Content uploaded by Intan Trixzi Fradina
Author content
All content in this area was uploaded by Intan Trixzi Fradina on Dec 28, 2022
Content may be subject to copyright.
JUSTE
Doi:
Journal of Science and Technology
Naskah diterima: 12 Juli 2022
Naskah disetujui: 9 Oktober 2022
Manajemen Pemberian Pakan pada Induk dan
Benih Ikan Nila (
Oreochromis niloticus
) di Instalasi
Perikanan Budidaya, Kepanjen - Kabupaten Malang
(Feeding Management for Nile tilapia (Oreochromis niloticus) Brood
stock and Seed in the Aquaculture Installation, Kepanjen - Malang
Regency)
Intan Trixzi Fradina1,*, Husain Latuconsina1
1Departemen Biologi, FMIPA-UNISMA, Malang
*Email korespondensi: 21901061008@unisma.ac.id
Abstract
One of the industries that can be done to meet the food needs of the community is aquaculture. The type of fish that
is currently the most widely cultivated is tilapia (Oreochromis niloticus). Although cultivating tilapia is relatively
simple, there are several things that make it difficult to achieve optimal tilapia production, one of which is feeding
management. Fish farming depends on effective feed management, which involves selecting the right type of feed,
the right volume, and the right frequency of feeding based on the needs of the fish. Management of feeding on
broodstock and fry of tilapia (Oreochromis niloticus) includes feeding management which consists of sampling
broodstock and fry, calculating feed requirements for broodstock and fry, calculating feed conversion (Food
Conversion Ratio), survival, and observing pond water quality parameters. The frequency of feeding 2 times a day
at the Aquaculture Installation (IPB) of Kepanjen, Malang Regency - East Java was able to produce high survival
rates (SR), and a relatively low FCR indicating a fairly efficient feed utilization rate. The observed water quality
is still optimal to support the growth and development of tilapia fry and broodstock. Feed quality, optimal feeding
frequency, and optimal water quality parameters support the growth and survival of tilapia (Oreochormis niloticus)
fry and broodstock.
Keywords: fish feed, brood stock, seeds, Food Conversion Ratio, survival rate
Abstrak
Salah satu industri yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat adalah budidaya
perikanan. Jenis ikan yang saat ini paling banyak dibudidayakan adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Meski
membudidayakan ikan nila tergolong sederhana, namun ada beberapa hal yang membuat sulitnya mencapai
produksi ikan nila yang optimal, salah satunya adalah manajemen pemberian pakan. Budidaya ikan bergantung
pada manajemen pakan yang efektif, yang melibatkan pemilihan jenis pakan yang tepat, volume yang tepat, dan
frekuensi pemberian pakan yang tepat berdasarkan kebutuhan ikan. Manajemen pemberian pakan pada induk dan
benih ikan nila (Oreochromis niloticus) meliputi manajemen pemberian pakan yang terdiri dari sampling induk
dan benih, menghitung kebutuhan pakan untuk induk dan benih, menghitung konfersi pakan (Food Conversion
Ratio), sintasan, dan mengamati parameter kualitas air kolam. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari
di Instalasi Perikanan Budidaya (IPB) Kepanjen, Kabupaten Malang – Jawa Timur mampu menghasilkan sintasan
(SR) yang tinggi, dan FCR yang reatif rendah menunjukkan tingkat pemanfaatan pakan cukup efisien. Kualitas air
yang diamati masih optimal untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan benih dan indukan ikan nila.
Kualitas pakan, frekuensi pemberian pakan yang optimal, dan parameter kualitas air yang optimal mendukung
pertumbuhan dan sintasan benih dan indukan ikan nila (Oreochormis niloticus).
