya.
Dengan kemajuan komputerisasi,
rekayasa di bidang teknik sipil lebih mudah dan cepat.
Termasuk dalam perencanaan
struktur bangunan.
Melalui buku ini akan dijelaskan bagaimana
merencanakan struktur bangunan secara praktis,
mudah dan cepat serta langsung aplikatif sesuai
kebutuhan dalam perencanaan struktur bangunan
dengan program SAP 2000 Vr.16.
Buku ini disajikan dalam 6 Bab, yaitu perencanaan kuda-
kuda, baja ringan, portal, plat, pondasi bangunan
dan perencanaan tangga.
Setiap Bab dapat dipelajari dalam waktu 1 jam,
kemudian latihan soalnya 1 jam sehingga materi ini
dapat dikuasai oleh siswa & mahasiswa
dalam waktu 24 Jam
ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication.
ResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.