Kata Kunci: pakan ikan, induk, benih, Food Conversion Ratio, sintasan
Journal of Science and Technology, Volume 3(1), 2022. Halaman 39-45
40
I. Pendahuluan
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan asing asal daratan Cina
yang telah lama dibudidayakan di Indonesia, dan banyak diminati oleh masayarakat
sebagai ikan konsumsi, sehingga di Indonesia telah dikuasai teknologi pembenihannya
[16]. Ikan nila (Oreochromis niloticus) cukup mudah dibudidayakan dan telah banyak
dipelihara oleh masyarakat secara tradisional untuk dikonsumsi keluarga. Dalam skala
usaha bisnis, budidaya ikan nila membutuhkan budidaya uang lebih intensif seperti input
pakan dan kontrol kualitas air yang lebih baik [1].
Keberhasilan suatu budidaya ikan tergantung pada penyediaan pakan dalam jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Pakan merupakan salah satu unsur yang
mempengaruhi perkembangan ikan budidaya [2]. Pakan yang berkualitas baik
merupakan salah satu elemen kunci yang menentukan keberhasilan budidaya ikan. Cara
terbaik untuk menghemat biaya pakan menurut Akbar [3], adalah menggunakan pakan
secara efektif dengan memilih jenis, jumlah, dan frekuensi pakan yang sesuai dengan
kebutuhan dan kebiasaan makan dari komoditas ikan yang dibudidayakan.
Selain pakan, kualitas air juga memegang peranan penting dalam mendukung
kehidupan ikan. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam usaha budidaya perikanan yakni:
biota budidaya/kultivan, pathogen, dan lingkungan. Jika kualitas lingkungan perairan
terjaga dengan baik, maka biota budidaya tidak akan rentan terhadap serangan
organisme pathogen, namun jika kulaitas perairan buruk maka ikan akan mengalami
stres dan mekanime pertahaan tubuhnya akan lemah dan mudah terserang penyakit [4].
Penerapan manajemen pemberian pakan yang didukung oleh parameter kualitas air yang
optimal, akan menghasilkan tingkat kelangsungan hidup ikan (sintasan) yang tinggi [5].
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manajemen pemberian pakan ikan nila
(Oreochromis niloticus) pada instlasai Perikanan Budidaya, Kepanjen, Kabupaten Malang,
diharapkan dapat memberikan informasi penting tentang bagaimana manajemen
pemberian pakan ikan nila yang baik termasuk upaya untuk mempertahankan kualitas
air yang optimal untuk mendukung pertumbuhan dan sintasan benih dan indukan ikan
nila (Oreochromis niloticus).
II. Metode Penelitian
2.1. Waktu dan Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2021 di Instalasi Perikanan Budidaya
(IPB), Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pengumpulan data secara
langsung di tempat penelitian, dan wawancara langsung dengan pembudidaya guna
mendapatkan data yang akurat. Tahapan yang dilakukan antara lain:
a. Sampling
Sampling ikan nila dilakukan selama 2 minggu sekali. Sampling pada induk ikan nila
dilakukan dengan cara mengambil 10 ekor induk ikan nila dan dihitung rata-rata
beratnya. Sedangkan sampling pada benih ikan nila dilakukan dengan cara
mengambil 20 ekor benih ikan nila pada 3 titik yang berbeda dan dihitung rata-
ratanya.
b. Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada induk ikan nila dilakukan dua kali sehari, yaitu saat pagi
hari (08.00 WIB) dan sore hari (15.00 WIB). Pakan untuk induk ikan nila berupa
pelet terapung (floating) jenis HI-PROVITE 782, pakan diberikan dengan dosis
3% dari bobot tubuh induk ikan nila. Pemberian pakan pada benih ikan nila juga
Journal of Science and Technology, Volume 3(1), 2022. Halaman 39-45
41
dilakukan dua kali sehari, pada saat pagi dan sore hari. Pakan yang diberikan
untuk benih ikan nila berupa pelet terapung Fengli 1 Platinum dengan dosis
pemberian sebanyak 3% dari bobot tubuh benih ikan nila.
c. Pemantauan Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi (08.00 WIB) dan
sore hari (15.00 WIB), meliputi suhu, pH, dan kadar osigen terlarut
2.2. Analisis Data
Analisis data meliputi sintsan (kelangsungan hidup/survival rate) dan rasio konfersi
Pakan.
a. Sintasan / Survival Rate (SR) dihitung dengan rumus [6]
Survival Rate (SR) = 𝑵𝒕
𝑵𝒐 x 100%
Keterangan : SR = tingkat kelangsungan hidup/sintasan, Nt = jumlah ikan hidup di
akhir, N0 = jumlah ikan hidup di awal
b. Rasio Konversi Pakan (FCR) dihitung dengan rumus [6]
FCR = 𝐹
(𝑊𝑡 + 𝐷)−𝑊0
Keterangan : F = jumlah pakan yang dikonsumsi, Wt = bobot total ikan pada akhir
pemeliharaan, W0 = bobot awal ikan pada awal pemeliharaan, D =
Jumlah ikan yang mati.
III. Hasil dan Pembahasan
3.1. Pemberian Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Pelet apung jenis HI-PRO-VITE 782 digunakan sebagai pakan buatan untuk
indukan ikan nila. Kadar protein minimum pelet apung HI-PRO-VITE 782 adalah 29%,
kadar lemak minimum 5%, kadar serat maksimum 5%, kadar abu maksimum 13%, dan
kadar air maksimum 12%. Karena pakan HI-PRO-VITE memiliki kadar protein hingga
30%, maka dapat memenuhi kebutuhan induk ikan nila. Pakan ditebarkan langsung di
kolam ikan nila pada pagi (08.00 WIB) dan sore hari (15.00 WIB). Pakan diberikan
dengan dosis 3% dari bobot tubuh induk ikan nila.
Benih ikan nila diberi pakan buatan dengan pelet apung jenis FENGLI 1 Platinum.
Pelet apung FENGLI memiliki kadar protein 38%, kadar lemak 7%, kadar serat 3%, kadar
abu 13%, dan kadar air 10%. Untuk mempercepat pertumbuhan benih, pakan benih ikan
nila harus diberi pakan dengan dosis 3% dari bobot ikan dengan FR (Feeding Rate) 662,6
gram untuk dua kali makan yaitu pagi dan sore. Sedangkan untuk Kebutuhan pakan induk
ikan nila yang diberi pakan pelet HI-PRO-VITE 782 berprotein tinggi dan rendah lemak
dengan dosis 3% dari bobot ikan dengan nilai FR (Feeding Rate) 451,2 gram untuk dua
kali makan pagi dan sore. Proses ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad
dan menghasilkan telur yang berkualitas baik. Pakan yang mempunyai nutrisi/gizi yang
baik sangat berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan mempercepat
pertumbuhan ikan [2]. Pemberian pakan yang nilai gizi kurang baik, dapat menurunkan
kelangsungan hidup ikan dan pertumbuhannya akan lambat, bahkan dapat menimbulkan
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi [5].
Journal of Science and Technology, Volume 3(1), 2022. Halaman 39-45
42
Frekuensi peberian pakan pada instalasi perikanan budidaya Kepanjen adalah 2
kali dalam sehari, telah memenuhi standar nasional Indonesia (SNI) untuk budidaya ikan
nila. Dimana menurut SNI [7] tentang “Produksi Kelas Pemeliharaan Nila (Oreochromis
niloticus) di tambak air tenang”, bahwa induk dan benih ikan nila harus diberi makan dua
kali sehari. Sedangkan standar operasional prosedur menurut KKP [8], terkait dengan
frekuensi pemberian pakan harus menyesuaikan kondisi ikan dan lingkungan, di mana
pada umumnya pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 – 3 kali per hari untuk
pembesaran ikan nila (Oreochromis niloticus).
Frekunesi pemberian pakan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan kelangsunga hidup benih ikan nila, di mana pemberian pakan 2 - 3 kali
sehari memberikan hasil yang optimal terhadap laju pertumbuhan dan sintasan ikan nilai
(Oreochormis niloticus) [9]. Frekuensi pemberian pakan yang berbeda, memberikan
pengaruh yang berbeda pula terhadap efisiensi pakan, di mana frekuensi pemberian
pakan 2 kali per hari adalah yang paling optimum terhadap efisensi pakan
dibandingkan 3 kali sehari saat menjelang panen ikan nila. Perlakuan frekuensi
pemberian pakan yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan
tetapi tidak berpengaruh terhadap konversi pakan dan tingkat kelangsungan hidup [10].
3.2. Sintasan / Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah benih awal sebanyak 30.000 ekor dan
ketika pemanenan terakhir diperoleh 26.370 ekor, sehingga dapat menghasilkan tingkat
kelangsungan hidup ikan nila sebesar 87,9%. Nilai sintasan yang didapatkan cukup
tinggi. Standar operasional prosedur untuk pembesaran ikan nila (Orecohromis niloticus)
pada kolam, minimal memiliki nilai sintasan sebesar 75% [8].
Untuk mendukung sintasan yang optimal, maka dalam budidaya perikaan yang
tepat harus memperhitungkan kualitas pakan, kualitas air, dan padat tebar. Dalam usaha
budidaya perikanan sangat penting untuk mempertimbangkan daya dukung lingkungan
(Carrying capacity) untuk dapat menjamin berlangsungnya keseimbangan ekologis
(interaksi positif) antara biota budidaya, pathogen, dan lingkungan, melalui padat
penebaran yang masih sesuai dengan daya dukung lingkungan [4]. Melalui penerapan
manajemen pemberian pakan yang didukung oleh parameter kualitas air yang optimal,
maka akan menghasilkan tingkat kelangsungan hidup ikan yang tinggi [5].
3.3. FCR (Food Conversion Ratio)
Benih ikan nila yang dihasilkan memiliki nilai FCR sebesar 2,07 kg, yang
menunjukkan bahwa 10,6 kilogram pakan dapat menghasilkan 2,07 kg daging ikan. Tingkat
pemanfaatan pakan sedikit banyak tergantung pada nilai konversi pakan, dengan nilai yang
lebih kecil menunjukkan tingkat pemanfaatan pakan yang lebih efisien [6]. Konversi pakan
dapat diartikan sebagai kemampuan biota akuakultur untuk mengubah pakan yang
dikonsumsi menjadi daging, menunjukkan sejauh mana pakan yang diberikan efisien
dimanfaatkan oleh biota akuakultur [5].
3.4. Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, pH, dan oksigen terlarut (DO)
pada kolam induk dan benih ikan nila. Nilai pengamatan parameter kualitas air seperti
yang tertera pada Tabel 1. Tabel tersebut memperlihatkan hasil pengamatan kualitas air
yang dilakukan selama penelitian. Suhu yang tercatat selama penelitian bervariasi antara
26,7 - 29°C di kolam benih ikan nila dan 27,3 - 29°C di kolam induk ikan nila. Nilai suhu
yang teramati ini kurang lebih sama dengan hasil pengamatan penelitian Zulkifli [9] yang
mendapatkan kisaran suhu perairan pada budidaya ikan nilai pada kisaran 26-28⁰C.
Standar operasional prosedur untuk pembesaran ikan nila yaitu pada kisaran suhu 25 –
Journal of Science and Technology, Volume 3(1), 2022. Halaman 39-45
43
32⁰C [8]. Hal ini menunjukkan bahwa suhu pada kolam masih di Instalasai Perikanan
Budidaya, Kepanjen, Kabupaten Malang masih ideal. Kisaran suhu ideal untuk kehidupan
ikan di perairan tropis adalah antara 28 - 32°C. Ikan terus hidup antara 18 - 25 °C, tetapi
nafsu makan ikan akan mulai berkurang. Ikan menjadi berbahaya di air antara 12 - 18°C,
sedangkan di perairan tropis, ikan akan mati pada suhu di bawah 12°C [11]. Suhu
merupakan salah satu elemen dalam kegiatan budidaya, metabolisme ikan lebih aktif
pada suhu air yang lebih tinggi dan sebaliknya. Ikan kehilangan nafsu makan dan menjadi
lebih rentan terhadap penyakit pada suhu yang lebih dingin. Di sisi lain, jika suhu terlalu
tinggi, ikan dapat mengalami kerusakan insang dan stres pernapasan yang berlangsung
lama [12].
Tabel 1. Hasil Pengamatan parameter Kualitas Air pada Kolam Induk dan Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di IPB Kepanjen - Malang
Parameter
Lingkungan
Kolam Pengamatan
Kolam Benih Ikan Nila
Kolam Induk Ikan Nila
Kisaran
Rerata ± std
Kisaran
Rerata ± std
Suhu (°C)
26,7 – 29
28,3 ± 0,57
27,3 - 29
28,5 ± 0,70
pH
7,6 – 12
10 ± 1,73
7 – 10,4
8 ± 0,81
DO (mg/L)
9,5 – 19,6
17,3 ± 4,16
12 - 18
15 ± 2,12
Nilai pH di kolam benih dan kolam induk menunjukkan kisaran 7,6 - 12 dan 7 -
10,4. Nilai pH yang teramati ini kurang lebih bervariasi jika dibadingkan dengan hasil
pengamatan penelitian Zulkifli [9] yang mendapatkan kisaran nilai pH pada budidaya
ikan nila adalah 6,8 – 7. Meskipun demikian pH di kolam yang digunakan untuk
pembenihan dan perawatan induk ikan nila sebagian masih masih ideal, sebagaimana
menurut SNI kisaran suhu ideal untuk bidudaya ikan nila adalah 6,5 – 8,5 [7]. Kisaran pH
perairan alami adalah 4 - 9. Karena kadar oksigen terlarut yang rendah di perairan asam
menghasilkan aktivitas pernapasan yang lebih besar dan rasa lapar yang lebih rendah,
mereka akan menjadi kurang produktif. Ketika lingkungan basa, yang terjadi sebaliknya.
Ikan tidak dapat hidup di air dengan pH di bawah 4,5. Pertumbuhan ikan melambat pada
pH 5 - 6.6, dan mereka sangat rentan terhadap kuman dan parasit. Kisaran pH yang ideal
untuk pertumbuhan ikan adalah antara 6,5 - 9,0, sedangkan tingkat pH di atas 9,0 akan
membatasi pertumbuhan ikan [11]. Kisaran pH ideal untuk ikan nila adalah 7 - 8, tetapi
ikan masih dapat bertahan hidup di air dengan pH antara 5 – 11 [13].
Sedangkan kandungan DO di kolam induk ikan nila berkisar 12 - 18 mg/l,
sedangkan kandungan DO di kolam benih ikan nila berkisar antara 9,5 - 19,65 mg/l. Hasil
yang didapatkan ini jauh lebih tinggi, jika dibandingkan dengan peneiltian Zulkifli [9]
yang mendapatkan kisaran nilai oksigen terlarut adalah 5,3 – 5,8 mg/l. Nilai kisaran
oksigen yang didapatkan pada Instalasi Perikanan Budidaya Kepanjeng mas ih idela, nilai
oksigen terlarut yang ideal untuk budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah > 5
mg/l [8]. Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk ikan nila minimal >3 mg/l [14],.
Ikan membutuhkan oksigen terlarut untuk menghasilkan energi yang sangat penting
untuk pencernaan, asimilasi makanan, menjaga keseimbangan osmotik, dan proses
lainnya [15].
Journal of Science and Technology, Volume 3(1), 2022. Halaman 39-45
44
IV. Kesimpulan dan Saran
4.1. Kesimpulan
Pemberian pakan buatan untuk benih ikan nila (Oreochromis niloticus) yang tinggi
protein dan rendah lemak untuk mempercepat pertumbuhan, sedangkan pada indukan ikan
untuk mempercepat kematangan gonad. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari
di Instalasi Perikanan Budidaya (IPB) Kepanjen, Kabupaten Malang – Jawa Timur mampu
menghasilkan sintasan (SR) yang tinggi, dan FCR yang reatif rendah menunjukkan tingkat
pemanfaatan pakan cukup efisien. Kualitas air yang diamati masih optimal untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan benih dan indukan ikan nila. Kualitas pakan,
frekuensi pemberian pakan yang optimal, dan parameter kualitas air yang optimal
mendukung pertumbuhan dan sintasan benih dan indukan ikan nila (Oreochromis niloticus).
4.2. Saran/Rekomendasi
Kualitas pakan, frekuensi pemberian pakan, dan pengamatan kualitas air harus
dilakukan secara baik dan terkontrol, untuk dapat menjamin peningkatan laju pertumbuhan
dan sintasan ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dibudidayakan
Daftar Pustaka
[1]. Hanif, S., Setyo, B.K., Syahputra, B., Hutajulu, J. 2011. Panduan Budidaya Ikan Nila
Sistem Keramba Jaring Apung. Better Management Practices, Seri Panduan Perikanan
Skala Kecil. 26 hal.
[2]. Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 90 hal.
[3]. Akbar. 2011. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Cetakan II. Penebar Swadaya.
Jakarta.
[4]. Latuconsina, H. 2020. Ekologi Perairan Tropis: Prinsip Dasar Pengelolaan Sumber Daya
Hayati Perairan. Edisi Ketiga. UGM Press. Yogyakarta. 284 hal.
[5]. Amalia, R., Amrullah., Suriati. 2018. Manajemen Pemberian Pakan pada pembesaran
ikan Nila (Oreochromis niloticus). Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 1, 2018: 252 – 257 hal.
[6]. Iskandar, R., Elrifadah, 2015. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Yang Diberi Pakan Buatan Berbasis Kiambang. Jurnal Zia’ah. Vol. 40 (1) : 18-
24.
[7]. Standar Nasional Indonesia (SNI) 7550:2009 tentang ‘Produksi Ikan Nila (Oreochromis
niloticus Bleeker) Kelas Pembesaran di Kolam Air Tenang.
[8]. KKP. 2020. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pembesaran Ikan Nila (Orechromis
niloticus). Direktoran Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 5 hal.
[9]. Zulkifli, A.T.A.R., Risa, N.E.W., Wahyuni, A.P., Firmansyah, M., Kusaryanti, A.A. 2019.
Frekuensi pemberian pakan yang berbeda terhadap laju pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) di BBI Palangka. Jurnal
Agrominansa, Vol. 4(1): 61-70.
[10]. Saopioadi., Amir, S., Damayanti, A.A. 2012. Frekuensi Pemberian Pakan Optimum
Menjelang Panen Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Perikanan Unram,
Vol.1(1): 14 – 21.
[11]. Kordi, M.G.H. dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. Rineka Cipta. Jakarta. 208 p.
Journal of Science and Technology, Volume 3(1), 2022. Halaman 39-45
45
[12]. Suriansyah. 2014. Pengaruh Padat Tebar yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ikan
Nila Gift (Oreochromis niloticus) yang Dipelihara Dalam Baskom Plastik [SKRIPSI].
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Antakusuma.
[13.] Kordi, M.GH. 2009. Budidaya Perairan Buku Kedua. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
[14]. Suyanto, S. R. 2005. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 78 pp.
[15]. Zonneveld, N., E.A. Huisman dan J.H. Boon. 1991. Prinsip - Prinsip Budidaya Ikan.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
[16]. Latuconsina, H. 2020. Ekologi Ikan Perairan Tropis: Biodiversitas, Adaptasi, Ancaman,
dan Pengelolaannya. UGM Press. Yogyakarta. 564 hal.